Mendorong Peran Serta Murid dalam Upaya
Mendorong Peran Serta Murid dalam
Upaya Pemberantasan Korupsi melalui Pembelajaran
“Jika Aku Menjadi Pegiat Anti Korupsi di Sekolah”
Latar Belakang
Pembelajaran secara leksikal berarti proses, cara, dan perbuatan mempelajari
(Suprijono, 2011: 13). Tidak seperti “pengajaran”, dalam pembelajaran yang menjadi
subjek adalah peserta didik —guru hanya sebagai mediator pembelajaran. Koheren
dengan hal tersebut, maka pembelajaran harus menawarkan suasana dialogis dan
interaktif, sebab pembelajaran esensinya merupakan proses organik-konstruktif,
bukan mekanis seperti pengajaran.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran yang
memiliki substansi pada proses belajar dengan melakukan (learning by doing), yaitu
praktik belajar untuk memahami kognisi dan afeksi secara mendalam. Oleh karena
itu, setiap metode pembelajaran yang digunakan PKn harus mampu mendorong
peserta didik sebagai warga negara yang efektif, kritis, bertanggung jawab, dan
terlibat pada kegiatan pemecahan masalah (problem solving).
Sesuai Kompetensi Dasar (KD) 2.5 mata pelajaran PKn kelas X, murid
dituntut untuk dapat menampilkan peran sertanya dalam upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia (Budiyanto, 2007: x). Berbeda dengan beberapa KD yang lain,
muatan KD tersebut lebih menitikberatkan pada domain psikomotorik. Jadi, murid
diharapkan tidak hanya sekadar menguasai materi, tetapi juga harus mampu
mengambil peran konkrit dalam upaya pemberantasan korupsi.
Seperti contoh, terkait dengan KD di atas, materi yang diajarkan meliputi
contoh-contoh upaya pencegahan korupsi (preventif) dan upaya penindakan korupsi
(kuratif). Namun, apakah dengan hanya mengajarkan materi tersebut murid sudah
terdorong untuk berpartisipasi dalam upaya pemberantasan korupsi? Belum tentu.
Bagaimana pun, yang diajarkan materi baru sebatas “contoh kesalehan” —belum
mengajak murid untuk “berbuat saleh”.
Di sini, guru menghadapi sebuah tantangan besar untuk bisa menstimulasi
murid agar dapat berpartisipasi aktif dalam upaya pemberantasan korupsi. Meskipun
demikian, sebenarnya guru ideal memang bukan hanya yang ahli dalam mentransfer
materi, tetapi juga harus bisa menginspirasi dan memberikan pengalaman belajar
yang nyata bagi murid-muridnya. Jika tidak begitu, maka suatu saat peran guru
mungkin bisa digantikan oleh media teknologi modern.
Proyek Kewarganegaraan
Pada prinsipnya, pembelajaran nilai (value learning) tidak bisa didesiminasi
hanya dengan media lisan ataupun tulisan. Untuk menjawab soal opsional tentang
pilihan sikap misalnya, murid-murid tentu akan selalu memilih sikap yang paling baik.
Namun, apakah ada asuransi ketika mereka sedang mengalaminya di kehidupan
nyata juga akan memilih sikap tersebut? Belum dapat dipastikan.
Dengan demikian, secara sederhana kita pasti bisa menyimpulkan, bahwa
pembelajaran tentang nilai memang harus disampaikan melalui sebuah praktik atau
tindakan yang nyata. Termasuk juga berkaitan dengan nilai-nilai anti korupsi. Muskil
jika guru ingin mendorong peran serta murid dalam upaya pemberantasan korupsi,
tetapi aksentuasi pembelajaran justru masih pada materi yang bersifat rigid.
Di samping itu, dalam materi ajar yang lebih banyak disinggung adalah
berbagai hal yang seolah sangat jauh dari kehidupan sehari-hari murid. Seperti
1
contoh, kasus-kasus korupsi yang melibatkan elite-elite politik di ibu kota, hingga
upaya advokasi dan edukasi yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) sebagai lembaga pemerintah, maupun Indonesian Corruption Watch (ICW)
dan Transparency International (TI) sebagai organisasi non pemerintah.
Padahal sesungguhnya, tindakan-tindakan korupsi tidak cuma berimplikasi
pada penyelewengan uang negara, tetapi juga terkait dengan perilaku koruptif yang
jamak terjadi di sekolah, misalnya mencotek saat ulangan, tidak mengerjakan tugas
secara mandiri, tidak jujur ketika membayar jajan di kantin, dan sebagainya. Jadi,
upaya pemberantasan korupsi juga bisa dilakukan oleh murid-murid dalam skop
yang kecil dan dekat dengan kehidupan mereka, yakni sekolah.
Berdasarkan penjabaran tersebut, guru bisa memfasilitasi murid dengan cara
menciptakan sebuah pembelajaran yang memberikan pengalaman riil kepada murid
mengenai bagaimana peran serta yang dapat mereka lakukan untuk memberantas
korupsi. Pada akhirnya, pembelajaran tersebut juga bisa mendekatkan materi ajar
yang seolah sangat jauh dengan keseharian mereka.
Dalam konteks ini, metode pembelajaran yang akan digunakan adalah proyek
kewarganegaraan dengan tema “Jika Aku Menjadi Pegiat Anti Korupsi di Sekolah”.
Proyek kewarganegaraan mengkombinasikan pembelajaran berbasis proyek dan
metode bermain peran (multiple learning). Disebut berbasis proyek, karena muridmurid akan membuat proyek upaya pemberantasan korupsi. Sementara itu, juga
disebut metode bermain peran, sebab anak-anak berperan sebagai pegiat anti
korupsi di sekolah.
Langkah 1: Pendahuluan
Pada langkah ini, guru membuka pelajaran dan memberikan ilustrasi empirik
mengenai nilai-nilai yang melekat dalam hak, kewajiban, dan tanggung jawab warga
negara seperti peka, tanggap, terbuka, demokratis, pro patria, primus patrialis, pro
bono publico, kooperatif, argumentatif dan prospektif dalam konteks kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia (Winataputra, dkk, 2012: 193).
Selanjutnya, guru menyajikan tayangan video Company Profile KPK yang berisi
profil singkat KPK, gambaran persoalan korupsi di Indonesia, dan solusi praksisnya.
Namun, untuk menghindari apatisme dan pesimisme dari para murid, guru lantas
memberikan “klarifikasi”, bahwa problem korupsi di Indonesia tetap bisa diatasi
dengan dukungan dari segenap rakyat Indonesia, termasuk murid-murid.
Dalam momentum tersebut, agar semakin termotivasi, guru juga meminta
seluruh murid untuk menirukan Sumpah Pelajar Indonesia yang dipekikkan oleh
guru di depan kelas. Adapun isinya adalah “Kami pelajar Indonesia bersumpah: 1)
Bertanah air satu, tanah air tanpa kesenjangan; 2) Berbangsa satu, bangsa yang
cinta akan keadilan; dan 3) Berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan.”
Kemudian, sebagai triger kegiatan lebih lanjut, guru mengajak murid untuk
merenungkan sebuah pertanyaan, “Korupsi memang sudah mengakar kuat di sendisendi kehidupan republik ini, tetapi sebagai generasi muda pewaris perjuangan dan
pemimpin masa depan bangsa, apakah anak-anak akan berdiam diri? Bagaimana
peran yang dapat anak-anak lakukan dalam proses transformasi negara ke arah
yang lebih baik, yakni negara yang bebas dari praktik-praktik korupsi?”.
Langkah 2: Kegiatan Inti
Tahap Pra Gelar Kemampuan
Strategi instruksional dalam model ini, pada dasarnya bertolak dari strategi
“inquiry learning, discovery learning, problem solving learning, research-oriented
2
learning” yang dikemas lewat model project ala John Dewey. Berikut langkahlangkah yang diterapkan:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi.
2. Mengumpulkan informasi yang terkait pada masalah itu.
3. Mengembangkan portofolio kelas.
4. Menyajikan dan mendiskusikan portofolio.
5. Melakukan refleksi pengalaman belajar.
Sebelum langkah-langkah di atas dimulai, guru mengorganisasikan kelas —
yang berjumlah 20 anak— menjadi dua kelompok besar yang masing-masing terdiri
dari 10 anak. Setiap kelompok, kemudian ditugaskan untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mengenai permasalahan korupsi di sekolah dan gagasangagasan kreatif untuk mengatasinya. Berbagai pertanyaan sekaligus jawabanjawaban tersebut lantas dituangkan dalam portofolio dengan format:
Project Citizen: Jika Kami Menjadi Pegiat Anti Korupsi di Sekolah
Permasalahan
1. Mengapa korupsi
terjadi di sekolah?
(Jawaban)
2. Apa saja faktor-faktor
yang menyebabkan
korupsi di sekolah?
(Jawaban)
3. Seberapa penting
korupsi di sekolah
ditangani? (Jawaban)
Gagasan-gagasan
1. Apa saja upaya-upaya
yang ditempuh untuk
melawan korupsi di
sekolah? (Jawaban)
2. Apa gagasan alternatif
kalian untuk melawan
korupsi di sekolah?
(Jawaban)
3. Mengapa kalian
memilih gagasan
tersebut dan apa
keunggulannya?
(Jawaban)
Simpulan dan Saran
1. Apa yang dapat
disimpulkan dari
persoalan korupsi di
sekolah dan gagasan
untuk melawannya?
(Jawaban)
2. Bagaimana harapan
dan saran kalian kepada
pihak sekolah?
(Jawaban)
3. Tuliskan sumbersumber yang kalian
gunakan? (Jawaban)
Gambar 1. Format Portofolio dengan Menggunakan Kertas Karton
Dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, murid dapat
mempelajari sumber kepustakaan yang ada, mengamati berbagai peristiwa penting
di sekolah yang relevan, dan bertanya kepada narasumber seperti guru serta temanteman sekolah. Setiap kelompok selanjutnya wajib mencatat aktivitas pencarian data
yang telah mereka lakukan, seperti misalnya instrumen dan hasil wawancara, hasil
observasi, serta hasil dokumentasi.
Di situlah berbagai keterampilan murid dikembangkan, contoh: membaca,
mendengar pendapat orang lain, mencatat, merumuskan, mengkaji, menyepakati,
membagi tugas, berargumentasi, dan berpikir kreatif serta inovatif. Untuk proses
tersebut, guru memberikan alokasi waktu selama satu minggu kepada murid.
