Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat vacuum dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95)-Gom Guar - USD Repository

  PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT VACUUM DRIED ISOLAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica C-95)-GOM GUAR SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh:

  Oki Christina NIM : 078114035

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

  

PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI

PADAT VACUUM DRIED ISOLAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT

(Curcuma domestica C-95)-GOM GUAR

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh:

  Oki Christina NIM : 078114035

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

  

Persetujuan Pembimbing

PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI

PADAT VACUUM DRIED ISOLAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT

(Curcuma domestica C-95)-GOM GUAR

  Skripsi yang diajukan oleh: Oki Christina

  NIM : 078114035 telah disetujui oleh: Pembimbing Utama tanggal 11 Februari 2011 Pembimbing Pendamping Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. tanggal 11 Februari 2011

  

Anyone who stops learning is old, whether at twenty or

eighty. Anyone who keeps learning stays young. The greatest

thing in life is to keep your mind young Henry Ford - -

  With Jesus I can take it With Him I know I can stand No matter what may come my way My life is in his hands

  Karya ini kupersembahkan untuk : Jesus Christ yang slalu menyertaiku Papa, Mama, dan kakakku yang selalu mendukungku dan Almamaterku

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Oki Christina Nomor Mahasiswa : 07 8114 035

  Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT VACUUM DRIED ISOLAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma

  domestica C-95 )-GOM GUAR

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenamya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 17 Februari 2011 Yang menyatakan (Oki Christina)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

  Yogyakarta, 2 Februari 2011 Penulis

  Oki Christina

  

PRAKATA

  Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas berkat dan penyertaan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm.).

  Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan, namun penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.

  Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Ibu Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing Utama, yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran, pengarahan, dan telah menanggung biaya penelitian.

  3. Ibu Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping, yang telah memberikan waktu dan bimbingan kepada penulis.

  4. Ibu Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji atas waktu, kritik, dan saran yang diberikan.

  5. Bapak Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji atas waktu, kritik, dan saran yang diberikan.

  6. Bapak Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. atas pemberian eksklusif

  7. Pak Musrifin, Mas Wagiran, Mas Bimo, dan seluruh laboran yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  8. Teman-teman tim penelitian, Eka Permatasari, Evina, dan Reka Sudi, atas semangat, kerjasama dan kebersamaannya selama ini.

  9. I Gusti Ngurah Agung Windra Wartana Putra, Lia Natalia Setiomulyo, dan Benny Nugroho, yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  10. Teman-teman angkatan 2007, khususnya teman-teman seperjuangan FST 07 jumawa, atas dukungan, semangat, dan kebersamaannya selama ini.

  11. Keluargaku di kos Difa yang kusayangi Mba Dini Puspita, Kak Grace Litad, Kak Ayu Widyasari, Flavia Sungkit, Ayu Ningsih, Maria Larizza, Putri Adrenari, Melantina, Evina, Eka Permatasari, Sari, Putu Dyana, Defilia, Leni atas kebersamaan, keceriaan, dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

  12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini mengingat keterbatasan yang ada. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari segenap pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan perkembangan ilmu kefarmasian.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ...…………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………. ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………..... iii HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………. iv LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……………………… v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………….…………...... vi PRAKATA ……………………………..…………………………………. vii DAFTAR ISI ……………………………………………………………... ix DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xiii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. xiv DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………... xv

  INTISARI ………………………………………………………………… xvi

  

ABSTRACT ……………………………………………………………….. xvii

BAB I. PENGANTAR …………………………………………………....

  1 A.

  1 Latar Belakang ……………………………………………...................

  1.

  4 Permasalahan ………………………………….…………………...

  2.

  4 Keaslian penelitian ………………………………………................

  3.

  4 Manfaat penelitian ……………………………………….................

  B.

  5 Tujuan Penelitian ……………………………………………...............

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA …………………………………..

  6 A.

  6 Ekstrak Kunyit …………………………………....…………...............

  B.

  7 Kurkumin ....................………...……………………………................

  C.

  8 Gom guar ..............................................................................................

  D.

  10 Dispersi Padat ……………………………………………....................

  1.

  10 Definisi ……………………………………………………………..

  2.

  11 Metode pembuatan dispersi padat …………………….…………..

  E.

  11 Uji Disolusi ............................................................................................

  1.

