PEMBAHASAN SECARA: Pemikiran Pendidikan Islam

BAB I
PENDAHULUAN
a.

Informasi Bibiliografi
Judul
Penulis
ISBN
Penerbit
Tahun terbit
Urutan cetakan
Dimensi buku
Tebal buku

: Pemikiran Pendidikan Islam
: Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si
: 978- 979- 076- 096- 7
: CV Pustaka Setia
: 2011
: Cetakan Pertama
: 24 cm X 16 cm

: xvii + 308 halaman

BAB II
PEMBAHASAN CRITICAL BOOK REVIEW
a.

Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang membahas setiap lini kehidupan secara

kompleks. Permasalahan pendidikan juga pembahasan yang juga di perhatikan
dengan seksama di dalam Islam. Maka muncullah berbagai pandangan mengenai
pendidikan dari sudut falsafah yang membahas pendidikan lebih mendalam
dengan kajian dari sudut kaca mata keislaman. Hal ini diperluakan agar

1

khazanah ilmu keislaman dijadikan sebagai referensi pendidikan dan sebagai
pemfilter ideologi- ideologi sekulerisme dalam menafsirkan pendidikan.
b. Kajian Masalah
Dalam Critical Book Review akan membahas kajian pendidikan dalam

dimensi keislaman megenai konsep dasar pemikiran pendidikan Islam, konsep
pendidikan dalam persepsi Al- Quran dan Hadits, pendidik, peserta didik , dan
kurikulum dalam perspektif pendidikan Islam, dan banyak hal lainnya.
c. Kajian Teori
Dalam Critical Book Review ini, menampilkan kajian teori yang diambil
melalui konsep Al- Quran, hadits, serta tokoh- tokoh filsuf muslim.
d. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan adalah kajian keperpustakan
langsung dalam mencari referensi buku yang terkait.

BAB III
PEMBAHASAN SECARA UMUM BUKU
a.
1.

Sinopsi Buku
Konsep Dasar Pemikiran Pendidikan Islam
Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata dasar didik, dan diberi

awalan men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan

memberi latihan (ajaran). Pendidikan sebagai kata benda berarti proses
perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Secara umum,
pendidikan dapat diartikan sebagai usaha pengembangan kualitas diri manusia

2

dalam segala aspeknya. Pendidikan merupaka aktivitas yang disengaja untuk
mencapai tujuan tertentu dan melibatkan berbagai faktor yang slaing berkaitan
antara satu dan yang lainnya, sehingga membentuk sati sistem yang saling
memengaruhi.
Islam sangat berhubungan erat dengan pendidikan. Hubungan antara
keduanya bersifat organis- fungsional. Pendidikan berfungsi sebagai alat untuk
mencapai tujuan Islam, sedangkan Islam memberikan landasan sistem nilai
untuk mengembangkan berbagai pemikiran tentang pendidikan Islam
Istilah pendidikan dalam Islam dikenal dengan terma at- tarbiyyah, atta’lim, dan at- ta’dib. Konferensi Internasional Pendidikan Islam tahun 1977,
merekomendasikan bahwa Pendidikan Islam ialah keseluruhan pengertian yang
terkandung dalam makna ta’lim, ta’dib, dan tarbiyah.
Pendidikan Islam adalah proses bimbingan secara sadar seorang pendidik
sehingga aspek jasmani, rohani, akal dan potensi anak didik tumbuh dan

berkembang menuju terbentuknya pribadi, keluarga dan masyarakat yang Islami.
Pemikiran berasal dari kata dasar pikir yang berarti proses, cara, atau
perbuatan memikir, yaitu menggunakan akal budi untuk memutuskan suatu
persoalan dengan mempertimbangkan segala sesuatu secara bijaksana.
Pemikiran dapat diartikan dari dua aspek, yaitu sebagai proses dan
sebagai hasil. Dari aspek pertama, maka pemikiran dapat diartikan sebagai
proses

kerja

akal

untuk

melihat

fenomena

dan


berusaha

mencari

penyelesaiannya secara bijaksana. Adapun dari aspek kedua, maka pemikiran
merupakan hasil dari proses ijtihadi uapaya manusia menyelesaikan segenap
persoalan kehidupannya. Pemikiran adalah hasil upaya cerdas (ijtihadi) dari
proses kerja akal dan kalbu untuk melihat fenomena dan berusaha mencari
penyelesaiannya secara bijaksana.
Penempatan kata Islam setelah kata pemikiran pendidian Islam
mengindikasikan adanya pemikiran pendidikan yang didefinisikan secara akurat
dan bersumber pada ajaran (agama) Islam itulah yang disebut pemikiran

3

pendidikan Islam. Pemikiran pendidikan Islam adalah pemikiran pendidikan
yang sesuai denagn prinsip Islam dan sebaiknya dihasilkan oleh umat Islam.
2.

Pemikiran Pendidikan Berprinsip Filosofis (Filsafat Pendidikan Islam)

Istilah “filsafat” memilki padanan kata falsafah, philosophy, philosophia,

philosophie. Semua istilah itu bersumber pada istilah Yunani philosophia, yakni
philein berarti “mencintai”, sedangkan philos berarti “teman”. Selanjutnya,
istilah sophos berarti “bijaksana”, sedangkan sophia berarti “kebijaksanaan”.
Arti lain dari sophia diantaranya adalah: kerajinan, kebenaran pertama,
pengetahuan luas, kebajiakan intelektual, pertimbangan yang sehat, kecerdikan
dalam memutuskan hal- hal praktis. Phythagoras (572- 497 SM) adalah orang
pertama kali memakai kata philosophia.
Pengertin filsafat secara umum dapat dirumuskan pada tiga pernyataan
penting, yakni filsafat dalam pengertian pandangan hidup atau ideologi, cara
berfikir. Dan dalam pengertian ilmu, berfilsafat adalah berfikir, namun tidak
semua berfikira dalah berfilsafat. Berfikir dalam arti berfilsafat adalah berfikir
yang konsepsional dengan ciri radikal, universal, konseptual, koheren, konsisten,
dan sistematis.
Filsafat pendidikan adalah jenis pengetahuan filsafat yang membahas
segala persoalan yang menyangkut kependidikan. Secara ontologis, pendekatan
filosofis terhadap pendidikan bersifat sinopsis yang merangkum semua aspek
pendidikan. Seluruh aspek atau subsistem pendidikan, seperti tujuan, isi, metode,
pendidik, peserta didik, atau yang lainnya selama berada pada batas abstrak logis

