ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

BAB

6.1

VI

2014

ASPEK TEKNIS
PER SEKTOR

Pengembangan Permukiman

6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengembangan Permukiman
6.1.1.1 Arahan Kebijakan Pengembangan Permukiman
Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Bidang Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah
perkotaan dan perdesaan. Adapun sasaran yang ingin diraih adalah :
1. Pemenuhan kebutuhan pengembangan permukiman berupa sarana dan prasarana

dasar permukiman (jalan, drainase, jaringan air bersih);
2. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi dan
teratur;
3. Mengarahkan Pertumbuhan wilayah;
4. Menunjang Kegiatan Ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman.
Sedangkan sasaran pengembangan jalan sebagai sarana permukiman yang utama
mempunyai sasaran sebagai berikut :
1. Membentuk struktur kawasan yang terencana
2. Mengarahkan pengembangan fisik kawasan, khususnya yang menghubungkan
kawasan – kawasan yang mempunyai potensi ekonomi tinggi agar tercapai distribusi
perkembangan kawasan yang merata. Yang dimaksud dengan kawasan dengan
potensi ekonomi yang tinggi adalah kawasan desa hinterland, tempat masyarakat
melakukan usaha tani/perkebunannya dan pemantapan jaringan jalan sekunder.
Undang undang no. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional
Arahan RPJMN Tahan 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus
meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN


VI-1

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

Undang-undang No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
Undang Undang no. 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus
dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
Peraturan Presiden No. 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang
diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan
perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
6.1.1.2 Lingkup Kegiatan Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman di Kabupaten Lamandau terdiri dari
pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. pengembangan
permukiman kawasan perkotaan di Kabupaten Lamandau terdiri dari pengembangan
kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk
pengembangan kawasan perdesaan di Kabupaten Lamandau terdiri dari pengembangan
kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat Kabupaten
Lamandau di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan perpedoman
pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi Kalimantan Tengah.
b. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat Kabupaten Lamandau.

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

VI-2


RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan
kebijakan di Kabupaten Lamandau dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian dan kawasan permukiman.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat Kabupaten Lamandau.
e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat Kabupaten Lamandau.
f.

Melaksanakan

peraturan

perundang-undangan

serta kebijakan


dan

strategi

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat Kabupaten
Lamandau.
g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman di Kabupaten
Lamandau.
h. Melaksanakan

kebijakan

dan

strategi

Provinsi

Kalimantan


Tengah

dalam

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada
kebijakan nasional.
i.

Melaksanakan pengelolaaan prasarana, sarana dan utilitas umum perumahan dan
kawasan permukiman.

j.

Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Lamandau.

k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
6.1.2

Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Pengembangan

Permukiman

6.1.2.1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Pada prinsipnya kebutuhan prasarana lingkungan dalam kaitannya dengan program
pembangunan permukiman adalah terpenuhinya prasarana dan sarana dasar secara
menyeluruh, sehingga tercipta lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat, nyaman, teratur dan aman. Dengan kondisi tersebut akhirnya diharapkan mampu men-dorong
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Isu Strategis di
Kabupaten Lamandau yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini
adalah digambarkan dalam tabel berikut ini :

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

VI-3

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

Tabel 6.1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman
No.

1.

Isu Strategis

Keterangan

Kebutuhan akan strategi yang menjadi acuan bagi pembangunan permukiman

-

dan infrastruktur bidang Cipta Karya yang penyusunannya terintegrasi dan
mengacu pada arahan pengembangan kota secara komprehensif, serta belum
terdapat

acuan

untuk

penanganan


permasalahan

permukiman

dan

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di
perkotaan.
2.

Perkembangan permukiman di kota Nanga Bulik memiliki kesenjangan yang

-

cukup tinggi dengan tingkat kepadatan tertinggi di daerah pasar di pusat kota.
Kepadatan yang tinggi tersebut tidak diimbangi dengan prasarana lingkungan
yang memadai sehingga kemudian muncul masalah permukiman kumuh.
3.

Terdapat Kawasan Perdesaan Potensial yang mempunyai potensi untuk


-

dikembangkan menjadi salah satu kawasan Strategis.
4.

Penyediaan perumahan dan permukiman diikuti dengan penyediaan prasarana

-

dasar seperti prasarana jalan, penyediaan air bersih, sistem pembuangan
sampah, sistem pembuangan kotoran, air limbah, tata bangunan, saluran air
hujan, penanggulangan bahaya kebakaran, serta pencemaran air, udara, dan
tanah yang memadai. Penyediaan prasarana dasar diatas membutuhkan biaya
yang besar padahal kemampuan daerah dalam penyediaan anggaran terbatas.

6.1.2.2 Kondisi Eksisting
Kondisi sebaran kawasan permukiman di wilayah Kabupaten Lamandau pada
umumnya mempunyai kecenderungan terkonsentrasi di pusat-pusat desa dan pusat kota kecamatan, kecuali sebaran permukiman di Ibukota Kabupaten Lamandau kota Nanga
Bulik memiliki pola konsentrik dan linier di sepanjang jalan dan sungai. Kondisi permukiman yang ada sebagian besar bersifat permanen, semi permanen, temporer dan berada

pada tepian Sungai dan tepi jaringan jalan. Pola permukiman di Kabupaten Lamandau
dapat dibedakan dalam beberapa jenis kawasan permukiman berikut :
 Kawasan Permukiman Kampung, kawasan ini telah berkembang sejak lama dan pola
permukiman ini terus berkembang pada kawasan-kawasan disekitarnya. Kawasan
permukiman kampung ini memiliki tingkat kepadatan

penduduk

dan

kepadatan

bangunan yang relatif tinggi, dengan pola yang tumbuh secara tidak teratur karena
dipengaruhi oleh lahan yang terbatas dan nilai lahan yang relatif tinggi. Kawasan
Permukiman Kampung ditemui di seluruh delapan kecamatan yang ada di
Kabupaten Lamandau.
 Kawasan Permukiman Kumuh (Slum), kawasan ini adalah kawasan yang ber-