  11 Disolusi ……………………………...…………………..................

  2.

  12 Peralatan uji disolusi ……………………………………...............

  F.

  13 Spektrofotometri Visibel ……………………………………..….........

  G.

  14 Validasi Metode Analisis ………………………………..….................

  H.

  20 Landasan Teori ……………………………………..............................

  I.

  21 Hipotesis ………………………………………………………………

  BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………………

  22 A.

  22 Jenis dan Rancangan Penelitian …………………………….................

  B.

  22 Variabel Penelitian ………………………………………….................

  1.

  22 Variabel utama ……………………………………………………..

  2.

  22 Variabel pengacau ………………………………………………….

  C.

  23 Definisi Operasional …………………………………………..............

  D.

  23 Bahan Penelitian ……………………………………............................

  E.

  24 Alat Penelitian ………………………………………….......................

  1.

  24 Pembuatan dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit-gom guar 2.

  25 Pembuatan campuran fisik ………………………............................

  3.

  25 Pengujian disolusi …………….........................................................

  4.

  26 Validasi metode analisis …………………………………………… G.

  28 Analisis Hasil ……………………………………………….................

  1.

  28 Validasi metode …………………………………………………....

  2.

  29 Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi kurkumin ...............

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………...…..

  30 A.

  30 Pembuatan Dispersi Padat ……………………………..……...............

  B.

  31 Pembuatan Campuran Fisik …………………………………...............

  C.

  31 Penetapan Panjang Gelombang Maksimum …………………..............

  D.

  32 Pembuatan Kurva Baku .........................................................................

  E.

  34 Validasi Metode Analisis ……………………………………………...

  1.

  34 Akurasi …………………………………………………………….

  2.

  35 Presisi ……………………………………………………………...

  3.

  35 LOD ……………………………………………………………….

  4.

  36 Linieritas …………………………………………………………...

  F.

  37 Uji Disolusi …………………………………………………………… G.

  43 Korelasi Proporsi Drug Load dan Disolusi Kurkumin ………………..

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………

  46 A.

  46 Kesimpulan …………………………………………………................

  B.

  46 Saran …………………………………………………………..............

  LAMPIRAN ………………………………………………………………

  50 BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………

  81

  

DAFTAR TABEL

Tabel I. Elemen-elemen data yang dibutuhkan untuk uji validasi ....

  16 Tabel II. Nilai persyaratan koefisien korelasi pada tiap pengujian ….

  19 Tabel III. Proporsi drug load dalam dispersi padat ……………..........

  25 Tabel IV. Hasil pengukuran seri kurva baku …………………………

  33 Tabel V. Rentang % recovery yang diijinkan pada setiap konsentrasi analit pada matriks…………………………………………. 34 Tabel VI. Persyaratan nilai presisi (CV) ……………………………...

  35 Tabel VII. Hasil perhitungan koefisien variasi (CV) …….....................

  35 Tabel VIII. Hasil pengukuran kurva baku................................................

  36 Tabel IX. Persyaratan nilai linieritas …………………………………

  36 Tabel X. Hasil uji statistik disolusi dispersi padat dan campuran fisik proporsi drug load 1,72% ………………………………….

  39 Tabel XI. Hasil uji statistik disolusi dispersi padat dan campuran fisik proporsi drug load 3,38% ………………………………….

  40 Tabel XII. Hasil uji statistik disolusi dispersi padat dan campuran fisik proporsi drug load 5,11% ………………………………….

  42 Tabel XIII. Kekuatan korelasi ………..………………………………...

  44

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) ………………

  6 Gambar 2. Struktur kimia kurkumin ……......................................……

  7 Gambar 3. Degradasi kurkumin dalam larutan ........…………………..

  8 Gambar 4. Struktur gom guar …….............................…………………

  9 Gambar 5. Kurva baku …………………………………....................... 33 Gambar 6. Grafik dispersi padat dan campuran fisik drug load 1,72%

  38 Gambar 7. Grafik dispersi padat dan campuran fisik drug load 3,38%

  39 Gambar 8. Grafik dispersi padat dan campuran fisik drug load 5,11%

  41 Gambar 9. Grafik dispersi padat berbagai proporsi drug load ...............

  42 Gambar 10. Kurva proporsi drug load vs % kurkumin terdisolusi ……..

  44

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Rhizome) …………….....…..

