DOCRPIJM 5123948e17 BAB VIBab 6. ASPEK TEKNIS SEKTOR
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015 BAB
Book Aspek teknis per sektor
Sale
6
encana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan
R
permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi.
6.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN Pengembangan permukiman di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni aman, nyaman, damai
(liveable), dan sejahtera serta berkelanjutan. Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.
Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan. Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola dan struktur, serta bahan material yang digunakan. Ketersediaan perumahan dan permukiman serta keterjangkauan dari sarana prasarana perumahan dan permukiman tersebut dalam pelayanan kepada masyarakat merupakan permasalahan yang
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung
banyak dijumpai pada berbagai wilayah. Keterbatasan pendanaan pemerintah pada banyak kasus menjadikan pelayanan perumahan dan permukiman dibebankan kepada masyarakat. Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan , serta desa tertinggal..
6.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
A. Arahan Kebijakan Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir
e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
B. Lingkup Kegiatan Pengembangan Permukiman Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: Tugas Kabupaten/Kota :
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.
b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi f. penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.
Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan i. kawasan permukiman.
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015
Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang j. perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
Wewenang Kabupaten/Kota :
a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR.
Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat f. kabupaten/kota.
g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.
h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh i. pada tingkat kabupaten/kota.
Lingkup Kegiatan (tupoksi bidang permukiman di Bappeda dan Dinas Pudan Perhubungan)
6.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan A.
Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Isu Strategis Nasional yang berpengaruh terhadap pegembangan permukiman saat ini: Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Percepatan pencapaian target MDG’s 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015
Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Directive Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI. Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun. Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.
Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman.
Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman yang terangkum secara nasional. Namun, di masing-masing kabupaten/kota terdapat isuisu yang bersifat lokal dan spesifik yang belum tentu dijumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Penjabaran isu-isu strategis lokal ini dapat difokuskan untuk terkait pada bidang keciptakaryaan, seperti kawasan kumuh di perkotaan, dan mengenai kondisi infrastruktur di perdesaan.
Isu-isu strategis dalam permasalahan pembangunan permukiman di Kab. Tana Tidung adalah : Penurunan Kualitas Lingkungan Permukiman Padat
Seiring perkembangan perekonomian Kabupaten Tana Tidung. Bersamaan dengan itu, kondisi permukiman pesisir, khususnya perkampungan di sempadan sungai, mengalami degradasi lingkungan akibat semakin padatnya perumahan dan buruknya pemahaman akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
1. Minimnya Infrastruktur di Kawasan Pengembangan Baru
Rencana pengembangan baru Kabupaten Tana Tidung diarahkan ke pusat pengembangan . Namun dalam kenyataannya, dukungan infrastruktur di kawasan ini masih minim, termasuk belum lengkapnya masterplan jaringan, terutama jaringan listrik dan air bersih, yang diharapkan dapat menjadi dasar penyusunan program pengembangan jaringan ke wilayah lainnya.
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015
2. Kondisi Lahan Lahan di Kabupaten Tana Tidung, hampir sebagian wilayahnya merupakan lahan yang masih mentah, dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit guna proses pematangannya. Apalagi dibeberapa lokasi, kondisi tanah kurang menunjang karena cenderung berlempung akibat rembesan drainase alami dari arah sungai, serta masih banyak dipenuhi alang-alang, rawa, dan topografi yang tidak beraturan.
3. Kurangnya Dukungan Database Perumahan dan Permukiman Perencanaan dan pengelolaan merupakan kegiatan yang memerlukan dukungan informasi/data yang akurat. Seiring dengan perkembangan wilayah perkotaan, maka informasi/data mengenai perumahan dan permukiman akan semakin dinamis pula. Dalam kenyataannya, upaya-upaya pendataan terhadap perumahan dan permukiman di Kabupaten Tana Tidung dirasakan belum maksimal, mengingat berbagai kendala seperti kurangnya koordinasi/keterpaduan antar instansi, khususnya yang bertugas dan berwenang dalam pengelolaan perumahan dan permukiman Kabupaten Tana Tidung. Untuk itu, diperlukan upaya sinkronisasi basis data perumahan dan permukiman, termasuk utnuk memperoleh kesamaan komponen/variabel dan satuan data yang seragam, sehingga memudahkan upaya analisa data, pemanfaatannya, maupun pemabaharuan data untuk keperluan perencanaan dan pemograman selanjutnya.