merupakan wilayah kajian dari pendekatan filosofi. Secara epistimologis,
pendekatan filsafat terhadap pendidikan bersifat normatif merumuskan apa dan
bagaimana seharusnya pendidikan dilaksanakan.
Filsafat pendidika Islam adalah pengetahuan filsafat yang menbahas
segala persoalan yang menyangkut kependidikan yang bersumber pada ajaran
Islam, dengan maksud memperoleh jawaban, dan selanjutnya dipergunakan
sebagai arah pelaksanaan dan pengembangan pendidikan Islam agar berdampak
positif bagi kehidupan umat Islam.

4

Secara operasional, metode yang dapat digunakan dalam filsafat
pendidikan Islam diantaranya adalah spekulatif dan kontemplatif (tafakur),
normatif,

analisis

konsep

(bahasa),


pendekatan

sejarah,

pendekatan

komprehensif, analisis sintesis. Metode- metode tersebut adalah metode yang
telah dipergunakan dalam khazanah filsafat pendidikan Islam, tetapi tidak
menutup kemungkinan munculnya metode yang lain dan baru, yang lebih
spesifik dan akurat dalam memecahkan persoalan yang dihadapi oleh pendidikan
Islam.
Filsafat pendidikan Islam yang secara struktural merupakan bagian dari
filsafat Islam, dan secra fungsional tidak terlepas dari pendidikan Islam yang
mempunyai peran dan tujuan tertentu yang terkait dengan Islam sebagi sistem
agama yang universal. Tujuan dan peran filsafat pendidikan Islam, setidaknya
diarahkan pada dua sisi. Pertama, pengembangan konsep- konsep filosofis
tentang pendidikan Islam yang implikasinya menghasilkan teori- teori baru yang
akan dikembangkan ilmu pendidikan Islam. Kedua, yaitu perbaikan dan
pembaruan serta pengembangan pelaksanaan pendidikan Islam. Hal ini dapat

tercapai apabila filsafat pendidikan Islam menerapkan langkah operasional
sebagai berikut:
a.

Menunjukkan alternatif dan pemecahan atas problema yang dihadapi

b.
c.
d.

pendidikan Islam
Memberikan pandangan tertentu tentang konsep manusia menurut Islam
Menunjukkan potensi yang dimilki manusia
Memberikan infomasi apakah proses pendidikan Islam yang berjalan itu
mampu mencapai tujuan pendidikan yang ideal atau tidak
Secara operasional, fungsi filsafat pendidikan Islam adalah sebagai

berikut: memahami sistem pengajaran, menganalisis konsep- konsep dan istilahistilah, mengkritik asumsi- asumsi ddan fakta- fakta, membimbing asas- asas
pendidikan Islam, dan menerima perubahan- perubahan mendasar.
3.


Pemikiran Pendidikan Berprinsip Teoritis- Empirik- Hipotesis Ilmu
Pendidikan Islam

5

Secara umum, istilah teori memilki tiga pengertian. Pertama, teori
merupakan suatu hipotesis tentang masalah. Kedua, teori merupakan lawan dari
praktik, yaitu pengetahuan yang disusun secara sistematis dari kesimpulan
umum yang relatis. Ketiga, teori diartikan sebagai lawan dari hukum- hukum
dan observasi , yaitu suatu deduksi dari aksioma- aksioma dan teorema- teorema
suatu sistem yang pasti (tidak perlu diuji), secara relatif kurang problematik dan
lebih banyak diterima dan diyakini.
Teori pendidikan merupakan sejumlah pernyataan abstrak yang
menjelaskan sesuatu dan hubungannya dengan sesuatu yang lain dalam wilayah
pendidikan, teori pendidikan berfungsi sebagai hipotesis dalam praktik
pendidikan, dan teori pendidikan dapat disusun dan dibangun dengan
menggunakan berbagai pendekatan pengetahuan yang dimilki manusia, di
antaranya yang utama adalah melalui pendekatan filsafat dan sains.
Ilmu pendidikan Islam pada dasarnya adalah suatu uraian ilmiah tentang

bimbingan pendidikan kepada anak didik dalam perkembangannya agar tumbuh
secara wajar sesuai dengan ajaran Islam dalam rangka membentuk manusia
sempurna.
Secara ontologis, pendekatan sains terhadap pendidikan bersiat empirik,
sedangkan epistimologis, pendekatan sains terhadap pendidikan menggunakan
metode sains (metode ilmiah). Ilmu (sains) memanfaatkan dua kemmapuan
manusia, yakni pikiran dan indra.
Ilmu pendidikan Islam berfungsi membuktikan kebenaran teori- teori
kependidikan Islam, memberikan informasi tentang pelaksanaan pendidikan dan
pengembangannya,

serta

menjadi

pengoreksi

terhadap

penyelenggaraan

pendidikan Islam.
4.

Pemikiran Pendidikan Islam Berparadigma Al- Quran dan Al- Hadits
Paradigma, secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, paradigm

berarti type of something model, pattern (bentuk sesuatu, model, pola). Dalam
bahasa Yunani, paradigma berasal dari kata para (di samping, di sebelah) dan

