Laprak PTU Bahan Pakan doc
1
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun kian meningkat, hal ini
disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk yang diikuti dengan
peningkatan perkapita menjadikan masyarakat semakin menyadari arti gizi.
Permintaan akan daging sebagai sumber protein hewani khususnya pada daging
ayam semakin meningkat disebabkan karena harga relatif lebih murah
dibandingkan dengan daging sapi ataupun daging kambing.
Pakan sebagai salah satu unsur vital pada usaha peternakan. Pemberian
pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak dapat menyebabkan
defisiensi makanan sehingga ternak mudah terserang penyakit dan pada akhirnya
akan mempengaruhi terhadap produktivitasnya. Zat gizi pakan yang diperlukan
oleh ternak dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup seperti yang
berasal dari sumber energi, protein dan mineral.
Mengenali bahan pakan sangat penting khususnya bagi setiap mahasiswa
peternakan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bahan pakan bahan yang dapat
dimakan, disukai, dan dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorbsi,
bermanfaat bagi ternak dan tidak menganggu kesehatan ternak tersebut.
Pentingnya bahan pakan khususnya untuk ternak merupakan hal yang tidak bisa
kita pungkiri untuk kita tidak mempelajarinya. Tingginya konsumsi ternak
terhadap pakan membuat para peternak unggas mencari alternatif pakan selain
jagung dan dedak pada umumnya. Para peternak pada saat ini telah menambahkan
protein,sumber energi, mineral, dan lain sebagainya. Tentu dengan berbagai jenis
2
pakan yang ada disekitar kita baik dalam bentuk bungkil maupun limbah dari
pertanian dan limbah dari pengolahan tempe dan tahu. Upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan produksi ternak unggas diantaranya dengan
perbaikan kualitas bibit ternak (secara genetik), peningkatan mutu pakan ternak,
dan peningkatan kualitas kesehatan ternak. Oleh karena itu, praktikum ini
dilakukan agar dapat mengenal bahan pakan dari tekstur, rasa, warna, bau, asal,
dan sumber/kelompok.
1.2
Identifikasi Masalah
1. Apa saja jenis-jenis bahan pakan dan non-bahan pakan unggas
berdasarkan fungsinya dalam ransum.
2. Bagaimana prinsip dasar pengujian kualitas pakan unggas secara fisik.
1.3
Maksud dan Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis bahan pakan dan non-bahan pakan unggas
berdasarkan fungsinya dalam ransum.
2. Mengetahui prinsip dasar pengujian kualitas pakan unggas secara fisik.
1.4
Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal
: Senin, 11 April 2016.
Waktu
: Pukul 12.30-14.30 WIB.
Tempat
: Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran.
3
1.5
Manfaat Praktikum
Dapat memberikan informasi tentang bahan pakan yang bisa diberikan pada
unggas sebagai sumber energi, protein, mineral, vitamin, feed additives, dan feed
supplement dan sebagai pengetahuan tentang macam-macam bahan pakan yang
biasa diberikan pada unggas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
4
II
KEPUSTAKAAN
2.1
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan apabila
bahan pakan tersebut diberikan secara ad libitum. Jumlah konsumsi pakan
merupakan faktor penentu paling penting dalam menentukan jumlah nutrien yang
didapat oleh ternak dan pengaruh terhadap tingkat produksi (Parakkasi, 1999).
Konsumsi pakan yang rendah akan menyebabkan kekurangan zat makanan
yang dibutuhkan ternak dan akibatnya akan menghambat pertumbuhan lemak dan
daging. Apabila kebutuhan untuk hidup pokok sudah terpenuhi, kelebihan gizi
yang dikonsumsi akan ditimbun sebagai jaringan lemak dan daging (Anggorodi,
1994).
Konsumsi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
palatabilitas ransum, bentuk fisik ransum, bobot badan, jenis kelamin, temperatur
lingkungan, keseimbangan hormonal dan fase pertumbuhan. Suhu yang tinggi
juga dapat menyebabkan nafsu makan menurun dan meningkatnya konsumsi air
minum. Hal ini mengakibatkan otot-otot daging lambat membesar sehingga daya
tahannya juga menurun (Tillman dkk., 1993).
2.2
Ransum
Berdasarkan kegunaannya bahan baku pakan ternak unggas terbagi menjadi
5 golongan yaitu bahan baku sumber protein, bahan baku sumber energi, bahan
baku sumber mineral, bahan baku sumber vitamin,
feed additive serta feed
suplement yang berfungsi untuk menjaga kesehatan tubuh, aktivitas tubuh dan
pertumbuhan tubuh (Wahju J, 1997).
5
Ransum adalah makanan yang terdiri dari dua atau lebih bahan makanan
yang diberikan kepada ayam untuk kebutuhan sehari semalam. Suatu ransum
dikatakan berkualitas apabila ransum ini mengandung semua zat gizi yang
diperlukan oleh ayam (Wahju J, 1997).
Untuk kelompok ayam yang umurnya tertentu diternakkan dengan tujuan
tertentu akan membutuhkan ransum yang berbeda kandungan gizinya dengan
ransum yang dibutuhkan pada sekelompok umur yang lain dengan tujuan yang
lain pula. Ransum dimakan oleh ayam dalam bentuk tepung lengkap, butiran
pecah dan dikunyah di dalam tubuhnya dan diubah dengan enzim-enzim
pencernaan menjadi unsur gizi yang dibutuhkannya yaitu protein dan asam-asam
amino, energi, vitamin dan mineral. Unsur-unsur gizi itulah yang kelak akan
digunakan oleh ayam untuk kehidupan pokoknya dan untuk produksi. Oleh karena
itu jelas bahwa baik atau buruknya produksinya sangat bergantung pada ransum
yang dimakan ayam tersebut (Rasyaf, 2001).
2.3
Penggolongan Bahan Pakan Berdasarkan Sumbernya
Menurut
Rasyaf
(2001),
penggolongan
bahan
pakan
berdasarkan
sumbernya, yaitu:
1. Sumber Energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang
kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di
bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi
empat kelompok, yaitu:
a) Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum).
b) Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan).
c) Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya
6
2. Sumber Protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang
mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).
Contohnya kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung
tulang dan sebagainya).
3. Sumber Vitamin dan Mineral
Bahan organik dan anorganik yang mengandung mineral tinggi termasuk dalam
kategori sumber mineral serta bahan organik yang mengandung kadar vitamin
tinggi disebut sumber vitamin. Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber
vitamin dan mineral sudah tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus dalam
rupa bahan olahan yang siap digunakan sebagai campuran pakan, misalnya
premix, kapur, Ca2PO4 dan beberapa mineral.
4. Feed Suplement
Feed supplement adalah berbagai bahan yang ditambahkan ke dalam pakan
dalam jumlah sedikit dengan tujuan untuk menghindari defisiensi zat makanan.
Contohnya asam amino, vitamin, dan mineral mikro.
