Review RPIJM Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018) Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA )

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Bab

2
GAMBARAN UMUM
DAN KONDISI WILAYAH
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

2.1

Kondisi Umum

Kabupaten Labuhanbatu Utara merupakan salah satu Kabupaten dari pemekaran Kabupaten
Labuhanbatu yang mekar menjadi 3 kabupaten yaitu Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten
Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten LabuhanbatuUtara.

2.1.1

Sejarah Kabupaten Labuhanbatu Utara

Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara didasarkan pada hal-hal berikut ini:
1.

Surat Keputusan DPRD Labuhanbatu No. 63 Tahun 2005 tanggal 31 Oktober 2005 tentang
Persetujuan DPRD Labuhanbatu Terhadap Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu,
Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan;

2.

Surat Keputusan DPRD Labuhanbatu No. 63a Tahun 2005 tanggal 31 Oktober 2005
tentang Penetapan ibukota Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Labuhanbatu Selatan;

3.

Surat Keputusan DPRD Labuhanbatu No. 63b Tahun 2005 tanggal 31 Oktober 2005
tentang Kesanggupan Dukungan Dana dari Kabupaten Labuhanbatu (induk) untuk

Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan;

4.

Keputusan Bupati Labuhanbatu No. 135/226/PEM/2005 tanggal 10 Maret 2005 tentang
Penetapan Ibukota Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan;

5.

Surat Bupati Labuhanbatu No. 135/2698/Pem/2005 tanggal 1 November 2005 perihal
Mohon Persetujuan Pemekaran Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu
Selatan;
Page

2 - 1

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )


6.

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Keputusan DPRD Provinsi Sumatera Utara No. 1/K/2006 tanggal 12 Januari 2006 tentang
Persetujuan Pemekaran Kabupaten Labuhanbatu;

7.

Surat Gubernur Sumatera Utara No. 903/035.K/2006 tanggal 26 Januari 2006 tentang
Bantuan Dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi Sumatera Utara
Bagi calon Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan di wilayah
Provinsi Sumatera Utara;

8.

Keputusan DPRD Kabupaten Labuhanbatu No. 08 Tahun 2008 tanggal 5 Mei tentang
Dukungan Dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Labuhanbatu
(induk) Bagi calonKabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan di

Kabupaten Labuhanbatu;

9.

Keputusan Bupati Labuhanbatu No. 903/452/Pem/2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang
Dukungan Dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Labuhanbatu
(induk) Bagi calon Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan
diKabupaten Labuhanbatu;

10. Surat Gubernur Sumatera Utara No. 135/6191 tanggal 24 Juni 2008 perihal Bantuan Dana
Calon Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Berdasarkan hal-hal tersebut, pemerintah telah melakukan pengkajian secara mendalam dan
menyeluruh mengenai kelayakan pembentukan daerah dan berkesimpulan bahwa pemerintah
perlumembentuk Kabupaten Labuhanbatu Utara. Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara
tercantum dalam Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten
Labuhanbatu Utara di Provinsi Sumatera Utara. Lebih jelasnya mengenai orientasi Wilayah
Perencanaan dapat dilihat pada gambar 2.1.

Page


2 - 2

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Gambar 2.1
Peta Orientasi Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara

Sumber: RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 – 2031

Page

2 - 3

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

( BAPPEDA )

2.1.2

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Kondisi Geografi

Kabupaten Labuhanbatu Utara merupakan salah satu daerah yang berada di Kawasan Pantai
Timur Sumatera Utara. Secara geografis, Kabupaten Labuhanbatu Utaraterletak pada koordinat,
1058’00’’-2050’00 Lintang Utara, 99025’00’’-100005’00’’ Bujur Timur.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Kabupaten Labuhanbatu Utara di Provinsi Sumatera Utara, maka secara administrasi, wilayah
Kabupaten Labuhanbatu Utara memiliki batas wilayah yaitu:
-

Sebelah Utaraberbatasan dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka;

-


Sebelah Selatanberbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Padang
LawasUtara, dan Kabupaten Tapanuli Selatan;

-

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Toba
Samosir; dan

-

Sebelah Timurberbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu.

Untuk lebih jelasnya mengenai batas Wilayah Administrasi Kabupaten Labuhanbatu Utara dapat
dilihat pada gambar 2.2.
Kabupaten Labuhanbatu Utara terdiri dari 8 Kecamatan, 82 desa dan 8 kelurahan dengan luas
area seluas 354.580 Ha; dengan Ibukotanya Aek Kanopan yang terletak di Kecamatan Kualuh
Hulu. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Asahan. Adapun mengenai jumlah
Kecamatan, Desa, Kelurahan serta jarak dari kota Kabupaten ke kota Kecamatan (IKK) dapat
dilihat pada tabel II - 1.


Page

2 - 4

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Gambar 2.2
Peta Administrasi Kabupaten Labuhanbatu Utara

Sumber: RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 – 2031

Page

2 - 5


Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Tabel II - 1
Luas Daerah, Jumlah Desa/Kelurahan dan Jarak
ke Ibukota Kabupaten
No

Kecamatan

Ibukota
Kecamatan

Luas
(HA)


Desa

Kelurahan

Jarak ke
Ibukota
Kabupaten

Jumlah

1

Na IX-X

Aek Kotabatu

55.400

12


1

46

2

Marbau

Marbau

35.590

17

1

66

3

Aekkuo

Aek Korsik

25.020

8

-

73

4

Aeknatas

Bandar Durian

67.800

11

1

35

5

Kualuh Selatan

Damuli

34.451

11

1

15

6

Kualuh Hilir

Kampung Mesjid

38.548

6

1

69

7

Kualuh Hulu

Aek Kanopan

63.739

11

2

1

8

Kualuh Leidong

Tanjung Leidong

34.032

6

1

71

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 - 2031

2.1.3

Kondisi Klimatologi
A. Curah Hujan
Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara,
Kabupaten Labuhanbatau Utara termasuk daerah yang beiklim tropis. Daerah ini
memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan musim
hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan
pada bulan terjadinya musim. Daerah Labuhanbatu Utara dan sekitarnya terletak pada
zona iklim Indo-Australia yang bercirikan suhu, kelembaban dan curah hujan yang tinggi
sepanjang tahun. Musim hujan berlangsung dari November sampai Juni, dan musim
kemarau dari Juli sampai Oktober. Selama musim hujan, curah hujan bulanan rata-rata
mencapai 130-301 mm, dan pada musim kemarau mencapai 0-47 mm, jumlah curah
hujan tahunan rata-rata 10 mm, jumlah hari hujan terbanyak yaitu bulan Januari dan
Desember antara 10-16 hari hujan perbulan. Sumber data dari penelitian curah hujan di

Page

2 - 6

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Perkebunan Kabupaten Labuhanbatu
Utara . Sebagian besar daerah penyelidikan ditutupi oleh perkebunan tropis homogen,
persawahan, perkampungan dan sebagian besar perkebunan kelapa sawit.