Kemudian, hasilnya akan di-show case-kan pada pertemuan tatap muka.
3
Pada prinsipnya, portofolio merupakan kumpulan hasil karya murid yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran (Benny, 2009: 175). Metode
portofolio ditempuh untuk mengetahui kemajuan belajar (learning progress) murid.
Portofolio di sini sendiri terbagi dalam dua bagian, yakni “portofolio tampilan” dan
“portofolio dokumentasi” yang menyajikan rangkuman masalah serta gagasan
alternatif dengan sistematis.
Tahap Gelar Kemampuan
Sebelum melaksanakan gelar kemampuan (show case), guru mendesain ruang
kelas secara dekonvensional. Artinya, tempat duduk murid tidak lagi disusun seperti
tata ruang kelas pada umumnya. Desain tersebut dipilih untuk mendukung proses
gelar kemampuan yang dimoderatori oleh guru. Berikut komparasi desain ruang
kelas konvensional dengan desain ruang kelas dekonvensional:
Desain Ruang Kelas Konvensional
Desain Ruang Kelas Dekonvensional
3
1
6
4
7
2
5
Gambar 2. Komparasi Desain Ruang Kelas Konvensional dengan Desain
Ruang Kelas Dekonvensional
Keterangan:
1. Tempat duduk murid
2. Meja guru
3. Display portofolio kelompok 1
4. Tempat duduk kelompok 1
5. Meja guru
6. Tempat duduk kelompok 2
7. Display portofolio kelompok 2
Setelah ruang kelas didesain secara dekonvensional, guru lantas membacakan
pedoman (term of reference) gelar kemampuan. Pertama, gelar kemampuan adalah
suatu kontestasi di mana dua kelompok saling bersaing untuk menunjukkan bahwa
gagasan yang dimiliki lebih baik jika dibandingkan dengan gagasan dari kelompok
lain. Persaingan tersebut dilakukan ketika sesi diskusi, yakni setiap kelompok
diberikan kesempatan untuk dapat mengkritisi gagasan kelompok lawan.
Kedua, masing-masing kelompok diberikan waktu presentasi maksimal 10
menit dan untuk sesi tanya jawab maksimal 20 menit. Pada sesi presentasi, setiap
kelompok diwakili oleh maksimal dua presentator. Sementara itu, pada waktu tanya
jawab, semua anggota dari kelompok lawan wajib menyampaikan pertanyaan atau
tanggapan untuk memantik atmosfer diskusi yang lebih dinamis.
4
Ketiga, guru berperan sebagai moderator yang memandu jalannya gelar
kemampuan. Jika diperinci, tugas guru adalah: 1) membuka gelar kemampuan dan
menyilakan setiap kelompok untuk memulai presentasi, 2) memberikan kesempatan
kepada seluruh anggota kedua kelompok untuk bertanya maupun menanggapi, 3)
memperjelas tanya jawab dan tanggapan apabila terjadi konflik atau jalan buntu
(dead lock), serta 4) menutup gelar kemampuan dan melakukan refleksi.
Pada kesempatan ini, dua kelompok memaparkan presentasi dengan baik.
Pada kolom masalah, analisis keduanya tentang persoalan-persoalan korupsi yang
terjadi di sekolah memang relatif sama, yakni: 1) tidak jujur saat membayar di kantin,
2) mencontek ketika ujian, 3) sengaja datang terlambat ke kelas (korupsi waktu), dan
4) berlebihan dalam menggunakan air dan AC (korupsi fasilitas).
Namun, untuk gagasan atau ide, setiap kelompok memiliki keunikan masingmasing. Kelompok pertama contohnya, mengajukan gagasan “Aliansi Pelajar Ogah
Korupsi”, sedangkan kelompok kedua mengangkat ide “Suara Pelajar Anti Korupsi”.
Dari uraian perwakilan kelompok pertama, guru dapat menangkap bahwa upaya
pemberantasan korupsi di sekolah yang mereka tempuh lebih berfokus pada
kegiatan-kegiatan seni, seperti membuat poster anti korupsi dan bahkan
menciptakan lagu anti korupsi.
Sementara itu, setelah mencermati presentasi dari perwakilan kelompok kedua,
guru bisa mencerna bahwa upaya pemberantasan korupsi di sekolah yang mereka
lakukan lebih berkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan literasi, semisal menggagas
buletin pelajar anti korupsi dan waqaf buku anti korupsi. Sebagai catatan khusus,
sebelum beralih pada sesi diskusi, guru harus memberikan apresiasi bagi setiap
kelompok atas gagasan yang telah diusulkan untuk memotivasi.
Selanjutnya, dalam sesi diskusi, guru menjalankan tugas untuk dapat menjaga
kedinamisan dan kondusivitas tanya jawab. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan
adalah: 1) merangkum dan memperjelas pertanyaan, tanggapan, serta jawaban; 2)
memberikan peringatan terhadap peserta jika menyalahi peraturan diskusi; dan 3)
memastikan tanya jawab tidak melenceng dari topik yang sedang didiskusikan.
Di samping berperan sebagai moderator, secara umum sebenarnya guru juga
berperan sebagai observator. Hal tersebut dilakukan untuk kepentingan penilaian.
Jadi pada pertemuan tatap muka, ada dua macam penilaian yang bisa dilakukan
guru. Pertama, menilai portofolio masing-masing kelompok. Kedua, guru menilai
performa setiap kelompok saat presentasi dan diskusi.
Untuk penilaian portofolio, guru mengedepankan pada aspek konten dan
visualisasi. Pada aspek konten, guru menilai beberapa indikator, di antaranya yaitu:
1) Apakah identifikasi persoalan sesuai dengan topik yang diberikan?, 2) Apakah
gagasan memiliki kebaruan?, 3) Apakah gagasan memiliki rasionalitas?, dan 4)
Apakah data-data yang digunakan valid dan representatif?
Sementara itu, pada aspek visualisasi, guru menilai beberapa hal yang terdiri
atas: 1) Apakah bahan-bahan portofolio dimanipulasi secara kreatif?; 2) Apakah
typography yang digunakan harmonis (serasi)?; 3) Apakah tampilan portofolio
memiliki nilai estetis?; dan 4) Apakah tampilan portofolio memiliki kejelasan?.
Apabila dirumuskan dalam sebuah tabel, berikut rubrik penilaiannya:
5
No.
1.
Aspek Penilaian
Konten
2.
Visualisasi
Indikator
Identifikasi persoalan sesuai dengan
topik yang diberikan.
Gagasan yang diajukan memiliki
kebaruan.
Gagasan yang diajukan memiliki
rasioalitas.
Data-data yang digunakan valid dan
representatif.
Bahan-bahan portofolio dimanipulasi
secara kratif.
Typography yang digunakan
harmonis (serasi).
Tampilan portofolio memiliki nilai
estetis.
Tampilan portofolio memiliki
kejelasan.
Nilai
Tabel 1. Rubrik Penilaian Konten dan Visualisasi Portofolio
Keterangan:
1. Skor 5: Sangat baik
2. Skor 4: Baik
3. Skor 3: Cukup
4. Skor 2: Kurang
5. Skor 1: Sangat kurang
Berikutnya, untuk penilaian performa saat presentasi dan diskusi, guru dapat
berkonsentrasi pada beberapa aspek, yakni signifikansi, pemahaman, argumentasi,
responsifness, dan kerjasama kelompok (Arifin, 2010: 12). Aspek-aspek tersebut
lantas dielaborasikan atau dijabarkan melalui sejumlah indikator. Berikut rubrik
penilaian presentasi dan diskusi jika dirumuskan dalam sebuah tabel:
No.
1.
Aspek Penilaian
Signifikansi
2.
Pemahaman
3.
Argumentasi
4.
Responsifness
5.
Kerjasama Kelompok
Indikator
Seberapa besar tingkat kesesuaian
atau kebermaknaan informasi yang
diberikan dengan topik yang dibahas.
Seberapa baik tingkat pemahaman
peserta didik terhadap hakikat dan
ruang lingkup masalah yang
disajikan.
Seberapa besar kesesuaian jawaban
yang diberikan peserta didik dengan
pertanyaan yang muncul.
Seberapa besar kesesuaian jawaban
yang diberikan peserta didik dengan
pertanyaan yang muncul.
Seberapa besar anggota kelompok
berpartisipasi dalam penyajian.
Bagaimana setiap anggota merasa
bertanggung jawab terhadap
permasalahan kelompok.
Bagaimana para penyaji menghargai
pendapat orang lain.
6
Nilai
Tabel 2. Rubrik Penilaian Presentasi dan Diskusi Gelar Kemampuan
Keterangan:
1. Skor 5: Sangat baik
2. Skor 4: Baik
3. Skor 3: Cukup
4. Skor 2: Kurang
5. Skor 1: Sangat kurang
Tahap Pasca Gelar Kemampuan
Setelah seluruh proses gelar kemampuan selesai dilaksanakan, guru bersama
murid kemudian melakukan refleksi pengalaman belajar. Pertama, guru memberikan
ulasannya terhadap proses gelar kemampuan. Kedua, guru juga memberikan saran
dan masukan kepada setiap kelompok terkait gagasan yang telah mereka ajukan.
Diharapkan, saran dan masukan tersebut akan membantu kedua kelompok saat
mengkonkretisasi gagasan.
Bagi kelompok pertama misalnya, guru menyarankan dalam pembuatan lagu
dan poster anti korupsi mereka bisa berkolaborasi dengan guru seni budaya. Hal
tersebut dilakukan agar lagu dan poster anti korupsi yang dibuat nantinya dapat
lebih maksimal, selain juga dapat dipentaskan serta dipamerkan pada berbagai
kegiatan (event) sekolah. Jadi, “pembumian” hasil karya mereka tidak hanya
mandek sampai di ruang kelas saja.
Kemudian, untuk kelompok kedua, guru bisa memberikan masukan jika ide
waqaf buku yang diprogramkan dapat direalisasikan bersama dengan pustakawan
sekolah, sehingga buku-buku anti korupsi yang mereka waqaf-kan bisa lebih mudah
dijangkau oleh warga sekolah. Selanjutnya, untuk keperluan promosi, mereka dapat
memanfaatkan gagasan buletin anti korupsi yang dibuat. Jadi, informasi kegiatan
waqaf buku bisa di-blow up dalam buletin tersebut.