5. Feed Additives
Feed Additives adalah berbagai bahan yang ditambahkan ke dalam pakan
dalam jumlah sedikit dengan tujuan tertentu, misalnya untuk meningkatkan
produktivitas, meningkatkan daya tahan tubuh, dan mengurangi kemungkinan
terjangkitnya
penyakit
tertentu.
Contohnya
coccidiostat,
antibiotik,
dan
antioksidan (Rasyaf, 2001).
2.4
Bahan Pakan Menurut Kelazimannya
Adapun bahan pakan menurut kelazimannya (konvensional maupun non
konvensional) yaitu sebagai berikut:
7
1. Bahan Pakan Konvensional
Bahan pakan ini adalah bahan baku yang sering digunakan dalam pakan yang
biasanya mempunyai kandungan nutrisi yang cukup (misalnya protein) dan
disukai ternak. Bahan pakan ini dapat berasal dari tanaman ataupun hewan, ikan,
dan hasil sampingan industri pertanian. Contoh bahan baku ini yaitu dedak,
tepung ikan dan bekatul.
2. Bahan Pakan Non Konvensional
Bahan pakan ini adalah bahan pakan yang tidak atau belum lazim dipakai
untuk menyusun ransum. Bahan pakan ini berpotensi digunakan sebagai
campuran pakan unggas karena tingkat ketersediaannya banyak diberbagai daerah.
Bahan ini mengandung nutrisi yang diperlukan unggas dan kurang bersaing
dengan manusia, tapi belum banyak dimanfaatkan karena hanya daerah-daerah
tertentu yang tersedia. Kandungan anti nutrisi yang dimiliki harus diolah terlebih
dahulu sebelum digunakan pada unggas.
Bahan ini bisa berasal dari industri kimia, pertanian maupun hasil fermentasi.
Contoh dari bahan baku ini adalah urea, diamonium fosfat, isi rumen, dan protein
sel tunggal/ragi (Wahju J, 1997).
2.5
Kandungan Nutris Bahan Pakan
1. Tepung Jagung
Uraian
PK (%)
LK (%)
SK (%)
Ca (%)
P (%)
EM (kkal/kg)
Sumber : a. NRC (1998)
2. Bungkil Kelapa
Kandungan Nutrisi
8,3 %
2,2 %
3,9 %
0,03 %
0,28 %
3420 kkal/kg
8
Uraian
BK (%)
PK (%)
TDN (%)
SK (%)
LK (%)
Kandungan Nutrisi
84,40 %
21,00 %
81,30 %
15,00 %
1,80 %
Sumber : NRC (1995)
3. Dedak Padi
Uraian
PK (%)
LK (%)
SK (%)
Ca (%)
P (%)
EM (kkal/kg)
Kandungan Nutrisi
13,3 %
13,5 %
7,2 %
0,07 %
1,61 %
2850
l/kg
Sumber : Hartadi dkk. (1997).
4. Tepung Ikan
Uraian
PK (%)
LK (%)
SK (%)
Ca (%)
P (%)
EM (kkal/kg)
Kandungan Nutrisi
52 %
2,2 %
4,8 %
6,65 %
3,59 %
2810 kkal/kg
Sumber : Hartadi dkk (1997)
5. Bungkil Kedelai
Uraian
PK (%)
LK (%)
Kandungan Nutrisi
43,8 %
4,4 %
9
SK (%)
Ca (%)
P (%)
Sumber : Hartadi dkk (1997)
1,5 %
0,32 %
0,65 %
10
III
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA
3.1
Alat
1. Gelas plastik berfungsi sebagai tempaat bahan pakan.
2. Baki atau nampan berfungsi sebagai tempat menyimpan gelas plastik
yang berisi bahan pakan.
3. Mikroskop berfungsi untuk melihat bentuk bahan pakan secara
mikroskopik.
3.2
Bahan
1. Minyak kelapa sebagai bahan pakan yang diamati.
2. Tepung jagung sebagai bahan pakan yang diamati.
3. Dedak padi sebagai bahan pakan yang diamati.
4. Bungkil kelapa sebagai bahan pakan yang diamati.
5. Bungkil kedelai sebagai bahan pakan yang diamati.
6. Tepung ikan sebagai bahan pakan yang diamati.
7. Grit sebagai bahan pakan yang diamati.
8. Kunyit sebagai bahan pakan yang diamati.
9. Premix sebagai bahan pakan yang diamati.
3.3
Prosedur Kerja
1. Memperhatikan dan mengamati setiap sampel bahan pakan unggas yang
tersedia dalam baki atau nampan.
2. Melakukan uji fisik melalui indera dengan cara diraba, dicicipi, dicium
dengan hidung, dan dilihat warna dari bahan pakan tersebut.
11
3. Menulis nama bahan pakan dan memberikan keterangan pada tabel yang
disediakan mengenai warna, bau, tekstur, dan rasa.
12
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
1. Tabel hasil pengamatan evaluasi bahan pakan secara fisik
Nama Bahan
Warna
Tekstur
Bau
Rasa
Pakan
Minyak kelapa
Kuning cerah
Cair
Tidak berbau
Tidak berasa
Kekuningan
Kasar
Bau jagung
Hambar
Bungkil kelapa Coklat tua
Tepung
Bau manis
Agak manis
Dedak
Coklat muda
Tepung
Bau dedak
Agak manis
Grit
Putih keabuan
Kasar
Bau pasir
Hambar sedikit
sawit
Tepung jagung
asin
Tepung ikan
Coklat sedikit
Halus
Bau amis
Asin
tua
Kunyit
Kuning
Tepung
Bau kunyit
Pahit
Premix
Krem
Tepung
Bau obat
Sedikit pahit
Bungkil
Krem
Kasar
Bau kedelai
Agak manis
kedelai
13
2. Tabel hasil pengamatan mikroskopik bahan pakan
Tepung Jagung (10x40)
Dedak Padi (10x40)
Bungkil Kelapa (10x40)
Tepung Ikan (10x40)
Bungkil Kedelai (10x40)
14
4.2
Pembahasan
Praktikum kali ini adalah mengenai bahan pakan bagi ternak unggas. Ada
berbagai macam bahan pakan untuk unggas yang memiliki karakteristik dan
kandungan nutrisi yang berbeda untuk masing-masig bahan pakan. Bahan pakan
digolongkan berdasarkan sumbernya yaitu, sumber energi, sumber protein,
sumber vitamin dan mineral, additives, dan supplement.
