LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID DIRI (1)
LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID
A.Definisni
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidalis
(Mansjoer, 2000). Hemoroid atau ”wasir (ambeien)” merupakan vena varikosa pada kanalis
ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari
vena hemoroidalis. Hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia
lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat
menimbulkan perasaan yang sangat tidak nyaman (Price dan Wilson, 2006).
Penyakit hemoroid sering menyerang usia diatas 50 tahun. Hemoroid seringkali
dihubungkan dengan konstipasi kronis dan kehamilan. Terkadang dihubungkan dengan diare,
sering mengejan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rectum. Komplikasi dapat
menyebabkan nyeri hebat, gatal dan perdarahan rectal (Chandrasoma, 2006; Price dan
Wilson, 2006).
Hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar
berlebihan untuk penderita yang mengalami keluhan menaun dan pada penderita hemoroid
derajat III dan IV (Sjamsuhidayat dan Jong, 2000).
B. Anatomi Fisiologi
Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rectum dan terbentang dari colon
sigmoid sampai anus, colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk lekukan huruf
S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu colon sigmoid bersatu dengan rectum.
Satu inci dari rectum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh sfingter eksternus dan
internus. Panjang rectum dan kanalis ani sekitar 15 cm.
gambar 1.1 : usus besar-rectum
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri sesuai dengan
suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior memperdarahi belahan bagian
kanan yaitu sekum, colon asendens dan dua pertiga proksimal colon tranversum, dan arteria
mesentrika inferior memperdarahi belahan kiri yaitu sepertiga distal colon transversum, colon
desendens, sigmoid dan bagian proksimal rectum. Suplai darah tambahan untuk rectum
adalah melalui arteria sakralis media dan arteria hemoroidalis inferior dan media yang
dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.
gambar 1.2 : arteri - arteri pada rectum
Alir balik vena dari colon dan rectum superior melalui vena mesentrika superior dan
inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang mengalirkan
darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan
merupakan bagian dari sirkulasi sistematik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis
superior, media dan inferior, sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran
darah balik ke dalam vena-vena ini.
gambar 1.3 : vena-vena pada rectum
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif: (1)kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal
dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra; (2) peristaltik
massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen colon. Gerakan peristaltik ini
menggerakkan massa feces ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua
sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh reflek gastrokolik setelah makan pertama masuk
pada hari itu.
Propulasi feces ke rectum mengakibatkan distensi dinding rectum dan merangsang
reflek defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter interna
dikendalikan oleh sistem saraf otonom, dan sfingter eksterna berada di bawah kontrol
volunter. Reflek defekasi terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan keempat dari medula
spinalis. Serabut-serabut parasimpatis mencapai rectum melalui saraf splangnikus panggul
dan bertanggung jawab atas kontraksi rectum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu
rectum yang mengalami distensi berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga
menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang. Otot-otot sfingter interna dan eksterna
berelaksasi pada waktu anus tertarik atas melebihi tinggi massa feces. Defekasi dipercepat
dengan adanya peningkatan tekanan intra-abdomen yang terjadi akibat kontraksi volunter.
Otot-otot dada dengan glotis ditutup, dan kontraksi secara terus menerus dari otot-otot
abdomen (manuver atau peregangan valsava). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi
volunter otot-otot sfingter eksterna dan levator ani. Dinding rectum secara bertahap akan
relaks, dan keinginan untuk berdefekasi menghilang.
C. Etiologi
a. Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi, sedangkan
sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan
peningkatan tekanan intra abdominal), fisiologis dan radang umumnya faktor etiologi
tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan. Menurut Tambayong (2000)
faktor predisposisi dapat diakibatkan dari kondisi hemoroid. Hemoroid berdarah
mungkin akibat dari hipertensi portal kantong-kantong vena yang melebar menonjol
ke dalam saluran anus dan rectum terjadi trombosis, ulserasi, dan perdarahan,
sehingga nyeri mengganggu. Darah segar sering tampak sewaktu defekasi atau
mengejan. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) hemoroid sangat umum terjadi pada
usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan vena yang
melebar, mengawali atau memperberat adanya hemoroid.
b. Faktor penyebab terjadinya hemoroid adalah sebagai berikut:
1) Mengejan pada waktu defekasi.
2) Konstipasi yang menahun yang tanpa pengobatan.
3) Pembesaran prostat.
4) Keturunan atau hereditas.
5) Kelemahan dinding structural dari dinding pembuluh darah.
6) Peningkatan tekanan intra abdomen (seperti: Kehamilan, berdiri dan duduk
terlalu lama dan konstipasi).
D. Klasifikasi
a. Hemoroid internal
Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior. Diatas garis mukokutan dan ditutupi
oleh mukosa diatas sfingter ani. Hemoroid internal dikelompokkan dalam 4 derajat :
1) Derajat I
Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri sewaktu defekasi.
Tidak terdapat prolap dan pada pemeriksaan terlihat menonjol dalam lumen.
2) Derajat II
Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan tetapi dapat
masuk kembali secara spontan.
3) Derajat III
Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali sesudah
defekasi.
4) Derajat IV
Hemoroid menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk kembali.
b. Hemoroid Eksternal
Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong
masuk. Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu:
1) Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis
eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada
kulit merupakan reseptor nyeri.
2) Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri
dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
gambar 1.4 : formation of hemorroidh
F. Tanda dan Gejala
a. Tanda
1) Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feces yang keras.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feces.
Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya
akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
2) Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya
timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan radang.
b. Gejala
1) Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2) Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi
spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi dan
akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
3) Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan ciri
hemoroid yang mengalami prolap menetap.
4) Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan
mucus.
G. Pathofisiologi
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis mengalir
dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik yang
melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan oleh
peningkatan tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena sistematik, bila aliran darah vena
balik terus terganggu maka dapat menimbulkan pembesaran vena (varices) yang dimulai pada
bagian struktur normal di regio anal, dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana
sfingter anal membantu pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien
merasa nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit oleh sfingter
anal.
Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan vena
sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola regio anorektal
menyalurkan darah dan peningkatan tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena
anorektal. Dengan berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra
abdominal dan aliran darah dari arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah dari
otot halus yang mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh darah hemoroidalis.
Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa terjepitnya pembuluh
darah dan nyeri, ini biasanya sering menyebabkan pendarahan dalam feces, jumlah darah
yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu yang lama bisa menyebabkan anemia defisiensi
besi.
Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan, jarang
menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah beku (trombus)
dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan nyeri hebat.
H. Pathways hemoroid
I. Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu untuk derajat I
dapat dicoba dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab, misalnya saat konstipasi
dengan menghindari mengejan berlebihan saat BAB. Memberi nasehat untuk diit tinggi
serat, banyak makan sayur, buah dan minum air putih paling sedikit 2.000 cc/hari dan
olahraga ringan secara teratur, serta kurangi makan makanan yang merangsang dan daging,
menjaga hygiene daerah anorektal dengan baik, jika ada infeksi beri antibiotika peroral. Bila
terdapat nyeri yang terus-menerus dapat diberikan suppositoria, untuk melancarkan defekasi,
dapat diberikan cairan parafin atau larutan magnesium sulfat 10%. Bila dengan pengobatan di
atas tidak ada perbaikan, diberikan terapi skleroting (sodium moruat) 5% atau fenol.
Penyuntikan dilakukan antara mukosa dan varices, dengan harapan timbul fibrosis dan
hemoroid mengecil. Kontraindikasi pengobatan ini adalah hemoroid eksterna, radang dan
adanya fibrosis hebat di sekitar hemoroid interna.
Pada hemoroid derajat II dapat dicoba dengan terapi sklerosing secara bertahap.
Apabila terapi sklerosing tidak berhasil dapat dilakukan tindakan operasi.
Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk. Cara lain yang dapat dilakukan adalah
operasi, bila ada peradangan diobati dahulu. Teknik operasi pada hemoroid antara lain :
a. Prosedur ligasi pita-karet
Prosedur ligasi pita-karet dengan cara melihat hemoroid melalui anoscop dan bagian
proksimal diatas garis mukokutan di pegang dengan alat. Kemudian pita karet kecil
diselipkan diatas hemoroid yang dapat mengakibatkan bagian distal jaringan pada pita karet
menjadi nekrotik setelah beberapa hari dan lepas. Tindakan ini memuaskan pada beberapa
pasien, namun pasien yang lain merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan
menyebabkan hemoroid sekunder dan infeksi perianal.
b.
Hemoroidektomi kriosirurgi
Metode ini dengan cara mengangkat hemoroid dengan jalan membekukan jaringan
hemoroid selama beberapa waktu tertentu sampai waktu tertentu. Tindakan ini sangat kecil
sekali menimbulkan nyeri. Prosedur ini tidak terpakai luas karena menyebakan keluarnya
rabas yang berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.
c.
