KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF KH ILYAS KALIPAHING SKRIPSI

  

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF

KH ILYAS KALIPAHING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

  

Oleh:

Zakiatul Fauziah

NIM: 111-14-003

JURUSAN STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF

KH ILYASKALIPAHING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

  

Oleh:

Zakiatul Fauziah

NIM: 111-14-003

JURUSAN STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  NIP. 19680613 199403 1004

  MOTTO ِهِب ُالله ِدِرُي ْنَم : َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلْوُسَر َلاَق : َلاَق ُهْنَع ُالله َيِضَر ِساَّبَع ُنْبِا ْنَع ُهْهِِّقَفُ ي اًرْ يَخ

  (

ْىِراَخُبْلا ُهاَوَر( ِمُّلَعَّ تلاِبِ ُمْلِعْلا اََّنَِّا َو ِنْيِِّدلا ِْفِ

  Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan dalam hal agama. Dan sesungguhnya ilmu itu dengan belajar

  ” (HR. Bukhori) (Diambil dari kitab Riyadhus Shalihin hlm. 316)

  ⬧ ⧫ ➔ 

  “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Q.S. Al-Insyirah ayat 5)

  PERSEMBAHAN

  Alhamdulillah dengan izin Allah SWT, skripsi ini dapat selesai dengan lancar. Skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah membantu mewujudkan mimpiku:

  1. Ayahanda Zaenal Musthofa dan ibunda Nuraniyah yang telah memberikan mahkota kasih sayangnya kepadaku sejak diriku kecil tidak mengerti apa- apa hingga kini aku mengerti makna hidup. Semoga kalian selalu diberi kesehatan, keberkahan rizqi dan keberkahan usia untuk bekal ibadah, amin.

  2. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag., dan Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku pembimbing dan sekaligus sebagai motivator serta pengarah sampai selesainya penulisan skripsi ini.

  3. Kepada semua keluargaku yang senantiasa mendukung dan memberi semangat, semoga apa yang kalian berikan padaku akan dibalas kebaikan juga oleh Allah, amin.

  4. Kepada Mas Saiun tercinta dan keluarganya yang selalu memberikan inspirasi serta menyemangatiku untuk segera menyelesaikan studi ini.

  5. Guru-guruku yang telah memberikan dan membagikan ilmunya kepadaku sehingga aku menjadi manusia pembelajar dan semakin mengerti banyak hal.

  6. Sahabat-sahabat PAI seperjuangan yang sedang berjuang menyelesaikan skripsi.

  7. Sahabatku, Amah, Ririn yang selalu ada memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

  8. Teman-teman PPL SMPN1 Tengaran, teman-teman KKN Desa Kragilan Dusun Tempak Candimulyo, terimakasih atas berbagai pengalaman lapangan yang telah kalian bagi bersama saya.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahirabbil’alamin peneliti ucapkan sebagai rasa syukur

  kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya yang tiada henti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beliaulah suri tauladan bagi seluruh umat manusia, penyempurna akhlak mulia, dan pemimpin bijaksana bagi seluruh alam semesta.

  Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan, dorongan, serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang terkait, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan.

  Terima kasih juga peneliti sampaikan kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

  2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga

  3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga

  4. Bapak Prof. H. Dr. Mansur, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan arahan, bimbingan dan motivasi selama pengerjaan penyesesaian skripsi.

  5. BapakDr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasehat selama peneliti menjadi mahasiswanya.

  

ABSTRAK

  Zakiatul, Fauziah. 2017. Konsep Pendidikan Islam Perspektif KH Ilyas

  Kalipahing . Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah

  Dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Prof. H. Dr. Mansur, M.Ag.

  Kata Kunci: Pendidikan Islam, KH Ilyas

  Pendidikan dalam Islam harus dipahami sebagai upaya mengubah manusia dengan pengetahuan tentang sikap dan perilaku yang sesuai dengan ideologi/nilai Islam. Saat ini dikalangan dunia Islam berkembang kesadaran urgensi rekonstruksi peradaban Islam melalui penguasaan sains dan teknologi, maka perlu dirumuskan lagi pendidikan Islam yang sesuai tuntutan di masa sekarang.Peneliti tertarik mengkaji tentang konsep pendidikan Islam perspektif KH Ilyas Kalipahing sebagai alternatif pemikiran intelektual untuk menjawab permasalahan pendidikan Islam. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana konsep pendidikan Islam perspektifKH Ilyas Kalipahing(2) Sejauh mana relevansi konsep pendidikan Islam perspektif KH Ilyas Kalipahing terhadap pendidikan Islam kontemporer.

  Untuk menjawab pertanyaan diatas, peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan wawancara dan library recearchdari buku-buku tentang konsep pendidikan Islam. Metode ini digunakan oleh penulis untuk memperoleh data tentang subyek penelitian yaitu konsep pendidikan Islam KH Ilyas. Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode analisis kualitatif

  Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pendidikan Islam adalahkebutuhan mendasar yang harus dipenuhi untuk menentukan arah pandangan tentang pendidikan manusia yang berfungsi sebagai pengemban amanah khalifatullah fil ard. Tujuan pendidikan Islam adalah mencari kebahagiaan dunia, mencari kebahagiaan kehidupan akhirat. Materi pendidikan Islam yang diterapkan ialah materi tentang AlQuran dengan tajwid dan tafsirnya, akidah dan ilmu kalam, fikih dan ushul fikih, bahasa arab dengan ilmu nahwunya, tarikh, dan lain sebagainya, beliau juga mengajarkan tentang tauhid dan akhlak. Metode yang digunakan adalah metode yang biasa dilakukan oleh tokoh pendidikan Islam yang lain yaitu metode pemberian tugas, metode ceramah, metode keteladanan, metode tanya jawab, dan lain sebagainya. Namun dalam berdakwah beliau menggunakan metode keteladanan.