4.2.1 Bahan Pakan Sumber Energi
a. Minyak Kelapa Sawit
Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik, minyak kelapa sawit berwarna
kuning cerah dengan tekstur cair, tidak berbau, dan tidak berasa. Minyak kelapa
sawit merupakan bahan pakan sumber energi yang berasal dari lemak yang
dikandungnya. Selain itu, penambahan minyak kelapa sawit pada pakan dapat
mengurangi debu dalam ransum, membuat lebih menarik, mempertinggi
palatabilitas dan mengurangi hilangnya zat-zat makanan akibat debu. Penggunaan
minyak kelapa yang terlalu berlebihan juga akan mengakibatkan bau tengik
apabila terlalu lama disimpan karena kadar lemaknya yang tinggi. Mulyantini
(2014) menyatakan bahwa komposisi minyak kelapa dalam pakan unggas dapat
encapai 3-6%, apabila terlalu banyak akan menghancurkan pakan yang berbentuk
pellet dan juga menyebabkan mencret pada unggas.
b. Tepung Jagung
Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik, tepung jagung berwarna
kekuningan dengan tekstur kasar, bau jagung, dan rasanya hambar. Dilihat
dibawah mikroskop, tepung jagung bebentuk butiran halus.
15
Tepung jagung berasal dari jagung yang digiling menjadi butiran halus dan
dimanfaatkan sebagai sumber energi yang utama dalam penyusunan ransum
unggas. Ada tiga jenis jagung yaitu jagung kuning, jagung putih dan jagung
merah. Di Indonesia tepung jagung yang populer untuk ransum ayam kampung
adalah jagung kuning. Nawawi dan Nurrohmah (2002) menyatakan bahwa dalam
susunan ransum ayam, para ahli nutrisi ternak menyarankan agar jagung
digunakan dengan kisaran 40-45 %.
c. Dedak Padi
Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik, dedak padi berwarna coklat muda
dengan tekstur halus/tepung, bau dedak, dan rasanya agak manis. Dilihat dibawah
mikroskop, dedak padi bebentuk butiran halus.
Padi merupakan sumber bahan makanan yang menghasilkan beras sebagai
bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Dalam proses
pengadaan beras dari padi dihasilkan dedak padi sebagai hasil sampingannya.
Dedak padi adalah hasil ikutan pengolahan padi menjadi beras terutama terdiri
dari lapisan ari. Dedak padi walaupun hasil ikutan dari penggilingan beras, tetapi
masih bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi bagi unggas, hal ini sesuai dengan
teori Trobos (2007) yang menyatakan dedak padi dan sekam padi merupakan hasil
ikutan dari penggilingan beras yang masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan pakan
sumber energi yang berbentuk bubuk atau serbuk.
Kelemahan dari dedak padi ini adalah mengandung zat anti nutrisi yaitu asam
fitat, sehingga penggunaan dedak yang tinggi dapat menyebabkan penurunan
produksi.
16
Menurut Santoso (1986), secara umum penggunaan dedak dalam ransum
broiler tidak disarankan melebihi 10% dan dalam ransum ayam petelur 20% .
Adanya zat antinutrisi myoinositol (asam phytat) di dalam dedak dapat
menghambat ketersediaan mineral ransum bagi ternak.
4.2.2 Bahan Pakan Sumber Protein
a. Bungkil Kelapa
Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik, bungkil kelapa berwarna coklat tua
dengan tekstur halus/tepung, bau manis, dan rasanya agak manis. Dilihat dibawah
mikroskop, tepung jagung bebentuk butiran halus dengan berserat di bagian sisisisinya. Bungkil kelapa adalah bahan pakan tenak yang berasal dari sisa
pembuatan minyak kelapa. Menurut Parakkasi (1995) Bahan pakan ini
mengandung protein nabati dan sangat potensial untuk pertumbuhan ternak
meningkatkan kualitas karkas. Faktor-faktor
yang mempengaruhi batas
penggunaan bungkil kelapa dalam ransum ayam adalah rendahnya kandungan
asam amino, terutama lisin, kandungan serat kasar yang tinggi dan kandungan
aflatoksin yang cukup tinggi, penggunaan bungkil kelapa hingga 40% dalam
ransum ayam broiler atau petelur dapat dilakukan dengan memperhatikan
keseimbangan asam amino dalam ransum. Batas penggunaan bungkil kelapa
dalam ransum ayam adalah kurang dari 30%.
b. Tepung Ikan
Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik, tepung ikan berwarna coklat sedikit
tua, bertekstur halus, bau amis, dan rasanya asin. Hasil pengamatan mikroskopik
terlihat seperti berbentuk butiran halus.
17
Tepung ikan merupakan bahan makanan ternak yang berkadar protein tinggi,
mudah dicerna dan kaya akan asam amino essensial terutama lisin dan metionin
sehingga dapat digunakan sebagai penutup kekurangan yang terdapat pada biibijian. Disamping itu tepung ikan kaya akan vitamin B, mineral dan kandungan
lemak yang cukup juga merupakan sumbangan dalam memenuhi kebutuhan
ternak akan energi (metabolis) dan juga vitamin yang larut dalam lemak yaitu
vitamin A dan D. Selain sebagai sumber protein, tepung ikan juga dapat
digunakan sebagai sumber kalsium. Kandungan protein atau asam amino tepung
ikan dipengaruhi oleh bahan ikan yang digunakan serta proses pembuatannya.
Proses pembuatan tepung ikan yang tidak sesuai akan menurunkan ataupun
merusak kadar proteinnya, hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wahju (1997)
yang menyatakan bahwa pemanasan yang berlebihan akan menghasilkan tepung
ikan yang berwarna cokelat dan kadar protein atau asam aminonya cenderung
menurun atau menjadi rusak.
Penggunaan tepung ikan ini terdiri dari berbagai jenis yang beredar di pasaran
yang disebut sebagai tepung ikan pabrik (komersial) yang telah mengalami
pengolahan dan pencampuran dengan bahan lain, namun ternyata tepung ikan
tidak hanya bisa didapat dari pabrik, tepung ikan juga dapat diproduksi sendiri
yang murni berasal dari limbah-limbah ikan (sempengan) yang
tidak
dipergunakan oleh manusia lagi dan bahkan kandungan proteinnya sendiri masih
utuh.
Mulyantini (2014) menyatakan bahwa komposisi tepung ikan dalam formulasi
pakan harus ditentukan berdasarkan level dari sodium dan chloride, karena
kualitas tepung ikan di pasaran sangat beragam. Biasanya pada pakan broiler
komposisi tepung ikan sebanyak 5%.
18
c. Bungkil Kedelai
Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik, bungkil kedelai berwarna krem
dengan tekstur kasar, bau kedelai, dan rasanya agak manis. Bungkil kedelai adalah
kedelai yang sudah diambil minyaknya. Bungkil kedelai merupakan sumber
protein yang sangat bagus sebab keseimbangan asam amino yang terkandung
didalamnya cukup lengkap dan tinggi. Bungkil kedelai dibuat melalui beberapa
tahapan seperti pengambilan lemak, pemanasan dan penggilingan. Hutagalung
(1990) menyatakan bahwa bungkil kedelai yang baik mengandung air tidak lebih
dari 12 %. Bungkil kedele mengandung beberapa penghambat tripsin.