  50 Lampiran 2. Certificate of Analysis (CoA) baku standar kurkumin …... 51 Lampiran 3. Scan

  λ maksimum .............................................................. 52 Lampiran 4. Kurva baku, linieritas dan LOD .........................................

  56 Lampiran 5. Perhitungan recovery dan CV ............................................

  58 Lampiran 6. Penimbangan untuk pembuatan dispersi padat dan campuran fisik …................................................................

  59 Lampiran 7. Hasil uji disolusi campuran fisik dan dispersi padat …….

  64 Lampiran 8. Grafik dispersi padat dan campuran fisik ..........................

  73 Lampiran 9. Uji normalitas, korelasi, dan regresi linier proporsi drug load dan persentase kurkumin terdisolusi …………..........

  76 Lampiran 10. Perbandingan disolusi dispersi padat dan campuran fisik

  78 Lampiran 11. Dokumentasi ……………………………………………..

  80

  

INTISARI

Kunyit (Curcuma domestica Val.) banyak digunakan dalam masyarakat.

  Kandungan utama rimpang kunyit adalah kurkuminoid, yang terdiri dari kurkumin, demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin. Kurkumin memiliki banyak efek farmakologi, seperti antioksidan, antiinflamasi, antimikrobia, dan antikanker. Namun, kurkumin mempunyai kelarutan yang sangat rendah dalam air. Kelarutan senyawa dapat ditingkatkan dengan pembuatan dispersi padat.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat vacuum dried isolat ekstrak rimpang kunyit-gom guar. Penelitian ini dilakukan dengan pembuatan campuran fisik dan dispersi padat menggunakan pembawa gom guar pada proporsi drug load 1,72%, 3,38%, dan 5,11%. Disolusi campuran fisik dan dispersi padat dilihat melalui uji disolusi menggunakan medium cairan lambung buatan tanpa pepsin (pH 1,2), lalu diukur dengan spektrofotometer visibel λ 421,6 nm.

  Hasil uji disolusi dibuat kurva antara waktu dan persentase kurkumin terdisolusi. Disolusi kurkumin pada dispersi padat meningkat secara signifikan dibandingkan dengan campuran fisik, dilihat dari nilai p<0,05. Korelasi antara proporsi drug load dan disolusi kurkumin dianalisis dengan korelasi Spearman dan regresi. Korelasi Spearman menunjukkan adanya korelasi yang kuat (r= - 0,685). Pada analisis regresi didapatkan persamaan y=-2,7204x+18,047 dengan nilai signifikansi 0,028. Peningkatan proporsi drug load berpengaruh terhadap penurunan disolusi kurkumin.

  Kata kunci: isolat ekstrak rimpang kunyit, gom guar, dispersi padat, vacuum

  drying , disolusi

  

ABSTRACT

  Turmeric (Curcuma domestica Val.) widely used in society. The main content of turmeric are curcuminoids, consisting of curcumin, demetoksikurkumin, and bisdemetoksikurkumin. Curcumin has many pharmacological effects, such as antioxidant, antiinflammatory, antimicrobial, and anticancer. However, curcumin has very low solubility in water. Solubility of compounds can be enhanced by making solid dispersions.

  This study aims to determine the influence of the proportion of drug load on the dissolution of solid dispersion vacuum dried isolate turmeric rhizome extract-guar gum. Research was conducted by making physical mixtures and solid dispersions using guar gum on the proportion of carriers of drug load 1,72%, 3,38%, and 5,11%. Dissolution of physical mixture and solid dispersion seen through the dissolution testusing the medium of artificial gastric fluid without pepsin (pH 1,2), then measured by visible spectrophotometer λ 421,6 nm.

  Dissolution test results made the curve between time and percentage of curcumin terdisolusi. Dissolution of curcumin on solid dispersion increased significantly compared with physical mixture, judging from the value of p < 0,05. The correlation between the proportion of drug load and dissolution of curcumin were analyzed with Spearman correlation and regression. Spearman correlation showed a strong correlation (r= -0,685). In the regression analysis equation y = -2,7204 x + 18,047 with a value of significance 0,028. Increasing the proportion of drug load reduction effect on the dissolution of curcumin .