  DAFTAR ISI HALAMAN BERLOGO ............................................................................. i HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................... v

HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi

KATA PERSEMBAHAN .............................................................................. vii

  

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A.

  C.

  D.

  E.

  

BAB III KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT KH ILYAS ....... 24

A. B. Relevensi Konsep Pendidikan Islam Menurut KH Ilyas Terhadap Pendidikan Islam Kontemporer............................................ 55

  1. Relevensi Pendidikan Islam ........................................................... 55

  2. Relevansi Pendidik ......................................................................... 56

  3. Relevensi Peserta Didik ................................................................. 57

  4. Relevensi Tujuan Pendidikan Islam ............................................... 58

  5. Relevansi Materi Pembelajaran ...................................................... 59

  6. Relevensi Metode Pendidikan ........................................................ 61

  

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 63

A. Kesimpulan .......................................................................................... 63 B. Saran ..................................................................................................... 65 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Gambar Dokumentasi Daftar Riwayat Hidup Peneliti Nota Pembimbing Skripsi Lembar Konsultasi SKK

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Saat ini Temanggung sedang disibukkan oleh minimnya sosok

  pejuang, hadir tokoh yang nantinya bisa menjadi inspirator bagi generasi selanjutnya terkait dengan berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Pendidikan menurut KH Ilyas Kalipahing ialah merupakan kebutuhan yang mendasar bagi manusia yang harus dipenuhi seperti halnya dengan kebutuhan pangan,sandang dan lain sebagainya, kesemuanya ini bertujuan untuk memajukan peradaban umat (Saifuddin, 2017:1). Dengan pendidikan, pengalaman dan pengetahuan seseorang bertambah dan juga dapat menentukan kualitas dan kuantitas kerja seseorang. Dalam Alquran surat Ar- Ra’du ayat 11:  ❑⬧ ⧫ ⧫    ...

  ⧫ ⧫ → ....

  

  Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu

  kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

  Ayat di atas mengingatkan bahwa jika ingin adanya perubahan maka sebagai manusia harus lebih aktif dan jangan sampai pasif dalam melakukan berbagai hal. Tingkah laku dan perbuatan hendaknya jangan

sampai mengikuti ide orang lain yang tidak diketahui arah dan tujuannya (Arifin, 1987: 45-46). Sebaiknya kita mengikuti apa yang menurut kita baik dan kita saring apa yang menurut kita buruk.

  Masyarakat maju adalah masyarakat yang ditandai oleh munculnya berbagai peradaban dan kebudayaan, sehingga masyarakat tersebut mengalami perubahan dan perkembangan yang pesat. Orientasi pendidikan disini adalah adalah bagaimana memberikan kontribusi positif di dalam perkembangan sosial dan kebutuhannya, sehingga output di lembaga pendidikan mampu menjawab masalah-masalah yang dihadapi masyarakat (Hamalik, 1982: 4-5).

  Pendidikan dalam Islam harus dipahami sebagai upaya mengubah manusia dengan pengetahuan tentang sikap dan perilaku yang sesuai dengan ideologi/nilai Islam. Dengan demikian, pendidikan dalam Islam merupakan proses mendekatkan manusia pada tingkat kesempurnaan dan pengembangan kemampuan yang dipandu oleh ideologi/nilai Islam. Secara pasti, tujuan pendidikan Islam adalah menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkepribadian islami yaitu cara berfikirnya harus didasarkan dengan nilai-nilai Islam serta sesuai dengan jiwa dan nafas Islam (Darajat, 2011: 29). Jadi, pendidikan Islam ini bukan semata-mata untuk memberikan sebuah makna tentang suatu pengetahuan kepada anak didik saja, melainkan dengan melakukan pengetahuan yang diberikan itu bisa mengubah sikap atau tidak, Pendidikan Islam disini harus mampu mengubah akhlak peserta didik menjadi lebih baik, karena apa arti sebuah pengetahuan tanpa diiringi dengan sikap yang baik. Pendidikan Islam secara umum mengajarkan kesetaraan di antara setiap umat manusia, kesestaan disini memiliki arti siapapun dengan kondisi keluarga yang bagaimanapun jika akan mencari ilmu sangat diperbolehkan dan tidak ada yang mampu menghalanginya, dan pendidikan Islam inilah yang membedakan dengan konsep pendidikan manusia secara makro. Di dunia barat pendidikan hanya untuk kepentingan dunia semata, dan kepentingan akhirat seakan-akan ditinggalkan.

  Almarhum KH Ilyas Kalipahing, ialah salah satu tokoh dimana beliau adalah salah satu tokoh yang terkenal dalam dunia pendidikan terlebih lagi dunia pendidikan pesantren di daerah Temanggung, dalam konteks ini menawarkan bangunan sistem pendidikan yang mengarah pada penemuan kebenaran hakiki masa datang. Tentunya dalam hal ini komponen pendidikan disusun secara terstruktur, rapi serta mendalam.

  Sehingga bisa menjadi rujukan bagi generasi pendidik sekarang dan akan datang.

