ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

BAB 8

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
Dalam aspek teknis per sektor ini menjabarkan mengenai rencana pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman,
penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatafn
lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase.

8.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
8.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan
perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat,
sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan
RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d),
pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah
susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang
diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

VIII-1

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar
10% pada tahun 2014.


Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di
bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta
standardisasi

teknis

dibidang

pengembangan

permukiman.

Adapun

fungsi

Direktorat


Pengembangan Permukiman adalah:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di
perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk
peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan
tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam
dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta
masyarakat di bidang pengembangan permukiman;
f.

Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

8.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Jika kita lihat dari 3 Kecamatan yang ada di Kota Kediri (Kecamatan Mojoroto, Kecamatan Kota dan
Kecamatan Pesantren) secara garis besar perkembangan guna lahan Kota Kediri terbagi menjadi dua, yaitu
Kota Barat Sungai (Kecamatan Mojoroto) yang perkembangannya saat ini relatif lambat dan Kota Timur

Sungai (Kecamatan Kota dan Kecamatan Pesantren) yang perkembangannya relatif pesat dengan Sungai
Brantas menjadi faktor pembatas (fisik) dari kedua kawasan tersebut . Namun seiring perkembangannya
diproyeksikan kawasan sebelah barat Sungai Brantas (Kecamatan Mojoroto/BWK A) akan mengalami
perkembangan yang pesat, hal ini didasarkan pada arahan kebijakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
dan kondisi eksisting bahwasannya pada Kecamatan Mojoroto diarahkan sebagai pusat kegiatan
Perindustrian, Transportasi (Terminal Kota Kediri), Wisata (Selomangkleng), Permukiman dan Pendidikan
(Ponpes Lirboyo). Sementara perkembangan guna lahan di BWK B (Kecamatan Kota) dan BWK C
(Kecamatan Pesantren) bisa dikatakan menyatu menjadi satu kawasan, hal ini bisa kita lihat dari pola guna
lahan yang terbentuk menyatu menjadi satu kawasan. Adapun yang menjadi pusat perkembangan guna
lahan di BWK B yang merupakan CBD dari Kota Kediri adalah kawasan perkantoran, perdagangan dan jasa
serta perindustrian. Sementara pusat perkembangan di BWK C yang menjadi pusat perkembangan guna

VIII-2

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

lahannya hampir sama dengan BWK B namun skalannya pelayanannya sedikit dibawah dari BWK B, yaitu
kawasan industri, perdagangan dan perkantoran.
b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

1) Guna Lahan BWK A (Kecamatan Mojoroto)
a) Pemanfaatan Ruang
Berdasarkan kondisi eksisting, wilayah perencanaan merupakan wilayah yang berkembang
cukup pesat. Hal ini dibuktikan dengan kecenderungan perkembangan guna lahannya. Upaya
pengembangan wilayah BWK A menjadi kawasan terbangun terbatas karena dibatasi kondisi
fisik dasar, yaitu kelerengan lahan di bagian barat. Wilayah yang bisa dikembangkan untuk
kawasan budidaya adalah sekitar 80% atau 19.680,8 ha. Pola pertumbuhan guna lahan di
wilayah BWK A berbentuk linier mengikuti pola jaringan jalan. Perkembangan dengan pola
linier perlu diatisipasi oleh pengendalian agar tidak terjadi konversi lahan produktif yang ada
di tepi jalan di wilayah pinggiran. Selain itu, pola guna lahan di wilayah BWK A masih
cenderung horisontal, yaitu rata-rata berlantai 1 (satu). Hal ini belum menjadi permasalahan,
akan tetapi, untuk perkembangan penduduk yang cukup pesat perlu antisipasi efisiensi ruang
yang ada dengan pembangunan vertikal. Hal ini bisa dilakukan di wilayah Kelurahan
Mojoroto.
b) Permukiman
Perumukiman di Kecamatan Mojoroto sebagian besar merupakan hunian yang disediakan
mandiri oleh masyarakat. Sehingga pola pengaturan bangunan masih mengikuti persil yang
ada. Pola seperti ini menjadikan area perumahan di sebagian wilayah perencanaan tidak
tertata dan cenderung menjadi semrawut dan kumuh terutama di perkampunganperkampungan lama. Oleh karena itu diperlukan suatu penataan kembali area perumahan di
wilayah perencanaan. Sedangkan apabila ditinjau dari sudut kecenderungan pemanfaatan

lahan, wilayah BWK A cenderung akan berkembang sebagai area permukiman, selain
perdagangan. Kecenderungan ini harus didukung oleh tersedianya prasarana dan sarana
serta kondisi lingkungan yang tertata dengan baik.
Pengembangan kawasan ini diarahkan pada lahan kosong yang memiliki aksesibilitas yang
tinggi dan memiliki harga yang terjangkau. Kawasan permukiman di Kecamatan Mojoroto
diarahkan pada Kelurahan Mrican, Ngampel, Mojoroto, Lirboyo, Campurejo dan Bandar Lor.
c) Kecenderungan Perkembangan
Arah perkembangan permukiman BWK A ke arah utara, selatan dan barat. Berdasarkan
kondisi fisik lahan, lahan yang berpotensi untuk dikembangkan untuk kawasan budidaya
adalah wilayah Kelurahan Tinalan, Banjarmlati, Bandar Kidul, Campurejo, Sukorame, Bujel,
Gayam, Ngampel, Mrican dan Dermo. Secara umum, wilayah BWK A memiliki
kecenderungan berkembang menjadi kawasan permukiman, pemerintahan, pendidikan,
perdagangan dan pariwisata. Berdasarkan kondisi fisik lahanya, kawasan BWK A sangat
mendukung untuk kegiatan tersebut dengan tetap memperhatikan kawasan lindung di
kawasan G. Klotok dan G. Maskumambang.