Laser Nd: YAG
Metode ini telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid, terutama hemoroid
eksternal. Tindakan ini cepat menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi
komplikasi pada periode pasca operatif.
d.
Hemoroidektomi
Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa
yang terlibat dalam proses ini. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan
melaui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah.
Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan dengan cara suppositoria yang mengandung
anestesi, antibiotika, analgetik dan astrigent. Tiga hari post operasi diberikan diit rendah sisa
untuk menahan BAB. Jika sebelum tiga hari ingin BAB, tampon dibuka dan berikan
rendaman PK hangat (37oC) dengan perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit. Setelah BAB,
lalu dipasang lagi tampon baru. Jika setelah tiga hari post operasi pasien belum BAB diberi
laxantia. Berikan rendaman duduk dengan larutan PK hangat (37oC), perbandingan 1:4000
selama 15-20 menit sampai dengan 1-2 minggu post operasi.
Pada penatalaksanaan hemoroid tingkat IV dapat dilakukan dengan istirahat baring dan juga
operasi. Bila ada peradangan diobati dahulu.
J. Pemeriksaan Penunjang
a. Inspeksi
1) Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung thrombus.
2) Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup
mukosa.
3) Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.
b. Rectal touch
1) Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba bila sudah
ada fibrosis
2) Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma recti.
3) Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolap.
Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lubang.
K. Fokus Intervensi
a. Pre Operasi
1) Pengkajian
a) Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit rendah serat, selain
itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan klien tentang minum kurang dari 2.000
cc/hari. Hal lain yang perlu dikaji adalah mengenai riwayat kesehatan klien tentang
penyakit sirorcis hepatis.
b) Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat
badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji apakah
klien mengalami anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit rendah serat (kurang
makan sayur dan buah) juga penting untuk dikaji. Kebiasaan minum air putih kurang
dari 2.000 cc/hari.
c) Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien apakah
sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri waktu defekasi,
duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar darah segar dari anus.
Tanyakan pula mengenai jumlah dan warna darah yang keluar. Kebiasaan mengejan
hebat waktu defekasi, konsistensi feces, ada darah/nanah. Prolap varices pada anus
gatal atau tidak.
d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas
dan kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi banyak duduk atau
berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan mengangkat barang-barang
berat.
e) Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri atau
gatal pada anus.
f) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan pola
tidur karena nyeri atau tidak.
g) Pengkajian pola reproduksi seksual yang perlu dikaji adalah riwayat persalinan
dan kehamilan.
h) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap serat. Koping yang digunakan
dan alternatif pemecahan masalah.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
b) Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.
c) Cemas b.d. rencana pembedahan dan rasa malu.
d) Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.
3)
Intervensi Keperawatan
a. Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
Kriteria hasil: nyeri pada anus berkurang dengan skala nyeri 0-1, wajah pasien
tampak rileks.
Rencana tindakan:
(1) Kaji skala nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang tepat.
(2) Anjurkan untuk menarik nafas dalam setiap kali timbul nyeri.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
(3) Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan pasien.
Rasional: Memberikan rasa nyaman.
(4) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri ditandai dengan peningkatan
tekanan darah.
(5) Berikan bantal/alas pantat.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
(6) Anjurkan untuk tidak mengejan yang berlebihan saat defekasi.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri dan prolap varices.
(7) Berikan rendaman duduk sesuai anjuran duduk.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
(8) Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
b. Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.
Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan yang ditandai dengan: tanda-tanda
vital dalam batas normal, tidak timbul perdarahan pada feces dalam waktu 1-2
hari.
Rencana tindakan:
(1) Kaji tanda-tanda vital (TD, N, S, RR) setiap 4 jam.
Rasional: Indikator dini terhadap resiko perdarahan hebat ditandai dengan
tidak adanya peningkatan TD dan Nadi.
(2) Monitor tanda-tanda hipovolemia.
Rasional: Deteksi dini untuk tindakan segera.
(3) Periksa daerah rectal setiap 2 jam/setelah BAB.
Rasional: Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.
(4) Beri air minum 2-3 liter/hari.
Rasional: Hidrasi yang adekuat membuat konsistensi feces lembek.
(5) Berikan banyak makan sayur dan buah.
Rasional: Meningkatkan masa feces sehingga lebih mudah dikeluarkan.
(6) Anjurkan untuk segera berespon bila ada rangsangan BAB.
Rasional: Untuk mencegah rangsangan hilang dan akan terjadi konstipasi.
(7) Kolaborasi untuk pemberian laxantia dan analgetik.
Rasional: Pelunak feces dan mengurangi nyeri saat BAB.
c. Cemas b.d. rencana pembedahan
Kriteria Hasil: pasien mengatakan kecemasan berkurang, pasien berpartisipasi
aktif dalam perawatan.
Rencana tindakan:
(1) Kaji tingkat kecemasan.
Rasional: Menentukan tingkat kecemasan untuk menentukan tindakan yang
tepat.
(2) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang pembedahan.
Rasional: Menentukan informasi yang akan diberikan.
(3) Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional: Mengurangi kecemasan.
(4) Dampingi dan dengarkan pasien.
Rasional: Meningkatkan rasa percaya dan rasa aman sehingga mengurangi
cemas.
(5) Libatkan keluarga atau pasien lain yang menderita penyakit yang sama
untuk memberikan dukungan.
Rasional: Sebagai support sistem dan mengurangi rasa malu.
(6) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan kecemasannya.
Rasional: Untuk mengurangi cemas.
(7) Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan prosedur operasi.
Rasional: Pengetahuan yang cukup tentang prosedur operasi akan
mengurangi cemas.
(8) Kolaborasi untuk terapi anti cemas (bila perlu).
Rasional: Mengurangi cemas.
d. Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.
Kriteria Hasil: pasien mengatakan ketidaktahuan mengenai tindakan operasi
berkurang.
Rencana tindakan:
(1) Kaji tingkat pengetahuan
Rasional: Mengetahui tingkat pengetahuan tentang penyakit
(2) Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit
Rasional: Meningkatkan pengetahuan
(3) Diskusikan program latihan yang sesuai ketentuan
Rasional: menentukan program latihan yang sesuai
(4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan
perubahan hidup yang perlu
Rasional: Perubahan yang harus diprioritaskan secara realistik untuk
menghindari rasa tidak menentu dan berdaya.
b. Post Operasi
1) Pengkajian
a) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah pengkajian
mengenai keadaan lingkungan yang tenang (nyaman), pengkajian mengenai
pengetahuan tentang perawatan pre operasi. Selain itu juga penting dilakukan
pengkajian mengenai harapan klien setelah operasi.
b) Pengkajian pola nutrisi metabolik setelah operasi adalah mengenai kepatuhan
klien dalam menjalani diit setelah operasi.
c) Pengkajian pola eliminasi setelah operasi adalah ada tidaknya perdarahan.
Pengkajian mengenai pola BAB dan buang air kecil. Pemantauan klien saat mengejan
setelah operasi, juga kebersihan setelah BAB dan buang air kecil.
d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan yang penting adalah mengenai aktivitas
klien yang dapat menimbulkan nyeri, pengkajian keadaan kelemahan yang dialami
klien.
e) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan tidur yang dialami
klien akibat nyeri.
f) Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan yang dilakukan klien
bila timbul nyeri.
g) Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan yang dialami
klien setelah operasi.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri b.d. adanya luka operasi
b) Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan konstruktur
nyeri.
c) Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi
d) Defisit perawatan diri b.d. kelemahan, nyeri.
e) Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.
f) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. resiko tinggi perdarahan.
3) Intervensi Keperawatan
a. Nyeri b.d. adanya luka operasi.
Kriteria Hasil: klien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang dengan skala
nyeri 0-1, wajah pasien tampak rileks.
Rencana tindakan:
(1) Kaji skala nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang tepat.
(2) Anjurkan teknik nafas dalam dan pengalihan perhatian.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
(3) Berikan posisi supine.
Rasional: Mengurangi regangan pada daerah anorectal.
(4) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri.
(5) Berikan bantalan flotasi di bawah bokong saat duduk.
Rasional: Menghindari penekanan pada daerah operasi.
(6) Kolaborasi untuk rendaman duduk setelah tampon diangkat.
Rasional: Kehangatan meningkatkan sirkulasi dan membantu menghilangkan
ketidaknyamanan.
(7) Kolaborasi pelunak feces dan laksatif. Beri masukan oral setiap hari sedikitnya
2-3 liter cairan, makanan berserat.
Rasional: Feces yang keras menekan insisi operasi.
(8) Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi nyeri.
b. Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan konstruktur nyeri.
Kriteria hasil: klien mampu melakukan pergerakan secara bertahap.
Rencana tindakan:
(1) Tentukan kemampuan fungsional (skala 0-4) dan alasan ketidakseimbangan.
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan atau tingkat intervensi yang dibutuhkan.
