Peranan Pupuk Mineral Plus Untuk Peningkatan Produksi dan Mutu Bunga Tanaman Gumitir (Tagetes erecta L) pada Tanah Inceptisol Sanur.

(1)

-PERANAN PUPUK MINERAL PLUS UNTUK

PENINGKATAN PRODUKSI DAN MUTU BUNGA TANAMAN

GUMITIR (Tagetes erecta L) PADA TANAH INCEPTISOL

SANUR

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Oleh

DOMI LISKA KAROLINA S NIM. 1205105028

KONSENTRASI ILMU TANAH DAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA


(2)

2016

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau mengandung tindakan plagiarism.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Denpasar, 20 April 2016 Yang menyatakan,

Domi Liska Karolina S 1205105028


(3)

ABSTRACT

Domi Liska Karolina S. NIM 1205105028 Role of Mineral Fertilizer Plus For Improved Crop Production and Quality Flowers Gumitir (Tagetes erecta L) at Soil Inceptisol Sanur. Supervisor I: Prof. Dr. Ir. I Nengah Netera Subadiyasa, MS. and Supervisor II: Prof. Dr. Ir. Indayati Lanya, MS.

This study, entitled "The Role of Mineral Fertilizer Plus For Improved Crop Production and Quality Flowers Gumitir (Tagetes erecta L) at Sanur Inceptisol Soil". Test production and quality gumitir interest in the lowlands, Gardens Sunrise. Using a randomized block design (RBD) with seven fertilization treatment and three replications with the number of plots 21, consisting of: P0 = Control, P1 = Organic materials (BO), P2 = fertilizer minerals (PM), P3 = Chemical fertilizers (PK), P4 = ½ dose of fertilizer combination (BO + PK), P5 = ½ dose of fertilizer combination (PM + PK), P6 = ½ dose of fertilizer combination (BO + PM + PK). Observation of the production and quality of interest until the age of 110 days. Statistical test by analysis of variance was significantly different when followed by Duncan's test with a confidence level of 95% using Costat program.

The role of mineral fertilizers is very real increase flower production gumitir, the highest 61.06 tonnes ha-1 in treatment P6 (up 155.90%), followed by P5 52.86 tonnes ha-1 (up 121.54%), P4 48.06 tonnes ha-1, (an increase of 101.42%) P3 44.42 tonnes ha-1 (up 86.16%) P2 41.72 tonnes ha-1 (up 74.85%) P1 34.72 tonnes ha-1 (increased by 45, 51%) of the control 23.86 tonnes ha-1. Quality of the highest interest was shown in the treatment of mineral fertilizers and combinations thereof, followed by chemical fertilizer, mineral fertilizers and organic fertilizers lows.

Keywords: mineral fertilizers, chemical fertilizers, organic fertilizers, flowers gumitir.


(4)

ABSTRAK

Domi Liska Karolina S. NIM 1205105028 Peranan Pupuk Mineral Plus Untuk Peningkatan Produksi dan Mutu Bunga Tanaman Gumitir (Tagetes erecta L) pada Tanah Inceptisol Sanur. Pembimbing I : Prof. Dr. Ir. I Nengah Netera Subadiyasa, MS. dan Pembimbing II: Prof. Dr. Ir. Indayati Lanya, MS.

Penelitian ini berjudul “Peranan Pupuk Mineral Plus Untuk Peningkatan Produksi dan Mutu Bunga Tanaman Gumitir (Tagetes erecta L) pada Tanah Inceptisol Sanur”. Uji produksi dan mutu bunga gumitir di dataran rendah, Kebun Matahari Terbit. Menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tujuh perlakuan pemupukan dan tiga ulangan dengan jumlah petakan 21 yang terdiri dari: P0 = Kontrol, P1 = Bahan organik (BO), P2 = Pupuk mineral (PM), P3 = Pupuk kimia (PK), P4 = Kombinasi pupuk ½ dosis (BO + PK), P5 = Kombinasi pupuk ½ dosis (PM + PK), P6 = Kombinasi pupuk ½ dosis (BO + PM + PK). Pengamatan produksi dan mutu bunga sampai umur 110 hari. Uji statistik dengan analisis sidik ragam bila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s dengan tingkat kepercayaan 95% menggunakan program Costat.

Peranan pemupukan mineral sangat nyata meningkatkan produksi bunga gumitir, tertinggi 61,06 ton ha-1 pada perlakuan P6 (meningkat 155,90%), diikuti P5 52,86 ton ha-1 (meningkat 121,54%), P4 48,06 ton ha-1, (meningkat 101,42%) P3 44,42 ton ha-1, (meningkat 86,16%) P2 41,72 ton ha-1, (meningkat 74,85%) P1 34,72 ton ha-1 (meningkat 45,51%) dari kontrol 23,86 ton ha-1. Mutu bunga tertinggi ditunjukkan pada perlakuan pupuk mineral dan kombinasinya, diikuti oleh pemupukan kimia, pupuk mineral dan terendah pupuk organik.


(5)

RINGKASAN

Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang, profil pembentukannya agak lambat. Tanah inceptisol memiliki lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal yaitu dari 1,3 – 5 meter. Tekstur seluruh solum ini umumnya liat, struktur remah dan konsistensi adalah gembur. Tanah inceptisol mempunyai daya menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi. Warnanya merah coklat sampai kekuning-kuningan. Kandungan unsur hara pada tanah dapat diketahui dengan melihat warnanya, semakin merah biasanya semakin miskin. Pada umumnya kandungan hara tanah ini rendah. Inceptisol merupakan salah satu ordo tanah yang penyebarannya cukup luas di Indonesia.

Masyarakat Bali yang beragama Hindu, bunga merupakan sarana ritual yang sangat penting. Bahkan dapat dikatakan, bunga merupakan sarana persembahan pokok bagi umat Hindu. Bunga merupakan sarana upacara untuk keperluan agama dan adat. Selain itu, bunga digunakan untuk keperluan pariwisata yang salah satunya adalah bunga gumitir.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2015 sampai dengan September 2015, yang yang berlangsung di Kebun Matahari Terbit Sanur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk mineral plus terhadap produksi bunga tanaman gumitir yaitu tinggi tanaman, jumlah batang, jumlah bunga, berat bunga per petak, dan mutu bunga tanaman gumitir yaitu warna, kadar air, diameter bunga, dan daya simpan.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tujuh perlakuan, dan tiga ulangan dengan jumlah petakan 21 dengan ukuran petak 5m x 1m = 5 m2

yang terdiri dari :

P0 = Kontrol (tanpa penambahan pupuk)

P1 = Bahan organik (BO) 10 ton ha-1 = 1 kg/m2 atau 5 kg/petak P2 = Pupuk mineral (PM) 10 ton ha-1 = 1 kg/m2 atau 5 kg /petak

P3 = Pupuk kimia (PK) 200 kg urea ha-1 dan 200 kg NPK ha-1 = 20 gram urea/m2 dan 20 gram NPK/m2 atau 100 gram urea/petak + 100 gram NPK/petak