VIII-3

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri


2) Guna Lahan BWK B (Kecamatan Kota)
a) Pemanfaatan Ruang
Pola sebaran kegiatan fungsional di BWK B dibedakan menjadi kegiatan regional dan
kegiatan lokal dengan mengikuti kodisi Kota Kediri 2003-2013 maka sebarannya dapat
digambarkan sebagai berikut :
Kegiatan Regional:
 Industri
Kawasan industri di Kelurahan Semampir tetap dipertahankan, kawasan industri baru
diarahkan ke barat dan utara di sepanjang jalan. Arahan untuk industri non kawasan
tergantung pada masing-masing karakter jenis industrinya. Jenis industri yang
menimbulkan polutan akan diarahkan ke barat atau utara BWK B Kota Kediri,
berdekatan dengan lokasi kawasan industri. Pengembangan kawasan industri di Kediri
menyatu dengan pergudangan. Industri rokok, tahu, getuk pisang tersebar di Jalan Sam
Ratulangi dan Kelurahan Semampir.
 Perdagangan Grosir
Kawasan perdagangan utama bertumpu pada kawasan pusat kota. Di samping
perdagangan berskala pelayanan regional atau perdagangan grosir, kawasan pusat kota
juga diarahkan bagi kegiatan perdagangan yang mempunyai spesifikasi tertentu sesuai
dengan kecenderungan yang terjadi, misalnya perdagangan barang eksklusif di Jalan

Patimura dan Jalan HOS Cokroaminoto yaitu Pasar Pahing dan Pasar Setonobetek.
Pengembangan kegiatan perdagangan baru diarahkan ke bagian utara Kota Kediri.
Eksistensi perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa di sepanjang koridor utama
kota perlu dicermati, dan diarahkan hanya untuk kegiatan perdagangan dan jasa yang
tidak terlalu berpotensi sebagai bangkitan lalu lintas. Hal ini perlu dibatasi agar aktivitas
tersebut pada akhirnya tidak akan menimbulkan permasalahan lalu lintas.
 Transportasi Primer
Yaitu berada di Jalan Mayor Bismo, Jalan Mayjen Sungkono, Jalan Brawijaya, dll.
 Pariwisata
 Wilayah Kota Kediri dan sekitarnya diyakini cukup potensial akan obyek-obyek
pariwisata yang dapat dikembangkan sebagai sumber daerah. Hal ini karena adanya
obyek wisata yang cukup potensial seperti Pagora, Tirtoyoso, dan wisata anak lainnya.
Dan pengembangan obyek wisata di Kota Kediri sendiri terbagi dalam dua macam
sektor wisata yaitu Wisata Sejarah dan Olahraga.
Kegiatan Lokal
 Permukiman
Pengembangan permukiman diarahkan pada wilayah utara dan selatan, mengingat
kecukupan luas lahan yang belum terbangun. Pengembangan permukiman ke arah
utara dan selatan perlu didukung fasilitas yang memadai, terutama jaringan jalan.
 Industri kecil

Tersebar di Jalan Patimura dan Yos Sudarso.

VIII-4

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

 Perdagangan
Kawasan Perdagangan yang ada di wilayah perencanaan berada di Jalan Dhoho,
Patimura, Hayam Wuruk, dan HOS Cokroaminoto.
 Transportasi
Fungsi jalan, meliputi arteri sekunder merupakan jalan yang menghubungkan antar kota
(misal Jalan Mayor Bismo, Mayjen Sungkono, Brawijaya, Panglima Sudirman, dll);
kolektor (misal Jalan Diponegoro, Teuku Umar, Imam Bonjol, Letjen Sutoyo, dll); dan
lokal (misal Panglima Polim, Sisingamangaraja, Patiunus, Dr. Sutomo, dll).
 Perkantoran
Tersebar di Jalan Mayor Bismo, Pahlawan Kusuma Bangsa, Diponegoro, Basuki
Rahmat, Brawijaya, dll.
 Pendidikan
Tersebar di Jalan Letjen Suprapto, Sunan Ampel, Diponegoro, Brawijaya, dan Mayor

Bismo.
 Kesehatan
Seperti Rumah Sakit Bhayangkara, Rumah Sakit DKT berada di Jalan Kombes.Pol
Duryat, Jalan Mayjen Sungkono, dll.
 Peribadatan
Seperti Masjid Jami’ (Masjid Agung) di Jalan Panglima Sudirman, Gereja di Jalan
Hasanudin, dll.
 Militer
Berada di Jalan Ahmad Yani yaitu Yonif Infantri 521
 Olah raga
Stadion Brawijaya di Letjen Suprapto, Lapangan Golf Gudang Garam, GOR Sanjaya
Kompleks Perusahaan Rokok Gudang Garam, Drug Race di Taman Rekreasi Tirtoyoso,
dll.
b) Permukiman
Penggunaan permukiman terdiri dari 2 kelompok besar:
 Kelompok perumahan baru yang dibangun dalam skala besar adalah perumahan yang
dikelola pengembang, antara lain PT. Gudang Garam, Perumahan Griya Bintang, dan
Perumahan Persada Asri di Kelurahan Semampir. Namun terdapat beberapa kawasan
permukiman yang dimiliki oleh Perumnas mendominasi wilayah perencanaan yaitu
Perumahan Perhutani menyebar di Jalan PK. Bangsa di Kelurahan Banjaran.