Hal yang perlu diperhatikan dalam tahap refleksi adalah bahwa semua saran
dan masukan guru tidak boleh bersifat satu arah. Artinya, saran dan masukan guru
bukan “dipaksakan”, melainkan “dikomunikasikan” dengan murid. Sesuai dengan
konsep pendidikan yang kooperatif, “Sekolah bukanlah sekadar menjadi ajang
kepatuhan, tetapi sekolah merupakan ajang bertukar pikiran.”
Tahap Konkretisasi
Dalam tahap konkretisasi, kedua kelompok saling bersaing untuk mewujudkan
gagasan yang sudah mereka gelar kemampuankan sebagai pegiat anti korupsi di
sekolah. Adapun waktu yang diberikan oleh guru bagi masing-masing kelompok
adalah satu minggu. Selama satu minggu, guru juga melaksanakan penilaian
terhadap proses konkretisasi tersebut. Berikut rubrik penilaiannya:
No.
1.
Aspek Penilaian
Pencapaian
2.
Dampak
3.
Kontinuitas
4.
Monitoring
Indikator
Tingkat pencapaian dari konkretisasi
gagasan.
Dampak yang sudah dihasilkan dari
konkretisasi gagasan.
Kesinambungan dari konkretisasi
gagasan.
Pengawasan dan evaluasi terhadap
konkretisasi gagasan.
7
Nilai
Tabel 3. Rubrik Penilaian Konkretisasi Gagasan Anti Korupsi di Sekolah
Keterangan:
1. Skor 5: Sangat baik
2. Skor 4: Baik
3. Skor 3: Cukup
4. Skor 2: Kurang
5. Skor 1: Sangat kurang
Secara umum, guru melihat dampak yang signifikan dari upaya konkretisasi
kedua kelompok dalam pemberantasan korupsi di sekolah. Saat ulangan contohnya,
guru tak lagi menjumpai praktik-praktik malaintegritas —guru sempat berpura-pura
meninggalkan ruangan kelas. Kemudian, tidak hanya itu, guru sekarang juga sulit
untuk menemukan murid-murid yang terlambat masuk kelas seusai jam istirahat,
termasuk mereka yang berbohong ketika membayar jajan di kantin.
Langkah 2: Penutup
Kegiatan penutup dilakukan setelah seluruh tahap proyek kewarganegaraan
selesai diterapkan. Dalam kegiatan penutup, setiap kelompok diberikan kesempatan
untuk menceritakan pengalaman mereka saat berusaha merealisasikan ide sebagai
pegiat anti korupsi di sekolah. Selanjutnya, guru baru mengumumkan pemenang
proyek kewarganegaraan tersebut berdasarkan akumulasi nilai portofolio (25%),
show case (25%), dan konkretisasi (50%). Terakhir, tak ketinggalan, guru juga
memberikan penegasan dan penguatan (debreafing) nilai-nilai.
Desain ruang kelas yang digunakan pada kegiatan penutup ini masih sama
dengan desain yang diaplikasikan saat tahap gelar kemampuan. Namun, ketika
masing-masing kelompok “menarasikan” pengalamannya, tidak ada lagi termin
untuk tanya jawab atau menanggapi. Berikutnya, pada waktu pemberitahuan
pemenang, guru tetap menyampaikan apresiasi yang luar biasa bagi kedua
kelompok —terlepas dari mana kelompok yang menang dan yang kalah.
Sebagai akhir kegiatan pembelajaran, guru memberikan penegasan dan
penguatan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam proyek kewarganegaraan.
Nilai-nilai tersebut mencakup nilai-nilai yang inheren dalam hak, kewajiban, dan
tanggung jawab warga negara seperti peka, terbuka, serta demokratis, dalam
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Kemudian, untuk
memungkasnya, guru menyampaikan sebuah epilog, bahwa:
“Akhir pembelajaran ini bukan berarti menjadi akhir dari peran anak-anak
sebagai pegiat anti korupsi di sekolah. Sebaliknya, akhir pembelajaran ini justru
menjadi awal bagi kalian sebagai generasi muda untuk dapat turun tangan dalam
proses perubahan negeri ke arah yang lebih baik. Seperti yang dahulu pernah
diungkapkan oleh Bung Karno, berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan
kuguncangkan dunia!”.
Simpulan
Metode pembelajaran proyek kewarganegaraan dengan tema “Jika Aku
Menjadi Pegiat Anti Korupsi di Sekolah” telah terbukti berhasil mendorong peran
serta peserta didik dalam upaya pemberantasan korupsi. Dengan demikian, KD 2.5
mata pelajaran PKn kelas X yang ditargetkan juga dapat tercapai. Hal tersebut tentu
menjadi sebuah kesuksesan besar, sebab —artinya— para murid tidak lagi hanya
sekadar menguasai materi, tetapi juga kapabel untuk mempraktikkannya.
8
Selanjutnya, tidak kalah penting, berbagai perilaku koruptif yang sebelumnya
jamak terjadi di sekolah bisa direduksi berkat peran murid-murid sebagai pegiat anti
korupsi. Dalam jangka waktu yang panjang, hal tersebut juga diharapkan mampu
mengkultur dan menjadi nilai positif bagi sekolah, maupun pendidikan Indonesia
secara umum. Pada muaranya, generasi-generasi asketisis akan terlahir untuk
menyembuhkan Indonesia dari “infeksi” penyakit korupsi.
Saran
Dalam menerapkan pembelajaran ini, ada beberapa kiat tertentu yang perlu
diperhatikan oleh guru untuk mengoptimalkan proses dan hasil pembelajaran. Kiatkiat tersebut berfungsi sebagai pedoman bagi guru selama menjadi mediator dan
fasilitator dalam pembelajaran. Tidak dapat dipungkiri, meskipun di sini murid
menjadi “episentrum” pembelajaran, tetapi peran guru tetap sangat krusial.
Beberapa kiat yang dimaksud adalah:
1) Guru harus dapat memastikan bahwa setiap peserta didik ikut serta dan ambil
bagian dalam seluruh rangkaian pembelajaran. Hal tersebut dilakukan dengan cara
menekankan, bahwa keberhasilan kelompok akan “dependen” dengan keaktifan dan
kerjasama dari anggota-anggotanya.
2) Guru harus dapat berkolaborasi dengan peserta didik dan membantu mereka
dalam menginvestigasi dan menyelesaikan masalah secara kolektif. Jadi, guru tidak
hanya sebatas mengamati, tetapi —terkadang— juga mengarahkan murid dengan
berbagai impuls yang merangsang pemikiran kreatif (thinking outside the box)
mereka.
3) Guru harus dapat mengikhtisar dan mengevaluasi setiap aktivitas peserta didik
dalam pembelajaran. Seperti contoh, guru mencatat presentasi dari masing-masing
kelompok, mengoreksi kesalahpahaman (misconseption) yang terjadi pada saat
diskusi, dan memperjelas tanya jawab atau tanggapan.
4) Guru harus dapat mengkorelasikan pembelajaran dengan materi ajar yang telah
ada di buku. Hal tersebut berguna sebagai pijakan teoretis bagi murid saat berperan
menjadi pegiat anti korupsi di sekolah. Jangan lupa adagium, bahwa “Teori tanpa
praktik adalah lumpuh dan praktik tanpa teori adalah buta.”
Daftar Referensi
Budiyanto. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA Kelas X. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winataputra, dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif
Internasional (Konteks, Teori, dan Profil Pembelajaran). Jakarta: Dwitama
Asrimedia.
Benny, Pribadi. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Arifin, Zainal. 2010. Penilaian Portofolio (Konsep – Prinsip – Prosedur). Makalah.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
9
Lampiran 1
Scan KTP
Foto Diri
10
Lampiran 2
Identitas Diri
Nama
Jenis Kelamin
Tempat,Tanggal lahir
Alamat
No. HP
E-Mail
: Arie Hendrawan, S.Pd.
: Laki-laki
: Kudus, 28 Agustus 1992
: Jl. Tirto Husodo, No. 1A, Pedalangan, Kota Semarang
: 085740228837
: [email protected]
Riwayat Pendidikan Formal
No. Tahun Lulus
Institusi Pendidikan
1.
2004
SD Negeri 1 Jati Kulon Kudus
2.
2007
SMP Negeri 1 Jati Kudus
3.
2010
SMA Negeri 1 Bae Kudus
4.
2014
Prodi PPKn, Jurusan Politik dan Kewarganegaraan, Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang (Terkreditasi “A”/IPK
3,60/Yudisium Cumlaude)
Pengalaman Organisasi/Pekerjaan
No.
Periode
Organisasi/Pekerjaan
1.
2010 – 2012
Sekretaris Guguslatih Ilmu Sosial – Universitas Negeri Semarang
2.
2011 – 2012
Anggota Bidang Evaluasi, Penelitian, dan Pengembangan
(Evalitbang) Pondok Pesantren Aswaja – Kota Semarang
3.
2012
Pendamping Ekstrakulikuler Pramuka SMK Bina Nusantara –
Kabupaten Semarang
4.
2012 – 2013
Anggota Bidang Hubungan Masyarakat dan Komunikasi
Guguslatih Ilmu Sosial – Universitas Negeri Semarang
5.
2012 – 2013
Tentor Genius School – Kabupaten Semarang
6.
2013 – 2014
Pendamping Pramuka SD 02 Manyaran – Kota Semarang
7.
2013 – 2014
Anggota Dewan Kehormatan Guguslatih Ilmu Sosial –
Universitas Negeri Semarang
8.
2014 –
Guru PKn dan Staf Bidang Kesiswaan SMA Islam Al-Azhar 14 –
Sekarang
Kota Semarang
Award and Achievement
No.
Tahun
Award and Achievement
1.
2012
Juara I Lomba Political Writing Competition (Potret) Tingkat
Nasional oleh BEM FMIPA Unnes - Universitas Negeri Semarang
2.
2012
Juara I Lomba Essay Tingkat Nasional oleh BEM Fapet UGM –
Universitas Gadjah Mada
3.
2012
Juara II Lomba Debat Mahasiswa Tingkat Provinsi Jawa Tengah
dengan Tema “Pendidikan sebagai Proses Budaya” oleh BEM
11
4.
2012
5.
2012
6.
2012
7.
2012
8.
2012
9.
2012 – 2013
10.
2012 – 2013
11.
2013
12.
2013
13.
2013
14.
2013
15.
2013
16.
2013
17.
2013
18.
2013
19.
2013
20.
2013
21.