(2) Catat respon emosional/ tingkah laku untuk mengubah kemampuan.
Rasional: perubahan fisik dan kehilangan kemandirian seringkali menciptakan
perasaan marah, frustasi dan depresi yang dapat dimanifestasikan sebagai keengganan
untuk ikut serta dalam aktivitas.
(3) Berikan motivasi dan latihan pada klien dalam memenuhi kebutuhan ADL
sesuai dengan kebutuhan.
Rasional: motivasi dapat meningkatkan perasaan klien untuk berusaha memenuhi
kebutuhan ADL.
(4) Anjurkan keluarga untuk membantu melatih dan beri motivasi.
Rasional: keluarga berperan penting dalam membantu melatih dan memberi motivasi
klien.
c. Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi.
Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan setelah perawatan 48 jam, balutan luka
operasi tidak basah, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Rencana tindakan:
(1) Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam selama 24 jam pertama.
Rasional: Indikator dini perubahan volume darah.
(2) Monitor tanda-tanda hipovolemik.
Rasional: Deteksi dini untuk tindakan segera.
(3) Periksa daerah rectal atau balutan setiap dua jam selama 24 jam pertama.
Rasional: Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.
(4) Berikan kompres dingin.
Rasional: Vasokonstriksi pembuluh darah.
(5) Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht.
Rasional: Indikator lain perubahan volume darah.
(6) Kolaborasi untuk pemberian terapi astrigen.
Rasional: Untuk menciutkan pembuluh darah.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, nyeri.
Kriteria hasil: aktifitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri.
Rencana tindakan :
(1) Kaji tingkat kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kegiatan
sehari – hari.
Rasional: Membantu dalam merencanakan pemenuhan kebutuhan secara
individual.
(2) Beri bantuan dalam pemenuhan kebutuhan ADL klien sesuai kebutuhan.
Rasional :Untuk memandirikan pasien.
(3) Libatkan keluarga dalam perawatan diri pasien.
Rasional: Supaya klien merasa diperhatikan oleh keluarganya.
e. Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.
Kriteria Hasil: luka sembuh dengan baik, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Rencana tindakan:
(1) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Peningkatan nilai tanda-tanda vital merupakan indikator dini proses infeksi.
(2) Berikan rendaman duduk setiap kali setelah BAB selama 1-2 minggu.
Rasional: Mematikan kuman penyebab infeksi.
(3) Kaji daerah operasi terhadap pembengkakan dan pengeluaran pus.
Rasional: Merupakan tanda-tanda infeksi.
(4) Ganti tampon setiap kali setelah BAB.
Rasional: Mencegah infeksi.
(5) Kolaborasi untuk pemberian terapi antibiotika.
Rasional: Membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi.
f. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. resiko tinggi perdarahan.
Kriteria hasil: pasien tidak mengalami kekurangan volume cairan, TTV dalam batas
normal.
Rencana tindakan:
(1) Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran, tinjau ulang catatan intra operasi.
Rasional: dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi
pengeluaran cairan/keutuhan pengantian dan pilihan-pilihan mempengaruhi
intervensi.
(2) Kaji pengeluaran urinarius terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan.
Rasional: mungkin akan terjadi penurunan (penghilangan setelah prosedur pada
sistem genitourinarius dan atau struktur yang berdekatan.
(3) Pantau tanda-tanda vital pasien.
Rasional: hipertensi, takikardi, penurunan pernafasan mengidentifikasi kekurangan
cairan.
(4) Periksa pembalut, alat drain pada interval reguler. Kaji luka untuk terjadinya
pembengkakan.
Rasional: perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada hipovolemia/hemoragi.
Pembengkakan lokal mungkin mengindikasikan formasi hematoma/perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Ariyoni, D. 2011. Asuhan keperawatan hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://desiariyoni.wordpress.com/2011/03/23/.
Basuki, Ngudi. 2007. Pengaruh teknik distraksi dan relaksasi terhadap penurunan tingkat
nyeri pada pasien fraktur ekstremitas bawah. Dikutip tanggal 15 juni 2011 dari website http:/
www.poltekes-soeproen.ac.id/?prm=artikel&yar=detail&id=27.
Carpenito, L. J. 2001. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Chandrasoma, T. 2006. Ringkasan patologi anatomi. Edisi2. Jakarta: EGC.
Corwin, E. J. 2000. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges, M. E. 2000. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C. Hall, S. E. 1997. Fisiologi Kedokteran. Irawati Setiawan. Edisi 9. Jakarta:
EGC.
Jong, W. D. Syamsuhidayat, R. 2000. Buku ajar ilmu bedah, Editor: R. Syamsuhidajat, W. D.
Jong, Edisi revisi. Jakarta:EGC.
Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Media Aeskulapius.
Nanda. 2011. Pedoman diagnosa keperawatan, Alih Bahasa Budi Sentosa. Jakarta: Arima
Medika.
NN. 2009. Askep hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://be11nursingae.blogspot.com.
NN. 2011. Media informasi obat. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://medicastore.com.
|
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.”S”
DENGAN PRE DAN POST-OPS HAEMOROID DI RUANGAN CEMPAKA
RUMKIT TK.II Dr.A.K.GANI PALEMBANG
1. Pengkajian
A. Identitas klien dan Penanggung jawab
1) Identitas klien
Nama
: Tn.”S”
Umur
: 30 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: PNS Kesdam
Pendidikan
: D III
Suku Bangsa
: Indonesia
Alamat
: Sukomoro
Tanggal MRS
: 22 November 2014
Tanggal Pengkajian : 23 November 2014
Tanggal Operasi
: 23 November 2014
No.Med Rec
: 179970
Dx.Medis
: Haemoroid
2) Identitas Penanggung jawab
Nama
: Ny.”A”
Umur
: 28 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Suku Bangsa
: Indonesia
Alamat
: Sukomoro
Hub. Dgn Klien
: Istri
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Klien MRS dengan keluhan BAB berdarah disertai benjolan di anus.
2.
Klien Riwayat Kesehatan Sekarang
P
:klien Mengatakan Nyeri
Q
: Nyeri di rasakan seperti di tusuk-tusuk
R
: Nyeri dirasakan pada daerah sekitar anus
S
: Nyeri yang di rasakanklien dengan skala 6-7
T
: Nyeri bertambah jika klien ad keinginan untuk BAB
3. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu klien mengatakan BAB keras,
Konstipasi (+).
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga klien, tidak ada yang menderita penyakit yang sama
dengan klien.
C. Aktivitas Sehari-hari
NO
.
1.
Pola Aktivitas
Dirumah
Pola Nutrisi
- Makan
- Minum
-
3* sehari, porsi
sedang habis
7-8 gelas/hari
-
3* sehari,
hanya ½
porsi
-
2* Sehari dengan
konsistensi padat
-
BAK
-
3* sehari warna
kuning jernih
-
Setelah ops
klien belum
pernah
BAB
Setelah ops
sampai saat
pengkajian
Klien baru
1* BAK
dengan
warna
kuning.
Istirahat
- Tidur Siang
-
3-2 jam Sehari
-
-
7-8 jam sehari
-
-
2* sehari
-
2.
Eliminasi
- BAB
-
3.
4.
Di rumah Sakit
Tidur Malam
Personal Hygiene
- Mandi
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
2-3 jam
sehari
6-7 jam
sehari
1* sehari,
hanya di lap
Kesadaran
Vital SIGN
-TD
- Temp
- Palse
- RR
: COMPOS Metis
: 110/80
: 36 Oc
: 88 */ menit
: 22*/menit
2. Keadaan Khusus
a. Kulit
Warna
: Sawo matang
Turgor
: Elastis
Kebersihan : Cukup, Tidak Ada lesi
b. Kepala
Bentuk
: Simetris
Warna Rambut
: Hitam, Tidak ada uban
Kebersihan : Tampak Kusam
c. Mata
BentuK
: Simetris
Konjungtiva : An- anemis
Sklera
: An- Ikhterik
Pupil
: Isokor
Penglihatan : Baik, dapat melihat tanpa bantuan alat bantu
d. Hidung
Bentuk
: Simetris
Penciuman : Baik(dapatmelihat tanpa bantuan alat bantu)
Penyumbatan :Tidak Ada
Pendarahan : Tidak ada
Kebersihan : Cukup
e. Mulut & Tenggorokan
Bibir
: kering, Pecah-pecah
Gigi
: Ada cacces
Lidah
: Tidak ada Lesi
Kebersihan : Cukup
f. Dada
Bentuk
Pernafasan
Frekuensi
Nyeri
:
:
:
:
Simetris
Teratur
90*/menit
Tidak ada
g. Abdomen
Bentuk
Hepar
Nyeri
: Datar
: Tidak ada pembesaran
: Tidak ada
h. Genetalia
Kelainan
Kebersihan
: Ada benjolan di sekeliling anus sebesar kacang tanah
: Cukup
i. Ekstremitas
Atas
: Terpasang IVPD pada tangan kanan
Bawah
: Dapat Bergerak normal
E. Data Penunjang
Laboratorium
HB
LED
Leukosit
Trombosit
:
:
:
:
13 gr %
11 mm/jam
11.700 mm
213.000
F. Penatalaksanaan
Operasi
G. Theraphy
LVFD RL gtt 20*/menit
Cefotoxime 2 * 1gr
Diet ML
H. ANALISA DATA
NO.