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

VI-4

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

kembang di sekitar fasilitas pasar dan pada beberapa lokasi yang memiliki
tingkat kepadatan bangunan tinggi. Pada kawasan ini kondisi bangunan dan
lingkungan memiliki kondisi yang buruk. Kawasan ini umumnya memiliki tingkat
kepadatan bangunan dan penduduk yang lebih tinggi dari kawasan kampung
biasa. Kawasan Permukiman Kumuh ditemui di Kecamatan Bulik dan Sematu
Jaya.
 Kawasan Perumahan, kawasan ini merupakan kawasan perumahan yang terkoordinir dan tertata dengan baik dimana pada lokasi ini telah dibagi lahan - lahan
untuk rumah tempat tinggal sesuai dengan kavling bangunan dan tanahnya.
Kondisi sarana dan prasarana wilayah yang ada telah terlayani dengan relatif
baik karena merupakan kawasan permukiman yang terencana dan juga
telah memiliki pusat-pusat pelayanan lokal yang dapat melayani kebutuhan
masyarakat yang menghuni didalamnya. Kawasan Perumahan ditemui di Kecamatan Bulik dan Sematu Jaya.
Secara fungsional, sebagian
besar kualitas sarana dan prasarana
permukiman di Kabupaten Lamandau masih terbatas dan belum
memenuhi standar pelayanan yang
memadai sesuai

skala kawasan

yang ditetapkan, baik sebagai kawasan perumahan

maupun sebagai

kawasan permukiman yang berkelanjutan. Belum tersedianya sarana
jalan permukiman yang memadai
dimana jalan – jalan permukiman tersebut kebanyakan masih berupa jalan tanah dan belum
diaspal, sehingga menimbulkan masalah diwaktu musih hujan yaitu becek dan berlumpur,
yang tentu saja menggangu mobilitas warga untuk beraktifitas, disamping masih adanya
keterbatasan di bidang prasarana dasar perumahan dan permukiman, seperti air bersih,
sanitasi, dan pengelolaan limbah. Sebagai dampaknya adalah munculnya perkembangan
permukiman yang sporadis atau tidak teratur dan cenderung menjadi permukiman kumuh.
Wilayah kumuh perkotaan di Kabupaten Lamandau terlihat di kawasan tengah kota
yang ada kawasan bisnis (pasar), daerah bantaran sungai. Pada tempat-tempat tersebut

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

VI-5

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

sudah mulai terlihat sampah menumpuk di beberapa titik, genangan air hujan dan luapan
sungai, serta tingkat kepadatan yang tinggi yang menjadikan kawasan bisnis (pasar)
menjadi daerah yg padat dan terlihat kumuh. Hal-hal yang mendorong timbulnya kawasan
kumuh adalah tingginya pertambahan jumlah penduduk karena peluang usaha di Kabupaten
Lamandau yang besar, kurang terlayaninya fasilitas sanitasi yang memadai sehingga mulai
terlihat sampah yang mulai menumpuk dan di beberapa titik saluran-saluran air ada yang
sudah mulai rusak dan buntu sehingga banyak terjadi genangan atau luapan air pada saat
hujan.
Kondisi

eksisting

pengembangan

permukiman

terkait

dengan

peraturan

perundangan di Kabupaten Lamandau yang menyangkut proses perencanaan, pembangunan dan pemantapan pembangunan permukiman digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 6.2. Peraturan Daerah yang terkait dengan Pengembangan Permukiman
No

Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan Lainnya
Jenis
Produk
No/Tahun
Perihal
Pengaturan

Amanat Kebijakan Daerah

1

Perda

Nomor 15 tahun 2012

Bangunan Gedung

Untuk mengendalikan pembangunan di
Kabupaten Lamandau agar sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah maka perlu
dilakukan Pengendalian Tata Ruang.

2

Perda

Nomor 18 tahun 2012

Retribusi izin mendirikan
bangunan

Kebijakan
retribusi
izin
mendirikan
bangunan dilaksanakan dalam rangka
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah.

Sumber : Bappeda Kabupaten Lamandau
Pada saat ini di Kabupaten Lamandau belum terdapat cakupan pelayanan perumahan skala besar yang dilayani baik oleh swasta ataupun pemerintah. Pembangunan
prasarana dasar direncanakan akan dibangun di Ibukota Kabupaten Lamandau kota
Nanga Bulik yang diperuntukan untuk pegawai negeri sipil yang bekerja di Nanga Bulik.
Di beberapa lokasi juga sudah mulai terdapat perumahan dalam skala kecil yang
dibangun oleh pihak swasta.
6.1.2.3

Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

6.1.2.3.1 Permasalahan
Pembangunan perumahan dan permukiman akan selalu dihadapkan kepada
masalah tanah, yang didaerah perkotaan seperti kota Nanga Bulik menjadi semakin langka
dan semakin mahal. Banyak kita jumpai areal kosong berupa hutan ataupun lahan kebun

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

VI-6

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

yang disulap menjadi kawasan permukiman, hal ini terjadi karena ketersediaan tanah yang
sangat terbatas sedangkan permintaan akan sarana hunian selalu meningkat setiap
saatnya. Konsekuensi logis dari keterbatasan tanah adalah munculnya daerah permukiman
kumuh di perkotaan dengan minimnya penyediaan prasarana dasar seperti penyediaan air
bersih, sistem pembuangan sampah, sistem pembuangan kotoran, air limbah, tata bangunan,
saluran air hujan, penanggulangan bahaya kebakaran, serta pencemaran air, udara, dan tanah
yang tidak memadai. Penyediaan pra-sarana dasar di daerah kumuh tersebut membutuhkan
biaya yang besar padahal kemampuan Pemda Kabupaten Lamadau dalam penyediaan
anggaran terbatas.
Selain daerah Perkotaan, daerah pedesaan dengan potensi ekonomi yang tinggi
seharusnya lebih mendapat perhatian pihak yang berkepentingan di Kabupaten Lamandau,
khususnya pembangunan sarana perumahan dan permukiman berupa jalan, untuk
menjawab produktifitas pada suatu daerah. Dengan membangun sarana aksesbilitas bagi
masyarakat, diharapkan akan meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan, yang
kemudian pada akhirnya dapat mengait keseluruhan desa di sekitarnya mengingat desa
pusatnya merupakan desa cepat berkembang sedangkan hinterlandnya dari kelompok desa
sedang berkembang dan desa belum berkembang. Pengembangan prasarana transportasi,
terutama jaringan jalan untuk meningkatkan aksesbilitas antara pusat pusat permukiman
diharapkan dapat menggerakkan mekanisme percepatan pertumbuhan dan perkembangan
sektor utama dan kawasan rencana yang berdampak positif. Pengembangan kawasan strategis
agropolitan merupakan alternatif solusi yang tepat dalam pembangunan perdesaan tanpa
melupakan pembangunan perkotaan.