Pengembangan perumahan yang dibangun oleh pengembang adalah:
-

Perumahan Persada Asri di Kelurahan Balowerti, PT. SK. Bangun Persada

-

Perumahan Griya Bintang di Kelurahan Semampir

-

Perumahan Kuwak Utara di Kelurahan Ngadirejo

-

Perumahan GG Permai di Kelurahan Semampir, PT. Gudang Garam

-

Perumahan Permata Biru di Kelurahan Pakunden

-

Perumahan Permata Hijau di Kelurahan Singonegaran

VIII-5

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

- Perumahan Bumi Asri di Kelurahan Kaliombo.
Perumahan baru yang dibangun pengembang lebih banyak berkembang di bagian utara
dan selatan wilayah perencanaan.
 Kelompok perumahan yang dibangun secara individual, umumnya berada dalam
permukiman lama yang lokasinya tersebar di wilayah tengah perkotaan. Permukiman ini
berada di Kelurahan Kota. Permukiman terletak pada sepanjang sisi jalan, baik itu jalan
arteri, kolektor maupun lokal, perkembangan kawasan permukiman yang linier didukung
dengan berdirinya perumahan-perumahan baru. Pola dari kawasan permukiman di
wilayah perencanaan cenderung mengelompok dan menyebar membentuk koridor yang
mengikuti pola jaringan jalan.
c) Kecenderungan Perkembangan
Kecenderungan perkembangan fisik kota di BWK B ditentukan berdasarkan kondisi faktual
yang terjadi di lapangan seperti dominasi aktivitas, kecenderungan perkembangan di
lapangan serta lingkup pelayanan baik internal maupun eksternal.
Berdasarkan RTRW Kota Kediri Tahun 2011-2030, wilayah perencanaan diarahkan untuk
pengembangan industri, perdagangan dan jasa, pariwisata, perkantoran, serta permukiman.
Berdasarkan kecenderungan perkembangan saat ini, fungsi kegiatan yang diidentifikasikan
meliputi industri (yang terdiri dari aneka industri dan industri kecil), perumahan (komplek
maupun tradisional), perdagangan dan jasa (pertokoan dan pasar), serta perkantoran.
Arahan fungsi kegiatan menurut RTRW Kota Kediri diidentifikasikan hampir seluruhnya sesuai
dengan perkembangan yang terjadi saat ini, kecuali pada bagian selatan wilayah. Pada
bagian wilayah tersebut, perkembangan yang terjadi tidak seintensif yang direncanakan.
Wilayah perencanaan sebagian besar berupa lahan pertanian dan permukiman beserta
fasilitas pendukungnya. Kawasan pertanian mencapai 46,32% dari luas BWK B, sedangkan
kawasan permukiman 28,67%-nya.
Kawasan terbangun terutama mengelompok di kawasan pusat kota dan secara gradual
berkembang mengikuti pola perkembangan jaringan jalannya. Kawasan perdagangan dan
jasa teraglomerasi di kawasan pusat kota, sedangkan kawasan industri dominan berada di
bagian utara.
3) Guna Lahan BWK C (Kecamatan Jatiroto)
a) Pemanfaatan Ruang
Pola guna lahan BWK C yang berpola sektoral memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
pola guna lahan tersebut adalah kegiatan tersebar di seluruh wilayah dengan membentuk
kluster kegiatan yang dominan sama, dan kluster-kluster kegiatan tersebut saling tergantung (
interdependent) dengan pusat kota. Sedangkan tantangannya adalah keterbatasan
infrastruktur terutama jaringan jalan sebagai akses ke pusat kota.
Guna lahan permukiman di BWK yang membentuk kluster-kluster ada kecenderungan
membentuk pola grid. Hal ini terjadi di Kelurahan Ketami, Banaran dan Blabak.
Pengembangan menjadi pola grid memiliki beberapa keuntungan, yaitu menghemat ruang
dengan aglomerasi permukiman dan kegiatan lainnya yang akan mengefektifkan pelayanan

VIII-6

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

fasilitas, utilitas serta infrastruktur lainnya. Akan tetapi, kekurangan dari pola ini
kecenderungannya menjadi kawasan yang padat, sehingga diperlukan pengaturan tata
lingkungan untuk membuat dan mempertahankan kenyamanan kawasan tersebut.
 Lahan Untuk Pertanian
Wilayah BWK C masih didominasi oleh lahan belum terbangun. Lahan ini berupa lahan
sawah dan ladang. Lahan pertanian yang memiliki produktifitas tinggi, terutama yang
mendapatkan pelayanan irigasi teknis, perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
Sedangkan untuk lahan sawah kurang produktif, baik berupa sawah tadah hujan.
Lahan untuk pertanian yang kurang produktif, yaitu sawah tadah hujan maupun ladang,
bisa dilakukan dua usaha untuk meningkatkan nilainya. Pertama, pembangunan saluran
irigasi teknis untuk meningkatkan produktifitas lahan pertanian BWK C.
 Perdagangan dan jasa
Fasilitas perdagangan dan jasa letaknya menyebar di permukiman penduduk dan di
beberapa ruas jalan utama di wilayah perencanaan, yaitu Jl. Mauni, Jl. Dirjen Pol. Imam
BHP, Jl. Centong Bawang dan di Kelurahan Blabak. Kegiatan ini tidak teraglomerasi di
suatu lokasi dan sifat bangunan masih jadi satu dengan rumah penduduk karena lingkup
pelayanannya terbatas pada masyarakat sekitar. Oleh karena itu untuk memenuhi
keperluan sehari-hari masyarakat diperlukan fasilitas perdagangan dan jasa yang
teraglomerasi di suatu lokasi tertentu terutama di lingkungan permukiman baru atau di
pusat-pusat unit lingkungan untuk melayani lingkup lingkungan.
 Ruang terbuka hijau dan makam
Ruang terbuka hijau terdiri dari taman, makam dan lapangan olah raga. RTH diperlukan
kerena memiliki fungsi yang urgen untuk menjaga keseimbangan lingkungan perkotaan,
yaitu sebagai lahan resapan kota, filter udara, memiliki fungsi sosial, serta estetika kota.
Kecenderungan yang ada di lapangan, ruang terbuka hijau ini mengalami penyusutan
dikarenakan berubah fungsi menjadi rumah individu, perumahan baru dan area
perdagangan dan jasa. Oleh sebab itu perlu ditetapkannya ketentuan luas dan fungsi
ruang terbuka hijau untuk menjaga keseimbangan lingkungan minimal 30% dari luas
seluruh wilayah perencanaan.
 Fasilitas umum
Fasilitas umum yang terdapat di wilayah perencanaan memiliki skala pelayanan
bervariasi. Pertama, skala pelayanan Kota Kediri dan sekitarnya, yaitu berupa fasilitas
pendidikan yang terdiri dari Perguruan Tinggi, SMU/SMK/pendidikan sederajat lain.
Kedua, skala BWK atau kecamatan, yaitu berupa fasilitas pendidikan (SLTP dan
pendidikan sederajat lainnya), fasilitas pemerintahan (kantor kecamatan); dan fasilias
kesehatan (rumah sakit dan puskesmas). Ketiga, skala pelayanan unit lingkungan, yaitu
fasilitas pendidikan (SD/pendidikan sederajat lainnya). Keempat, skala Unit Masyarakat
atau kelurahan, yaitu fasilitas pemerintahan seperti kantor kelurahan; fasilitas
peribadatan seperti masjid, mushola, dan sebagainya yang letaknya menyebar di
daerah permukiman penduduk.

