KEADILAN DALAM PENERAPAN HUKUM TERHADAP
“KEADILAN DALAM PENERAPAN HUKUM TERHADAP
PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA”
ESAI MAHASISWA
LOGO
Oleh :
La Ade
15.1.1.022
Wahyu R. Ismail
15.1.1.023
Jurusan Ahwalush Syakhsiyyah
Fakultas Syariah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado
2017
Manusia hidup dan diatur dengan hukum yang mengikat dirinya, dimana
setiap pola perilaku telah ada aturan yang menentukan boleh atau tidaknya hal
tersebut dilakukan. Penerapan hukum tentunya harus adil dalam setiap hal yang
dilakukan, tidak memihak pada sebagian kalangan dan harus seimbang terhadap
seluruh masyarakat terkhususnya di Indonesia yang merupakan Negara hukum yang
menjunjung tinggi asas keadilan. Namun kenyataannya, melihat situasi Indonesia
dimasa kini sungguh jauh dari apa yang dicita-citakan dalam penerapan hukum yang
justru menghilangkan asas keadilan didalam penerapan hukumnya dan cenderung
memihak terhadap sebagian golongan tertentu terkhususnya dalam kasus korupsi.
Masyarakat sebagai subjek hukum yang mengemban kewajiban, tentunya
membutuhkan kesetaraan hak dalam penerapan hukum sehingga tidak ada perbedaan
terhadap golongan tertentu agar terciptanya kesejahteraan dan keadilan dimasyarakat.
Tantangannya adalah keadilan merupakan hal yang dianggap relatif terhadap setiap
orang dan sering punya standar ganda dalam penerapan hukum. Oleh sebab itu,
hakikat dari keadilan didalam hukum yang terdapat dalam peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia harus diperjelas oleh penegak hukum dalam
implementasinya terhadap kasus-kasus yang terjadi dimasyarakat Indonesia
terkhususnya korupsi sehingga masyarakat bisa mendapatkan kepastian hukum yang
jelas.
Di seluruh dunia dalam kehidupan bernegara tentunya punya hukum tersendiri
yang mengaturnya untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera yang membawa
keadilan bagi setiap orang. Indonesia merupakan Negara hukum, hal itu didasarkan
pada Undang-undang Dasar 1945 BAB I tentang Bentuk dan Kedaulatan Pasal 1 ayat
(3) “Negara Indonesia adalah negara hukum” (UUD 1945) sehingga segala sesuatu
dalam persoalan kehidupan bernegara diatur oleh hukum.
Hukum masuk ke setiap sendi-sendi kehidupan yang sejatinya dalam setiap
permasalahan haruslah adil. Melihat situasi di Negara Indonesia, hukum seolah-olah
dipermainkan dan asas keadilan seakan-akan hilang didalamnya. Keadilan yang
diharapkan oleh Negara Indonesia telah tertuang dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 1
yang berbunyi : “Segala warga negara sama kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya” (UUD 1945) ini menjadi tidak sesuai dengan implementasinya terutama
pada kasus korupsi dan tindak pidana lainnya.
Korupsi jika dikaji dari bahasa latin yaitu corruptio yang mempunyai arti
suatu perbuatan busuk, buruk, bejat, tidak jujur, dapat disuap, tidak bermoral,
menyimpang dari kesucian, dan kata-kata atau ucapan yang menghina atau memitnah
(Indriana, 2013) Korupsi adalah penyelewengan atau penyalah gunaan uang Negara
(perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain (KBBI
online). Dalam teori Ramirez Tirez menyatakan bahwa korupsi adalah kejahatan
kalkulasi atau perhitungan (crime of calculation) bukan hanya sekedar keinginan
(passion). Seseorang akan melakukan korupsi jika hasil yang didapat dari korupsi
lebih tinggi dan lebih besar dari hukuman yang didapat serta kemungkinan
tertangkapnya relatif kecil (Waluyo, 2014)
Dari penjabaran pengertian tadi, korupsi dinilai perbuatan yang keji yang
menimbulkan kerugian terhadap Negara. Ketika melihat kasus korupsi ini, banyak
contoh kasus dari ketidak adilan perbandingan hukum, dilihat dari beberapa kasus
yang banyak terjadi di Indonesia yang tentunya tak bisa disebutkan satu persatu
namun penulis mencoba memaparkan beberapa kasus sebagai perbandingan yang
nyata terjadi.
Pertama, keadilan ditinjau dari perlakuan dan kesadaran. Kasus empat copet
yang ditangkap dan dipajang di stasiun. Copet-copet ini beraksi di beberapa stasiun.
