PERILAKU MENYIMPANG yang terjadi pada remaja
PERILAKU MENYIMPANG
MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu tugas mandiri mata kuliah sosiologi
Oleh
Hamdan Herdiawan
1124030031
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kami khususnya selaku penyusun dan para pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukanmasukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Bandung, 13 Desember 2013
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 pengertian Perilaku Menyimpang.........................................................................2
2.2 Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang............................................................................4
2.3 Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang.........................................................................5
2.4 Teori-Teori Perilaku Menyimpang........................................................................6
2.5 Bentuk-Bentuk Penyimpangan..............................................................................7
2.1 Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang...............................................................8
2.7 Sebab Terjadinya Penyimpangan..........................................................................9
2.8 Akibat Perilku Menyimpang.................................................................................10
2.9 Upaya Pencegahan Penyimpangan........................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Teori ini
dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena
proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap,
etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan “penyimpangan primer”
karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena
adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan
mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian perilaku menyimpang secara umum dan menurut
para ahli !
2. Jelaskan teori tentang perilaku menyimpang !
3. Sebutkan faktor-faktor perilaku menyimpang!
4. Sebutkan jenis-jenis perilaku menyimpang !
5. Sebutkan sifat-sifat perilaku menyimpang !
6. Sebutkan bentuk-bentuk perilaku menyimpang sosial !
7. Sebutkan dampak perilaku menyimpang !
1.3 Tujuan
1. mengetahui pengertian perilku menyimpang
2. mengetahui teori, faktor, jenis-jenis, dan sifat-sifat perilaku menyimpang
3. mengetahui bentuk bentuk menyimpang
4. mengetahui dampak perilku menyimpang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyimpangan sosial
Prilaku menyimpang adalah prilaku dari para warga masyarakat yang
dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang
berlaku1[1].
Perilaku
menyimpang
yang
juga
biasa
dikenal
dengan
nama
penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama)
secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk
sosial.2[2]
Secara Sederhana kita dapat mengatakan bahwa orang yang berprilaku
menyimpang
apabila
menurut
anggapan
sebagian
besar
masyarakat
(minimal di suatu kelompok atau komunitas tertentu) prilaku atau tindakan
tersebut diluar kebiasaan, adat istiadat, aturan, nilai, atau norma sosial yang
berlaku.
Perilaku menyimpang (deviance) adalah perilaku yang tidak sesuai
dengan norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat.
Perilaku
menyimpang
adalah
setiap
perilaku
yang
tidak
berhasil
menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertu dalam
masyarakat dan perbuatan yang mengabaikan norma yang terjadi apabila
seseorang/kelompok orang tidak mematuhi patokan-patokan yang berlaku di
dalam masyarakat.
Perilaku menyimpang adalah perilaku manusia yang bertentangan tidak
sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku.
Pengertian perilaku menyimpang menurut para ahli
1
2
1. Menurut Gilli
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang menyimpang dari norma dan nilai
social keluarga dan masyarakat yang menjadi penyebab memudarnya ikatan
atau solidaritas kelompok.
2. Bruce J. Cohen
Perilaku menyimpang adalah
setiap
perilaku
yang
tidak
berhasil
menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu
dalam masyarakat.
3. Robert M. Z. Lawang
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari normanorma yang berlaku dalam suatu sistem sosial.
4. James V. Zanaden
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang
dianggap sebagai hal yang tercela dan luar batas toleransi.
5. Paul B. Horton
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan kondisi
lingkungan dan kehidupan sosial.
6. G. Kartospoetra
Perilaku
menyimpang
adalah
perilaku
yang
diekspresikan
oleh
seseorang/sekelompok orang yang secara sadar atau tidak sadar tidak
menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku dan diterima oleh
sebagian besar warga masyarakat.3[3]
Membahas prilaku menyimpang tidaklah sederhana, sebab banyak
batasan tentang prilaku menyimpang, akan tetapi pada dasarnya prilaku
menyimpang tetap berfokus pada prilaku anggota-anggota masyarakat yang
tidak sejalan dengan prilaku yang dilakukan kebanyakan prilaku masyarakat
pada
umumnya.
James
Vander
Zander,
membuat
batasan
prilaku
menyimpang meliputi tindakan yang dianggap sebagai hal yang tercela dan
diluar batas-batas toleransi oleh sejumlah orang.4[4]
3
4
2.2 Ciri-Ciri Prilaku Menyimpang
Paul Horton mengemukakan ada enam ciri-ciri prilaku menyimpang
diantaranya :5[5]
1. Penyimpangan harus dapat didefinisikan, yaitu prilaku tersebut benar-benar
telah dicap sebagai penyimpangan karena merugikan banyak orangakau
membuat keresahan masyarakat walau pada kenyataanya tidak semua
2.
prilaku menyimpang merugikan orang.
Penyimpangan bisa diterima atau bisa ditolak, artinya tidak semua prilaku
menyimpang dianggap negatif, tetapi ada kalanya prilaku menyimang itu
justru mendapat pujian.
3. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak, artinya tidak ada satupun
manusia yang sepenuhnya berprilaku selurus-lurusnya sesuai dengan nilai
4.
atau norma sosial (konformis) atau berprilaku menyimpang.
Penyimpangan terhadap budaya nyata dan budaya ideal, artinya suatu
tidakan yang senyatanya jika dilihat dari budaya yang berlaku didalam
struktur masyarakat tersebut dianggap konform, namun oleh peraturan
hukum positif dianggap penyimpangan.
5. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan, maksudnya
adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginannya
tanpa harus menentang nilai dan norma tetapi sebenarnya perbuatan itu
norma.