Melalui pengembangan kawasan agro-politan,

diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan dengan wilayah produksi
pertanian, sehingga pembangunan PSD Lingkungan Wilayah Agropolitan tersebut diharapkan dapat menambah nilai tambah produk yang ada di kawasan agropolitan tersebut.
Untuk mengatasi masalah-masalah di perkotaan dan perdesaan di atas, diperlukan
suatu perencanaan yang matang, sinergis dan integral dalam setiap sektor yang akan
menghasilkan keluaran pengembangan perumahan dan permukiman yang lebih baik. Belum
optimalnya perencanaan pada saat ini berakibat pada lemahnya arah kebijakan
pengembangan, tumpang tindihnya rencana aksi pengembangan antar sektor, dan ketidakfokusan dalam menentukan prioritas pengembangan perumahan dan permukiman.

Permasalahan pembiayaan merupakan salah satu poin penting dalam pemecahan

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

VI-7

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

permasalahan perumahan dan permukiman. Secara mikro, hal ini disebabkan oleh
kemampuan ekonomis masyarakat di Kabupaten Lamandau untuk menjangkau harga rumah
yang layak bagi mereka masih sangat berat, sedangkan secara makro hal ini juga tidak
terlepas dari kemampuan ekonomi nasional untuk mendukung pemecahan masalah
perumahan secara menyeluruh. Hal lain yang juga merupakan salah satu bentuk
permasalahan pembiayaan adalah kecenderungan meningkatnya biaya pembangunan,
termasuk biaya pengadaan tanah yang tidak sebanding dengan kenaikan angka pendapatan
masyarakat, sehingga standar untuk memenuhi kebutuhan akan hunian menjadi semakin
tinggi yang mendorong munculnya kawasan kumuh.
Peran serta masyarakat di Kabupaten Lamandau terlihat masih belum aktif dalam
pembangunan perumahan dan permukiman. Peran serta masyarakat akan dapat
berlangsung lebih baik apabila sejak awal sudah ada perencanaan pembangunan, yang
hasilnya sesuai dengan aspirasi, kebutuhan nyata, kondisi sosial budaya dan kemampuan
ekonomi masyarakat yang bersangkutan yang pada akhirnya dapat menciptakan suatu
proses kemajuan sosial secara lebih nyata.
6.1.2.3.1 Tantangan
Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian,
Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang
meliputi Program Pro Rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs.
Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat
terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan masyarakat
perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam
peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan
permukiman kumuh.
Secara umum tantangan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman di
kabupaten Lamandau, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman terutama bagi masyarakat
yang berpenghasilan rendah.
2. Mengurangi kesenjangan pelayanan prasarana dan sarana antar tingakat
golongan masyarakat.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha.
4. Penyediaan pasarana dan saran perumahan dan permukiman yang serasi dan

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

VI-8

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

berkelanjutan.
5. Pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman secara efektif dan
efisien.
Tabel 6.3 Rumusan Permasalahan dan Tantangan dalam bidang
Pengembangan Permukiman
No.

Permasalahan Pengembangan
Permukiman

Tantangan Pengembangan

Alternatif Solusi

1

Aspek Teknis
Infrastruktur prasarana/sarana permukiman masih menjadi permasalahan di Kabupaten Lamandau yang
disebabkan oleh terbatasnya kemampuan penyediaan prasarana/
sarana permukiman karena keterbatasan APBD daerah.

Pengadaan prasarana dan sarana
lingkungan, serta utilitas umum
untuk menunjang kegiatan sosial
ekonomi masyarakat.

Peningkatan kualitas permukiman
kumuh dan pembangunan RSH.

Sarana dan prasarana dasar
permukiman (jalan, drainase, jaringan air bersih) di perdesaan.

Peningkatan kualitas lingkungan
permukiman pedesaan, dengan
prioritas kawasan permukiman daerah pedesaan yang potensial.

1. Pengembangan
kawasan
permukiman perdesaan untuk
kawasan potensial (Agropolitan
dan Minapolitan);
2. Pengembangan kawasan pusat
pertumbuhan;
3. Pengembangan desa tertinggal.

Perencanaan pengembangan permukiman yang belum optimal.

Pembangunan permukiman dan
infrastruktur bidang Cipta Karya
yang terintegrasi dan mengacu
pada arahan pengembangan kota
secara komprehensif

Strategi Pembangunan Pemukiman
Dan Infrastruktur Perkotaan dan
Rencana
Pembangunan
dan
Pengembangan Perumahan Dan
Pemukiman Di Daerah), yang
menjadi
acuan
utama
bagi
penetapan kawasan yang akan
diprioritaskan dan dasar persoalan
pembangunan yang terdapat pada
kawasan
pemukiman
prioritas
tersebut harus diselesaikan.

2

Aspek Pembiayaan
Meningkatnya biaya pembangunan,
termasuk biaya pengadaan tanah
yang tidak sebanding dengan kenaikan angka pendapatan masyarakat, mendorong munculnya kawasan kumuh di kota karena biaya
pengadaan tanah yang semakin
tinggi

Terwujudnya keswadayaan masyarakat yang mampu memenuhi
kebutuhan perumahan yang layak
dan terjangkau secara mandiri.