Tabel 6.1 Isu-isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala KabupatenNo Isu Strategis Keterangan
1 Penurunan Kualitas Lingkungan Permukiman Padat
2 Minimnya Infrastruktur di Kawasan Pengembangan Baru Kondisi dan status lahan yang masih mentah dan tumpang
3 tindih dalam kawasan KBK
4 Kurangnya Dukungan Database Perumahan dan Permukiman B.
Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kabupaten Tana Tidung sebagai suatu Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Bulungan, perkembangannya diupayakan diawali dengan perencanaan yang matang yang meliputi
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015
perencanaan kondisi fisik dasar kawasan, jaringan jalan, drainase dan utilitas kota serta perencanaan dan perancangan elemen-elemen pembentuk wilayah perkotaan. Fungsi dan peran kota baru sebagai pusat pemerintahan, hunian dan komersial diarahkan sebagai pusat pelayanan kota dengan lingkup pelayanan lingkungan. Kabupaten baru yang terletak pada kawasan yang masih kosong diharapkan menjadi suatu kota yang akan menjadi pusat pelayanan jasa dan kegiatan formal lainnya serta permukiman dengan manajemen yang handal serta perencanaan yang matang. Kabupaten baru tersebut merupakan suatu jawaban terhadap tuntutan pembangunan yang mengglobal dan dituntut adanya kemandirian dalam mengelola, memanfaatkan dan mengendalikan pembangunan. Sebagai suatu image dan landmark serta budaya yang mampu menjadi representasi masyarakat Kabupaten Tana Tidung yang heterogen, dinamis, religius dan sederhana. Suatu Kabupaten yang menyatu dengan lingkungannya, memiliki kualitas ruangdan lingkungan yang baik. Arahan pemanfaatan ruang kawasan dikembangkan sesuai dengan pembagian wilayah fungsional kota ke dalam 3 Sub Wilayah Pengembangan (SWP). RTRW Kabupaten Tana Tidung merupakan arahan penataan ruang yang lebih detil untuk kawasan-kawasan yang menjadi prioritas pengembangan karena keunikannya. Kabupaten Tana Tidung selama ini telah dikenal sebagai daerah otonomi baru yang potensial untuk dikembangkan. Arahan kawasan perumahan agar dapat menunjang konsep pengembangan kawasan ini adalah penataan permukiman yang didukung dengan fasilitas-fasilitas yang serasi, serta pembangunan perumahan kepadatan sedang dengan menggabungkan konsep penataan secara cluster dan koridor. Arahan bagi kawasan perumahan & permukiman guna menunjang konsep pengembangan wilayah Loktuan ini adalah dengan peremajaan/ urban renewal bagi kawasan permukiman nelayan, serta dengan pemanfaatan kontur di sekitar kawasan guna menghasilkan desain tapak dan bangunan perumahan yang unik dan menarik.
Ketersediaan perumahan di Kabupaten Tana Tidung pada tahun 2013 sebanyak ... unit yang tersebar di (5) Lima Kecamatan yaitu di Kecamatan Sesayap, Kecamatan Sesayap Hilir Kecamatan Tana Lia, Kecamatan Muruk Rian dan Kecamatan Betayau. Jumlah penduduk Kabupaten Tana Tidung pada tahun 2014 tercatat sebesar 18. 985 jiwa, meningkat sebesar 7,59 persen dibandingkan dengan hasil sensus penduduk tahun 2011 yang berjumlah 16.356 jiwa. Dari keseluruhan kepala keluarga membutuhkan 3.271 unit rumah bila dicapai kondisi ideal dimana satu rumah tangga menempati satu rumah.
