makalah ijtihad dalam metodelogi studi i

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam menetapkan hukum dari berbagai kasus pada zaman Rasululloh saw yang
tidak ada ketetuan dalam al-qur’an, para ulama ushul fiqih menyimpulkan bahwa ada
isyarat Rasululloh saw, Beliau menetapkannya melalaui ijtihad. Hasil ijtihad Rasululloh
inilah yang secara otomatis menjadai sunah, sebagai sumber hukum dan dalil bagi umat
islam. Tokoh mujtahid yamg termashur dikalangan sahabat ialah umar ibn al khatab, ali
ibn abi talib, dan abdulloh bin mas’ud.
berikutnya cenderung menggunakan metode yang sesuai denga kasus yang mereka
hadapi pada zamannya masing-masing.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa Yang Dimaksud Dengan Ijtihad ?
b .Apa Fungsi Dan Kedudukan Ijtihad ?
c. Apa Macam Ijtihad ?
d. Bagaimana Ruang Lingkup Ijtihad ?

3. MANFAAT MEMPELAJARI IJTIHAD
Untuk mengetahui tentang Ijtihad, fungsi, macam-macam ijtihad dan ruang
lingkup ijtihad


1

BAB II
PEMBAHASAN
1.

Pengertian ijtihad
Secara bahasa ijtihad berasal dari kata ijtahada-yajtahidu yang berarti
bersungguh-sungguh dalam menggunakan tenaga, baik fisik maupun
pikiran. Menurut kamus dalam ilmu mawaris ijtiha adalah, menggunakan
seluruh kemampuan berfikir untuk menetapkan suatu hukum syari’at.1
Ibrahim Husein mengidentifikasikan makna ijtihad dengan istinbath.
Istinbath barasal dari kata nabath (air yang mula-mula memancar dari
sumber yang digali). Oleh karena itu menurut bahasa arti istinbath sebagai
muradif dari ijtihad yaitu “mengeluarkan sesuatu dari persembunyian.
Menurut mayoritas ulama Ushul Fiqh ijtihad adalah : pencurahan
segenap kesanggupan (secara maksimal) seorang ahli fiqh untuk
mendapatkan pengertian tingkat dhanni terhadap hukum syari’at.2
Ijtihad adalah suatu usaha darurat di dalam sejarah perkembangan
syariat, karena ijtihad jalan untuk mengistimbathkan hukum dari dalil, baik

yang naqli maupun yang aqli. Orang yang mempunyai kelengkapan syarat
ijtihad ditugaskan mengistinbathkan hukum atas dasar fardlu kifayah. Ada
ulama yang berkata : kita perlu membayangkan hal-hal yang mungkin terjadi
lalu kita bahas hukumnya, agar ketika terjadi hal-hal itu hukum telah ada.
Inilah jalan yang ditempuh oleh fuqaha akhir ra’yi dan golongan Hanafiyah.
Dan haram berijtihad pada masalah-masalah yang telah terjadi ijma’.
Muhaimin, Studi Islam, (Jakarta: Putra Grafika,2012), hal.177
Mochtar Adam, Ijtihad Dalam Sorotan, (Bandung: mizan,1991), hal.98

1
2

2

Menurut istilah, ijtihad berarti pengarahan segenap kemampuan
untuk menemukan hukum syarak melalui dalil-dalil yang yang rinci dengan
metode tertentu. Definisi ijtihad menurut para ulama adalah sebagai brikut :
1. Menurut imam ghozali ijtihad adalah pengerahan kemampuan oleh
seorang fiqih(mujtahid) dalam rangka menghasilkan hukum syarak.
2. Menurut abdul wahab kholaf ijtihad adalah pengerahan kemampuan

untuk menghasilkan hukum syara’ dri dalil-dalil yang rinci yang
bersumber dari dalil-dalil syara’.

Menurut

Muhammad

Khudhari

ijtihad

adalah

mencurahkan

kemampuan untuk mengistimbatkan hukum syara’ dari apa yang dipandang
pembuat syara’ sebagai dalil, yaitu kitabullah dan sunnah nabi-Nya.
Dengan demikian dapat dapat dinamakan ijtihad apabila memenuhi 3
unsur yaitu : usaha yang bersungguh-sungguh, menemukan atau
mengistimbatkan hukum islam, dan menggunakan dalil-dalil yang rinci.