1. Pembangunan prasarana dan
sarana pada permukiman kumuh;
2. Pembangunan RSH.

3

Aspek Kelembagaan
Belum terdapat perangkat kelembagaan dibidang perumahan yang
berfungsi
khusus
sebagai
pelaksana, pemegang kebijaksanaan, pembinaan dan pengaturan di
bidang pengembangan permukiman

Terbentuknya lembaga penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang mengorganisir akses
terhadap hunian yang memadai

Lembaga
berbasis
masyarakat
senantiasa mendorong terciptanya
iklim kondusif di dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

VI-9

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

No.

Permasalahan Pengembangan
Permukiman

Tantangan Pengembangan

Alternatif Solusi

4

Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta
Ketidakmampuan masyarakat untuk
mewujudkan
kebutuhan
perumahan lebih sering dikarenakan
iklim yang ada belum secara
optimal
memberikan
ruang,
kesempatan dan peluang yang
memadai bagi masyarakat untuk
mengembangkan
kapasitasnya
dalam mendapatkan hunian yang
memadai.

Menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dengan strategi
pemberdayaan yang memfasilitasi
wahana pengembangan peran dan
tanggung jawab masyarakat sebagai pelaku utama dalam memenuhi
kebutuhannya akan hunian yang
layak dan terjangkau,

Adanya lembaga dimana warga
sebagai stakeholder yang paham
akan hak dan kewajibannya juga
memiliki ide-ide inovatif yang
mungkin bisa mendorong proses
penataan pemukiman, menjadi lebih
baik.

Sumber : Hasil Analisa

6.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Pembangunan prasarana dan sarana permukiman merupakan salah satu hal yang
perting dalam memperoleh suatu lingkungan tempat tinggal yang sehat dan nyaman.
Pengadaan prasarana dan sarana ini tidak dapat dilakukan secara terpisah dari
perencanaan permukiman secara menyeluruh, mencermati berbagai persoalan pembangunan perkotaan di Kabupaten Lamandau, terdapat sejumlah masalah yang belum dapat
dipecahkan. Pertama, arah pembangunan kota serta pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan seringkali tidak berdasarkan kebutuhan kota dan bersifat sektoral.
Kedua, strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan dengan strategi
pengembangan dan pembangunan perdesaan seringkali belum saling mengacu untuk
mencapai strategi permukiman dan infrastruktur yang handal. Untuk mencapai strategi
permukiman dan infrastruktur yang handal membutuhkan mekanisme kolaborasi yang baik
dan intensitas perhatian yang aktif dari semua pemangku kepentingan seperti : pemerintah,
elemen masyarakat, akademisi, dan pihak lainnya. Ketiga, belum ada acuan jelas dan
selaras untuk mengarahkan pengembangan kota yang selanjutnya menjadi acuan bagi
keberadaan strategi yang terkait dengan pengembangan dan pembangunan kota.
Strategi pengembangan permukiman Kabupaten Lamandau yang terdapat di RTRW
belum diturunkan secara jelas dalam bentuk program, terutama untuk pengembangan
perumahan, tidak dideskripsikan secara jelas program-program apa saja yang dibutuhkan
untuk mengembangkan kawasan perumahan. Data mengenai jumlah dan kebutuhan rumah
di dalam RTRW pun tidak disebutkan padahal data mengenai jumlah dan kebutuhan rumah
ini merupakan salah satu data yang paling penting untuk penyusunan Strategi
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) yang dilanjutkan dengan
penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) di Kota

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

VI-10

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

Nanga Bulik kedepannya. Potensi dan permasalahan yang tercantum dalam RPJM dan
RTRW perlu dikaji lebih lanjut dan dituangkan dalam bentuk spasial. yaitu mengenai potensi
dan permasalahan infrastruktur permukiman secara spasial.
Proses diatas tentu dapat berlangsung efektif manakala proses antar aktor seimbang
dalam satu dialog publik. Ruang dialog akan memperkuat tidak saja dalam menjelaskan
konstelasi permasalahan tetapi akan membantu struktur strategi yang lebih pro pada
kepentingan spesifik perkotaan. Strategi Pengembangan Kota disini merupakan strategi
pembangunan berskala kota yang berorientasi pada kebutuhan kota dan tidak sektoral,
komprehensif dan terpadu, serta dapat menjadi acuan bagi strategi dibawahnya (sektoral)
maupun para pemangku kepentingan, sebagai acuan pengembangan sektor di bawahnya
dalam skala kota. Strategi ini dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan merupakan
suatu alat yang akan dipakai oleh pemerintah daerah dalam menetapkan prioritas
pembangunan daerah perkotaan, yang diharapkan dapat membantu meng-optimalkan alokasi
dana pembangunan secara akurat dan rasional sebagai acuan bersama seluruh pemangku
kepentingan kota untuk membangun wilayah perkotaannya. Diharapkan strategi pengembangan
kota ini tidak berdiri sendiri, namun terdiri atas aspek-aspek yang berkenaan dengan sektor
unggulan, sektor penunjang, dan sektor strategis lainnya sebagai satu kesatuan.
Secara fungsional, sebagian besar kualitas permukiman di Kabupaten Lamandau
masih terbatas dan belum memenuhi standar pelayanan yang memadai sesuai skala
kawasan yang ditetapkan, baik sebagai kawasan perumahan maupun sebagai kawasan
permukiman yang berkelanjutan. Masih terdapat banyak kawasan yang tidak dilengkapi
dengan berbagai prasarana dan

sarana pendukung, seperti terbatasnya ruang terbuka

hijau, lapangan olah raga, tempat usaha dan, fasilitas sosial dan fasilitas umum, disamping
masih adanya keterbatasan di bidang prasarana dasar perumahan dan permukiman, seperti
jalan lingkungan, drainase dan sanitasi yang baik. Aksesbilitas masyarakat baik kedalam
maupun keluar kawasan permukiman sering terganggu akibat jalan lingkungan permukiman
yang belum baik. Karenanya, pengembangan permukiman dan infrastruktur di Kabupaten
Lamandau seyogianya dapat mengakomodasi ekspetasi perkembangan wilayah dalam
waktu jangka panjang guna menghindari munculnya kekumuhan kota yang berimplikasi
multi dimensi yang menurunkan kualitas hidup masyarakat.
Langkah pengurangan jumlah kawasan kumuh dilaksanakan melalui peningkatan
kualitas lingkungan permukiman, perbaikan rumah, pemberian dukungan prasarana dan