6. Penyimpangan sosial bersifat adaktif ( Penyesuaian) artinya tindakan itu
tidak
tidak
menimbulkan
ancaman
disintegrasi
sosial,
tetapi
jusrtu
diperlukan untuk memelihara integritas sosial. Dinamikan sosial merupakan
salah satu produk dari proses sosial yang tidak bisa dihindari oleh siapapun.
Misalnya gerakan sosial politik pro demokrasi yang menentang keberadaan
pemerintahan yang otoriter semula dianggap sebagai bentuk tindakan
menyimpang akan tetapi gerakan tersebut justru didukung oleh banyak
orang sehingga keberadaan gerakan sosial Politik Anti pemerintahan justru
dianggap konform.
2.3 Jenis Prilaku Menyimpang
5
Secara garis besar bentuk prilaku menyimpang di bedakan menjadi dua
macam yaitu:
a.
Penyimpangan Positif6[6]
Pada Awalnya Yang dimaksud prilaku menyimpang adalah segaa
prilaku atau perbuatan yang tidak sejalan dengan pola-pola tingkah laku
masyarakat dimana ia berada. Biasanya prilaku ini selain merugikan
masyarakat juga membikin resah kehidupan sosial. Akan tetapi jika merujuk
pada teorli relativitas penyimpangan, maka akan timbul persoalan baru.
Misalnya jika dalam kenyataannya dari pola-pola prilaku masyarakat
setempat mayoritas memilki kebisaan yang menyimpang seperti madat,
madon (berzina), main judi, minum minuman keras, kemudian ada dua orang
yang rajin beribadah, tidak mau mengikuti pola-pola kebanyakan orang yang
menurutnya adalah penyimpangan, maka orang yang sebenarnya berprilaku
konform
justru
dikatakan
menyimpang
dari
kebiasaan
masyarakat
kebanyakan. Hanya tidak memiliki kebiasaan yang tidak sejalan dengan
dengan prilaku publik setempat, maka ia disebut menyimpang.
Dengan demikian, Penyimpangan positif adalah penyimpangan yang
terarah pada nilai-nilai sosial yang ideal(didambakan) walaupun cara atau
tindakan yang dilakukan tersebut seolah-olah kelihatan menyimpang dari
norma-norma yang berlaku, padahal sebenarnya adalah tidak menyimpang.
b. Penyimpangan Negatif7[7]
Mencari formula penyimpangan negatif tidak lah sukar. Patokannya
adalah jika terdapat perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang yang dianggap tercela oleh masyarkat umum, dan
menjadikannya dikucilkan, dibenci dan dihukum, maka perbuatan ini
dikatakan menyimpang secara negatif. Prilaku menyimpang ini biasanya
berakibat merugikan, menyakiti bahkan menghilangkan nyawa orang.
Misalnya mencuri, membunuh, memerkosa dan lain sebagainya. Tetapi ada
juga penyimpangan yang tidak merugikan atau menyakiti orang lain, tetapi
6
7
prilaku ini dikategorikan sebagai tindakan menyimpang, seperti tidak sopan,
melakukan tindakan asusila seperti melacurkan diri, mengkonsumsi narkoba,
minum minuman keras, bahkan tidak mau mengerjakan sembahyang,
melanggar adat istiadat.
Dengan
demikian,
penyimpangan
negatif
adalah
kecenderungan
bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan akibatnya
selalu buruk.
2.4 Teori Tentang Perilaku Menyimpang
a. Teori Labeling
Teori ini dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku
menyimpang karena proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah
pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan
“penyimpangan primer” karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari
masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya
sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau
gaya hidup bagi pelakunya.
b. Teori Sosialisasi
Teori Sosialisasi menyatakan bahwa seseorang biasanya menghayati nilai-nilai dan
norma-norma dari bebrapa orang yang dekat dan cocok dengan dirinya. Jadi, bagaimanakah
seseorang menghayati nilai-nilai dan norma-norma sosial sehingga dirinya dapat melahirkan
perilaku menyimpang, Ada dua penjelasan yang dapat di kemukakan. Pertama, Kebudayaan
khusus yang menyimpang, yaitu apabila sebagian besar teman seseorang melakukan perilaku
menyimpang maka orang itu mungkin akan berperilaku menyimpang juga. Sebagai contoh,
beberapa studydi Amerika, menunjukkan bahwa di kampung-kampung yang berantakan dan
tidak terorganisir secara baik, perilaku jahat merupakan pola perilaku yang normal (wajar)
c.
Teori Pergaulan Berbeda ( Differential Association )
Teori ini diciptakan oleh Edwin H. Sutherland dan menurut teori ini penyimpangan
bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang. Penyimpangan
didapatkan dari proses alih budaya (cultural transmission) dan dari proses tersebut seseorang
mempelajari subkebudayaan menyimpangang (deviant subculture). Contoh teori pergaulan
berbeda : perilaku tunasusila, peran sebagai tunasusila dipelajari oleh seseorang dengan belajar
yaitu melakukan pergaulan yang intim dengan para penyimpang (tunasusila senior) dan
kemudian ia melakukan percobaan dengan melakukan peran menyimpang tersebut.
d. Teori Anomie
Konsep anomie di kembangkangkan oleh seorang sosiologi dari Perancis, Emile
Durkheim. Istilah Anomie dapat diartikan sebagai ketiadaan norma. Konsep tersebut dipakai
untuk menggambarkan suatu masyarakat yang memiliki banyak norma dan nilai yang satu sama
lain saling bertentangan. Suatu mayarakat yang anomis (tanpa norma) tidak mempunyai
pedoman mantap yang dapat dipelajari dan di pegang oleh para anggota masyarakatnya. Selain
Emile Durkheim ada tokoh lain yang mengemukakan tentang teori anomie yaitu Robert K.