(6)

P4 = Kombinasi pupuk ½ dosis (BO + PK) = 2,5 kg BO/petak + 50 gram urea/petak + 50 gram NPK/petak

P5 = Kombinasi pupuk ½ dosis (PM + PK) = 2,5 kg PM/petak + 50 gram urea/petak + 50 gram NPK/ petak

P6 = Kombinasi pupuk ½ dosis (BO + PM + PK) = 2,5 kg BO/petak + 2,5 kg PM/petak + 50 gram urea/petak + 50 gram NPK/petak

Pemupukan berpengaruh sangat nyata meningkatkan produksi dan mutu bunga gumitir. Perlakuan pemupukan P6 = ½ dosis (pupuk organik + pupuk mineral + pupuk kimia) menunjukkan hasil produksi tertinggi (61,06 ton ha-1) meningkat sebesar 155,90% dan mutu terbaik mempunyai daya simpan (8,54 hari) meningkat sebesar 47,49%. Produksi terendah didapat pada perlakuan P1 (pupuk organik) (34,72 ton ha-1) meningkat sebesar 45,51%. Hal ini disebabkan kandungan hara rendah. Pemupukan P6 mengandung unsur hara (N, P, K, Ca, Mg dan kandungan hara pupuk organik) lebih lengkap dibanding dengan perlakuan lainnya. Penambahan Ca dan Mg pada pupuk kimia dan organik dapat meningkatkan produksi dan mutu bunga gumitir.

Pengaruh pemupukan terhadap sifat kimia tanah; (P1) pupuk organik dapat meningkatkan kandungan N, P, K, DHL, KTK, Ca, Mg. (P2) pupuk mineral dapat meningkatkan kandungan N, P, K, C-organik, DHL, KTK, KB, Ca, Mg. (P3) pupuk kimia dapat meningkatkan kandungan N, P, K, DHL, KTK, Ca, Mg. (P4) pupuk organik + pupuk kimia dapat meningkatkan kandungan N, P, K, DHL, KTK, Ca, Mg. (P5) pupuk mineral + pupuk kimia dapat meningkatkan kandungan N, P, K, DHL, KTK, Ca, Mg. (P6) pupuk organik + pupuk mineral + pupuk kimia dapat meningkatkan kandungan N,P,K,C-organik, DHL, KTK, Ca, Mg. Berdasarkan hasil penelitian maka, untuk peningkatan unsur hara tanah diperlukan pemupukan baik pupuk organik, mineral, dan kimia.


(7)

PERANAN PUPUK MINERAL PLUS UNTUK PENINGKATAN

PRODUKSI DAN MUTU BUNGA TANAMAN GUMITIR

(Tagetes erecta L) PADA TANAH INCEPTISOL SANUR

DOMI LISKA KAROLINA S NIM. 1205105028

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. I Nengah Netera Subadiyasa ,M.S Prof. Dr. Ir. Indayati Lanya,M . S NIP 19480704 197503 1 002 NIP. 19540908 198011 2 002

Mengesahkan, Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, M.S. NIP. 19630515 1988 1 001 Tanggal Lulus : 20 April 2016


(8)

PERANAN PUPUK MINERAL PLUS UNTUK PENINGKATAN

PRODUKSI DAN MUTU BUNGA TANAMAN GUMITIR

(Tagetes erecta L) PADA TANAH INCEPTISOL SANUR

dipersiapkan dan diajukan oleh Domi Liska Karolina S

NIM. 1205105028

telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji pada tanggal 20 April 2016

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana No : 67 /UN14.1.23/DL/2016

Tanggal : 20 April 2016 Tim Penguji Skripsi adalah:

Ketua: Ir. Anak Agung Nyoman Supadma, M.P Anggota:

1. Ir. I Gusti Putu Ratna Adi, M.Si 2. Ir. Tati Budi Kusmiyarti, M.P


(9)

RIWAYAT HIDUP

Domi Liska Karolina S lahir di PTP VIII Kebun Sibosur, Kecamatan Parsoburan, Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara pada tanggal 17 Maret 1994. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Sutriyantono Sirait dan Remsinah Damanik. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN. 178302 PTP VIII Kecamatan Parsoburan, Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2000-2006, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Pematang Siantar pada tahun 2006-2009, pendidikan menengah atas di SMA Teladan Pematang Siantar pada tahun 2009-2012. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di program studi Agroekoteknologi, Konsentrasi Ilmu Tanah dan Lingkungan, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana pada tahun 2012 melalui jalur SNMPTN Tulis.

Selama menjadi mahasiswa di kampus Fakultas Pertanian penulis aktif dalam berbagai kegiatan kampus baik Jurusan, Fakultas, dan Universitas, diantaranya panitia Sosialisasi Jurusan Agroekoteknologi pada tahun 2013, panitia PKKMB dan Student Day Fakultas Pertanian pada tahun 2014, panitia HUT Himagrotek pada tahun 2014. Penulis juga menjadi Bendahara Persekutuan Mahasiswa Kristen Fakultas Pertanian (PMKFP) pada tahun 2014/2015. Sebagai peserta seminar Internasional Oil Palm Conference 2014. Sebagai panitia seminar nasional Peranan Data Spasial dalam Menunjang Perencanaan Pembangunan Daerah pada tahun 2015 dan tahun 2016. Sebagai peserta dalam Pelatihan Penggunaan Software ArcGIS pada tanggal 7-8 April 2016. Penulis menerima beasiswa PPA periode 2013, 2014, dan 2015.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Peranan Pupuk Mineral Plus Untuk Peningkatan Produksi dan Mutu Bunga Tanaman Gumitir ( Tagetes erecta L) pada Tanah Inceptisol Sanur”.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ir. I Made Sudarma, MS., Selaku ketua Jurusan/ Program Studi Agroekoteknologi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun proposal penelitian ini.

3. Prof. Dr. Ir. Nengah Netera Subadiyasa,MS. Selaku dosen Pembimbing I yang telah mendampingi, membimbing, semangat serta memberikan masukan dan saran kepada penulis sepanjang penulisan skripsi pnelitian ini.

4. Prof. Dr. Ir. Indayati Lanya, MS. Selaku pembimbing II atas nasehat dan kesabaran dalam membimbing serta meluangkan waktu untuk memberikan masukan-masukan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.

5. Ir. I Nyoman Dibia, M.Si., dan Ir. I Wayan Dana Atmaja, MP selaku moderator yang bersedia dan senantiasa selalu memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dalam penulisan skripsi penelitian ini.

6. Ir. A.A. Nyoman Supadma,MP, Ir. I Gusti Putu Ratna Adi, M.Si, Ir. Tati Budi Kusmiyarti,MP., selaku penguji yang senantiasa selalu memberikan masukan dalam penulisan skripsi penelitian ini.


(11)

7. Dr. Ir. Wayan Diara,MS. Selaku pembimbing akademis yang banyak memberikan dukungan, saran dan pendapat selama penulis menjadi mahasiswa.