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

VI-11

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

sarana permukiman. Permasalahan utama penyediaan PSD permukiman kawasan kumuh
adalah belum adanya perencanaan untuk peningkatan PSD permukiman kawasan kumuh.
DED penataan/peningkatan infrastruktur permukiman kawasan kumuh diharapkan dapat
menhindari terjadinya mismatch dalam pembiayaan PSD penataan/peningkatan lingkungan
permukiman kumuh demi tercapainya tujuan penataan permukiman kawasan kumuh yaitu
peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh untuk menanggulangi kemiskinan.
Untuk kawasan desa, prasarana permukiman yang masih kurang baik terutama jalan
desa

belum mendukung terutama untuk menjawab terciptanya pengembangan wilayah

yang serasi dan seimbang. Pengembangan Kawasan Agropolitan merupakan alternatif solusi yang tepat dalam pembangunan perdesaan tanpa melupakan pembangunan perkotaan.
Melalui pengembangan kawasan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara
pusat kawasan dengan wilayah produksi pertanian. Pembangunan PSD lingkungan wilayah
agropolitan tersebut diharapkan dapat menambah nilai tambah produk yang ada di kawasan
agropolitan tersebut.
Penyiapan Master Plan Kawasan Agropolitan termasuk didalamnya rencanarencana prasarana dan sarana untuk selanjutnya dilanjutkan dengan dukungan dukungan
prasarana dan sarana dengan tahapan pada tahun 1 (pertama) dukungan PSK diarahkan
pada ka-wasan-kawasan sentra produksi, terutama pemenuhan kebutuhan air baku, jalan
usaha tani, dan pergudangan. Pada tahun ke 2 (kedua) dukungan PSK diprioritaskan
untuk mening-katkan nilai tambah dan pemasaran termasuk sarana untuk menjaga
kualitas serta pemasaran ke luar kawasan agropolitan dan pada tahun ke 3 (ketiga)
dukungan PSK diprioritaskan untuk meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan
permukiman.

6.1.4 Program-Program dan Kriteria Penyiapan, serta Skema Kebijakan Pendanaan
Sektor Pengembangan Permukiman
6.1.4.1 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman yang diusulkan untuk Kabupaten Lamandau
terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:
1. Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh;
2. Infrastruktur

Kawasan

Permukiman

RSH

yang

meningkat

kualitas

berupa

pembangunan jalan.

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

VI-12

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

Sedangkan untuk pengembangan kawasan desa terdiri dari :
1. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial yang meningkat kualitasnya
yaitu PSD Kawasan Perdesaan Potensial (Agropolitan);
2. Pembangunan jalan desa;
3. Pembangunan Jalan Lingkungan & Saluran Sekunder.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman di
Kabupaten Lamandau adalah penyusunan

Penyusunan Strategi Pengembangan

Permukiman dan Infrastruktur Perdesaan (SPPIP), Penyusunan Rencana Pengembangan
Kawasan Perkotaan dan Perdesaan (RPKPP), DED Penataan/Peningkatan Infrastruktur
Permukiman Kawasan Kumuh dan Master Plan kawasan Agropolitan.
6.1.4.2 Kriteria Penyiapan (Readiness Criteria)
Berdasarkan analisa kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting
dengan kebutuhan pembangunan di sektor Pengembangan Permukiman di Kabupaten
Lamandau, Kriteria Penyiapan (Readiness Criteria) program Pengembangan Permukiman
Kabupaten Lamandau dituangkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 6.4 Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Pengembangan Permukiman
No
1
2

3

Program Kegiatan
Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman
dan Infrastruktur Perdesaan (SPPIP)
Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan
Perkotaan dan Perdesaan (RPKPP)
DED Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman
Kawasan Kumuh

Volume/
Satuan

Biaya
(Rp
Juta)

Lokasi

Laporan

1000

Kab. Lamandau

Laporan

900

Kab. Lamandau

Laporan

200

Kab. Lamandau

4

DED/Master Plan Kawasan Agropolitan

Laporan

200

Kab. Lamandau

5

Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan
Nanga Bulik

Kawasan

4950

Nanga Bulik

6

Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan
Nanga Bulik

Kawasan

4400

Kel. Kujan

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Kriteria Kesiapan
- Draft RTRW Kabupaten
Lamandau
- Draft RTRW Kabupaten
Lamandau
- Draft RTRW Kabupaten
Lamandau
- SPPIP
- RP2KP
- Sumber Dana APBD Kab.
- Draft RTRW Kabupaten
Lamandau
- DDUB
- Sumber Dana APBD Kab.
- Draft RTRW Kabupaten
Lamandau
- SPPIP
- RP2KP
- DDUB
- DED
- Draft RTRW Kabupaten
Lamandau
- SPPIP
- RP2KP
- DDUB
DED

VI-13

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

No

Program Kegiatan

Volume/
Satuan

Biaya
(Rp
Juta)

Lokasi

7

Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh :
Pembangunan jalan Anggrek Seberang

Kawasan

1200

Nanga Bulik

8

PSD Kawasan Perdesaan Potensial (Agropolitan)
Desa Bumi Agung Kec.Bulik

Kawasan

4950

Desa Bumi
Agung

9

Pembangunan jalan desa Bukit Indah

Kawasan

4600

Desa Bukit
Indah

10

Pembangunan Jalan desa Sumber Mulia

Kawasan

3000

Desa Sumber
Mulia

11

Pembangunan Jalan Lingkungan & Saluran Sekunder
Desa Wonorejo

Kawasan

2200

Desa Wonorejo

2014

Kriteria Kesiapan
- Draft RTRW Kabupaten
Lamandau
- SPPIP
- RP2KP
- DDUB
DED
- SK Bupati
- Draft RTRW Kabupaten
Lamandau
- DDUB
- DED
- Merupakan Kawasan Strategis
- Draft RTRW Kabupaten
Lamandau
- DDUB
- DED
- Merupakan Kawasan Strategis
- Draft RTRW Kabupaten
Lamandau
- DDUB
- DED
- Merupakan Kawasan Strategis
- Draft RTRW Kabupaten
Lamandau
- DDUB
- DED