  KH Ilyas merupakan ulama karimastik yang memiliki jangkauan dari berbagai bidang keilmuan. Wajar bila banyak orang mengatakan bahwa KH Ilyas adalah sosok multidimensi yang memiliki beragam aktivitas mulai dari pengasuh pondok pesantren Fathul Mubarok, budayawan, pejuang kemerdekaan dan merupakan salah satu pengurus NU Temanggung (Saifuddin, 2017:22-23).

  Menurut informasi yang bersumber dari keluarga, KH Ilyas dilahirkan ada tahun 1916 (tanggal dan bulan tidak ditemukan). Sejak kecil KH Ilyas sudah mulai belajar membaca AlQuran dengan orang tuanya, H. Abdul Syukur, kemudian setelah remaja beliau mondok di Kyai Kholil Pondok Pesantren Kasingan, Rembang, Jawa Tengah. Selama di pondok KH Ilyas selalu menjaga diri dari hal-hal yang buruk, tidak heran jika beliau selalu mendapat pujian dari banyak orang dan menggangapnya sebagai sesepuh (wawancara dengan K. Bazari Ilyas sebagai salah satu putra dari KH Ilyas, tanggal 29 Maret 2018). Sebagai seorang kiai, beliau memiliki komitmen tinggi terhadap pengembangan kemajuan pesantren. Tidak heran bila aktivitas sehari-harinya beliau gunakan untuk mengajar, dan mendidik di pesantren yang beliau dirikan, tak hanya berkecimpung dalam dunia pesantren tapi beliau juga mendirikan sekolah formal setara dengan SD untuk saat ini.

  KH Ilyas dikenal sebagai tokoh yang menyukai wayang kulit, baginya dunia perwayangan sarat dengan nilai agama dan juga sebagai sarana dakwah yang ampuh. Beliau dikenal sebagai tokoh moderat yang memandang masalah melalui jangkauan pemikiran yang luas. KH Ilyas merupakan sosok alim yang menguasai ilmu pengetahuan, baik pengetahuan agama, penguasaan kitab kuning, penguasaan masalah- masalah hukum, maupun penguasaan bidang pengetahuan umum. Di hadapan para kiai lainnya, beliau tidak hanya dikenal sebagai ulama yang menguasai model pendidikan dan pengajaran kitab-kitab klasik (kuning), melainkan juga sebagai ulama yang konsentrasi terhadap model pendidikan modern sebagaimana yang dilakukannya terhadap pendirian MWB (Madrasah Wajib Belajar) yang ada di desanya.

  Pengorbanan yang dilakukanya melalui pesantren amatlah besar berguna bagi umat, bangsa, dan negara. Itulah sebabnya jasa-jasa perjuangannya yang telah dirintis selayaknya dilestarikan dan menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia agar senantiasa meneladani perjuangannya untuk kesejahteraan umat. Berangkat dari hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana upaya pendidikan yang dilakukan oleh KH Ilyas tentunya yang berkaitan dengan pendidikan Islam. Oleh karena itu skripsi ini peneliti beri judul KONSEP

PENDIDIKAN ISLAM PERSEKTIF KH ILYAS KALIPAHING.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Apa konsep pendidikan agama Islam yang ditawarkan oleh KH Ilyas Kalipahing?

  2. Bagaimana relevensi konsep pendidikan agama Islam menurut KH Ilyas Kalipahing terhadap konsep pendidikan Islam kontemporer? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

  1. Untuk mengetahui konsep pendidikan agama Islam yang ditawarkan oleh KH Ilyas Kalipahing.

  2. Untuk mengetahui konsep pendidikan agama Islam menurut KH Ilyas Kalipahing terhadap konsep pendidikan Islam kontemporer.

  D. Manfaat Penelitian

  Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

  1. Manfaat Teoritis

  a. Menambah teori tentang konsep pemikiran KH Ilyas untuk dijadikan referensi dan acuan bagi para peneliti atau pembaca.

  b. Memberikan kontribusi terhadap dunia pendidikan di Indonesia tentang konsep pendidikan dari perspektif pendidikan yang berbeda.

  2. Manfaat praktis

  a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan (FTIK) IAIN Salatiga pada khususnya dan kepada fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan (FTIK) kampus lain pada umumnya mengenai konsep pendidikan menurut perspektif KH Ilyas.

  b. Agar konsep-konsep yang diberikan dapat dipublikasikan dalam kehidupan yang nyata.

  E. Penegasan Istilah

  Penegasan dimaksudkan untuk menghindari kekurang jelasan atau pemahaman yang berbeda antara pembaca dan peneliti mengenai istilah- istilah yang terdaat dalam judul penelitian.

  Beberapa istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut:

  1. Konsep Menurut Tan (dalam Koentjaraningrat, 1997:32) mengatakan bahwa konsep adalah unsur pokok di dalam suatu penelitian, kalau masalah dan kerangka teorinya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai hal yang menjadi pokok perhatian. Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI).

  Dari uraian di atas dapat dikatakan konsep merupakan serangkaian pernyataan yang saling berhubungan yang menjelaskan mengenai sekelompok kejadian/peristiwa dan merupakan suatu dasar atau petunjuk didalam melakukan suatu penelitian, dimana konsep tersebut dapat memberikan gambaran secara sistematis dari suatu fenomena.

  2. Pendidikan Islam Menurut Ahmad D Marimba (1989:31) Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran- ukuran Islam. Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya (Ramayulis, 2006: 13). Jadi, Pendidikan Islam adalah proses membimbing, mengarahkan pertumbuhan manusia berdasarkan syariat Islam untuk menjadi muslim yang sesungguhnya sesuai dengan fitrahnya.

F. Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian Menurut jenisnya penelitian ini adalah termasuk penelitian kepustakaan, yaitu sebuah studi dengan mengkaji buku-buku yang bersumber dari kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Semua sumber yang berkaitan dengan permasalahan penelitian (Hadi, 1980: 3).

  2. Sumber Data Sumber data adalah suatu objek yang menjadi landasan pijak dalam memperoleh data pada karya tulis (Meleong, 1997: 26). Dalam memperoleh data penulis mengambil dari berbagai sumber yang berkaitan dengan permasalahan terutama buku-buku yang membedah tentang buku pendidikan menurut KH Ilyas dan juga buku mengenai pendidikan pesantren. Dengan model seperti ini kemudian disebut dengan model studi kepusatakaan. Adapun sumber data penulis terbagi menjadi dua jenis data yaitu: a. Data primer yaitu manuskrip-manusikrip karya KH Ilyas

  Kalipahing dan wawancara dengan keluarga dan santri simbah KH Ilyas.

  b. Data sekunder yaitu data penunjang lainnya yang berasal dari buku pendidikan yang sesuai dengan pembahasan seperti buku berjudul

  KH Ilyas Kalipahing (Pejuang Tarbiyah) karya Khamim Saifuddin (Formac: 2017) dan juga buku yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam karya Ramayulis (Kalam Mulia: 2006).

  3. Pengumpulan Data Untuk memperroleh data yang dibutuhkan, penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Metode Dokumentasi

  Yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan lain sebagainya.

  Dalam menggunakan metode dokumentasi dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa karya KH Ilyas sebagai rujukan dan bukti tertulis.

  b. Metode wawancara Yaitu proses memperoleh informasi dari terwawancara untuk tujuan penelitian dengan acra tanya jawab sambil bertatap muka (Nasir, 1998:234). Adapun jenis wawancara yang peneliti gunakan adalah penelitian tidak terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan secara bebas proses wawancara dimana tidak disengaja mengarahkan tanya jawab pada pokok-pokok persoalan dari fokus penelitian dari orang yang diwawancarai. Objek yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah keluarga KH Ilyas, santri dan teman dekat beliau. c. Observasi Sebagai metode ilmiyah, observasi diartikan sebagai metode pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena- fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 1990: 136). Adapun jenis metode observasi yang peneliti gunakan adalah jenis non partisipan dimana penulis tidak ambil bagian dalam perikehidupan subyek yang diobservasi. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi dan situasi lingkungan, baik fisik atau peristiwa yang dianggap penting dan relevan dengan penelitian ini. Objek pengamatan dalam penelitian ini adalah hasil karya beliau (pondok pesantren dan alumni-alumninya dan juga masyarakat sekitar).

  4. Analisis Data Karena skripsi ini bersifat kualitatif, maka dalam menganalisis data dengan menggunakan analisis normatif yaitu dengan cara meneropong dari segi-segi teori pendidikan, peristiwa-peristiwa, dan fenomena- fenomena yang diteliti. Sedangkan pendekatan kultural atau budaya digunakan dalam penelitian ini karena kebudayaan merupakan hasil budi daya manusia yang mewujud dalam tingkah laku atau benda, bahasa, simbol, pemikiran, dan lainnya. Kebudayaan tersebut meliputi manusia sehingga berpengaruh pada pola pikir, perilaku, dan tindakan manusia. Oleh karena itu disini penulis juga mempelajari latar belakang kebudayaan responden. Yang telah terkumpul dengan metode-metode data, kemudian dianalisa dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber.

  Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi yaitu usaha membuat rangkuman inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu.

  b. Menyusun data atau mengorganisasikan pokok-pokok pikiran tersebut dengan cangkupan fokus penelitian dan mengujikan secara deskristif.

  c. Memeriksa keabsahan data pada hasil penelitian dengan cara menghubungkan dengan teori.

  d. Mengambil kesimpulan (Meleong, 2002:248).

G. Sistematika Penulisan

  Dalam skripsi ini penulis mencoba membagi menjadi beberapa bab yang antara bab satu dengan bab lainnya saling terkait. Sebelum masuk pada bab-bab utama, skripsi ini berisi tentang halaman sampul dan judul, nota pengesahan, moto, persembahan dan kata pengantar.

  BAB I Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II Biografi, yang berisi tentang biografi sejarah dan latar belakang pendidikan KH Ilyas.

  BAB III Paparan data dan temuan penelitian, yang berisi tentang pengertian pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam dan konsep-konsep pendidikan Islam menurut KH Ilyas

  bab IV Relevensi konsep pendidikan agama Islam menurut KH Ilyas terhadap pendidikan Islam kontemporer. BAB V berisi kesimpulan dan saran.

BAB II Biografi KH Ilyas Kalipahing A. Kelahiran KH Ilyas KH Ilyas merupakan salah satu praktisi pendidikan Islam di Temanggung pada generasi awal yang merupakan ulama kharismastik

  yang memiliki jangkauan luas dari berbagai bidang kehidupan. Wajar bila banyak orang mengatakan bahwa KH Ilyas adalah sosok multitalenta yang memiliki beragam aktivitas mulai dari pengasuh pondok pesantren Al- Makmur, budayawan, petani yang mumpuni, pejuang kemerdekaan, dan salah satu pejuang awal dalam pembentukan Jam’iyah Nahdhatul Ulama (NU) Temanggung (wawancara dengan Ibu Nyai Maisun sebagai salah satu menantu dari keluarga KH Ilyas, tanggal 29 Maret 2018). Beliau selain sering mengisi berbagai forum pengajian, beliau juga sering menerima tamu dari berbagai kalangan masyarakat yang berkunjung ke rumahnya untuk berbagai kepentingan. Semua kegiatan itu berhubungan dengan masalah keduniaan dan keakhiratan beliau lakukan secara beriringan tanpa ada kegiatan yang terlalaikan.