  Keywords: isolate turmeric rhizome extract, guar gum, solid dispersion, vacuum drying, dissolution

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kunyit (Curcuma domestica Val.) secara empiris telah digunakan oleh

  masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit, seperti antikoagulan, antiedemik, obat sakit perut, memperbanyak ASI, stimulan, mengobati keseleo, memar dan rematik (The Medical News, 2010). Bagian tanaman kunyit yang paling sering digunakan adalah rimpang kunyit. Rimpang kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yaitu kurkuminoid, yang terdiri dari kurkumin (sebanyak 60%), desmetoksikurkumin, dan bisdesmetoksikurkumin (Parinussa dan Timotius, 2010). Kurkumin (1,7-bis-(4-hidroksi-3-metoksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-dion) adalah senyawa golongan polifenol berwarna kuning yang memiliki banyak efek farmakologi, seperti antioksidan, antiinflamasi, antimikrobia, antikanker, dan anti- HIV (Xu, Wang, Jin, Mei, dan Xu, 2006).

  Kurkumin mempunyai stabilitas yang baik pada pH asam, namun pada pH basa kurkumin mudah mengalami dekomposisi atau degradasi (Tonnesen dan Karlsen, 1985). Produk utama dekomposisi kurkumin adalah asam ferulat dan 4- fenil-3-butena-2-on, yang secara cepat mengalami kondensasi retroaldol menjadi vanilin dan aseton. Selain mudah terdegradasi dalam suasana basa, kurkumin juga mudah terdekomposisi oleh cahaya menjadi ferulat aldehid, asam ferulat, adihidrosinaftalen, vinilguaiacol, vanilin, dan asam vanilat. Faktor dekomposisi

  Kurkumin mempunyai kelarutan dalam air yang sangat rendah sehingga kurkumin tidak terabsorpsi sempurna dan bioavailabilitas oral kurkumin rendah (Kaewnopparat, Kaewnopparat, Jangwang, Maneenaum, Chucome, dan Panichayupakaranant, 2009). Bioavailabilitas oral senyawa tergantung pada kelarutan dan/ atau kecepatan disolusi, sehingga seringkali diperlukan peningkatan disolusi dari senyawa yang sukar larut dalam air (Malviya, Srivastava, Bansal, dan Sharma, 2010). Kelarutan senyawa dapat ditingkatkan dengan beberapa cara, yaitu dengan micronization, dispersi padat, pembentukan garam, dan penyisipan gugus polar ke dalam molekul (Voigt, 1984).

  Dispersi padat merupakan salah satu metode yang sering digunakan dan berhasil digunakan untuk meningkatkan kelarutan, kecepatan disolusi, dan pada akhirnya dapat meningkatkan bioavailabilitas senyawa dengan kelarutan rendah (Malviya et al., 2010). Umumnya, dispersi padat mengandung pembawa hidrofilik, dimana obat terdispersi secara molekular atau sebagai partikel yang sangat kecil. Dengan ukuran partikel yang kecil, luas permukaan kontak partikel saat disolusi meningkat sehingga dapat meningkatkan kelarutan obat. Selain itu, senyawa yang semula berbentuk kristal akan berubah menjadi amorf. Senyawa berbentuk amorf mempunyai energi yang lebih tinggi dibandingkan bentuk kristal, sehingga kelarutannya lebih besar (Srinarong, Kouwen, Visser, Hinrichs, dan Frijlink, 2009).

  Ada beberapa macam metode pembuatan dispersi padat, antara lain

  

fusion method , solvent evaporation method, liofilisasi, melt agglomeration

  

electrostatic spinning method , dan super critical fluid technology (Sharma dan

  Joshi, 2007). Pembuatan dispersi padat pada penelitian ini menggunakan metode

  

vacuum drying , dimana cara ini adalah cara yang sederhana dan dapat dilakukan

di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  Pada pembuatan dispersi padat, bahan pembawa dan isolat ekstrak rimpang kunyit yang didispersikan sesuai dengan proporsi drug load. Peningkatan

  

drug load dan/ atau saat pembawa terlarut dengan cepat, akan menyebabkan

  penurunan laju disolusi. Hal ini menunjukkan terjadinya kristalisasi obat yang tidak terkontrol, yang disebabkan oleh supersaturasi pada daerah pelepasan obat tersebut. Kristalisasi yang tidak terkontrol ini menghasilkan bentuk kristal dalam jumlah besar, yang akan terlarut dengan lambat (Srinarong et al., 2009). Bahan pembawa yang digunakan dalam pembuatan dispersi padat adalah gom guar.