Merton, ia mengemukakan bahwa penyimpangan terjadi melalui struktur sosial. Menurut Merton
struktur sosial dapat menghasilkan perilaku yang konformis (sesuai dengan norma) dan sekaligus
perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan. Merton berpendapat bahwa struktur
sosial mengahasilkan tekanan kearah anomie dan perilaku menyimpang karena adanya
ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan
tersebut.
2.5 Bentuk-bentuk Penyimpangan Sosial
a. Penyimpangan primer
Penyimpangan primer adalah penyimpangan sosial yang bersifat temporer
atau sementara dan hanya menguasai sebagian kecil kehidupan seseorang.
Ciri-ciri:
Bersifat sementara.
Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang.
Masyarakat masih mentolerir/menerima.
Contoh penyimpangan primer adalah siswa tidak mengenakan seragam
lengkap saat upacara, siswa tidak mengerjakan tugas,dan sebagainya.
b. Penyimpangan sekunder
Penyimpangan sekunder adalah perbuatan yang dilakukan secara khas
memerlihatkan perilaku menyimpang dan secara umum dikenal sebagai
orang
yang
menyimpang,
karena
sering
melakukan tindakan
yang
meresahkan orang lain. Adapun ciri-ciri penyimpangan sekunder adalah:
1. Gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang.
2. Masyarakat tidak bisa mentolerir perilaku tersebut.
Contoh
penyimpangan
bentuk tindakan kriminalitas,
sekunder
seperti
adalah
curanmor,
semua
perampokan,
pembunuhan, dan sebagainya.
c.
Penyimpangan kelompok
Penyimpangan
kelompok
merupakan
penyimpangan
yang dilakukan
secara kolektif dengan cara melakukan kegiatan yang menyimpang dari
norma masyarakat yang berlaku. Misalnya komplotan perampok.
d. Penyimpangan individu:
Penyimpangan individu merupakan bentuk penyimpangan yang dilakukan
oleh seseorang dengan melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai
norma-norma yang telah mapan dan nyata-nyata menolak norma tersebut.
Misalnya pencurian yang dilakukan seorang diri.
2.6 Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang tidak terjadi begitu
saja
tanpa
ada
sebab-sebab
yang
menyertainya,
karena
perilaku
menyimpang berkembang melalui suatu periode waktu-waktu tertentu
sebagai
hasil
dari
serangkaian
tahapan
interaksisosial
dan
adanya
kesempatan untuk berperilaku menyimpang.
Adapun sebab atau faktor-faktor terjadinya perilaku menyimpang antara
lain yaitu :
1. Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna ( Ketidaksanggupan Menyerap
Norma-Norma Kebudayaan) Apabila proses sosialisasi tidak sempurna,
maka dapat melahirkan suatu perilaku menyimpang. Proses sosialisasi
tidak sempurna terjadi karena nilai-nilai atau norma-norma yang
dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi yang
dijalankan, sehingga seseorang tidak memprhitungkan resiko yang
terjadi apabila ia melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai
dan norma sosial yang berlaku. Contoh perilaku menyimpang akibat
ketidaksempurnaan proses sosialisasi dalam keluarga, bahwa anakanak yang melakukan kejahatan cenderung berasal dari keluarga yang
retak/rusak, artinya ia mengalami ketiksempurnaan dalam proses
sosialisasi dalm keluarganya.
2. Proses Belajar yang Menyimpang Proses belajar ini terjadi karena
melalui interaksi sosial dengan orang lain terutama dengan orangorang yang memiliki perilaku menyimpang dan sudah berpengalaman
dalam hal menyimpang.Ketegangan antara Kebudayaan dan Struktur
Sosial Apabila peluang untuk mencari cara-cara dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya tidak diberikan, maka muncul kemungkinan akan
terjadinya perilaku menyimpang. Contoh pada masyarakat feodal tuan
tanah memiliki kekuasaan istimewa atas warga yang berstatus buruh
tani atau penyewa sehingga tuan tanah dapat melakukan tindakan
sewenang-wenang pada para buruh atau penyewa tanah yaitu dengan
menurunkan upah ataupun kenaikan harga sewa. Apabila kesewenangwenangan itu terjadi secara terus-menerus, maka dapat memicu
terjadinya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh buruh dan
penyewa tanah yaitu dengan melakukan kekerasan, perlawanan,
penipuan, atau bahkan pembunuhan.
3. Ikatan Sosial yang Berlainan
4. Hasil Sosialisasi dari Nilai-Nilai Subkebudayaan yang Menyimpang
2.7 Sebab Sebab Terjadinya Penyimpangan Sosial
Sosialisasi Yang Tidak Sempurna Atau Tidak Berhasil Karena Seseorang
Mengalami Kesulitan Dalam Hal Komunikasi Ketika Bersosialisasi.
Penyimpangan Juga Dapat Terjadi Apabila Seseorang Sejak Masih Kecil
Mengamati Bahkan Meniru Perilaku Menyimpang Yang Dilakukan Oleh OrangOrang Dewasa.