VIII-7

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

 Industri
Lokasi kegiatan industri tersebar di Kelurahan Bangsal, Pesantren, Ketami, Banaran,
Blabak dan Betet. Kecenderungan pertumbuhan industri di BWK C terjadi di Kelurahan
Bangsal dan Blabak. Pengembangan kegiatan industri di BWK C dilakukan dengan
tujuan untuk memacu pertumbuhan kegiatan ekonomi yang secara otomatis akan
berdampak pada perkembangan wilayah. Walaupun tidak sepenuhnya wilayah ini
mengalami ketertinggalan dengan dua wilayah kecamatan lainnya di Kota Kediri,
ketergantungan terhadap pusat kota masih cukup tinggi yang ditunjukkan oleh besarnya
pergerakan yang terjadi. Sehingga dengan pengembangan kawasan industri di wilayah
ini diharapkan mampu menyerap tenaga kerja dan memberi multiplier effect lainnya.
Berdasarkan faktor-faktor pertimbangan lokasi kawasan industri dari Deperindag, lokasi
yang memiliki potensi untuk pengembangan kegiatan industri adalah Kelurahan
Banaran, Pesantren dan Blabak. Melihat faktor
b) Permukiman
Permukiman di wilayah perencanaan sebagian besar merupakan hunian yang dibangun
mandiri oleh masyarakat. Sehingga pola pengaturan bangunan masih mengikuti persil yang
ada. Pola seperti ini menjadikan area perumahan di sebagian wilayah perencanaan tidak
tertata dan cenderung menjadi semrawut dan kumuh terutama di perkampunganperkampungan lama. Oleh karena itu diperlukan suatu penataan kembali area perumahan di
wilayah perencanaan.
Apabila ditinjau dari kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan, wilayah BWK C
cenderung akan berkembang sebagai area permukiman, terutama di ruas jalan Kapten
Tendean dan Mauni. Hal ini mendapat pengaruh dari perkembangan kegiatan yang ada di
pusat kota. Semakin bertambahnya jumlah penduduk di Kota Kediri mengakibatkan semakin
bertambah kebutuhan lahan untuk rumah yang tumbuh di daerah pinggiran karena harga
tanah yang masih terjangkau.
c) Kecenderungan Perkembangan
Secara umum, wilayah BWK C memiliki kecenderungan berkembang menjadi kawasan
permukiman, perdagangan, pertanian dan industri kecil. Berdasarkan kondisi fisik lahanya,
kawasan BWK C sangat mendukung untuk kegiatan tersebut dengan tetap memperhatikan
keseimbangan lingkungan. Pengembangan kawasan terbangun diarahkan pada lahan yang
kurang produktif, yang terdiri dari :
 Lahan sawah yang bukan termasuk irigasi teknis;
 Suatu kawasan yang mengalami penurunan produktivitas;
 Memiliki akses yang cukup memadai;
 Mendapatkan pelayanan sumberdaya air; serta
 Didukung keberadaan infrastruktur permukiman dan perdagangan.
Pola pertumbuhan guna lahannya cenderung berpola linier mengikuti pola jaringan jalan. Hal
ini perlu diatisipasi agar tidak terjadi konversi lahan produktif yang berlebihan yang ada di
sepanjang jalan utama.

VIII-8

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

Perkembangan permukiman terjadi di seluruh wilayah kelurahan sebagai akibat dari
pertumbuhan penduduk. Akan tetapi perkembangan yang cukup pesat dipengaruhi oleh
perkembangan pusat kota (Kecamatan Kota), sehingga kawasan perumahan berkembang di
kawasan perbatasan antara BWK C dengan BWK A.
Luas lahan sawah cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun berubah fungsi
menjadi kawasan terbangun seperti perumahan. Berdasarkan data ekonomi sektor primer,
wilayah bagian timur (Ketami, Tempurejo, Ngletih dan Bawang) merupakan wilayah yang
cukup produktif untuk pertanian tanaman pangan (padi dan jagung).
Perkembangan kegiatan industri yang terjadi di Kelurahan Bangsal dan Banaran merupakan
pengaruh perkembangan kota, apalagi wilayah ini apabila ditinjau dari Kota Kediri termasuk
wilayah pinggiran. Apabila ditinjau dari pengembangan BWK C, Kelurahan Bangsal dan
Banaran merupakan daerah pusat kota Kecamatan Pesantren. Berdasarkan kriteria lokasi
kawasan industri, yang tujuan akhirnya untuk men- generate pertumbuhan wilayah sekitarnya
harus berada di daerah pinggiran (15 – 20 km dari pusat kota). Sehingga bisa disimpulkan
pengembangan kawasan industri bisa dilakukan di wilayah bagian selatan.
c. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Masalah utama dalam bidang perumahan dan permukiman di wilayah Kota Kediri adalah kebutuhan
fasilitas perumahan di perkotaan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sementara itu ketersediaan
lahan di wilayah perkotaan menjadi semakin langka. Kelangkaan ini telah menyebabkan semakin mahalnya
harga lahan di wilayah perkotaan. Adanya kelebihan permintaan terhadap lahan perumahan di wilayah
perkotaan ini telah menyebabkan kenaikan harga lahan perumahan yang luar biasa di wilayah perkotaan.
Tingginya harga lahan perumahan di wilayah perkotaan telah mendorong masyarakat berpenghasilan
menengah ke bawah untuk tinggal di kawasan pinggiran kota yang jauh dari tempat kerja. Kondisi ini
menyebabkan meningkatnya biaya transportasi, waktu tempuh, dan pada akhirnya akan menurunkan
mobilitas dan produktivitas masyarakat. Menengah ke bawah tersebut.
Sedangkan sebagian masyarakat tetap berupaya untuk tinggal di kawasan yang tidak jauh dari pusat
aktivitas ekononomi, sehingga menyebabkan ketidak-teraturan tata ruang kota dan dapat menumbuhkan
kawasan kumuh baru di perkotaan. Masalah ini diperparah dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang
jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan pertambahan penduduk di perdesaan, yang disebabkan karena
fenomea urbanisasi aktif, yaitu berpindahnya penduduk desa ke wilayah perkotaan, terutama di wilayah
kumuh perkotaan. Urbanisasi di wilayah perkotaan di Kota Kediri Juga disebabkan oleh fenomena urbanisasi
(seperti di Kelurahan Baluwerti, Dandangan dan Kelurahan ngadirejo yang merupakan kawasan disekitar
Pabrik Gudang Garam) yang juga merupakan kawasan CBD Kota Kediri. Sehingga pada kawasan ini telah
menimbulkan kawasan-kawasan kumuh.
Hal ini telah menyebabkan kondisi kemasyarakatan di kawasan perkotaan menjadi lebih kompleks
berikut permasalahan yang timbul. Terutama dengan bertambahnya jumlah masyarakat kawasan
permukiman yang tidak layak huni, kurang sarana – prasarana, dan tidak teratur (kumuh). Permukiman