  Menurut informasi yang bersumber dari Kiai Agus Basari Ilyas sebagai putra bungsu KH Ilyas dari istri kedua, tempat kelahiran KH Ilyas di Temanggung, dilahirkan pada tahun 1916 (tanggal dan bulan tidak ditemukan) dan wafat pada tanggal 22 Robiul Awwal 1401 H atau 1983 M. Ayahnya bernama H Abdul Syukur yang berasal dari Yogyakarta dan Ibunya bernama Paini yang berasal dari Ngasepi. Beliau sebagai anak bungsu dari enam bersaudara. Nama kecil beliau adalah Kliman (wawancara dengan Kiai Agus Basari Ilyas sebagai putra bungsu KH Ilyas dari istri kedua 29 Maret 2018). Sebagian orang mengatakan bahwa orang tua KH Ilyas masih memiliki darah keraton Yogyakarta dan sebagian orang lagi mengatakan masih memiliki darah seorang sayyid dari Jakarta.

  KH Ilyas dilahirkan dengan kondisi keluarga yang serba terbatas dalam bidang ekonomi, namun hal ini tidak menyurutkan semangat dalam menimba ilmu (Saifuddin, 2017:30).

  Semasa mudanya, beliau dikenal sebagai pemuda yang tangguh. Beliau pernah menjadi penggerak barisan Sabilillah dalam melawan penjajah Belanda. Saat terjadi pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965, beliau menjadi pelopor untuk menumpas pemberontakan PKI. Menginjak usia dewasa, beliau menjalankan rukun Islam kelima yaitu haji ke tanah suci bersama ayahnya. Selama berada di Makkah beliau belajar dengan para syekh yang notabennya ulama-ulama terbaik yang berasal dari Indonesia yaitu syekh Katib Minangkabau dan Syaikh Nawawi al-Bantani. Tidak ketinggalan beliau juga mendatangi ulama besar di daerah tersebut untuk menimba ilmu yaitu Syeh Syatho seorang ulama besar mursyid tarekat Satariyah (Saifuddin, 2017:34).

B. Latar Belakang Pendidikan KH Ilyas

  Sebagai seorang kiai, beliau memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan dunia pendidikan khususnya pesantren. Tidak heran jika aktivitas sehari-hari yang beliau lakukan adalah untuk mengajar dan mendidik anak-anak di pesantren. Untuk menunjang perekonomian dalam memenuhi kehidupan sehari-hari, KH Ilyas menggarap lahan pertanian orang tuanya. Atas ketekunan dan kegigihan beliau dalam dunia pertanian, beliau mendapatkan gelar sebagai petani teladan (wawancara dengan Ibu Nyai Maisun sebagai salah satu menantu dari keluarga KH Ilyas, tanggal 29 Maret 2018).

  Darah seni sudah mengalir pada diri KH Ilyas, khususnya kesenian dalam bidang mendalang dan juga bersyair. Beliau juga dikenal sebagai tokoh yang menyukai wayang kulit, tak ayal bila banyak lakon wayang yang dikuasainya seperti semar, gareng, semar dan bagong. Baginya dunia perwayangan sarat dengan nilai dan juga sebagai sarana dakwah yang sangat ampuh pada masa itu, dikarenakan pada masa itu kondisi masyarakat masih tergolong kental dengan adat istiadat dan budaya Jawa dan wayang bisa menjadi tontonan yang menarik untuk mereka (wawancara dengan Ibu Nyai Maisun sebagai salah satu menantu dari keluarga KH Ilyas, tanggal 29 Maret 2018).

  Aktivitas pendidikan KH Ilyas dimulai dengan belajar membaca AlQuran dengan ayahnya yaitu H Abdul Syukur. Saat itu model pembelajaran yang digunakan masih sangat monoton, tidak seperti sekarang ini yang telah banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan di tengah-tengah masy arakat (iqro’, qiroati, dll). Meski model pembelajaran saat itu masih sederhana, namun karena kecerdasan yang dimiliki KH Ilyas dalam waktu yang relatif singkat dapat mengkhatamkan AlQuran dengan baik. Menginjak usia dewasa beliau memulai kegiatan rihlah ilmiahnya dengan melanglang buana mencari ilmu dengan satu guru ke guru yang lainnya dan dari pesantren ke pesantren lainnya.

  Kiai Bahrun, ialah kiai kampung yang merupakan teman dekat sang ayah. Kiai Bahrun adalah guru kedua setelah orang tuanya. Beliau berasal dari dusun Lekoran, Kalibanger, Gemawang. Darinya KH Ilyas belajar kitab-kitab fikih dan beberapa kitab lainnya. Meski tidak begitu lama dan begitu banyak ilmu yang didapat di Kiai Bahrun, namun ilmu yang didapat menjadi bekal untuk melakukan perjalanan pengembaraan keilmuan selanjutnya.