6.1.4.3 Kebijakan Pendanaaan
Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan Permukiman adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perdesaan
(SPPIP) dibiayai oleh APBN;
2. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan
(RPKPP) dibiayai oleh APBN;
3. DED Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh dibiayai oleh
APBD Kabupaten;
4. DED/Master Plan Kawasan Agropolitan dibiayai oleh APBD Kabupaten;
5. Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Nanga Bulik dibiayai oleh APBN
dan APBD Kabupaten;
6. Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Nanga Bulik di Kelurahan Kujan
dibiayai oleh APBN dan APBD Kabupaten;
7. Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh : Pembangunan jalan Anggrek Seberang
dibiayai oleh APBN dan APBD Kabupaten;
8. PSD Kawasan Perdesaan Potensial (Agropolitan) Desa Bumi Agung Kec.Bulik
dibiayai oleh APBN dan APBD Kabupaten;
9. Pembangunan jalan desa Bukit Indah dibiayai oleh APBN dan APBD Kabupaten;

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

VI-14

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

10. Pembangunan Jalan desa Sumber Mulia dibiayai oleh APBN dan APBD Kabupaten;
dan
11. Pembangunan Jalan Lingkungan & Saluran Sekunder Desa Wonorejo dibiayai oleh
APBN dan APBD Kabupaten.
6.1.5 Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman
Usulan pembiayaan Sektor Pengaturan, pembinaan, Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Permukiman secara terinci ada pada tabel berikut ini :

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

VI-15

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

Tabel 6.5 Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Pengembangan Permukiman
OUTPUT
INDIKATOR OUTPUT
RINCIAN

No

LOKASI

VOL

SATUAN

APBN
MURNI

PLN

SUMBER DANA (dalam Rp juta)
APBD
APBD
CSR
PROV
KAB/KOTA

TAHUN
SWASTA/
MSYRKT

1

2

3

1650

1650

4

5

2200

2200

KEGIATAN : PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
1 LAPORAN PEMBINAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
4 (empat) Buah Laporan Pembinaan Pengembangan Permukiman
Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan
1.a
Infrastruktur Perdesaan (SPPIP)
Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan
1.b
dan Perdesaan (RPKPP)
DED Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman
1.c
Kawasan Kumuh
1.d
Master Plan Kawasan Agropolitan
2 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN
3 (tiga) Buah Kawasan Yang Tertata Bangunan dan Lingkungannya
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Nanga
2.a
Bulik
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Nanga
2.b
Bulik
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh: Pembangunan jalan
2.c
Anggrek Seberang
3 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN
4 (empat) Buah Kawasan Yang Tertata Bangunan dan
Lingkungannya
PSD Kawasan Perdesaan Potensial (Agropolitan) Desa Bumi
3.a
Agung Kec.Bulik
3.b Pembangunan jalan desa Bukit Indah
3.c

Pembangunan Jalan desa Sumber Mulia

3.d

Pembangunan Jalan Lingkungan & Saluran Sekunder Desa
Wonorejo

Kab. Lamandau

1

Laporan

1000

Kab. Lamandau

1

Laporan

900

Kab. Lamandau

1

Laporan

200

200

Kab. Lamandau

1

Laporan

200

200

Nanga Bulik

3

Kawasan

4500

450

1650

Kel. Kujan

2

Kawasan

4000

400

Nanga Bulik

1

Kawasan

1000

200

1200

3

Kawasan

4500

450

1650

1

Kawasan

4400

200

4600

1

Kawasan

2800

200

3000

1

Kawasan

2000

200

2200

Desa Bumi
Agung
Desa Bukit Indah
Desa Sumber
Mulia
Desa Wonorejo

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

1000
900

VI-16

1650

1650

Ket

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau
6.2

2014

Penataan Bangunan dan Lingkungan

6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Perkembangan

kota-kota

di

Indonesia

yang

semakin

pesat

dewasa

ini

membawa banyak perubahan pada kondisi internal kota. Hal-hal yang tampak nyata sebagai
dampak dari perkembangan kota adalah pesatnya perkembangan penduduk perkotaan,
tingginya angka kepadatan penduduk akibat keterbatasan lahan perkotaan dalam
mengakomodasi kepesatan perkembangan penduduk, pesatnya perkembangan daerah
terbangun, yang pada gilirannya menimbulkan tingginya kebutuhan akan fasilitas dan
utilitas kota termasuk kebutuhan akan perumahan.
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan
lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik
bangunan gedung dan lingkungannya.
Penataan ruang

Kabupaten Lamandau

diarahkan untuk pemanfaatan dan

pengendalian ruang yang tepat dan terarah meliputi :
a. Mewujudkan kondisi wilayah dalam keseimbangan ekologi yang tetap terjaga,
disesuaikan dengan jenis dan pola kegiatan manusia, untuk menjaga keseimbangan
daya dukung dan daya tampung lingkungan perkotaan sehingga dapat dimanfaatkan
dan dikembangkan secara berkelanjutan.
b. Mewujudkan struktur wilayah yang menjadi tempat-tempat kegiatan produksi dan
pemasaran, menurut jenis dan tingkatnya, serta sesuai dengan sumber daya manusia
yang mendukungnya; lingkungan permukiman, dan kegiatan-kegiatan sosial budaya
yang diapresiasi secara umum, untuk menunjang pembangunan perkotaan secara
terpadu.
c. Pengembangan

wilayah

Kabupaten

Lamandau

diarahkan

pada

pembangunan

suprastruktur dan infrastruktur di setiap wilayah kecamatan, kelurahan, dengan
memperhatikan kepentingan terjangkaunya kelancaran pelayanan pemerintahan, sistem
penataan lingkungan yang kondusif, serta pembangunan dan hubungan antar satu
wilayah dengan wilayah lainnya saling terkait.
d. Terwujudnya perencanaan dan penataan serta evaluasi tata ruang, dengan mempertimbangkan karakteristik dan potensi wilayah, arah pembangunan kota dan menjaga
keseimbangan daya tampung serta daya dukung lingkungan perkotaan.
e. Meningkatkan perencanaan, penataan ruang dan evaluasi, baik wilayah kota maupun

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

VI-17

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

desa/kelurahan, dalam rangka kebutuhan pemanfaatan ruang secara optimal yang
berwawasan lingkungan.
f.