VIII-9

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

kumuh tersebut cenderung berada pada kawasan yang tidak diperuntukan sebagai kawasan hunian seperti
pinggir kali, dan areal tidak resmi lainnya. Akibatnya berbagai dampak lingkungan lanjutan seperti banjir,
penyakit menular dan keamanan lingkungan menambah tugas pekerjaan rumah bagi pemerintah kota dan
pusat. Adapun detail kondisi kawasan Permukiman kumuh yang ada di Kecamatan Kota, Kelurahan
Balowerti, Dandangan dan Kelurahan Ngadirejo adalah :
1. Lokasi Permukiman Kumuh :
 Kelurahan Balowerti, tepatnya di dusun Baluwerti disekitar Rel Kereta dan Pabrik Gudang Garam
 Kelurahan Dandangan, tepatnya di dukuh Ngaglik disekitar sungai dan Pabrik Gudang Garam
 Kelurahan Ngadirejo, tepatnya di dusun Ngadisimo dan Dusun Setono disekitar sungai dan Pabrik
Gudang Garam
2. Aspek Kebijakan terkait dengan lokasi :
 Dalam RTRW Kota Kediri tahun 2003-2013 merupakan BWK B, arahan kegiatan primer sebagai
pusat perdagangan skala regional dan kota Jasa dan hiburan komersial dan Pusat administrasi
pemerintah kota
 Dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK B tahun 2007-2011 (UL B-I), arahan kegiatan primer
sebagai perluasan civic centre dan Industri
3. Tata Guna Lahan disekitar Kawasan
Merupakan CBD (Central Busines Distrik) Kota Kediri, diantaranya adalah Pusat kegiatan perdagangan
regional (Sri Ratu, Komplek kawasan perdagangan pada koridor jalan Hayam Wuruk dll), Pusat kegiatan
transportasi (stasiun), Pusat Kegiatan Pemerintahan (Balai Kota di Kelurahan Baluwerti dll), Pusat
Kegiatan Industri (Pabrik Gudang Garam 1 sampai 8 di Kelurahan Baluwerti, Dandangan dan Kelurahan
Ngadirejo)
4. Kondisi Bangunan Permukiman
 Kondisi Bangunan rata – rata permanen
 Fungsi bangunan rumah selain sebagai tempat tinggal pribadi, rata – rata juga dijadikan tempat
kos pekerja PT Gudang Garam
 KDB (koefisien Dasar Bangunan) rata-rata 80-100%
 KLB (Koefisien lantai Bangunan) rata-rata 80 -170%
 Jumlah lantai rata-rata 1-2 lantai
 Jarak antar bangunan 0 m antar rumah saling berdempetan
 Akses jalan kawasan permukiman berupa gang dengan lebar 0-1 m, dengan kondisi perkerasan
tanah dan paving
5. Kondisi PSD

VIII-10

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

 Bidang Persampahan sistem pengelolaan komunal, diangkut tiap pagi dengan iuran tingkat rt.
Namun masih ada sebagian penduduk yang membuang sampah di saluran sekunder yang ada
disekitar kawasan permukiman
 Bidang Air Bersih sudah dilayani PDAM namun sebagian masih menggunakan SG dan SPT
karena pertimbangan dangkalnya air tanah < 10 m dan pertimbangan ekonomi
 Bidang Drainase, sudah tersedia saluran sekunder dan tersier dengan sistem terbuka dan tertutup
 Bidang Sanitasi rata-rata menggunakan MCK komunal (1 MCK digunakan 2-5 KK) karena
keterbatasan jumlah sarana
8.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Rencana Kebijakan Program dan Rencana Kegiatan Pembangunan Perumahan dan Pemukiman di
Kota Kediri yang diusulkan dalam lima tahun mendatang dapat dikelompokkan ke dalam beberapa fokus
program, yaitu:


Penataan kawasan permukiman kumuh



Pembangunan fasilitas infrastruktur perumahan dan permukiman



Peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman



Penyediaan lahan-lahan untuk pembangunan perumahan seserhana untuk mengatasi permalsahan
backlog perumahan sederhana



Pembangunan Rumah Susun Sederhana
Melihat kompleksnya permasalahan yang terdapat di lokasi ini (Kelurahan Baluwerti, Dandangan

dan Kelurahan ngadirejo) maka untuk memvitalkan kembali kawasan dari kekumuhan juga perlu
direkomendasikan pelayanan pada sektor lainnya yang urgen untuk segera ditangani, yaitu :
1. Bidang Air Limbah/Sanitasi
2. Bidang PBL (Penataan Bangunan Lingkungan)

VIII-11

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

8.1.4. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Rincian Kegiatan

LOKASI

VOLUME

SATUAN

TAHUN

APBN
MURNI

Peningkatan kualitas
permukiman kumuh
RTBL kawasan strategis
perkotaan
Penyusunan DED
Kawasan Kumuh
Peningkatan kualitas
permukiman kumuh

Kec. Kota

1

Paket

2015-2018

Kec. Kota

1

Paket

Kec.
Mojoroto
Kec.
Mojoroto

1

Paket

2018

1

Paket

2019

SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,APBD
APBD
KAB /
BUMD
KPS/SWASTA
PROV.
KOTA

DAK

PHLN

300

-

-

-

600

-

-

12.000

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

300

-

-

3.000

-

-

-

-

-

-

MASYARAKAT
-

VIII-12

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

8.2. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
8.2.1. Arahan Kebijakan Dan Lingkup Kegiatan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian
dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di
perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara
lain:
1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib
hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis
bangunan gedung.
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan
bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung.
Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian
pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah
ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di
perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun,
kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan
tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara
minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal
di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