DATA
1.
DS : Klien mengatakan nyeri
pada saat BAB sedikit-sedikit
DO : - Klien Lemah
- Muka klien menahan
sakit
- BAB bercampur darah
- TD : 120/80
- Skalany : 6-7
Kemungkinan
penyebab
Bendungan dan
Hipertropi
Bantalan anus
Masalah
Gangguan Rasa
Nyaman Nyeri
Vena
Intramuskuler
Kanalis
Robek Perianal
Anus
Pendarahan
Nyeri
2.
DS : Klien mengatakan sudah
BAB
Do : - KLIEN Tampak lemah
- BAB keras
Bendungan
bantalan anus
Gangguan
Eliminasi BAB
Feses yang Keras
Proses Mengedan
Meningkat
Defekasi tidak
lancar
Kebiasaan BAB
yang tidak lancar
3.
DS :Klien mengatakan apa
penyakit dari apa yang harus
dilakukan pre-post
DO : - Klien Tampak lemah
- Klientapak binggung
Rencana Operasi
Kurangny
pengetahuan
ANSIETAS
tentang penyakit,
prosedur tindakan
kerawatan
Ansietas
Prioritas Masalah
1. Gangguan rasa Nyama nyeri
2. Gangguan pola eliminasi : BAB
3. ANSIETAS
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyama : nyeri b/d bendungan dan hipertropi bantalan anus
2. Ansietas pola eliminasi : BAB b/d Konstipasi
3. Ansietas b/d kurang pengetahuan klien tentang penyakit yang di deritanya,
prosedur tindakan operasi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN
PRE DAN POST HEMOROID DI RUANG CEMPAKA
DIRUMAH SAKIT TK II Dr. AK GANI PALEMBANG
N
O.
1.
Tanggal
Diagnosa
Keperawatan
22 nov 2014 Gangguan rasa
Pukul: 15.00 nyaman nyeri b/d
wib
bendungan dan
hipertropi
bantalan anus
DS :
Klien
mengatakan
nyeri pada saat
BAB, BAB
sedikit-sedikit.
DO :
- Klien
Lemah
- Wajib
meringis,
menahan
sakit
- TD :
120/80
- Skala
nyeri 6-7
tujuan
Intervensi
Rasionalisasi
Tupan :
- Kebutu
han
rasa
nyama
n
terpenu
hi
-
Kaji skala
nyeri yang
di rasakan
klien
-
Dengan
mengkaji
skala nyeri
diharapkan
dapat
mengetahui
batasan nyeri
yang diderita
klien
Tupen :
- Nyeri
berkura
ng
- Ekspre
si
wajah
klien
tampak
tenang
-
Atur posisi
BAB
-
Dengan cara
jangan
jongkok dan
mengedan
diharapkan
klien BAB
dengan posisi
yang nyaman
-
Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian
analgetik
-
Diharapkan
klien dapat
mengurangi
rasa sakit.
-
Ciptakan
Lingkungan
Trapeutik
-
Diharapkan
klien nyaman
dan tidak
terlalu
khawatir
mengenai
keadaan yang
di alaminya
-
Anjurkan
klien untuk
nafas dalam
ketika nyeri
-
Diharapkan
dengannafas
dalam, nyeri
yang di
rasakanklien
berkurang
2.
22 nov 2014
Pukul 15.30
Gangguan pola
eliminasi BAB b/
d Konstipasi
Tupan :
Pola eliminasi
klien lancar
-
Kaji pola
eliminasi
- Dengan
mengkaji pola
eliminasi di
harapkan dapat
mengetahui
keparahan
penyakit yang
di derita klien.
-
Berikan
di’it lunak
tinggi serta,
sedikit tapi
sering
-
Dengan
memberikan
di;it lunak
tinggi serat,
sedikit
tapisering di
harapkan dapat
membantu
pengeluaran
feses tidak
keras, BAB
lancar.
-
Beri minum
banyak
-
Diharapkan
dapat
membantu
melunakkan
feses.
-
Kolaborasi
dengan tim
medis dan
gizi
-
Diharapkan
klien dapat
mengerti dan
memenuhi
kebutuhan
nutrisi.
-
-
Diharapkan
klien dapat
BAB dengn
lancar.
- Diharapkan
klien mengerti
kondisi dan
cemasny
berkurang
Tupen :
BAB klien
sudah mulai
lancar dan
tidak keras lagi
3.
22 nov 2014
Pukul :
16:00
Ansietas b/d
Kurangny
pengetahuan
klien tentang
penyakit prosedur
tindakan operasi.
DS:
-
Tupan
Klien
tidak
cemas
lagi/ce
mas
hilang
Beri
Dorongan
kepada
klien
- Jelaskan
mengenai
penyakit
yang
diderita
klien
prosedur
tindakan
Klien elalu
menanyakan
tentang penyakit.
DO :
-
Klien
tampak
lemah
Klien
tampak
binggung
-
Tupen
Klien
menger
ti
tantang
penyak
itny
operasi
-
Anjurkan
cara
mengatur
kebiasaan
BAB
-
Diharapkan
klien dapat
BAB dengan
teratur posisi
jangan
jongkok dan
mengedan.-
-
Motivasi
klien
-
Diharapkan
Klien merasa
diperhatikan
dan
mengurangi
cemas
-
Ciptakan
lingkungan
therapeutik
-
Diharapkan
klien merasa
nyaman dan
cemas
berkurang
-
-
Diharapkan
cemas klien
berkurang
Beri
aktivitas
hiburan
CATATAN PERKEMBANGAN
POST – OPS HEMOROID DI RUANG CEMPAKA
NO.
1.
DP
DP 1
IMPLEMENTASI
TGL : 23 Nov 2014
pukul :
09:00 wib
Mengkaji nyeri yang di
rasakan klien yaitu lokasi
frekuensi, durasi dan intensitas
nyeri dan presepsi klien
mengenai nyeri dengan
menggunakan skala ( 0 -10 ).
EVALUASI
TGL 23 Nov
2014
Pukul : 10:00
-
-
Mempertahankan tirah baring
selama fase akut dengan
mengatur posisi trendelenburg.
-
-
2.
DP II
Mengobservasi TTV :
Mengerjakan klien teknik
relaksasi dan distruksi dengan
mengajar klien berkomunikasi
-
O : Klien tampak
tenang skala
nyeri
4-5
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Intervensi
Dilanjutkan
Menciptakan Lingkungan yang
therapeutik yang menciptakan
suasana tentang dan nyaman
-
Berkolaborasi dengan tim
medis dalam pembelian
analgetik.
-
IVED RL Gtt 20*/menit
- Novalgin /amp
TGL : 23 NOV 2014
PUKUL : 09:30
-
S : Klien
mengatakan
nyeri pada
daerah operasi
berkurang
Mengkaji pola eliminasi BAB
Memmantau masukan dan
pengeluaran nutrisi
Monitor TTV
Memberikan cairan RL
Kolaborasi dengan tim medis
Berikan diit lunak, tinggi serat,
sedikit tapi sering
Beri minum banyak
Tgl 23 NOV
3014
PUKUL 18 :00
WIB
S : Klien
mengatakan pada
eliminasi ad
gangguan
O : -Keadaan
klien lemah
-
BAB
klien
kurang
lebih
2*/sehari
A : Masalah
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan postops
3.
DP III
TGL 23 NOV 2014
PUKUL : 13:00
-
Mengkaji tingkat kecemasan
dengan menanyakan kepada
klien mengenai pengetahuan
klien tentang prosedur operasi
yang akan dilakukan.
-
Memberikan penjelasan pada
klien tentang tindakan operasi
klien tentang tindakan operasi
bahwa dengan operasi dapat
mempercepat penyembuhan
penyakit klien.
-
Memberikan dorongan kepada
klien untuk mengungkapkan
perasaanny
-
Menciptakan lingkungan
therapeutik, mis : mengurangi
Jumlah pengunjung datang.
-
Memotivasi klien dengan
menjelaskan bahwa tindakan
operasi dapat mempercepat
penyembuhan.
Tgl 23 nov 2014
Pukul : 18:00
S : Klien
mengetahui
tentang tindakan
operasi.