8. Ir. I Dewa Made Arthagama, MP, Drs. R. Suyarto, M.Si, Ir. I Wayan Narka, MS, Ir. Ketut Dharma Susila, MS., Ir. Agustina Tangkatesik, dan Ni Wayan Sri Sutari, SP., M.Si., dan seluruh dosen di Fakultas Pertanian yang selalu setia senantiasa memberikan semangat selama penulisan skripsi ini.

9. Orang Tua saya tercinta Bapak Sutriyantono Sirait dan Ibu Remsinah Damanik terima kasih atas dorongan moral, bantuan material, kasih saying, dan doa yang tak henti-hentinya, yang diberikan sehingga studi penulis dapat terselesaikan dengan baik.

10. Kakak saya Devi Barbara Anasaka Sirait, Kevin Wisnu Hangoluan Sirait, dan Adik saya Ardust Dian Libels Gustaref Sirait, terima kasih banyak atas dukungan dan doanya yang tak henti-hentinya.

11. Saudara, sahabat, teman Se-Kost Butir Octa Fransisca Sitorus, Maya Sari, Dharma Yanti, I Kadek Purnawirawan yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan, motivasi dan masukan dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.

12. Sahabat, teman Vani, Ika, Irnawati, Ari, Ana, Ani, Octha Ubud yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan, motivasi dan masukan dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.

13. Teman teman Tanah dan Lingkungan 2012 Ayu Padma, Charles, Rini, Eka, Frenca, Edo, Juwita, Yoga, Sherlita, Echa, Jeri yang memberikan motivasi kepada penulis sehingga skripsi penelitian ini dapat selesai.

14. Teman teman mahasiswa Siska, Mia, Rasmini, Luki, Tari, Mirna, Hilda, Rolina, Sondang, Kasma, teman Agroekoteknologi 2012, dan teman KKN XI Petang, yang selalu memberikan semangat, motivasi kepada penulis sehingga skripsi penelitian ini dapat selesai.


(12)

15. Juga semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan petunjuk yang mengarah pada penyempurnaan skripsi penelitian ini. Selanjutnya besar harapan penulis semoga skripsi ini ada manfaatnya khususnya bagi pembaca yang memerlukan informasi terkait budidaya tanaman gumitir.

Denpasar, April 2016 Domi Liska Karolina S DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI... ii

ABSTRACT... iii

ABSTRAK... iv

RINGKASAN... v

HALAMAN PERSETUJUAN... vii

TIM PENGUJI... viii

RIWAYAT HIDUP... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

I. PENDAHULUAN... 1

1. Latar Belakang... 1

2. Rumusan Masalah... 4

3. Tujuan Penelitian... 4

4. Manfaat... 4

5. Hipotesis... 5


(13)

1. Tanaman Gumitir (Tagetes erecta L)... 6

2. Peranan Pupuk Mineral terhadap Tanah dan Tanaman... 8

3. Peranan NPK terhadap Tanah dan Tanaman... 12

3.1.Nitrogen... 12

3.2.Fosfor... 13

3.3.Kalium... 15

4. Peranan Bahan Organik terhadap Tanah dan Tanaman... 16

III. BAHAN DAN METODE... 18

1. Waktu dan Tempat Penelitian... 18

2. Bahan dan Alat Penelitian... 18

3. Metode Penelitian... 18

4. Tahapan Penelitian... 19

4.1. Penyiapan lahan... 19

4.2. Penanaman... 22

4.3. Pemupukan... 22

4.4. Pemeliharaan... 22

4.5. Panen... 23

4.6. Pengambilan sampel tanah setelah tanam... 23

5. Pengamatan... 23

6. Analisis Statistik... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

1. Hasil... 26

1.1. Produksi... 27

1.2. Mutu... 28

1.3. Korelasi Produksi dan Mutu Bunga Tanaman Gumitir... 30

1.4. Efek Sisa Pengaruh Pemupukan terhadap Sifat Kimia Tanah. . 32

2. Pembahasan... 33

2.1. Produksi... 34

2.2. Mutu... 38

2.3. Korelasi Antar Berbagai Parameter Produksi dan Mutu... 40

2.4. Efek Sisa Kandungan Hara Tanah... 40


(14)

1... Kesi

mpulan... 44

2... Saran

44

DAFTAR PUSTAKA... 45 LAMPIRAN... 47


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Signifikansi Pengaruh Pemupukan terhadap Produksi Mutu, efek sisa

26

2. Pengaruh Pemupukan terhadap Produksi... 27

3. Persentase Peningkatan Produksi... 28

4. Pengaruh pemupukan terhadap Mutu... 29

5. Persentase Peningkatan Mutu... 30

6. Korelasi Produksi dan Mutu Bunga Gumitir... 31


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Denah percobaan di lapangan... 21

1. Grafik Pengaruh Pemupukan terhadap Produksi... 27

2. Grafik Persentase Peningkatan Produksi... 28

3. Grafik Pengaruh pemupukan terhadap Mutu... 29

4. Grafik Persentase Peningkatan Mutu... 30


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Hasil Analisis Tanah Awal... 47 2. Tabel Hasil Pengamatan dan Tebel Sidik Ragam Peningkatan Produksi 48 3. Tabel Hasil Pengamatan dan tabel Sidik Ragam Peningkatan Mutu.... 50 4. Tabel Hasil Pengamatan dan Tabel Sidik Ragam Sifat Kimia Tanah... 53 5. Foto Kegiatan di lapangan Penelitian dan Laboratorium Ilmu Tanah. . 58


(18)

1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang, profil pembentukannya agak lambat. Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan inceptisol adalah : bahan induk yang sangat resisten terhadap pelapukan, banyak mengandung abu vulkan, dalam bentang yang ekstrim yaitu daerah curam dan lembah, dan permukaan geomorfologi yang muda, sehingga pembentukan tanah baru mulai (Resman dkk., 2006). Selanjutnya Munir (1983) juga menyatakan bahwa inceptisol dapat berkembang dari bahan induk batuan beku, sedimen dan metamorf. Bentuk wilayah dari berombak hingga bergunung, dengan kesuburan tanah yang rendah, dengan kedalaman efektifnya dangkal hingga dalam.

Tanah inceptisol memiliki lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal yaitu dari 1,3 – 5 meter. Tekstur seluruh solum ini umumnya liat, struktur remah dan konsistensi adalah gembur. Tanah inceptisol mempunyai daya menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi. Warnanya merah coklat sampai kekuning-kuningan. Kandungan unsur hara pada tanah dapat diketahui dengan melihat warnanya, semakin merah biasanya semakin miskin. Pada umumnya kandungan hara tanah ini rendah.

Inceptisol merupakan salah satu ordo tanah yang penyebarannya cukup luas di Indonesia. Tanah ini tersebar dengan luasan sekitar 70,52 juta ha atau 44,60% dari potensial luas daratan Indonesia (Puslittanak,2003), maka pengembangan tanah ini dalam bidang pertanian memiliki nilai yang cukup prospektif, termasuk pengembangan tanaman sayuran.