Ada yang di Tanah Abang, ada yang di Manggarai, Jakarta (news.detik.com, 2016)
dari kasus ini penangkapan pencopet diberi gantungan nama dari kardus ditempat
umum bertuliskan “saya copet” yang dimana mereka merasa malu ditangkap dengan
disuruh telanjang dada. Ada juga kasus seorang copet babak belur dikeroyok massa
saat beraksi mengambil telepon genggam milik Buyung Enek (51) di dalam Bus
Mayasari Bakti P14 jurusan Tanah Abang-Tanjung Priok di Simpang Lima Senen,
Jakarta Pusat. Pelaku bernama Galang Andrian (31) kini telah ditangkap aparat
kepolisian (metro.sindonews.com, 2017).
Hal ini berbanding terbalik dengan kasus dua kepala desa di Bintan masih bisa
tersenyum meski telah ditetapkan sebagai tersangka korupsi dana desa. Hal itu
terlihat sebelum keduanya ditahan oleh Kejaksaan Negeri Tanjungpinang. Kepala
Desa Malang Rapat Yusron Munir langsung menyapa wartawan usai keluar dari
ruang penyidik (Tribunnews.com, 2017).
Dari kasus keduanya, si pencuri hanya mengambil dompet seseorang yang
kerugiannya kecil yang berdampak hanya pada korban saja dan jumlanya terbatas,
sementara si koruptor mengenakan seragam rapih lebih banyak mengambil uang
negara yang kerugiannya jauh lebih besar, mereka juga tidak merasakan tindak
kekerasan setelah diketahui korupsi namun, titik tekannya adalah perlakuan hukum
yang berbeda antara keduanya dimana pelaku korupsi dikhususkan dan juga
hilangnya rasa malu mereka ketika berbuat korupsi seolah-oleh mereka bangga
dengan hal itu.
Kedua keadilan ditinjau dari segi latar belakang, akses dan perlindungan
terhadap pelakunya. Kasus nenek Ashiani yang renta didakwa sebagai pencuri 2
batang
pohon
jati untuk dibuat tempat tidur (liputan6.com, 2015) yang ketika
dilaporkan langsung ditangakap, mengikuti sidang dan dijatuhi hukuman penjara 1
tahun dimana penjara tempat dihukum seperti penjara biasanya dengan ukuran kecil
yang sempit dan dengan akses terbatas seperti halnya banyak kasus pencurian pada
umunya.
Dibandingkan dengan kasus korupsi e-KTP oleh Setya Novanto selaku ketua
DPR RI yang kemudian menang praperadilan, tetapi dianggap janggal oleh para ahli
hukum Indonesia Corruption Watch (ICW) (nasional.kompas.com, 2017) dimana ia
juga tidak hadir dengan beralasan sakit (tirto.id, 2017) tetapi ketika dinyatakan bebas
dari tuduhan dia telah dikabarkan sehat dan kembali bertugas (radartegal.com, 2017)
padahal sakitnya dikabarkan sangat parah. Selain itu berbeda dengan kasus Gayus
Tambunan terpidana korupsi yang punya akses ke Bali menonton pertandingan tenis
dan ke Singapura (infoindonesiakita.com, 2011).
Ketiga keadilan ditinjau dari dampak dan konsekuesi yang harus didapatkan.
Dalam kasus penipuan atau pemerasan yang dampaknya tidak terlalu besar berbeda
dengan korupsi yang dampaknya lebih luas tetapi dalam hal hukuman dari kasus
penipuan dan pemerasan dihukum dengan penjara yang telah kita ketahui ukurannya
sempit dihuni beberapa orang, sementara kasus korupsi berbeda dianggap lebih
diistimewakan sebagai kasta tertinggi (Rmol.co, 2016).
Selain itu kasus terosisme yang dapat mematikan banyak orang dan kerusakan
akibat ledakan, dibandingkan dengan kasus korupsi meski tidak mematikan secara
langsung tetapi memiliki dampak yang berkesinambungan, menyebabkan kerugian
terhadap Negara yang semestinya bisa mensejahterakan rakyat tapi malah menjepit
rakyat secara perlahan yang akibatnya banyak orang yang meninggal karena
kemiskinan dan kelaparan yang juga mengarah pada meningkatnya angka orang
meninggal dan meningkatnya angka kriminalitas akibat kesulitan ekonomi.
Dari kasus ini diketahui dampaknya sama-sama besar tetapi dalam kasus
korupsi tidak sampai pada hukuman mati berbeda dengan teroris, sehingga dalam
pemberian hukumnya dinilai tidak mampu memberi efek jera bagi para pelakupelakunya dan cenderung bisa memotivasi orang lain untuk berbuat hal yang serupa
dengan sebab pelakunya bisa kaya dengan cepat, sulit ditangkap, dan jika masuk
penjara tidak terlalu berat karena penjaranya difasilitasi dengan mewah.