O : - Klien
tentang
- Klien
tenang
- Klien
tidak
bertanya
lagi
tentang
ops yang
akan
dilakukan
A : - Masalah
teratasi
P : Intervensi
dihentikan
A.Definisni
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidalis
(Mansjoer, 2000). Hemoroid atau ”wasir (ambeien)” merupakan vena varikosa pada kanalis
ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari
vena hemoroidalis. Hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia
lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat
menimbulkan perasaan yang sangat tidak nyaman (Price dan Wilson, 2006).
Penyakit hemoroid sering menyerang usia diatas 50 tahun. Hemoroid seringkali
dihubungkan dengan konstipasi kronis dan kehamilan. Terkadang dihubungkan dengan diare,
sering mengejan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rectum. Komplikasi dapat
menyebabkan nyeri hebat, gatal dan perdarahan rectal (Chandrasoma, 2006; Price dan
Wilson, 2006).
Hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar
berlebihan untuk penderita yang mengalami keluhan menaun dan pada penderita hemoroid
derajat III dan IV (Sjamsuhidayat dan Jong, 2000).
B. Anatomi Fisiologi
Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rectum dan terbentang dari colon
sigmoid sampai anus, colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk lekukan huruf
S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu colon sigmoid bersatu dengan rectum.
Satu inci dari rectum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh sfingter eksternus dan
internus. Panjang rectum dan kanalis ani sekitar 15 cm.
gambar 1.1 : usus besar-rectum
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri sesuai dengan
suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior memperdarahi belahan bagian
kanan yaitu sekum, colon asendens dan dua pertiga proksimal colon tranversum, dan arteria
mesentrika inferior memperdarahi belahan kiri yaitu sepertiga distal colon transversum, colon
desendens, sigmoid dan bagian proksimal rectum. Suplai darah tambahan untuk rectum
adalah melalui arteria sakralis media dan arteria hemoroidalis inferior dan media yang
dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.
gambar 1.2 : arteri - arteri pada rectum
Alir balik vena dari colon dan rectum superior melalui vena mesentrika superior dan
inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang mengalirkan
darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan
merupakan bagian dari sirkulasi sistematik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis
superior, media dan inferior, sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran
darah balik ke dalam vena-vena ini.
gambar 1.3 : vena-vena pada rectum
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif: (1)kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal
dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra; (2) peristaltik
massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen colon. Gerakan peristaltik ini
menggerakkan massa feces ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua
sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh reflek gastrokolik setelah makan pertama masuk
pada hari itu.
Propulasi feces ke rectum mengakibatkan distensi dinding rectum dan merangsang
reflek defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter interna
dikendalikan oleh sistem saraf otonom, dan sfingter eksterna berada di bawah kontrol
volunter. Reflek defekasi terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan keempat dari medula
spinalis. Serabut-serabut parasimpatis mencapai rectum melalui saraf splangnikus panggul
dan bertanggung jawab atas kontraksi rectum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu
rectum yang mengalami distensi berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga
menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang. Otot-otot sfingter interna dan eksterna
berelaksasi pada waktu anus tertarik atas melebihi tinggi massa feces. Defekasi dipercepat
dengan adanya peningkatan tekanan intra-abdomen yang terjadi akibat kontraksi volunter.
Otot-otot dada dengan glotis ditutup, dan kontraksi secara terus menerus dari otot-otot
abdomen (manuver atau peregangan valsava). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi
volunter otot-otot sfingter eksterna dan levator ani. Dinding rectum secara bertahap akan
relaks, dan keinginan untuk berdefekasi menghilang.
C. Etiologi
a. Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi, sedangkan
sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan
peningkatan tekanan intra abdominal), fisiologis dan radang umumnya faktor etiologi
tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan. Menurut Tambayong (2000)
faktor predisposisi dapat diakibatkan dari kondisi hemoroid. Hemoroid berdarah
mungkin akibat dari hipertensi portal kantong-kantong vena yang melebar menonjol
ke dalam saluran anus dan rectum terjadi trombosis, ulserasi, dan perdarahan,
sehingga nyeri mengganggu. Darah segar sering tampak sewaktu defekasi atau
mengejan. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) hemoroid sangat umum terjadi pada
usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan vena yang
melebar, mengawali atau memperberat adanya hemoroid.
b. Faktor penyebab terjadinya hemoroid adalah sebagai berikut:
1) Mengejan pada waktu defekasi.
2) Konstipasi yang menahun yang tanpa pengobatan.
3) Pembesaran prostat.
4) Keturunan atau hereditas.
5) Kelemahan dinding structural dari dinding pembuluh darah.
6) Peningkatan tekanan intra abdomen (seperti: Kehamilan, berdiri dan duduk
terlalu lama dan konstipasi).
D. Klasifikasi
a. Hemoroid internal
Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior. Diatas garis mukokutan dan ditutupi
oleh mukosa diatas sfingter ani. Hemoroid internal dikelompokkan dalam 4 derajat :
1) Derajat I
Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri sewaktu defekasi.
Tidak terdapat prolap dan pada pemeriksaan terlihat menonjol dalam lumen.
2) Derajat II
Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan tetapi dapat
masuk kembali secara spontan.
3) Derajat III
Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali sesudah
defekasi.
4) Derajat IV
Hemoroid menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk kembali.
b. Hemoroid Eksternal
Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong
masuk. Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu:
1) Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis
eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada
kulit merupakan reseptor nyeri.
2) Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri
dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
gambar 1.4 : formation of hemorroidh
F. Tanda dan Gejala
a. Tanda
1) Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feces yang keras.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feces.
Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya
akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
2) Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya
timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan radang.
b. Gejala
1) Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2) Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi
spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi dan
akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
3) Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan ciri
hemoroid yang mengalami prolap menetap.
4) Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan
mucus.
G. Pathofisiologi
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis mengalir
dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik yang
melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan oleh
peningkatan tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena sistematik, bila aliran darah vena
balik terus terganggu maka dapat menimbulkan pembesaran vena (varices) yang dimulai pada
bagian struktur normal di regio anal, dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana
sfingter anal membantu pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien
merasa nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit oleh sfingter
anal.
Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan vena
sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola regio anorektal
menyalurkan darah dan peningkatan tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena
anorektal. Dengan berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra
abdominal dan aliran darah dari arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah dari
otot halus yang mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh darah hemoroidalis.
Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa terjepitnya pembuluh
darah dan nyeri, ini biasanya sering menyebabkan pendarahan dalam feces, jumlah darah
yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu yang lama bisa menyebabkan anemia defisiensi
besi.
Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan, jarang
menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah beku (trombus)
dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan nyeri hebat.
H. Pathways hemoroid
I. Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu untuk derajat I
dapat dicoba dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab, misalnya saat konstipasi
dengan menghindari mengejan berlebihan saat BAB. Memberi nasehat untuk diit tinggi
serat, banyak makan sayur, buah dan minum air putih paling sedikit 2.000 cc/hari dan
olahraga ringan secara teratur, serta kurangi makan makanan yang merangsang dan daging,
menjaga hygiene daerah anorektal dengan baik, jika ada infeksi beri antibiotika peroral. Bila
terdapat nyeri yang terus-menerus dapat diberikan suppositoria, untuk melancarkan defekasi,
dapat diberikan cairan parafin atau larutan magnesium sulfat 10%. Bila dengan pengobatan di
atas tidak ada perbaikan, diberikan terapi skleroting (sodium moruat) 5% atau fenol.
Penyuntikan dilakukan antara mukosa dan varices, dengan harapan timbul fibrosis dan
hemoroid mengecil. Kontraindikasi pengobatan ini adalah hemoroid eksterna, radang dan
adanya fibrosis hebat di sekitar hemoroid interna.
Pada hemoroid derajat II dapat dicoba dengan terapi sklerosing secara bertahap.
Apabila terapi sklerosing tidak berhasil dapat dilakukan tindakan operasi.
Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk. Cara lain yang dapat dilakukan adalah
operasi, bila ada peradangan diobati dahulu. Teknik operasi pada hemoroid antara lain :
a. Prosedur ligasi pita-karet
Prosedur ligasi pita-karet dengan cara melihat hemoroid melalui anoscop dan bagian
proksimal diatas garis mukokutan di pegang dengan alat. Kemudian pita karet kecil
diselipkan diatas hemoroid yang dapat mengakibatkan bagian distal jaringan pada pita karet
menjadi nekrotik setelah beberapa hari dan lepas. Tindakan ini memuaskan pada beberapa
pasien, namun pasien yang lain merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan
menyebabkan hemoroid sekunder dan infeksi perianal.
b.
Hemoroidektomi kriosirurgi
Metode ini dengan cara mengangkat hemoroid dengan jalan membekukan jaringan
hemoroid selama beberapa waktu tertentu sampai waktu tertentu. Tindakan ini sangat kecil
sekali menimbulkan nyeri. Prosedur ini tidak terpakai luas karena menyebakan keluarnya
rabas yang berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.
c.