B . Hari Hujan
Jumlah hari hujan pada tahun 2008 di Kabupaten Labuhanbatu Utara sebesar 159 hari.
Hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember yaitu 19 hari hujan, sedangkan hari
hujan paling sedikit terjadi pada bulan Februari sebanyak 4 hari hujan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.3 dan tabel II-2 di bawah ini.

Page

2 - 7

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Gambar 2.3
Peta Curah Hujan Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2008

Sumber : Labuhanbatu Utara Dalam Angka 2012

Page

2 - 8

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Tabel II-2
Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2008
No

Bulan

Curah Hujan
(MM)

Hujan

1.

Januari

273

Hari
14

2.

Febuari

67

4

3.

Maret

291

15

4.

April

323

15

5.

Mei

308

11

6.

Juni

173

9

7.

Juli

251

10

8.

Agustus

242

13

9.

September

184

17

10.

Oktober

387

10

11.

Nopember

428

14

12.

Desember

441

19

Jumlah / Total

3 368

159

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 - 2031

2.1.4

Kondisi Topografi

Salah satu faktor utama dalam pertimbangan perencanaan pemanfaatan ruang dan bersifat “given”
adalah faktor topografi dan kemiringan lerengnya. Dalam pengertian yang lebih luas,
topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh
manusia

terhadap

lingkungan,

dan

bahkan

kebudayaan

lokal.

Topografi umumnya

menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan. Pengkajian
faktor ini dimaksudkan untuk mengetahui arah pemanfaatan suatu lahan. Oleh karena kondisi
suatu topografi akan dapat menjadi potensi dan limitasi dalam proses pemanfaatannya.

Morfologi
Morfologi merupakan studi terhadap roman muka bumi. Morfologi daerah kajian dapat dibagi
atas beberapa satuan morfologi yang didasarkan atas kesamaan bentuk bentang alamnya. Secara

Page

2 - 9

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

umum berdasarkan peta topografi dan analisa citra serta pengamatan di lapangan morfologi
daerah kajian dapat dikelompokkan atas beberapa satuan morfologi.
A. Satuan Morfologi Dataran
Morfologi ini merupakan bentuk bentang alam yang relatif datar atau hampir datar
dengan kemiringan lereng 0 – 2 % serta ketinggian rata-rata berkisar dari 1 – 5 m diatas
permukaan laut. Satuan morfologi ini mendominasi bentang alam di daerah kajian,
laut dan daerah di sepanjang sempadan sungai. Kenampakan satuan morfologi pada peta
topografi memperlihatkan garis kontur yang jarang sampai sangat jarang. Kontrol
litologi sangat dominan pada satuan ini, yaitu disusun oleh endapan kwarter dari
endapan aluvial dan aluvial tua. Satuan ini berada di sebelah timur yang memanjang dari
barat daya hingga timur laut. Satuan ini umumnya terdapat di Kecamatan Kualuh
Leidong, Kualuh Hilir, sebagian di Kecamatan Aek Kuo, Aek Natas, Kualuh Selatan,
Aek Kanopan, dan Merbau.
B. Satuan Morfologi Perbukitan
Satuan ini mempunyai bentuk bentang alam yang memperlihatkan relif baik halus
maupun kasar, membentuk bukit-bukit dengan kemiringan lereng yang bervariasi.
Berkisar dari 10 – 16 %. Ketinggian dari morfologi ini berkisar dari 90 – 370 m di atas
permukaan laut. Pada peta topografi satuan morfologi ini memperlihatkan kontur yang
relatif agak rapat dan relatif membulat. Berdasarkan pembagian klasifikasi sudut lereng
oleh Mabery (1972) maka satuan morfologi perbukitan dapat digunakan untuk beberapa
aktifitas lingkungan binaan, seperti rekreasi umum, bangunan terstruktur, perkotaan
umum, perumahan konvensional dan prasarana pendukungnya seperti terlihat pada
tabel II-3 berikut ini.

Page

2 - 10

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Tabel II-3
Klasifikasi Sudut Lereng (Mabery, 1972)
Sudut Lereng

Peruntukan
0-3

3-5

5-10

10-15

15-30

30-70

> 70

Rekreasi Umum

v

v

v

v

v

v

v

Bangunan terstruktur

v

v

v

v

v

v

v

Perkotaan Umum

v

v

v

v

Jalan umum

v

v

v

Sistem Septik

v

v

Perumahan Konvensional

v

v

Pusat Perdagangan

v

v

Jalan Raya

v

v

Lapangan Terbang

v

Jalan Kereta Api

v

(Wilayah Transmigrasi)

v

v

v

v

v

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 – 2031

Page

2 - 11

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Gambar 2.4
Peta Topografi dan Morfologi Kabupaten Labuhanbatu Utara

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 – 2031

Page

2 - 12

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

2.1.5

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Kondisi Geologi
A. Geologi Umum
Informasi geologi merupakan salah satu aspek yang penting dilakukan pengkajian,
khususnya dalam proyek perencanaan tata ruang wilayah. Secara regional atau secara
tektonik daerah Labuhanbatu

Utara merupakan daerah belakang busur (back arc bsin)

sehingga mambentuk kondisi geologi yang relatif seragam di sebelah timurnya dan
daerah penyangga di sebelah baratnya. Secara fisiografi, dimana fisiografi mengandung
makna bentuk permukaan bumi dipandang dari faktor dan proses pembentukannya.
Proses pembentukan permukaan bumi dipandang sebagai penciri suatu satuan fisiografi
regional.