Terakhir, keadilan ditinjau dari pelaksana perwujudan keadilan. Selain kasuskasus diatas, hal yang penting justru muncul dari para penegak keadilan yang juga
melakukan praktik korupsi mulai dari ketua MK yang merupakan lembaga hukum
tertinggi di Indonesia yaitu Aqil Mochtar dimana Mantan Ketua MK, Akil Mochtar
divonis hukuman penjara seumur hidup oleh majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi Jakarta, Senin 30 Juni malam (bbc.com, 2014). Pihak jaksa, dimana Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Kepala Kejaksaan Negeri Pamekasan
Rudi Indra Prasetya, dalam operasi tangkap tangan di Kabupaten Pamekasan, Jawa
Timur, Rabu, 2 Agustus 2017 (nasional.kompas.com, 2017). Dari pihak polisi,
dimana KPK menahan tersangka kasus korupsi Irjen Djoko Susilo (bbc.com, 2017).
Dari kasus diatas maka pantaslah wajah keadilan itu sangat buruk di
Indonesia, dan untuk membenah keadilan di Indonesia tentunya butuh jalan keluar
berupa solusi untuk mengatasi hal tersebut yang efektif untuk diterapkan dalam
meperbaiki wujud keadilan hukum di masyarakat. Solusi perwujudan tersebut ada
beberapa jalan yang bisa ditempuh.
Dari aspek dalam melalui tatanan hukum itu sendiri, pertama Undang-Undang
tentang pemberian sanksi hukuman harus ada ketegasan dimana hukuman yang
diterapkan sesuai dengan tindakan yang mampu memberi efek jera terhadap pelaku
sehingga perilaku itu tidak berbuat lagi, perbuatan itu tidak diikuti lagi dan jika perlu
dihukum mati sebagai sikap tegas pemberantasan korupsi sebab di Indonesia kasus
korupsi masih tinggi. Kedua aspek penegak hukum perlu adanya penguatan kembali
komitmen dan integritas dari para penegak hukum sehingga setiap keputusan yang
ditetapkan sesuai dan seadil-adilnya, serta diberi tunjangan gaji yang layak sehingga
mereka merasa cukup dan tidak melakukan korupsi
Dari aspek luar, pertama yaitu bidang pengajaran dan pengamalan keagamaan,
dimana ketika masyarakat lebih dekat dengan agama maka agama mampu menuntun
sikap tidakan dari masyarakat maupun pejabat untuk berlaku baik, berlaku adil, tidak
korupsi dan melakukan kejahatan lainya, serta mampu mengamalkan hukum secara
baik yang nantinya membawa kesejahteraan dan kedamaian dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Kedua bidang pendidikan dan karakter, terkhususnya bagi
generasi muda agar kelak para generasi penerus dapat memahami apa itu korupsi dan
dampak buruk yang ditimbulkan sehingga kedepannya Negara bisa maju dengan
pendidikan dan karakter yang terbina yang terbebas dari korupsi serta kejahatan
lainnya karena keadilan ditegakkan setinggi-tingginya.
Keadilan berhak didapatkan setiap orang tanpa adanya perbedaan golongan
sebab kita hidup di Negara yang berlandaskan hukum sesuai amanat UUD 1945 Pasal
1 ayat (3). Solusi untuk mewujudkan keadilan bisa ditempuh dangan beberapa tahap
yaitu dari aspek dari dalam yaitu tatanan hukum itu sendiri yaitu Undang-Undang
terntang pemberian sanksi hukuman yang mampu memberi efek jera terhadap pelaku,
dan aspek penegak hukum yang perlu adanya penguatan komitmen dan integritas dari
para penegak hukum sedangkan dari aspek luar, pertama yaitu bidang pengajaran dan
pengamalan keagamaan,serta bidang pendidikan dan karakter,
Hal itu dibutuhkan karena kenyataan yang telah terjadi di masyarakat yaitu
adanya ketidak sesuaian keadilan yang ditinjau dari perlakuan dan kesadaran . Kedua
keadilan ditinjau dari segi latar belakang, akses dan perlindungan terhadap pelakunya.
Ketiga keadilan ditinjau dari dampak dan konsekuensi yang harus didapatkan.
Terakhir, keadilan ditinjau dari pelaksana perwujudan keadilan yang perlu dibenahi.
Korupsi merupakan perbuatan keji, busuk, tidak jujur yang berupa penyalah
gunaan uang Negara dengan dampak kerugiann yang sangat besar, dari hasil korupsi
seseorang mendapatkan hasil keuntungan yang besar dengan rasio mendapat
hukuman lebih ringan dibanding perbuatan dan kemungkinan tertangkap lebih kecil..