6

kata dekynai (memperlihatkan yang berarti: model, contoh, arketipe, ideal).
Secara terminologis, paradigma berarti a total view of a proble, a total outlook,
not just a problem in isolation. Paradigma adalah cara pandang atau cara berfikir
tentang sesuatu.
Paradigma pendidikan dapat diartikan sebagai cara berfikir atau sketsa
pandang menyeluruh yang mendasari rancang bangun suatu sistem pendidikan.
Sitem pendidikan secara fungsional merupakan refleksi ideologus dari filsafat
tertentu yang menyuguhkan cara pandang tertentu terhadap sesuatu dalam
semesta kehidupan. Itulah paradigma yang mengilhami bangunan sistem
pendidikan.
Pondasi pendidikan merupakan rujukan pokok dari segala persoalan
pendidikan, sedangkan asas pendidikan berarti pernyataan empiris yang valid
dan kredibel yang bersumber dari ilmu pengetahuan. Ide pokoknya adalah
mendeskripsikan keadaan lapangan atau fakta- fakta yang dapat membantu
menetapkan aturan- aturan atau teori bagi pelaksanaan pendidikan.
Dasar paradigma pendidikan Islam identik dengan dasar Islam itu
sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu Al- Quran dan AlHadits. Al- Quran dan Al- Hadits merupakan dasar paradigma pendidikan Islam
kerena didalamnya dimuat sejumlah penjelasan konsepsional yang mempunyai
nilai penting, guna mengembangkan pendidikan Islam, terutama tentang konsep
manusia yang dibutuhkan dalam paradigma pendidikan. Sebagai dasar
pendidikan Islam, Al- Quran dan Al- Hadits adalah rujukan untuk mencari,
membuat, dan mengembangkan paradigma, konsep, prinsip, teori, dan teknik
pendidikan Islam.
5.

Pemikiran Tentang Hubungan Manusia Dengan Pendidikan Islam
Al- Quran sebagai pedoman hidup manusia telah cukup jelas

mengetengahkan konsep manusia, untuk memahaminya dapat menggunakan dua
cara. Pertama, dengan menelusuri arti kata- kata yang digunakan Al- Quran
untuk menunjukkan makna manusia (kajian terminologis). Kedua, menelusuri

7

pernyataan Al- Quran yang berhubungan dengan kedudukan manusia dan
potensi yang dimilikinya.
Secara terminologis, ungkapan yang dipergunakan Al- Quran untuk
menunjukkan konsep manusia terdiri atas tiga kategori, yaitu:
a) al- insan, al- ins, unnas, al- nas, anasiy, dan insiy
b) al- basyr
c) banu adam dan dzurriyah adam
istilah insan mengandung makna konsep manusia sebagai makhluk yang
memilki sifat ramah dan memilki kemampuan mengetahui yang sangat tinggi.
Manusia merupakan makhluk sosial dan kultural, istilah basyar menunjukkan
makna manusia dengan tekanan yang lebih pada hakikatnya sebagai pribadi
yang konkret, dan aspek lahiriyah manusia, sedangkan istilah banu adam dan
dzurriyah adam merujuk pada pengertian manusia karena dinisbahkan pada
nama Adam sebagai manusia pertama.
Tinjauan Al- Quran terhadap konsep manusia bisa dilihat dari dua sudut
pandang yang berbeda, yaitu hubungan manusia dengan Allah SWT, dan
hubungan manusia dengan lingkungannya. Dengan kata lain, kedudukan
manusia menurut Al- Quran terbagi dua, yaitu sebagai ‘abdullah dan sebagai
khalifah Allah.
Karakteristik yang dimilki manusia dibagi ke dalam dua kategori besar.
Kategori pertama meliputi karakteristik inhern yang secara langsung terdapat
dalam diri manusia. Bagian ini meliputi fitrah, kesatuan roh, dan jasad,
kemampuan berkehandak, dan potensi akal. Kategori kedua meliputi sejumlah
kelengkapan yang mendukung karakteristik pertama, termasuk di dalamnya alam
semesta dan petunjuk hidup berupa agama.
Pendidikan mempunyai peran sangat penting dalam keseluruhan aspek
kehidupan manusia. Hal itu karena pendidikan berpengaruh langsung terhadap
perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan adalah sebuah
proses yang bertujuan “memanusiakan manusia”. Dalam pengertian lain,
“pendidikan” diartikan sebagai usaha sadar mengarahkan perkembangan
manusia yang bertujuan mendewasakan manusia agar mereka mampu menolong
dirinya sendiri. Manusia sangat memerlukan pendidikan untuk kelangsungan
hidupnya.
8

Fungsi pendidikan adalah mengupayakan penumbuhan potensi dasar
yang dimilki anak didik, memelihara, mengembangkan serta meningkatkan
budaya dan lingkungan, serta membantu manusia dalam mengoptimlakan hasil
interaksi potensi yang dimilkinya dengan budaya yang berkembang sehingga
tercipta kepribadian yang utama.
6. Konsep Dasar Komponen- komponen Sistem Pendidikan Islam
Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan unsur- unsur atau
komponen- komponen yang saling berinteraksi secara fungsional dalam
memperoses masukan menjadi keluaran. Dalam suatu sistem terdapat unsurunsur yang saling berkaitan dan teratur, mekanismenya saling berhubungan
dalam suatu kesatuan orgaisasi dalam mencapai satu tujuan.
Sebuah sistem mempunyai ciri- ciri, yaitu memilki sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

tujuan
fungsi- fungsi yang diperlukan untuk mencapai tujuan
komponen- komponen
interaksi atau slaing berhubungan
penggabungan yang menimbulkan jalinan paduan
proses transformasi
umpan balik untuk koreksi
daerah batasan lingkungan
Pendidikan Islam pada dasarnya adalah sebuah sistem, yaitu proses

pendidikan Islam dipahami sebagai interaksi antara komponen yang satu dan
lainnya guna mencapai tujuan pendidikan Islam. Sistem pendidikan Islam pada
garis besarnya terdiri atas item konsepsional sebagai berikut: hakikat pendiidkan
Islam, Modal dasar pendidikan Islam, Sasaran dan strategi pendidikan Islam,
Ruang lingkup pendidikan Islam, dan Metode yang digunakan . secara teknis,
komponen- komponen esensial yang terdapat dalam sistem pendidkan Islam
adalah agama Islam (materi), manusia yang dididik (homo educandum), dan
yang mendidik (homo educandus), tujuan pendidikan Islam, cara- cara
mendidik, alat- alat pendidikan, lingkungan pendidikan, dan evaluasi
pendidikan.
Dasar pendidikan adalah nilai- nilai yang mendasari suatu sistem
pendidikan. Setiap sistem pendidikan memilki dasar pendidikan tertentu, yang
merupakan cerminan filsafat dari sistem pendidikan tersebut.
9