Fisiografi daerah kajian didominasi oleh dataran aluvial (aluvial plain) yang

umumnya disusun oleh endapan aluvial serta terdapat di sebelah timur. Kondisi yang
demikian aktifitas kegempaan relatif kecil sekali sehingga lebih stabil akan faktor
tersebut. Daerah kajian termasuk dalam fisiografi dataran aluvial yang terbentang di
sebelah timur daerah penelitian dan sebagian kecil termasuk dalam Pegunungan Asahan
Kualu di bagian barat daerah kajian.
Wilayah Perencanaan juga merupakan daerah yang terletak dalam zona transisi antara
Cekungan Tengah dan Sumatera Utara, dan berada di pinggiran cekungan tersebut.
Daerah penyelidikan termasuk dalam dataran pantai Sumatera bagian timur.
Dataran rendah tersebut terbentang dari muara sungai Asahan di Sumatera Utara
sampai bagian selatan muara Sungai Musi. Batuannya terdiri dari endapan aluvial dan
gambut. Endapan aluvial diendapkan batuan sedimen berumur tersier. Batuan sedimen
ini merupakan hasil pengendapan yang berasal dari daratan Sumatera bagian tengah.
Dasar cekungan terdiri dari batuan pra-tersier yang tersingkap di sebelah barat,
selatan (Pulau Sumatera) dan di Selat Malaka. Pengisian cekungan dimulai sejak zaman
Eosen sampai Plistosen dengan diselingi oleh pelipatan, pengangkatan dan erosi.
Lapisan batuan tersier dibagi menjadi beberapa formasi berdasarkan lingkungan
pengendapan.

Page

2 - 13

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

B. Geologi Wilayah Kajian
Perkembangan suatu daerah sangat dipengaruhi oleh karakteristik fisiknya, khususnya
kondisi geologi. Faktor tersebut akan memberi pengaruh terhadap daya dukung wilayah,
khususnya untuk penggunaan lahan yang dapat dimanfaatkan dan berkembang di
atasnya. Litologi daerah kajian tersusun oleh beberapa kelompok dan formasi batuan
dari berbagai jenis sebagaimana dikemukakan di bawah ini, secara berurutan dari tua ke
muda :
1. Kelompok dari Tapanuli tak terpisahkan (Put) : Kelompok batuan ini relatif hampir
sama dengan Formasi Bahorok yang berumur Paleozoikum (Permokarbon), namun
lebih dominan tersusun oleh wake (batu pasir) dengan klastika-klastika, berurutan
lebih kecil dari 2 mm. Selain dalam Kelompok ini dijumpai juga batuan Greenskis
(malihan), yang terdapat secara setempat, serta dekat dengan sentuhan intrusi.
Sebaran batuan ini pada daerah kajian terdapat di bagian selatan.
2. Intrusi granit minor (Mpih). Batuan ini menerobos batuan yang telah ada termasuk
batuan dari Kelompok Tapanuli yang menghasilkan Greenskis malihan. Batuan ini
berumur Perm Akhir - Trias Awal.
3. Formasi Kualu (Mtk) dari Kelompok Peusangan yang berumur Trias. Formasi
Kulau terdiri dari batupasir berlapis, batulanau dan batulumpur, umumnya
berkarbon, batugampig dengan sisipan chert.
Kelompok Kampar, disusun oleh Formasi Peutu Anggota Parapat (Tmppt) dan
Formasi Sihapas (Tms). Formasi Peutu Anggota Parapat disusun batuan-batuan
konglomerat alat,

batupasir

kadang-kadang

mengandung

glaukonitan

dan

batulanau. Formasi Sihapas disusun oleh lapisan tebal dan diendapkan pada
lingkungan fluvial-lakustrin dan paludal. Batuanya terdiri dari batupasir serpih
kapuran, konglomerat-breksi dan batupasir berlapis dengan sisipan lempung,
batulanau dan lapisan tipis serpih dan batubara dan ketebalannya 1200 meter.
Kelompok batuan ini berumur Oligosen - Miosen.
5. Formasi Gunungapi Surungan (Tuvs) terdiri dari lava andesit dengan fenokris
plagioklas, hornblende, aglomerat, tufa beberapa bersifat asam yang berumur Miosen
Tengah – Pliosen Akhir.
6. Formasi Petani (Tup) terletak diatas Formasi Telisa dalam lingkungan laut
terbuka sampai sublitoral dan fluvial. Batuannya terdiri dari serpih kelabu kehijauan,

Page

2 - 14

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

batupasir, lanau dengan sisipan batubara, batupasir gampingan dan lempung. kadangkadang dengan struktur bioturbasi. Formasi ini diendapkan pada zaman Miosen
Tengah sampai permulaan Pliosen Awal.dengan ketebalan antara 300-1000 meter.
7. Tufa Toba (Qvt) disusun oleh batuan polimik bersusunan riolit-dasit, aliran tufa
kristal, gelas, debu dengan sedikit tufa eksplosif pada bagian atas endapan ini. Batuan
ini hadir akibat menigkatnya kegiatan gunung api pada zaman plistosen akhir sampai
holosen sehingga sebagian besar daerah penyelidikan tertutup abu gunung api dari
Toba.
8. Aluvial tua (Qp) merupakan endapan dari material-material batuan sebelumnya
terusun oleh kerikil, pasir dan lempug yang berumur Plistosen Akhir.
9. Aluvial muda (Qh) sama dengan aluvial tua yang terusun dari pasir, kerikil, rawa
bakau, yang diendapkan di daerah fluviatil dan lakustrin yang berumur Holosen.
Pengendapan alluvial meluas ke arah laut, sehingga lingkungan pengendapan berubah
dari lingkungan laut sampai fluvial. Endapan ini sebagian berada di sekitar sungai-sungai
dari Sungai Kuala, Sungai Kuo dan Sungai Bilah.
Kondisi stuktur geologi di daerah Labuhanbatu Utara memperlihatkan adanya
kelurusan-kelurusan sebagai indikasi adanya rekahan-rekahan atau sebagai bidang lemah
di permukaan atau di bawah permukaan bumi. Kelurusan ini di terjemahkan sebagai
struktur sesar. Kelurusan-kelurusan tersebut umumnya berada di bagian barat daerah
Labuhanbatu arah sistem sesar Sumatera (Sumatera Fault Sistem). Sebagian kecil lainnya
yang berarah timur laut - barat daya. Dengan adanya kompresi berarah timur laut
diperkirakan sesar tersebut dapat saja aktif. Selain struktur sesar tersebut, terindikasi
kehadiran struktur lipatan yang poros lipatan relatif berarah sama dengan arah
kelurusan struktur sesar.