Masyarakat Bali yang beragama Hindu, bunga merupakan sarana ritual yang sangat penting. Bahkan dapat dikatakan, bunga merupakan sarana persembahan pokok bagi umat Hindu. Bunga merupakan sarana upacara untuk keperluan agama dan adat. Selain itu, bunga digunakan untuk keperluan pariwisata yang salah satunya adalah bunga gumitir.

Bunga gumitir berkembang pesat sejak 10 tahun yang lalu, salah satunya disebabkan oleh warna, bentuk bunga yang menarik, dan bunga gumitir yang cukup menjanjikan secara


(19)

ekonomis. Bunga gumitir sudah banyak dibudidayakan oleh petani terutama di daerah dataran tinggi Provinsi Bali, banyak diusahakan di daerah Kecamatan Petang Kabupaten Badung, Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan, dan Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.

Kebutuhan/ permintaan bunga sangat tinggi menjelang hari Raya Hindu yaitu pada Hari Raya Galungan, Kuningan, dan musim upacara adat dan keagamaan, tidak terkecuali bunga gumitir. Harga bunga gumitir ditingkat petani pada hari biasa relatif yaitu Rp5000/kg, bisa melonjak sampai dengan Rp50.000/kg, pada hari raya. Harga yang tinggi ini menyebabkan petani banyak mengusahakan bunga gumitir.

Bunga gumitir yang dibudidayakan mendorong petani mengusahakan tanaman ini. Selain itu persyaratan bunga gumitir yang dapat tumbuh baik di dataran rendah dan tinggi. Produksi hasil gumitir yang didapatkan bisa mencapai + 0,9-1 kg/pohonnya. Budidaya tanaman gumitir sebagian besar menggunakan pupuk kimia yang tinggi yang diberikan baik pada awal tanam maupun pemberian pupuk setiap minggunya. Pemberian pupuk kimia yang sangat tinggi ini disinyalir akan berdampak pada lingkungan. Untuk itu diperlukan pengurangan pupuk kimia dengan cara menambahkan pupuk organik atau pupuk mineral.

Tanaman bunga memerlukan unsur hara yaitu unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg), dan unsur hara mikro (Fe, Mn, Zn, Cu). Umumnya petani bunga hanya menggunakan pupuk N, P, K, unsur hara Ca, Mg yang dibutuhkan tanaman tidak diberikan. Sementara kebutuhan akan Ca, Mg oleh tanaman sangat tinggi terutama dalam pembentukan klorofil dan fotosintesis. Di era globalisasi ini pemupukan kimia dianggap merusak lingkungan, sehingga pemerintah saat ini mengembangkan pertanian organik. Kandungan unsur hara dalam pupuk organik sangat rendah, dibanding dengan pupuk kimia yang mengandung unsur hara sangat tinggi. Oleh karena itu penggunaan pupuk organik memerlukan dosis yang tinggi (10 ton/ha) dengan harga Rp.2000/kg


(20)

membutuhkan input usaha tani yang sangat tinggi, dibanding dengan pupuk kimia yang hanya memerlukan 4 kwintal/ha dengan harga Rp.10.000/kg.

Baik pupuk kimia maupun pupuk organik sangat sedikit mengandung unsur Ca, Mg. Sementara kedua unsur tersebut sangat diperlukan tanaman. Untuk itu perlu ditambahkan unsur Ca,Mg yang banyak terdapat pada dolomit atau batuan kapur. Penggunaan pupuk mineral plus menunjukkan bahwa pupuk mineral yang mengandung Ca dan Mg tinggi dapat meningkatkan pembentukan klorofil dan permeabilitas dinding sel untuk meningkatkan produksi. Pupuk mineral dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas buah melon dan jeruk (Lanya,2002), dan buah pepaya (Subadiyasa, dkk,2013).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam penelitian ini menguji penanaman gumitir di Kebun Matahari Terbit Sanur yang mewakili dataran rendah, dengan judul penelitian Peranan Pupuk Mineral Plus untuk Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Bunga Gumitir (Tagetes Erecta L) pada Tanah Inceptisol Sanur, dengan berbagai macam pemupukan (organik, mineral, kimia, dan kombinasinya) terhadap tanaman bunga gumitir.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh pemupukan (pupuk organik, pupuk mineral, pupuk kimia, dan kombinasinya) terhadap produksi (tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah bunga, dan berat bunga); mutu (warna bunga, diameter bunga, kadar air, daya simpan), dan efek sisa sifat kimia tanah sesudah ditanami bunga gumitir?

2. Formula pupuk apakah yang paling baik yang dapat memberikan produksi tertinggi dan mutu bunga terbaik?


(21)

1. Untuk menguji berbagai jenis pupuk (pupuk organik, pupuk mineral, pupuk kimia, dan kombinasinya) terhadap produksi (tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah bunga, dan berat bunga); mutu (warna bunga, diameter bunga, kadar air, daya simpan), dan efek sisa pemupukan sifat kimia tanah sesudah ditanami bunga gumitir

2. Untuk mengetahui formula pupuk yang dapat meningkatkan produksi tertinggi dan mutu terbaik.

1.4 Manfaat

1. Dapat mengetahui dosis pupuk dan jenis yang tepat untuk digunakan dalam budidaya gumitir

2. Memberikan saran dan masukan dosis dan jenis pemupukan yang tepat kepada petani terkait budidaya tanaman gumitir yang memberikan produksi tertinggi dan kualitas terbaik

5. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah kombinasi pemupukan pupuk mineral plus (pupuk organik, pupuk mineral, pupuk kimia) diharapkan mampu memberikan produksi tertinggi dan mutu terbaik pada bunga tanaman gumitir.


(22)

6 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Gumitir ( Tagetes erecta L )

Bunga gumitir merupakan salah satu bunga yang mempunyai prospek yang cukup baik di daerah Bali khususnya di Kabupaten Tabanan dan Badung, karena bunga ini hampir setiap hari digunakan khususnya untuk keperluan upacara keagamaan di Bali. Semakin banyaknya tuntutan kebutuhan bunga ini, maka untuk pengembangannya dilakukan dengan mendatangkan bibit dari Bandung, yang konon sumber benihnya berasal dari negara tetangga Thailand. Benih bunga import ini mempunyai sifat yang unggul jika dibandingkan dengan bunga lokal yang ada di Bali, karena bibit bunga ini dibuat melalui breeding. Tanamam gumitir merupakan tanaman perdu dengan bentuk daun lancip bergerigi, kecil-kecil berwarna kehijauan.

Berdasarkan taksonomi tanaman, tanaman bunga gemitir termasuk dalam:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Tagetes

Spesies : Tagetes erecta L

Morfologi dari tanaman gumitir yaitu:

a. Akar

Akar dari gumitir merupakan akar tunggang. Akar jenis ini umum ditemukan pada tumbuhan biji belah (dicotyledonae). Jika diamati, akarnya berwarna putih kekuningan. Jika ditinjau dari

anatominya, pada akar Tagetes erecta L biasa ditemukan rambut akar. Fungsinya adalah untuk

membantu tanaman mengambil air dan mineral dari tanah. Rambut akar ini merupakan bagian dari epidermis akar.