  Gom guar adalah suatu hidrokoloid yang diperoleh dari endosperma biji tanaman guar (Srichamroen, 2007). Gom guar dapat terdispersi dan mengembang dalam air membentuk larutan dengan viskositas yang tinggi (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006). Dalam pembuatan dispersi padat, gom guar dan isolat ekstrak kunyit akan terdispersi dalam ukuran yang lebih kecil dan menjadi bentuk amorf sehingga kelarutannya meningkat. Peningkatan kelarutan kurkumin diketahui dengan mengukur disolusi kurkumin dalam dispersi padat, menggunakan spektrofotometer visibel.

  1. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang di atas timbul permasalahan, yaitu: Bagaimana pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit-gom guar?

  2. Keaslian penelitian

  Sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai pengaruh proporsi drug

  

load terhadap laju disolusi kurkumin pada dispersi padat isolat ekstrak rimpang

  kunyit (Curcuma domestica C-95)-gom guar belum pernah dilakukan. Penelitian terkait yang pernah dilakukan adalah Solubility and Dissolution Rate

  Enhancement of Licofelone by Using Modified Guar Gum .

  3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat teoritis b.

  . Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai cara peningkatan disolusi kurkumin dengan pembuatan dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit-gom guar. Manfaat Metodologis c.

  . Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai jenis bahan pembawa dan proporsi drug load yang dapat digunakan dalam pembuatan dispersi padat. Manfaat Praktis . Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pembuatan dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit dengan menggunakan metode vacuum drying.

  B.

  

Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat vacuum dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95)-gom guar.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Ekstrak Kunyit Kunyit secara empiris telah digunakan masyarakat untuk mengobati

  berbagai penyakit. Bagian yang sering dimanfaatkan sebagai obat adalah rimpang; dimanfaatkan untuk antikoagulan, antiedemik, obat sakit perut, memperbanyak ASI, stimulan, mengobati keseleo, memar dan rematik (The Medical News, 2010). Bagian tanaman kunyit yang paling sering digunakan adalah rimpang kunyit. Komponen utama yang terpenting dalam rimpang kunyit adalah kurkuminoid dan minyak atsiri (Wahyuni dan Yamrewav, 2004). Kurkuminoid terdiri dari kurkumin (sebanyak 60%), desmetoksikurkumin, dan bisdesmetoksikurkumin (Parinussa dan Timotius, 2010).

  

Gambar 1. Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.)

(The Medical News, 2010)

  B.

  

Kurkumin

  Kurkumin (1,7-bis-(4-hidroksi-3-metoksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-dion) adalah senyawa polifenol berwarna kuning yang diperoleh dari ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa). Kurkumin merupakan suatu sistem cincin aromatis dengan polifenol yang dihubungkan oleh dua α, β gugus karbonil tak jenuh yang berasal dari rantai diketon. Kurkumin memiliki banyak efek farmakologi, antara lain sebagai antitumor, antiartritik, anti-amylod, antioksidan, antiinflamasi, anti- HIV, antikanker, dan antimikrobia (Najib, 2009).

  Namun demikian, kendatipun aplikasi klinis sudah cukup luas dan dikenal manjur sebagai bahan antikanker dan penyakit lainnya, kurkumin memiliki sifat yang terbatas dari segi kelarutan. Hal ini mengakibatkan kurkumin mempunyai bioavailabiltas sistemik yang minim (Meiyanto, 2010).

  Kurkumin berwarna kuning terang, mempunyai bobot molekul 368,37 (C = 68,47 %; H = 5,47 %; O = 26,06 %). Titik lebur kurkumin adalah 183°C. kurkumin larut dalam alkohol dan asam asetat glasial dan tidak larut dalam air (Wahyuni dan Yamrewav, 2004). Nilai log P kurkumin adalah 3,62 (Genome Alberta, 2009).