Page

2 - 15

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Gambar 2.5
Peta Kondisi Geologi Kabupaten Labuhanbatu Utara

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 – 2031

Page

2 - 16

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

2.1.6

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Kondisi Hidrologi

Informasi hidrologi dalam proses perencanaan tata ruang suatu wilayah adalah salah satu
faktor penting. Manusia hidup memerlukan air untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Khususnya

untuk kebutuhan akan air bersih. Pemenuhan kebutuhan akan air dapat dipenuhi

melalui pengambilan dan pengolahan dari air permukaan maupun air tanah. Air tanah, air
permukaan, air hujan dan mata air merupakan salah satu sumber daya alam yang penting dan
memupnyai nilai strategis mengingat penggunaannyasudah sangat luas, baik untuk keperluan
rumah tangga, industri, irigasi maupun untuk kebutuhan lain.
Walaupun demikian disadari bahwa tidak setiap daerah sama kondisinya dan atas dasar kenyataan
ini maka dalam setiap keperluan akan sumber air (air permukaan, air tanah, air hujan, dan
mata air) perlu kajian terhadap ketersedian sumber air tersebut.
A. Air Permukaan
Air permukaan merupakan air yang berada atau mengalir di permukaan bumi (surface run
off), sebagai hasil dari curah hujan yang tidak meresap ke dalam tanah. Air permukaan
dapat berupa air sungai, danau, rawa-rawa, laut, maupun mata air. Namun pada
daerah kajian, air permukaan yang ada berupa air sungai. Oleh karena itu secara
hidrologi Kabupaten Labuhanbatu Utara mempunyai 2 sungai besar yaitu Sungai Bilah
dan Sungai Kualuh dengan Daerah Aliran Sungai (DAS)-nya sebagai berikut :
 DAS Bilah meliputi : Kecamatan Bilah Barat, Rantau Utara, Rantau Selatan, Bilah
Hulu, Pangkatan, Bilah Hilir, Panai Hulu dan Kecamatan Panai Hilir.
 DAS Kualuh meliputi : Kecamatan Kualuh Hulu, Kualuh Selatan, Aek Natas, Aek
Kuo, Marbau, Na.IX-X, Kualuh Hilir dan Kecamatan Kualuh Leidong.
Sungai-sungai besar tersebut dengan beberapa anak sungainya yang cenderung
mengalir dari arah barat daya ke timur laut atau menuju Selat Malaka. Secara
umum sungai-sungai yang ada membentuk pola aliran dendritik, di sebelah timur,
yang berada pada daerah dataran atau hampir datar. Sebagian lain di sebelah barat
membentuk pola aliran sub dendritik, oleh karena telah sebagian pola alirannya diubah
oleh adanya sesar dan variasi litoogi. Kerapatan sungai berkisar dari 0,15 sampai dengan

Page

2 - 17

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

2,15.

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Stadia sungai bervariasi dari stadia sungai yang masih muda maka erosinya

bersifat vertikal, jenis stadia ini berada di sebelah barat pada morfologi perbukitan.
Kemudian beralih sedikit ke arah timur stadia sungai menjadi dewasa, dimana erosi
vertikal menjadi relatif hampir sama antara erosi vertikal dan horizontal. Selanjutnya
berubah menjadi stadia tua dimana erosi horizontal dominan yang membelah daerah
dataran di sebelah timur.
Sebagian besar sungai-sungai itu merupakan sumber air irigasi bagi persawahan di
sekitarnya. Sebagai wilayah yang mempunyai potensi pertanian tentunya dilengkapi
dengan prasarana pengairan, namun pada saat ini prasarana pengairan yang ada
masih belum memadai.
B. Air Tanah
Keadaan air tanah di daerah kajian secara hidrogeologi atas dasar cara air mengalir di
dalam tubuh batuan (akifer) tersebut adalah :
1. Akifer kurang produktif, penyebarannya cukup luas yaitu sepanjang pantai atau
sebelah timur daerah kajian. Akifernya dangkal dan tidak menerus, tipis dengan
transimisivitas rendah sampai sedang. Debit umumnya kurang dari 5 liter

per

detik. Terdapat dalam batuan endapan sungai dan pantai berupa brangkal, kerakal,
pasir dan lanau. Keterdapatan air tanahnya bervariasi¸ air tanah dangkal mempunyai
kualitas asin, pada kedalaman lebih air tanahnya terdapat setempat dan terbatas serta
kualitasnya asin.
2. Akifer produktif sedang, penyebarannya cukup luas berada di bagian tengah
daerah kajian. Transimisivitas beragam, kedalaman air tanah sedikit tertekan
hingga bebas umumnya, debitumumnya kurang dari 5 liter perdetik. Sebagian
terdapat dalam batuan aluvial sungai, dan rawa, dan berupa berangkal, kerakal, kerikil,
pasir sedang. Terdapat pada kedalaman bervariasi dan setempat atau terbatas,
kualitas aitanah baik akan djumpai pada akifer dalam.
3. Akifer produktif tinggi, penyebarannya cukup luas berada diantara akifer
kurang produktif – produktif sedang, dengan arah baratlaut – tenggara. Akifer ini
transmisifitasnya beragam, kedalaman muka air tanah juga beragam dengan debit
umumnya lebih dari 5 liter perdetik. Terdapat pada di daerah transisi antara

Page

2 - 18

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

perbukitan dan pedataran. Pada akifer dangkal terdapat secara terbatas, airtanah baik
akan dijumpai pada kedalaman sedang hingga dalam.
4. Air tanah Langka tersebar pada daerah disepanjang perbukitan di sebelah barat,
dijumpai pada batuan metamorf dan batuan beku.