(23)

b. Batang

Batangnya tumbuh tegak dan bercabang-cabang. Warnanya adalah putih kehijauan jika pucuknya masih muda dan hijau jika sudah dewasa. Tinggi tanaman ini berkisar 30 cm hingga 120 cm, pada sekujur batangnya, tumbuh daun majemuk yang berujung runcing dan tepinya bergerigi. Lapisan terluarnya merupakan epidermis batang. Bagian batang yang disebut korteks, disusun oleh parenkim korteks.

c. Daun

Daun tunggal, menyirip menyerupai daun majemuk. Bentuknya memanjang hingga menyempit, dengan bintik kelenjar bulat dekat tepinya, warnanya hijau.

d. Bunga

Bunganya merupakan bunga majemuk. Bunga ini berbentuk cawan dengan tangkai yang panjang. Memiliki organ-organ bunga yang lengkap, berupa putik dan benang sari pada tengah bunga, warnanya kuning.

Gumitir (Tagetes erecta L) termasuk kedalam keluarga Compositae (Asteraceae) dan mempunyai 59 species. Tanaman ini merupakan salah satu herba hias yang biasa digunakan sebagai tanaman pagar dan pembatas. Secara komersial sebagai bunga potong, karena mempunyai bentuk bunga yang unik dan warnanya yang mencolok.

2.2 Peranan Pupuk Mineral terhadap Tanah dan Tanaman

Para petani sering dilematik dalam meningkatkan mutu dan produktivitas tanamannya. Sementara permintaan pasar untuk kebutuhan hotel, restoran berbintang dan pasar global menghendaki pertanian yang ramah lingkungan. Namun, dari segi budidaya sistem pertanian ramah lingkungan (pertanian organik) sering dianggap oleh petani menurunkan produktivitas dan keuntungan yang diperoleh. Hasil usaha taninya lebih kecil bila dibandingkan dengan


(24)

penggunaan pupuk anorganik, bahkan bila hanya menggunakan pupuk organik terjadi kerugian (Indrawati, 2000).

Penambahan pupuk organik telah terbukti memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Akan tetapi dari aspek produksi, mutu dan keuntungan hasil usaha tani penggunaan pupuk organik masih perlu dikaji ulang, karena besarnya volume dan sedikitnya hara yang terkandung di dalam pupuk organik. Berdasarkan hal tersebut, maka terobosan baru melalui penambahan pupuk mineral yang ramah lingkungan untuk meningkatkan produksi dan mutu tanaman pangan khususnya hortikultura.

Hasil pengamatan secara kualitatif menunjukkan bahwa tanah-tanah berkapur yang mengandung unsur hara kalsium (Ca) dan (Mg) yang tergolong tinggi, menghasilkan produk pertanian lebih tinggi kualitasnya, bila dibandingkan dengan tanah masam. Ini terbukti dari lokasi kebun salak di Karangasem, jeruk dan kacang tanah dari Sumba dan Soe (P. Timor), serta bengkuang, ubi dan jeruk dari Bukit Jimbaran memberikan rasa manis dan enak, serta renyah bila di bandingkan dengan buah-buahan dari tanah yang tidak berkapur. Uji coba penambahan pupuk mineral pada jeruk, menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis kapur, semakin besar kadar gula total (Lanya, 1999).

Sumber pupuk mineral kapur sangat tinggi di Bali, yaitu di Bukit Jimbaran, Nusa penida dan Bali Barat. Hasil analisis tanah dari survei LREPP (Puslitanak, 1993) menunjukkan bahwa kandungan Ca di daerah perbukitan kapur Jimbaran tergolong tinggi dan Mg rendah sampai sedang. Demikian pula daerah perbukitan kapur Nusa Penida. Adapun status hara di daerah perbukitan Karangasem Barat, menunjukkan bahwa kandungan Ca sangat tinggi dan Mg tergolong tinggi. Tanah tersebut didominasi oleh tanaman salak (Netera dkk, 1989). Berbeda dengan di daratan Pulau Bali pada umumnya, kadar Ca di lahan pertanian tergolong sedang dan


(25)

Mg rendah sampai sedang, kecuali di lahan yang tanahnya berasal dari batu gamping dan atau sisipan batu gamping. Hasil observasi lainnya menunjukkan bahwa buah-buahan yang berasal dari tanah berkapur memiliki mutu lebih baik.

Peningkatan kandungan Ca ke dalam tanah untuk tanah – tanah di Bali dari kandungan rendah (< 5 me/100 g tanah) ke sedang (5 - 100 me/ 100 g tanah), sedang ke tinggi (10-20 me/100 g tanah) dan sangat tinggi ( > 20 me/100 g tanah) diperlukan rata-rata penambahan 5 me/100 g tanah atau setara dengan 2 ton Ca/ha untuk kedalaman 20 cm (tanaman semusim), sedangkan untuk kedalaman 40 cm atau lebih diperlukan 4-5 ton/ha untuk tanaman tahunan). Berbeda dengan kandungan Mg tanah dari rendah (< 0,2 me/100 g tanah atau < 30 ppm) ke sedang (0,2 - 0,5 me/100 g tanah atau ( 30 - 60 ppm) dan dari sedang ke tinggi (>0.5 me/100 g tanah atau (>60 ppm) dibutuhkan penambahan Mg rata – rata sebesar 20 ppm (40 kg Mg/ha) untuk tanaman semusim, setara dengan 50 kg garam inggris dan 3 ku kiserit. Untuk tanaman tahunan dibutuhkan setara dengan 100 kg garam inggris dan 6 ku kiserit.

Pupuk mineral plus adalah kombinasi dari pupuk organik + pupuk mineral + pupuk kimia, yang mana kandungan unsur hara yang ada di dalam pupuk mineral plus lengkap yaitu kandungan unsur hara N-total, P-tersedia, K-tersedia, Ca, Mg, dan bahan organik yang dibutuhkan tanaman dalam proses pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh secara optimal.

Stanier et al.. (1963) menyatakan bahwa Ca sebagai kofaktor beberapa enzim, seperti

proteinase, sehingga berperan dalam pembentukan senyawa protein. Peranan ion Ca sangat

esensial dalam pengangkutan asam amino dan sintesis protein dalam sel Achliya ( Singh dan Le

John, 1975 dalam Payne, 1980). Booth dan Hamilton (1980) melaporkan bahwa ion Ca berperan sebagai perangkai atau pengikat energi dalam pengangkutan asam amino dengan sistem


(26)

penggerak proton. Berbeda dengan Mg, yang berperan sebagai inti klorofil, kofaktor beberapa enzim pengikat energi dan stabilisator asam dan basa dalam sel.