Penghambat tripsin ini (anti tripsin) tidak tahan panas sehingga bungkil kedelai
yang mengalami proses pemanasan terlebih dahulu tidak menjadi masalah dalam
penyusunan ransum untuk unggas, hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari
Muyantini (2014) yang menyatakan bahwa bungkil kedelai harus dipanaskan
terlebih dahulu untuk menghancurkan zat anti nutrisi. Komposisinya dalam pakan
dapat mencapai 5-20%. Kualitas bungkil kedelai ditentukan oleh cara pengolahan.
Pemanasan yang terlalu lama dapat merusak kadar lisin.
4.2.3 Bahan Pakan Sumber Mineral
Bahan pakan sumber mineral yang digunakan dalam praktikum ini hanya
menggunakan grit. Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik, grit berwarna putih
keabuan dengan tekstur kasar, bau pasir, dan rasanya hambar sedikit asin karena
biasanya dalam grit terdapat pecahan kulit kerang dan pasir, hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Wahju (1997) yang menyatakan bahwa grit merupakan bahan
pakan ayam yang terdiri atas batu-batu kecil, kapur, pecahan granit, dan kulit
kerang.
19
Grit berfungsi untuk membantu proses pencernaan mekanik yang terjadi
dalam ventrikulus.
4.2.4 Bahan Pakan Additives
Bahan pakan additives yang diamati pada praktikum ini adalah tepung
kunyit. Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik, tepung kunyit berwarna
kuning dengan tekstur halus/tepung, bau kunyit, dan rasanya pahit. Kunyit dalam
bentuk tepung dapat digunakan untuk mengoptimalkan kerja organ pencernaan.
Kunyit diberikan sebagai feed additive pada pakan ayam. Biasanya kunyit
digunakan untuk menambah nafsu makan unggas. Rasyaf (2001) menyatakan
bahwa jika tepung kunyit ditambahkan dalam pakan dapat meningkatkan kerja
organ pencernaan, dan berpengaruh terhadap kualitas karkas.
4.2.5 Bahan Pakan Supplement
Bahan pakan supplement yang diamati pada praktikum ini adalah premix
Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik, premix berwarna kuning dengan
tekstur halus/tepung, bau obat, dan rasanya sedikit pahit. Premix dikenal sebagai
bahan tambahan yang dicampurkan dalam ransum untuk meningkatkan
kandungan nutrisi yang ada di dalamnya. Asam amino, vitamin, dan mineral
adalah beberapa nutrisi yang sering terkandung dalam premix. Premix ini
berfungsi untuk menambah zat nutrisi dalam pakan, hal tersebut sesuai dengan
pendapat Rasyaf (2001) yang menyatakan bahwa premix ditambahkan ke dalam
pakan ayam untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang belum lengkap pada pakan
utama dengan tujuan untuk menghindari defisiensi zat makanan.
20
21
V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Jenis bahan pakan dan non-bahan pakan unggas berdasarkan fungsinya
dalam ransum dibagi atas sumber energi, sumber protein, sumber mineral
dan vitamin, feed supplement, dan feed additives.
2. Prinsip dasar pengujian kualitas bahan pakan secara fisik dilihat dari
warna, tekstur, bau, dan rasanya, sedangkan pengujian secara
mikroskopik dilihat dibawah mikroskop.
5.2
Saran
Dalam materi yang disampaikan, materi bahan pakan seharusnya lebih di
detailkan kembali pada berbagai macam aspek, contohnya seperti identifikasi
kualitas bahan pakan unggas, misalkan dalam bahan pakan tertentu seperti tepung
jagung apabila tercium bau apek tandanya ada defisiensi vitamin E didalamnya.
Manfaat identifikasi kualitas bahan pakan ini agar ilmu dalam pemilihan bahan
pakan ini dapat memberikan pencerahan tentang dasar-dasar pemberian pakan
terhadap unggas tersebut.
22
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, H.R. 1994. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Atjung. 2008. Tanaman yang Menghasilka Minyak, Tepung dan Gula. Yasaguna.
Jakarta.
Boniran, S. 1999. Quality Control untuk Bahan Baku dan Produk Akhir Pakan
Ternak. Kumpulan Makalah Feed Quality Management Workshop,
American Soybean Asosiation dan Balai Penelitian Ternak.
Harsono, H. S. 1995. Beternak Ayam Negeri Petelur Super yang Berhasil. Gunung
Mas. Pekalongan.
Hartadi, H, Reksohardiprojo, S dan Tillman, A, D. 1997. Komposisi Bahan Pakan
Untuk Indonesia. Gadja Mada University Press. Yogyakarta.
Hasbullah. 2001. Teknologi Tepat Guna Industri Kecil. Dewan Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Industri. Sumatra Barat.
Hutagalung, R. I. 1990. Defenisi dan Standar Bahan Baku Pakan. Kumpulan
Makalah Feed Management Workshop. American Soybean Association dan
Balai Penelitian Ternak.
Kamal, M.1998. Bahan Pakan dan Penyusun Ransum. Fakultas Peternakan
Universitas Gajahmada. Yogyakarta.
Mulyantini, N.G.A. 2014. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Murtidya, A. B. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Kanisius.
Yogyakarta.
Nawawi T dan Nurromah. 2002. Ransum Ayam Kampung. Penebar Swadaya.
Jakarta.
NRC. 1979. Nutrient Requirements of Poultry. Nutrient Requirments of Domestic
Animal, Ninth Revised Edition.National Academy Press. Washingthon DC.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Angkasa.
Bandung.
23
Piliang W.G. 2000. Fisiologi Nutrisi. Volume I. Institut Pertanian. Bogor.
Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Depok.
Rukmana, Rahmat, dan Yuniarsih, Yuyun. 2001. Kedelai, Budidaya dan Pasca
Panen. Kanisius. Yogyakarta.
Santoso, U. 1986. Limbah Bahan Ransum Unggas yang Rasional. Bharata Karya
Aksara. Yogyakarta.
Sarwono, B. 1996. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya. Jakarta
Soeprapto dan Sutarman, Tateng. 1982. Betanam Kacang Hijau. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sunarya, M.I.G.M. 1998. Limbah Perikanan Bahan Baku Pakan Peternakan.
Dinas Peternakan Provinsi NTB. Mataram.
Tillman. A. D. Hartadi., H. Reksohaddiprodjo. S. Prawirokusumo dan S.
Lebdosoekojo. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Trobos. 2007. Pasar Menganga Bibit Langka. PT. PWI. Jakarta.
Wahju J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
24
LAMPIRAN
Dokumentasi Praktikum
1. Minyak Kelapa Sawit
2. Bungkil Kedelai
3. Dedak Padi
25
4. Bungkil Kelapa
5. Tepung Ikan
6. Tepung Jagung
26
7. Tepung Kunyit
8. Premix
9. Grit
27
Pembagian tugas:
Pendahuluan
: Dian Anggarini
Kepustakaan
: Astri Hadayani
Alat, bahan, dan prosedur
: Riki Riswara
Hasil
: Muhammad Gustara
Pembahasan
: M. Faizal, Rismayanti, M. Iqbal Nuryaman
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun kian meningkat, hal ini
disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk yang diikuti dengan
peningkatan perkapita menjadikan masyarakat semakin menyadari arti gizi.