Terbentuknya Perilaku Menyimpang Juga Merupakan Hasil Sosialisasi Nilai
Sub Kebudayaan Menyimpang Yang Di Pengaruhi Oleh Beberapa Faktor
Seperti Faktor Ekonomi Dan Faktor Agama
Pesan-Pesan Yang Disampaikan Antara Agen Sosialisasi Yang Satu Dengan
Agen Sosialisasi Yang Lain Kadang Bertentangan, Misalnya : Orang Tua
Mengajarkan Merokok Itu Tidak Baik, Sementara Iklan Rokok Begitu Menarik,
Dan Anak Memiliki Kelompok Teman Sebaya Yang Pada Umumnya Merokok,
Sehingga Jika Ia Mengikuti Pesan Orang Tuanya Ia Akan Menyimpang Dari
Norma Kelompoknya.
Masyarakat Yang Hidup Di Daerah Kumuh Sibuk Dengan Usahanya
Memenuhi Kebutuhannya, Kebanyakan Mereka Menganggap Pengucapan
Kata-Kata Kotor, Membuang Sampah Sembarangan, Membunyikan Radio
Dengan Keras Merupakan Hal Biasa.
2.8 Akibat Perilaku Menyimpang
Seorang perilaku penyimpangan senantiasa berusaha mencari kawan
yang sama untuk bergaul bersama, dengan tujuan supaya mendapatkan
“teman”.
Lama-kelamaan
berkumpullah
berbagai
individu
pelaku
penyimpangan menjadi penyimpangan kelompok, akhirnya bermuara pada
penentangan terhadap norma masyarakat. Dampak yang ditimbulkan selain
terhadap individu juga terhadap kelompok atau masyarakat. Dampak apa
saja yang ditimbulkan adanya tindak penyimpangan terhadap kelompok
masyarakat
3
Kriminalitas tindak kejahatan Tindak kekerasan seorang kadangkala hasil
penularan seorang individu lain, sehingga tindak kejahatan akan muncul
berkelompok dalam masyarakat. Contoh : seorang residivis dalam penjara
akan mendapatkan kawan sesama penjahat, sehingga sekeluarnya dari
penjara
akan
membentuk
“kelompok
penjahat”
,
sehingga
dalam
masyarakat muncullah kriminalitas-kriminalitas baru.
4 Terganggunya keseimbangan sosial Robert K. Merton mengemukakan teori
yang
menjelaskan
bahwa
perilaku
menyimpang
itu
merupakan
penyimpangan melaliu struktur sosial. Karena masyarakat merupakan
struktur sosial, maka tindak penyimpangan pasti akan berdampak terhadap
masyarakat yang akan mengganggu keseimbangan sosialnya. Contoh :
5
pemberontakan, pecandu obat bius, gelandangan, pemabuk, dsb.
Pudarnya nilai dan norma Karena pelaku penyimpangan tidak mendapatkan
sanksi yang tegas dan jelas, maka muncullah sikap apatis pada pelaksanaan
nilai-nilai dan norma masyarakat. Sehingga nilai dan norma menjadi pudar
kewibawaannya untuk mengatur tata tertib dalam masyarakat. Juga karena
pengaruh
globalisasi
di
bidang
informasi
dan
hiburan
memudahkan
masuknya pengaruh asing yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia
mampu memudarkan nilai dan norma, karena tindak penyimpangan sebagai
eksesnya. Contoh : karena pengaruh film-film luar yang mempertontonkan
tindak penyimpangan yang dianggap hal-hal yang wajar disana, akan
mampu menimbulkan orang yang tidak percaya lagi pada nilai dan norma di
Indonesia.
2.9 Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial
a. Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial dalam Keluarga
Melalui keluargalah kepribadian seseorang terbentuk. Keluarga sebagai
peletak dasar terbentuknya kepribadian seseorang sangat berperan besar
dalam menciptakan suasana yang kondusif bagi usaha pencegahan terhadap
segala bentuk perilaku menyimpang.
Adapun bentuk-bentuk upaya pencegahan penyimpangan sosial dalam
keluarga antara lain:
1.
Melalui penanaman nilai-nilai dan norma agama
Menciptakan hubungan yang harmonis dalam keluarga
Keteladanan orang tua
b. Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial dalam Masyarakat
Melalui
pertemuan
dalam
saling mengungkapkan perlunya
lingkup
menjaga
RT
keteraturan
para
sosial
warga
dan
melakukan peringatan jika ada hal-hal yang dianggap menyimpang.
2. Menciptakan suasana yang kondusif bag terbentuknya keteraturan sosial.
3.
Memasang peringatan atau ajakan agar warga selalu tetap menjaga
keteraturan sosial,
4.
Peran serta media massa untuk menyiarkan hal-hal yang seharusnya
dilakukan oleh masyarakat dan hal-hal yang seharusnya dihindari
5.
Peran serta kaum pemuka agama untuk menanamkan kesadaran kepada
para pengikutnya agar menjalankan ajaran sesuai dengan nilai dan norma
agama dalam kehidupan sehari-hari.
6.
Peran serta sekolah sebagai institusi pendidikan untuk menerapkan tata
tertib dilengkapi sanksi dan tindakan tegas bagi siswa yang melanggarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari
uraian
diatas
maka
dapat
kami
simpulkan
sebagai
berikut:
Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita . Teori ini
dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena
proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap,
etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan “penyimpangan primer”
karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena
adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan
mengulangi lagi penyimpangan itu pun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya
hari-hari.