Magnesium terlibat dalam reaksi-reaksi enzimatik melalui beberapa mekanisme: (1) menjadi jembatan penghubung antara komplek enzim dan substrat, seperti misalnya dalam

transfer dari ATP; (2) mengubah konstanta keseimbangan dalam transfer fosfat dari ATP. Mg2+

bereaksi dengan gugusan firofosfat dari suatu molekul koenzim ATP membentuk Mg ATP 2- . Mg

ATP 2- merupakan bentuk aktif dari koenzim ( Mengel dan Kirkby, 1979). Kalsium dan

magnesium mempunyai arti penting dalam fiksasi N udara secara simbiotik. Rao (1982) melaporkan bahwa dalam fiksasi N oleh rhizobium diperlukan energi dalam bentuk ATP, Mg sebagai pengikat energi dari Mg- ATP menjadi Mg- ADP. Dengan kata lain, untuk pembentukan bintil akar diperlukan Ca dan Mg yang cukup. Selain itu penambahan CaSO4 pada tanaman

kacang tanah dapat meningkatkan kandungan sukrosa, fruktosa dan glukosa (Hale, 1977).

Peningkatan produktivitas lebih besar dipengaruhi oleh penambahan unsur Mg dibandingkan dengan unsur Ca. Peningkatan tersebut disebabkan Mg sangat berperanan dalam pembentukan klorofil dan terlibat dalam reaksi enzimatik. Demikian pula Ca sangat esensial dalam pengangkutan asam amino dan protein. Ion Ca juga sangat berperan sebagai pengikat energi dalam pengangkutan asam amino dengan sistem tenaga penggerak proton (Singh dan Le John, 1975 dalam Payne, 1980).

Hasil uji ini menunjukkan bahwa kandungan Ca dan Mg yang tinggi dalam tanah akan meningkatkan produktivitas dan mutu buah. Salah satu penyebabnya adalah semakin banyaknya pembentukan klorofil yang berimplikasi maka semakin besar proses fotosintesis dan produk yang dihasilkan, baik berupa karbohidrat, protein, maupun gula total kerenyahannya semakin meningkat. Uji mutu secara kualitatif memperoleh gambaran bahwa penambahan kapur


(27)

mempengaruhi warna kulit melon, kerenyahannya dan rasa manis dan besar buah warna kulit melon. Demikian pula tingkat kerenyahannya semakin meningkat. Hasil analisis kuantitatif kadar gula total menunjukkan semakin tinggi dosis pupuk mineral semakin tinggi kadar gula total, sedangkan pengaruh garam terhadap besar buah, sejalan dengan penambahan dosis garam. Semakin tinggi dosisnya, semakin besar buah melonnya (Lanya, I. 2001).

2.3 Peranan NPK terhadap Tanah dan Tanaman

Nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan dan produksi tanaman serta dibutuhkan dalam jumlah yang besar (Suriatna, 1992). Jumlah N,P,K yang tersedia bagi tanaman hendaknya berada dalam perbandingan yang tepat.

2.3.1 Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi pertumbuhan tanaman dan dibutuhkan sepanjang pertumbuhannya (Hakim dkk., 1986). Lebih lanjut dinyatakan bahwa umumnya

nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat (N0

-3) dan ion ammonium (NH+4), tergantung

dari keadaan tanah, macam tanaman dan stadia tumbuh. Penyerapan N terjadi melalui mekanisme aliran massa atau difusi tergantung konsentrasi larutan tanah dan ratio transpirasi dan diubah menjadi asam amino dan molekul protein yang lebih kompleks. (Shoper and Baird, 1982).

Sumber nitrogen tanah adalah berasal dari lompatan listrik di atmosfir yang turun ke bumi melalui air hujan. Proses demikian senantiasa berlangsung antara 5–10 kg N/ha/tahun (Thompson and Troeh,1978). Sumber nitrogen tanah juga berasal dari aktivitas kehidupan di dalam tanah. Organisme yang memanfaatkan gas nitrogen dari atmosfir yaitu rhizobium (bakteri Azotobacter dan ganggang biru hijau).


(28)

Ketersediaan N tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti iklim dan vegetasi dan juga dipengaruhi oleh topografi, batuan induk dan waktu. Iklim memegang peranan penting dalam menentukan kandungan N tanah melalui pengaruh temperatur dan suplai air terhadap kegiatan tanaman dan jasad renik tanah, terjadi penurunan kandungan nitrogen tanah

dengan semakin meningkatnya temperatur dari 00 C dan 20 0C.

Peranan nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman adalah meningkatkan pertumbuhan vegetatif. Sedangkan apabila tanaman kekurangan N dapat mengakibatkan berkurangnya produksi protein sehingga pembelahan sel terhambat dan menyusutkan pertumbuhan tanaman (Dwidjoseputro, 1986). Gejalanya tampak pada warna daun yang menjadi hijau kekuning-kuningan sampai menguning seluruhnya, dan daun tersebut mengering (Sarief, 1989).

2.3.2 Fosfor

Umumnya P diserap oleh tanaman dalam bentuk ion orthofosfat primer (H2PO-4) dan

dalam bentuk sekunder (HPO

-4). Serapan P dalam bentuk ion-ion ini dipengaruhi oleh pH tanah

di sekitar akar. Pada pH rendah bentuk H2PO-4 akan meningkat.

Sumber fosfor tanah adalah pelapukan batuan dan mineral-mineral yang terdapat pada kerak bumi. Mineral utama yang mempunyai kadar P tinggi adalah apatit Ca (PO4 CO3 )6

(F,Cl,OH)2 terdapat pada batuan beku sedimen. Mineral ini merupakan persenyawaan karbonat,

fluor, klor atau apatit yang mempunyai kadar P2O5 antara 15-30 persen dan tidak larut dalam air

(Nyakpa dkk.,1988).

Menurut Sabihan et al., (1983), pupuk P yang diberikan ke dalam tanah dipengaruhi oleh: (1) Efektivitas pupuk P yang diberikan ; (2) reaksi tanah; (3) sumber pupuk P dan (4) pengaruh penambahan pupuk lain. Pemberian pupuk P ke dalam tanah akan mengakibatkan terjadi penyerapan P oleh tanah, dimana tingkat P yang diserap bervariasi untuk setiap jenis tanah,


(29)

tergantung pada luas permukaan yang efektif dari tanah yang bereaksi dengan P (Djokosudardjo,1974). Pada tanah masam P kurang tersedia bagi tanaman karena P yang ada sebagian besar diikat oleh oksida-oksida dari Fe dan Al, sedangkan pada tanah alkalis oleh Ca (Soepardi,1983). P tersedia maksimum pada pH 6,0 sampai 6,5. Kurang dari pH 6,0 maka P akan diikat oleh oksida-oksida Fe dan Al, sehingga ketersediaannya menurun dan apabila pH lebih tinggi dari 6,5 maka P akan diikat oleh Ca sehingga ketersediaan P menurun. Penambahan pupuk yang lain juga sangat penting untuk mengurangi kekahatan unsur yang lain. Apabila tidak disertai dengan pupuk yang lain efisiensi fosfor akan rendah dan hasil yang tinggi tidak mungkin akan dicapai.