  Setelah belajar dari Kiai Bahrun, KH Ilyas memutuskan untuk mencari ilmu ke pesantren di luar daerah. Pesantren yang menjadi tujuan pertamanya adalah pondok pesantren asuhan Kiai Muhyi yang berada di dusun Gamelan, desa Karang Tejo, Kedu, Temanggung, kemudian melanjutkan ke pondok pesantren Kaumun Grabag, Magelang, di bawah asuhan KH Rahmad dan Kiai Kholil pondok pesantren Kasingan, Rembang, Jawa Tengah setelah itu KH Ilyas belajar di Makkah sambil menunaikan ibadah haji (wawancara dengan K.Hadi Masykur sebagai salah satu santri KH.Ilyas 30 Maret 2018).

  Semangat KH Ilyas dalam menuntut ilmu di pondok pesantren sangat tinggi, walaupun jarak pesantren cukup jauh namun dengan mengendarai sepeda onthelnya beliau menggayuh tanpa kenal lelah agar bisa mendapatkan ilmu yang diinginkan. Dalam kegiatan pembelajaran beliau tidak pernah absen dan rutin setiap harinya. Karena hal ini sudah pantas jika beliau dijuluki sebagai santri teladan dan karena usahanya ini beliau dapat menyelesaikan kajian kitab-kitab dengan baik seputar kitab tafsir AlQuran, kitab-kitab fikih, dan kitab-kitab tasawuf, semua dapat diselesaikan dengan baik berkat kecerdasannya.

  Menginjak dewasa dan dirasa sudah cukup untuk menjalankan rukun Islam yang kelima, kemudian beliau memutuskan untuk berangkat haji bersama ayahnya di Makkah. Bagi para ulama, Makkah adalah tempat yang paling tepat untuk menimba ilmu, Makkah menjadi rujukan utama ilmu pengetahuan agama. Karena dalam melakukan ibadah haji ini sangat lama, maka KH Ilyas tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menimba ilmu. Selama berada di Makkah beliau belajar dengan para syekh yang notabennya ulama-ulama terbaik yang berasal dari Indonesia yaitu syekh Katib Minangkabau dan Syaikh Nawawi al-Bantani. Tidak ketinggalan beliau juga mendatangi ulama besar di daerah tersebut untuk menimba ilmu yaitu Syeh Syatho seorang ulama besar mursyid tarekat Satariyah (Saifuddin, 2017:34).

  Beliau dikenal sebagai sosok alim yang menguasai ilmu pengetahuan, baik itu pengetahuan tentang agama, kitab kuning, penguasaan masalah-masalah hukum, maupun dalam bidang ilmu pengetahuan umum. Di mata para kiai lain, beliau tidak hanya dikenal sebagai ulama yang menguasai model pendidikan dan pengajaran kitab- kitab klasik (kuning), manun juga dikenal sebagai ulama yang berkonsentrasi terhadap model pendidikan moderen sebagaimana beliau mendirikan MWB (madrasah wajib belajar) yang ada di desanya. Selain MWB ini, pondok pesantren Fatkhul Mubarok yang beliau dirikan sampai sekarang ini masih berjalan lancar di bawah asuhan putra beliau KH Agus Muslih. Pengorbanan yang dilakukan KH Ilyas melalui pesantren amatlah besar bagi umat, bangsa, dan negara. Itulah sebabnya, jasa-jasa perjuangannya yang telah dirintis selayaknya dilestarikan dan menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia agar senantiasa meneladani kiprah perjuangannya yang selalu memperjuangkan kesejahteraan umat.

C. Karya-karya KH Ilyas

  Karya-karya KH Ilyas dalam dunia pendidikan relatif banyak, namun demikian sampai hari ini tidak ada satupun karya beliau yang dibukukan menjadi sebuah kitab dan hanya berbentuk manuskrip- manuskrip atau lembaran sederhana. Lembaran aslinya pun sudah tidak ditemukan lagi (wawancara dengan Ibu Nyai Maisun sebagai salah satu menantu dari keluarga KH Ilyas, tanggal 29 Maret 2018). Namun demikian dari salah satu jamaah yang bernama simbah Nafisah berhasil membuat rangkuman hasil pengajian selapanan yang diisi oleh KH Ilyas.

  Berdasarkan dari hasil isi rangkuman pengajian karya-karya beliau berisi tentang seputar ajaran moral dan fikih bagi manusia yang berlandaskan AlQuran dan Hadis. Misalnya bagaimana seseorang untuk bersikap arif dan bijaksana terhadap persoalan-persoalan yang sedang dihadapi. Ajaran- ajaran beliau banyak mengambil dari kitab karya iman Al-Ghazali. Penyajian karya-karya beliau itu biasanya berbentuk syair atau syiiran yang menyesuaikan dengan kondisi audien (Saifuddin, 2017:57). Metode ini digunakan agar masyarakat mudah menerima intisari pengajian yang disampaikan. Fokus dari isi kajian pengajian yang disampaikan lebih terfokus pada keimanan dan ketaqwaan kepada sang pencipta (Allah) serta masalah fikih, pada dasarnya kondisi masyarakat lebih membutuhkan masalah tersebut dibanding dengan masalah lainnya lantaran agama Islam di wilayah tersebut masih relatif asing. Harapan penyampaian materi tersebut agar landasan akidah akan lebih kuat sehingga tidak mudah goyah dengan arus negatif pada masa moderen seperti sekarang ini.

