Contoh Proposal P T K
Contoh Proposal PTK
A.
Latar Belakang Masalah
Bahasa Arab adalah bahasa yang penting dalam dunia pendidikan
islam, materi bahasa Arab diajarkan dalam sekolah-sekolah yang
mengusung pendidikan yang bernuansa islami sebagai salah satu misi
dalam sekolah tersebut. Keberadaan sarana dan prasarana dalam
pembelajaran
bahasa
sangat
penting
untuk
menunjang
kegiatan
pembelajaran dan membantu siswa untuk lebih cepat memahami materi
yang diajarkan, sumber belajar baik yang berupa buku materi dan saranasarana penunjang lain yang terkait dengan pembelajaran juga sangat
penting keberadaannya untuk memudahkan guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran. Tentunya hal ini tak lepas dari kreatiftas guru
sebagai nahkoda yang berhak mengarahkan pembelajaran akan dibawa
kemana dan tentunya dengan persetujuan peserta didik. Kondisi siswa
setidaknya mempunyai kemampuan bahasa yang seragam, dalam artian
tidak akan ada kesenjangan pengetahuan tentang materi yang terlalu
jauh antar siswa dalam suatu kelas sehingga memudahkan guru dalam
memilih metode pembelajaran yang efektif dalam suatau kelas.
Kenyataan saat ini dalam pembelajaran bahasa Arab di kelas VII-A
MTsN Rungkut Surabaya masih jauh dari kondisi ideal tersebut. Hal ini
dapat diketahui dari kenyataan di lapangan bahwa pembelajaran bahasa
Arab di Kelas VII-A MTsN Rungkut dengan jumlah 37 siswa, masih
banyak siswa yang kurang responsive terhadap apa yang dijelaskan oleh
guru. Beberapa siswa juga tidak mempunyai Buku bahan materi sehingga
mereka harus bergantian dengan temannya untuk membaca (misalnya)
buku tersebut. Hal ini juga terkait dengan kebijakan sekolah yang tidak
mewajibkan setiap siswa memiliki buku mata pelajaran Bahasa Arab.
Selain itu, latar belakang pendidikan siswa yang berbeda (beberapa siswa
yang tidak mengenal bahasa Arab sebelumnya) juga memberatkan guru
dari
segi
penyampaian,
karena
guru
harus
memulai
dari
dasar
pengenalan bahasa Arab kepada siswa. Pada saat yang sama, siswa lain
yang merasa sudah pernah diajarkan materi dasar bahasa Arab akan
merasa bosan terhadap materi tersebut.
Kondisi demikian apabila terus dibiarkan dikhwatirkan akan
menimbulkan efek yang kurang baik terhadap kelanjutan pembelajaran
Bahasa Arab di Kelas VII-A MTsN Rungkut. Padahal bahasa Arab adalah
salah satu komponen materi yang dianggap urgen dalam sebuah
madrasah dan bisa dijadikan sebuah identitas terhadap suatu madrasah.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
dengan
upaya
membangkitkan
motivasi
belajar
siswa
sekaligus
membantu siswa yang tertinggal baik secara Kognitif, afektif maupun
psikomotorik dalam Mata Pelajaran Bahasa Arab. Misalnya dengan
membimbing
siswa
untuk
terlibat
langsung
dalam
kegiatan
yang
melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk
suatu Kelompok Belajar.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan
akademik, motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa
akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh
menyerap
informasi
yang
disajikan
kepada
mereka.
Siswa
yang
termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif
yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan
menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas
penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi
siswa. Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga
diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang
sesuai
kemampuan
dan
kesiapan
anak,
sehingga
menghasilkan
penguasaan materi yang optimal bagi siswa dan mempersiapkan siswa
yang kompeten secara keseluruhan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan
salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran Bahasa Arab
Berkelompok
(Thariqah
al-Mujtama'/Community
Ta'allum
Language
al-Luhgah
Learning
Method).
min
Khilal
Metode
ini
dimaksudkan untuk mengejar ketertinggalan beberapa siswa yang
mempunyai latar belakang pendidikan berbeda dan sama sekali belum
mempunyai dasar-dasar Bahasa Arab yang memadahi.
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian
ini mengambil judul "Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa
dengan metode pembelajaran Bahasa Arab berkelompok (Community
Language Learning Method) di kelas VII-A MTsN Rungkut Surabaya
Tahun Pelajaran 2012-2013".
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu
masalah sebagai berikut:
Bagaimakah
pengaruh
metode
pembelajaran
Bahasa
Arab
berkelompok (Community Language Learning Method) terhadap motivasi
belajar siswa yang tertinggal secara kognitif di kelas VII-A MTsN
Rungkut Surabaya Tahun Pelajaran 2012-2013.
Bagaimanakah
peningkatan
prestasi
belajar
siswa
dengan
diterapkannya pembelajaran Bahasa Arab berkelompok (Community
Language Learning Method) di kelas VII-A MTsN Rungkut Surabaya
Tahun Pelajaran 2012-2013.
C.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
Ingin
diterapkan
mengetahui
pengaruh
pembelajaran
Bahasa
motivasi
Arab
belajar
siswa
berkelompok
setelah
(Community
Language Learning Method) terhadap beberapa siswa yang tertinggal
secara kognitif di kelas VII-A MTsN Rungkut Surabaya Tahun Pelajaran
2012-2013.
Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkannya pembelajaran Bahasa Arab berkelompok (Community
Language Learning Method) kelas VII-A MTsN Rungkut Surabaya Tahun
Pelajaran 2012-2013.
D.
Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat
bagi :
1.
Guru
Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai
dengan materi Bahasa Arab.
2.
Siswa
Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran Bahasa
Arab
3.
Sekolah
Memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk
mengambil kebijakan di sekolah tersebut.
E.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut:
Penerapan pembelajaran Bahasa Arab berkelompok (Community
Language Learning Method) dapat meningkatkan motivasi belajar mata
pelajaran Bahasa Arab pada siswa kelas kelas VII-A MTsN Rungkut
Surabaya Tahun Pelajaran 2012-2013.
Penerapan pembelajaran Bahasa Arab berkelompok (Community
Language Learning Method) dapat meningkatkan prestasi belajar mata
pelajaran Bahasa Arab pada siswa kelas kelas VII-A MTsN Rungkut
Surabaya Tahun Pelajaran 2012-2013.
F.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut:
1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
masalah peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa.
2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas VIIA.
3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MTsN Rungkut
Surabaya Tahun Pelajaran 2012-2013.
4. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun
pelajaran 2012-2013.
G.
Definisi Operasional
Variabel
Agar
tidak
terjadi
salah
persepsi
terhadap
penelitian ini, maka perlu didefnisikan hal-hal sebagai berikut:
judul
1.
Metode pembelajaran bahasa Berkelompok adalah :
Suatu metode belajar bahasa yang bertujuan untuk memberikan
tambahan materi bagi siswa yang tertinggal secara kognitif yang berbasis
komunitas dengan menjalankan Study Club sebagai implementasinya.
2.
Motivasi belajar adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan
atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau
keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah
lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3.
Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam
bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
H.
a.
Kajian Pustaka
Metode Pembelajaran Bahasa Arab berkelompok.
Metode Belajara bahasa Berkelompok tumbuh dari suatu ide
penerapan konsep psikoterapi dalam pengajaran bahasa. Membangun
hubungan antar siswa sangat penting. Untuk membangun asas saling
percaya dalam sebuah hubungan, perasaan terancam dalam diri sisa
harus dikurangi, dan sikap terbuka antar sesama siswa harus dibiasakan
dan semangat kerjasama lebih diutamakan. Para siswa dapat belajar dari
interaksi antar sesama mereka satu dengan yang lainnya sebagaimana
sebagaimana mereka juga bisa belajar dari interaksi mereka dengan
guru. Dalam metode ini, istilah siswa diganti dengan klien dan istilah
guru diganti dengan konselor. Kedua istilah yang tidak konvensional ini
mempunyai implikasi yang dalam dan berbeda dengan kedua istilah
sebelumnya.
Landasan linguistic yang mendasari metode ini adalah teori yang
menyatakan bahwa bahasa merupakan alat untuk berinteraksi antar
individu dalam suatu masyarakat. Dalam proses social, bahasa tidak
hanya
digunakan
untuk
berkomunikasi
melainkan
juga
untuk
memperdalam keintiman antar klien dan konselornya. Sementara tentang
asumsi tentang hakikat pembelajaran bahasa yang mendasari metode ini
teori yang menyatakan bahwa apa yang sebenarnya dipelajari oleh
manusia umumnya bersifat kognitif dan afektif.
Pelajaran disajikan sedemikian rupa sehingga tercipta suasana
yang memungkinkan siswa berkomunikasi atau berinteraksi antar sesama
siswa secara bebas. Dengan demikian, siswa mengalami semua masukan
dari luar secara menyeluruh, yakni melalui pikiran (kemampuan kognitif)
dan perasaaan (kemampuan afektif).[1]
b
Motivasi Belajar
Motivasi adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang
menyebabkan-kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah
laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan
dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat
sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Djamarah motivasi adalah suatu pendorong
yang rnengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas
nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi
sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi
dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini
sesuai bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan
menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi
itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu
dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang
untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar.[2]
Sedangkan menurut Djamarah, motivasi intrinsik adalah motifmotif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu.[3]
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik
adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik
dalam darinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang
tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
2.
Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang
lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh
oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya.[4]
Sedangkan
menurut
Djamarah,
motivasi
ekstrinsik
adalah
kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.[5]
Beberapa
cara
membangkitkan
motivasi
ekstrinsik
dalam
menumbuhkan motivasi intrinsik antata lain:
1. Kompetisi
(persaingan):
guru
berusaha
menciptakan
persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah
dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
2. Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada
awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih
dahulu menyampaikan kepada siswa TPK yang akan dicapai
sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai
TPK tersebut.
3. Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai
tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi
individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi
dalam melakukan sesuatu perbuatan.
4. Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan
rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri,
sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya.
Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan
kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha
mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
5. Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki
minat yang besar.
6. Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa
mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal
ini terbukti dalam kenyataan bawa banyak siswa yang tidak
belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru
mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah
siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai
yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang
kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai
yang tinggi, dan lain sebagainya.
c.
Prestasi Belajar Bahasa Arab
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang
belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang
kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan
pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses
belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto, prestasi belajar adalah hasil
yang dicapai (dilakukan, dikerjakan), dalam hal ini prestasi belajar
merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang
diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan
pikiran.[6]
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar
yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang
dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian
hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes
hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa
telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping
itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses
belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa
prestasi belajar Bahasa Arab adalah nilai yang diperoleh siswa setelah
melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik
aspek
kognitif
(pengetahuan),
afektif
(sikap)
dan
psikomotor
(keterampilan) dalam proses Pembelajaran bahasa Arab.
d.
Hubungan
Motivasi
dan
Prestasi
Belajar
Terhadap
Metode
Pembelajaran Bahasa Berkelompok.
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Siswa yang termotivasi
untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih
tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap
dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Sedangkan prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh
potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan metode belajar bahasa Berkelompok adalah suatu
metod pembelajaran bahasa yang memberikan kesempatan sepenuhnya
kepada
pembelajar
untuk
mengeksplorasi
diri
dan
lingkungan
kelompoknya sebagai input dari asas manfaat pembelajaran. Siswa yang
selanjutnya disebut klien dituntut mampu untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan baik dengan kelompoknya maupun guru (Konselor).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya motivasi dalam pembelajaran bahasa berkelompok tersebut maka
hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang
diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang
tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi motivasi
akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar siswa. Hasil ini
akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
I.
Metode Penelitian
a.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang
bersifat refektif, partisipatif, kolaborasi, dan spiral, bertujuan untuk
melakukan perbaikan –perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi,
dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegiatan
menguji cobakan suatu id eke dalam praktik atau situasi nyata dalam
harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar.
b.
Kehadiran Peneliti
Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan
kegiatan berikut:
1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana
program pembelajaran
2. Mengumpulkan
data
dengan
cara
mengamati
kegiatan
pembelajaran dan wawancara untuk mengetahui proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas
3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah
dibuat
4. Melaporkan hasil penelitian
c.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelas VII-A MTs Negeri Rungkut
Surabaya Tahun Pelajaran 2012-2013.
d.
Data dan sumber
Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfkir siswa yang
diperoleh dari pengamatan (observasi) terhadap siswa saat penerapan
pembelajaran
berlangsung.
Data
untuk
hasil
penelitian
diperoleh
berdasarkan nilai ulangan harian (test). Sumber data penelitian adalah
siswa kelas VII-A Sebagai obyek penelitian.
e.
Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan
data
pada
penelitian
menggunakan teknik sebagai berikut :
1.
Wawancara
ini
dilakukan
dengan
Wawancara
awal
dilakukan
pada
guru
dan
siswa
untuk
menentukan tindakan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi
awal siswa.
2.
Angket
Angket
merupakan
data
penunjang
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan informasi terkait dengan respon atau tanggapan siswa
terhadap penerapan pembelajaran Bahasa Berkelompok.
3.
Observasi
Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan
berpikir siswa yang terdiri dari beberapa descriptor yang ada selama
pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disusun.
4.
Test
Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk
mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test
tersebut berbentuk multiple choice agar banyak materi tercakup
5.
Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian
sehingga diharapkan semua data yang tidak termasuk dalam observasi
dapat dikumpulkan pada penelitian ini
f.
Analisis data
1.
Kemampuan Berfkir
Kualitas pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan rubric.
Kemudian untuk mengetahui peningkatan skor kemampuan berfkir,
pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai dengan rubric pada siklus I
dibandingkan dengan pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai dengan
rubric pada siklus II.
2.
Hasil Belajar
Hasil belajar pada aspek kognitif dari hasil test dianalisis dengan
teknik analisis evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa.
Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan
menggunakan
criteria
ketuntasan
belajar.
Secara
individu,
siswa
dianggap telah belajar tuntas apabila daya serapnya mencapai 65 %,
Secara kelompok dianggap tuntas jika telah belajar apabila mencapai 85
% dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65 %.
g.
Tahap-tahap penelitian
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran
yang
dilakukan
adalah
model
pembelajaran
Bahasa
Berkelompok
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari
perencanaan, tindakan, penerapan tindakan, observasi, refeksi.
Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan.
Kegiatan pada tahap ini adalah :
1. Penyusunan
RPP
dengan
model
pembelajaran
yang
direncanakan dalam PTK.
2. Penyusunan
lembar
masalah/lembar
kerja
siswa
sesuai
dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai
3. Membuat soal test yang akan diadakan untuk mengetahui
hasil pembelajaran siswa.
4. Membentuk kelompok yang bersifat heterogen.
5. Memberikan
penjelasan
pada
siswa
mengenai
teknik
pelaksanaan model pembelajaran yang akan dilaksanakan
Dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru
menjadi konselor selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar
bahasa secara Berkelompok.
Di
akhir
pelaksanaan
pembelajaran
pada
tiap
siklus,
guru
memberikan test secara tertulis untuk mengevaluasi hasil belajar siswa
selama proses pembelajaran berlangsung.
Pengamatan
dilakukan
selama
proses
proses
pembelajaran
berlangsung dan hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam
pelaksanaannya.
Pada tahap Refeksi dilakukan analisis data yang telah diperoleh.
Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan
evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai.
Refeksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang
telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal itu terjadi dan
apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refeksi digunakan untuk
menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan
perbaikan pada siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Fahrurrozi, Aziz. Dkk. 2010.
Pembelajaran Bahasa
Asing Metode
Tradisional & Kontemporer. Jakarta: Bania Publishing.
Usman, Moh. Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda
Karya.
Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Poerwodarminto, W.J.S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
A.
Latar Belakang Masalah
Bahasa Arab adalah bahasa yang penting dalam dunia pendidikan
islam, materi bahasa Arab diajarkan dalam sekolah-sekolah yang
mengusung pendidikan yang bernuansa islami sebagai salah satu misi
dalam sekolah tersebut. Keberadaan sarana dan prasarana dalam
pembelajaran
bahasa
sangat
penting
untuk
menunjang
kegiatan
pembelajaran dan membantu siswa untuk lebih cepat memahami materi
yang diajarkan, sumber belajar baik yang berupa buku materi dan saranasarana penunjang lain yang terkait dengan pembelajaran juga sangat
penting keberadaannya untuk memudahkan guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran. Tentunya hal ini tak lepas dari kreatiftas guru
sebagai nahkoda yang berhak mengarahkan pembelajaran akan dibawa
kemana dan tentunya dengan persetujuan peserta didik. Kondisi siswa
setidaknya mempunyai kemampuan bahasa yang seragam, dalam artian
tidak akan ada kesenjangan pengetahuan tentang materi yang terlalu
jauh antar siswa dalam suatu kelas sehingga memudahkan guru dalam
memilih metode pembelajaran yang efektif dalam suatau kelas.
Kenyataan saat ini dalam pembelajaran bahasa Arab di kelas VII-A
MTsN Rungkut Surabaya masih jauh dari kondisi ideal tersebut. Hal ini
dapat diketahui dari kenyataan di lapangan bahwa pembelajaran bahasa
Arab di Kelas VII-A MTsN Rungkut dengan jumlah 37 siswa, masih
banyak siswa yang kurang responsive terhadap apa yang dijelaskan oleh
guru. Beberapa siswa juga tidak mempunyai Buku bahan materi sehingga
mereka harus bergantian dengan temannya untuk membaca (misalnya)
buku tersebut. Hal ini juga terkait dengan kebijakan sekolah yang tidak
mewajibkan setiap siswa memiliki buku mata pelajaran Bahasa Arab.
Selain itu, latar belakang pendidikan siswa yang berbeda (beberapa siswa
yang tidak mengenal bahasa Arab sebelumnya) juga memberatkan guru
dari
segi
penyampaian,
karena
guru
harus
memulai
dari
dasar
pengenalan bahasa Arab kepada siswa. Pada saat yang sama, siswa lain
yang merasa sudah pernah diajarkan materi dasar bahasa Arab akan
merasa bosan terhadap materi tersebut.
Kondisi demikian apabila terus dibiarkan dikhwatirkan akan
menimbulkan efek yang kurang baik terhadap kelanjutan pembelajaran
Bahasa Arab di Kelas VII-A MTsN Rungkut. Padahal bahasa Arab adalah
salah satu komponen materi yang dianggap urgen dalam sebuah
madrasah dan bisa dijadikan sebuah identitas terhadap suatu madrasah.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
dengan
upaya
membangkitkan
motivasi
belajar
siswa
sekaligus
membantu siswa yang tertinggal baik secara Kognitif, afektif maupun
psikomotorik dalam Mata Pelajaran Bahasa Arab. Misalnya dengan
membimbing
siswa
untuk
terlibat
langsung
dalam
kegiatan
yang
melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk
suatu Kelompok Belajar.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan
akademik, motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa
akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh
menyerap
informasi
yang
disajikan
kepada
mereka.
Siswa
yang
termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif
yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan
menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas
penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi
siswa. Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga
diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang
sesuai
kemampuan
dan
kesiapan
anak,
sehingga
menghasilkan
penguasaan materi yang optimal bagi siswa dan mempersiapkan siswa
yang kompeten secara keseluruhan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan
salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran Bahasa Arab
Berkelompok
(Thariqah
al-Mujtama'/Community
Ta'allum
Language
al-Luhgah
Learning
Method).
min
Khilal
Metode
ini
dimaksudkan untuk mengejar ketertinggalan beberapa siswa yang
mempunyai latar belakang pendidikan berbeda dan sama sekali belum
mempunyai dasar-dasar Bahasa Arab yang memadahi.
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian
ini mengambil judul "Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa
dengan metode pembelajaran Bahasa Arab berkelompok (Community
Language Learning Method) di kelas VII-A MTsN Rungkut Surabaya
Tahun Pelajaran 2012-2013".
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu
masalah sebagai berikut:
Bagaimakah
pengaruh
metode
pembelajaran
Bahasa
Arab
berkelompok (Community Language Learning Method) terhadap motivasi
belajar siswa yang tertinggal secara kognitif di kelas VII-A MTsN
Rungkut Surabaya Tahun Pelajaran 2012-2013.
Bagaimanakah
peningkatan
prestasi
belajar
siswa
dengan
diterapkannya pembelajaran Bahasa Arab berkelompok (Community
Language Learning Method) di kelas VII-A MTsN Rungkut Surabaya
Tahun Pelajaran 2012-2013.
C.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
Ingin
diterapkan
mengetahui
pengaruh
pembelajaran
Bahasa
motivasi
Arab
belajar
siswa
berkelompok
setelah
(Community
Language Learning Method) terhadap beberapa siswa yang tertinggal
secara kognitif di kelas VII-A MTsN Rungkut Surabaya Tahun Pelajaran
2012-2013.
Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkannya pembelajaran Bahasa Arab berkelompok (Community
Language Learning Method) kelas VII-A MTsN Rungkut Surabaya Tahun
Pelajaran 2012-2013.
D.
Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat
bagi :
1.
Guru
Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai
dengan materi Bahasa Arab.
2.
Siswa
Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran Bahasa
Arab
3.
Sekolah
Memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk
mengambil kebijakan di sekolah tersebut.
E.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut:
Penerapan pembelajaran Bahasa Arab berkelompok (Community
Language Learning Method) dapat meningkatkan motivasi belajar mata
pelajaran Bahasa Arab pada siswa kelas kelas VII-A MTsN Rungkut
Surabaya Tahun Pelajaran 2012-2013.
Penerapan pembelajaran Bahasa Arab berkelompok (Community
Language Learning Method) dapat meningkatkan prestasi belajar mata
pelajaran Bahasa Arab pada siswa kelas kelas VII-A MTsN Rungkut
Surabaya Tahun Pelajaran 2012-2013.
F.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut:
1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
masalah peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa.
2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas VIIA.
3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MTsN Rungkut
Surabaya Tahun Pelajaran 2012-2013.
4. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun
pelajaran 2012-2013.
G.
Definisi Operasional
Variabel
Agar
tidak
terjadi
salah
persepsi
terhadap
penelitian ini, maka perlu didefnisikan hal-hal sebagai berikut:
judul
1.
Metode pembelajaran bahasa Berkelompok adalah :
Suatu metode belajar bahasa yang bertujuan untuk memberikan
tambahan materi bagi siswa yang tertinggal secara kognitif yang berbasis
komunitas dengan menjalankan Study Club sebagai implementasinya.
2.
Motivasi belajar adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan
atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau
keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah
lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3.
Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam
bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
H.
a.
Kajian Pustaka
Metode Pembelajaran Bahasa Arab berkelompok.
Metode Belajara bahasa Berkelompok tumbuh dari suatu ide
penerapan konsep psikoterapi dalam pengajaran bahasa. Membangun
hubungan antar siswa sangat penting. Untuk membangun asas saling
percaya dalam sebuah hubungan, perasaan terancam dalam diri sisa
harus dikurangi, dan sikap terbuka antar sesama siswa harus dibiasakan
dan semangat kerjasama lebih diutamakan. Para siswa dapat belajar dari
interaksi antar sesama mereka satu dengan yang lainnya sebagaimana
sebagaimana mereka juga bisa belajar dari interaksi mereka dengan
guru. Dalam metode ini, istilah siswa diganti dengan klien dan istilah
guru diganti dengan konselor. Kedua istilah yang tidak konvensional ini
mempunyai implikasi yang dalam dan berbeda dengan kedua istilah
sebelumnya.
Landasan linguistic yang mendasari metode ini adalah teori yang
menyatakan bahwa bahasa merupakan alat untuk berinteraksi antar
individu dalam suatu masyarakat. Dalam proses social, bahasa tidak
hanya
digunakan
untuk
berkomunikasi
melainkan
juga
untuk
memperdalam keintiman antar klien dan konselornya. Sementara tentang
asumsi tentang hakikat pembelajaran bahasa yang mendasari metode ini
teori yang menyatakan bahwa apa yang sebenarnya dipelajari oleh
manusia umumnya bersifat kognitif dan afektif.
Pelajaran disajikan sedemikian rupa sehingga tercipta suasana
yang memungkinkan siswa berkomunikasi atau berinteraksi antar sesama
siswa secara bebas. Dengan demikian, siswa mengalami semua masukan
dari luar secara menyeluruh, yakni melalui pikiran (kemampuan kognitif)
dan perasaaan (kemampuan afektif).[1]
b
Motivasi Belajar
Motivasi adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang
menyebabkan-kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah
laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan
dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat
sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Djamarah motivasi adalah suatu pendorong
yang rnengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas
nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi
sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi
dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini
sesuai bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan
menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi
itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu
dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang
untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar.[2]
Sedangkan menurut Djamarah, motivasi intrinsik adalah motifmotif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu.[3]
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik
adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik
dalam darinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang
tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
2.
Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang
lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh
oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya.[4]
Sedangkan
menurut
Djamarah,
motivasi
ekstrinsik
adalah
kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.[5]
Beberapa
cara
membangkitkan
motivasi
ekstrinsik
dalam
menumbuhkan motivasi intrinsik antata lain:
1. Kompetisi
(persaingan):
guru
berusaha
menciptakan
persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah
dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
2. Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada
awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih
dahulu menyampaikan kepada siswa TPK yang akan dicapai
sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai
TPK tersebut.
3. Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai
tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi
individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi
dalam melakukan sesuatu perbuatan.
4. Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan
rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri,
sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya.
Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan
kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha
mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
5. Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki
minat yang besar.
6. Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa
mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal
ini terbukti dalam kenyataan bawa banyak siswa yang tidak
belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru
mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah
siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai
yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang
kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai
yang tinggi, dan lain sebagainya.
c.
Prestasi Belajar Bahasa Arab
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang
belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang
kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan
pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses
belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto, prestasi belajar adalah hasil
yang dicapai (dilakukan, dikerjakan), dalam hal ini prestasi belajar
merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang
diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan
pikiran.[6]
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar
yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang
dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian
hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes
hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa
telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping
itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses
belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa
prestasi belajar Bahasa Arab adalah nilai yang diperoleh siswa setelah
melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik
aspek
kognitif
(pengetahuan),
afektif
(sikap)
dan
psikomotor
(keterampilan) dalam proses Pembelajaran bahasa Arab.
d.
Hubungan
Motivasi
dan
Prestasi
Belajar
Terhadap
Metode
Pembelajaran Bahasa Berkelompok.
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Siswa yang termotivasi
untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih
tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap
dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Sedangkan prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh
potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan metode belajar bahasa Berkelompok adalah suatu
metod pembelajaran bahasa yang memberikan kesempatan sepenuhnya
kepada
pembelajar
untuk
mengeksplorasi
diri
dan
lingkungan
kelompoknya sebagai input dari asas manfaat pembelajaran. Siswa yang
selanjutnya disebut klien dituntut mampu untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan baik dengan kelompoknya maupun guru (Konselor).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya motivasi dalam pembelajaran bahasa berkelompok tersebut maka
hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang
diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang
tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi motivasi
akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar siswa. Hasil ini
akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
I.
Metode Penelitian
a.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang
bersifat refektif, partisipatif, kolaborasi, dan spiral, bertujuan untuk
melakukan perbaikan –perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi,
dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegiatan
menguji cobakan suatu id eke dalam praktik atau situasi nyata dalam
harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar.
b.
Kehadiran Peneliti
Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan
kegiatan berikut:
1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana
program pembelajaran
2. Mengumpulkan
data
dengan
cara
mengamati
kegiatan
pembelajaran dan wawancara untuk mengetahui proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas
3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah
dibuat
4. Melaporkan hasil penelitian
c.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelas VII-A MTs Negeri Rungkut
Surabaya Tahun Pelajaran 2012-2013.
d.
Data dan sumber
Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfkir siswa yang
diperoleh dari pengamatan (observasi) terhadap siswa saat penerapan
pembelajaran
berlangsung.
Data
untuk
hasil
penelitian
diperoleh
berdasarkan nilai ulangan harian (test). Sumber data penelitian adalah
siswa kelas VII-A Sebagai obyek penelitian.
e.
Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan
data
pada
penelitian
menggunakan teknik sebagai berikut :
1.
Wawancara
ini
dilakukan
dengan
Wawancara
awal
dilakukan
pada
guru
dan
siswa
untuk
menentukan tindakan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi
awal siswa.
2.
Angket
Angket
merupakan
data
penunjang
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan informasi terkait dengan respon atau tanggapan siswa
terhadap penerapan pembelajaran Bahasa Berkelompok.
3.
Observasi
Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan
berpikir siswa yang terdiri dari beberapa descriptor yang ada selama
pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disusun.
4.
Test
Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk
mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test
tersebut berbentuk multiple choice agar banyak materi tercakup
5.
Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian
sehingga diharapkan semua data yang tidak termasuk dalam observasi
dapat dikumpulkan pada penelitian ini
f.
Analisis data
1.
Kemampuan Berfkir
Kualitas pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan rubric.
Kemudian untuk mengetahui peningkatan skor kemampuan berfkir,
pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai dengan rubric pada siklus I
dibandingkan dengan pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai dengan
rubric pada siklus II.
2.
Hasil Belajar
Hasil belajar pada aspek kognitif dari hasil test dianalisis dengan
teknik analisis evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa.
Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan
menggunakan
criteria
ketuntasan
belajar.
Secara
individu,
siswa
dianggap telah belajar tuntas apabila daya serapnya mencapai 65 %,
Secara kelompok dianggap tuntas jika telah belajar apabila mencapai 85
% dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65 %.
g.
Tahap-tahap penelitian
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran
yang
dilakukan
adalah
model
pembelajaran
Bahasa
Berkelompok
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari
perencanaan, tindakan, penerapan tindakan, observasi, refeksi.
Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan.
Kegiatan pada tahap ini adalah :
1. Penyusunan
RPP
dengan
model
pembelajaran
yang
direncanakan dalam PTK.
2. Penyusunan
lembar
masalah/lembar
kerja
siswa
sesuai
dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai
3. Membuat soal test yang akan diadakan untuk mengetahui
hasil pembelajaran siswa.
4. Membentuk kelompok yang bersifat heterogen.
5. Memberikan
penjelasan
pada
siswa
mengenai
teknik
pelaksanaan model pembelajaran yang akan dilaksanakan
Dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru
menjadi konselor selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar
bahasa secara Berkelompok.
Di
akhir
pelaksanaan
pembelajaran
pada
tiap
siklus,
guru
memberikan test secara tertulis untuk mengevaluasi hasil belajar siswa
selama proses pembelajaran berlangsung.
Pengamatan
dilakukan
selama
proses
proses
pembelajaran
berlangsung dan hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam
pelaksanaannya.
Pada tahap Refeksi dilakukan analisis data yang telah diperoleh.
Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan
evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai.
Refeksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang
telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal itu terjadi dan
apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refeksi digunakan untuk
menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan
perbaikan pada siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Fahrurrozi, Aziz. Dkk. 2010.
Pembelajaran Bahasa
Asing Metode
Tradisional & Kontemporer. Jakarta: Bania Publishing.
Usman, Moh. Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda
Karya.
Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Poerwodarminto, W.J.S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.