Daftar Pustaka
Elly M. Setiadi & Usman Kolip, pengantar sosiologi (Kencana Prenada Media Group) Jakarta
2011.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang
http://srievalusiana.site90.com/pengertian_penyimpangan_sosial.html
Definisi dikutip dari M. Sitorus, Berkenalan dengan sosilogi 1 unutk SMA Kelas II, Erlangga,
Jakarta . 2003, Hal 80
Soerjono Sukanto, Sosiologi Suatu Pengantar, PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 1982 Jakarta
MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu tugas mandiri mata kuliah sosiologi
Oleh
Hamdan Herdiawan
1124030031
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kami khususnya selaku penyusun dan para pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukanmasukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Bandung, 13 Desember 2013
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 pengertian Perilaku Menyimpang.........................................................................2
2.2 Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang............................................................................4
2.3 Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang.........................................................................5
2.4 Teori-Teori Perilaku Menyimpang........................................................................6
2.5 Bentuk-Bentuk Penyimpangan..............................................................................7
2.1 Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang...............................................................8
2.7 Sebab Terjadinya Penyimpangan..........................................................................9
2.8 Akibat Perilku Menyimpang.................................................................................10
2.9 Upaya Pencegahan Penyimpangan........................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Teori ini
dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena
proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap,
etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan “penyimpangan primer”
karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena
adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan
mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian perilaku menyimpang secara umum dan menurut
para ahli !
2. Jelaskan teori tentang perilaku menyimpang !
3. Sebutkan faktor-faktor perilaku menyimpang!
4. Sebutkan jenis-jenis perilaku menyimpang !
5. Sebutkan sifat-sifat perilaku menyimpang !
6. Sebutkan bentuk-bentuk perilaku menyimpang sosial !
7. Sebutkan dampak perilaku menyimpang !
1.3 Tujuan
1. mengetahui pengertian perilku menyimpang
2. mengetahui teori, faktor, jenis-jenis, dan sifat-sifat perilaku menyimpang
3. mengetahui bentuk bentuk menyimpang
4. mengetahui dampak perilku menyimpang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyimpangan sosial
Prilaku menyimpang adalah prilaku dari para warga masyarakat yang
dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang
berlaku1[1].
Perilaku
menyimpang
yang
juga
biasa
dikenal
dengan
nama
penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama)
secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk
sosial.2[2]
Secara Sederhana kita dapat mengatakan bahwa orang yang berprilaku
menyimpang
apabila
menurut
anggapan
sebagian
besar
masyarakat
(minimal di suatu kelompok atau komunitas tertentu) prilaku atau tindakan
tersebut diluar kebiasaan, adat istiadat, aturan, nilai, atau norma sosial yang
berlaku.
Perilaku menyimpang (deviance) adalah perilaku yang tidak sesuai
dengan norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat.
Perilaku
menyimpang
adalah
setiap
perilaku
yang
tidak
berhasil
menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertu dalam
masyarakat dan perbuatan yang mengabaikan norma yang terjadi apabila
seseorang/kelompok orang tidak mematuhi patokan-patokan yang berlaku di
dalam masyarakat.
Perilaku menyimpang adalah perilaku manusia yang bertentangan tidak
sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku.
Pengertian perilaku menyimpang menurut para ahli
1
2
1. Menurut Gilli
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang menyimpang dari norma dan nilai
social keluarga dan masyarakat yang menjadi penyebab memudarnya ikatan
atau solidaritas kelompok.
2. Bruce J. Cohen
Perilaku menyimpang adalah
setiap
perilaku
yang
tidak
berhasil
menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu
dalam masyarakat.
3. Robert M. Z. Lawang
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari normanorma yang berlaku dalam suatu sistem sosial.
4. James V. Zanaden
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang
dianggap sebagai hal yang tercela dan luar batas toleransi.
5. Paul B. Horton
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan kondisi
lingkungan dan kehidupan sosial.
6. G. Kartospoetra
Perilaku
menyimpang
adalah
perilaku
yang
diekspresikan
oleh
seseorang/sekelompok orang yang secara sadar atau tidak sadar tidak
menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku dan diterima oleh
sebagian besar warga masyarakat.3[3]
Membahas prilaku menyimpang tidaklah sederhana, sebab banyak
batasan tentang prilaku menyimpang, akan tetapi pada dasarnya prilaku
menyimpang tetap berfokus pada prilaku anggota-anggota masyarakat yang
tidak sejalan dengan prilaku yang dilakukan kebanyakan prilaku masyarakat
pada
umumnya.
James
Vander
Zander,
membuat
batasan
prilaku
menyimpang meliputi tindakan yang dianggap sebagai hal yang tercela dan
diluar batas-batas toleransi oleh sejumlah orang.4[4]
3
4
2.2 Ciri-Ciri Prilaku Menyimpang
Paul Horton mengemukakan ada enam ciri-ciri prilaku menyimpang
diantaranya :5[5]
1. Penyimpangan harus dapat didefinisikan, yaitu prilaku tersebut benar-benar
telah dicap sebagai penyimpangan karena merugikan banyak orangakau
membuat keresahan masyarakat walau pada kenyataanya tidak semua
2.
prilaku menyimpang merugikan orang.
Penyimpangan bisa diterima atau bisa ditolak, artinya tidak semua prilaku
menyimpang dianggap negatif, tetapi ada kalanya prilaku menyimang itu
justru mendapat pujian.
3. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak, artinya tidak ada satupun
manusia yang sepenuhnya berprilaku selurus-lurusnya sesuai dengan nilai
4.
atau norma sosial (konformis) atau berprilaku menyimpang.
Penyimpangan terhadap budaya nyata dan budaya ideal, artinya suatu
tidakan yang senyatanya jika dilihat dari budaya yang berlaku didalam
struktur masyarakat tersebut dianggap konform, namun oleh peraturan
hukum positif dianggap penyimpangan.
5. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan, maksudnya
adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginannya
tanpa harus menentang nilai dan norma tetapi sebenarnya perbuatan itu
norma.