Penerapan hukum harus adil dalam setiap hal yang dilakukan, tidak memihak
pada sebagian kalangan terkhususnya dalam kasus korupsi. Indonesia merupakan
negara hukum menjunjung tinggi asas keadilan dan Undang-Undang sebagai dasar
hukum, harus jelas penetapan hukum dan jenis pidana yang diberikan serta harus
seadil-adilnya agar tidak terjadi standar ganda dalam hal keadilan hukum, sehingga
keadilan yang dianggap relatif terhadap setiap orang mampu disetarakan bagi setiap
masyarakat karena boleh atau tidaknya suatu tindakan manusia telah ada aturannya.
Daftar Pustaka
BBC. 2012. KPK menahan tersangka kasus korupsi Irjen Djoko Susilo . Diakses dari:
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2012/12/121203_kpkdjokosu
silo unduh pada 27-10-2017
BBC. 2014. Akil Mochtar Divonis Hukuman Seumur Hidup. Diakses dari:
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/06/140630_vonis_akil_
muchtar diunduh pada 29-10-2017
DetikNews. 2016. Ini 4 Copet yang Dibekuk Petugas Commuter Line Dalam Sehari.
Ada
Juga
yang
Perempuan.
Diakses
dari:
https://news.detik.com/berita/3270843/ini-4-copet-yang-dibekuk-petugascommuter-line-dalam-sehari-ada-juga-yang-perempuan diunduh pada 26-102017
Indriana,
Hanifah.
2013.
Postur
Korupsi
di
Indonesia.
Diakses
dari:
http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.co.id/2013/12/postur-korupsi-diIndonesia.html
Info Indonesia. 2011. Gayus Tambunan Harusnya Dipenjara. Tapi Bisa Ke Bali Dan
Ke Singapura. Diakses dari: https://infoindonesiakita.com/2011/01/05/gayustambunan-harusnya-dipenjara-tapi-bisa-ke-bali-dan-ke-singapura/
diunduh
pada 29-10-2017
KBBI. Diakses dari https://kbbi.web.id/ diunduh pada 27-10-2017
Kompas. 2017. ICW Kemukakan 6 Kejanggalan Putusan Hakim Praperadilan Setya
Novanto.
Diakses
dari:
http://nasional.kompas.com/read/2017/09/30/06581381/icw-kemukakan-6kejanggalan-putusan-hakim-praperadilan-setya-novanto
Kompas. 2017. Penangkapan Jaksa pada Pusaran Kasus Korupsi yang ditangani
KPK.
Diakses
dari:
http://nasional.kompas.com/read/2017/08/03/08492451/penangkapan-jaksapada-pusaran-kasus-korupsi-yang-ditangani-kpk diuduh pada 27-10-2017
Liputan 6. 2015. Nenek asyani terdakwa pencuri kayu divonis 1 tahun penjara
Diakses dari: http://news.liputan6.com/read/2219231/nenek-asyani-terdakwapencuri-kayu-divonis-1-tahun-penjara diunduh pada 29-10-2017
Radartgal.
2017.
Tak
Tersangka
Lagi.
Setnov
Sembuh
Diakses
dari:
https://radartegal.com/berita-nasional/tak-tersangka-lagi-setnovsembuh.18273.html diunduh pada 29-10-2017
Rmol.co. 2016. Di Penjara. Napi Koruptor Dudukikasta Tertinggi. Diakses dari:
http://www.rmol.co/read/2016/04/02/241739/Di-Penjara.-Napi-KoruptorDuduki-Kasta-Tertinggi- diunduh pada 29-10-2017
SindoNews. 2017. Beraksi di dalam Bus. Galang babak belur Dihajar massa.
https://metro.sindonews.com/read/1244810/170/beraksi-di-dalam-bus-galangbabak-belur-dihajar-massa-1506943567 Diakses dari: diunduh pada 26-102017
Tirto. 2017. Kasus Korupsi e-KTP Setnov Tak Hadiri Sidang Praperadilan Besok
Karena
Sakit.
Diakses
dari:
https://tirto.id/setnov-tak-hadiri-sidang-
praperadilan-besok-karena-sakit-cwlD diunduh pada 29-10-2017
Tribunnews. 2017. Jadi Tersangka Korupsi Dana Desa. Dua Kades Ini Masih Bisa
Tersenyum.