VIII-13

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi
peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
 Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
 Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;
 Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
 Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;
 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
 Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
 Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
 Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
 Paket dan Replikasi.
8.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, Dan Tantangan
a. Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan
Strategi pendukung dalam penataan bangunan dan lingkungan diantaranya adalah :
1) Grand Strategi 1: Menyelenggarakan Penataan Bangunan Gedung Agar Tertib, Fungsional, Andal, dan
Efisien
Tujuan :
Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya.
Sasaran :


Tersusunnya Perda bangunan gedung untuk Kota Kediri



Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi di Kota Kediri



Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan
melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung di Kota Kediri



Terlaksananya sosialisasi, fasilitasi, pelatihan, bantuan teknis dan wasdal kegiatan penataan
bangunan dan lingkungan di Kota Kediri



Terwujudnya tertib pengelolaan aset negara, propinsi, kabupaten dan kota berupa tanah dan
bangunan gedung di Kota Kediri



Terlaksananya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) di Kota Kediri

2) Grand Strategi 2: Menyelenggarakan Penataan Lingkungan Permukiman Agar Produktif dan Berjatidiri

VIII-14

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

Tujuan :
Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur,
produktif dan berkelanjutan.
Sasaran :


Terpenuhinya sarana prasarana kawasan permukiman kumuh



Terlaksananya pengelolaan RTH di Kota Kediri

3) Grand Strategi 3: Menyelenggarakan Penataan Pedagang Kaki Lima
Tujuan:
Terwujudnya penataan pedagang kaki lima agar tertata tertib, rapi dan dapat memberikan nilai tambah
bagi kualitas sosial dan ekonomi masyarakat menengah kebawah yang menjadi penunjang bagi
tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Sasaran :


Terlaksananya Studi Penataan Pedagang Kaki Lima di Kota Kediri



Tertatanya persebaran PKL di Kota Kediri
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah,

RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi :
a) Revitalisasi,
b) RTH,
c) Bangunan Tradisional/bersejarah, dan
d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang
layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
8.2.3. Kondisi Eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan
Bangunan-bangunan di Kota Kediri secara umum saat ini diarahkan kepada penataan sesuai
dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan, baik untuk kegiatan perdagangan, perindustrian,
perkantoran, permukiman, pendidikan dan kegiatan lainnya sesuai dengan produk rencana tata ruang yang
telah disusun dan di perdakan.
Dari sisi usia atau umur bangunan dapat diklasifikasikan menjadi bangunan berumur muda,sedang
dan tua. Bangunan berumur muda relatif banyak terdapat pada bangunan perdagangan dan jasa serta
pemukiman. Sedangkan bangunan berumur sedang dan tua banyak terdapat pada bangunan perkantoran,
pendidikan dan pemukiman. Selain itu bangunan berumur tua juga banyak terdapat pada kawasan-kawasan
wisata tradicional, seperti Makam Syech Wasil di Kelurahan Pocanan, Kota Pecinan yang ada di Koridor
Jalan Yos Sudarso yang merupakan kota lama di Kota Kediri dengan nuansa bangunan Colonial serta
museum yang ada di Selomangkleng yang menjadi tempat penyimpanan benda bersejarah kerajaan Doho.

VIII-15

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

Bangunan-bangunan tersebut di atas berdasarkan fungsinya baik bangunan perdagangan dan jasa,
perkantoran dan pendidikan, bangunan tradisional tentu saja memiliki nilai ekonomi yang berbeda-beda. Nilai
perbedaan ini bisa didasarkan pada lokasi bangunan, fungsi bangunan, umur atau usia bangunan dan nilai
historis bangunan. Bangunan yang berada di kawasan perkotaan tentu saja mempunyai nilai ekonomi yang
lebih tinggi dari pada yang berada di pedesaan. Begitupula bangunan fungsi perdaganan biasanya memilki
nilai ekonomi yang kebih tinggi dari pada bangunan perkantoran, pendidikan ataupun pemukiman. Bangunan
yang memiliki nilai historis sejarah dan berumur tua lebih tinggi nilai ekonominya dari bangunan biasa dan
berumur muda. Berkaitan dengan pendapatan atau penerimaan bangunan-bangunan tersebut sangat
dipengaruhi oleh fungsi bangunan tersebut serta nilai sejarah/historis bangunan.
1. Kondisi Aturan Keselamatan, Keamanan dan Kenyamanan.
Secara umum bangunan-bangunan yang berada di Kota Kediri disyaratkan untuk mengikuti aturan
standar keselamatan, keamanan dan kenyamanan baik bagi pengguna bangunan maupun lingkungan
sekitarnya. Aturan-aturan ini antara lain terdapat pada aturan Koefisien Dasar Bangunan (KDB),
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Garis Sempadan Bangunan (GSB), Tinggi Lantai Bangunan dan
aturan bangunan yang lain sudah ada pada prodak RDTRK pada masing-masing BWK. Namur untuk
wilayah rawan bencana misalnya kebakaran, gempa bumi, belum terpetakan secara rinci dalam produkproduk studi yang telah disusun
2. Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran
Hidran adalah cadangan air pada media tertentu sebagai sarana penaggulangan bencana kebakaran.
Sarana hidran ini biasanya berbentuk tabung dan selang pemadaman, seharsunya dimilki oleh setiap
bangunan terutama yang rawan bencana kebakaran, seperti bangunan pabrik, gudang, bangunan
bertingkat, perkantoran, pusat perbelanjaan dan lain-lain.
Namun sampai saat ini belum semua gedung yang disebutkan di atas memiliki sarana hidran tersebut,
atau kalau pun ada kondisinya belum sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Keberadan hidran
ini sangat penting untuk menjadi sarana pertolongan pertama pada bencana kebakaran yang tentu saja
bila tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan kerugian baik materi maupun korban jiwa. Oleh
karena itu perlu ada penataan sarana hidran ini dengan membuat rencana induk sistem proteksi
kebakaran yang sampai saat ini belum dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun dinas terkait.
3. Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan
Pada kawasan di Kota Kediri sudah memiliki rencana tata ruang yang disusun masing-masing BWK
yang sudah meliputi 3 Kecamatan yang namun dalam implementasinya belum maksimal ditegakkan
aturan tata bangunan dan lingkungan. Namur secara keseluruhan proses perijinan pendirian bangunan
di Kota Kediri rata-rata sudah sesuai dengan fungsi kawasan. Sehingga pelayanan publik terhadap
perijinan mendirikan bangunan gedung ini terlaksanakan secara baik dan pada akhirnya tingkat
keselamatan, keamanan serta kenyamanan bangunan dan lingkungan bisa terwujud dengan baik.