Laser Nd: YAG
Metode ini telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid, terutama hemoroid
eksternal. Tindakan ini cepat menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi
komplikasi pada periode pasca operatif.
d.
Hemoroidektomi
Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa
yang terlibat dalam proses ini. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan
melaui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah.
Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan dengan cara suppositoria yang mengandung
anestesi, antibiotika, analgetik dan astrigent. Tiga hari post operasi diberikan diit rendah sisa
untuk menahan BAB. Jika sebelum tiga hari ingin BAB, tampon dibuka dan berikan
rendaman PK hangat (37oC) dengan perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit. Setelah BAB,
lalu dipasang lagi tampon baru. Jika setelah tiga hari post operasi pasien belum BAB diberi
laxantia. Berikan rendaman duduk dengan larutan PK hangat (37oC), perbandingan 1:4000
selama 15-20 menit sampai dengan 1-2 minggu post operasi.
Pada penatalaksanaan hemoroid tingkat IV dapat dilakukan dengan istirahat baring dan juga
operasi. Bila ada peradangan diobati dahulu.
J. Pemeriksaan Penunjang
a. Inspeksi
1) Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung thrombus.
2) Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup
mukosa.
3) Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.
b. Rectal touch
1) Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba bila sudah
ada fibrosis
2) Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma recti.
3) Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolap.
Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lubang.
K. Fokus Intervensi
a. Pre Operasi
1) Pengkajian
a) Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit rendah serat, selain
itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan klien tentang minum kurang dari 2.000
cc/hari. Hal lain yang perlu dikaji adalah mengenai riwayat kesehatan klien tentang
penyakit sirorcis hepatis.
b) Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat
badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji apakah
klien mengalami anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit rendah serat (kurang
makan sayur dan buah) juga penting untuk dikaji. Kebiasaan minum air putih kurang
dari 2.000 cc/hari.
c) Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien apakah
sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri waktu defekasi,
duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar darah segar dari anus.
Tanyakan pula mengenai jumlah dan warna darah yang keluar. Kebiasaan mengejan
hebat waktu defekasi, konsistensi feces, ada darah/nanah. Prolap varices pada anus
gatal atau tidak.
d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas
dan kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi banyak duduk atau
berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan mengangkat barang-barang
berat.
e) Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri atau
gatal pada anus.
f) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan pola
tidur karena nyeri atau tidak.
g) Pengkajian pola reproduksi seksual yang perlu dikaji adalah riwayat persalinan
dan kehamilan.
h) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap serat. Koping yang digunakan
dan alternatif pemecahan masalah.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
b) Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.
c) Cemas b.d. rencana pembedahan dan rasa malu.
d) Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.
3)
Intervensi Keperawatan
a. Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
Kriteria hasil: nyeri pada anus berkurang dengan skala nyeri 0-1, wajah pasien
tampak rileks.
Rencana tindakan:
(1) Kaji skala nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang tepat.
(2) Anjurkan untuk menarik nafas dalam setiap kali timbul nyeri.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
(3) Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan pasien.
Rasional: Memberikan rasa nyaman.
(4) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri ditandai dengan peningkatan
tekanan darah.
(5) Berikan bantal/alas pantat.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
(6) Anjurkan untuk tidak mengejan yang berlebihan saat defekasi.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri dan prolap varices.
(7) Berikan rendaman duduk sesuai anjuran duduk.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
(8) Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
b. Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.
Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan yang ditandai dengan: tanda-tanda
vital dalam batas normal, tidak timbul perdarahan pada feces dalam waktu 1-2
hari.
Rencana tindakan:
(1) Kaji tanda-tanda vital (TD, N, S, RR) setiap 4 jam.
Rasional: Indikator dini terhadap resiko perdarahan hebat ditandai dengan
tidak adanya peningkatan TD dan Nadi.
(2) Monitor tanda-tanda hipovolemia.
Rasional: Deteksi dini untuk tindakan segera.
(3) Periksa daerah rectal setiap 2 jam/setelah BAB.
Rasional: Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.
(4) Beri air minum 2-3 liter/hari.
Rasional: Hidrasi yang adekuat membuat konsistensi feces lembek.
(5) Berikan banyak makan sayur dan buah.
Rasional: Meningkatkan masa feces sehingga lebih mudah dikeluarkan.
(6) Anjurkan untuk segera berespon bila ada rangsangan BAB.
Rasional: Untuk mencegah rangsangan hilang dan akan terjadi konstipasi.
(7) Kolaborasi untuk pemberian laxantia dan analgetik.
Rasional: Pelunak feces dan mengurangi nyeri saat BAB.
c. Cemas b.d. rencana pembedahan
Kriteria Hasil: pasien mengatakan kecemasan berkurang, pasien berpartisipasi
aktif dalam perawatan.
Rencana tindakan:
(1) Kaji tingkat kecemasan.
Rasional: Menentukan tingkat kecemasan untuk menentukan tindakan yang
tepat.
(2) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang pembedahan.
Rasional: Menentukan informasi yang akan diberikan.
(3) Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional: Mengurangi kecemasan.
(4) Dampingi dan dengarkan pasien.
Rasional: Meningkatkan rasa percaya dan rasa aman sehingga mengurangi
cemas.
(5) Libatkan keluarga atau pasien lain yang menderita penyakit yang sama
untuk memberikan dukungan.
Rasional: Sebagai support sistem dan mengurangi rasa malu.
(6) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan kecemasannya.
Rasional: Untuk mengurangi cemas.
(7) Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan prosedur operasi.
Rasional: Pengetahuan yang cukup tentang prosedur operasi akan
mengurangi cemas.
(8) Kolaborasi untuk terapi anti cemas (bila perlu).
Rasional: Mengurangi cemas.
d. Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.
Kriteria Hasil: pasien mengatakan ketidaktahuan mengenai tindakan operasi
berkurang.
Rencana tindakan:
(1) Kaji tingkat pengetahuan
Rasional: Mengetahui tingkat pengetahuan tentang penyakit
(2) Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit
Rasional: Meningkatkan pengetahuan
(3) Diskusikan program latihan yang sesuai ketentuan
Rasional: menentukan program latihan yang sesuai
(4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan
perubahan hidup yang perlu
Rasional: Perubahan yang harus diprioritaskan secara realistik untuk
menghindari rasa tidak menentu dan berdaya.
b. Post Operasi
1) Pengkajian
a) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah pengkajian
mengenai keadaan lingkungan yang tenang (nyaman), pengkajian mengenai
pengetahuan tentang perawatan pre operasi. Selain itu juga penting dilakukan
pengkajian mengenai harapan klien setelah operasi.
b) Pengkajian pola nutrisi metabolik setelah operasi adalah mengenai kepatuhan
klien dalam menjalani diit setelah operasi.
c) Pengkajian pola eliminasi setelah operasi adalah ada tidaknya perdarahan.
Pengkajian mengenai pola BAB dan buang air kecil. Pemantauan klien saat mengejan
setelah operasi, juga kebersihan setelah BAB dan buang air kecil.
d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan yang penting adalah mengenai aktivitas
klien yang dapat menimbulkan nyeri, pengkajian keadaan kelemahan yang dialami
klien.
e) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan tidur yang dialami
klien akibat nyeri.
f) Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan yang dilakukan klien
bila timbul nyeri.
g) Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan yang dialami
klien setelah operasi.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri b.d. adanya luka operasi
b) Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan konstruktur
nyeri.
c) Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi
d) Defisit perawatan diri b.d. kelemahan, nyeri.
e) Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.
f) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. resiko tinggi perdarahan.
3) Intervensi Keperawatan
a. Nyeri b.d. adanya luka operasi.
Kriteria Hasil: klien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang dengan skala
nyeri 0-1, wajah pasien tampak rileks.
Rencana tindakan:
(1) Kaji skala nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang tepat.
(2) Anjurkan teknik nafas dalam dan pengalihan perhatian.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
(3) Berikan posisi supine.
Rasional: Mengurangi regangan pada daerah anorectal.
(4) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri.
(5) Berikan bantalan flotasi di bawah bokong saat duduk.
Rasional: Menghindari penekanan pada daerah operasi.
(6) Kolaborasi untuk rendaman duduk setelah tampon diangkat.
Rasional: Kehangatan meningkatkan sirkulasi dan membantu menghilangkan
ketidaknyamanan.
(7) Kolaborasi pelunak feces dan laksatif. Beri masukan oral setiap hari sedikitnya
2-3 liter cairan, makanan berserat.
Rasional: Feces yang keras menekan insisi operasi.
(8) Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi nyeri.
b. Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan konstruktur nyeri.
Kriteria hasil: klien mampu melakukan pergerakan secara bertahap.
Rencana tindakan:
(1) Tentukan kemampuan fungsional (skala 0-4) dan alasan ketidakseimbangan.
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan atau tingkat intervensi yang dibutuhkan.