Diakses
dari:
http://www.tribunnews.com/regional/2017/08/16/jadi-tersangka-korupsi-danadesa-dua-kades-ini-masih-bisa-tersenyum diunduh pada 29-10-2017
UUD 1945. Diakses dari: http://jdih.pom.go.id/uud1945.pdf diunduh pada 30-102017
Waluyo, Bambang. 2014. Optimalisasi pemberantasan korupsi di Indonesia. Diakses
dari:
http://library.upnvj.ac.id/pdf/artikel/Artikel_jurnal_FH/Jurnal
%20Yuridis/jy-vol1-no2-des2014/169-182.pdf diunduh pada 26-10-2017
PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA”
ESAI MAHASISWA
LOGO
Oleh :
La Ade
15.1.1.022
Wahyu R. Ismail
15.1.1.023
Jurusan Ahwalush Syakhsiyyah
Fakultas Syariah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado
2017
Manusia hidup dan diatur dengan hukum yang mengikat dirinya, dimana
setiap pola perilaku telah ada aturan yang menentukan boleh atau tidaknya hal
tersebut dilakukan. Penerapan hukum tentunya harus adil dalam setiap hal yang
dilakukan, tidak memihak pada sebagian kalangan dan harus seimbang terhadap
seluruh masyarakat terkhususnya di Indonesia yang merupakan Negara hukum yang
menjunjung tinggi asas keadilan. Namun kenyataannya, melihat situasi Indonesia
dimasa kini sungguh jauh dari apa yang dicita-citakan dalam penerapan hukum yang
justru menghilangkan asas keadilan didalam penerapan hukumnya dan cenderung
memihak terhadap sebagian golongan tertentu terkhususnya dalam kasus korupsi.
Masyarakat sebagai subjek hukum yang mengemban kewajiban, tentunya
membutuhkan kesetaraan hak dalam penerapan hukum sehingga tidak ada perbedaan
terhadap golongan tertentu agar terciptanya kesejahteraan dan keadilan dimasyarakat.
Tantangannya adalah keadilan merupakan hal yang dianggap relatif terhadap setiap
orang dan sering punya standar ganda dalam penerapan hukum. Oleh sebab itu,
hakikat dari keadilan didalam hukum yang terdapat dalam peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia harus diperjelas oleh penegak hukum dalam
implementasinya terhadap kasus-kasus yang terjadi dimasyarakat Indonesia
terkhususnya korupsi sehingga masyarakat bisa mendapatkan kepastian hukum yang
jelas.
Di seluruh dunia dalam kehidupan bernegara tentunya punya hukum tersendiri
yang mengaturnya untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera yang membawa
keadilan bagi setiap orang. Indonesia merupakan Negara hukum, hal itu didasarkan
pada Undang-undang Dasar 1945 BAB I tentang Bentuk dan Kedaulatan Pasal 1 ayat
(3) “Negara Indonesia adalah negara hukum” (UUD 1945) sehingga segala sesuatu
dalam persoalan kehidupan bernegara diatur oleh hukum.
Hukum masuk ke setiap sendi-sendi kehidupan yang sejatinya dalam setiap
permasalahan haruslah adil. Melihat situasi di Negara Indonesia, hukum seolah-olah
dipermainkan dan asas keadilan seakan-akan hilang didalamnya. Keadilan yang
diharapkan oleh Negara Indonesia telah tertuang dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 1
yang berbunyi : “Segala warga negara sama kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya” (UUD 1945) ini menjadi tidak sesuai dengan implementasinya terutama
pada kasus korupsi dan tindak pidana lainnya.
Korupsi jika dikaji dari bahasa latin yaitu corruptio yang mempunyai arti
suatu perbuatan busuk, buruk, bejat, tidak jujur, dapat disuap, tidak bermoral,
menyimpang dari kesucian, dan kata-kata atau ucapan yang menghina atau memitnah
(Indriana, 2013) Korupsi adalah penyelewengan atau penyalah gunaan uang Negara
(perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain (KBBI
online). Dalam teori Ramirez Tirez menyatakan bahwa korupsi adalah kejahatan
kalkulasi atau perhitungan (crime of calculation) bukan hanya sekedar keinginan
(passion). Seseorang akan melakukan korupsi jika hasil yang didapat dari korupsi
lebih tinggi dan lebih besar dari hukuman yang didapat serta kemungkinan
tertangkapnya relatif kecil (Waluyo, 2014)
Dari penjabaran pengertian tadi, korupsi dinilai perbuatan yang keji yang
menimbulkan kerugian terhadap Negara. Ketika melihat kasus korupsi ini, banyak
contoh kasus dari ketidak adilan perbandingan hukum, dilihat dari beberapa kasus
yang banyak terjadi di Indonesia yang tentunya tak bisa disebutkan satu persatu
namun penulis mencoba memaparkan beberapa kasus sebagai perbandingan yang
nyata terjadi.
Pertama, keadilan ditinjau dari perlakuan dan kesadaran. Kasus empat copet
yang ditangkap dan dipajang di stasiun. Copet-copet ini beraksi di beberapa stasiun.