Pertama, tidak dinamakan ijtihad apabila usaha yang dilakukan tdak
bersunguh-sungguh. Persyaratan ini sekaligus membatasi pelaksanaan
ijtihad, yaitu hanya kepada mereka yang memiliki kemampuan dan
ketrampilan yang berhubungan dengan masalah yang di ijtihadi. Kedua,
tujuan ijtihad adalah untuk menemukan atau merumuskan ketetapan hukum
islam, yang belum ada kepastian hukumnya dalam al-Qur’an maupun hadits.
Ketiga, menggunakan dalil-dalil yang rinci yaitu dalil yang bersumber dari
nash al-Qur’an dan hadits. Oleh karena itu, penguasa terhadap metode
istimbat hukum menjdi sangat pentina dalam pelasanaan ijtihad. Karena
metode inilah yang akan menghasilkan ketetapan hum yang dihasilkan
dengan nash al-quran dan hadits yang menjadi dasar hukumnya. Ketika

3

unsur diatas adalah satu kesatuan, jadi jika salah stunya ada yang tidak
terpenuhi maka usaha tersebut tidak disebut ijtihad.
2. Fungsi dan kedudukan ijtihad
Fungsi utama ijtihad adalah mengistimbatkan hukum (mencari,
menggali, dan menemukan) hukum syara’. Ijtihad merupakan alat ilmiah
dan pandangan yang diperlukan untuk menghampiri berbagai segi kehidupan

baru dari segi ajaran islam. Melalui ijtihad, hukum islam akan selalu up to
date dan fungsional dalamkehidupan pribadi dan sosial. Dalam kajian fiqih
dan ushul fiqih ijtihad menjadi sumber hukum yang ketiga setelah al-quran
dan hadits.meskipun menjadi sumber hukum yang ketiga, tetapi kedudukan
ijtihad sangat penting karena nash tidak dapat menjelaskan dirinya sendiri
tanpa bantuan akal manusia.3
a.Al-qur’an, yaitu surat an-nisaa’ ayat 105 :
Yang Artinya :
Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab kepadamu dengan
membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa
yang Telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi
penantang (orang yang tidak bersalah), Karena (membela) orang-orang
yang khianat.4

ayat Ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan berhubungan
dengan pencurian yang dilakukan Thu’mah dan ia menyembunyikan barang
curian itu di rumah seorang Yahudi. Thu’mah tidak mengakui perbuatannya
itu malah menuduh bahwa yang mencuri barang itu orang Yahudi. hal Ini
3


Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Dar Al-Manar,1973), hal.17
Ali Sodikin, Fiqh dan Ushul Fiqh,(Jakarta: Mizan,2005),hal.102

4

4

diajukan oleh kerabat-kerabat Thu’mah kepada nabi s.a.w. dan mereka
meminta agar nabi membela Thu’mah dan menghukum orang-orang Yahudi,
kendatipun mereka tahu bahwa yang mencuri barang itu ialah Thu’mah, nabi
sendiri hampir-hampir membenarkan tuduhan Thu’mah dan kerabatnya itu
terhadap orang Yahudi. 5
Tentang kebenaran hasil ijtihad, ulama terbelah dalam 2 pendapat,
yaitu kelompok musawwibat dan kelompok mukhatti’at. Kelompok
musawwibat berpndapat bahwa : mujtahid berfungsi sebagai penemu dan
pembuat hukum (munsy al-hukmi). Kedudukannya sama dengan Allah swt.
Sehngga al-qur’an dan hadits dapat sebagai sumber hukum. Kelompok
mkhatti’at berpendapat lain, bahwa fungsi mujtahid adalah pengungkap
hukum (kasy al-hukmi), bukan pembuat hukum. Hasil ijtihadnya relatif, bisa
benar bisa juga salah. Ijtihad berkedudukan sebagai metode bukan sumber

hukum.

3. Macam-macam ijtihad
Dari segi pelaksanaannya, ijtihad dibagi menjadi dua yaitu ijtihad
intiqo’i dan ijtihad insya’i. Ijtihad intiqo’i yaitu ijtihad untuk memilih salah
satu pendapat terkuat diantara beberapa pendapt yang ada. Contoh ijtihad
model ini adalah dalam hal penetapan hukum amenikahi wanita hamil.
Sedangkan ijtihad insya’i yaitu mengambil konklusi hukum baru terhadap
suatu permasalahan yang belum ada ketetapan humnya. Contohnya dalam
penetapan bayi tabung, yang merupakan persoalan baru yang belum pernah
ada ketetapan hukum sebelumnya.6

5

Muhaimin, Studi.......hal.178

5

Pada masa sekarang ini , bentuk-bentuk ijtihad yang dapat
dilaksanakan, dapat berupa penyusunan undang-undang, fatwa, maupun

melakukan penelitian ilmiah, ketiga hal tersebut termasuk dalam kategori
ijtihad karena, dalam pelaksanaannya penuh dengan kesungguhan, dilakukan
oleh orang-orang yang ahli, dan ketetapan atau pendapat yang dihasilkan
sesuai dengan ajaran atau ketentuan hukum syara’.
4. Ruang lingkup ijtihad
Secara garis besar ruang lingkup ijtihad daat dibagi menjadi 2 bagian :
1- Peristiwa yang ketetapan hukumnya masih dzanny. Tugas utama para
mujtahid dalam masalah ini adalah menafsirkan kandungan nash
kemudian menetapkan hukum-hukum yang termuat didalamnya.
Contohnya adalah bersentuhan antara laki-laki dengan perempuan yang
bukan muhrimnya baik disengaja ataupun tidak apakah itu membatalkan
wudhu atau tidak, kewajiban suami istri, dan lain-lain.
2-