Fosfor terdapat dalam semua jaringan hidup, terutama pada bagian tanaman muda, bunga dan biji (Tisdale and Nelson, 1985). Fosfor di dalam tubuh tanaman merupakan isi dari inti sel dan esensial untuk pembelahan sel dan perkembangan jaringan meristematik (Sarief,1985).

Fosfor juga penting untuk transfer energi sebagai bagian dari ATP untuk semua proses biokimia dalam sel. Menurut Tisdale and Nelson, (1985), P memegang peranan penting dalam proses perubahan karbohidrat dan glikolisis, metabolism asam amino, metabolisme lemak dan sulfur, oksidasi biologi serta sejumlah reaksi dalam proses hidup lainnya. Kekurangan P dapat mengakibatkan tertundanya pembelahan sel, pembentukan dan pematangan biji, menghambat reaksi-reaksi sintesa seperti protein dan menurunkan proses respirasi.

Pemupukan P dapat meningkatkan pertumbuhan pisang, meningkatkan pembentukan dan perkembangan akar, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, dan meningkatkan kadar P tanah (Zuhairini,1997).


(30)

Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah nitrogen dan fosfor. Kalium diserap tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari kalium akan membantu menetralisir muatan listrik

yang disebabkan oleh muatan negatif nitrat, fosfat atau unsur lain di dalam tanah maupun di dalam tanaman.

Sumber utama kalium tanah adalah kerak bumi yang mengandung asam dan mineral kalium. Secara umum kerak bumi mengandung 3,11% K2O, sedangkan air laut mengandung

0,04% K2O, mineral utama sebagai sumber kalium tanah adalah feldsfart, muskovit dan biotit.

Kalium tanah dapat digolongkan atas ketersediaannya; (1) tidak tersedia, (2) segera tersedia, dan (3) lambat tersedia. Kalium tanah sebagian besar tidak tersedia berkisar 90-98% dari seluruh kalium tanah (Soepardi, 1983). Umumnya bentuk yang demikian ini masih berada dalam mineral-mineral tanah seperti feldsfart dan mika, mineral-mineral ini agak resisten terhadap hancuran iklim. Kalium segera tersedia hanya meliputi 1 hingga 2 persen dari seluruh kalium dalam tanah mineral.

Soepardi (1983) menambahkan peranan kalium adalah meningkatkan kandungan lignin dan selulosa, meningkatkan turgor sehingga tanaman menjadi tahan terhadap kerebahan, mengatur pernapasan dan penguapan, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain, mempertinggi resistensi tanaman terhadap serangan penyakit, terutama terhadap penyakit oleh cendawan.

2.4 Peranan Bahan Organik terhadap Tanah dan Tanaman

Bahan organik berfungsi sebagai penyimpan unsur hara yang secara perlahan dan akan dilepaskan kedalam larutan tanah dan disediakan bagi tanah. Bahan organik yang berada di dalam atau di atas permukaan tanah juga akan melindungi dan membantu mengatur suhu dan kelembaban tanah (Haverkort et al.,1992).


(31)

Soemarno dan Sastrahidayat (1991) menyatakan bahwa penambahan bahan organik ke dalam tanah liat berat dapat memperbaiki drainase, dan pada tanah berpasir dapat memperbaiki daya simpan air. Bahan organik juga dapat berfungsi sebagai stabilisator dengan jalan merangsang jasad mikro mampu menghasilkan bahan yang dapat mengikat partikel-partikel tanah.

Von Uexcull dalam Ginting, (1994) menyatakan bahwa bahan organik memberikan beberapa keuntungan meliputi pengurangan toksisitas Al dan Mn dengan membentuk kompleks Al- bahan organik yang tidak beracun, menyediakan dan menambah unsur hara N, P, K dan S melalui mineralisasi, menurunkan fiksasi P, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan sifat-sifat fisik tanah termasuk kapasitas ikat air dan stabilitas agregat, meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah, mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah.

Menurut Thorne dan Thorene (1979) dalam Tejaswarna dan Fagi (1990) mengemukakan bahwa bahan organik yang diberikan akan meningkatkan nilai kapasitas tukar kation sehingga dari peningkatan nilai KTK yang akan semakin memudahkan tanaman dalam menyerap unsur hara. Sedangkan peningkatan N-total di dalam tanah akan bertambah melalui proses dekomposisi bahan organik dan juga berasal dari suplai N melalui pemupukan N, P, K yang berada dalam bentuk tersedia.

Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal


(32)

atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.

Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah.


(1)

mempengaruhi warna kulit melon, kerenyahannya dan rasa manis dan besar buah warna kulit melon. Demikian pula tingkat kerenyahannya semakin meningkat. Hasil analisis kuantitatif kadar gula total menunjukkan semakin tinggi dosis pupuk mineral semakin tinggi kadar gula total, sedangkan pengaruh garam terhadap besar buah, sejalan dengan penambahan dosis garam. Semakin tinggi dosisnya, semakin besar buah melonnya (Lanya, I. 2001).

2.3 Peranan NPK terhadap Tanah dan Tanaman

Nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan dan produksi tanaman serta dibutuhkan dalam jumlah yang besar (Suriatna, 1992). Jumlah N,P,K yang tersedia bagi tanaman hendaknya berada dalam perbandingan yang tepat.

2.3.1 Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi pertumbuhan tanaman dan dibutuhkan sepanjang pertumbuhannya (Hakim dkk., 1986). Lebih lanjut dinyatakan bahwa umumnya nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat (N0

-3) dan ion ammonium (NH+4), tergantung

dari keadaan tanah, macam tanaman dan stadia tumbuh. Penyerapan N terjadi melalui mekanisme aliran massa atau difusi tergantung konsentrasi larutan tanah dan ratio transpirasi dan diubah menjadi asam amino dan molekul protein yang lebih kompleks. (Shoper and Baird, 1982).

Sumber nitrogen tanah adalah berasal dari lompatan listrik di atmosfir yang turun ke bumi melalui air hujan. Proses demikian senantiasa berlangsung antara 5–10 kg N/ha/tahun (Thompson and Troeh,1978). Sumber nitrogen tanah juga berasal dari aktivitas kehidupan di dalam tanah. Organisme yang memanfaatkan gas nitrogen dari atmosfir yaitu rhizobium (bakteri Azotobacter dan ganggang biru hijau).


(2)

Ketersediaan N tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti iklim dan vegetasi dan juga dipengaruhi oleh topografi, batuan induk dan waktu. Iklim memegang peranan penting dalam menentukan kandungan N tanah melalui pengaruh temperatur dan suplai air terhadap kegiatan tanaman dan jasad renik tanah, terjadi penurunan kandungan nitrogen tanah dengan semakin meningkatnya temperatur dari 00 C dan 20 0C.