Ada yang di Tanah Abang, ada yang di Manggarai, Jakarta (news.detik.com, 2016)
dari kasus ini penangkapan pencopet diberi gantungan nama dari kardus ditempat
umum bertuliskan “saya copet” yang dimana mereka merasa malu ditangkap dengan
disuruh telanjang dada. Ada juga kasus seorang copet babak belur dikeroyok massa
saat beraksi mengambil telepon genggam milik Buyung Enek (51) di dalam Bus
Mayasari Bakti P14 jurusan Tanah Abang-Tanjung Priok di Simpang Lima Senen,
Jakarta Pusat. Pelaku bernama Galang Andrian (31) kini telah ditangkap aparat
kepolisian (metro.sindonews.com, 2017).
Hal ini berbanding terbalik dengan kasus dua kepala desa di Bintan masih bisa
tersenyum meski telah ditetapkan sebagai tersangka korupsi dana desa. Hal itu
terlihat sebelum keduanya ditahan oleh Kejaksaan Negeri Tanjungpinang. Kepala
Desa Malang Rapat Yusron Munir langsung menyapa wartawan usai keluar dari
ruang penyidik (Tribunnews.com, 2017).
Dari kasus keduanya, si pencuri hanya mengambil dompet seseorang yang
kerugiannya kecil yang berdampak hanya pada korban saja dan jumlanya terbatas,
sementara si koruptor mengenakan seragam rapih lebih banyak mengambil uang
negara yang kerugiannya jauh lebih besar, mereka juga tidak merasakan tindak
kekerasan setelah diketahui korupsi namun, titik tekannya adalah perlakuan hukum
yang berbeda antara keduanya dimana pelaku korupsi dikhususkan dan juga
hilangnya rasa malu mereka ketika berbuat korupsi seolah-oleh mereka bangga
dengan hal itu.
Kedua keadilan ditinjau dari segi latar belakang, akses dan perlindungan
terhadap pelakunya. Kasus nenek Ashiani yang renta didakwa sebagai pencuri 2
batang
pohon
jati untuk dibuat tempat tidur (liputan6.com, 2015) yang ketika
dilaporkan langsung ditangakap, mengikuti sidang dan dijatuhi hukuman penjara 1
tahun dimana penjara tempat dihukum seperti penjara biasanya dengan ukuran kecil
yang sempit dan dengan akses terbatas seperti halnya banyak kasus pencurian pada
umunya.
Dibandingkan dengan kasus korupsi e-KTP oleh Setya Novanto selaku ketua
DPR RI yang kemudian menang praperadilan, tetapi dianggap janggal oleh para ahli
hukum Indonesia Corruption Watch (ICW) (nasional.kompas.com, 2017) dimana ia
juga tidak hadir dengan beralasan sakit (tirto.id, 2017) tetapi ketika dinyatakan bebas
dari tuduhan dia telah dikabarkan sehat dan kembali bertugas (radartegal.com, 2017)
padahal sakitnya dikabarkan sangat parah. Selain itu berbeda dengan kasus Gayus
Tambunan terpidana korupsi yang punya akses ke Bali menonton pertandingan tenis
dan ke Singapura (infoindonesiakita.com, 2011).
Ketiga keadilan ditinjau dari dampak dan konsekuesi yang harus didapatkan.
Dalam kasus penipuan atau pemerasan yang dampaknya tidak terlalu besar berbeda
dengan korupsi yang dampaknya lebih luas tetapi dalam hal hukuman dari kasus
penipuan dan pemerasan dihukum dengan penjara yang telah kita ketahui ukurannya
sempit dihuni beberapa orang, sementara kasus korupsi berbeda dianggap lebih
diistimewakan sebagai kasta tertinggi (Rmol.co, 2016).
Selain itu kasus terosisme yang dapat mematikan banyak orang dan kerusakan
akibat ledakan, dibandingkan dengan kasus korupsi meski tidak mematikan secara
langsung tetapi memiliki dampak yang berkesinambungan, menyebabkan kerugian
terhadap Negara yang semestinya bisa mensejahterakan rakyat tapi malah menjepit
rakyat secara perlahan yang akibatnya banyak orang yang meninggal karena
kemiskinan dan kelaparan yang juga mengarah pada meningkatnya angka orang
meninggal dan meningkatnya angka kriminalitas akibat kesulitan ekonomi.
Dari kasus ini diketahui dampaknya sama-sama besar tetapi dalam kasus
korupsi tidak sampai pada hukuman mati berbeda dengan teroris, sehingga dalam
pemberian hukumnya dinilai tidak mampu memberi efek jera bagi para pelakupelakunya dan cenderung bisa memotivasi orang lain untuk berbuat hal yang serupa
dengan sebab pelakunya bisa kaya dengan cepat, sulit ditangkap, dan jika masuk
penjara tidak terlalu berat karena penjaranya difasilitasi dengan mewah.