VIII-16

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

8.2.4. Permasalahan dan Tantangan
1. Permasalahan di Bidang Bangunan Gedung
a. Tata Bangunan Gedung
Belum terimplementasinya perencanaan tata bangun dan lingkungan, sehingga keberadaan
bangunan gedung di Kota Kediri dari sisi arsitekturalnya masih lemah, seperti tidak ada keserasian
antar bangunan gedung pada kawasan pusat kota. Di sisi yang lain permasalahan kota terus
berkembang dan semakin kompleks sehingga menuntut adanya penataan baik pada bangunan
maupun lingkungan kota. Kediri dalam Aglomerasi Perkotaan Kediri lumayan cepat, sehingga
menuntut penataan kawasan yang serasi melalui perencanaan tata bangunan dan lingkungan. Di
samping itu adanya penataan bangunan dan lingkungan secara baik dan terkendali dapat
mengurangi konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang kota, misalnya penggunaan untuk
usaha-usaha informal.
Adapun permasalahan tentang belum adanya penegakan hukum pada tata bangunan gedung
disebabkan masih lemahnya lemahnya fungsi kontrol pemerintah terhadap pelaksanaan penataan
ruang, bangunan dan lingkungan.
b. Proteksi Kebakaran
Permasalahan lain yang dihadapi adalah belum tertangani bencana kebakaran secara maksimal
pada bangunan gedung baik di lingkungan perdagangan, perkantoran dan pemukiman. Ini
disebabkan karena Kota Kediri hingga saat ini belum memiliki Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran. Adanya rencana induk ini tentu saja akan mengatur tentang penyediaan kebutuhan
sarana penaggulangan bencana kebakaran yang harus dimiliki oleh bangunan gedung dan sesuai
dengan kepadatan dan variasi bentuk bangunan gedung.
2. Permasalahan di bidang penataan lingkungan
a. Permukiman Kumuh
Permukiman kumuh merupakan fenomena yang sering muncul di daerah perkotaan termasuk di
Kota Kediri. Di daerah perkotaan, kondisi ini tidak lepas dari ketidakseimbangan pendapatan
perekonomian masyarakat kota dan desa sehingga memunculkan arus perpindahan penduduk dari
desa ke kota. Perpindahan ini tidak diimbangi dengan penataan ruang perkotaan yang baik dan
peningkatan sumberdaya manusia yang terampil. Hal ini mendukung munculnya daerah-daerah
kumuh perkotaan. Sedangkan di daerah perdesaan, faktor kemiskinan dan ketidakpahaman
masyarakat pedesaan terhadap pola hidup sehat memicu munculnya kawasan permukiman kumuh
dan tidak layak huni perdesaan, seperti yang terjadi di sekitar Kelurahan Baluwerti, Dandangan
dan Ngadirejo tepatnya disekitar Pabrik Gudang Garam 1 -8
b. Penataan Bangunan Tradisional Bersejarah

VIII-17

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

Secara khusus, di Kota Kediri belum ada penyusunan produk untuk mengatur masalah konservasi
terhadap bangunan tradicional bersejarah. Adapun keberadaan Bangunan tradisional bersejarah
yang terdapat di Kota Kediri yang perlu dilestarikan diantaranya adalah Makam Syech Wasil di
Kelurahan Pocanan, Kota Pecinan yang ada di Koridor Jalan Yos Sudarso yang merupakan kota
lama di Kota Kediri dengan nuansa bangunan Kolonial serta museum yang ada di Selomangkleng
yang menjadi tempat penyimpanan benda bersejarah kerajaan Doho.
c. Ruang Terbuka Hijau dan Taman Jalan
Saat ini telah terjadi penurunan kuantitas dan kualitas ruang terbuka kota yang diakibatkan
perubahan fungsi lahan sehingga membutuhkan penanganan yang cepat terhadap pengadaan dan
penataan ruang terbuka kota demi meningkatnya citra kawasan kota. Ini juga disebabkan karena
belum adanya sistem pengendalian pemanfaatan ruang terbuka kota , tata bangunan dan
lingkungan.
Keberadaan ruang terbuka kota sangat dibutuhkan karena mempunyai fungsi :
1) media dan sarana sosial, misalnya sebagai ruang berkumpulnya individu-individu masyarakat
untuk kegiatan-kegiatan informal
2) estetika, yaitu menambah keindahan dan keasrian kota.
3) Lingkungan, yaitu mengurangi dampak polusi kota, pemanasan bumi serta daerah resapan
kota.
4) Sarana Parkir, Reklame dan Bangunan Telepon Selular (BTS)
Sarana reklame, seperti papan iklan, baliho, spandulk dll, merupakan salah satu sarana yang
sangat diperlukan oleh masyarakat untuk memberikan dan memperoleh informasi Sampai saat ini
sarana tersebut belum tertata secara baik. Dalam melakukan pengadaan maupun penataan sarana
reklame pada ruang publik diperlukan masterplan sarana reklame. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat kebutuhan dan lokasi penempatan sarana reklame. Di samping itu dampak
adanya aglomerasi perkotaan Kediri menuntut keterpaduan dari berbagai aspek, diantaranya
adalah sarana reklame. Sering penempatan sarana reklame tidak tertata atau tertib dengan asal
menempatkan sesuai dengan keinginan sponsor, akibatnya sarana reklame ini sering mengganggu
pengguna jalan dan dalam jangka panjang dapat menurunkan kualitas ruang kota.
Di sisi lain terbatasnya ruang publik untuk lokasi sarana reklame mengurangi tingkat kenyamanan
masyarakat untuk memberikan atau mendapatkan informasi yang berkualitas. Selain itu informasi
yang diharapkan tidak tersampaikan secara baik kepada masyarakat dikarenakan posisi atau
lokasi sarana reklame yang tidak strategis dam mudah terbaca oleh masyarakat. Keterbatasan
ruang publik untuk lokasi sarana reklame juga berakibat munculnya sarana reklame ilegal dan
menyajikan informasi yang tidak berkualitas. Dengan demikian diperlukan penataan sarana
reklame di ruang publik kota.