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP T
7
19 Tahun 2012 Izin Mendirikan Bangunan 2012
1 Perda Kab.Tana Tidung Nomor
No Peraturan Keterangan Nomor Peraturan Perihal Tahun
Tabel 6.3 Peraturan-peraturan terkait Pengembangan PermukimanSebagai salah satu dalam pengembangan pembangunan permukiman di Kabupaten Tana Tidung, perlu diketahui peraturan perundangan yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan pembangunan permukiman.
29 Sumber : Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2014
6 Jumlah
5 Muruk Rian
6
4 Betayau
3
3 Tana Lia
7
2 Sesayap Hilir
1 Sesayap
abel 6.2 Jumlah Rumah di Kabupaten Tana Tidung
No Kecamatan Desa/Kelurahan Jumlah Rumah Layak Huni (unit)
Tabel 6.3 data pembangunan rumah layak huni di daerah transmigrasi29 Sumber : Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2014
6 Jumlah
5 Muruk Rian
6
4 Betayau
3
3 Tana Lia
7
2 Sesayap Hilir
7
1 Sesayap
No Kecamatan Desa/Kelurahan Jumlah Rumah (unit)
Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di perkotaan, maupun dukungan infrastruktur dalam program-program perdesaan seperti PISEW (RISE), PPIP, serta kawasan potensial, rawan bencana,
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015
perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data untuk kondisi eksisting lima tahun terakhir.
Perkotaan
Tabel 6.4 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2014Luas Jumlah Rumah Jumlah Rumah Semi Jumlah Penduduk No Lokasi Kawasan Kumuh Kawasan Permanen Permanen
1
2
3 Sumber :
Tabel 6.5 Data Kondisi RSH di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2014Tahun Jumlah Penghuni Kondisi Prasarana CK yang No Lokasi RSH Pengelola Pembangunan ada
1
2
3 Sumber :
Tabel 6.6 Data Kondisi Rusunawa di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2014Tahun Terhuni/ Pengelola Jumlah Kondisi Prasarana CK yang No Lokasi Rusunawa Pembangunan Tidak Penghuni ada
1
2
3 Sumber :
Pedesaan
Tabel 6.7 Data Program Pedesaan di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2014No Program/Kegiatan Lokasi Satuan Status
1
2 Sumber :
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung
Tabel 6.8 Data Kondisi Infrastruktur Pedesaan di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2014No Infrastruktur Lokasi Satuan Kondisi
1 Drainase Lingkungan Tideng Pale Timur Baik
2
3 C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan :
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
C.1. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Nasional diantaranya :
1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.
3. Pencapaian target MDG ’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-
Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)
4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah
5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
6. Penguatan Sinergi SPPIP/RPKPP dalam Penyusunan RPI2-JM Kab./Kota C.2. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman di Kabupaten Tana tidung diantaranya :
Tantangan pengembangan permukiman secara nasional yaitu:
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015 Permasalahan :
1. Penurunan Kualitas Lingkungan Permukiman Padat Seiring perkembangan perekonomian Kabupaten Tana Tidung. Bersamaan dengan itu, kondisi permukiman pesisir, khususnya perkampungan di sempadan sungai, mengalami degradasi lingkungan akibat semakin padatnya perumahan dan buruknya pemahaman akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
2. Minimnya Infrastruktur di Kawasan Pengembangan Baru Rencana pengembangan baru Kabupaten Tana Tidung diarahkan ke pusat pengembangan
. Namun dalam kenyataannya, dukungan infrastruktur di kawasan ini masih minim, termasuk belum lengkapnya masterplan jaringan, terutama jaringan listrik dan air bersih, yang diharapkan dapat menjadi dasar penyusunan program pengembangan jaringan ke wilayah lainnya.