Terakhir, keadilan ditinjau dari pelaksana perwujudan keadilan. Selain kasuskasus diatas, hal yang penting justru muncul dari para penegak keadilan yang juga
melakukan praktik korupsi mulai dari ketua MK yang merupakan lembaga hukum
tertinggi di Indonesia yaitu Aqil Mochtar dimana Mantan Ketua MK, Akil Mochtar
divonis hukuman penjara seumur hidup oleh majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi Jakarta, Senin 30 Juni malam (bbc.com, 2014). Pihak jaksa, dimana Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Kepala Kejaksaan Negeri Pamekasan
Rudi Indra Prasetya, dalam operasi tangkap tangan di Kabupaten Pamekasan, Jawa
Timur, Rabu, 2 Agustus 2017 (nasional.kompas.com, 2017). Dari pihak polisi,
dimana KPK menahan tersangka kasus korupsi Irjen Djoko Susilo (bbc.com, 2017).
Dari kasus diatas maka pantaslah wajah keadilan itu sangat buruk di
Indonesia, dan untuk membenah keadilan di Indonesia tentunya butuh jalan keluar
berupa solusi untuk mengatasi hal tersebut yang efektif untuk diterapkan dalam
meperbaiki wujud keadilan hukum di masyarakat. Solusi perwujudan tersebut ada
beberapa jalan yang bisa ditempuh.
Dari aspek dalam melalui tatanan hukum itu sendiri, pertama Undang-Undang
tentang pemberian sanksi hukuman harus ada ketegasan dimana hukuman yang
diterapkan sesuai dengan tindakan yang mampu memberi efek jera terhadap pelaku
sehingga perilaku itu tidak berbuat lagi, perbuatan itu tidak diikuti lagi dan jika perlu
dihukum mati sebagai sikap tegas pemberantasan korupsi sebab di Indonesia kasus
korupsi masih tinggi. Kedua aspek penegak hukum perlu adanya penguatan kembali
komitmen dan integritas dari para penegak hukum sehingga setiap keputusan yang
ditetapkan sesuai dan seadil-adilnya, serta diberi tunjangan gaji yang layak sehingga
mereka merasa cukup dan tidak melakukan korupsi
Dari aspek luar, pertama yaitu bidang pengajaran dan pengamalan keagamaan,
dimana ketika masyarakat lebih dekat dengan agama maka agama mampu menuntun
sikap tidakan dari masyarakat maupun pejabat untuk berlaku baik, berlaku adil, tidak
korupsi dan melakukan kejahatan lainya, serta mampu mengamalkan hukum secara
baik yang nantinya membawa kesejahteraan dan kedamaian dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Kedua bidang pendidikan dan karakter, terkhususnya bagi
generasi muda agar kelak para generasi penerus dapat memahami apa itu korupsi dan
dampak buruk yang ditimbulkan sehingga kedepannya Negara bisa maju dengan
pendidikan dan karakter yang terbina yang terbebas dari korupsi serta kejahatan
lainnya karena keadilan ditegakkan setinggi-tingginya.
Keadilan berhak didapatkan setiap orang tanpa adanya perbedaan golongan
sebab kita hidup di Negara yang berlandaskan hukum sesuai amanat UUD 1945 Pasal
1 ayat (3). Solusi untuk mewujudkan keadilan bisa ditempuh dangan beberapa tahap
yaitu dari aspek dari dalam yaitu tatanan hukum itu sendiri yaitu Undang-Undang
terntang pemberian sanksi hukuman yang mampu memberi efek jera terhadap pelaku,
dan aspek penegak hukum yang perlu adanya penguatan komitmen dan integritas dari
para penegak hukum sedangkan dari aspek luar, pertama yaitu bidang pengajaran dan
pengamalan keagamaan,serta bidang pendidikan dan karakter,
Hal itu dibutuhkan karena kenyataan yang telah terjadi di masyarakat yaitu
adanya ketidak sesuaian keadilan yang ditinjau dari perlakuan dan kesadaran . Kedua
keadilan ditinjau dari segi latar belakang, akses dan perlindungan terhadap pelakunya.
Ketiga keadilan ditinjau dari dampak dan konsekuensi yang harus didapatkan.
Terakhir, keadilan ditinjau dari pelaksana perwujudan keadilan yang perlu dibenahi.
Korupsi merupakan perbuatan keji, busuk, tidak jujur yang berupa penyalah
gunaan uang Negara dengan dampak kerugiann yang sangat besar, dari hasil korupsi
seseorang mendapatkan hasil keuntungan yang besar dengan rasio mendapat
hukuman lebih ringan dibanding perbuatan dan kemungkinan tertangkap lebih kecil..