  Selain dalam bentuk syair atau syiiran yang tertulis di lembaran, peninggalan fisik lainnya berupa majelis selapanan yang telah tersebar di berbagai daerah khususnya di daerah Temanggung. Meski bukan hasil produk pribadi, namun pembentukannya tidak lepas dari campur tangan ide beliau. Sampai hari ini kegiatan tersebut masih ada meskipun pematerinya sudah bukan beliau lagi, dan telah digantikan oleh anak dan cucu-cucu beliau.

  Tidak kalah pentingnya dari peninggalan beliau yang lain adalah santri. Ratusan santri yang dulu pernah berguru kepada beliau, kini mereka telah mampu melanjutkan perjuangan beliau dan mampu mengabdi untuk masyarakat sekitarnya. Mayoritas santri-santri beliau menjadi tokoh panutan masyarakat dan selalu mengamalkan ilmunya di tengah-tengah masyarakat sesuai dengan ajaran yang didapat darinya. Aset ini yang menjadi tanda keluesan ilmu dan karomah yang dimilikinya. Selain peninggalan berupa pemikiran, bangunan masjid, pondok pesantren juga masih berdiri kokoh hingga hari ini meskipun telah direnovasi beberapa kali (wawancara dengan K Agus Basari Ilyas sebagai putra bungsu KH.Ilyas, 29 Maret 2018).

D. Semangat KH Ilyas dalam Memajukan Pendidikan

  Sebagai seorang kiai, KH Ilyas juga memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan pendidikan agama Islam. Argumentasi ini dapat dilihat dari aktivitas sehari-hari beliau yang banyak menggunakan waktunya untuk mengajar, dan mendidik anak-anak. Pada tahun 1935 KH Ilyas mendirikan pondok pesantren yang diberi nama Al-Makmur. Sebagai pondok pesantren rintisan, maka target beliau hanya untuk masyarakat daerahnya. Namun seiring dengan berjalannya waktu kealiman dan keshalikhan dalam berperilaku yang dimilikinya, banyak santri yang mulai datang untuk belajar di pondok pesantren tersebut. Tercatat ada sekitar 30 anak yang menjadi santri mukim pada masa awal berdirinya pondok pesantren itu, berawal dari jumlah tersebut, kini jumlah santri yang mukim mencapai ratusan orang (Saifuddin, 2017:52). Tidak hanya mendirikan pondok pesantren saja, namun beliau juga mendirikan MWB (Madrasah Wajib Belajar), yang sekarang ini telah diganti menjadi MI Ma’arif Ngadisepi.

  Sebelum KH Ilyas wafat, beliau memberikan amanat kepada putra putrinya agar tetap berusaha mengembangkan pola pendidikan yang dulu pernah dirintisnya, agar pondok tersebut semakin berkembang dalam pola pendidikannya dan mampu menampung jumlah santri yang banyak sehingga berdirilah pondok pesantren Fatkhul Mubarok yang diasuh oleh alm. KH Agus Muslih (wawancara dengan KH Damanhuri sebagai salah satu menantu dari KH Agus Muslih (cucu KH Ilyas), tanggal 29 Maret 2018). Ciri pondok salaf sampai saat ini masih dipertahankan dengan alasan agar santri tidak terkontaminasi dengan materi lainnya dan santri lebih berkonsentrasi pada keilmuan agama Islam semata.

E. KH Ilyas Sebagai Pejuang Kemerdekaan

  Negara Indonesia pernah dijajah oleh Belanda selama 350 tahun dan Jepang selama 3,5 tahun. Waktu itu marak terjadi penindasan yang dilakukan oleh penjajah kepada pribumi, tidak terhitung lagi berapa banyak korban yang kehilangan harta maupun nyawanya pada waktu terjadi perang tersebut. Penindasan dalam bentuk fisik maupun mental semakin memperparah keadaan bangsa Indonesia, tidak terkecuali di daerah Temanggung. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Belanda ingin kembali menjajah Indonesia, kontak fisik pada masa itu tidak bisa dihindarkan lagi hal ini sebagai bentuk perlawanan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di Temanggung sendiri tentara Belanda juga berusaha merebut kekuasaan di tangan pribumi. Peristiwa pembantaian penduduk Temanggung terjadi di jembatan Kali Progo Kranggan, dan peristiwa pembantaian ini mmenyebabkan ratusan nyawa terbunuh.

  Melihat kondisi seperti ini KH Ilyas tidak tinggal diam, beliau tampil aktif menjadi penggerak barisan Sabilillah dalam melawan penjajah Belanda di wilayah Temanggung, dibantu dengan beberapa kiai yang lain, bahu membahu melakukan perlawanan terhadap penjajah. Semua ini dilakukan karena kecintaan mereka kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jika para pemudanya berjuang mengangkat senjata secara langsung, beda halnya dengan kiai. Para kiai tersebut tidak hanya berjuang dengan mengangkat senjata saja melainkan juga berusaha dengan perantara doa, karena karomah yang beliau miliki maka dalam sejarah dikatakan bahwa tentara Belanda belum pernah sekalipun melihat lokasi desa Kalipaing meskipun jika dilihat dari kasat mata sudah sangat dekat, yang terlihat oleh tentara Belanda hanya bentangan perkebunan kopi. Berkat karomah yang dimiliki beliau juga, Belanda yang selalu ingin menghancurkan desa Kalipaing berkali-kali tidak berhasil, dan di desa inilah djadikan sebagai tempat pengungsian bagi warga desa lain, karena desa Kalipaing dianggap desa yang aman dan strategis (wawancara mbah Nafisah sebagai salah satu murid pengajian selapanan KH Ilyas, 5 Desember 2017).