2013
FKIP UMK – Universitas Muria Kudus
Juara Favorit 30 Besar Kompetisi Penulisan Artikel Tingkat
Nasional oleh Komunitas Internet Cerdas Indonesia (ICI) dan
Dibukukan oleh Penerbit Leutikaprio – Situbondo
Juara II Lomba Menulis Artikel Tingkat Nasional oleh Koran
Online Pewarta Indonesia bersama Persatuan Pewarta Warga
Indonesia (PPWI) – Jakarta
Juara III Lomba Artikel Ilmiah Tingkat Nasional oleh Himpunan
Mahasiswa Administrasi Negara UNY – Universitas Negeri
Yogyakarta
Tulisan Dimuat dalam Rubrik Kompas Kampus dengan Judul
“Sukarelawan TPS” – Harian Kompas (12/6/2012)
Tulisan Dimuat dalam Rubrik Opini Express Mahasiswa dengan
judul “Pemuda, Globalisasi, dan Adiluhung Jawa” – Harian
Express Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (26/5/2012)
Penerima Beasiswa PPA Fakultas Ilmu Sosial – Universitas
Negeri Semarang (Semester 3 – Semester 6)
Penerima Beasiswa Koperasi Karyawan PT. Pura Roto –
Kabupaten Kudus (Semester 4 dan Semester 6)
Juara III Mahasiswa Berprestasi Tingkat Fakultas Ilmu Sosial –
Universitas Negeri Semarang
Juara I Lomba Debat dengan Tema “Pro dan Kontra Kurikulum
2013” Tingkat Universitas Negeri Semarang oleh The Green
Scientist Society - Universitas Negeri Semarang
Juara I UKMP Essay Conservation Bertema “From Unnes to
Global Conservation” Tingkat Universitas Negeri - Universitas
Negeri Semarang
Juara IV Lomba Karya Tulis Tingkat Nasional oleh Program Studi
Ilmu Hukum President University – President University
Juara I Lomba Esai Great Moment Tingkat Jateng dan DIY oleh
UPK LPM Gema Keadilan Undip – Universitas Diponegoro
Semarang
15 Besar dalam Lomba Menulis Esai Tingkat Nasional oleh HMJ
Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah – Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah
Ketua Kelompok Program Pengabdian Masyarakat yang Didanai
oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)
Unnes – Universitas Negeri Semarang
Juara I Lomba Esai Tingkat Nasional “Politic and Goverment
Days” oleh Komap UGM – Universitas Gadjah Mada
Tulisan Dimuat dalam Rubrik Debat Mahasiswa dengan Judul
“Melalui Pendidikan Anti Korupsi” – Harian Suara Merdeka
(23/2/2013)
Tulisan Dimuat dalam Rubrik Gagasan Website Resmi Unnes
dengan judul “Menjadi Guru Inspiratif” – www.unnes.ac.id (2128/10/2013)
Pemenang Kuis Menulis dengan Judul “Alasan Memilih Buku
Indonesia Bagian dari Desa Saya” oleh Penerbit Buku Kompas –
Kompas
12
22.
2014
23.
2014
24.
2014
25.
26.
2014
2014
27.
2014
28.
2015
29.
2015
30.
2015
31.
2015
Tulisan Dimuat dalam Rubrik Opini dengan Judul “Mendukung
Wajib Belajar 12 Tahun” – Koran Muria (28/4/2013)
Juara I Lomba Menulis Surat Tingkat Nasional – BEM KM ITS &
Harian Surya
Juara II Lomba Menulis Esai Tingkat Nasional – HIMA PGSD
UNY Kampus Wates
Penerima Beasiswa Data Print Periode I – Jakarta (Semester 8)
Wisudawan Terbaik ke-1 Jurusan Politik dan Kewarganegaraan
dalam Wisuda Periode III – Universitas Negeri Semarang
Tulisan dimuat dalam Rubrik Wacana Lokal dengan Judul “Apa
Kabar Musrenbang” – Harian Suara Merdeka (24/10/2014)
Tulisan dimuat dalam Rubrik Opini Portal Online Koran Muria
dengan Judul “Tradisi Bersalaman di Tengah Postmodernitas
Lebaran” – www.koranmuria.com (18/7/2015)
Tulisan dimuat dalam Rubrik Opini Warta Al-Azhar dengan Judul
“Keteladanan Sang Guru PKn” – Warta Al-Azhar Edisi 279/2015
Tulisan dimuat dalam Rubrik Opini Portal Online Koran Muria
dengan Judul “Popularisasi Terbang Papat” – www.koranmuria.
com (27 Oktober 2015)
Juara 1 Lomba Share Quote Sumpah Pemuda Tingkat Nasional
– Penerbit Buku Erlangga
Pengalaman Kegiatan Profesional
No.
Tahun
Kegiatan Profesional
st
1.
2010
Sie. Acara dalam 1 Wijaya Scout Competition Tingkat Bina
Wilayah Semarang - Universitas Negeri Semarang
2.
2010
Pemateri dalam Kegiatan Pesantren Ramadhan oleh Pondok
Pesantren Aswaja di SD 1 Sekaran – Kota Semarang
3.
2010
Peserta Seminar Nasional dengan Tema “Pendidikan Anti
Korupsi dalam Rangka Membangun Watak Bangsa” oleh
Mahasiswa PPKn Angkatan 2008 – Universitas Negeri
Semarang
4.
2010
Peserta Diklat Terpadu Racana Wijaya oleh Racana Wijaya
Unnes – Universitas Negeri Semarang
5.
2011
Peserta
Seminar
Nasional
dengan
Tema
“Problem
Pembangunan Karakter Bangsa” oleh Mahasiswa PPKn
Angkatan 2009 - Universitas Negeri Semarang
6.
2011
Ketua Panitia dalam Kegiatan Bina Manajemen Wijaya
Guguslatih Ilmu Sosial - Universitas Negeri Semarang
7.
2011
Sie. Acara dalam 1st Kompetisi Pramuka Penegak (Kompak)
Tingkat Bina Wilayah Semarang - Universitas Negeri Semarang
8.
2011
Reka Kerja Perjusami dalam Rangka “Sosialisasi UndangUndang Gerakan Pramuka” Tingkat Nasional - Universitas
Negeri Semarang
9.
2012
Peserta dalam Kegiatan Bina Manajemen Wijaya Guguslatih
Ilmu Sosial - Universitas Negeri Semarang
10. 2012
Sie. Acara dalam Kegiatan Orientasi Kepramukaan Perguruan
Tinggi (OKPT) - Universitas Negeri Semarang
11. 2012
Ketua Panitia dalam 2nd Wijaya Scout Competition Tingkat Bina
13
12.
2012
13.
2012
14.
2012
15.
2012
16.
2013
17.
2013
18.
2013
19.
2013
20.
2013
21.
2013
22.
2013
23.
2013
24.
2013
25.
2013
26.
2013
27.
2014
28.
2014
Wilayah Semarang - Universitas Negeri Semarang
Sie. Acara dalam Seminar Nasional dengan Tema “Aktualisasi
Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bineka Tunggal Ika Menuju
Masyararakat Adil, Makmur, dan Sejahtera” oleh Mahasiswa
PPKn Angkatan 2010 - Universitas Negeri Semarang
Peserta Seminar dan Lokakarya Nasional dengan Tema
“Penguatan Karakter Pancasila dalam Pemberantasan Korupsi
di Indonesia” oleh Pusat Pengkajian Pancasila dan Karakter
Bangsa (P3KB) - Universitas Negeri Semarang
Peserta Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD)
oleh Pusdiklatcab Cakrabaswara bagi Mahasiswa Universitas
Negeri Semarang – Kota Semarang
Peserta Workshop Program Kreativitas Mahasiswa oleh Fakultas
Ilmu Sosial – Universitas Negeri Semarang
Panitia Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD)
oleh Pusdiklatcab Cakrabaswara bagi Mahasiswa Universitas
Negeri Semarang – Kota Semarang
Juri Lomba Karya Tulis (LK2P) 2nd Kompetisi Pramuka Penegak
(Kompak) Tingkat Bina Wilayah Semarang dan Sekitarnya Universitas Negeri Semarang
Moderator Bedah Buku dengan Tema “(De)konstruksi Ideologi
Negara” dalam Rangkaian Kegiatan Bulan Pancasila Universitas Negeri Semarang
Moderator Seminar Nasional dengan Tema “Menggagas
Pendidikan Berkarakter” Fakultas Ilmu Pendidikan - Universitas
Negeri Semarang
Participant Microteaching Training for Outstanding School
Faculty of Social Science - Universitas Negeri Semarang
Pemateri dalam Sosialisasi Politik oleh Lembaga Penelitian dan
Pengabdian (LP2M) Universitas Negeri Semarang di SMA
Kesatrian 1 Semarang – Kota Semarang
Pemateri dalam Sosialisasi bagi Pemilih Pemula kepada Karang
Taruna Muda Tama – Kabupaten Semarang
Peserta Seminar Nasional dengan Tema “Generasi Muda
Memaknai Pancasila” oleh Puma Hukum President University
bersama Epistema Institute di Gedung Smesco UKM – Jakarta
Peserta Seminar Nasional dengan Tema “Pemuda Mengawal
Pemilu 2014” oleh Korps Mahasiswa Politik dan Pemerintahan
Universitas Gadjah Mada – Yogyakarta
Training of Trainer dengan Tema “Mewujudkan Jawa Tengah
Bebas dari Korupsi” oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
bersama Delegasi Mahasiswa se-Kota Semarang
Panelis dalam Kampanye Dialogis Calon Ketua dan Wakil Ketua
HIMA Politik dan Kewarganegaraan Periode 2013-2014 Universitas Negeri Semarang
Pemateri Public Speaking dalam Bina Manajemen Wijaya
Guguslatih Ilmu Sosial - Universitas Negeri Semarang
Pembicara Utama dalam Launching Civics and Politic Study
Club Jurusan Politik dan Kewarganegaraan – Universitas Negeri
14
29.
2014
30.
2015
31.
2015
32.