Page

2 - 19

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Gambar 2.6
Peta Kondisi Hidrologi Kabupaten Labuhanbatu Utara

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 - 2031

Page

2 - 20

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

2.1.7

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Potensi Bencana Alam
A. Gerakan Tanah
Longsoran atau gerakan tanah sangat potensial terjadi khususnya di daerah pegunungan.
Parameter yang mengontrol gerakan tanah antara lain :
 Sudut lereng
 Jenis tanah/batuan, tebal tanah, kondisi pelapukan kandungan air dalam tanah
 Beban atau tekanan curah hujan, sumber air gempa
 Kondisi hutan - hutan serta faktor manusia
Dengan mempertimbangkan faktor tersebut di atas, maka gerakan lahan rombakan
diperkirakan terjadi di sepanjang gawir terjal dan di kaki-kaki bukit di sekitar perbukitan
sebelah barat daerah kajian. Sedangkan gerakan tanah diperkirakan dapat terjadi di
daerah kestabilan lereng tidak mantap. Daerah ini dapat tenjadi bencana karena adanya
jalan dan pemukinan penduduk di bawahnya. Penyebab gerakan tanah diperkirakan :
 Lereng (15-30 %)
 Tebal

tanah sampai dengan 5 meter terdiri dari tanah pelapukan lempung dan

lanau lempungan
 Vegetasi kurang
 Keairan berlebih
 Terdiri dari bahan rombahan yang mempunyai kohesi kecil

B. Gempa Bumi
Gempa adalah gelombang seismik/elastis yang dirambatkan melalui lapisan-lapisan
batuan yang disebabkan karena energi yang timbul dari pelepasan tegangan dari
dalam kulit bumi. Gempa dengan besaran (Magnitude/M) yang sama dapat
menimbulkan dampak yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena sifat-sifat fisik
medium (batuan/tanah) yang berbeda. Untuk menentukan apakah gempa tersebut
membahayakan, harus dipertimbangkan harga magnitude (energi yang dilepaskan)
dan kedalaman pusat gempa. Gempa dapat dikatakan merusak apabila mempunyai M
> 4 dengan kedalaman dangkal ( 64 Km).

Page

2 - 21

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Daerah kajian merupakan daerah dengan pusat episenter gempa dangkal dengan pusatpusat gempa tersebut terkonsentrasi pada 3 lokasi, yaitu

di

sebelah barat. Secara

teoritis, daerah ini mempunyai faktor kegempaan rata-rata 75, artinya dalam waktu 100
tahun

kemungkinan

akan

mengalami

gempa

dangkal

sebanyak

75

kali,

dibandingkan dengan daerah di timur.
Berkaitan dengan bencanaa gempa ini, di daerah studi ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
1. Kehadiran struktur sesar normal dan kelurusan di daerah yang tersusun batuan
vulkanik. Daerah-daerah di sekitar kedua gejala geologis itu perlu diwaspadai,
dan dihindari untuk membangun bangunan di atasnya. Hal ini untuk mencegah
bencana karena ada kemungkinan kedua kenampakan tersebut menjadi sesar aktif
yang dapat merusak apapun yang melintang di atasnya.
2. Daerah berlereng terjal (kemiringan lereng > 40 %), karena ada kemungkinan
terjadi gerakan tanah di daerah itu yang dipicu oleh gempa bumi.
3. Daerah endapan rawa berumur kwarter, karena daerah-daerah ini belum mengalami
kompaksi dan relatif

labil. Guncangan

gempa dapat menimbulkan subsiden atau

liquefaction di daerah yang tersusun oleh endapan rawa itu.
4. Daerah pesisir timur daerah kajian yang terbuka menghadap ke Selat Malaka.
Daerah ini untuk terkena potensi bencana kecil tsunami, dimana tsunami timbul
karena gempa tektonik di sekitarnya.
5. Untuk daerah kajian pada umumnya, kususnya daerah barat daya, ada kemungkinan
terkena bencana gempa karena guncangan gampa itu sendri. Daerah tersebut tercatat
memiliki percepatan permukaan maksimum

sampai 300 gal. Menurut Santosa dan

Ibrahim (1976, vide Rajoyowiryoni et al, 1982), percepatan permukaan 150 gal
mampu merusak bangunan teknik konsentrasi sederhana.
C. Banjir
Bencana

ini berupa adanya genangan air yang melampaui dari keadaan normal

sehingga menggenangi daerah yang biasanya kering. Umumnya terjadi pada musim
hujan. Berbagai sumber yang dapat menyebabkan banjir antara lain adalah luapan
kiriman maupun lokal, gelombang pasang air laut, akibat badai, gempa, longsoran di
sekitar waduk dan lain-lain. Kejadian banjir dipengaruhi oleh:

Page

2 - 22

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

 Kondisi geologi jenis batuan dan tanah
 Iklim, cuaca, hujan dengan intensitas tinggi dalam waktu yang lama (air run off
melebihi kapasitas resapan dalam suatu waktu)
 Relief/topografi dan morfologi
 Keadaan Daerah Aliran Sungai (luas, panjang dan tingkat erosi hulu)
 Pasang-surut
 Faktor manusia (misalnya : tata guna lahan)
Mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, maka diperkirakan daerah Kabupaten
Labuhanbatu Utara relatif sedikit berpotensi banjir. Intensitas ancaman banjir atau
penggenangan dalam jangka waktu sempit. Hal yang perlu diwaspadai adalah
daerah-daerah yang berelief rendah dekat pantai (endapan rawa-rawa, aluvial) yang
dipengaruhi oleh pasang-surut.

Page

2 - 23

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Gambar 2.7
Peta Rawan Bencana Kabupaten Labuhanbatu Utara