Meningkatkan penataan ruang dan penataan pertanahan untuk kepentingan masyarakat
dan pembangunan daerah yang sejalan dengan rencana tata ruang wilayah, daerah,
kota kecamatan, desa/kelurahan dan kawasan.

g. Pengembangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamandau terdiri atas azas pengaturan
tata ruang, tata bangunan, dan ruang terbuka.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada undang-undang dan
peraturan antara lain :
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat
bahwa

penyelenggaraan

perumahan

dan

kawasan

permukiman

adalah

kegiatan

perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya
pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat
yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 ini juga diamanatkan
pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan
dalam penggunaan, penguasaan, pemilikanyang tercantum pada rencana rinci tata ruang
dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan
secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya
persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksananaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 tahun 2005 tentang
peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan
gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran
masyarakat dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini
ditekankan pentingya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

VI-18

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana tata Bangunan dan
Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL,
maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun
pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru
berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana,
serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun
kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
Permen PU No. 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang.
Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dalam Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal.
6.2.2. Isu Strategis, Kondisi eksisting, Permasalahan dan Tantangan
6.2.2.1. Isu Strategis
Perencanaan tata ruang yang belum maksimal di Kabupaten Lamandau ditambah
dengan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap penataan ruang dan lingkungan akan
menimbulkan masalah mengingat perkembangan Kabupaten Lamandau yang sangat pesat.
Isu Strategis di bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Lamandau
digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 6.6 Isu Strategis di bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan
No.
1.

Kegiatan Sektor PBL
Penataan Lingkungan Permukiman

Isu Strategis sektor PBL di Kabupaten Lamandau
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan (RTBL).
b. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan
bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh
kembangnya ekonomi lokal.
c. Perlindungan terhadap ancaman bahaya kebakaran merupakan hal
yang sangat penting sehingga diharapkan dapat memberikan rasa
aman, nyaman dan mampu menarik minat investor.

2.

Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan

Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional,

Rumah Negara

tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan.

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

VI-19

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

6.2.2.2 Kondisi Eksisting
6.2.2.2.1 Penggunaan Lahan
Permukiman-permukiman yang terdapat di Kota Nanga Bulik merupakan permukiman kampung yang berkembang secara alamiah dan tidak tertata, permukimannya sangat
padat dan mengelompok dengan kondisi bangunannya sangat rapat. Model rumah
panggung khas lokal masih mendominasi rumah-rumah di wilayah perencanaan ini. Dengan
kondisi kepadatan bangunan saat ini, terlihat berbagai kerawanan dan masalah lingkungan.
Kerawanan yang mungkin dapat terjadi adalah rawan kebakaran, rawan penyakit menular
dan berbagai masalah-masalah sosial dan kesehatan lainnya.
Intensitas penggunaan lahan adalah tinjauan yang dilakukan untuk mengetahui
efisiensi penggunaan lahan, karena hal tersebut merupakan dasar pertimbangan dalam
menentukan pengembangan pemanfaatan ruang, baik dalam pengembangan secara intensif
maupun ekstensif. Distribusi intensitas penggunaan ruang di Kota Nanga Bulik ditunjukan
dengan nilai BCR (Building Coverage Ratio) dan FAR (Floor Area Ratio) yang dinyatakan
dalam persen (%). Masing-masing nilai dari FAR mempunyai kesamaan dengan nilai
Koefisien Angka Lantai (ALD) dan koefisien angka luas lantai (ALL), dimana nilai ALD (BCR)
menyatakan perbandingan antara luas lantai dasar bangunan terhadap luas lahan.
Sedangkan nilai ALL (FAR) menyatakan perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai
bangunan terhadap luas lahan.
Tabel 6.7 Pengunaan lahan di daerah sampel (dalam
hektar/persentase dari keseluruhan)
Hutan
Belukar

Hutan
Lebat

Kebun
Campuran

201/
3,01%

1.640/
2,46%

5.819/
87,16%

570/
8,54%

1.683/
25,21%

2.018/
30,23%

Permukiman Sungai
Sosial

Jalan

Jumlah

225/ 3,37%

185
/2,77%

82/
1,23%

8.152

154/
2,31%

70/
1,05%

15/
0,22%

4.510

Sumber : Hasil Survey Lapangan
Bangunan-bangunan rumah ini umumnya mengelompok dengan pola berjejer di
sepanjang aliran sungai Lamandau, sejak pertigaan masuk arah desa Kujan terus hingga
jembatan desa Kujan. Hasil survey lapangan juga memperlihatkan gambaran jika sebagian
kecil bagian wilayah kota lainnya memiliki BCR 60 - 80%, yang mana lokasinya berada di
sepanjang jalan Kartawana arah selatan, sebagian jalan Batu Batanggui arah timur (menuju
pasar), jalan Batu Macan ke arah desa Bunut, jalan A. Yani (dahulu GM Yusuf) arah timur

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

VI-20

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

menuju Tjilik Riwut, sebagian kecil wilayah trans lokal serta di sekitar pertigaan log pond.
Data hasil pengamatan lapangan juga memperlihatkan adanya bagian wilayah kota dengan
BCR kurang dari 60%. Lokasinya berada di daerah trans lokal, jalan Batu Batanggui arah ke
barat, jalan Melati, sebagian jalan A. Yani arah ke barat, sebagian jalan Tjilik Riwut arah ke
selatan (pertigaan log pond), serta jalan negara setelah jembatan desa Kujan. Ditinjau dari
angka FAR-nya, bagian wilayah kota Nanga Bulik pada umumnya masih menunjukan tingkat
intensitas yang rendah, kecuali pada sebagian wilayah tertentu yang menjadi titik simpul
aktivitas.
Berdasarkan