6. Penyimpangan sosial bersifat adaktif ( Penyesuaian) artinya tindakan itu
tidak
tidak
menimbulkan
ancaman
disintegrasi
sosial,
tetapi
jusrtu
diperlukan untuk memelihara integritas sosial. Dinamikan sosial merupakan
salah satu produk dari proses sosial yang tidak bisa dihindari oleh siapapun.
Misalnya gerakan sosial politik pro demokrasi yang menentang keberadaan
pemerintahan yang otoriter semula dianggap sebagai bentuk tindakan
menyimpang akan tetapi gerakan tersebut justru didukung oleh banyak
orang sehingga keberadaan gerakan sosial Politik Anti pemerintahan justru
dianggap konform.
2.3 Jenis Prilaku Menyimpang
5
Secara garis besar bentuk prilaku menyimpang di bedakan menjadi dua
macam yaitu:
a.
Penyimpangan Positif6[6]
Pada Awalnya Yang dimaksud prilaku menyimpang adalah segaa
prilaku atau perbuatan yang tidak sejalan dengan pola-pola tingkah laku
masyarakat dimana ia berada. Biasanya prilaku ini selain merugikan
masyarakat juga membikin resah kehidupan sosial. Akan tetapi jika merujuk
pada teorli relativitas penyimpangan, maka akan timbul persoalan baru.
Misalnya jika dalam kenyataannya dari pola-pola prilaku masyarakat
setempat mayoritas memilki kebisaan yang menyimpang seperti madat,
madon (berzina), main judi, minum minuman keras, kemudian ada dua orang
yang rajin beribadah, tidak mau mengikuti pola-pola kebanyakan orang yang
menurutnya adalah penyimpangan, maka orang yang sebenarnya berprilaku
konform
justru
dikatakan
menyimpang
dari
kebiasaan
masyarakat
kebanyakan. Hanya tidak memiliki kebiasaan yang tidak sejalan dengan
dengan prilaku publik setempat, maka ia disebut menyimpang.
Dengan demikian, Penyimpangan positif adalah penyimpangan yang
terarah pada nilai-nilai sosial yang ideal(didambakan) walaupun cara atau
tindakan yang dilakukan tersebut seolah-olah kelihatan menyimpang dari
norma-norma yang berlaku, padahal sebenarnya adalah tidak menyimpang.
b. Penyimpangan Negatif7[7]
Mencari formula penyimpangan negatif tidak lah sukar. Patokannya
adalah jika terdapat perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang yang dianggap tercela oleh masyarkat umum, dan
menjadikannya dikucilkan, dibenci dan dihukum, maka perbuatan ini
dikatakan menyimpang secara negatif. Prilaku menyimpang ini biasanya
berakibat merugikan, menyakiti bahkan menghilangkan nyawa orang.
Misalnya mencuri, membunuh, memerkosa dan lain sebagainya. Tetapi ada
juga penyimpangan yang tidak merugikan atau menyakiti orang lain, tetapi
6
7
prilaku ini dikategorikan sebagai tindakan menyimpang, seperti tidak sopan,
melakukan tindakan asusila seperti melacurkan diri, mengkonsumsi narkoba,
minum minuman keras, bahkan tidak mau mengerjakan sembahyang,
melanggar adat istiadat.
Dengan
demikian,
penyimpangan
negatif
adalah
kecenderungan
bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan akibatnya
selalu buruk.
2.4 Teori Tentang Perilaku Menyimpang
a. Teori Labeling
Teori ini dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku
menyimpang karena proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah
pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan
“penyimpangan primer” karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari
masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya
sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau
gaya hidup bagi pelakunya.
b. Teori Sosialisasi
Teori Sosialisasi menyatakan bahwa seseorang biasanya menghayati nilai-nilai dan
norma-norma dari bebrapa orang yang dekat dan cocok dengan dirinya. Jadi, bagaimanakah
seseorang menghayati nilai-nilai dan norma-norma sosial sehingga dirinya dapat melahirkan
perilaku menyimpang, Ada dua penjelasan yang dapat di kemukakan. Pertama, Kebudayaan
khusus yang menyimpang, yaitu apabila sebagian besar teman seseorang melakukan perilaku
menyimpang maka orang itu mungkin akan berperilaku menyimpang juga. Sebagai contoh,
beberapa studydi Amerika, menunjukkan bahwa di kampung-kampung yang berantakan dan
tidak terorganisir secara baik, perilaku jahat merupakan pola perilaku yang normal (wajar)
c.
Teori Pergaulan Berbeda ( Differential Association )
Teori ini diciptakan oleh Edwin H. Sutherland dan menurut teori ini penyimpangan
bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang. Penyimpangan
didapatkan dari proses alih budaya (cultural transmission) dan dari proses tersebut seseorang
mempelajari subkebudayaan menyimpangang (deviant subculture). Contoh teori pergaulan
berbeda : perilaku tunasusila, peran sebagai tunasusila dipelajari oleh seseorang dengan belajar
yaitu melakukan pergaulan yang intim dengan para penyimpang (tunasusila senior) dan
kemudian ia melakukan percobaan dengan melakukan peran menyimpang tersebut.
d. Teori Anomie
Konsep anomie di kembangkangkan oleh seorang sosiologi dari Perancis, Emile
Durkheim. Istilah Anomie dapat diartikan sebagai ketiadaan norma. Konsep tersebut dipakai
untuk menggambarkan suatu masyarakat yang memiliki banyak norma dan nilai yang satu sama
lain saling bertentangan. Suatu mayarakat yang anomis (tanpa norma) tidak mempunyai
pedoman mantap yang dapat dipelajari dan di pegang oleh para anggota masyarakatnya. Selain
Emile Durkheim ada tokoh lain yang mengemukakan tentang teori anomie yaitu Robert K.