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 – 2031

Page

2 - 24

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

2.1.8

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Kemampuan Lahan
A. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi
Analisa kemampuan lahan adalah merupakan analisis spesifik atau superimpose terhadap
data dan peta tematik yang ada. Pada tahap ini akan dilakukan analisa Satuan
Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi. Morfologi berhubungan dengan kondisi fisik
permukaan bumi yang menyatakan kondisi roman muka bumi atau bentang alam.
Analisis ini merupakan salah satu kriteria dalam pengalokasian penggunaan lahan.
Kemampuan lahan morfologi tinggi berarti kondisi morfologis suatu kawasan
kompl eks. Morfologi kompleks berarti bentang alamnya berupa gunung, pegunungan,
dan bergelombang. Akibatnya, kemampuan pengembangannnya sangat rendah
sehingga sulit dikembangkan dan atau tidak layak dikembangkan. Morfologi tinggi
tidak bisa digunakan untuk peruntukan ladang dan sawah. Sedangkan kemampuan
lahan morfologi rendah berarti kondisi morfologis tidak kompleks. Ini berarti tanahnya
datar dan mudah dikembangkan sebagai tempat permukiman dan budi daya.
Berdasarkan hasil analisis, kondisi SKL Morfologi Kabupaten Labuhanbatu Utara
adalah sebagai berikut :
 Pada bagian utara, didominasi oleh kemampuan lahan dengan morfologi rendah,
hal ini karena pada umumnya pada wilayah tersebut memiliki kemiringan dibawah 2
%.
 Pada bagian tengah didominasi oleh kemampuan lahan dengan morfologi kurang;
 Sedangkan pada bagian selatan didominasi oleh kemampuan lahan dengan
morfologi tinggi.
Satuan geomorfologi mencerminkan kestabilan lereng. Hal ini karena ditunjang oleh
jenis material penyusun tanah/batuan, kemiringan 3 – 15% dan stabil adalah ideal
untuk menunjang aktivitas perkotaan (Maberry, 1972) di daerah penelitian satuan
kolovium yang didominasi oleh lempung walaupun agak landai namun sering mengalami
gerakantanah berupa perosokan (“amblesan”). Jadi disini material penyusun menjadi
faktor utama terjadinya longsor. Kisaran kemampuan lahan morfologi disajikan pada
gambar 2.8 dan tabel II - 4 berikut.

Page

2 - 25

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Gambar 2.8
Peta Analisis Satuan Kemampuan Lahan Morfologi Kabupaten Labuhanbatu Utara

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 – 2031

Page

2 - 26

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Tabel II-4
Analisis Satuan Kemampuan Lahan Kabupaten Labuhanbatu Utara
No.

Kemampuan
Lahan

Kemiringan
Lereng

Disusun Oleh

1

Baik

0–3%

Lanau – lempung pasiran –
kerikilan

2

Sedang

3 – 10 %

Lanau pasiran

3

Kurang

10 – 30 %

Lempung pasiran – lempung
lanauan

4

Buruk

> 30 %

Satuan kolovium

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011-2031

B. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan
Analisis Kemudahan Dikerjakan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan
lahan di wilayah danlatau kawasan untuk digali/ dimatangkan dalam proses
pembangunan/pengembangan kawasan: Kemudahan dikerjakan tinggi berarti sema
kin mudah suatu lahan digali maka semakin tinggi pula kemudahan untuk
dikerjakan. Indikator utama adalah kondisi geologi dan kedalaman efektif tanah. Jika
diperhatikan kondisi geologi batuan yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Utara,
secara umum terdiri dari Aluvium muda dan tua dengan unsur pasir, kerikil, rawa
bakau, fluviatil, asallaut, lakustrin dan lempung. Hal ini menunjukan tingkat
kekerasan batuan yang kecil sehingga mudah untuk digali. Berdasarkan
analisis,

kondisi

SKL

Kemudahan

hasil

Dikerjakan Kabupaten Labuhanbatu Utara

adalah sebagai berikut :
 Mulai dari bagian utara atau pesisir hingga kebagian tengah Kabupaten
Labuhanbatu Utara merupakan lahan dengan kemampuan lahannya untuk mudah
dikerjakan sangat tinggi. Artinya potensi pengembangannya tinggi .
 Sedangkan untuk bagian selatan atau daera berbukit merupakan lahan
dengan kemampuan yang sedang hingga rendah.

Page

2 - 27

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Gambar 2.9
Peta Sumber Daya Mineral Kabupaten Labuhanbatu Utara

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 – 2031

Page

2 - 28

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

C. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng
Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat dikatakan stabil atau tidak
kondisi lahannya dengan melihat kemiringan lereng di lahan tersebut. Analisis ini
merupakan salah satu kriteria dalam pengalokasian penggunaan lahan. Bila suatu
kawasan disebut kestabilan lerengnya rendah, maka kondisi
stabil. Tidak

stabil

wilayahnya

tidak

artinya mudah longsor, mudah bergerak yang artinya tidak

aman dikembangkan untuk bangunan atau permukiman dan budi daya. Kawasan ini
bisa digunakan untuk hutan, perkebunan dan resapan air. Sedangkan kawasan
dengan kestabilan lereng tinggi artinya wilayah tersebut stabil dan aman untuk
dikembangkan. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi geologi ada dan tingkat
curah hujan yang tinggi atau rendah.
Berdasarkan hasil analisis, kondisi SKL Kestabilan Lereng Kabupaten Labuhanatu
Utara adalah sebagai berikut :
 Pada bagian pesisir hingga bagian tengah kabupaten Labuhanbatu Utara
memiliki kestabilan lereng yang tinggi karena merupakan wilayah dengan
kemiringan yang relatif datar.
 Sedangkan bagian

selatan

relatif

merupakan kemampuan lahan dengan

kestabilan yang rendah.
D. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi
Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan / wilayah yang mendukung stabil atau
tidaknya suatu bangunan atau kawasan terbangun. Kestabilan pondasi tinggi
artinya wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi bangunan apa saja atau untuk segala
jenis pondasi. Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah tersebut kurang stabil,
namun mungkin untuk jenis pondasi terte ntu, bisa lebih stabil, misalnya pondasi
cakar ayam. Kestabilan pondasi rendah berarti wilayah tersebut kurang stabil untuk
berbagai bangunan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan
lahan dalam mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta jenis
jenis pondasi yang sesuai untuk masing-masing tingkatan. SKL ini diperlukan
untuk memperkirakan jenis pondasi wilayah terbangun. Analisis ini merupakan salah
satu kriteria dalam pengalokasian penggunaan lahan khususnya untuk kawasan budi
daya permukiman. Berdasarkan hasil analisis, kondisi SKL Kestabilan Pondasi
Page

2 - 29

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah sebagai berikut :


Pada bagian utara atau wilayah pesisir pada umumnya memiliki kemampuan
lahan dengan kestabilan lereng yang rendah karena jenis batuannya yang mudah
lepas.



Sedangkan untuk bagian tengah hingga selatan relatif lebih tinggi tingkat
kemampuan lahannya untuk pondasi.