Permintaan akan daging sebagai sumber protein hewani khususnya pada daging
ayam semakin meningkat disebabkan karena harga relatif lebih murah
dibandingkan dengan daging sapi ataupun daging kambing.
Pakan sebagai salah satu unsur vital pada usaha peternakan. Pemberian
pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak dapat menyebabkan
defisiensi makanan sehingga ternak mudah terserang penyakit dan pada akhirnya
akan mempengaruhi terhadap produktivitasnya. Zat gizi pakan yang diperlukan
oleh ternak dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup seperti yang
berasal dari sumber energi, protein dan mineral.
Mengenali bahan pakan sangat penting khususnya bagi setiap mahasiswa
peternakan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bahan pakan bahan yang dapat
dimakan, disukai, dan dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorbsi,
bermanfaat bagi ternak dan tidak menganggu kesehatan ternak tersebut.
Pentingnya bahan pakan khususnya untuk ternak merupakan hal yang tidak bisa
kita pungkiri untuk kita tidak mempelajarinya. Tingginya konsumsi ternak
terhadap pakan membuat para peternak unggas mencari alternatif pakan selain
jagung dan dedak pada umumnya. Para peternak pada saat ini telah menambahkan
protein,sumber energi, mineral, dan lain sebagainya. Tentu dengan berbagai jenis
2
pakan yang ada disekitar kita baik dalam bentuk bungkil maupun limbah dari
pertanian dan limbah dari pengolahan tempe dan tahu. Upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan produksi ternak unggas diantaranya dengan
perbaikan kualitas bibit ternak (secara genetik), peningkatan mutu pakan ternak,
dan peningkatan kualitas kesehatan ternak. Oleh karena itu, praktikum ini
dilakukan agar dapat mengenal bahan pakan dari tekstur, rasa, warna, bau, asal,
dan sumber/kelompok.
1.2
Identifikasi Masalah
1. Apa saja jenis-jenis bahan pakan dan non-bahan pakan unggas
berdasarkan fungsinya dalam ransum.
2. Bagaimana prinsip dasar pengujian kualitas pakan unggas secara fisik.
1.3
Maksud dan Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis bahan pakan dan non-bahan pakan unggas
berdasarkan fungsinya dalam ransum.
2. Mengetahui prinsip dasar pengujian kualitas pakan unggas secara fisik.
1.4
Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal
: Senin, 11 April 2016.
Waktu
: Pukul 12.30-14.30 WIB.
Tempat
: Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran.
3
1.5
Manfaat Praktikum
Dapat memberikan informasi tentang bahan pakan yang bisa diberikan pada
unggas sebagai sumber energi, protein, mineral, vitamin, feed additives, dan feed
supplement dan sebagai pengetahuan tentang macam-macam bahan pakan yang
biasa diberikan pada unggas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
4
II
KEPUSTAKAAN
2.1
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan apabila
bahan pakan tersebut diberikan secara ad libitum. Jumlah konsumsi pakan
merupakan faktor penentu paling penting dalam menentukan jumlah nutrien yang
didapat oleh ternak dan pengaruh terhadap tingkat produksi (Parakkasi, 1999).
Konsumsi pakan yang rendah akan menyebabkan kekurangan zat makanan
yang dibutuhkan ternak dan akibatnya akan menghambat pertumbuhan lemak dan
daging. Apabila kebutuhan untuk hidup pokok sudah terpenuhi, kelebihan gizi
yang dikonsumsi akan ditimbun sebagai jaringan lemak dan daging (Anggorodi,
1994).
Konsumsi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
palatabilitas ransum, bentuk fisik ransum, bobot badan, jenis kelamin, temperatur
lingkungan, keseimbangan hormonal dan fase pertumbuhan. Suhu yang tinggi
juga dapat menyebabkan nafsu makan menurun dan meningkatnya konsumsi air
minum. Hal ini mengakibatkan otot-otot daging lambat membesar sehingga daya
tahannya juga menurun (Tillman dkk., 1993).
2.2
Ransum
Berdasarkan kegunaannya bahan baku pakan ternak unggas terbagi menjadi
5 golongan yaitu bahan baku sumber protein, bahan baku sumber energi, bahan
baku sumber mineral, bahan baku sumber vitamin,
feed additive serta feed
suplement yang berfungsi untuk menjaga kesehatan tubuh, aktivitas tubuh dan
pertumbuhan tubuh (Wahju J, 1997).
5
Ransum adalah makanan yang terdiri dari dua atau lebih bahan makanan
yang diberikan kepada ayam untuk kebutuhan sehari semalam. Suatu ransum
dikatakan berkualitas apabila ransum ini mengandung semua zat gizi yang
diperlukan oleh ayam (Wahju J, 1997).
Untuk kelompok ayam yang umurnya tertentu diternakkan dengan tujuan
tertentu akan membutuhkan ransum yang berbeda kandungan gizinya dengan
ransum yang dibutuhkan pada sekelompok umur yang lain dengan tujuan yang
lain pula. Ransum dimakan oleh ayam dalam bentuk tepung lengkap, butiran
pecah dan dikunyah di dalam tubuhnya dan diubah dengan enzim-enzim
pencernaan menjadi unsur gizi yang dibutuhkannya yaitu protein dan asam-asam
amino, energi, vitamin dan mineral. Unsur-unsur gizi itulah yang kelak akan
digunakan oleh ayam untuk kehidupan pokoknya dan untuk produksi. Oleh karena
itu jelas bahwa baik atau buruknya produksinya sangat bergantung pada ransum
yang dimakan ayam tersebut (Rasyaf, 2001).
2.3
Penggolongan Bahan Pakan Berdasarkan Sumbernya
Menurut
Rasyaf
(2001),
penggolongan
bahan
pakan
berdasarkan
sumbernya, yaitu:
1. Sumber Energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang
kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di
bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi
empat kelompok, yaitu:
a) Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum).
b) Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan).
c) Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya
6
2. Sumber Protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang
mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).
Contohnya kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung
tulang dan sebagainya).
3. Sumber Vitamin dan Mineral
Bahan organik dan anorganik yang mengandung mineral tinggi termasuk dalam
kategori sumber mineral serta bahan organik yang mengandung kadar vitamin
tinggi disebut sumber vitamin. Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber
vitamin dan mineral sudah tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus dalam
rupa bahan olahan yang siap digunakan sebagai campuran pakan, misalnya
premix, kapur, Ca2PO4 dan beberapa mineral.
4. Feed Suplement
Feed supplement adalah berbagai bahan yang ditambahkan ke dalam pakan
dalam jumlah sedikit dengan tujuan untuk menghindari defisiensi zat makanan.
Contohnya asam amino, vitamin, dan mineral mikro.