2015
Semarang
Juri Lomba Orasi Olimpiade Pancasila dan UUD 1945 Tingkat
Jateng dan DIY dalam Bulan Pancasila Jurusan Politik dan
Kewarganegaraan – Universitas Negeri Semarang
Pendamping dalam Kegiatan Character Building SMA Islam Al
Azhar 14 Semarang di Markas Kopassus Grup II, Kandang
Menjangan – Surakarta
Moderator dalam Kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Murid
(LDKM) OSIS-MPK dengan Materi Simulasi Tata Sidang – SMA
Islam Al Azhar 14 Semarang
Juri Lomba Karya Tulis (LK2P) 3rd Kompetisi Pramuka Penegak
(Kompak) Tingkat Jawa Tengah - Universitas Negeri Semarang
15
Upaya Pemberantasan Korupsi melalui Pembelajaran
“Jika Aku Menjadi Pegiat Anti Korupsi di Sekolah”
Latar Belakang
Pembelajaran secara leksikal berarti proses, cara, dan perbuatan mempelajari
(Suprijono, 2011: 13). Tidak seperti “pengajaran”, dalam pembelajaran yang menjadi
subjek adalah peserta didik —guru hanya sebagai mediator pembelajaran. Koheren
dengan hal tersebut, maka pembelajaran harus menawarkan suasana dialogis dan
interaktif, sebab pembelajaran esensinya merupakan proses organik-konstruktif,
bukan mekanis seperti pengajaran.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran yang
memiliki substansi pada proses belajar dengan melakukan (learning by doing), yaitu
praktik belajar untuk memahami kognisi dan afeksi secara mendalam. Oleh karena
itu, setiap metode pembelajaran yang digunakan PKn harus mampu mendorong
peserta didik sebagai warga negara yang efektif, kritis, bertanggung jawab, dan
terlibat pada kegiatan pemecahan masalah (problem solving).
Sesuai Kompetensi Dasar (KD) 2.5 mata pelajaran PKn kelas X, murid
dituntut untuk dapat menampilkan peran sertanya dalam upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia (Budiyanto, 2007: x). Berbeda dengan beberapa KD yang lain,
muatan KD tersebut lebih menitikberatkan pada domain psikomotorik. Jadi, murid
diharapkan tidak hanya sekadar menguasai materi, tetapi juga harus mampu
mengambil peran konkrit dalam upaya pemberantasan korupsi.
Seperti contoh, terkait dengan KD di atas, materi yang diajarkan meliputi
contoh-contoh upaya pencegahan korupsi (preventif) dan upaya penindakan korupsi
(kuratif). Namun, apakah dengan hanya mengajarkan materi tersebut murid sudah
terdorong untuk berpartisipasi dalam upaya pemberantasan korupsi? Belum tentu.
Bagaimana pun, yang diajarkan materi baru sebatas “contoh kesalehan” —belum
mengajak murid untuk “berbuat saleh”.
Di sini, guru menghadapi sebuah tantangan besar untuk bisa menstimulasi
murid agar dapat berpartisipasi aktif dalam upaya pemberantasan korupsi. Meskipun
demikian, sebenarnya guru ideal memang bukan hanya yang ahli dalam mentransfer
materi, tetapi juga harus bisa menginspirasi dan memberikan pengalaman belajar
yang nyata bagi murid-muridnya. Jika tidak begitu, maka suatu saat peran guru
mungkin bisa digantikan oleh media teknologi modern.
Proyek Kewarganegaraan
Pada prinsipnya, pembelajaran nilai (value learning) tidak bisa didesiminasi
hanya dengan media lisan ataupun tulisan. Untuk menjawab soal opsional tentang
pilihan sikap misalnya, murid-murid tentu akan selalu memilih sikap yang paling baik.
Namun, apakah ada asuransi ketika mereka sedang mengalaminya di kehidupan
nyata juga akan memilih sikap tersebut? Belum dapat dipastikan.
Dengan demikian, secara sederhana kita pasti bisa menyimpulkan, bahwa
pembelajaran tentang nilai memang harus disampaikan melalui sebuah praktik atau
tindakan yang nyata. Termasuk juga berkaitan dengan nilai-nilai anti korupsi. Muskil
jika guru ingin mendorong peran serta murid dalam upaya pemberantasan korupsi,
tetapi aksentuasi pembelajaran justru masih pada materi yang bersifat rigid.
Di samping itu, dalam materi ajar yang lebih banyak disinggung adalah
berbagai hal yang seolah sangat jauh dari kehidupan sehari-hari murid. Seperti
1
contoh, kasus-kasus korupsi yang melibatkan elite-elite politik di ibu kota, hingga
upaya advokasi dan edukasi yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) sebagai lembaga pemerintah, maupun Indonesian Corruption Watch (ICW)
dan Transparency International (TI) sebagai organisasi non pemerintah.
Padahal sesungguhnya, tindakan-tindakan korupsi tidak cuma berimplikasi
pada penyelewengan uang negara, tetapi juga terkait dengan perilaku koruptif yang
jamak terjadi di sekolah, misalnya mencotek saat ulangan, tidak mengerjakan tugas
secara mandiri, tidak jujur ketika membayar jajan di kantin, dan sebagainya. Jadi,
upaya pemberantasan korupsi juga bisa dilakukan oleh murid-murid dalam skop
yang kecil dan dekat dengan kehidupan mereka, yakni sekolah.
Berdasarkan penjabaran tersebut, guru bisa memfasilitasi murid dengan cara
menciptakan sebuah pembelajaran yang memberikan pengalaman riil kepada murid
mengenai bagaimana peran serta yang dapat mereka lakukan untuk memberantas
korupsi. Pada akhirnya, pembelajaran tersebut juga bisa mendekatkan materi ajar
yang seolah sangat jauh dengan keseharian mereka.
Dalam konteks ini, metode pembelajaran yang akan digunakan adalah proyek
kewarganegaraan dengan tema “Jika Aku Menjadi Pegiat Anti Korupsi di Sekolah”.
Proyek kewarganegaraan mengkombinasikan pembelajaran berbasis proyek dan
metode bermain peran (multiple learning). Disebut berbasis proyek, karena muridmurid akan membuat proyek upaya pemberantasan korupsi. Sementara itu, juga
disebut metode bermain peran, sebab anak-anak berperan sebagai pegiat anti
korupsi di sekolah.
Langkah 1: Pendahuluan
Pada langkah ini, guru membuka pelajaran dan memberikan ilustrasi empirik
mengenai nilai-nilai yang melekat dalam hak, kewajiban, dan tanggung jawab warga
negara seperti peka, tanggap, terbuka, demokratis, pro patria, primus patrialis, pro
bono publico, kooperatif, argumentatif dan prospektif dalam konteks kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia (Winataputra, dkk, 2012: 193).
Selanjutnya, guru menyajikan tayangan video Company Profile KPK yang berisi
profil singkat KPK, gambaran persoalan korupsi di Indonesia, dan solusi praksisnya.
Namun, untuk menghindari apatisme dan pesimisme dari para murid, guru lantas
memberikan “klarifikasi”, bahwa problem korupsi di Indonesia tetap bisa diatasi
dengan dukungan dari segenap rakyat Indonesia, termasuk murid-murid.
Dalam momentum tersebut, agar semakin termotivasi, guru juga meminta
seluruh murid untuk menirukan Sumpah Pelajar Indonesia yang dipekikkan oleh
guru di depan kelas. Adapun isinya adalah “Kami pelajar Indonesia bersumpah: 1)
Bertanah air satu, tanah air tanpa kesenjangan; 2) Berbangsa satu, bangsa yang
cinta akan keadilan; dan 3) Berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan.”
Kemudian, sebagai triger kegiatan lebih lanjut, guru mengajak murid untuk
merenungkan sebuah pertanyaan, “Korupsi memang sudah mengakar kuat di sendisendi kehidupan republik ini, tetapi sebagai generasi muda pewaris perjuangan dan
pemimpin masa depan bangsa, apakah anak-anak akan berdiam diri? Bagaimana
peran yang dapat anak-anak lakukan dalam proses transformasi negara ke arah
yang lebih baik, yakni negara yang bebas dari praktik-praktik korupsi?”.
Langkah 2: Kegiatan Inti
Tahap Pra Gelar Kemampuan
Strategi instruksional dalam model ini, pada dasarnya bertolak dari strategi
“inquiry learning, discovery learning, problem solving learning, research-oriented
2
learning” yang dikemas lewat model project ala John Dewey. Berikut langkahlangkah yang diterapkan:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi.
2. Mengumpulkan informasi yang terkait pada masalah itu.
3. Mengembangkan portofolio kelas.
4. Menyajikan dan mendiskusikan portofolio.
5. Melakukan refleksi pengalaman belajar.
Sebelum langkah-langkah di atas dimulai, guru mengorganisasikan kelas —
yang berjumlah 20 anak— menjadi dua kelompok besar yang masing-masing terdiri
dari 10 anak. Setiap kelompok, kemudian ditugaskan untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mengenai permasalahan korupsi di sekolah dan gagasangagasan kreatif untuk mengatasinya. Berbagai pertanyaan sekaligus jawabanjawaban tersebut lantas dituangkan dalam portofolio dengan format:
Project Citizen: Jika Kami Menjadi Pegiat Anti Korupsi di Sekolah
Permasalahan
1. Mengapa korupsi
terjadi di sekolah?
(Jawaban)
2. Apa saja faktor-faktor
yang menyebabkan
korupsi di sekolah?
(Jawaban)
3. Seberapa penting
korupsi di sekolah
ditangani? (Jawaban)
Gagasan-gagasan
1. Apa saja upaya-upaya
yang ditempuh untuk
melawan korupsi di
sekolah? (Jawaban)
2. Apa gagasan alternatif
kalian untuk melawan
korupsi di sekolah?
(Jawaban)
3. Mengapa kalian
memilih gagasan
tersebut dan apa
keunggulannya?
(Jawaban)
Simpulan dan Saran
1. Apa yang dapat
disimpulkan dari
persoalan korupsi di
sekolah dan gagasan
untuk melawannya?
(Jawaban)
2. Bagaimana harapan
dan saran kalian kepada
pihak sekolah?
(Jawaban)
3. Tuliskan sumbersumber yang kalian
gunakan? (Jawaban)
Gambar 1. Format Portofolio dengan Menggunakan Kertas Karton
Dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, murid dapat
mempelajari sumber kepustakaan yang ada, mengamati berbagai peristiwa penting
di sekolah yang relevan, dan bertanya kepada narasumber seperti guru serta temanteman sekolah. Setiap kelompok selanjutnya wajib mencatat aktivitas pencarian data
yang telah mereka lakukan, seperti misalnya instrumen dan hasil wawancara, hasil
observasi, serta hasil dokumentasi.
Di situlah berbagai keterampilan murid dikembangkan, contoh: membaca,
mendengar pendapat orang lain, mencatat, merumuskan, mengkaji, menyepakati,
membagi tugas, berargumentasi, dan berpikir kreatif serta inovatif. Untuk proses
tersebut, guru memberikan alokasi waktu selama satu minggu kepada murid.
Kemudian, hasilnya akan di-show case-kan pada pertemuan tatap muka.
