IDENTIFIKASI KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SEGI EMPAT DENGAN MENGGUNAKAN TAKSONOMI SOLO IDENTIFIKASI KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SEGI EMPAT DENGAN MENGGUNAKAN TAKSONOMI SOLO.

(1)

IDENTIFIKASI KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL

SEGI EMPAT DENGAN MENGGUNAKAN TAKSONOMI SOLO

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

WAHYU SEPTI RAHMA YS A 410 120 131

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

IDENTIFIKASI KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL

SEGI EMPAT DENGAN MENGGUNAKAN TAKSONOMI SOLO

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

WAHYU SEPTI RAHMA YUS SULTRA A 410 120 131

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Masduki, S.Si., M.Si. NIK.918


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

IDENTIFIKASI KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL

SEGI EMPAT DENGAN MENGGUNAKAN TAKSONOMI SOLO

OLEH

WAHYU SEPTI RAHMA YS A 410 120 131

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Senin, 20 Juni 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1.Masduki, S.Si., M.Si. (……..……..) (Ketua Dewan Penguji)

2.Dra. N. Setyaningsih, M.Si. (………) (Anggota I Dewan Penguji)

3.Prof. Dr. Sutama, M.Pd. (……….) (Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Prof. Harum Prayitno, M.Hum. NIK. 225


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

.

Surakarta, 2016

Penulis

WAHYU SEPTI RAHMA YS


(5)

IDENTIFIKASI KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SEGI EMPAT DENGAN MENGGUNAKAN TAKSONOMI SOLO

Wahyu Septi Rahma Yus Sultra dan Masduki Pendidikan Matematika FKIP UMS

yusepty@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal segi empat dan mendiskripsikan penggunaan taksonomi SOLO untuk mengidentifikasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal segi empat. Pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Waktu penelitian pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian siswa SMP Negeri 2 Colomadu. Teknik pengumpulan data tes, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan metode tiga alur. Keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Hasil penelitian menyatakan (1) Kesulitan tahap unistruktural yaitu kesulitan dalam memahami pertanyaan dari apa yang diketahui, menghitung operasi campuran (perkalian dan pengurangan), dan kurangnya kemampuan matematika dini seperti belum paham tentang menyelesaikan soal berbentuk aljabar; (2) Kesulitan tahap multistruktural yaitu kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berbentuk cerita sehingga siswa belum mampu menghubungkannya dengan materi segiempat; (3) Kesulitan tahap relasional yaitu kesulitan memahami dan membedakan keliling dan luas persegi serta rumusnya; (4) Kesulitan tahap ekstended abstrak yaitu kesulitan dalam menghitung angka yang besar dan menafsirkan soal dalam bentuk yang lebih kompleks.

Kata Kunci: kesulitan matematika, soal segi empat, taksonomi SOLO.

Abstracts

The aim of research is to identify student difficulties in solving rectangle and to describe the use of SOLO taxonomy to identify student difficulties in solving the rectangle. This type of research is qualitative research. The time of this research made is in the even semester 2015/2016. The subject of this research are students of SMP Negeri 2 Colomadu. The technique of collecting data are test, interview and documentation. The technique of data analysis is using three-step methods. The validity of the data using triangulation techniques and resources. The result of this research states (1) Unistructural difficulties stage of the difficulty in understanding the question of what is known, calculating mixed operations (multiplication and subtraction), and the minus of early math skills such as do not understand about solving algebraic problem; (2) Multistructural difficulties stages of the difficulty in resolving questions that problem solving so that students have not able to connecting with quadrangle problem; (3) Relational difficulties stage of the difficulty in understanding and differentiate the perimeter and area of the square as well as the formula; (4) Extended abstract difficulties stage of the difficulty in counting large numbers and interpret questions in a more complex problem.


(6)

1.PENDAHULUAN

Penulisan naskah publikasi ilmiahdimaksudkan sebagai syarat kelulusan mahasiswa S1 UMS sesuai dengan Surat Edaran Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menimbulkan dampak positif dan negatif untuk berbagai kalangan baik dalam maupun luar pendidikan. Masyarakat mampu menyeleksi dampak tersebut apabila ilmu pengetahuan yang diperoleh dimanfaatkan dan dikembangkan dengan semestinya. Saat ini, manusia dapat membuat aktivitasnya menjadi lebih cepat, praktis dan mudah karena kecanggihan teknologi. Dengan demikian ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi kualitas pendidikan di bangsa ini.