3. Kondisi Lahan Lahan di Kabupaten Tana Tidung, hampir sebagian wilayahnya merupakan lahan yang masih mentah, dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit guna proses pematangannya.
Apalagi dibeberapa lokasi, kondisi tanah kurang menunjang karena cenderung berlempung akibat rembesan drainase alami dari arah sungai, serta masih banyak dipenuhi alang-alang, rawa, dan topografi yang tidak beraturan.
4. Kurangnya Dukungan Database Perumahan dan Permukiman Perencanaan dan pengelolaan merupakan kegiatan yang memerlukan dukungan informasi/data yang akurat. Seiring dengan perkembangan wilayah perkotaan, maka informasi/data mengenai perumahan dan permukiman akan semakin dinamis pula. Dalam kenyataannya, upaya-upaya pendataan terhadap perumahan dan permukiman di Kabupaten Tana Tidung dirasakan belum maksimal, mengingat berbagai kendala seperti kurangnya koordinasi/keterpaduan antar instansi, khususnya yang bertugas dan berwenang dalam pengelolaan perumahan dan permukiman Kabupaten Tana Tidung. Untuk itu, diperlukan upaya sinkronisasi basis data perumahan dan permukiman, termasuk utnuk memperoleh kesamaan komponen/variabel dan satuan data yang seragam, sehingga memudahkan upaya analisa data, pemanfaatannya, maupun pemabaharuan data untuk keperluan perencanaan dan pemograman selanjutnya.
Terjadi kecenderungan naiknya angka kebutuhan perumahan, ini disebabkan oleh karena:
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015
a. Menurunnya kualitas perumahan akibat rendahnya tingkat perawatan sehingga banyak rumah yang tergolong tidak lagi layak huni,
b. Naiknya kebutuhan perumahan di wilayah perkotaan Kabupaten Tana Tidung sebagai akibat dari pesatnya pertumbuhan penduduk.
Hal inilah yang membuat terjadinya kecenderungan naiknya kebutuhan rumah sewa di Kabupaten Tana Tidung, hal itu disebabkan oleh :
a. Daya beli masyarakat yang kurang sanggup terhadap rumah yang berstatus hak milik,
b. Naiknya jumlah pendatang sementara, c. meningkatnya pertimbangan kepraktisan pengelolaan dan kemudahan akses. Terkait dengan adanya keterbatasan lahan, sebagai akibat perkembangan pendudk di Kabupaten Tana Tidung yang terus bertambah terutama penduduk migran maka tentunta kebutuhan perumahan pun terus bertambah. Sebagai akibatnya kurangnya dukungan sumberdaya ekonomi yang kuat masyarakat dalam membeli lahan, maka yang terjadi adalah intervensi area kawasan hutan lindung sebagai area permukiman ilegal. Berkembangnya kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Tana Tidung menuntut tersedianya lahan khususnya permukiman sebagai komponen guna lahan kawasan perkotaan dengan proporsi terbesar. Kurangnya mekanisme kontrol memungkinkan pengembangan lahan-lahan permukiman mengintervensi kawasan-kawasan dengan fungsi lindung. Kondisi ini perlu diantisipasi melalui regulasi dan kontrol serta pengendalian yang ketat, dengan menegaskan bahwa kawasan lindung tidak boleh diintervensi dengan penggunaan lahan apapun termasuk permukiman.
Seiring perkembangan perekonomian Kabupaten Tana Tidung. Bersamaan dengan itu, kondisi permukiman pesisir, khususnya perkampungan nelayan, mengalami degradasi lingkungan akibat semakin padatnya perumahan serta buruknya pemahaman akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.Banyak hal yang terkait dengan keberadaan kantong-kantong kawasan kumuh di Kabupaten Tana Tidung. Pada dasarnya yang utama adalah kurangnya dukungan PSD Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman. Hal ini juga ditambah dengan tingkat perekonomian masyarakat yang tergolong lemah dan minimnya skill yang dimiliki sehingga berdampak sangat kompleks bagi penyebab berkembangnya kantong-kantong kawasan kumuh di Kabupaten Tana Tidung.