Penerapan hukum harus adil dalam setiap hal yang dilakukan, tidak memihak
pada sebagian kalangan terkhususnya dalam kasus korupsi. Indonesia merupakan
negara hukum menjunjung tinggi asas keadilan dan Undang-Undang sebagai dasar
hukum, harus jelas penetapan hukum dan jenis pidana yang diberikan serta harus
seadil-adilnya agar tidak terjadi standar ganda dalam hal keadilan hukum, sehingga
keadilan yang dianggap relatif terhadap setiap orang mampu disetarakan bagi setiap
masyarakat karena boleh atau tidaknya suatu tindakan manusia telah ada aturannya.
Daftar Pustaka
BBC. 2012. KPK menahan tersangka kasus korupsi Irjen Djoko Susilo . Diakses dari:
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2012/12/121203_kpkdjokosu
silo unduh pada 27-10-2017
BBC. 2014. Akil Mochtar Divonis Hukuman Seumur Hidup. Diakses dari:
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/06/140630_vonis_akil_
muchtar diunduh pada 29-10-2017
DetikNews. 2016. Ini 4 Copet yang Dibekuk Petugas Commuter Line Dalam Sehari.
Ada
Juga
yang
Perempuan.
Diakses
dari:
https://news.detik.com/berita/3270843/ini-4-copet-yang-dibekuk-petugascommuter-line-dalam-sehari-ada-juga-yang-perempuan diunduh pada 26-102017
Indriana,
Hanifah.
2013.
Postur
Korupsi
di
Indonesia.
Diakses
dari:
http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.co.id/2013/12/postur-korupsi-diIndonesia.html
Info Indonesia. 2011. Gayus Tambunan Harusnya Dipenjara. Tapi Bisa Ke Bali Dan
Ke Singapura. Diakses dari: https://infoindonesiakita.com/2011/01/05/gayustambunan-harusnya-dipenjara-tapi-bisa-ke-bali-dan-ke-singapura/
diunduh
pada 29-10-2017
KBBI. Diakses dari https://kbbi.web.id/ diunduh pada 27-10-2017
Kompas. 2017. ICW Kemukakan 6 Kejanggalan Putusan Hakim Praperadilan Setya
Novanto.
Diakses
dari:
http://nasional.kompas.com/read/2017/09/30/06581381/icw-kemukakan-6kejanggalan-putusan-hakim-praperadilan-setya-novanto
Kompas. 2017. Penangkapan Jaksa pada Pusaran Kasus Korupsi yang ditangani
KPK.
Diakses
dari:
http://nasional.kompas.com/read/2017/08/03/08492451/penangkapan-jaksapada-pusaran-kasus-korupsi-yang-ditangani-kpk diuduh pada 27-10-2017
Liputan 6. 2015. Nenek asyani terdakwa pencuri kayu divonis 1 tahun penjara
Diakses dari: http://news.liputan6.com/read/2219231/nenek-asyani-terdakwapencuri-kayu-divonis-1-tahun-penjara diunduh pada 29-10-2017
Radartgal.
2017.
Tak
Tersangka
Lagi.
Setnov
Sembuh
Diakses
dari:
https://radartegal.com/berita-nasional/tak-tersangka-lagi-setnovsembuh.18273.html diunduh pada 29-10-2017
Rmol.co. 2016. Di Penjara. Napi Koruptor Dudukikasta Tertinggi. Diakses dari:
http://www.rmol.co/read/2016/04/02/241739/Di-Penjara.-Napi-KoruptorDuduki-Kasta-Tertinggi- diunduh pada 29-10-2017
SindoNews. 2017. Beraksi di dalam Bus. Galang babak belur Dihajar massa.
https://metro.sindonews.com/read/1244810/170/beraksi-di-dalam-bus-galangbabak-belur-dihajar-massa-1506943567 Diakses dari: diunduh pada 26-102017
Tirto. 2017. Kasus Korupsi e-KTP Setnov Tak Hadiri Sidang Praperadilan Besok
Karena
Sakit.
Diakses
dari:
https://tirto.id/setnov-tak-hadiri-sidang-
praperadilan-besok-karena-sakit-cwlD diunduh pada 29-10-2017
Tribunnews. 2017. Jadi Tersangka Korupsi Dana Desa. Dua Kades Ini Masih Bisa
Tersenyum.
Diakses
dari:
http://www.tribunnews.com/regional/2017/08/16/jadi-tersangka-korupsi-danadesa-dua-kades-ini-masih-bisa-tersenyum diunduh pada 29-10-2017
UUD 1945. Diakses dari: http://jdih.pom.go.id/uud1945.pdf diunduh pada 30-102017
Waluyo, Bambang. 2014. Optimalisasi pemberantasan korupsi di Indonesia. Diakses
dari:
http://library.upnvj.ac.id/pdf/artikel/Artikel_jurnal_FH/Jurnal
%20Yuridis/jy-vol1-no2-des2014/169-182.pdf diunduh pada 26-10-2017