3
Pada prinsipnya, portofolio merupakan kumpulan hasil karya murid yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran (Benny, 2009: 175). Metode
portofolio ditempuh untuk mengetahui kemajuan belajar (learning progress) murid.
Portofolio di sini sendiri terbagi dalam dua bagian, yakni “portofolio tampilan” dan
“portofolio dokumentasi” yang menyajikan rangkuman masalah serta gagasan
alternatif dengan sistematis.
Tahap Gelar Kemampuan
Sebelum melaksanakan gelar kemampuan (show case), guru mendesain ruang
kelas secara dekonvensional. Artinya, tempat duduk murid tidak lagi disusun seperti
tata ruang kelas pada umumnya. Desain tersebut dipilih untuk mendukung proses
gelar kemampuan yang dimoderatori oleh guru. Berikut komparasi desain ruang
kelas konvensional dengan desain ruang kelas dekonvensional:
Desain Ruang Kelas Konvensional
Desain Ruang Kelas Dekonvensional
3
1
6
4
7
2
5
Gambar 2. Komparasi Desain Ruang Kelas Konvensional dengan Desain
Ruang Kelas Dekonvensional
Keterangan:
1. Tempat duduk murid
2. Meja guru
3. Display portofolio kelompok 1
4. Tempat duduk kelompok 1
5. Meja guru
6. Tempat duduk kelompok 2
7. Display portofolio kelompok 2
Setelah ruang kelas didesain secara dekonvensional, guru lantas membacakan
pedoman (term of reference) gelar kemampuan. Pertama, gelar kemampuan adalah
suatu kontestasi di mana dua kelompok saling bersaing untuk menunjukkan bahwa
gagasan yang dimiliki lebih baik jika dibandingkan dengan gagasan dari kelompok
lain. Persaingan tersebut dilakukan ketika sesi diskusi, yakni setiap kelompok
diberikan kesempatan untuk dapat mengkritisi gagasan kelompok lawan.
Kedua, masing-masing kelompok diberikan waktu presentasi maksimal 10
menit dan untuk sesi tanya jawab maksimal 20 menit. Pada sesi presentasi, setiap
kelompok diwakili oleh maksimal dua presentator. Sementara itu, pada waktu tanya
jawab, semua anggota dari kelompok lawan wajib menyampaikan pertanyaan atau
tanggapan untuk memantik atmosfer diskusi yang lebih dinamis.
4
Ketiga, guru berperan sebagai moderator yang memandu jalannya gelar
kemampuan. Jika diperinci, tugas guru adalah: 1) membuka gelar kemampuan dan
menyilakan setiap kelompok untuk memulai presentasi, 2) memberikan kesempatan
kepada seluruh anggota kedua kelompok untuk bertanya maupun menanggapi, 3)
memperjelas tanya jawab dan tanggapan apabila terjadi konflik atau jalan buntu
(dead lock), serta 4) menutup gelar kemampuan dan melakukan refleksi.
Pada kesempatan ini, dua kelompok memaparkan presentasi dengan baik.
Pada kolom masalah, analisis keduanya tentang persoalan-persoalan korupsi yang
terjadi di sekolah memang relatif sama, yakni: 1) tidak jujur saat membayar di kantin,
2) mencontek ketika ujian, 3) sengaja datang terlambat ke kelas (korupsi waktu), dan
4) berlebihan dalam menggunakan air dan AC (korupsi fasilitas).
Namun, untuk gagasan atau ide, setiap kelompok memiliki keunikan masingmasing. Kelompok pertama contohnya, mengajukan gagasan “Aliansi Pelajar Ogah
Korupsi”, sedangkan kelompok kedua mengangkat ide “Suara Pelajar Anti Korupsi”.
Dari uraian perwakilan kelompok pertama, guru dapat menangkap bahwa upaya
pemberantasan korupsi di sekolah yang mereka tempuh lebih berfokus pada
kegiatan-kegiatan seni, seperti membuat poster anti korupsi dan bahkan
menciptakan lagu anti korupsi.
Sementara itu, setelah mencermati presentasi dari perwakilan kelompok kedua,
guru bisa mencerna bahwa upaya pemberantasan korupsi di sekolah yang mereka
lakukan lebih berkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan literasi, semisal menggagas
buletin pelajar anti korupsi dan waqaf buku anti korupsi. Sebagai catatan khusus,
sebelum beralih pada sesi diskusi, guru harus memberikan apresiasi bagi setiap
kelompok atas gagasan yang telah diusulkan untuk memotivasi.
Selanjutnya, dalam sesi diskusi, guru menjalankan tugas untuk dapat menjaga
kedinamisan dan kondusivitas tanya jawab. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan
adalah: 1) merangkum dan memperjelas pertanyaan, tanggapan, serta jawaban; 2)
memberikan peringatan terhadap peserta jika menyalahi peraturan diskusi; dan 3)
memastikan tanya jawab tidak melenceng dari topik yang sedang didiskusikan.
Di samping berperan sebagai moderator, secara umum sebenarnya guru juga
berperan sebagai observator. Hal tersebut dilakukan untuk kepentingan penilaian.
Jadi pada pertemuan tatap muka, ada dua macam penilaian yang bisa dilakukan
guru. Pertama, menilai portofolio masing-masing kelompok. Kedua, guru menilai
performa setiap kelompok saat presentasi dan diskusi.
Untuk penilaian portofolio, guru mengedepankan pada aspek konten dan
visualisasi. Pada aspek konten, guru menilai beberapa indikator, di antaranya yaitu:
1) Apakah identifikasi persoalan sesuai dengan topik yang diberikan?, 2) Apakah
gagasan memiliki kebaruan?, 3) Apakah gagasan memiliki rasionalitas?, dan 4)
Apakah data-data yang digunakan valid dan representatif?
Sementara itu, pada aspek visualisasi, guru menilai beberapa hal yang terdiri
atas: 1) Apakah bahan-bahan portofolio dimanipulasi secara kreatif?; 2) Apakah
typography yang digunakan harmonis (serasi)?; 3) Apakah tampilan portofolio
memiliki nilai estetis?; dan 4) Apakah tampilan portofolio memiliki kejelasan?.
Apabila dirumuskan dalam sebuah tabel, berikut rubrik penilaiannya:
5
No.
1.
Aspek Penilaian
Konten
2.
Visualisasi
Indikator
Identifikasi persoalan sesuai dengan
topik yang diberikan.
Gagasan yang diajukan memiliki
kebaruan.
Gagasan yang diajukan memiliki
rasioalitas.
Data-data yang digunakan valid dan
representatif.
Bahan-bahan portofolio dimanipulasi
secara kratif.
Typography yang digunakan
harmonis (serasi).
Tampilan portofolio memiliki nilai
estetis.
Tampilan portofolio memiliki
kejelasan.
Nilai
Tabel 1. Rubrik Penilaian Konten dan Visualisasi Portofolio
Keterangan:
1. Skor 5: Sangat baik
2. Skor 4: Baik
3. Skor 3: Cukup
4. Skor 2: Kurang
5. Skor 1: Sangat kurang
Berikutnya, untuk penilaian performa saat presentasi dan diskusi, guru dapat
berkonsentrasi pada beberapa aspek, yakni signifikansi, pemahaman, argumentasi,
responsifness, dan kerjasama kelompok (Arifin, 2010: 12). Aspek-aspek tersebut
lantas dielaborasikan atau dijabarkan melalui sejumlah indikator. Berikut rubrik
penilaian presentasi dan diskusi jika dirumuskan dalam sebuah tabel:
No.
1.
Aspek Penilaian
Signifikansi
2.
Pemahaman
3.
Argumentasi
4.
Responsifness
5.
Kerjasama Kelompok
Indikator
Seberapa besar tingkat kesesuaian
atau kebermaknaan informasi yang
diberikan dengan topik yang dibahas.
Seberapa baik tingkat pemahaman
peserta didik terhadap hakikat dan
ruang lingkup masalah yang
disajikan.
Seberapa besar kesesuaian jawaban
yang diberikan peserta didik dengan
pertanyaan yang muncul.
Seberapa besar kesesuaian jawaban
yang diberikan peserta didik dengan
pertanyaan yang muncul.
Seberapa besar anggota kelompok
berpartisipasi dalam penyajian.
Bagaimana setiap anggota merasa
bertanggung jawab terhadap
permasalahan kelompok.
Bagaimana para penyaji menghargai
pendapat orang lain.
6
Nilai
Tabel 2. Rubrik Penilaian Presentasi dan Diskusi Gelar Kemampuan
Keterangan:
1. Skor 5: Sangat baik
2. Skor 4: Baik
3. Skor 3: Cukup
4. Skor 2: Kurang
5. Skor 1: Sangat kurang
Tahap Pasca Gelar Kemampuan
Setelah seluruh proses gelar kemampuan selesai dilaksanakan, guru bersama
murid kemudian melakukan refleksi pengalaman belajar. Pertama, guru memberikan
ulasannya terhadap proses gelar kemampuan. Kedua, guru juga memberikan saran
dan masukan kepada setiap kelompok terkait gagasan yang telah mereka ajukan.
Diharapkan, saran dan masukan tersebut akan membantu kedua kelompok saat
mengkonkretisasi gagasan.
Bagi kelompok pertama misalnya, guru menyarankan dalam pembuatan lagu
dan poster anti korupsi mereka bisa berkolaborasi dengan guru seni budaya. Hal
tersebut dilakukan agar lagu dan poster anti korupsi yang dibuat nantinya dapat
lebih maksimal, selain juga dapat dipentaskan serta dipamerkan pada berbagai
kegiatan (event) sekolah. Jadi, “pembumian” hasil karya mereka tidak hanya
mandek sampai di ruang kelas saja.
Kemudian, untuk kelompok kedua, guru bisa memberikan masukan jika ide
waqaf buku yang diprogramkan dapat direalisasikan bersama dengan pustakawan
sekolah, sehingga buku-buku anti korupsi yang mereka waqaf-kan bisa lebih mudah
dijangkau oleh warga sekolah. Selanjutnya, untuk keperluan promosi, mereka dapat
memanfaatkan gagasan buletin anti korupsi yang dibuat. Jadi, informasi kegiatan
waqaf buku bisa di-blow up dalam buletin tersebut.
Hal yang perlu diperhatikan dalam tahap refleksi adalah bahwa semua saran
dan masukan guru tidak boleh bersifat satu arah. Artinya, saran dan masukan guru
bukan “dipaksakan”, melainkan “dikomunikasikan” dengan murid. Sesuai dengan
konsep pendidikan yang kooperatif, “Sekolah bukanlah sekadar menjadi ajang
kepatuhan, tetapi sekolah merupakan ajang bertukar pikiran.”