Merton, ia mengemukakan bahwa penyimpangan terjadi melalui struktur sosial. Menurut Merton
struktur sosial dapat menghasilkan perilaku yang konformis (sesuai dengan norma) dan sekaligus
perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan. Merton berpendapat bahwa struktur
sosial mengahasilkan tekanan kearah anomie dan perilaku menyimpang karena adanya
ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan
tersebut.
2.5 Bentuk-bentuk Penyimpangan Sosial
a. Penyimpangan primer
Penyimpangan primer adalah penyimpangan sosial yang bersifat temporer
atau sementara dan hanya menguasai sebagian kecil kehidupan seseorang.
Ciri-ciri:
Bersifat sementara.
Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang.
Masyarakat masih mentolerir/menerima.
Contoh penyimpangan primer adalah siswa tidak mengenakan seragam
lengkap saat upacara, siswa tidak mengerjakan tugas,dan sebagainya.
b. Penyimpangan sekunder
Penyimpangan sekunder adalah perbuatan yang dilakukan secara khas
memerlihatkan perilaku menyimpang dan secara umum dikenal sebagai
orang
yang
menyimpang,
karena
sering
melakukan tindakan
yang
meresahkan orang lain. Adapun ciri-ciri penyimpangan sekunder adalah:
1. Gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang.
2. Masyarakat tidak bisa mentolerir perilaku tersebut.
Contoh
penyimpangan
bentuk tindakan kriminalitas,
sekunder
seperti
adalah
curanmor,
semua
perampokan,
pembunuhan, dan sebagainya.
c.
Penyimpangan kelompok
Penyimpangan
kelompok
merupakan
penyimpangan
yang dilakukan
secara kolektif dengan cara melakukan kegiatan yang menyimpang dari
norma masyarakat yang berlaku. Misalnya komplotan perampok.
d. Penyimpangan individu:
Penyimpangan individu merupakan bentuk penyimpangan yang dilakukan
oleh seseorang dengan melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai
norma-norma yang telah mapan dan nyata-nyata menolak norma tersebut.
Misalnya pencurian yang dilakukan seorang diri.
2.6 Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang tidak terjadi begitu
saja
tanpa
ada
sebab-sebab
yang
menyertainya,
karena
perilaku
menyimpang berkembang melalui suatu periode waktu-waktu tertentu
sebagai
hasil
dari
serangkaian
tahapan
interaksisosial
dan
adanya
kesempatan untuk berperilaku menyimpang.
Adapun sebab atau faktor-faktor terjadinya perilaku menyimpang antara
lain yaitu :
1. Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna ( Ketidaksanggupan Menyerap
Norma-Norma Kebudayaan) Apabila proses sosialisasi tidak sempurna,
maka dapat melahirkan suatu perilaku menyimpang. Proses sosialisasi
tidak sempurna terjadi karena nilai-nilai atau norma-norma yang
dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi yang
dijalankan, sehingga seseorang tidak memprhitungkan resiko yang
terjadi apabila ia melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai
dan norma sosial yang berlaku. Contoh perilaku menyimpang akibat
ketidaksempurnaan proses sosialisasi dalam keluarga, bahwa anakanak yang melakukan kejahatan cenderung berasal dari keluarga yang
retak/rusak, artinya ia mengalami ketiksempurnaan dalam proses
sosialisasi dalm keluarganya.
2. Proses Belajar yang Menyimpang Proses belajar ini terjadi karena
melalui interaksi sosial dengan orang lain terutama dengan orangorang yang memiliki perilaku menyimpang dan sudah berpengalaman
dalam hal menyimpang.Ketegangan antara Kebudayaan dan Struktur
Sosial Apabila peluang untuk mencari cara-cara dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya tidak diberikan, maka muncul kemungkinan akan
terjadinya perilaku menyimpang. Contoh pada masyarakat feodal tuan
tanah memiliki kekuasaan istimewa atas warga yang berstatus buruh
tani atau penyewa sehingga tuan tanah dapat melakukan tindakan
sewenang-wenang pada para buruh atau penyewa tanah yaitu dengan
menurunkan upah ataupun kenaikan harga sewa. Apabila kesewenangwenangan itu terjadi secara terus-menerus, maka dapat memicu
terjadinya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh buruh dan
penyewa tanah yaitu dengan melakukan kekerasan, perlawanan,
penipuan, atau bahkan pembunuhan.
3. Ikatan Sosial yang Berlainan
4. Hasil Sosialisasi dari Nilai-Nilai Subkebudayaan yang Menyimpang
2.7 Sebab Sebab Terjadinya Penyimpangan Sosial
Sosialisasi Yang Tidak Sempurna Atau Tidak Berhasil Karena Seseorang
Mengalami Kesulitan Dalam Hal Komunikasi Ketika Bersosialisasi.
Penyimpangan Juga Dapat Terjadi Apabila Seseorang Sejak Masih Kecil
Mengamati Bahkan Meniru Perilaku Menyimpang Yang Dilakukan Oleh OrangOrang Dewasa.