5. Feed Additives
Feed Additives adalah berbagai bahan yang ditambahkan ke dalam pakan
dalam jumlah sedikit dengan tujuan tertentu, misalnya untuk meningkatkan
produktivitas, meningkatkan daya tahan tubuh, dan mengurangi kemungkinan
terjangkitnya
penyakit
tertentu.
Contohnya
coccidiostat,
antibiotik,
dan
antioksidan (Rasyaf, 2001).
2.4
Bahan Pakan Menurut Kelazimannya
Adapun bahan pakan menurut kelazimannya (konvensional maupun non
konvensional) yaitu sebagai berikut:
7
1. Bahan Pakan Konvensional
Bahan pakan ini adalah bahan baku yang sering digunakan dalam pakan yang
biasanya mempunyai kandungan nutrisi yang cukup (misalnya protein) dan
disukai ternak. Bahan pakan ini dapat berasal dari tanaman ataupun hewan, ikan,
dan hasil sampingan industri pertanian. Contoh bahan baku ini yaitu dedak,
tepung ikan dan bekatul.
2. Bahan Pakan Non Konvensional
Bahan pakan ini adalah bahan pakan yang tidak atau belum lazim dipakai
untuk menyusun ransum. Bahan pakan ini berpotensi digunakan sebagai
campuran pakan unggas karena tingkat ketersediaannya banyak diberbagai daerah.
Bahan ini mengandung nutrisi yang diperlukan unggas dan kurang bersaing
dengan manusia, tapi belum banyak dimanfaatkan karena hanya daerah-daerah
tertentu yang tersedia. Kandungan anti nutrisi yang dimiliki harus diolah terlebih
dahulu sebelum digunakan pada unggas.
Bahan ini bisa berasal dari industri kimia, pertanian maupun hasil fermentasi.
Contoh dari bahan baku ini adalah urea, diamonium fosfat, isi rumen, dan protein
sel tunggal/ragi (Wahju J, 1997).
2.5
Kandungan Nutris Bahan Pakan
1. Tepung Jagung
Uraian
PK (%)
LK (%)
SK (%)
Ca (%)
P (%)
EM (kkal/kg)
Sumber : a. NRC (1998)
2. Bungkil Kelapa
Kandungan Nutrisi
8,3 %
2,2 %
3,9 %
0,03 %
0,28 %
3420 kkal/kg
8
Uraian
BK (%)
PK (%)
TDN (%)
SK (%)
LK (%)
Kandungan Nutrisi
84,40 %
21,00 %
81,30 %
15,00 %
1,80 %
Sumber : NRC (1995)
3. Dedak Padi
Uraian
PK (%)
LK (%)
SK (%)
Ca (%)
P (%)
EM (kkal/kg)
Kandungan Nutrisi
13,3 %
13,5 %
7,2 %
0,07 %
1,61 %
2850
l/kg
Sumber : Hartadi dkk. (1997).
4. Tepung Ikan
Uraian
PK (%)
LK (%)
SK (%)
Ca (%)
P (%)
EM (kkal/kg)
Kandungan Nutrisi
52 %
2,2 %
4,8 %
6,65 %
3,59 %
2810 kkal/kg
Sumber : Hartadi dkk (1997)
5. Bungkil Kedelai
Uraian
PK (%)
LK (%)
Kandungan Nutrisi
43,8 %
4,4 %
9
SK (%)
Ca (%)
P (%)
Sumber : Hartadi dkk (1997)
1,5 %
0,32 %
0,65 %
10
III
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA
3.1
Alat
1. Gelas plastik berfungsi sebagai tempaat bahan pakan.
2. Baki atau nampan berfungsi sebagai tempat menyimpan gelas plastik
yang berisi bahan pakan.
3. Mikroskop berfungsi untuk melihat bentuk bahan pakan secara
mikroskopik.
3.2
Bahan
1. Minyak kelapa sebagai bahan pakan yang diamati.
2. Tepung jagung sebagai bahan pakan yang diamati.
3. Dedak padi sebagai bahan pakan yang diamati.
4. Bungkil kelapa sebagai bahan pakan yang diamati.
5. Bungkil kedelai sebagai bahan pakan yang diamati.
6. Tepung ikan sebagai bahan pakan yang diamati.
7. Grit sebagai bahan pakan yang diamati.
8. Kunyit sebagai bahan pakan yang diamati.
9. Premix sebagai bahan pakan yang diamati.
3.3
Prosedur Kerja
1. Memperhatikan dan mengamati setiap sampel bahan pakan unggas yang
tersedia dalam baki atau nampan.
2. Melakukan uji fisik melalui indera dengan cara diraba, dicicipi, dicium
dengan hidung, dan dilihat warna dari bahan pakan tersebut.
11
3. Menulis nama bahan pakan dan memberikan keterangan pada tabel yang
disediakan mengenai warna, bau, tekstur, dan rasa.
12
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
1. Tabel hasil pengamatan evaluasi bahan pakan secara fisik
Nama Bahan
Warna
Tekstur
Bau
Rasa
Pakan
Minyak kelapa
Kuning cerah
Cair
Tidak berbau
Tidak berasa
Kekuningan
Kasar
Bau jagung
Hambar
Bungkil kelapa Coklat tua
Tepung
Bau manis
Agak manis
Dedak
Coklat muda
Tepung
Bau dedak
Agak manis
Grit
Putih keabuan
Kasar
Bau pasir
Hambar sedikit
sawit
Tepung jagung
asin
Tepung ikan
Coklat sedikit
Halus
Bau amis
Asin
tua
Kunyit
Kuning
Tepung
Bau kunyit
Pahit
Premix
Krem
Tepung
Bau obat
Sedikit pahit
Bungkil
Krem
Kasar
Bau kedelai
Agak manis
kedelai
13
2. Tabel hasil pengamatan mikroskopik bahan pakan
Tepung Jagung (10x40)
Dedak Padi (10x40)
Bungkil Kelapa (10x40)
Tepung Ikan (10x40)
Bungkil Kedelai (10x40)
14
4.2
Pembahasan
Praktikum kali ini adalah mengenai bahan pakan bagi ternak unggas. Ada
berbagai macam bahan pakan untuk unggas yang memiliki karakteristik dan
kandungan nutrisi yang berbeda untuk masing-masig bahan pakan. Bahan pakan
digolongkan berdasarkan sumbernya yaitu, sumber energi, sumber protein,
sumber vitamin dan mineral, additives, dan supplement.