Tahap Konkretisasi
Dalam tahap konkretisasi, kedua kelompok saling bersaing untuk mewujudkan
gagasan yang sudah mereka gelar kemampuankan sebagai pegiat anti korupsi di
sekolah. Adapun waktu yang diberikan oleh guru bagi masing-masing kelompok
adalah satu minggu. Selama satu minggu, guru juga melaksanakan penilaian
terhadap proses konkretisasi tersebut. Berikut rubrik penilaiannya:
No.
1.
Aspek Penilaian
Pencapaian
2.
Dampak
3.
Kontinuitas
4.
Monitoring
Indikator
Tingkat pencapaian dari konkretisasi
gagasan.
Dampak yang sudah dihasilkan dari
konkretisasi gagasan.
Kesinambungan dari konkretisasi
gagasan.
Pengawasan dan evaluasi terhadap
konkretisasi gagasan.
7
Nilai
Tabel 3. Rubrik Penilaian Konkretisasi Gagasan Anti Korupsi di Sekolah
Keterangan:
1. Skor 5: Sangat baik
2. Skor 4: Baik
3. Skor 3: Cukup
4. Skor 2: Kurang
5. Skor 1: Sangat kurang
Secara umum, guru melihat dampak yang signifikan dari upaya konkretisasi
kedua kelompok dalam pemberantasan korupsi di sekolah. Saat ulangan contohnya,
guru tak lagi menjumpai praktik-praktik malaintegritas —guru sempat berpura-pura
meninggalkan ruangan kelas. Kemudian, tidak hanya itu, guru sekarang juga sulit
untuk menemukan murid-murid yang terlambat masuk kelas seusai jam istirahat,
termasuk mereka yang berbohong ketika membayar jajan di kantin.
Langkah 2: Penutup
Kegiatan penutup dilakukan setelah seluruh tahap proyek kewarganegaraan
selesai diterapkan. Dalam kegiatan penutup, setiap kelompok diberikan kesempatan
untuk menceritakan pengalaman mereka saat berusaha merealisasikan ide sebagai
pegiat anti korupsi di sekolah. Selanjutnya, guru baru mengumumkan pemenang
proyek kewarganegaraan tersebut berdasarkan akumulasi nilai portofolio (25%),
show case (25%), dan konkretisasi (50%). Terakhir, tak ketinggalan, guru juga
memberikan penegasan dan penguatan (debreafing) nilai-nilai.
Desain ruang kelas yang digunakan pada kegiatan penutup ini masih sama
dengan desain yang diaplikasikan saat tahap gelar kemampuan. Namun, ketika
masing-masing kelompok “menarasikan” pengalamannya, tidak ada lagi termin
untuk tanya jawab atau menanggapi. Berikutnya, pada waktu pemberitahuan
pemenang, guru tetap menyampaikan apresiasi yang luar biasa bagi kedua
kelompok —terlepas dari mana kelompok yang menang dan yang kalah.
Sebagai akhir kegiatan pembelajaran, guru memberikan penegasan dan
penguatan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam proyek kewarganegaraan.
Nilai-nilai tersebut mencakup nilai-nilai yang inheren dalam hak, kewajiban, dan
tanggung jawab warga negara seperti peka, terbuka, serta demokratis, dalam
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Kemudian, untuk
memungkasnya, guru menyampaikan sebuah epilog, bahwa:
“Akhir pembelajaran ini bukan berarti menjadi akhir dari peran anak-anak
sebagai pegiat anti korupsi di sekolah. Sebaliknya, akhir pembelajaran ini justru
menjadi awal bagi kalian sebagai generasi muda untuk dapat turun tangan dalam
proses perubahan negeri ke arah yang lebih baik. Seperti yang dahulu pernah
diungkapkan oleh Bung Karno, berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan
kuguncangkan dunia!”.
Simpulan
Metode pembelajaran proyek kewarganegaraan dengan tema “Jika Aku
Menjadi Pegiat Anti Korupsi di Sekolah” telah terbukti berhasil mendorong peran
serta peserta didik dalam upaya pemberantasan korupsi. Dengan demikian, KD 2.5
mata pelajaran PKn kelas X yang ditargetkan juga dapat tercapai. Hal tersebut tentu
menjadi sebuah kesuksesan besar, sebab —artinya— para murid tidak lagi hanya
sekadar menguasai materi, tetapi juga kapabel untuk mempraktikkannya.
8
Selanjutnya, tidak kalah penting, berbagai perilaku koruptif yang sebelumnya
jamak terjadi di sekolah bisa direduksi berkat peran murid-murid sebagai pegiat anti
korupsi. Dalam jangka waktu yang panjang, hal tersebut juga diharapkan mampu
mengkultur dan menjadi nilai positif bagi sekolah, maupun pendidikan Indonesia
secara umum. Pada muaranya, generasi-generasi asketisis akan terlahir untuk
menyembuhkan Indonesia dari “infeksi” penyakit korupsi.
Saran
Dalam menerapkan pembelajaran ini, ada beberapa kiat tertentu yang perlu
diperhatikan oleh guru untuk mengoptimalkan proses dan hasil pembelajaran. Kiatkiat tersebut berfungsi sebagai pedoman bagi guru selama menjadi mediator dan
fasilitator dalam pembelajaran. Tidak dapat dipungkiri, meskipun di sini murid
menjadi “episentrum” pembelajaran, tetapi peran guru tetap sangat krusial.
Beberapa kiat yang dimaksud adalah:
1) Guru harus dapat memastikan bahwa setiap peserta didik ikut serta dan ambil
bagian dalam seluruh rangkaian pembelajaran. Hal tersebut dilakukan dengan cara
menekankan, bahwa keberhasilan kelompok akan “dependen” dengan keaktifan dan
kerjasama dari anggota-anggotanya.
2) Guru harus dapat berkolaborasi dengan peserta didik dan membantu mereka
dalam menginvestigasi dan menyelesaikan masalah secara kolektif. Jadi, guru tidak
hanya sebatas mengamati, tetapi —terkadang— juga mengarahkan murid dengan
berbagai impuls yang merangsang pemikiran kreatif (thinking outside the box)
mereka.
3) Guru harus dapat mengikhtisar dan mengevaluasi setiap aktivitas peserta didik
dalam pembelajaran. Seperti contoh, guru mencatat presentasi dari masing-masing
kelompok, mengoreksi kesalahpahaman (misconseption) yang terjadi pada saat
diskusi, dan memperjelas tanya jawab atau tanggapan.
4) Guru harus dapat mengkorelasikan pembelajaran dengan materi ajar yang telah
ada di buku. Hal tersebut berguna sebagai pijakan teoretis bagi murid saat berperan
menjadi pegiat anti korupsi di sekolah. Jangan lupa adagium, bahwa “Teori tanpa
praktik adalah lumpuh dan praktik tanpa teori adalah buta.”
Daftar Referensi
Budiyanto. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA Kelas X. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winataputra, dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif
Internasional (Konteks, Teori, dan Profil Pembelajaran). Jakarta: Dwitama
Asrimedia.
Benny, Pribadi. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Arifin, Zainal. 2010. Penilaian Portofolio (Konsep – Prinsip – Prosedur). Makalah.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
9
Lampiran 1
Scan KTP
Foto Diri
10
Lampiran 2
Identitas Diri
Nama
Jenis Kelamin
Tempat,Tanggal lahir
Alamat
No. HP
: Arie Hendrawan, S.Pd.
: Laki-laki
: Kudus, 28 Agustus 1992
: Jl. Tirto Husodo, No. 1A, Pedalangan, Kota Semarang
: 085740228837
: [email protected]
Riwayat Pendidikan Formal
No. Tahun Lulus
Institusi Pendidikan
1.
2004
SD Negeri 1 Jati Kulon Kudus
2.
2007
SMP Negeri 1 Jati Kudus
3.
2010
SMA Negeri 1 Bae Kudus
4.
2014
Prodi PPKn, Jurusan Politik dan Kewarganegaraan, Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang (Terkreditasi “A”/IPK
3,60/Yudisium Cumlaude)
Pengalaman Organisasi/Pekerjaan
No.
Periode
Organisasi/Pekerjaan
1.
2010 – 2012
Sekretaris Guguslatih Ilmu Sosial – Universitas Negeri Semarang
2.
2011 – 2012
Anggota Bidang Evaluasi, Penelitian, dan Pengembangan
(Evalitbang) Pondok Pesantren Aswaja – Kota Semarang
3.
2012
Pendamping Ekstrakulikuler Pramuka SMK Bina Nusantara –
Kabupaten Semarang
4.
2012 – 2013
Anggota Bidang Hubungan Masyarakat dan Komunikasi
Guguslatih Ilmu Sosial – Universitas Negeri Semarang
5.
2012 – 2013
Tentor Genius School – Kabupaten Semarang
6.
2013 – 2014
Pendamping Pramuka SD 02 Manyaran – Kota Semarang
7.
2013 – 2014
Anggota Dewan Kehormatan Guguslatih Ilmu Sosial –
Universitas Negeri Semarang
8.
2014 –
Guru PKn dan Staf Bidang Kesiswaan SMA Islam Al-Azhar 14 –
Sekarang
Kota Semarang
Award and Achievement
No.
Tahun
Award and Achievement
1.
2012
Juara I Lomba Political Writing Competition (Potret) Tingkat
Nasional oleh BEM FMIPA Unnes - Universitas Negeri Semarang
2.
2012
Juara I Lomba Essay Tingkat Nasional oleh BEM Fapet UGM –
Universitas Gadjah Mada
3.
2012
Juara II Lomba Debat Mahasiswa Tingkat Provinsi Jawa Tengah
dengan Tema “Pendidikan sebagai Proses Budaya” oleh BEM
11
4.
2012
5.
2012
6.
2012
7.
2012
8.
2012
9.
2012 – 2013
10.
2012 – 2013
11.
2013
12.
2013
13.
2013
14.
2013
15.
2013
16.
2013
17.
2013
18.
2013
19.
2013
20.
2013
21.