Peristiwa yang belum ada nash nya sama sekali. Tugas utama para
mujtahid dalam masalah ini adalah merumuskan hukum baru ats
peristiwa tersebut dengan menggunakan kekuatan ra’y. Contoh masalah
ini adalah : hukum bayi tabung,transplantasi organ tubuh,keluarga
berencana, dan lain-lain.7


Dengan demikian, ijtihad tidak dapat dilakukan terhadap
persoalan hukum syara’ yamg sudah qot’i dolalah, atau memiliki
kepastian hukum dari nash. Contoh dalam hal ini adalah tentang
kewajibansalat lima waktu. Salat lima waktu wajib hukumnya secara
6

Ahmad Hanaf, engantar dan Sejarah Hukum Islam,(Jakarta: Bulan
Bintang,2006), hal. 96
7
Hasbi Ash Shiddiqy, Pengantar hukum Islam,(Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hal
118

6

qot’i, berdasarkan perintah didalam al-quran dan hadits, serta ijma
ulama. Oleh karena itu, tidak diperblehkan lagi menfsirkan atau
berijtihad dalam masalah kewajiban salat lima waktu.
Syarat-syarat ijihad
 Syarat umum :
 Baliqh

 Berakal sehat
 Memahami masalah
 Beriman

 Syarat-syarat khusus:
 Mengetahui

ayat al-quran yang berhubungan dengan

masalah yang dianalisis.
 Mengetahui sunah nabi yang berhubunagn dengan yang
dianalisis.
 Mengetahui maksud dan rahasia hukum islam.
 Mengetahui kaidah kulliah yaitu kaidah-kaidah fiqih.
 Mengetahui kaidah b.arab
 Mengetahui ilmu mantiq.

BAB III

7


PENUTUP

Dalam berijtihad umar ibn kathab sering kali mempertimbangkan
kemaslahatan umat, dibandingkan sekedar menerapkan nash secara zahir,
sementara tujuan hukum tidak tercapai. Ali ibn abi tholib melakukan ijtihad
juga menggunakan qiyas.
Selelah itu muncul para imam mujtahid yang empat. Yang masingmasing imam merumuskan metode ushul fiqih sendiri. Sehingga terlihat
dengan jelas perbedaan antara satu imam dengan imam yang lain dalam
mengistimbatkan hukum dari al-qur’an dan sunah. Imam mazhab yan empat
tersebut sepakat dengan dalil-dalil yang dikemukakan oleh imam syafi’i
yaitu, al-qur’an, sunah, ijma, dan qiyas. Namun masing-masing mazhab
menambahkan metode istimbat hukum lainnya. Perbedaan pandangan
tersebut para peneliti ushul fiqih menyatakan bahwapada keempat imam
mazhab tersebut ushul fiqih menemukan bentuknya yang sempurna,
sehingga generasi berikutnya cenderung menggunakan metode yang sesuai
denga kasus yang mereka hadapi pada zamannya masing-masing.

8

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Ash Shiddieqy Hasbi. “Pengantar Ilmu Fiqih”, Jakarta, Bulan Bintang, 1987
Sodiqin Ali. “Fiqih Ushul Fiqih”,Jakarta, Mizan, 2007
Ash Shiddieqy Hasbi. “pengantar hukum islam”, Jakarta, Bulan Bintang, 2006
Mubarok,Jaih. “Metodologi Ijtihad Hukum Islam”, Bandung, Pustaka Setia, 2007
Muhaimin.”Studi Islam”,Jakarta, Putra Grafika,2012
Mochtar Adam.”Ijtihad Dalam Sorotan” Bandung, Mizan, 1991
Ahmad Hanafi.”Pengantar Dan Sejarah Hukum Islam”,Jakarta, Bulan Bintang, 2006

9

10

Dokumen yang terkait

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Upaya mengurangi kecemasan belajar matematika siswa dengan penerapan metode diskusi kelompok teknik tutor sebaya: sebuah studi penelitian tindakan di SMP Negeri 21 Tangerang

26 227 88

Kesesuaian konsep islam dalam praktik kerjasama bagi hasil petani desa Tenggulun Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur

0 86 111

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84

Citra IAIN dan Fakultas Dakwah pada komunitas publiknya: studi FGD terhadap sepuluh komunitas sekitar IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 53 125