(2) Catat respon emosional/ tingkah laku untuk mengubah kemampuan.
Rasional: perubahan fisik dan kehilangan kemandirian seringkali menciptakan
perasaan marah, frustasi dan depresi yang dapat dimanifestasikan sebagai keengganan
untuk ikut serta dalam aktivitas.
(3) Berikan motivasi dan latihan pada klien dalam memenuhi kebutuhan ADL
sesuai dengan kebutuhan.
Rasional: motivasi dapat meningkatkan perasaan klien untuk berusaha memenuhi
kebutuhan ADL.
(4) Anjurkan keluarga untuk membantu melatih dan beri motivasi.
Rasional: keluarga berperan penting dalam membantu melatih dan memberi motivasi
klien.
c. Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi.
Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan setelah perawatan 48 jam, balutan luka
operasi tidak basah, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Rencana tindakan:
(1) Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam selama 24 jam pertama.
Rasional: Indikator dini perubahan volume darah.
(2) Monitor tanda-tanda hipovolemik.
Rasional: Deteksi dini untuk tindakan segera.
(3) Periksa daerah rectal atau balutan setiap dua jam selama 24 jam pertama.
Rasional: Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.
(4) Berikan kompres dingin.
Rasional: Vasokonstriksi pembuluh darah.
(5) Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht.
Rasional: Indikator lain perubahan volume darah.
(6) Kolaborasi untuk pemberian terapi astrigen.
Rasional: Untuk menciutkan pembuluh darah.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, nyeri.
Kriteria hasil: aktifitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri.
Rencana tindakan :
(1) Kaji tingkat kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kegiatan
sehari – hari.
Rasional: Membantu dalam merencanakan pemenuhan kebutuhan secara
individual.
(2) Beri bantuan dalam pemenuhan kebutuhan ADL klien sesuai kebutuhan.
Rasional :Untuk memandirikan pasien.
(3) Libatkan keluarga dalam perawatan diri pasien.
Rasional: Supaya klien merasa diperhatikan oleh keluarganya.
e. Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.
Kriteria Hasil: luka sembuh dengan baik, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Rencana tindakan:
(1) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Peningkatan nilai tanda-tanda vital merupakan indikator dini proses infeksi.
(2) Berikan rendaman duduk setiap kali setelah BAB selama 1-2 minggu.
Rasional: Mematikan kuman penyebab infeksi.
(3) Kaji daerah operasi terhadap pembengkakan dan pengeluaran pus.
Rasional: Merupakan tanda-tanda infeksi.
(4) Ganti tampon setiap kali setelah BAB.
Rasional: Mencegah infeksi.
(5) Kolaborasi untuk pemberian terapi antibiotika.
Rasional: Membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi.
f. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. resiko tinggi perdarahan.
Kriteria hasil: pasien tidak mengalami kekurangan volume cairan, TTV dalam batas
normal.
Rencana tindakan:
(1) Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran, tinjau ulang catatan intra operasi.
Rasional: dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi
pengeluaran cairan/keutuhan pengantian dan pilihan-pilihan mempengaruhi
intervensi.
(2) Kaji pengeluaran urinarius terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan.
Rasional: mungkin akan terjadi penurunan (penghilangan setelah prosedur pada
sistem genitourinarius dan atau struktur yang berdekatan.
(3) Pantau tanda-tanda vital pasien.
Rasional: hipertensi, takikardi, penurunan pernafasan mengidentifikasi kekurangan
cairan.
(4) Periksa pembalut, alat drain pada interval reguler. Kaji luka untuk terjadinya
pembengkakan.
Rasional: perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada hipovolemia/hemoragi.
Pembengkakan lokal mungkin mengindikasikan formasi hematoma/perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Ariyoni, D. 2011. Asuhan keperawatan hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://desiariyoni.wordpress.com/2011/03/23/.
Basuki, Ngudi. 2007. Pengaruh teknik distraksi dan relaksasi terhadap penurunan tingkat
nyeri pada pasien fraktur ekstremitas bawah. Dikutip tanggal 15 juni 2011 dari website http:/
www.poltekes-soeproen.ac.id/?prm=artikel&yar=detail&id=27.
Carpenito, L. J. 2001. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Chandrasoma, T. 2006. Ringkasan patologi anatomi. Edisi2. Jakarta: EGC.
Corwin, E. J. 2000. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges, M. E. 2000. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C. Hall, S. E. 1997. Fisiologi Kedokteran. Irawati Setiawan. Edisi 9. Jakarta:
EGC.
Jong, W. D. Syamsuhidayat, R. 2000. Buku ajar ilmu bedah, Editor: R. Syamsuhidajat, W. D.
Jong, Edisi revisi. Jakarta:EGC.
Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Media Aeskulapius.
Nanda. 2011. Pedoman diagnosa keperawatan, Alih Bahasa Budi Sentosa. Jakarta: Arima
Medika.
NN. 2009. Askep hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://be11nursingae.blogspot.com.
NN. 2011. Media informasi obat. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://medicastore.com.
|
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.”S”
DENGAN PRE DAN POST-OPS HAEMOROID DI RUANGAN CEMPAKA
RUMKIT TK.II Dr.A.K.GANI PALEMBANG
1. Pengkajian
A. Identitas klien dan Penanggung jawab
1) Identitas klien
Nama
: Tn.”S”
Umur
: 30 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: PNS Kesdam
Pendidikan
: D III
Suku Bangsa
: Indonesia
Alamat
: Sukomoro
Tanggal MRS
: 22 November 2014
Tanggal Pengkajian : 23 November 2014
Tanggal Operasi
: 23 November 2014
No.Med Rec
: 179970
Dx.Medis
: Haemoroid
2) Identitas Penanggung jawab
Nama
: Ny.”A”
Umur
: 28 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Suku Bangsa
: Indonesia
Alamat
: Sukomoro
Hub. Dgn Klien
: Istri
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Klien MRS dengan keluhan BAB berdarah disertai benjolan di anus.
2.
Klien Riwayat Kesehatan Sekarang
P
:klien Mengatakan Nyeri
Q
: Nyeri di rasakan seperti di tusuk-tusuk
R
: Nyeri dirasakan pada daerah sekitar anus
S
: Nyeri yang di rasakanklien dengan skala 6-7
T
: Nyeri bertambah jika klien ad keinginan untuk BAB
3. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu klien mengatakan BAB keras,
Konstipasi (+).
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga klien, tidak ada yang menderita penyakit yang sama
dengan klien.
C. Aktivitas Sehari-hari
NO
.
1.
Pola Aktivitas
Dirumah
Pola Nutrisi
- Makan
- Minum
-
3* sehari, porsi
sedang habis
7-8 gelas/hari
-
3* sehari,
hanya ½
porsi
-
2* Sehari dengan
konsistensi padat
-
BAK
-
3* sehari warna
kuning jernih
-
Setelah ops
klien belum
pernah
BAB
Setelah ops
sampai saat
pengkajian
Klien baru
1* BAK
dengan
warna
kuning.
Istirahat
- Tidur Siang
-
3-2 jam Sehari
-
-
7-8 jam sehari
-
-
2* sehari
-
2.
Eliminasi
- BAB
-
3.
4.
Di rumah Sakit
Tidur Malam
Personal Hygiene
- Mandi
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
2-3 jam
sehari
6-7 jam
sehari
1* sehari,
hanya di lap
Kesadaran
Vital SIGN
-TD
- Temp
- Palse
- RR
: COMPOS Metis
: 110/80
: 36 Oc
: 88 */ menit
: 22*/menit
2. Keadaan Khusus
a. Kulit
Warna
: Sawo matang
Turgor
: Elastis
Kebersihan : Cukup, Tidak Ada lesi
b. Kepala
Bentuk
: Simetris
Warna Rambut
: Hitam, Tidak ada uban
Kebersihan : Tampak Kusam
c. Mata
BentuK
: Simetris
Konjungtiva : An- anemis
Sklera
: An- Ikhterik
Pupil
: Isokor
Penglihatan : Baik, dapat melihat tanpa bantuan alat bantu
d. Hidung
Bentuk
: Simetris
Penciuman : Baik(dapatmelihat tanpa bantuan alat bantu)
Penyumbatan :Tidak Ada
Pendarahan : Tidak ada
Kebersihan : Cukup
e. Mulut & Tenggorokan
Bibir
: kering, Pecah-pecah
Gigi
: Ada cacces
Lidah
: Tidak ada Lesi
Kebersihan : Cukup
f. Dada
Bentuk
Pernafasan
Frekuensi
Nyeri
:
:
:
:
Simetris
Teratur
90*/menit
Tidak ada
g. Abdomen
Bentuk
Hepar
Nyeri
: Datar
: Tidak ada pembesaran
: Tidak ada
h. Genetalia
Kelainan
Kebersihan
: Ada benjolan di sekeliling anus sebesar kacang tanah
: Cukup
i. Ekstremitas
Atas
: Terpasang IVPD pada tangan kanan
Bawah
: Dapat Bergerak normal
E. Data Penunjang
Laboratorium
HB
LED
Leukosit
Trombosit
:
:
:
:
13 gr %
11 mm/jam
11.700 mm
213.000
F. Penatalaksanaan
Operasi
G. Theraphy
LVFD RL gtt 20*/menit
Cefotoxime 2 * 1gr
Diet ML
H. ANALISA DATA
NO.