4.2.1 Bahan Pakan Sumber Energi
a. Minyak Kelapa Sawit
Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik, minyak kelapa sawit berwarna
kuning cerah dengan tekstur cair, tidak berbau, dan tidak berasa. Minyak kelapa
sawit merupakan bahan pakan sumber energi yang berasal dari lemak yang
dikandungnya. Selain itu, penambahan minyak kelapa sawit pada pakan dapat
mengurangi debu dalam ransum, membuat lebih menarik, mempertinggi
palatabilitas dan mengurangi hilangnya zat-zat makanan akibat debu. Penggunaan
minyak kelapa yang terlalu berlebihan juga akan mengakibatkan bau tengik
apabila terlalu lama disimpan karena kadar lemaknya yang tinggi. Mulyantini
(2014) menyatakan bahwa komposisi minyak kelapa dalam pakan unggas dapat
encapai 3-6%, apabila terlalu banyak akan menghancurkan pakan yang berbentuk
pellet dan juga menyebabkan mencret pada unggas.
b. Tepung Jagung
Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik, tepung jagung berwarna
kekuningan dengan tekstur kasar, bau jagung, dan rasanya hambar. Dilihat
dibawah mikroskop, tepung jagung bebentuk butiran halus.
15
Tepung jagung berasal dari jagung yang digiling menjadi butiran halus dan
dimanfaatkan sebagai sumber energi yang utama dalam penyusunan ransum
unggas. Ada tiga jenis jagung yaitu jagung kuning, jagung putih dan jagung
merah. Di Indonesia tepung jagung yang populer untuk ransum ayam kampung
adalah jagung kuning. Nawawi dan Nurrohmah (2002) menyatakan bahwa dalam
susunan ransum ayam, para ahli nutrisi ternak menyarankan agar jagung
digunakan dengan kisaran 40-45 %.
c. Dedak Padi
Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik, dedak padi berwarna coklat muda
dengan tekstur halus/tepung, bau dedak, dan rasanya agak manis. Dilihat dibawah
mikroskop, dedak padi bebentuk butiran halus.
Padi merupakan sumber bahan makanan yang menghasilkan beras sebagai
bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Dalam proses
pengadaan beras dari padi dihasilkan dedak padi sebagai hasil sampingannya.
Dedak padi adalah hasil ikutan pengolahan padi menjadi beras terutama terdiri
dari lapisan ari. Dedak padi walaupun hasil ikutan dari penggilingan beras, tetapi
masih bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi bagi unggas, hal ini sesuai dengan
teori Trobos (2007) yang menyatakan dedak padi dan sekam padi merupakan hasil
ikutan dari penggilingan beras yang masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan pakan
sumber energi yang berbentuk bubuk atau serbuk.
Kelemahan dari dedak padi ini adalah mengandung zat anti nutrisi yaitu asam
fitat, sehingga penggunaan dedak yang tinggi dapat menyebabkan penurunan
produksi.
16
Menurut Santoso (1986), secara umum penggunaan dedak dalam ransum
broiler tidak disarankan melebihi 10% dan dalam ransum ayam petelur 20% .
Adanya zat antinutrisi myoinositol (asam phytat) di dalam dedak dapat
menghambat ketersediaan mineral ransum bagi ternak.
4.2.2 Bahan Pakan Sumber Protein
a. Bungkil Kelapa
Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik, bungkil kelapa berwarna coklat tua
dengan tekstur halus/tepung, bau manis, dan rasanya agak manis. Dilihat dibawah
mikroskop, tepung jagung bebentuk butiran halus dengan berserat di bagian sisisisinya. Bungkil kelapa adalah bahan pakan tenak yang berasal dari sisa
pembuatan minyak kelapa. Menurut Parakkasi (1995) Bahan pakan ini
mengandung protein nabati dan sangat potensial untuk pertumbuhan ternak
meningkatkan kualitas karkas. Faktor-faktor
yang mempengaruhi batas
penggunaan bungkil kelapa dalam ransum ayam adalah rendahnya kandungan
asam amino, terutama lisin, kandungan serat kasar yang tinggi dan kandungan
aflatoksin yang cukup tinggi, penggunaan bungkil kelapa hingga 40% dalam
ransum ayam broiler atau petelur dapat dilakukan dengan memperhatikan
keseimbangan asam amino dalam ransum. Batas penggunaan bungkil kelapa
dalam ransum ayam adalah kurang dari 30%.
b. Tepung Ikan
Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik, tepung ikan berwarna coklat sedikit
tua, bertekstur halus, bau amis, dan rasanya asin. Hasil pengamatan mikroskopik
terlihat seperti berbentuk butiran halus.
17
Tepung ikan merupakan bahan makanan ternak yang berkadar protein tinggi,
mudah dicerna dan kaya akan asam amino essensial terutama lisin dan metionin
sehingga dapat digunakan sebagai penutup kekurangan yang terdapat pada biibijian. Disamping itu tepung ikan kaya akan vitamin B, mineral dan kandungan
lemak yang cukup juga merupakan sumbangan dalam memenuhi kebutuhan
ternak akan energi (metabolis) dan juga vitamin yang larut dalam lemak yaitu
vitamin A dan D. Selain sebagai sumber protein, tepung ikan juga dapat
digunakan sebagai sumber kalsium. Kandungan protein atau asam amino tepung
ikan dipengaruhi oleh bahan ikan yang digunakan serta proses pembuatannya.
Proses pembuatan tepung ikan yang tidak sesuai akan menurunkan ataupun
merusak kadar proteinnya, hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wahju (1997)
yang menyatakan bahwa pemanasan yang berlebihan akan menghasilkan tepung
ikan yang berwarna cokelat dan kadar protein atau asam aminonya cenderung
menurun atau menjadi rusak.
Penggunaan tepung ikan ini terdiri dari berbagai jenis yang beredar di pasaran
yang disebut sebagai tepung ikan pabrik (komersial) yang telah mengalami
pengolahan dan pencampuran dengan bahan lain, namun ternyata tepung ikan
tidak hanya bisa didapat dari pabrik, tepung ikan juga dapat diproduksi sendiri
yang murni berasal dari limbah-limbah ikan (sempengan) yang
tidak
dipergunakan oleh manusia lagi dan bahkan kandungan proteinnya sendiri masih
utuh.
Mulyantini (2014) menyatakan bahwa komposisi tepung ikan dalam formulasi
pakan harus ditentukan berdasarkan level dari sodium dan chloride, karena
kualitas tepung ikan di pasaran sangat beragam. Biasanya pada pakan broiler
komposisi tepung ikan sebanyak 5%.
18
c. Bungkil Kedelai
Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik, bungkil kedelai berwarna krem
dengan tekstur kasar, bau kedelai, dan rasanya agak manis. Bungkil kedelai adalah
kedelai yang sudah diambil minyaknya. Bungkil kedelai merupakan sumber
protein yang sangat bagus sebab keseimbangan asam amino yang terkandung
didalamnya cukup lengkap dan tinggi. Bungkil kedelai dibuat melalui beberapa
tahapan seperti pengambilan lemak, pemanasan dan penggilingan. Hutagalung
(1990) menyatakan bahwa bungkil kedelai yang baik mengandung air tidak lebih
dari 12 %. Bungkil kedele mengandung beberapa penghambat tripsin.