Page

2 - 30

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Gambar 2.10
Peta Analisis SKL Kestabilan Lereng Kabupaten Labuhanbatu Utara

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 – 2031

Page

2 - 31

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

E. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air
Ketersediaan Air artinya wilayah tersebut terdapat air atau tidak untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan pemanfaatan lahan. Analisis ini merupakan salah
satu kriteria dalam pengalokasian p enggunaan lahan khususnya jika suatu wilayah
akan dikembangkan untuk kawasan permukiman. Ketersediaan air tersebut
dipengaruhi oleh aspek kondisi morfologi dan kelerengan. Namun hal ini juga
tergantung pada kondisi geologi/batuan wilayah khususnya

hidrogeologi

dan

klimatologi yang ditunjukkan dengan tingkat curah hujan yang tinggi atau tidak.
Dari sisi geologi, jika sifat porositas (melewatkan air) dari batuan/tanahnya tinggi
maka akan dapat menyimpan air dan sebaliknya semakin kecil sifat porositasnya
maka semakin kecil pula sifat menyimpan airnya. Berdasarkan hasil analisis, kondisi
SKL Ketersediaan Air Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah sebagai berikut :
 Untuk

bagian

utara hingga

tengah

merupakan

wilayah dengan tingkat

penyerapan dan penyimpanan air yang tinggi, hal ini ditunjukkan dengan tingkat
porisitas yang tinggi dan ditambah dengan lintasan air sungai dan kemiringan
lahan yang relatif landai.
 Sedangkan bagian selatan relatif rendah tingkat ketersediaan airnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.11.

Page

2 - 32

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Gambar 2.11
Peta Analisis SKL Ketersediaan Air Kabupaten Labuhanbatu Utara

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 - 2031

Page

2 - 33

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Gambar 2.12
Peta Analisis SKL Kestabilan Pondasi Kabupaten Labuhanbatu Utara

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 - 2031

Page

2 - 34

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

F. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase
SKL untuk Drainase dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan
dalam mematuskan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik
bersifat lokal ataupun meluas dapat dihindari. Drainase berkaitan dengan aliran
air, serta mudah tidaknya air mengalir. Drainase tinggi artinya aliran air mudah
mengalir atau mengalir lancar. Drainase rendah berarti aliran air sulit dan mudah
tergenang. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi dan kondisi
geologinya dalam hal ini tingkat porositas tanah. Semakin tinggi tingkat porositas
tanah maka semakin tinggi pula tingkat kestabilan drainasenya dan sebaliknya
semakin rendah tingkat porositasnya maka semakin rendah pula tingkat kestabilan
drainasenya. Analisis ini merupakan salah satu kriteria dalam pengalokasian
penggunaan

lahan

khususnya

untuk

pengembangan

kawasan

permukiman.

Berdasarkan hasil analisis, kondisi SKL Untuk Drainase Kabupaten Labuhanbatu
Utara adalah sebagai berikut :
 Bagian utara hingga tengah Kabupaten Labuhanbatu Utara merupakan daerah
dengan kemampuan lahan dengan tingkat drainase yang rendah sehingga potensi
terjadi genangan air sangat tinggi,
 Sedangkan untuk bagian selatan dengan kemiringan yang relatif tinggi memiliki
kemampuan drainase yang tinggi.

Page

2 - 35

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Gambar 2.13
Peta Analisis SKL Untuk Drainase Kabupaten Labuhanbatu Utara

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 - 2031

Page

2 - 36

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

G. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah
SKL Pembuangan Limbah dimaksudkan untuk mengetahui daerah -daerah yang
mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan pengolahan
limbah; baik limbah padat maupun limbah cair. SKL Pembuangan Limbah adalah
tingkatan untuk memperlihatkan

wilayah tersebut cocok atau tidak sebagai

lokasi pembuangan. Analisa ini menggunakan peta hidrologi dan klimatologi serta
geologi. Secara sederhana, suatu kawasan dikatakan SKL Pembuangan Limbahnya
tinggi jika, curah hujan yang relatif rendah, kondisi hidrologi yang baik, topografi yang
relatif datar serta kondisi geologi dengan tingkat kekerasan tanah/batuan yang
tinggi dan sebaliknya. SKL pembuangan limbah kurang berarti wilayah tersebut
kurang/tidak mendukung sebagai tempat pembuangan limbah. Berdasarkan hasil
analisis, kondisi SKL Pembuangan Limbah Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah
sebagai berikut :
 Untuk bagian utara dapat direkomendasikan sebagai lokasi pembuangan limbah.
 Sedangkan di bagian hulunya sangat tidak direkomendasikan sebagai tempat
pembuangan limbah karena daya cemarnya sangat tinggi.

Page

2 - 37

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Gambar 2.14
Peta Analisis SKL Pembuangan Limbah Kabupaten Labuhanbatu Utara

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 - 2031

Page

2 - 38

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

H. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam
SKL Terhadap Bencana Alam dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan
lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk
menghindari/mengurang i kerugian dan korban akibat bencana tersebut. Dalam
paradigma pengurangan risiko bencana, bencana dibagi menjadi tiga aspek, yaitu
ancaman (hazard), kerentanan (vulnerability) dan kemampuan/kapasitas (ca
pacity). Gabungan ketiga aspek bencana tersebut mencerminkan apa yang
disebut risiko bencana. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan
akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu dapat berupa kematian,
luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan
harta, dan gangguan kegiatan

masyarakat. Dengan menggunakan paradigma

pengurangan risiko bencana, fokus pefiatian penanggulangan bencana tidak hanya
pada aspek mitigasi ancaman saja,

tapi

juga bagaimana

tingkat kerentanan

masyarakat dan infrastruktur pada daerah yang terancam, serta bagaimana upaya
penguatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana. Berdasarkan

hasil

analisis, kondisi SKL Terhadap Bencana Alam Kabupaten Labuhanbatu Utara
adalah sebagai berikut :
 Potensi terjadinya bencana tinggi untuk bagian utara dan selatan. Dibagian hilir
atau utara memiliki potensi tinggi terhadap bencana banjir karena memiliki
kemiringan lahan yang kurang dari 8 %, sedangkan dibagian hilir atau selatan
memiliki potensi bencana longsor karena kemiringan lahan yang curam.
 Sedangkan daerah yang relatif tidak terkena bencana adalah bagian tengah.
I. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Analisis Kemampuan Lahan
Analisis kemampuan lahan merupakan rangkuman dan kesimpulan berdasarkan
hasil analisis yang sudah dilakukan dalam bentuk SKL. Analisis ini untuk memperoleh
gambaran tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya
perkotaan sebagai

arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap berikutnya.