Beberapa prasarana permukiman seperti seperti penerangan jalan (PJU), air minum, pengolahan air limbah, dan lain-lain merupakan masalah tersebdiri di Kabupaten Tana Tidung. Di beberapa lokasi permukiman, khususnya spot-spot permukiman spontan, penerangan jalan terasa kurang, seperti jalan menuju kawasan permukiman di Kabupaten Tana Tidung. Saluran dan fasilitas
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015
pengolahan air limbah/ tinja juga menjadi prasarana yang perlu segera disediakan, terutama di kawasan permukiman atas air di wilayah sempadan sungai, yang masih banyak mengandalkan buangan alami, mengakibatkan penumpukkan air limbah yang akan terlihat pada saat air sungai sedang surut.
Kondisi ini dapat menimbulkan masalah kesehatan lingkungan. Sebagai dampak belum optimalnya pemerataan pembangunan di Kawasan perkotaan, maka hal ini berdampak pada tingkat lambannya perkembangan daerah ini. Sebagai antisipasi kedepan maka dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Tidung terus menggalakkan upaya percepatan pengembangan dan pembangunan pada Kawasan Baru. Untuk permasalah kelembagaan perumahan dan permukiman di Kabupaten Tana Tidung yang dapat diidentifikasi adalah sebagai pengelolaan perumahan yang dikembangkan oleh swasta (resmi) kerap dilakukan oleh developer/pengembang kawasan tersebut. Namun demikian, ada beberapa lokasi yang badan pengelolanya tidak aktif lagi, terutama setelah rumah-rumah dalam kawasan tersebut laku terjual (habis) dan aktivitas di lingkungan permukimannya berjalan lancar, walaupun sesungguhnya developer selalu memiliki tanggung jawab untuk menjalankan pelayanan pengelolaan perumahan. Akibatnya di beberapa lokasi perumahan, pengelolaan dilakukan secara swadaya oleh warga masyarakat. Rumusan permasalahan dan tantangan Pengembangan Permukiman di dalam SPPIP ke dalam isian tabel 6.9.
Tabel 6.9 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan PermukimanKabupaten Tana Tidung
N Aspek Pengembangan Tantangan Perasalahan Yang Dihadapi Alternatif Solusi o Permukiman Pengembangan
Aspek Teknis Keterbatasan lahan secara kuantitas
Keterbatasan lahan secara kualitas
Aspek Kelembagaan Aspek Pembiayaan Pembiayaan Aspek Peran Swasta/Masyarakat Aspek Lingkungan Penataaan Permukiman Permukiman di wilayah Sempadan sungai
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015
6.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Prediksi Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Permukiman di Kabupaten Tana Tidung Kebutuhan akan perumahan dapat diukur berdasarkan pertumbuhan penduduk Kabupaten Tana Tidung, serta faktor lainnya, seperti kebijakan perkotaan, perkembangan ekonomi wilayah, dll baik internal maupun eksternal. Namun, tingkat pertumbuhan penduduk dapat menjadi faktor penting yang mempengaruhi kebutuhan akan perumahan, karena penduduk itu sendiri yang nantinya merupakan subjek yang akan menempati rumah. Tingkat pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh beberapa variabel:
a. Perubahan penduduk natural, dihitung berdasarkan perubahan jumlah penduduk yang lahir dan mati.
b. Migrasi, dihitung berdasarkan jumlah penduduk yang masuk dan keluar dari Kabupaten.
c. Kebijakan, diperhitungkan apabila terjadi perubahan jumlah penduduk sebagai dampak suatu kebijakan (Misalnya: pemekaran wilayah administratif, kebijakan pembatasan migrasi, dll) Perkembangan wilayah Kabupaten Tana Tidung dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk. Perkembangan penduduk yang cukup tinggi tersebut akan berpengaruh terhadap penyediaan sarana dan prasarana pelayanan wilayah, untuk itu diperlukan suatu strategi yang mampu mengarahkan perkembangan penduduk. Berdasarkan hasil proyeksi, maka rencana distribusi penduduk Kabupaten Tana Tidung ditunjukkan dalam Tabel 6.10.