Penghambat tripsin ini (anti tripsin) tidak tahan panas sehingga bungkil kedelai
yang mengalami proses pemanasan terlebih dahulu tidak menjadi masalah dalam
penyusunan ransum untuk unggas, hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari
Muyantini (2014) yang menyatakan bahwa bungkil kedelai harus dipanaskan
terlebih dahulu untuk menghancurkan zat anti nutrisi. Komposisinya dalam pakan
dapat mencapai 5-20%. Kualitas bungkil kedelai ditentukan oleh cara pengolahan.
Pemanasan yang terlalu lama dapat merusak kadar lisin.
4.2.3 Bahan Pakan Sumber Mineral
Bahan pakan sumber mineral yang digunakan dalam praktikum ini hanya
menggunakan grit. Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik, grit berwarna putih
keabuan dengan tekstur kasar, bau pasir, dan rasanya hambar sedikit asin karena
biasanya dalam grit terdapat pecahan kulit kerang dan pasir, hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Wahju (1997) yang menyatakan bahwa grit merupakan bahan
pakan ayam yang terdiri atas batu-batu kecil, kapur, pecahan granit, dan kulit
kerang.
19
Grit berfungsi untuk membantu proses pencernaan mekanik yang terjadi
dalam ventrikulus.
4.2.4 Bahan Pakan Additives
Bahan pakan additives yang diamati pada praktikum ini adalah tepung
kunyit. Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik, tepung kunyit berwarna
kuning dengan tekstur halus/tepung, bau kunyit, dan rasanya pahit. Kunyit dalam
bentuk tepung dapat digunakan untuk mengoptimalkan kerja organ pencernaan.
Kunyit diberikan sebagai feed additive pada pakan ayam. Biasanya kunyit
digunakan untuk menambah nafsu makan unggas. Rasyaf (2001) menyatakan
bahwa jika tepung kunyit ditambahkan dalam pakan dapat meningkatkan kerja
organ pencernaan, dan berpengaruh terhadap kualitas karkas.
4.2.5 Bahan Pakan Supplement
Bahan pakan supplement yang diamati pada praktikum ini adalah premix
Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik, premix berwarna kuning dengan
tekstur halus/tepung, bau obat, dan rasanya sedikit pahit. Premix dikenal sebagai
bahan tambahan yang dicampurkan dalam ransum untuk meningkatkan
kandungan nutrisi yang ada di dalamnya. Asam amino, vitamin, dan mineral
adalah beberapa nutrisi yang sering terkandung dalam premix. Premix ini
berfungsi untuk menambah zat nutrisi dalam pakan, hal tersebut sesuai dengan
pendapat Rasyaf (2001) yang menyatakan bahwa premix ditambahkan ke dalam
pakan ayam untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang belum lengkap pada pakan
utama dengan tujuan untuk menghindari defisiensi zat makanan.
20
21
V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Jenis bahan pakan dan non-bahan pakan unggas berdasarkan fungsinya
dalam ransum dibagi atas sumber energi, sumber protein, sumber mineral
dan vitamin, feed supplement, dan feed additives.
2. Prinsip dasar pengujian kualitas bahan pakan secara fisik dilihat dari
warna, tekstur, bau, dan rasanya, sedangkan pengujian secara
mikroskopik dilihat dibawah mikroskop.
5.2
Saran
Dalam materi yang disampaikan, materi bahan pakan seharusnya lebih di
detailkan kembali pada berbagai macam aspek, contohnya seperti identifikasi
kualitas bahan pakan unggas, misalkan dalam bahan pakan tertentu seperti tepung
jagung apabila tercium bau apek tandanya ada defisiensi vitamin E didalamnya.
Manfaat identifikasi kualitas bahan pakan ini agar ilmu dalam pemilihan bahan
pakan ini dapat memberikan pencerahan tentang dasar-dasar pemberian pakan
terhadap unggas tersebut.
22
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, H.R. 1994. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Atjung. 2008. Tanaman yang Menghasilka Minyak, Tepung dan Gula. Yasaguna.
Jakarta.
Boniran, S. 1999. Quality Control untuk Bahan Baku dan Produk Akhir Pakan
Ternak. Kumpulan Makalah Feed Quality Management Workshop,
American Soybean Asosiation dan Balai Penelitian Ternak.
Harsono, H. S. 1995. Beternak Ayam Negeri Petelur Super yang Berhasil. Gunung
Mas. Pekalongan.
Hartadi, H, Reksohardiprojo, S dan Tillman, A, D. 1997. Komposisi Bahan Pakan
Untuk Indonesia. Gadja Mada University Press. Yogyakarta.
Hasbullah. 2001. Teknologi Tepat Guna Industri Kecil. Dewan Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Industri. Sumatra Barat.
Hutagalung, R. I. 1990. Defenisi dan Standar Bahan Baku Pakan. Kumpulan
Makalah Feed Management Workshop. American Soybean Association dan
Balai Penelitian Ternak.
Kamal, M.1998. Bahan Pakan dan Penyusun Ransum. Fakultas Peternakan
Universitas Gajahmada. Yogyakarta.
Mulyantini, N.G.A. 2014. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Murtidya, A. B. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Kanisius.
Yogyakarta.
Nawawi T dan Nurromah. 2002. Ransum Ayam Kampung. Penebar Swadaya.
Jakarta.
NRC. 1979. Nutrient Requirements of Poultry. Nutrient Requirments of Domestic
Animal, Ninth Revised Edition.National Academy Press. Washingthon DC.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Angkasa.
Bandung.
23
Piliang W.G. 2000. Fisiologi Nutrisi. Volume I. Institut Pertanian. Bogor.
Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Depok.
Rukmana, Rahmat, dan Yuniarsih, Yuyun. 2001. Kedelai, Budidaya dan Pasca
Panen. Kanisius. Yogyakarta.
Santoso, U. 1986. Limbah Bahan Ransum Unggas yang Rasional. Bharata Karya
Aksara. Yogyakarta.
Sarwono, B. 1996. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya. Jakarta
Soeprapto dan Sutarman, Tateng. 1982. Betanam Kacang Hijau. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sunarya, M.I.G.M. 1998. Limbah Perikanan Bahan Baku Pakan Peternakan.
Dinas Peternakan Provinsi NTB. Mataram.
Tillman. A. D. Hartadi., H. Reksohaddiprodjo. S. Prawirokusumo dan S.
Lebdosoekojo. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Trobos. 2007. Pasar Menganga Bibit Langka. PT. PWI. Jakarta.
Wahju J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
24
LAMPIRAN
Dokumentasi Praktikum
1. Minyak Kelapa Sawit
2. Bungkil Kedelai
3. Dedak Padi
25
4. Bungkil Kelapa
5. Tepung Ikan
6. Tepung Jagung
26
7. Tepung Kunyit
8. Premix
9. Grit
27
Pembagian tugas:
Pendahuluan
: Dian Anggarini
Kepustakaan
: Astri Hadayani
Alat, bahan, dan prosedur
: Riki Riswara
Hasil
: Muhammad Gustara
Pembahasan
: M. Faizal, Rismayanti, M. Iqbal Nuryaman