Kemampuan lahan

dipengaruhi

penggunaan

serta arahan kebijakan pengembang an wilayah. Secara

umum,

lahan

kemampuan

lahan

di

oleh

karakteristik

fisik

wilayah,

Kabupaten Labuhanbatu Utara dapat diuraikan

menjadi 2 kelas kemampuan lahan, yaitu :
 Wilayah dengan kemampuan tinggi untuk dikembangkan sebagai kawasan
Page

2 - 39

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

perkotaan,
 Wilayah dengan kemampuan rendah untuk dikembangkan sebagai kawasan
lindung.

Page

2 - 40

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Gambar 2.15
Peta Analisis SKL Terhadap Bencana Alam Kabupaten Labuhanbatu Utara

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 - 2031

Page

2 - 41

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Dari kelas tersebut, secara garis besar kemampuan lahan tersebut dapat diklasifikasikan
ke dalam penggunaan lahan yaitu penggunaan lahan budidaya untuk perkotaan
(kemampuan tinggi), penggunaan budidaya non perkotaan (kemampuan sedang) dan
penggunaan kawasan lindung (kemampuan rendah). Berdasarkan anafisis yang telah
dilakukan 3 kelas kemampuan lahan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel II-5
Kelas Kemampuan Lahan Kabupaten Labuhanbatu Utara

No

Kelas

1

Wilayah dengan
kemampuan
tinggi

2

Wilayah dengan
kemampuan rendah

Ciri
Penggunaan
Lahan
Kawasan Budidaya

Kawasan Lindung

Lokasi
Bagian Utara hingga pertengahan
(Kecamatan Kualuh Leidong, Kualuh
Hilir, Kualuh Hulu, Kualuh Selatan
bagian utara, Marbau, Na IX-X bagiaun
utara, Aek Natas.
Bagian Selatan (Kecamatan Kualuh
Hulu bagian selatan, Aek natas Bagian
Selatan, Na IX-X bagian Selatan)

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011-2031

2.1.9

Kondisi Demografi
A. Tingkat Pertumbuhan Penduduk
Secara umum, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Labuhanbatu Utara per tahun
selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000 - 2009 sebesar 1,17 persen. Laju
pertumbuhan penduduk kecamatan Na IX - X adalah yang tertinggi dibandingkan
kecamatan-kecamatan lain di Labuhanbatu Utara yakni sebesar 2,15 persen, sedangkan
yang terendah di Kecamatan Marbau yakni sebesar 0,41 persen. Kecamatan Kualuh Hilir
yang menempati urutan keenam dari jumlah penduduk namun dari sisi laju pertumbuhan penduduk adalah terendah kedua setelah kecamatan Merbau yakni hanya sebesar
0,46 persen. Kecamatan Kualuh Hulu jumlah penduduknya yang paling banyak dan laju
pertumbuhannya masih di atas laju pertumbuhan penduduk Labuhanbatu Utara yakni
sebesar 1,32 persen. Dapat dilihat pada gambar berikut.

Page

2 - 42

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Gambar 2.16
Perkembangan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Utara
Dalam Kurun Waktu 10 Tahun (2000 – 2009)

Sumber: RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 - 2031

B. Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Untuk tahun 2009 berdasarkan jumlah penduduk Labuhanbatu Utara sebanyak 331.660
orang. Dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 masih tampak bahwa penyebaran
penduduk Labuhanbatu Utara masih bertumpu di kecamatan Kualuh Hulu yakni sebesar
64.638 jiwa dengan kepadatan penduduk 101 jiwa per Km2, sedangkan penduduk paling
sedikit berada di Kecamatan Kualuh Leidong sebanyak 28.612 jiwa dengan kepadatan
penduduk 84 jiwa per Km2. Kecamatan Kualuh Selatan merupakan kecamatan yang
paling padat penduduknya dengan kepadatan 164 jiwa per Km2 dan Kecamatan Aek
Natas merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 49 jiwa
per Km2. Untuk lebih jelasnya lihat tabel II-6 dan gambar 2.17.

Page

2 - 43

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Gambar 2.17
Peta Penyebaran Penduduk Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2009

Page

2 - 44

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Luas kawasan hutan yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Utara menurut SK Menhut Nomor 44
Tahun 2005adalah 120.063,70 Ha atau 33,86% dari total luas keseluruhan dari Kabupaten
Labuhanbatu Utara. Fungsi kawasan hutan yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Utara terdiri
dari:
A.

Fungsi Hutan dalam Kawasan Lindung (45.663,79 Ha), meliputi:
• Hutan Lindung (HL) : 44.666,45 Ha
• Hutan Suaka Alam (HSA) : 997,34 Ha

B.

Fungsi Hutan dalam Kawasan Budidaya (113.969.35 Ha), meliputi:
• Hutan Produksi (HP) : 72.406,90 Ha
• Hutan Produksi Terbatas (HPT) : 39.569,45 Ha
• Hutan Produksi Konversi (HPK) : 1.993,00 Ha

Mengingat kecenderungan Pemanfaatan kawasan hutan untuk penggunaan lain, maka Pemerintah
Kabupaten Labuhanbatu Utara mengusulkan revisi luas kawasan hutan di Kabupaten
Labuhanbatu Utara yang terdiri dari:
• Hutan Lindung : 34.725 Ha
• Hutan Suaka Alam : 6.966 Ha
• Hutan Produksi (HP) : 17.451 Ha
• Hutan Produksi Terbatas (HPT) : 38.386 Ha
• Hutan Produksi Konversi (HPK) : 27.234 Ha

Page

2 - 45

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
( BAPPEDA )

Review RPIJM
Kabupaten Labuhanbatu Utara (2014-2018)

Gambar 2.18
Peta Kawasan Hutan Menurut SK Menteri Kehutanan No. 44 Tahun 2005

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 - 2031

Page

2 - 46

Pemerintah Kabupaten Labuha