  Perjuangan fisik beliau berlanjut tetapi ancaman ini datang dari internal. Pada masa pemberontakan yang dilakukan oleh PKI 1948, posisi kiai menjadi bulan-bulanan PKI. Mereka beranggapan bahwa kiai menjadi penghalang bagi terbentuknya ideologi “sama rata sama rasa”. KH Ilyas menjadi salah satu pelopor untuk menumpas pemberontakan PKI di Temanggung. Tugas beliau adalah memberikan doa a sma’ (doa yang dibacakan bertujuan untuk memohon keselamatan dan memberikan kekebalan tubuh dengan harapan senjata tajam tidak mampu menembus tubuhnya) kepada para pemuda untuk berperang mempertahankan Pancasila (wawancara K. Daldiri sebagai salah satu santri KH.Ilyas yang sekarang juga meneruskan dakwah beliau, 30 Maret 2018). Perlawanan yang dilakukannya ini membuat PKI marah, mereka berniat ingin menghabisi nyawa sang kiai, namun usaha tersebut selalu gagal hal ini disebabkan karena karomah yang dimiliki KH Ilyas, tidak jarang karena karomah ini beberapa orang menyatakan keislamannya dengan rela hati.

  Seperti yang terjadi di sebuah desa di kabupaten Purworejo. Menurut cerita yang beredar, barisan pemuda PKI di Purworejo berhasil membunuh seorang kiai dengan cara memenggal kepalanya, dan menjadi kepalanya tersebut sebagai permainan sepak bola. Untuk meyakinkan bahwa KH Ilyas telah terbunuh, salah satu dari mereka mengirim utusan ke Kalipahing, betapa terkejutnya mereka saat tahu bahwa ada orang yang berwajah persis dengan orang yang mereka bunuh itu masih berdiri tegap dan segar bugar. Melihat keanehan ini, para utusan pemuda itu seketika menyatakan pertobatannya dan memohon ampun kepadaNya. Setelah semua itu terjadi, KH Ilyas tidak sedikitpun berfikiran untuk membalas dendam, beliau justru memberikan arahan kehidupan yang benar sesuai dengan syariat Islam. Tidak terhitung berapa banyak orang yang menyatakan ingin masuk Islam karena sifat belas asih yang dimiliki KH Ilyas (wawancara K. Daldiri salah satu santri KH.Ilyas yang sekarang juga meneruskan dakwah beliau, 30 Maret 2018).

  Dari biografi tersebut dapat dikatakan bahwasanya KH Ilyas memang sejak kecil sudah diperkenalkan pentingnya pendidikan oleh keluarganya, tidak heran jika menurut beliau pendidikan adalah satu hal yang penting. Tidak hanya pendidikan agama saja yang menjadi prioritas namun pendidikan umum juga menjadi prioritas beliau. Sebagai bukti kecintaannya terhadap dunia pendidikan beliau mendirikan madrasah dan pondok pesantren. Sudah selayaknya sebagai generasi penerus bangsa melanjutkan perjuangan beliau dalam memajukan pendidikan di Indonesia, tidak hanya pendidikan agama namun pendidikan umum juga harus dipelajari, jangan sampai negara Indonesia mengalami kemerosotan dalam hal pendidikan, akhlak, dan moral. Hal yang penting bahwasanya dalam hidup kita harus seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat, tetap harus beribadah dengan tekun kepada Allah dan harus tetap berusaha untuk terus belajar dan terus bekerja untuk kehidupan di dunia yang lebih baik sebagai bekal kelak di hari akhirat.

BAB III Konsep Pendidikan Islam Menurut KH Ilyas A. Pengertian Pendidikan Islam Untuk mengetahui hakikat pendidikan, maka perlu telusuri makna

  esensi pendidikan tersebut. Secara bahasa pendidikan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab “Tarbiyah” dengan kata kerjanya “Robba” yang berarti mengasuh, mendidik, memelihara (Darajat, 1996: 25). Dalam buku kamus besar bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata didik, berarti ”memelihara, memberi latihan atau bimbingan. Pendidikan dalam bahasa Inggris disebut education, dan dalam bahasa Yunani disebut dengan (Noarapast, 2016: xiii-xiv).

  paedagogi

  Berawal dari pengertian dasar tersebut, beberapa tokoh pendidikan mendefinisikan pendidikan secara istilah dengan beraneka ragam sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Menurut Muhammad Athhiyah al- Abtasyi dalam bukunya Al Tarbiyah Al-Islamiyah, mendefinisikan pendidikan sebagai upaya mempersiapkan manusia agar hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikiranya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan maupun dengan tulisan (Abtasyi, tt: 100).

  Selanjutnya menurut Drs. Ahmad D. Marimba dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, pendidikan Islam memiliki pengertian yaitu memberi bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian menurut ukuran-ukuran Islam (Marimba, 1980:23-24).

  Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

  Dalam hal ini KH Ilyas menguraikan bahwa pendidikan agama Islam merupakan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi seperti halnya papan, sandang, pangan, kebutuhan mendasar yang dimaksudkan agama atau keyakinan untuk menentukan arah pandangan tentang pendidikan manusia yang berfungsi sebagai pengemban amanah khalifatullah fil ard (Saifuddin, 2017:1). Dari apa yang disampaikan KH Ilyas,sesuai dengan firman Allah

  

◆ ⧫⬧ ◆

 ⬧◼☺

  