kompilasi

data

dan hasil pengamatan di lapangan
dapat

dikemukakan

bahwa

penggunaan ruang di Kota Nanga
Bulik masih didominasi oleh lahan
perhutanan, semak belukar dan rawarawa. Kondisi di atas diperjelas dari
pola distribusi intensitas penggunaan
ruang di setiap bagian wilayah kota.
Bagian wilayah kota yang memiliki
BCR antara 80 - 90% hanya terdapat
di bagian timur kota Nanga Bulik, yaitu di sekitar wilayah pusat kota lama, tepatnya di
sepanjang jalan Cempaka, jalan Niaga, sebagian jalan Wanaraya, jalan Sekambingan, serta
sebagian jalan jalan Tjilik Riwut (dahulu JC Rang-kap), terutama di sekitar daerah pasar.
Di sekitar wilayah desa Kujan, tepatnya area permukiman di sepanjang tepi sungai
Lamandau, yaitu antara jalan Gusti Raden Paru dan jalan Negara juga dapat ditemui
keberadaan bangunan permukiman dengan BCR antara 80-90%.
Sedangkan penggunaan lahan untuk fasilitas umum di kabupaten Lamandau dibagi
atas beberapa kegiatan yaitu peribadatan, fasilitas pendidikan, kesehatan serta fasilitas
umum lainnya. Fasilitas peribadatan yang cukup menonjol di wilayah perencanaan adalah
gereja dan masjid, sedangkan tempat peribadatan yang lain belum ada. Fasilitas kesehatan
skala kota di Nangabulik sudah ada yaitu Rumah Sakit Umum Daerah. Fasilitas pendidikan
yang ada di wilayah perencanaan hanya sampai tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) sedangkan untuk perguruan tinggi sedang direncanakan akan berdiri di kota Nanga
Bulik.

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

VI-21

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

6.2.2.2.2 Kepadatan bangunan
Kepadatan bangunan di wilayah ibu kota kabupaten, yaitu kota Nanga Bulik
tergolong sangat rendah, yang berarti jumlah bangunan yang ada masih jauh lebih rendah
dibandingkan luasan lahan yang tersedia. Namun demikian, jika dilihat dari karakteristik
penyebaran bangunannya, terlihat munculnya kelompok-kelompok bangunan permukiman
(cluster) di titik-titik tertentu. Hasil survey lapangan menunjukkan bahwa di sekitar pasar
Nanga Bulik dan sekitar pintu jembatan Kujan bermunculan bangunan permukiman dengan
intensitas tinggi. Hal ini ditandai dengan rapatnya jarak antar bangunan, tidak tersedianya
jalan lingkungan dengan lebar memadai, munculnya gang-gang kampung yang sempit, serta
sedikitnya ha-laman atau ruang kosong di muka bangunan. Keadaan ini cukup berpengaruh
terhadap keadaan lingkungan sekitar rumah yang terasa kurang nyaman akibat kurangnya
lahan untuk vegetasi tumbuhan penyegar. Kondisi bangunan yang terlalu padat berimpitan
juga menyulitkan tatanan jalur utilitas bangunan, seperti pengaturan pipa air bersih, pipa
saluran air kotor dan saluran limbah rumah tangga. Kepadatan bangunan yang tinggi
dengan tatanan yang kurang teratur juga menyulitkan sirkulasi dan mobilitas
6.2.2.2.3 Kondisi Bangunan
Kondisi bangunan di kota Nanga Bulik pada umumnya cukup baik. Kriteria penilaian
yang cukup baik ini didasari atas struktur fisik bangunan permukiman tersebut seperti
konstruksi bangunan, dari sisi ini konstruksi bangunan permukiman di kota Nanga Bulik ratarata permanen. Ditinjau dari sisi

bahan bangunan, bahan bangunan yang digunakan

sebagian besar berupa kayu jenis lokal dengan pertimbangan bahan tersebut mudah
diperoleh di sekitar kota Nanga Bulik, sedangkan material penutup atap bangunan rata-rata
terbuat dari genteng metal.
6.2.2.2.4 Bentuk tampilan bangunan
Bentuk tampilan bangunan permukiman di kota Nanga Bulik rata-rata hampir serupa,
yaitu tipikal rumah panggung dengan bentuk listplank khas menjulang tinggi. Bentuk atap
bangunan pelana hampir mendominasi semua bangunan rumah tinggal yang ada di kota
Nanga Bulik.
6.2.2.2.5 Kemunduran Bangunan
Kemunduran bangunan pada hakekatnya membahas tentang garis muka bangunan
(facade) dan garis jalan. Nilai operasionalnya dikenal dengan garis sempadan bangunan.
Faktor ini perlu dibahas karena penting untuk mengatur modifikasi terhadap amplop

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

VI-22

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

bangunan yang terbentuk oleh batasan garis sempadan bangunan serta ketinggian
bangunan maksimum. Secara teoritis garis sempadan bangunan terdiri atas tiga bagian,
yaitu lantai dasar, lantai atas serta sudut. Di kota Nanga Bulik tidak semua bangunan yang
ditemui posisinya mundur terhadap jalan. Pada sepanjang jalan Niaga yang berbatasan
langsung dengan sungai Lamandau, rata-rata bangunannya langsung berada di tepi jalan,
tanpa memiliki halaman kosong. Demikian pula dengan bangunan di jalan Sekambingan sisi
timur, jalan Cempaka sisi timur, sebagian jalan Tjilik Riwut (arah dekat pasar) serta ruasruas jalan yang cukup padat dengan bangunan. Umumnya area permukiman tanpa garis
sempadan mudah ditemui di dekat area pasar.
6.2.2.2.6 Ketinggian Bangunan
Di kota Nanga Bulik mulai bermunculan bangunan bertingkat dua lantai. Hal ini dapat
diamati pada kondisi bangunan permukiman di sepanjang jalan Niaga (terutama menuju arah
pasar), jalan Cempaka (menuju arah pasar) dan sebagian jalan Tjilik Riwut yang berdekatan
dengan pasar. Pada umumnya bangunan dengan konstruksi dua lantai memiliki fungsi ganda,
yaitu fungsi primer sebagai rumah tinggal dan fungsi sekunder sebagai sarana perdagangan
dan jasa.