Terbentuknya Perilaku Menyimpang Juga Merupakan Hasil Sosialisasi Nilai
Sub Kebudayaan Menyimpang Yang Di Pengaruhi Oleh Beberapa Faktor
Seperti Faktor Ekonomi Dan Faktor Agama
Pesan-Pesan Yang Disampaikan Antara Agen Sosialisasi Yang Satu Dengan
Agen Sosialisasi Yang Lain Kadang Bertentangan, Misalnya : Orang Tua
Mengajarkan Merokok Itu Tidak Baik, Sementara Iklan Rokok Begitu Menarik,
Dan Anak Memiliki Kelompok Teman Sebaya Yang Pada Umumnya Merokok,
Sehingga Jika Ia Mengikuti Pesan Orang Tuanya Ia Akan Menyimpang Dari
Norma Kelompoknya.
Masyarakat Yang Hidup Di Daerah Kumuh Sibuk Dengan Usahanya
Memenuhi Kebutuhannya, Kebanyakan Mereka Menganggap Pengucapan
Kata-Kata Kotor, Membuang Sampah Sembarangan, Membunyikan Radio
Dengan Keras Merupakan Hal Biasa.
2.8 Akibat Perilaku Menyimpang
Seorang perilaku penyimpangan senantiasa berusaha mencari kawan
yang sama untuk bergaul bersama, dengan tujuan supaya mendapatkan
“teman”.
Lama-kelamaan
berkumpullah
berbagai
individu
pelaku
penyimpangan menjadi penyimpangan kelompok, akhirnya bermuara pada
penentangan terhadap norma masyarakat. Dampak yang ditimbulkan selain
terhadap individu juga terhadap kelompok atau masyarakat. Dampak apa
saja yang ditimbulkan adanya tindak penyimpangan terhadap kelompok
masyarakat
3
Kriminalitas tindak kejahatan Tindak kekerasan seorang kadangkala hasil
penularan seorang individu lain, sehingga tindak kejahatan akan muncul
berkelompok dalam masyarakat. Contoh : seorang residivis dalam penjara
akan mendapatkan kawan sesama penjahat, sehingga sekeluarnya dari
penjara
akan
membentuk
“kelompok
penjahat”
,
sehingga
dalam
masyarakat muncullah kriminalitas-kriminalitas baru.
4 Terganggunya keseimbangan sosial Robert K. Merton mengemukakan teori
yang
menjelaskan
bahwa
perilaku
menyimpang
itu
merupakan
penyimpangan melaliu struktur sosial. Karena masyarakat merupakan
struktur sosial, maka tindak penyimpangan pasti akan berdampak terhadap
masyarakat yang akan mengganggu keseimbangan sosialnya. Contoh :
5
pemberontakan, pecandu obat bius, gelandangan, pemabuk, dsb.
Pudarnya nilai dan norma Karena pelaku penyimpangan tidak mendapatkan
sanksi yang tegas dan jelas, maka muncullah sikap apatis pada pelaksanaan
nilai-nilai dan norma masyarakat. Sehingga nilai dan norma menjadi pudar
kewibawaannya untuk mengatur tata tertib dalam masyarakat. Juga karena
pengaruh
globalisasi
di
bidang
informasi
dan
hiburan
memudahkan
masuknya pengaruh asing yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia
mampu memudarkan nilai dan norma, karena tindak penyimpangan sebagai
eksesnya. Contoh : karena pengaruh film-film luar yang mempertontonkan
tindak penyimpangan yang dianggap hal-hal yang wajar disana, akan
mampu menimbulkan orang yang tidak percaya lagi pada nilai dan norma di
Indonesia.
2.9 Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial
a. Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial dalam Keluarga
Melalui keluargalah kepribadian seseorang terbentuk. Keluarga sebagai
peletak dasar terbentuknya kepribadian seseorang sangat berperan besar
dalam menciptakan suasana yang kondusif bagi usaha pencegahan terhadap
segala bentuk perilaku menyimpang.
Adapun bentuk-bentuk upaya pencegahan penyimpangan sosial dalam
keluarga antara lain:
1.
Melalui penanaman nilai-nilai dan norma agama
Menciptakan hubungan yang harmonis dalam keluarga
Keteladanan orang tua
b. Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial dalam Masyarakat
Melalui
pertemuan
dalam
saling mengungkapkan perlunya
lingkup
menjaga
RT
keteraturan
para
sosial
warga
dan
melakukan peringatan jika ada hal-hal yang dianggap menyimpang.
2. Menciptakan suasana yang kondusif bag terbentuknya keteraturan sosial.
3.
Memasang peringatan atau ajakan agar warga selalu tetap menjaga
keteraturan sosial,
4.
Peran serta media massa untuk menyiarkan hal-hal yang seharusnya
dilakukan oleh masyarakat dan hal-hal yang seharusnya dihindari
5.
Peran serta kaum pemuka agama untuk menanamkan kesadaran kepada
para pengikutnya agar menjalankan ajaran sesuai dengan nilai dan norma
agama dalam kehidupan sehari-hari.
6.
Peran serta sekolah sebagai institusi pendidikan untuk menerapkan tata
tertib dilengkapi sanksi dan tindakan tegas bagi siswa yang melanggarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari
uraian
diatas
maka
dapat
kami
simpulkan
sebagai
berikut:
Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita . Teori ini
dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena
proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap,
etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan “penyimpangan primer”
karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena
adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan
mengulangi lagi penyimpangan itu pun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya
hari-hari.
Daftar Pustaka
Elly M. Setiadi & Usman Kolip, pengantar sosiologi (Kencana Prenada Media Group) Jakarta
2011.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang
http://srievalusiana.site90.com/pengertian_penyimpangan_sosial.html
Definisi dikutip dari M. Sitorus, Berkenalan dengan sosilogi 1 unutk SMA Kelas II, Erlangga,
Jakarta . 2003, Hal 80
Soerjono Sukanto, Sosiologi Suatu Pengantar, PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 1982 Jakarta