Tabel 6.10 Rencana Distribusi Penduduk Kabupaten Tana TidungNo Kecamatan Tahun 2009 2010 2011 2015 2020 2025 2030
1 Sesayap 6602 7051 7530 9794 13605 18898 26251
2 Sesayap Hilir 4197 4482 4787 6226 8649 12014 16688
3 Tana Lia 3341 3569 3812 4961 6896 9586 13325
4 Betayau
5 Muruk Rian
Jumlah 14140 15102 16129 20981 29150 40498 56264
Sumber : RTRW Kabupaten Tana Tidung 2012Tabel 6.11 Rencana Kepadatan Penduduk Kabupaten Tana TidungTahun 2030 Luas Kepadatan Tingkat No Kecamatan Wilayah
Jumlah 2 Penduduk Kepadatan (km ) Penduduk 2 (jiwa/km )
1 Sesayap 1.016,92 26251
18 Sangat Tinggi
2 Sesayap Hilir 1.317,53 16688
7 Sangat Rendah Tanah Lia 3 426,8 13325
15 Tinggi
4 Betayau 1.007,65 Muruk Rian 5 608.62 Jumlah 4.828,58
40 - 56264 Sumber : RTRW Kabupaten Tana Tidung 2012
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015
Berdasarkan hasil analisis terhadap demand perumahan berupa proyeksi penduduk, selanjutnya dapat diperoleh proyeksi kebutuhan rumah dan kebutuhan lahan perumahan di Kabupaten Tana Tidung hingga tahun 2018. Asumsi-asumsi yang digunakan pada proyeksi kebutuhan rumah adalah:
Dasar perhitungan adalah jumlah penduduk hasil proyeksi (pada tahun ke-x).
Dari jumlah penduduk hasil proyeksi dapat diketahui pertambahan jumlah penduduknya.
Pertambahan jumlah penduduk tersebut dikonversikan terhadap kebutuhan unit rumah, dengan asumsi 1 KK memiliki 1 unit rumah.
Setiap satu keluarga menempati 1 unit rumah, sehingga diperlukan data proyeksi KK hingga tahun 2016. Data diperoleh dari proyeksi jumlah penduduk hingga tahun 2016.
Proyeksi jumlah KK didasari pada ukuran standar jumlah jiwa tiap rumah tangga di Kabupaten Tana Tidung, yaitu 5 jiwa setiap rumah tangga. Asumsi ini juga didasarkan pada hasil perhitungan, yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 6.12 Proyeksi Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan Rumah Tangga di Kabupaten Tana Tidung
Luas Wilayah Jumlah Rumah Kepadatan Bangunan No Kecamatan Daratan (Ha) (Unit) (Unit/Ha)
1 Sesayap 7,73 1.016,92
2 Sesayap Hilir 4.03 1.317,53
3 Tana Lia 6.24 426,8
4 Betayau 1.82 1.007,65
5 Muruk Rian 2.06 608.62
Jumlah 4.828,58
3.93 Sumber : Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2014
Analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah pengembangan permukiman dapat diuraikan pada tabel berikut. Bagi kabupaten/kota yang telah menyusun SPPIP dapat mengadopsi rumusan analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah yang telah tertuang di dalam SPPIP untuk lima tahun pertama ke dalam isian tabel 4.13
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015
Tabel 6.13 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan Untuk 5 TahunTahun Tahun Tahun Tahun Tahun 2014 2015 2016 2017 2018 No Uraian Unit Ket Kabupaten Tana Tidung
1 Jumlah Jiwa 18.986 Penduduk Kepadatan Jiwa/Km2
3.93 Penduduk Proyeksi Jiwa/Km2 Persebaran Penduduk Proyeksi Jiwa/Km2 Persebaran Penduduk Miskin
2 Sasaran Ha Penurunan Kawasan Kumuh
3 Kebutuhan TB Rusunawa
4 Kebutuhan Unit RSH
5 Kebutuhan Kawasan Pengembangan Permukiman Baru
6.1.4. PROGRAM-PROGRAM SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari: 1) pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta 2) peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH. Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,
2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), 3) desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM. Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP/RP2KP dan RPKPP/RTBL-KSK ataupun review bilamana diperlukan.