Peranan nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman adalah meningkatkan pertumbuhan vegetatif. Sedangkan apabila tanaman kekurangan N dapat mengakibatkan berkurangnya produksi protein sehingga pembelahan sel terhambat dan menyusutkan pertumbuhan tanaman (Dwidjoseputro, 1986). Gejalanya tampak pada warna daun yang menjadi hijau kekuning-kuningan sampai menguning seluruhnya, dan daun tersebut mengering (Sarief, 1989).

2.3.2 Fosfor

Umumnya P diserap oleh tanaman dalam bentuk ion orthofosfat primer (H2PO-4) dan

dalam bentuk sekunder (HPO

-4). Serapan P dalam bentuk ion-ion ini dipengaruhi oleh pH tanah

di sekitar akar. Pada pH rendah bentuk H2PO-4 akan meningkat.

Sumber fosfor tanah adalah pelapukan batuan dan mineral-mineral yang terdapat pada kerak bumi. Mineral utama yang mempunyai kadar P tinggi adalah apatit Ca (PO4 CO3 )6

(F,Cl,OH)2 terdapat pada batuan beku sedimen. Mineral ini merupakan persenyawaan karbonat, fluor, klor atau apatit yang mempunyai kadar P2O5 antara 15-30 persen dan tidak larut dalam air

(Nyakpa dkk.,1988).

Menurut Sabihan et al., (1983), pupuk P yang diberikan ke dalam tanah dipengaruhi oleh: (1) Efektivitas pupuk P yang diberikan ; (2) reaksi tanah; (3) sumber pupuk P dan (4) pengaruh penambahan pupuk lain. Pemberian pupuk P ke dalam tanah akan mengakibatkan terjadi penyerapan P oleh tanah, dimana tingkat P yang diserap bervariasi untuk setiap jenis tanah,


(3)

tergantung pada luas permukaan yang efektif dari tanah yang bereaksi dengan P (Djokosudardjo,1974). Pada tanah masam P kurang tersedia bagi tanaman karena P yang ada sebagian besar diikat oleh oksida-oksida dari Fe dan Al, sedangkan pada tanah alkalis oleh Ca (Soepardi,1983). P tersedia maksimum pada pH 6,0 sampai 6,5. Kurang dari pH 6,0 maka P akan diikat oleh oksida-oksida Fe dan Al, sehingga ketersediaannya menurun dan apabila pH lebih tinggi dari 6,5 maka P akan diikat oleh Ca sehingga ketersediaan P menurun. Penambahan pupuk yang lain juga sangat penting untuk mengurangi kekahatan unsur yang lain. Apabila tidak disertai dengan pupuk yang lain efisiensi fosfor akan rendah dan hasil yang tinggi tidak mungkin akan dicapai.

Fosfor terdapat dalam semua jaringan hidup, terutama pada bagian tanaman muda, bunga dan biji (Tisdale and Nelson, 1985). Fosfor di dalam tubuh tanaman merupakan isi dari inti sel dan esensial untuk pembelahan sel dan perkembangan jaringan meristematik (Sarief,1985).

Fosfor juga penting untuk transfer energi sebagai bagian dari ATP untuk semua proses biokimia dalam sel. Menurut Tisdale and Nelson, (1985), P memegang peranan penting dalam proses perubahan karbohidrat dan glikolisis, metabolism asam amino, metabolisme lemak dan sulfur, oksidasi biologi serta sejumlah reaksi dalam proses hidup lainnya. Kekurangan P dapat mengakibatkan tertundanya pembelahan sel, pembentukan dan pematangan biji, menghambat reaksi-reaksi sintesa seperti protein dan menurunkan proses respirasi.

Pemupukan P dapat meningkatkan pertumbuhan pisang, meningkatkan pembentukan dan perkembangan akar, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, dan meningkatkan kadar P tanah (Zuhairini,1997).


(4)

Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah nitrogen dan fosfor. Kalium diserap tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari kalium akan membantu menetralisir muatan listrik

yang disebabkan oleh muatan negatif nitrat, fosfat atau unsur lain di dalam tanah maupun di dalam tanaman.

Sumber utama kalium tanah adalah kerak bumi yang mengandung asam dan mineral kalium. Secara umum kerak bumi mengandung 3,11% K2O, sedangkan air laut mengandung

0,04% K2O, mineral utama sebagai sumber kalium tanah adalah feldsfart, muskovit dan biotit.

Kalium tanah dapat digolongkan atas ketersediaannya; (1) tidak tersedia, (2) segera tersedia, dan (3) lambat tersedia. Kalium tanah sebagian besar tidak tersedia berkisar 90-98% dari seluruh kalium tanah (Soepardi, 1983). Umumnya bentuk yang demikian ini masih berada dalam mineral-mineral tanah seperti feldsfart dan mika, mineral-mineral ini agak resisten terhadap hancuran iklim. Kalium segera tersedia hanya meliputi 1 hingga 2 persen dari seluruh kalium dalam tanah mineral.

Soepardi (1983) menambahkan peranan kalium adalah meningkatkan kandungan lignin dan selulosa, meningkatkan turgor sehingga tanaman menjadi tahan terhadap kerebahan, mengatur pernapasan dan penguapan, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain, mempertinggi resistensi tanaman terhadap serangan penyakit, terutama terhadap penyakit oleh cendawan.

2.4 Peranan Bahan Organik terhadap Tanah dan Tanaman

Bahan organik berfungsi sebagai penyimpan unsur hara yang secara perlahan dan akan dilepaskan kedalam larutan tanah dan disediakan bagi tanah. Bahan organik yang berada di dalam atau di atas permukaan tanah juga akan melindungi dan membantu mengatur suhu dan kelembaban tanah (Haverkort et al.,1992).


(5)

Soemarno dan Sastrahidayat (1991) menyatakan bahwa penambahan bahan organik ke dalam tanah liat berat dapat memperbaiki drainase, dan pada tanah berpasir dapat memperbaiki daya simpan air. Bahan organik juga dapat berfungsi sebagai stabilisator dengan jalan merangsang jasad mikro mampu menghasilkan bahan yang dapat mengikat partikel-partikel tanah.

Von Uexcull dalam Ginting, (1994) menyatakan bahwa bahan organik memberikan beberapa keuntungan meliputi pengurangan toksisitas Al dan Mn dengan membentuk kompleks Al- bahan organik yang tidak beracun, menyediakan dan menambah unsur hara N, P, K dan S melalui mineralisasi, menurunkan fiksasi P, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan sifat-sifat fisik tanah termasuk kapasitas ikat air dan stabilitas agregat, meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah, mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah.

Menurut Thorne dan Thorene (1979) dalam Tejaswarna dan Fagi (1990) mengemukakan bahwa bahan organik yang diberikan akan meningkatkan nilai kapasitas tukar kation sehingga dari peningkatan nilai KTK yang akan semakin memudahkan tanaman dalam menyerap unsur hara. Sedangkan peningkatan N-total di dalam tanah akan bertambah melalui proses dekomposisi bahan organik dan juga berasal dari suplai N melalui pemupukan N, P, K yang berada dalam bentuk tersedia.

Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal


(6)

atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.

Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah.