290911920 Makalah Studi Kasus Pencemaran

STUDI KASUS PENCEMARAN DI SUNGAI MAHAKAM
SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR

Oleh :

Ridwan Kholil
1206035032

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................6
3.1 Limbah B3......................................................................................................6

3.2 Dampak Limbah B3.......................................................................................6
3.3 Strategi Penanggulangan................................................................................7
3.4 Penanggulangan Teknis dan Non Teknis.......................................................8
BAB IV PENUTUP.................................................................................................9
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................9
4.2 Saran...............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
LAMPIRAN...........................................................................................................11

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dikutip dari sebuah artikel harian Seputar Indonesia (Sindo), sungai Mahakam
di kota Samarinda tengah tercemar limbah B3 akibat tergulingnya kapal
pengangkut limbah berbahaya hasil pengeboran minyak. Jaringan Advokasi
Tambang (Jatam) Kalimantan Timur (Kaltim) mencatat, kapal pengangkut limbah
berbahaya hasil pengeboran minyak itu diangkut oleh perusahaan kontraktor

migas Haliburton, dan tenggelam, pada 25 September 2014. Kapal tersebut
tenggelam didekat dermaga yang berada di sekitar pemukiman penduduk.
Berdasarkan hasil wawancara dengan warga sekitar lokasi, kapal tersebut
kerguling saat akan bersandar di pelabuhan Haliburton yang berada di Kelurahan
Pendingin, Kecamatan Sanga-sanga, Kutai Kartanegara. Diduga kapal terguling
akibat kelebihan muatan. Akibat peristiwa ini, sekitar 200 kepala keluarga di tiga
RT yang biasanya memanfaatkan air sungai untuk keperluan sehari-hari menjadi
kekurangan pasokan air bersih karena air sungai telah tercemar limbah.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka makalah ini disusun untuk mengetahui
strategi penanggulangan pencemaran yang terjadi di Sungai Mahakam kota
Samarinda, Kalimantan Timur.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat disusun dalam makalah Studi Kasus
Pencemaran di Sungai Mahakam Kalimantan Timur ini yaitu :

 Bagaimana strategi penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
pencemaran di Sungai Mahakam?

BAB II

METODE

2.1 Metode Pengambilan Data
Pengambilan data dalam pada penyusunan makalah ini berdasar tinjauan
kepustakaan beupa buku, jurnal atau dari sumber media internet yang terkait
dengan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan yang tercemar
limbah B3.

2.2 Metode Analisis
Dalam menganalisis permasalahan pencemaran sungai ini digunakan metode
deskriptif analisis yakni dengan mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta
dan data yang ada, menganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data
pendukung lainnya serta mencari alternatif pemecahan masalah.

4

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Limbah B3

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 tahun 2014,
limbah bahan berbahaya dan beracun didefinisikan sebagai sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun).
Sedangkan menurut Ratman dan Syafrudin (2010), limbah bahan berbahaya dan
beracun merupakan limbah atau campuran limbah memiliki karakteristik cepat
menyebar. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa limbah B3 tidak boleh

5

langsung dibuang ke perairan karena akan menyebabkan penurunan kualitas
perairan.

3.2 Dampak Limbah B3
Menurut Ratman dan Syafrudin (2010), limbah B3 berpotensi membahayakan
kesehatan manusia dan menyebabkan meningkatnya angka penyakit dan kematian
serta membahayakan lingkungan. Dikutip dalam sebuah artikel kesehatan
menyebutkan dampak B3 terhadap kesehatan antara lain :
1. Kandungan merkuri dalam limbah B3 menyebabkan kerusakan susunan
saraf pusat dan ginjal,
2. Kandungan chromium menyebabkan dermatitis berat dan ulkus kulit

3. Kandungan cadmium menyebabkan kerusakan ginjal, liver, testes, sistem
imunitas, sistem susunan sarat dan darah
4. Kandungan tembaga menyebabkan diare untuk kadar lebih tinggi dari
normal dan kerusakan liver serta ginjal bila kadar sangat tinggi. Dan lain
sebagainya. (dikutip dari Healthy Articles)

3.3 Strategi Penanggulangan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 tahun 2014
disebutkan bahwa pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang mencakup pengurangan, penyimpanan limbah B3, pengumpulan limbah B3,
pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan
limbah B3 tersebut. Jika dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi di sungai
Mahakam, maka dapat disimpulkan bahwa kapal pihak perusahaan Haliburton
pada tanggal 25 September 2014 sedang melakukan pengangkutan limbah yang
merupakan salah satu rangkaian dari proses pengelolaan limbah B3. Kesalahan
yang dilakukan oleh pihak perusahaan tersebut terletak pada pengangkutan limbah

6

dengan muatan yang berlebihan sehingga menyebabkan kondisi kapal tidak

seimbang ketika hendak bersandar di pelabuhan Haliburton.
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pencemaran
yang di sungai Mahakam adalah sebagai berikut :
1.

In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan sungai,
sehingga mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan sungai,
penyimpanan dan pewadahan minyak serta air sungai yang terasosiasi.
Teknik ini membutuhkan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran
minyak) atau barrier yang tahan api. Namun, pada peristiwa tumpahan
minyak dalam jumlah besar sulit untuk mengumpulkan minyak yang dibakar.
Selain itu, penyebaran api sering tidak terkontrol.

2.

Penyisihan minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu melokalisir
tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak
ke

dalam


wadah

dengan

menggunakan

peralatan

mekanis

yang

disebut skimmer.
3.

Bioremediasi yaitu proses pendaurulangan seluruh material organik.
Bakteri pengurai spesifik dapat diisolasi dengan menebarkannya pada daerah
yang terkontaminasi. Selain itu, teknik bioremediasi dapat menambahkan
nutrisi dan oksigen, sehingga mempercepat penurunan polutan.


4.

Penggunaan sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui
mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan
absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi
mengubah fase minyak dari cair menjadi padat, sehingga mudah dikumpulkan
dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik, oleofobik,
mudah disebarkan di permukaan minyak, dapat diambil kembali dan
digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas,
jerami, rumput

kering,

serbuk

gergaji),

anorganik


alami

(lempung,

vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan
seratnilon).
5.

Dispersan kimiawi merupakan teknik memecah lapisan minyak menjadi
tetesan kecil (droplet), sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya
7

hewan ke dalam tumpahan minyak. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia
dengan zat aktif yang disebut surfaktan.
6.

Washing oil yaitu kegiatan membersihkan minyak dari tepi sungai.

3.4 Penanggulangan Teknis dan Non Teknis
a. Penanggulangan Teknis

Pembuatan dan Penegakan aturan perundang-undangan dengan cara
pemberian sanksi hukuman tegas dan denda bagi yang melanggar, serta
pemberlakuan pajak sebagai sumber dana dalam kegiatan pemulihan lingkungan
sungai Mahakam.
b. Penanggulangan Non Teknis
Menumbuhkan kesadaran dan upaya penduduk dan pihak industri untuk tidak
mencemari lingkungan perairan dengan sosialisasi tentang pentingnya sebuah
ekosistem lingkungan sehat jauh dari pencemaran.

8

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sungai mahakam tercemar akibat tergulingnya kapal pengangkut limbah B3
pengeboran minyak yang diduga kelebihan muatan. Peristiwa ini menjadikan
warga sekitar sungai mahakam kekurangan pasokan air bersih untuk kebutuhan
sehari-hari. Adapun strategi penganggulangan yang dapat dilakukan untuk
pengatasi pencemaran yang terjadi adalah in-situ burning, penyisihan minyak,

secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent, dispersan kimiawi, serta
washing oil. Sementara itu penanggulangan dari segi teknis dilakukan dengan
pembuatan dan penegakan aturan perundang-undangan dengan cara pemberian
sanksi hukuman tegas dan denda bagi yang melanggar, serta pemberlakuan pajak
sebagai sumber dana dalam kegiatan pemulihan lingkungan sungai Mahakam.
Sedangkan penanggulangan non teknis dilakukan dengan cara menumbuhkan
kesadaran dan upaya penduduk dan pihak industri untuk tidak mencemari
lingkungan perairan.

4.2 Saran
Diperlukan monitoring atau pemantauan serta pemeriksaan pada muatan
kapal pengangkut limbah agar tidak sampai melebihi kapasitas dari kapal
sehingga kejadian kapal terguling karena kelebihan muatan tidak terjadi lagi.

9

DAFTAR PUSTAKA

Anshari,

I.

2013.

Pengolahan

Limbah.

http://ans-olahlimbah.blogspot.co.id/2013_03_05_archieve.html diakses
pada tanggal 15 Desember 2015

Healthy

Articles.

2012.

Dampak

B3

terhadap

Kesehatan.

http://www.smallcrab.com/kesehatan/729-dampak-b3-terhadapkesehatan. Diakses pada tanggal 15 Desember 2015

Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.

10

Ratman, C.R. dan Syafrudin. 2010. Penerapan Pengelolaan Limbah B3 di PT.
Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Jurnal Presipitasi. 7 (2) : 62-70

11

LAMPIRAN
Kasus 1

Awaluddin Jalil : Sungai Mahakam Tercemar Limbah B3 Pengeboran Minyak

Selasa, 28 Oktober 2014 | 14:52 WIB

SAMARINDA - Sungai Mahakam, tercemar limbah kapal pengangkut limbah
berbahaya hasil pengeboran minyak. Akibat pencemaran itu, warga di Kelurahan
Pendingin, Kecamatan Sanga-sanga, Kutai Kartanegara, kesulitan mendapatkan
pasokan air bersih. Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimantan Timur
(Kaltim) mencatat, kapal pengangkut limbah berbahaya hasil pengeboran minyak
itu diangkut oleh perusahaan kontraktor migas Haliburton, dan tenggelam, pada
25 September 2014. "Kapal mengangkut limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3). Tenggelam didekat dermaga yang berada di sekitar pemukiman penduduk,"
kata Juru Bicara Jatam Kaltim Merah Johansyah, kepada wartawan, Selasa
(28/10/2014).

Dari hasil olah lapangan, dan wawancara warga di sekitar lokasi, kapal
tersebut terguling saat ingin bersandar di pelabuhan Haliburton, yang ada di
Kelurahan Pendingin. Dugaan awal, kapal terguling karena kelebihan muatan.
"Ada sekira 200 kepala keluarga di tiga RT yang memanfaatkan air sungai untuk
kehidupan sehari-hari. Warga mengakui, pemerintah lamban menangani kasus
ini," bebernya. Dijelaskan, pertemuan antara warga, Badan Lingkungan Hidup
Daerah (BLHD), dan pihak perusahaan, baru dilangsungkan pada 13 Oktober
2014. Hasilnya, warga sekitar bantaran sungai dapat kompensasi air bersih satu
galon untuk setiap kepala keluarga. "Kami mendesak Penyidik Pegawai Negeri

12

Sipil (PPNS) yang dimiliki KLH dan BLH yang memiliki wewenang Penyidikan
Pidana Lingkungan Hidup untuk melakukan investigasi secara mendalam,"
tegasnya.

Penyidikan itu, termasuk dugaan Pidana Lingkungan Hidup sesuai dengan
Undang-undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH). “Dalam UU ini terdapat sembilan bentuk tindak
Pidana Lingkungan Hidup. Salah satu di antaranya adalah kegiatan atau usaha
yang menghasilkan limbah B3 yang kemudian tidak dilakukan pengelolaan atas
limbah B3 tersebut," jelasnya. Ditambahkan dia, sesuai Pasal 103, usaha yang
tidak melakukan pengelolaan atas limbah B3 dengan baik, maka diancam
penjara maksimal tiga tahun, dan denda maksimal Rp3 miliar.

Jatam juga mendesak Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara dan Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Kutai Kartanegara untuk menginvestigasi kasus ini. Jika
terbukti mencemar dan melanggar SOP, maka menerapkan pasal pidana
lingkungan hidup. “Jatam Kaltim mendesak agar kasus seperti ini tidak boleh
ditutup-tutupi pemberitannya dari publik, karena ini merupakan kasus pidana
lingkungan hidup atas sungai yang berhubungan dengan hajat hidup orang
banyak,” pungkas Merah. Informasi yang diperoleh Jatam kaltim, kapal yang
tenggelam ini adalah milik Baroid Surface Solution (BSS). BSS merupakan
bagian dari divisi di Haliburton. Limbah diangkut dari salah satu perusahaan
migas kawasan Delta Mahakam.

13

Kasus 2

Limbah Tumpah di Sangasanga dari Kapal Milik Kontraktor Migas

(Sumber : Kaltimpost.co.id Kamis, 30 Oktober 2014)

TENGGARONG - Kapal pengangkut limbah beracun ditengarai tumpah di
perairan Sangasanga, Kukar. Mencuat dugaan, pencemaran di Sungai Pendingin
ditutupi pihak terkait karena melibatkan perusahaan raksasa di bidang minyak
dan gas (migas). Adalah Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim yang
merilis peristiwa tersebut. Kapal pengangkut limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) milik kontraktor migas berinisial Hlb, terguling di dekat dermaga
Kelurahan Pendingin, Sangasanga 25 September silam. Cairan beracun diduga
telah mencemari dan baru diketahui karena ada upaya menutup-nutupi peristiwa
ini.

14

Penuturan warga kepada Jatam, pemerintah sangat lamban mengetahui dan
menangani kasus ini. Perlu 17 hari untuk menangani masalah limbah. Pertemuan
antara Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD), kelurahan, perusahaan, dan
warga, baru diadakan 13 Oktober silam. Pada Senin (13/10) lalu, ada pertemuan
antara warga, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kukar, dan perusahaan. Dari
pertemuan, terang Dinamisator Jatam Kaltim Merah Johansyah Ismail, sekira
200 kepala keluarga di tiga RT tak dapat memanfaatkan air sungai. Warga di
bantaran sungai pun mendapat kompensasi air bersih satu galon setiap kepala
keluarga. “Sementara untuk uji kandungan pencemaran sungai dari laboratorium,
warga diminta bersabar,” terang Merah merilis investigasi Jatam, kemarin
(29/10).

Dikatakan, kapal terguling saat ingin bersandar di pelabuhan Haliburton di
Kelurahan Pendingin. Dugaan awal, kapal terguling karena muatan berlebih. “Kini
warga cemas karena tidak bisa menggunakan air sungai,” jelas dia. Dugaan
pidana karena melanggar Undang-Undang 32/2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) sangat kuat. “Kegiatan atau usaha yang
menghasilkan limbah B3 yang tak dikelola dengan benar, sesuai pasal 103,
diancam penjara maksimal tiga tahun dan denda maksimal Rp 3 miliar. Kami
meminta Pemkab Kukar tegas,” desak Merah. Dia turut meminta kasus ini tidak
ditutup-tutupi dari publik. Ini merupakan kasus pidana lingkungan hidup yang
berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. Lebih jauh, Merah mengatakan,
kapal yang tenggelam milik perusahaan BSS. “Penelusuran kami, BSS
merupakan bagian dari divisi di perusahaan Hlb. Limbah yang diangkut berasal
dari salah satu rig milik sebuah perusahaan migas di lepas pantai yang masuk
Delta Mahakam,” ujar dia. Kepada Kaltim Post, Yamani, warga Kelurahan
Pendingin, membenarkan kejadian tersebut. “Sudah sebulan lalu. Ada rapat

15

untuk membahas dampak limbah yang tumpah di Sungai Pendingin tapi tak ada
solusi,” terang pria yang juga mantan ketua Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) Kelurahan Pendingin. Sebelumnya, BLHD Kukar pernah
memantau kualitas air. Hasilnya, kandungan zat berbahaya di Pendingin di atas
ambang batas. Yamin mengatakan, puskesmas setempat sering didatangi warga
yang gatal-gatal. “Warga mau tak mau mengonsumsi air untuk sehari-hari. Rasa
gatal di kulit sudah biasa,” jelasnya. Dikonfirmasi terpisah, Kabid Pengendalian
Dampak Lingkungan Kegiatan Ekonomi, BLHD Kukar, Idris Syam, mengaku
belum mendapat laporan pencemaran sungai. “Saya tidak tahu. Belum ada
laporan masuk,” ujar dia.

16

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI ANGGUR (Studi Kasus di Kecamatan Wonoasih Kotamadya Probolinggo)

52 472 17

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72