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
- Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
- Infrastruktur permukiman RSH
- Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
- Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/ Minapolitan)
- Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
- Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil
- Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)
- Infrastruktur perdesaan PPIP
- Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam gambar berikut :
Gambar 6.1 Alur Program Pengembangan PermukimanSumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015
Kriteria Kesiapan ( )
Readiness Criteria
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum • Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
- Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
- Kesiapan lahan (sudah tersedia).
- Sudah tersedia DED.
- Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP, Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
- Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
- Ada unit pelaksana kegiatan.
- Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
2. Khusus Rusunawa
- Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
- Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh • Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya
- Ada calon penghuni RIS PNPM • Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
- Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
- Tingkat kemiskinan desa >25%.
- Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM. PPIP
- Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
- Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya
- Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
- Tingkat kemiskinan desa >25% PISEW
- Berbasis pengembangan wilayah
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung
- Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
- Mendukung komoditas unggulan kawasan Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015
3. Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman b. Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana :
a. Kondisi Jalan ;
b. Drainase;
c. Air bersih;
d. Air limbah
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.
b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (
grand scenario ) kawasan, rencana induk ( master plan ) kawasan dan lainnya.
6.1.5. Usulan Program dan Kegiatan
6.1.5.1. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Dari sejumlah sasaran dan program nasional pengembangan permukiman, diusulkan beberapa program yang relevan dengan kondisi eksisiting dan permasalahan pembangunan permukiman di Kabupaten Tana Tidung sebagaimana disajikan pada tabel berikut :
Tabel 6.14 Program Pengembangan Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Diusulkan
Kondisi
No Aspek Pengembangan Permukiman Lokasi Kondisi Akhir Rencana
Saat IniDesa Menjelutung Kec. Belum
1 Relokasi Menjelutung Sesayap Hilir terbangun Desa Sengkong Kec. Belum
2 Relokasi Sengkong Sesayap Hilir terbangun Belum
3 Perumahan PNS Tideng Pale Kec. Sesayap Landclearing terbangun Belum
4 Relokasi Sedulun Sedulun Kec. Sesayap Landclearing terbangun
6.1.5.2 Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Pengembangan Permukiman Berdasarkan analisis kebutuhan dan usulan program pengembangan infrastruktur permukiman yang relevan dengan kondisi eksisiting dan permasalahan permukiman di Kab. Tana Tidung maka diusulkan beberapa kegiatan dan pembiayan pengembangan permukiman di Kab. Tana Tidung.
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015
Secara rinci, usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan Pengembangan Permukiman di Kabupaten Tana Tidung disajikan dalam Matriks RPI2JM pada bab XI .
6.2. PENATAAN BANGUNAN dan LINGKUNGAN 6.2.1.
Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan Kebijakan Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan dalam upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain:
1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan & Kawasan Permukiman
2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
5. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Lingkup Kegiatan Lingkup kegiatan pada sektor PBL, menyangkut kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan pada Gambar berikut :
BAPPEDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Laporan Review RPI2-JM Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Pemerintah Kabupaten Tana Tidung
Gambar 6.2. Lingkup Tugas PBLSumber : Dit. PBL, DJCK, 2012
Lingkup kegiatan untuk mewujudkan lingkungan binaan yang baik dalam peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi: a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman meliputi :
- Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
- Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
- Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan; • Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
- Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;
- Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
- Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur; • Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
- Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan; • Paket dan Replikasi.