DATA
1.
DS : Klien mengatakan nyeri
pada saat BAB sedikit-sedikit
DO : - Klien Lemah
- Muka klien menahan
sakit
- BAB bercampur darah
- TD : 120/80
- Skalany : 6-7
Kemungkinan
penyebab
Bendungan dan
Hipertropi
Bantalan anus
Masalah
Gangguan Rasa
Nyaman Nyeri
Vena
Intramuskuler
Kanalis
Robek Perianal
Anus
Pendarahan
Nyeri
2.
DS : Klien mengatakan sudah
BAB
Do : - KLIEN Tampak lemah
- BAB keras
Bendungan
bantalan anus
Gangguan
Eliminasi BAB
Feses yang Keras
Proses Mengedan
Meningkat
Defekasi tidak
lancar
Kebiasaan BAB
yang tidak lancar
3.
DS :Klien mengatakan apa
penyakit dari apa yang harus
dilakukan pre-post
DO : - Klien Tampak lemah
- Klientapak binggung
Rencana Operasi
Kurangny
pengetahuan
ANSIETAS
tentang penyakit,
prosedur tindakan
kerawatan
Ansietas
Prioritas Masalah
1. Gangguan rasa Nyama nyeri
2. Gangguan pola eliminasi : BAB
3. ANSIETAS
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyama : nyeri b/d bendungan dan hipertropi bantalan anus
2. Ansietas pola eliminasi : BAB b/d Konstipasi
3. Ansietas b/d kurang pengetahuan klien tentang penyakit yang di deritanya,
prosedur tindakan operasi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN
PRE DAN POST HEMOROID DI RUANG CEMPAKA
DIRUMAH SAKIT TK II Dr. AK GANI PALEMBANG
N
O.
1.
Tanggal
Diagnosa
Keperawatan
22 nov 2014 Gangguan rasa
Pukul: 15.00 nyaman nyeri b/d
wib
bendungan dan
hipertropi
bantalan anus
DS :
Klien
mengatakan
nyeri pada saat
BAB, BAB
sedikit-sedikit.
DO :
- Klien
Lemah
- Wajib
meringis,
menahan
sakit
- TD :
120/80
- Skala
nyeri 6-7
tujuan
Intervensi
Rasionalisasi
Tupan :
- Kebutu
han
rasa
nyama
n
terpenu
hi
-
Kaji skala
nyeri yang
di rasakan
klien
-
Dengan
mengkaji
skala nyeri
diharapkan
dapat
mengetahui
batasan nyeri
yang diderita
klien
Tupen :
- Nyeri
berkura
ng
- Ekspre
si
wajah
klien
tampak
tenang
-
Atur posisi
BAB
-
Dengan cara
jangan
jongkok dan
mengedan
diharapkan
klien BAB
dengan posisi
yang nyaman
-
Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian
analgetik
-
Diharapkan
klien dapat
mengurangi
rasa sakit.
-
Ciptakan
Lingkungan
Trapeutik
-
Diharapkan
klien nyaman
dan tidak
terlalu
khawatir
mengenai
keadaan yang
di alaminya
-
Anjurkan
klien untuk
nafas dalam
ketika nyeri
-
Diharapkan
dengannafas
dalam, nyeri
yang di
rasakanklien
berkurang
2.
22 nov 2014
Pukul 15.30
Gangguan pola
eliminasi BAB b/
d Konstipasi
Tupan :
Pola eliminasi
klien lancar
-
Kaji pola
eliminasi
- Dengan
mengkaji pola
eliminasi di
harapkan dapat
mengetahui
keparahan
penyakit yang
di derita klien.
-
Berikan
di’it lunak
tinggi serta,
sedikit tapi
sering
-
Dengan
memberikan
di;it lunak
tinggi serat,
sedikit
tapisering di
harapkan dapat
membantu
pengeluaran
feses tidak
keras, BAB
lancar.
-
Beri minum
banyak
-
Diharapkan
dapat
membantu
melunakkan
feses.
-
Kolaborasi
dengan tim
medis dan
gizi
-
Diharapkan
klien dapat
mengerti dan
memenuhi
kebutuhan
nutrisi.
-
-
Diharapkan
klien dapat
BAB dengn
lancar.
- Diharapkan
klien mengerti
kondisi dan
cemasny
berkurang
Tupen :
BAB klien
sudah mulai
lancar dan
tidak keras lagi
3.
22 nov 2014
Pukul :
16:00
Ansietas b/d
Kurangny
pengetahuan
klien tentang
penyakit prosedur
tindakan operasi.
DS:
-
Tupan
Klien
tidak
cemas
lagi/ce
mas
hilang
Beri
Dorongan
kepada
klien
- Jelaskan
mengenai
penyakit
yang
diderita
klien
prosedur
tindakan
Klien elalu
menanyakan
tentang penyakit.
DO :
-
Klien
tampak
lemah
Klien
tampak
binggung
-
Tupen
Klien
menger
ti
tantang
penyak
itny
operasi
-
Anjurkan
cara
mengatur
kebiasaan
BAB
-
Diharapkan
klien dapat
BAB dengan
teratur posisi
jangan
jongkok dan
mengedan.-
-
Motivasi
klien
-
Diharapkan
Klien merasa
diperhatikan
dan
mengurangi
cemas
-
Ciptakan
lingkungan
therapeutik
-
Diharapkan
klien merasa
nyaman dan
cemas
berkurang
-
-
Diharapkan
cemas klien
berkurang
Beri
aktivitas
hiburan
CATATAN PERKEMBANGAN
POST – OPS HEMOROID DI RUANG CEMPAKA
NO.
1.
DP
DP 1
IMPLEMENTASI
TGL : 23 Nov 2014
pukul :
09:00 wib
Mengkaji nyeri yang di
rasakan klien yaitu lokasi
frekuensi, durasi dan intensitas
nyeri dan presepsi klien
mengenai nyeri dengan
menggunakan skala ( 0 -10 ).
EVALUASI
TGL 23 Nov
2014
Pukul : 10:00
-
-
Mempertahankan tirah baring
selama fase akut dengan
mengatur posisi trendelenburg.
-
-
2.
DP II
Mengobservasi TTV :
Mengerjakan klien teknik
relaksasi dan distruksi dengan
mengajar klien berkomunikasi
-
O : Klien tampak
tenang skala
nyeri
4-5
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Intervensi
Dilanjutkan
Menciptakan Lingkungan yang
therapeutik yang menciptakan
suasana tentang dan nyaman
-
Berkolaborasi dengan tim
medis dalam pembelian
analgetik.
-
IVED RL Gtt 20*/menit
- Novalgin /amp
TGL : 23 NOV 2014
PUKUL : 09:30
-
S : Klien
mengatakan
nyeri pada
daerah operasi
berkurang
Mengkaji pola eliminasi BAB
Memmantau masukan dan
pengeluaran nutrisi
Monitor TTV
Memberikan cairan RL
Kolaborasi dengan tim medis
Berikan diit lunak, tinggi serat,
sedikit tapi sering
Beri minum banyak
Tgl 23 NOV
3014
PUKUL 18 :00
WIB
S : Klien
mengatakan pada
eliminasi ad
gangguan
O : -Keadaan
klien lemah
-
BAB
klien
kurang
lebih
2*/sehari
A : Masalah
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan postops
3.
DP III
TGL 23 NOV 2014
PUKUL : 13:00
-
Mengkaji tingkat kecemasan
dengan menanyakan kepada
klien mengenai pengetahuan
klien tentang prosedur operasi
yang akan dilakukan.
-
Memberikan penjelasan pada
klien tentang tindakan operasi
klien tentang tindakan operasi
bahwa dengan operasi dapat
mempercepat penyembuhan
penyakit klien.
-
Memberikan dorongan kepada
klien untuk mengungkapkan
perasaanny
-
Menciptakan lingkungan
therapeutik, mis : mengurangi
Jumlah pengunjung datang.
-
Memotivasi klien dengan
menjelaskan bahwa tindakan
operasi dapat mempercepat
penyembuhan.
Tgl 23 nov 2014
Pukul : 18:00
S : Klien
mengetahui
tentang tindakan
operasi.
O : - Klien
tentang
- Klien
tenang
- Klien
tidak
bertanya
lagi
tentang
ops yang
akan
dilakukan
A : - Masalah
teratasi
P : Intervensi
dihentikan