  O O HO OH H CO 3 OCH 3 Gambar 2. Struktur kimia kurkumin (Najib, 2009)

  Apabila kurkumin diinkubasi dalam buffer fosfat 0,1 M dan serum, pH Produk degradasi kurkumin yang utama diidentifikasikan sebagai trans-6-(4’- hidroksi-3’-metoksifenil)-2,4-diokso-5-heksenal. Produk degradasi yang lain (vanillin, asam ferulat, dan ferulol metana) hanya terbentuk sedikit. Dekomposisi terjadi dipengaruhi oleh pH dan terjadi lebih cepat pada kondisi pH netral (Wang, Pan, Chang, Hsieh, dan Lin, 1997).

  

Gambar 3. Degradasi kurkumin dalam larutan (Wang et al., 1997)

C. Gom Guar

  Gom guar adalah suatu hidrokoloid yang diperoleh dari endosperma biji tanaman guar, Cyamopsis tetragonolobus, yang termasuk dalam famili Leguminosae (Srichamroen, 2007). Tanaman ini banyak tumbuh di India dan Pakistan. Tanaman ini juga tersebar di belahan bumi bagian selatan, pada daerah gersang di Brazil, Australia, dan Afrika Selatan, atau di Amerika Serikat bagian selatan, seperti Texas dan Arizona (Kawamura, 2008). Gom guar sebagian besar terdiri dari polisakarida dengan bobot molekul tinggi (kira-kira 50.000- 8.000.000), terdiri dari galaktomanan. Gom guar berwarna putih sampai putih kekuningan, tidak berbau atau hampir tidak berbau dengan rasa yang lemah (Kawamura, 2008).

  

Gambar 4. Struktur gom guar (Kawamura, 2008)

  Gom guar tidak larut dalam pelarut organik. Gom guar terdispersi dan mengembang dalam air dingin atau air panas, membentuk larutan dengan viskositas yang tinggi. Akan tetapi, pemanasan yang lama dapat mengurangi viskositas larutan gom guar. Larutan gom guar mempunyai kemampuan sebagai buffer dan sangat stabil pada rentang pH 4,0-10,5. Gom guar umumnya digunakan dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi sediaan farmasi. Gom guar digunakan sebagai pengikat dan penghancur dalam sediaan padat. Pada sediaan oral dan topikal, gom guar digunakan sebagai suspending, thickening, dan

  

stabilizing agent , serta sebagai pembawa dalam sediaan controlled-release (Rowe

et al. , 2006).

D. Dispersi Padat

1. Definisi

  Dispersi padat didefinisikan sebagai dispersi satu atau lebih zat aktif dalam pembawa hidrofilik atau matriks inert pada bentuk padat, yang dibuat dengan metode peleburan (fusion), pelarut, atau peleburan pelarut (Kaewnopparat et al. , 2009).

  Dispersi padat yang amorf dapat digunakan untuk meningkatkan laju disolusi dari obat yang kelarutannya rendah. Pada umumnya, dispersi padat mengandung pembawa hidrofilik, dimana obat terdispersi secara molekular atau sebagai partikel yang sangat kecil. Mekanisme peningkatan laju disolusi obat adalah sebagai berikut.

  a. Penurunan ukuran partikel obat, sehingga luas permukaan partikel saat terdisolusi menjadi lebih besar.

  b. Peningkatan sifat pembasahan dari obat.

  c. Tingkat energi bentuk amorf lebih tinggi dibandingkan bentuk kristalin, sehingga terjadi peningkatan kelarutan obat (Srinarong et

  al. , 2009).

  Bila dispersi padat kontak dengan air, pembawa akan terlarut, dan obat dilepaskan dengan ukuran partikel yang kecil. Oleh karena terjadi peningkatan luas permukaan partikel obat, laju disolusi dan bioavailabilitasnya juga mengalami peningkatan (Chaudhari, Sharma, Badagale, Dave, Kaulkarni, dan Baharte, 2006).

  Obat dapat terdispersi secara molekular dalam pembawa membentuk larutan solid atau dapat terdispersi sebagai partikel. Selain itu, obat juga dapat sebagian terlarut dan sebagian lagi terdispersi dalam pembawa. Untuk obat dengan banyak lapisan, lebih baik jika terdispersi molekular, sedangkan bila terdispersi sebagai partikulat, obat akan lebih mudah lepas dari matriks pembawanya (Chaudhari et al., 2006).

  Peningkatan drug load dan/ atau saat pembawa terlarut dengan cepat, akan menyebabkan penurunan laju disolusi. Hal ini menunjukkan terjadinya kristalisasi obat yang tidak terkontrol, yang disebabkan oleh supersaturasi pada daerah pelepasan obat tersebut. Kristalisasi yang tidak terkontrol ini menghasilkan bentuk kristal dalam jumlah besar, yang akan terlarut dengan lambat (Srinarong et al. , 2009).

2. Metode Pembuatan Dispersi Padat

  Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk membuat dispersi padat adalah fusion method, solvent evaporation method, liofilisasi, melt agglomeration

  

method, extruding method, spray drying, penggunaan surfaktan, electrospinning,

super critical fluid technology (Sharma dan Joshi, 2007).

E. Uji Disolusi

1. Disolusi

  Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana substansi padat masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah afinitas antara substansi padat dan pelarut. Faktor-faktor yang mempengaruhi karakter disolusi suatu obat, antara lain sifat fisik bentuk sediaan, kemampuan pembasahan sediaan, kemampuan penetrasi medium disolusi, proses swelling, disintegrasi dan deagregasi sediaan (Troy, 2005).

  Umumnya, disolusi obat terjadi tidak hanya dari partikel halus obat yang dihasilkan dari pemecahan sediaan, tetapi juga pada tingkat yang kecil dari sediaan sebelum disintegrasi dan dari fragmen dan agregat setelah disintegrasi. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa uji disolusi sangat berarti dalam mengevaluasi parameter kritis seperti bioavailabilitas yang memadai dan memberikan informasi yang dibutuhkan formulator pengembangan bentuk sediaan yang optimal secara terapetik dan efikasinya lebih besar (Banakar, 1992).

2. Peralatan uji disolusi Metode laju disolusi diklasifikasikan menurut berbagai macam faktor.

  Jika luas permukaan obat tetap, laju disolusi obat diukur dari jumlah obat yang dilepaskan per unit area dan per unit waktu (Banakar, 1992).

  Banyak peralatan yang telah digunakan untuk menentukan laju disolusi. Prosedurnya berbeda pada prinsip dasarnya. Kondisi umum pada kebanyakan uji

  in vitro adalah sebagai berikut : a. Penggunaan cairan lambung dan cairan usus buatan pada suhu 37°C.

  b. Penggunaan peralatan untuk mengaduk komponen dan produk pada kecepatan tetap.

  c. Penggunaan kasa untuk memisahkan partikel yang terdisintegrasi dari

  Macam-macam metode pengujian disolusi adalah rotating basket

  

method , rotating paddle method, reciprocating cylinder, flow-through cell, paddle

over disk , dan cylinder (Troy, 2005)

F. Spektrofotometri Visibel

  Spektrofotometri UV-Visibel adalah salah satu teknik analisis fisika- kimia yang mengamati interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang 190-380 nm (UV) dan 380-780 nm (visibel) dengan menggunakan instrument spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995).

  Pada umumnya, semua molekul dapat menyerap radiasi elektromagnetik di daerah UV dan visibel karena memiliki elektron, baik berkelompok maupun tunggal yang dapat terkeksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang yang menunjukkan terjadinya serapan tergantung pada kekuatan ikatan elektron pada molekul tersebut (Day dan Underwood, 1986).

  Instrumentasi spektrofotometer meliputi sumber radiasi kontinyu pada panjang gelombang tertentu, monokromator untuk memilih berkas sempit dari sumber spekrum, sel sampel, detektor, pembaca respon detektor atau recorder. Sumber (source) untuk daerah tampak adalah tungsten filament incandescent lamp . Sel sampel untuk visibel dari gelas atau kuarsa (Christian, 2004). Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai yaitu :

  1. Pelarut tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna

  2. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis

  3. Kemurnian harus tinggi atau derajat untuk analisis (Mulja dan Suharman, 1995).

  Pada umunya, pelarut yang sering dipakai adalah air, etanol, sikloheksan, dan isopropanol. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam masalah pemilihan pelarut adalah polaritas pelarut yang dipakai, karena akan berpengaruh terhadap pergeseran spektrum molekul yang dianalisis (Mulja dan Suharman, 1995).

  Keuntungan teknik spektrofotometri yaitu banyak substansi dapat diukur pada kisaran part per million (ppm) rendah pada pelarut yang tidak memberikan serapan. Selain itu, spektrofotometri memiliki sensitivitas yang baik serta didukung oleh cara yang sederhana dan akurat (Schirmer, 1982).

G. Validasi Metode Analisis

  Validasi metode menurut United States Pharmacopeia (USP) dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis bersifat akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Tujuan utama validasi metode adalah untul menghasilkan hasil analisis yang paling baik. Untuk memperoleh hasil tersebut, semua variabel yang terkait dengan metode analisis harus dipertimbangkan. Banyaknya parameter yang harus di validasi tergantung pada tujuan analisis (Rohman, 2009).

  Suatu metode analisis untuk mengamati adanya pengotor-pengotor (impurities) atau produk degradasi dalam suatu produk akhir obat, harus menentukan nilai batas deteksi (limit of detection, LOD) dan batas kuantifikasi (limit of quantification, LOQ); karena adanya suatu fakta bahwa senyawa- senyawa pengotor dan hasil degradasi biasanya berada dalam jumlah sekelumit (trace elements). Meskipun demikian, untuk uji senyawa aktif farmasetik (Active

  

Pharmaceutical Ingredients , API), maka tidak disyaratkan untuk menentukan

  nilai LOD dan LOQ, Karena metode analisis untuk API tidak ditujukan untuk analisis senyawa pada konsentrasi rendah (Rohman, 2009).

  Kategori yang terdapat dalam USP dan ICH adalah sebagai berikut:

  1. Kategori I Metode untuk kuantifikasi komponen mayor dalam produk ruahan API, termasuk senyawa-senyawa pengawet dalam produk akhir obat, diklasifikasikan dalam kategori I. Metode uji dan keseragaman kandungan masuk dalam kategori ini.

  Analisis sekelumit ini tidak diisyaratkan pada uji keseragaman kandungan ini, karenanya penentuan LOD dan LOQ dalam uji ini tidaklah penting (Rohman, 2009).

  2. Kategori II Metode kategori II ditujukan untuk menentukan pengotor/ pengganggu produk akhir obat atau dalam proses pembersihan (cleanng process). Metode ini lebih lanjut dibagi menjadi 2 yaitu ke dalam uji kuantitatif dan uji batas (limit test) (Rohman, 2009).

  3. Kategori III Metode-metode yang digunakan untuk menentukan karakteristik kinerja produk akhir jatuh pada kategori III. Uji disolusi (tidak termasuk pengukurannya) dan uji-uji pelepasan obat merupakan contoh metode yang masuk kategori ini (Rohman, 2009).

  

Tabel I. Elemen-elemen data yang dibutuhkan untuk uji validasi

Parameter Kinerja Analisis Pengujian kategori I Pengujian kategori II Uji kategori

  III Kuantitatif Uji Batas Akurasi Ya Ya * * Presisi Ya Ya Tidak Ya Spesifisitas Ya Ya Ya * LOD Tidak Tidak Ya * LOQ Tidak Ya Tidak * Linieritas Ya Ya Tidak * Kisaran (range)

  Ya Ya * *

  Ruggedness Ya Ya Ya Ya

  • *mungkin dibutuhkan, tergantung pada uji spesifiknya

  Parameter-parameter dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut.

Dokumen yang terkait

Pengaruh formulasi ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat manitol terhadap disolusi kurkumin.

0 3 46

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Polyvinyl Pyrrolidone (PVP) dengan spray drying.

2 6 96

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Hydroxypropyl Methycellulose (HPMC) dengan spray drying.

0 2 87

Pengaruh formulasi ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat manitol terhadap disolusi kurkumin

1 1 44

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam polivinil pirolidon dengan vaccum rotary evaporator.

1 3 90

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Hydroxypropyl Methycellulose (HPMC) dengan spray drying

1 3 85

Standarisasi ekstrak rimpang kunyit [curcuma domestica val.] - USD Repository

0 4 88

Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma donestica C 95)-HPMC E-5 - USD Repository

0 2 118

Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95)-HPMC E-15 - USD Repository

0 0 89

Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95)-PVP K-25 - USD Repository

0 1 102