Tujuan pendiidkan adalah hasil- hasil yang ingin dicapai melalui proses
pendidikan. Adapun besar atau kecil dan ruang lingkup yang ingin dicapai hasil
pendidikan, hal tersebut ditentukan dan dibatasi oleh klasifikasi tujuan
pendidikan.
Pendidik ialah orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing,
mengasuh, dan mengarahkan peserta didik. Pendidik adalah orang dewasa yang
bertanggung jawab memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik
berdasarkan nilai- nilai tertentu dalam upaya mengembangkan jasmani dan
rohaninya agar mencapai kedewasaan.
Materi pendidikan adalah semua bahan pelajaran yang disampaikan
kepada peserta didik. Materi pendidikan ini sering juga disebut dengan istilah
kurikulum, menunujukkan makna pada materi yang disusun secara sistematis
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum, kurikulum adalah
kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan anak didik yang terperinci
berupa bentuk- bentuk bahan pendidikan, saran- saran, strategi belajarmengajar, pengaturan- pengaturan program agar dapat diterapkan, dan hal- hal
yang mencangkup pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang
diinginkan.
Dalam dunia pendidikan, istilah metode secara sederhana berarti suatu
cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan
pendidikan. Secara umum, metode pendidikan dapat diartikan cara yang
digunakan dalam upaya mendidik. Dalam proses pendidikan, metode
mempunyai kedudukan sangat penting guna mencapai tujuan pendidikan.
Metode merupakan sarana yang bermaknakan materi pelajaran yang tersusun
dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa, sehingga dapat dipahami atau
diserap oleh anak didik menjadi pengertian- pengertian yang fungsional terhadap
tingkah lakunya.
Alat pendidikan, yaitu segala sesuatu yang digunakan oleh pelaksana
kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Pada garis
besarnya, alat pendidkan ada dua macam, yaitu alat fisik dan alat non fisik.
7.

Pemikiran Tentang Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam adalah hasil- hasil yang ingin dicapai dari

proses

pendidikan

yang

berlandaskan
10

Islam.

Ahmad

D.

Marimba

mengemukakan dua macam tujuan, yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir.
Tujuan sementara adalah tercapainya berbagai kemampuan, seperti kecakapan
jasmaniah,

pengetahuan

membaca,

menulis,

pengetahuan

ilmu-

ilmu

kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan, kedewasaan jasmani- rohani, dan
sebagainya. Adapun tujuan akhir pendidikan Islam adalah terwujudnya
kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang seluruh aspeknya merealisasikan
atau mencerminkan ajaran Islam.
Pembahasan tujuan pendidikan berkaitan erat dengan tujuan hidup
manusia. Tujuan hidup manusia menurut Islam tidak bisa terlepas dari ideologi
Islam tentang mnusia, yaitu selaku ‘abdullah dan khalifatullah. Sehingga akan
melahirkan prinsip “Sesungguhnya shalat ku, ibadah ku, hidup dan mati ku,
semuanya adalah untuk- Mu ya Allah, Tuhan seru sekalian alam”.
Hasil seminar pendidikan di Cipayung Bogor pada tahun 1960
melahirkan rumusan tujuan pendidikan Islam, yakni menanamkan rasa taqwa
dan akhlak serta menegakkan kebenaran untuk membentuk manusia yang
berpribadi dan berbudi luhur meneurut ajaran Islam.
Secara umum, tujuan pendidikan Islam adalah mengarahkan dan
membimbing manusia melalui proses pendidikan sehingga menjadi orang
dewasa yang berkepribadian muslim yang taqwa, berilmu pengetahuan dan
berketerampilan melaksanakan ibadah kepada Allah SWT sesuai dengan nilainilai ajaran Islam. Tujuan umum pendidikan Islam adalah muslim yang
sempurna, atau manusia yang bertaqwa, manusia yang beriman, dan manusia
yang beribadah kepada Allah SWT.
8.

Pemikiran Tentang Anak Didik dan Pendidik Dalam Pendidikan Islam
Dalam perspektif pendidikan secara umum, peserta didik adalah setiap

orang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Dalam arti
sempit dan khusus, peserta didik dapat diartikan sebagai anak yang belum
dewasa yang tanggung jawabnya diserahkan pada pendidikan.

11

Anak didik dalam pendidikan Islam adalah anak yang sedang tumbuh
dan berkembang, baik secara fisik maupun psikis untuk mencapai tujuan
pendidikannya. Anak atau subjek didik adalah orang yang belum dewasa dan
sedang berada dalam masa perkembangan menuju pada kedewasaannya masingmasing.
Seca psikologis, peserta didik yang berada dalam masa perkembangan,
akan mengalami perubahan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara pedagogis,
manusia dengan segala potensi nya bisa di didik ke arah yang diharapkan, setaraf
dengan kemampuan yang dimilikinya. Dan secara normatif, peserta didik adalah
manusia yang tergolongsebagai makhluk berkebutuhan yang mempunyai potensi
untuk mengembangkan dirinya menjadi manusia yang bertaqwa dan taat serta
tunduk kepada Allah SWT.
Berkenaan dengan upaya memenuhi kebutuhan anak didik, ada beberapa
asumsi mendasar yang perlu dipahami tentang anak didik, yaitu sebagai berikut:
1.
2.

anak didik bukan miniatur orang dewasa
anak didik mengikuti periode- periode perkembangan tertentu dan

3.

mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya
anak didik memilki kebutuhan dan menuntut untuk memenuhi kebutuhan itu

4.

semaksimal mungkin
anak didik memilki perbedaan antara individu dengan individu yang lain,

5.
6.

baik perbedaan yang disebabkan oleh faktor endogen maupun eksogen
anak didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia
anak didik merupakan objek pendidikan yang aktif dan kreatif serta
produktif
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam proses pendidikan, seorang

anak didik dalam perspektif pendidikan Islam dituntut untuk memenuhi kode
etik tertentu, baik secara langusung maupun tidak langsung, di anataranya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

belajar dengan niat kepada Allah SWT
mengurangi kecenderungan kepada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi
bersikap tawadhu’ (rendah hati )
menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran
mempelajari ilmu- ilmu yang terpuji
belajar dengan cakap bertahap atau berjenjang
mulai mempelajari hal yang mudah menuju hal yang sukar
12

8.
9.
10.
11.
12.

belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu lainnya
mengenal nilai- nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari
Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum ilmu duniawi
Mengenal nilai- nilai yang bermanfaat dari suatu ilmu pengetahuan
Anak didik harus tunduk pada nasihat pendidik.
Dalam konteks pendidikan Islam, pendidik sering disebut dengan istilah

murabbi, mu’allim, muaddib, dan ketiga terma tersebut mempunyai tempat
penggunaan tersendiri. Secara umum, tugas guru atau pendidik dalam
pendidikan Islam adalah sebagai pengajar, pendidik, dan pemimpin.
Pendidik dalam Islam harus memiliki tiga kompetensi dasar, yaitu:
1.
2.
3.