2013
FKIP UMK – Universitas Muria Kudus
Juara Favorit 30 Besar Kompetisi Penulisan Artikel Tingkat
Nasional oleh Komunitas Internet Cerdas Indonesia (ICI) dan
Dibukukan oleh Penerbit Leutikaprio – Situbondo
Juara II Lomba Menulis Artikel Tingkat Nasional oleh Koran
Online Pewarta Indonesia bersama Persatuan Pewarta Warga
Indonesia (PPWI) – Jakarta
Juara III Lomba Artikel Ilmiah Tingkat Nasional oleh Himpunan
Mahasiswa Administrasi Negara UNY – Universitas Negeri
Yogyakarta
Tulisan Dimuat dalam Rubrik Kompas Kampus dengan Judul
“Sukarelawan TPS” – Harian Kompas (12/6/2012)
Tulisan Dimuat dalam Rubrik Opini Express Mahasiswa dengan
judul “Pemuda, Globalisasi, dan Adiluhung Jawa” – Harian
Express Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (26/5/2012)
Penerima Beasiswa PPA Fakultas Ilmu Sosial – Universitas
Negeri Semarang (Semester 3 – Semester 6)
Penerima Beasiswa Koperasi Karyawan PT. Pura Roto –
Kabupaten Kudus (Semester 4 dan Semester 6)
Juara III Mahasiswa Berprestasi Tingkat Fakultas Ilmu Sosial –
Universitas Negeri Semarang
Juara I Lomba Debat dengan Tema “Pro dan Kontra Kurikulum
2013” Tingkat Universitas Negeri Semarang oleh The Green
Scientist Society - Universitas Negeri Semarang
Juara I UKMP Essay Conservation Bertema “From Unnes to
Global Conservation” Tingkat Universitas Negeri - Universitas
Negeri Semarang
Juara IV Lomba Karya Tulis Tingkat Nasional oleh Program Studi
Ilmu Hukum President University – President University
Juara I Lomba Esai Great Moment Tingkat Jateng dan DIY oleh
UPK LPM Gema Keadilan Undip – Universitas Diponegoro
Semarang
15 Besar dalam Lomba Menulis Esai Tingkat Nasional oleh HMJ
Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah – Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah
Ketua Kelompok Program Pengabdian Masyarakat yang Didanai
oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)
Unnes – Universitas Negeri Semarang
Juara I Lomba Esai Tingkat Nasional “Politic and Goverment
Days” oleh Komap UGM – Universitas Gadjah Mada
Tulisan Dimuat dalam Rubrik Debat Mahasiswa dengan Judul
“Melalui Pendidikan Anti Korupsi” – Harian Suara Merdeka
(23/2/2013)
Tulisan Dimuat dalam Rubrik Gagasan Website Resmi Unnes
dengan judul “Menjadi Guru Inspiratif” – www.unnes.ac.id (2128/10/2013)
Pemenang Kuis Menulis dengan Judul “Alasan Memilih Buku
Indonesia Bagian dari Desa Saya” oleh Penerbit Buku Kompas –
Kompas
12
22.
2014
23.
2014
24.
2014
25.
26.
2014
2014
27.
2014
28.
2015
29.
2015
30.
2015
31.
2015
Tulisan Dimuat dalam Rubrik Opini dengan Judul “Mendukung
Wajib Belajar 12 Tahun” – Koran Muria (28/4/2013)
Juara I Lomba Menulis Surat Tingkat Nasional – BEM KM ITS &
Harian Surya
Juara II Lomba Menulis Esai Tingkat Nasional – HIMA PGSD
UNY Kampus Wates
Penerima Beasiswa Data Print Periode I – Jakarta (Semester 8)
Wisudawan Terbaik ke-1 Jurusan Politik dan Kewarganegaraan
dalam Wisuda Periode III – Universitas Negeri Semarang
Tulisan dimuat dalam Rubrik Wacana Lokal dengan Judul “Apa
Kabar Musrenbang” – Harian Suara Merdeka (24/10/2014)
Tulisan dimuat dalam Rubrik Opini Portal Online Koran Muria
dengan Judul “Tradisi Bersalaman di Tengah Postmodernitas
Lebaran” – www.koranmuria.com (18/7/2015)
Tulisan dimuat dalam Rubrik Opini Warta Al-Azhar dengan Judul
“Keteladanan Sang Guru PKn” – Warta Al-Azhar Edisi 279/2015
Tulisan dimuat dalam Rubrik Opini Portal Online Koran Muria
dengan Judul “Popularisasi Terbang Papat” – www.koranmuria.
com (27 Oktober 2015)
Juara 1 Lomba Share Quote Sumpah Pemuda Tingkat Nasional
– Penerbit Buku Erlangga
Pengalaman Kegiatan Profesional
No.
Tahun
Kegiatan Profesional
st
1.
2010
Sie. Acara dalam 1 Wijaya Scout Competition Tingkat Bina
Wilayah Semarang - Universitas Negeri Semarang
2.
2010
Pemateri dalam Kegiatan Pesantren Ramadhan oleh Pondok
Pesantren Aswaja di SD 1 Sekaran – Kota Semarang
3.
2010
Peserta Seminar Nasional dengan Tema “Pendidikan Anti
Korupsi dalam Rangka Membangun Watak Bangsa” oleh
Mahasiswa PPKn Angkatan 2008 – Universitas Negeri
Semarang
4.
2010
Peserta Diklat Terpadu Racana Wijaya oleh Racana Wijaya
Unnes – Universitas Negeri Semarang
5.
2011
Peserta
Seminar
Nasional
dengan
Tema
“Problem
Pembangunan Karakter Bangsa” oleh Mahasiswa PPKn
Angkatan 2009 - Universitas Negeri Semarang
6.
2011
Ketua Panitia dalam Kegiatan Bina Manajemen Wijaya
Guguslatih Ilmu Sosial - Universitas Negeri Semarang
7.
2011
Sie. Acara dalam 1st Kompetisi Pramuka Penegak (Kompak)
Tingkat Bina Wilayah Semarang - Universitas Negeri Semarang
8.
2011
Reka Kerja Perjusami dalam Rangka “Sosialisasi UndangUndang Gerakan Pramuka” Tingkat Nasional - Universitas
Negeri Semarang
9.
2012
Peserta dalam Kegiatan Bina Manajemen Wijaya Guguslatih
Ilmu Sosial - Universitas Negeri Semarang
10. 2012
Sie. Acara dalam Kegiatan Orientasi Kepramukaan Perguruan
Tinggi (OKPT) - Universitas Negeri Semarang
11. 2012
Ketua Panitia dalam 2nd Wijaya Scout Competition Tingkat Bina
13
12.
2012
13.
2012
14.
2012
15.
2012
16.
2013
17.
2013
18.
2013
19.
2013
20.
2013
21.
2013
22.
2013
23.
2013
24.
2013
25.
2013
26.
2013
27.
2014
28.
2014
Wilayah Semarang - Universitas Negeri Semarang
Sie. Acara dalam Seminar Nasional dengan Tema “Aktualisasi
Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bineka Tunggal Ika Menuju
Masyararakat Adil, Makmur, dan Sejahtera” oleh Mahasiswa
PPKn Angkatan 2010 - Universitas Negeri Semarang
Peserta Seminar dan Lokakarya Nasional dengan Tema
“Penguatan Karakter Pancasila dalam Pemberantasan Korupsi
di Indonesia” oleh Pusat Pengkajian Pancasila dan Karakter
Bangsa (P3KB) - Universitas Negeri Semarang
Peserta Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD)
oleh Pusdiklatcab Cakrabaswara bagi Mahasiswa Universitas
Negeri Semarang – Kota Semarang
Peserta Workshop Program Kreativitas Mahasiswa oleh Fakultas
Ilmu Sosial – Universitas Negeri Semarang
Panitia Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD)
oleh Pusdiklatcab Cakrabaswara bagi Mahasiswa Universitas
Negeri Semarang – Kota Semarang
Juri Lomba Karya Tulis (LK2P) 2nd Kompetisi Pramuka Penegak
(Kompak) Tingkat Bina Wilayah Semarang dan Sekitarnya Universitas Negeri Semarang
Moderator Bedah Buku dengan Tema “(De)konstruksi Ideologi
Negara” dalam Rangkaian Kegiatan Bulan Pancasila Universitas Negeri Semarang
Moderator Seminar Nasional dengan Tema “Menggagas
Pendidikan Berkarakter” Fakultas Ilmu Pendidikan - Universitas
Negeri Semarang
Participant Microteaching Training for Outstanding School
Faculty of Social Science - Universitas Negeri Semarang
Pemateri dalam Sosialisasi Politik oleh Lembaga Penelitian dan
Pengabdian (LP2M) Universitas Negeri Semarang di SMA
Kesatrian 1 Semarang – Kota Semarang
Pemateri dalam Sosialisasi bagi Pemilih Pemula kepada Karang
Taruna Muda Tama – Kabupaten Semarang
Peserta Seminar Nasional dengan Tema “Generasi Muda
Memaknai Pancasila” oleh Puma Hukum President University
bersama Epistema Institute di Gedung Smesco UKM – Jakarta
Peserta Seminar Nasional dengan Tema “Pemuda Mengawal
Pemilu 2014” oleh Korps Mahasiswa Politik dan Pemerintahan
Universitas Gadjah Mada – Yogyakarta
Training of Trainer dengan Tema “Mewujudkan Jawa Tengah
Bebas dari Korupsi” oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
bersama Delegasi Mahasiswa se-Kota Semarang
Panelis dalam Kampanye Dialogis Calon Ketua dan Wakil Ketua
HIMA Politik dan Kewarganegaraan Periode 2013-2014 Universitas Negeri Semarang
Pemateri Public Speaking dalam Bina Manajemen Wijaya
Guguslatih Ilmu Sosial - Universitas Negeri Semarang
Pembicara Utama dalam Launching Civics and Politic Study
Club Jurusan Politik dan Kewarganegaraan – Universitas Negeri
14
29.
2014
30.
2015
31.
2015
32.
2015
Semarang
Juri Lomba Orasi Olimpiade Pancasila dan UUD 1945 Tingkat
Jateng dan DIY dalam Bulan Pancasila Jurusan Politik dan
Kewarganegaraan – Universitas Negeri Semarang
Pendamping dalam Kegiatan Character Building SMA Islam Al
Azhar 14 Semarang di Markas Kopassus Grup II, Kandang
Menjangan – Surakarta
Moderator dalam Kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Murid
(LDKM) OSIS-MPK dengan Materi Simulasi Tata Sidang – SMA
Islam Al Azhar 14 Semarang
Juri Lomba Karya Tulis (LK2P) 3rd Kompetisi Pramuka Penegak
(Kompak) Tingkat Jawa Tengah - Universitas Negeri Semarang
15