VIII-18

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

Selain sarana reklame persoalan parkir juga perlu menjadi perhatian karena selalu menjadi
keluhan bagi pengguna jalan dan parkir itu sendiri. Sampai saat ini penempatan parkir yang berada
di kawasan perdagangan wilayah Kota Kediri masih banyak menggunakan ruang publik yaitu
trotoar dan badan jalan. Ini tentu saja berdampak kepada fungsi jalan sebagai sarana sirkulasi
yang tidak berjalan baik. Kemacetan lalu lintas, Kecelakaan lalu lintas dan ketidaknyamanan
pejalan kaki dalam menggunakan trotoar merupakan dampak negatif dari ketidaktertiban parkir
selama ini. Sehingga ini menuntut penyediaan kantong parkir yang kondusif yang disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan kawasan yang ada. Kawasan perdagangan merupakan kawasan yang
sangat ramai dikunjugi oleh masyarakat sehingga tentu saja membutuhkan kantong parkir yang
memadai
Saat ini di Kota Kediri telah berkembang banyak provider/operator telepon seluler. Persaingan
untuk memberikan pelayanan yang terbaik di antara masing-masing operator telepon seluler salah
satunya diwujudkan dengan perluasan jangkauan area signal. Untuk mendukung hal ini pendirian
BTS terus dikembangkan. Akibatnya penentuan lokasi bangunan tidak terencana dengan baik
karena berada pada kawasan permukiman kota. Tentu saja hal ini memiliki dampak yang negatif
pada sektor sosial, kesehatan maupun kualitas lingkungan atau kawasan
d. Pedagang Kaki Lima (PKL)
Keberadaan pusat-pusat kegiatan di Kota Kediri, tepatnya disekitar Kecamatan Kota yang menjadi
CBD Kota Kediri dengan aglomerasi kegiatan yang multisektor membuka peluang, baik dari sisi
ruang maupun sisi peluang ekonomi yang saat ini telah dimanfaatkan PKL di Kota Kediri. Ada
beberapa lokasi PKL di Kota Kediri yang bisa kita jadikan contoh , yaitu :
 Kawasan Pabrik Gudang Garam (persebaran PKL berada disekitar koridor jalan yang ada
disekitar pabrik, dengan jam mangkal PKL pada jam pulang kerja)
 Persebaran PKL pada kawasan Perdagangan disekitar Koridor Jl. Hayam Wuruk (Depan Sri
Ratu)
 Persebaran PKL pada kawasan perdagangan koridor disekitar Koridor Jl Yos Sudarso dll
Keberadaan lokasi PKL di Kota Kediri yang tidak tertata dan sering menggunakan ruang publik
yang memiliki dampak negatif pada pembangunan. Oleh karena itu perlu dilakukan penataan PKL
dengan terlebih dahulu melakukan studi karakteristik PKL dan dampaknya terhadap
pembangunan.
Sampai saat ini penataan PKL oleh pemerintah daerah sering dilakukan secara sporadis bahkan
represif tanpa didasari dengan perencanaan yang matang dan didasari pedoman penataan yang
baku.dan tawaran solusi yang tetap

menjaga eksistensi usaha informal. Oleh karena itu

dibutuhkan pedoman penataan usaha PKL yang terpadu dan dapat dijadikan landasan bersama
baik pemerintah daerah maupun PKL itu sendiri. Di samping itu kondisi bentuk bangunan usaha

VIII-19

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

PKL yang tidak rapi dan cenderung kumuh sering ditinggalkan oleh PKL setelah bekerja. Kondisi
bangunan yang tidak fleksibel dan sangat mengganggu/memenuhi ruang publik menyebabkan
bangunan usaha PKL tidak dapat ditata dengan baik. PKL membutuhkan bangunan usaha yang
lebih fleksibel dan ramah lingkungan. Penggunaan ruang publik oleh PKL ini karena tidak
tersedianya lahan-lahan untuk usaha informal seperti PKL dan bentuk bangunan usaha PKL yang
tidak fleksibel. Akhirnyat PKL cenderung tidak tertib dan mengeksploitasi ruang publik. Sehingga
dibutuhkan penertiban PKL pada semua aspek.
Dengan alasan untuk mendekati konsumennya PKL sering menempatkan usahanya di sepanjang
Jalan Protokol Kota sehingga menghilangkan citra kawasan dan mengganggu pemandangan
ketertiban jalan-jalan tersebut terutama bila ada kunjungan tamu pemerintahan atau wisatawan
Salah satu kesulitan dalam menata PKL adalah dikarenakan mental PKL yang cenderung tidak
mau ditata, mau menguasai secara penuh lahan publik yang ada dan tidak memiliki modal yang
memadai untuk usaha, sering menyebabkan PKL mengambil jalan pintas dan ilegal dalam
menjalankan usahanya. Perilaku itu tercermin perolehan lahan untuk usaha dengan cara dalam
jual beli kapling ilegal, penggunaan sarana listrik dan pembayaran restribusi yang ilegal. Di sisi lain
PKL juga sering tidak memahami pentingnya kebersihan dan perawatan lingkungan membuat
usaha PKL cenderung kumuh dan tidak ramah lingkungan.

VIII-20

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

8.2.5. Usulan Program Dan Kegiatan
Rincian Kegiatan

LOKASI

VOLUME

SATUAN

APBN

TAHUN

MURNI

PHLN

SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,APBD
APBD
DAK
KAB /
BUMD
KPS/SWASTA
PROV.
KOTA
-

MASYARAKAT

Pembangunan RTH Sempadan
Sungai
Pembangunan RTH Sempadan
Jalur Kereta Api
DED RTH sempadan KA

Kota Kediri

1

paket

2018

2.000

-

Kota Kediri

1

paket

2020

1.000

-

-

-

-

-

-

-

Kec. Kota

1

paket

2020

1.000

-

-

-

-

-

-

-

RTBL kawasan strategis
perkotaan
RTBL kawasan strategis
perkotaan
Pembangunan RTH & Lapangan
Olah Raga di Kawasan IPAL
Balowerti
Pembangunan Taman dan Kolam
Pembibitan Ikan di Kawasan IPAL
Balowerti
Pembangunan RTH Tempurejo

Kec. Kota

1

paket

2015

900

-

-

-

-

-

-

-