Kompetensi personal religius
Kompotensi sosial religius
Kompetensi profesional religius
Secara kemampuan dasar di atas, seorang pendidik dalam pendidikan

Islam harus memenuhi syarat- syarat pendidik yang baik, diantaranya dewasa,
sehat jasmani dan rohani, menguasai bidang yang diajarkan dan menguasai ilmu
mendidik, berkepribadian muslim, dan memilki rasa kasih sayang.
Tugas sebagai pendidik dalam pendidikan Islam sangatlah berat, tetapi
sangatlah mulia. Guru atau pendidik dalam Islam merupakan pengemban amanat
bersama orang tua dalam melestarikan risalah Allah SWT. Guru adalah penerus
misi kerasulan dan ahli waris para nabi.
9.

Pemikiran Tentang Kuikulum Pendidikan Islam
Istilah kurikulum pada awalnya digunakana dalam dunia olah raga pada

zaman Yunani Kuno. Curriculum berasal dari kata currir, artinya pelari, curere
artinya tempat berpacu. Curriculm diartikan jarak yang harus ditempuh oleh
pelari. Dari makna yang terkandung dari kata tersebut, kurikulum secara
sederhana diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan
diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah.
Konsep kurikulum memilki sekurang- kurangnya tiga pengertian,yaitu:

13

1.

kurikulum adalah program pendidikan yang terdiri atas beberapa mata

2.
3.

pelajaran yang harus diambil oleh anak didik pada suatu jenjang sekolah,
kurikulum adalah semua pengalaman yang diperoleh anak selama di sekolah
kurikulum adalah rencana belajar siswa, untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan
Secara umum, kurikulum pendidikan Islam seyogianya diarahkan pada:

orientasi pada perkembangan peserta didik, orientasi pada lingkungan sosial, dan
orientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran terakhir pendidikan, dalam
Konferensi Pendidikan Islam Pertama Sedunia, kurikulum pendidikan Islam
dikembangkan dengan dasar pengetahuan yang dikelompokkan menjadi dua
kategori, yaitu:
1. pengetahuan abadi yang diberikan didasarkan pada wahu Ilahi yang
2.

diturunkan dalam Al- Quran dan As- Sunnah
pengetahuan yang diperoleh termasuk ilmu- ilmu sosial, alam dan terapan
yang terus berkembang

10. Pemikiran Islam Tentang Metode Pendidikan Islam
Dalam dunia pendidikan, istilah metode secara sederhana berarti suatu
cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dalam proses pendidikan, metode mempunyai peran sangat penting
dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Ia membermaknakan materi pelajaran
ayang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat
dipahami atau diserap oleh anak didik dan menjadi pengertian- pengertian yang
fungsional terhadap tingkah lakunya.
Ilmu pendidikan Islam merangkum metode pendidikan Islam yang luas.
Tugas dan fungsi metode adalah memberikan jalan atau cara sebaik mungkin
bagi operasionalisasi ilmu pendidikan Islam tersebut.
Metode pendidikan Islam menyangkut banyak prinsip keilmuan
pendidikan Islam yang bersumber dari Al- Quran dan Al- Hadits, diantaranya
adalah sebagai berikut:

14

1.

firman Allah SWT senantiasa mengandung hikmah dan kebijaksanaanyang
secara metodologis sesuai denagn kecenderungan atau kemampuan
kejiwaan manusia yang hidup dalam situasi dan kondisi tertentu yang

2.

berbeda- beda meskipun dalam tugasnya sama
dalam memberikan perintah dan larangan (imperative dan prefentive), Allah
SWT senantiasa memerhatikan kadar kemampuan masing- masing hamba-

3.

Nya sehingga bebeannya berbeda- beda meskipun dalam tugas yang sama
sistem pendekatan metodologis yang dinyatakan dalam Al- Quran bersifat
multi approach, yang meliputi antara lain: pendekatan religius, pendekatan
filosofis, pendekatan sosio- kultural, dan pendekatan scientific.
Secara operasional, Islam dalam ajarannya memilki banyak implikasi

pendidikan, terutama secara metodologis, misalnya:
1.

metode mendidik secara berkelompok yang sering disebut metode mutual

education
2. metode mendidik secara intruksional, yaitu yang bersifat mengerjakan
3. metode mendidik dengan cara bercerita
4. metode mendidik melalui bimbingan dan penyuluhan
5. metode pemberian contoh dan teladan
6. metode mendidik secara berdiskusi
7. metode mendidik dengan cara tanya jawab
8. metode mendidik dengan menggunakan perumpamaan
9. metode mendidik secara targhib dan tarhib
10. metode mendidik dengan cara tobat dan ampunan
Dalam konteks proses pembelajaran sebagai salah satu bagian penting
dari pendidikan (termasuk di dalamnya pendidikan Islam), secara teknis
operasional dikenal beberapa metode pembelajaran, mulai yang tradisional
konvensional, sampai yang modern kontemporer, diantaranya adalah ceramah,
tanya jawab, latihan, proyek, eksperimen, penugasan, diskusi, metode
sosiodrama, dan sebagainya.
11. Pemikiran Islam Tentang Kelembagaan Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan adalah suatu bentuk organisasi yang diadakan untuk
mengenbangkan pendidikan yang mempunyai pola- pola tertentu dalam
memerankan fungsinya, serta mempunyai struktur tersendiri yang dapat
mengikat individu sehingga lembaga ini mempunyai kekuatan hukum tersendiri.
15

Untuk memahami kelembagaan pendidikan Islam, perlu

dikaji

pendekatan normatif tentang siapa yang bertanggung jawab dalam menangani
dan mengembangkan pendidikan. Menurut Islam, tanggung jawab pendidikan
Islam merupakan tugas tiga institusi pokok pendidikan, yaitu: orang tua, sekolah,
dan masyarakat. Apabila dianalisis, proses pendidikan yang dilakukan oleh
ketiga lingkungan ini dapat disimpulkan bahwa secara mental spritual, dasardasar pendidikan diletakkan oleh keluarga, dan secara akademik- konseptual
dikembangkan oleh sekolah sehingga perkembangan anak didik semakin terarah.
Oleh masyarakat, pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan sekolah diamati
dan disalurkan.
Secara historis, kelembagaan pendidikan Islam diawali dengan sistem
halaqah (berkelompok), Al- Kuttab, Madrasah, Zawiyah, Al- Maritsam, dan
sistem universitas. Masjid merupakan institusi pendidikan yang dibentuk dalam
lingkungan masyarakat muslim setelah keluarga. Masjid memegang peranan
penting dalam penyelenggaraan pendidikan Islam. Sebagai lembaga pendidikan,
masjid berfungsi menyempurnakan pendidikan dalam keluarga, agar anak
mampu melaksanakan tugas- tugas dalam masyarakat dan lingkungannya. Pada
mulanya, pendidikan di masjid dalam arti sederhana dapat dikatakan sebagai
lembaga pendidikan formal dan sekaligus lembaga pendidikan sosial.
Pondok pesantren, yaitu suatu lembaga pendidikan Islam, yang di
dalamnya terdapat seorang kiyai yang mengajar dan mendidik para santri dengan
sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut,
serta didukung adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri.
Istilah madrasah diartikan sebagai sebuah nama dari lembaga pendidikan
yang mengajarkan pengetahuan Islam. Madrasah mengandung arti tempat atau
wahana anak mengenyam proses pembelajaran. Secara teknis, madrasah
menggambarkan proses pembelajaran yang secara formal tidak berbeda dengan
sekolah.
Di Indonesia, pengelolaan pendidikan Islam dengan sistem madrasah
merupakan terobosan kultural atas cara pembelajaran individual melalui sistem

16

sorogan dan wetonan. Pengelolaan gaya baru tersebut tampak jelas, misalkan
dalam penyelenggaraan sistem klasikal, atau dalam pengelompokan pelajaranpelajaran tentang pengetahuan Islam secara bertingkat, atau juga dalam
perjenjangan waktu pendidikan yang dibutuhkan.
12. Pemikiran Pendidikan Islam Syed Muhammad An- Naquib Al- Attas
Syed Muhammad An- Naquib Al- Attas dilahirkan pada tanggal 5
September 1931 di Bogor, Jawa Barat, Indonesia, dari seorang ayah bernama
Syed Ali Abdullah dan ibu bernama Syarif Raguan Al- Idrus. Selain dikenal
sebagai pengkaji sejarah kebudayaan teologi, tasawuf, dan filsafat yang serius, ia
juga dikenal sebagai pemikir pendidikan Islam
Sebagai sarjana Islam pertama yang mengemukakan gagasan islamisasi,
khususnya dalam bidang ilmu. Al- Attas berpendapat perlu ditimbulkan
kesadaran akan pentingnya ilmu dan pendidikan dalam dunia Islam.
Al- Attas telah berusaha merekonseptualisasikan pendidikan Islam secara
filosofis, meliputi tiga konsep, yaitu:
1.
2.
3.

konsepsi tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib
konsepsi definisi pendidikan Islam
konsepsi ilmu, manusia, dan tujuan akhir pendidikan Islam
Bagi Al- Attas, terma tarbiyah bukanlah terma yang tepat dan benar

untuk memaksudkan pendidikan dalam Islam. Hal ini karena:
1. terma tersebut lebih memprioritaskan pada segi pertumbuhan jasmaniah
belaka, sedangakan manusia dalam pandangan Islam, bukan hanya
2.

jasmaniah, tetapi juga mencangkup aspek rohaniah nya.
Terma tarbiyah yang terdapat dalam surah Al- Isra’ aat 24 bukanlah
dimaksud dengan pendidikan, melainkan tindakan rahmah, kasih sayang.
Terma rahmah ini mempunyai arti pemberian makanan, kasih sayang,
pakaian, tempat berteduh, dan perawatan. Ringkasnya, pemeliharaan yang

3.

diberikan oleh kedua ibu bapa kepada anak- anaknya.
Apabila suatu makna yang berhubungan dengan pengetahuan bisa
disusupkan ke dalam konsep rabba, makna tersebut mengacu pada
pemilihan pengetahuan, bukan pada penanamannnya. Adapun berkenaan

17

dengan terma ta’lim, menurutnya hanya berarti pengajaran. Jadi, lebih
sempit dari pada pendidikan. Dengan kata lain, ta’lim hanyalah sebagian
dari pendidikan.
Al- Attas menawarkan alternatif untuk istilah konsep pendidikan Islam
yang dianggap tepat dan benar adalah ta’dib. Istilah ta’dib, yang dari akar kata
adab, menurutnya merupakan inti pendidikan. Adab juga merupakan disiplin
tubuh, jiwa, dan ruh, yaitu disiplin yang menegaskan pengenalan dan pengakuan
tempat yang tepat dalam hubungannya dengan kemampuan dan potensi
jasmaniah intelektual, dan rohaniah.
Menurut Syed Muhammad An- Naquib Al- Attas, pendidikan adalah
suatu proses penanaman sesuatu kedalam diri manusia,pengenalan dan
pengakuan, yang secara berangsur- angsur ditanamkan di dalam manusia,
tentang tempat- tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan
penciptaan sedemikian rupa sehinggamembimbing ke arah kebenaran dan
pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan keperiadaan.
Menurut Syed Muhammad An- Naquib Al- Attas, ilmu adalah sesuatu
yang ditanamkan pada diri manusia, kandungan pendidikan Islam ilmu berasal
dari Allah SWT dan ditafsirkan oleh fakultas- fakultas manusia. Ilmu itu
diklasifikasikan menjadi dua: ilmu fardhu ‘ain dan ilmu fardhu kifayah.
13. Pemikiran Pendidikan Islam Al- Khatib Al- Baghdadi
Nama lengkap Al- Khatib Al- Baghdadi adalah Ahmad ibn Ali ibn Tsabit
ibn Ahmad ibn Mahdy. Ia dilahirkan di Ghaziyah- atau Hanqiyah- di Baghdad
pada Jumadil Akhir 392 H, dan wafat di Baghdad Dzulhijjah 463 H. Al- Khatib
Al- Baghdadi hidup dalam amasa yang unik. Sekalipun keadaan sosisl, ekonomi,
dan politik pada waktu itu cukup memprihatinkan, kondisi keilmuan justru
berkembang cukup pesat dan mengalami kematangannya.
Banyak yang menyatakan bahwa Al- Khatib Al- Baghdadi adalah ulama
yang produktif. Sekalipun demikian, tidak ada yang dapat memastikan
jumlahnya. Diperkirakan ada 156 kitab, besar dan kecil, telah dihasilkan
olehnya. Karya- karya nya itu bukan hanya mengenai hadits, melainkan juga
mencangkup banyak ilmu, seperti mantiq, fiqih, tarikh, zuhud (tasawuf), dan

18

adab, karya terkemukanya dalam Musthalah Al- Hadits adalah Al- Kifayah fi
‘ilm Ar- Riwayah, sedangakan dalam bidang adab ar- riwayah, ia menulis kitab
Al- Jami’ Li Akhlaq Ar- Rawi wa Adab As- Sami’.
Menurutya, corak pemikiran pendidikan akan selalu bertumpu pada
masalah besar filsafat, yaitu mengenai Tuhan, manusia, alam semesta, dan
masyarakat. Mengenai konsep Tuhan, Al- Khatib Al- Baghdadi mengikuti
pandangan Abu Al- Hasan Al- Asy’ari, yaitu menetapkan apa adanya, seperti
yang dikatakan Tuhan itu sendiri, tetapi dengan tidak menanyakan bagaimana
dan seperti apanya. Al- Khatib menyadari pentingnya ilmu dan tujuannya, yaitu
demi kebahagiaan dunia dan akhirat. Ia juga mendorong setiap orang untuk
mencarinya, dan menunjukkan fungsinya untuk kehidupan serta peranannya
dalam menuju iman yang sejati dan agama yang benar.
Berkaitan dengan manusia, selain mengenai akalnya, Al- Khatib AlBaghdadi juga memilki pandangan terhadap kecerdasan, keunikan, dan tanggung
jawabnya. Menurutnya, kecerdasan (adz- dzaka ) merupakan masalah hereditas
dari pada pemebentukan atau perolehan. Kecerdasan itu sesuatu kesiapan sejati
(fitri) yang tertanam dalam diri seseorang. Sekalipun demikian, keberhasilan
menuntut ilmu menurutnya tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan. Dua bagian
lagi yang harus dipenuhi agar berhasil dalam belajar ialah kuatnya motivasi dan
taufik dari Allah SWT.
14. Pemikiran Pendidikan Islam Al- Ghazali Tentang Konsep Guru dan
Pendidikan Akhlak
Al- Ghazali, nama lengkapnya Abu Hamid bin At- Thusi Al- Ghazali,
lahir di Thus pada tahun 450 H (1059). Al- Ghazali adalah seorang pemikir yang
hasil karyanya banyak ditemukan di berbagai bidang, seperti agama, filsafat,
tasawuf, akhlak, poitik, dan yang lainnya. Di antara karyanya yang paling
menonjol adalah Ihya ‘Ulum Ad- Din (Kebangkitan Kembali Ilmu- Ilmu
Agama). Buku- buku hasil karyanya mencapai 300 buah.
Dalam pandangan Al- Ghazali, sentral dalam pendidikan adalah hati seab
hati adalah merupakan esensi dari manusia. Menurutnya, substansi manusia

19

bukanlah terletak pada unsur- unsur yang ada pada fisiknya, melainkan berada
pada hatinya.
Tugas guru bukan hanya mencerdaskan pikiran, melainkan membimbing,
mengarahkan, meningkatkan, dan menyucikan hati untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Jadi peranan guru sangatlah besar, tidak hanya mengajar,
mentransfer ilmu, tetapi yang lebih penting adalah “mendidik”.
Al- Ghazali menempatkan kedudukan guru dalam barisan para nabi
(dalam hal misinya sebagai seorang yang menyampaikan dan menjelaskan
kebenaran kepada manusia). Hakikat guru menurut Al- Ghazali, ditinjau dari
segi misinya, yakni mengajak ke jalan Allah dengan mengajarkan ilmu
pengetahuan serta menjelaskan kebenaran kepada manusia.
15. Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Langgulung
Hasan Langgulung lahir pada tanggal 16 Oktober 1934 di Rapang,
Sulawesi Selatan, Indonesia. Saat ini ia menjadi guru besar madya dalam bidang
psikologi dan pendidikan pada universitas kebangsaan Malaysia dan mahaguru
luar biasa dalam bidang sosiologi perdesaan pada Fakultas Ekonomi Universitas
of Malaysia.
Menurut Hasan Langgulung, pendidikan daat dilihat dari tiga segi.
Pertama, dari sudut individu, yakni pengembangan potensi, kedua dari segi
masyarakat, yakni sebagai pewaris budaya (heritage of culture), dan ketiga dari
segi individu dan masyarakat sekaligus atau sebagai interaksi antara individu
dan masyarakat atau sebagai interaksi antara potensi dan budaya.
Berkaitan dengan pembahasan tujuan pendidikan Islam, menurut Hasan
Langgulung, manusia dalam pandangan Islam memilki ciri- ciri fitrah (potensi)
yang baik, kesatuan badan dan roh, kebebasan manusia, dan ‘aql (akal). Tujuan
pendidikan Islam dibagi dalam tiga kategori, yaitu: tujuan tertinggi atau akhir
(ain), tujuan umum (goals), dan tujuan khusus (objektives).
16. Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Ibn Miskawaih

20

Ibn Miskawaih yang terkenal dengan julukan Al- Khazin, digelari juga
sebagai “guru ketiga” setelah Aristoteles dan Al- Farabi. Ia lahir di Teheran
kurang lebih tahun 320 H/ 932 M dan wafat pada tahun 421 H/ 1030 M. Sebagai
seorang otodidak yang sukses, ia menggeluti berbagai disiplin ilmu sehingga
menjadikannya sebagai “Bapak Filsafat Etika Muslim” dan “ Bapak Psikologi
Pendidikan Muslim”. Selain itu, ia juga seorang sejarawan, sastrawan, dan
pendidik.
Ibn Miskawaih mengisyaratkan bahwa tujuan pendidikan adalah
terbentuknya pribadi yang berakhlak mulia, yang disebutnya isabah al- khuluq
asy- syarif, yakni pribadi yang mulia secara substansial dan esensial, bukan
kemuliaan yang temporal dan aksidental, seperti pribadi yang maerialistis.
Ibn Miskawaih mengelompokkan pendidik kepada orang tua, guru atau
filsuf, pemuka masyarakat, dan raja atau penguasa. Pengertian subjek didik bagi
Ibn Miskawaih cukup luas, yaitu semua orang yang memperoleh atau
memberikan bimbingan, bantuan dan latihan dari orang lain, baik berupa ilmu
pengetahuan maupun keterampialn guna mengembangkan diri. Hubungan
pendidik dengan subjek haruslah didasarkan pada cinta, kasih sayang,
persahabatan, keadilan, kebaikan, dan fadilah. Hal ini menurut Ibn Miskawaih,
manusia adalah makhluk sosial yang harus membagi cinta dan kasih sayang,
bersahabat, menegakkan keadilan, dan kebaikan serta berupaya memperoleh
keutamaan. Untuk itu, dalam pendidikan diperlukan komunikasi du arah
( interaksi) dan multiarah (transaksi).

17. Pengertian Pendidikan Islam Ibn Taimiyyah
Nama lengkap Ibn Taimiyyah adalah Ahmad Ibn Abd Al- Halim Ibn Abd
As- Salam Ibn Taimiyah, dilahirkan di Harran, Syiria, pada hari Senin 10
Rabi’ul Awal 661 H/ 1263M.

21

Ia mengemukakan dua konsep belajar, yaitu teori malakah dan teori
tadarruj. Konsep belajar menurut malakah adalah upaya untuk memperoleh
malakah itu sendiri, yakni penyerapan yang betul- betul mengakar dalam jiwa,
sedangkan tadarruj menyatakan bahwa belajar yang efektif adalah belajar yang
sesuia kebertahapan dengan kerja akal, yakni bertahap, sedikit demi sedikit, dan
berkesinambungan. Sesuai dengan teori belajar malakah dan tadarruj, Ibnu
Taimiyah menampilkan metode belajar melalui tiga langkah, yaitu pendahuluan,
pengembangan, dan penuntasan.
Pendidikan dalam konsep Ibn Taimiyah adalah sebagai sinaah, yang
bertolak dari gejala pendorong manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan
dan keterampilan (skill), yakni pikiran yang sangat berhasrat untuk memperoleh
ilmu dan skill itu.
b. Kelemahan dan Kelebihan Buku
Menurut saya, materi yang termuat pada buku ini disampaikan dengana
jelas, kaya dengan isi dan referensi serta mampu menampilakan pemahaman
seputar pendidikan Islam tidak hanya dari Al- Quran dan Al- Hadits namun juga
membawakan sudut pandang filsuf muslim di dalamnya sehingga kaya akan
rujukan.
Namun sedikit kelemahannya terletak pada tkurang ditampilkannya AlQuran dan Al- Hadits secara lengkap, karena hanya beberapa saja redaksi AlQuran dan Hadits ditampilkan, selebihnya hanya dituliskan catatan ayat, dan
tidak adanya matan arab Hadits.
C. Analisis Critical Book Review
Penulisan buku ini bertujuan untuk menggali sedalam- dalamnya
paradigma tentang penndidikan Islam dari sumber Al- Quran, Al- Hadits, dan
juga pendapat filusuf muslim.
Isi yang dibahas adalah seputar konsep dasar pendidikan Islam,
pemikiran pendidikan Islam baik hubungan manusia denagn pendidikan,

22

maupun pendapat filsuf muslim, serta kajian terhadap lembaga- lembaga
pendidikan Islam, kurikulum, pendidik, maupun peserta didik.
Dari hasil pengamatan, saya menilai buku ini layak untuk dijadikan
referensi terhadap topik yang terkait seputar falsafah pendidikan Islam.
Walaupun ada beberapa erbaikan seperti kurangnya matan (redaksi) arab yang
tidak ditampilkan dalam penulisan Hadits.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

23

Filsafat pendidikan adalah jenis pengetahuan filsafat yang membahas
segala persoalan yang menyangkut kependidikan. Secara ontologis, pendekatan
filosofis terhadap pendidikan bersifat sinopsis yang merangkum semua aspek
pendidikan. Seluruh aspek atau subsistem pendidikan, seperti tujuan, isi, metode,
pendidik, peserta didik, atau yang lainnya selama berada pada batas abstrak logis
merupakan wilayah kajian dari pendekatan filosofi. Secara epistimologis,
pendekatan filsafat terhadap pendidikan bersifat normatif merumuskan apa dan
bagaimana seharusnya pendidikan dilaksanakan.
Filsafat pendidika Islam adalah pengetahuan filsafat yang menbahas
segala persoalan yang menyangkut kependidikan yang bersumber pada ajaran
Islam, dengan maksud memperoleh jawaban, dan selanjutnya dipergunakan
sebagai arah pelaksanaan dan pengembangan pendidikan Islam agar berdampak
positif bagi kehidupan umat Islam.
Saran
Untuk meningkatkan kualitas buku, maka saran yang ingin diberikan
adalah lebih menampilkan redaksi arab Hadits secara tekstual.

24