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang penting dalam pendidikan karena memiliki banyak kegunaan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika digunakan secara langsung di kehidupan sehari-hari dan juga dalam pendidikan. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang tidak hanya diperlukan untuk mempelajari matematika lebih lanjut tetapi juga diperlukan untuk mempelajari ilmu-ilmu lain seperti ilmu pengetahuan alam (IPA), ilmu teknik, kedokteran, ilmu ekonomi, dan ilmu sosial (Darwati, 2009: 1).

Kesulitan belajar matematika sekarang ini masih menjadi kendala yang dialami siswa dalam mencapai usahanya untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Kesulitan belajar matematika menyangkut kesulitan dalam pencapaian dan pengembangan akademik seperti matematika (Runtukahu & Kandou, 2014: 20). Tidak semua siswa menunjukkan karakteristik kesulitan matematika yang sama. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan karakteristik kesulitan matematika siswa diantaranya dalam memahami rumus dan simbol-simbol matematika, menghitung, dan menerapkan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dalam menyelesaikan soal matematika banyak mengalami kesulitan pada materi segi empat dalam segiempat dan segitiga dimana siswa harus memahami sifat-sifat dan menggunakannya bersama rumus untuk menyelesaikan masalah. Dalam menyelesaikannya soal juga dibutuhkan keteletilian menghitung yang membuat siswa dapat menjawab soal dengan tepat. Menyelesaikan soal dengan tepat dan sistematis bukanlah hal yang mudah, sehingga siswa membutuhkan pemahaman dan latihan soal yang cukup untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.

Kesulitan belajar matematika berhubungan dengan kesukaran dalam belajar konsep-konsep matematika dan masalah dalam mengingat materi yang nantinya berguna untuk materi selanjutnya. Berkaitan dengan materi segi empat, siswa harus bisa memiliki kemampuan matematikadalam menghubungkan antar bangun segi empat yang ada. Hal ini senada dengan hasil penelitian Santia (2015) tentang cara berpikir geometris siswa dalam menentukan hubungan antar bangun segiempat melalui pembelajaran matematika realistik didasarkan pada tingkat kemampuan matematika menyatakan bahwa bahwa subjek dengan kemampuan matematika tinggi menyajikan hampir seluruh hubungan antarbangun segiempat yang mungkin.

Proses identifikasi kesulitan belajar matematika, salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan taksonomi SOLO untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran. Menurut Kuswana (2012: 95) taksonomi yang dirancang oleh Biggs dan Collis ini, telah disediakan cara sistematis dalam menggambarkan bagaimana urutan struktur kompleksitas suatu konsep dan keterampilan yang mungkin digunakan untuk mengidentifikasi target tertentu atau untuk membantu para guru menilai hasil belajar tertentu. Identifikasi kemampuan masing-masing


(7)

siswa adalah hal yang seharusnya dijadikan acuan untuk mengetahui kesulitan matematika siswa yang sering terjadi saat ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal dengan menggunakan taksonomi SOLO. Sehingga, penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan tentang kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika khususnya pada materi segi empat. Selain itu, penggunaan taksonomi SOLO dapat menggambarkan bagaimana kemampuan siswa dalam pembelajaran, apakah sudah cukup menguasai atau masih mengalami kesulitan tertentu. Mengetahui kesulitan-kesulitan siswa akan membantu guru dalam mengatasi atau meminimalisir masalah pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2.METODE

Pendekatan penelitian adalah kualitatif dengan jenis deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berdasarkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati dan penemuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Lahir & Zuldafrial, 2012: 4). Pada penelitian kualitatif, data yang diperoleh akan lebih lengkap dan rinci dalam menjelaskan fenomena yang sulit diungkap dalam proses pembelajaran. Waktu penelitian dilakukan secara bertahap pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian yaitu siswa SMP Negeri 2 Colomadu. Teknik pengumpulan data yaitu : (1) tes tertulis digunakan untuk mengetahui kondisi siswa dalam menyelesaikan soal sehingga dapat diidentifikasi kesulitan belajar yang dialami siswa; (2) wawancara digunakan untuk mengetahui informasi dari narasumber tentang kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal dan bagaimana tanggapan guru mengenai kesulitan siswa dalam belajar matematika; (3) dokumentasi digunakan untuk memperoleh dokumen yang diperlukan seperti data sekolah dan daftar nama siswa serta dokumen foto kegiatan di lapangan.

Analisis data terdiri dari: (1) reduksi data yaitu merangkum hasil wawancara dan mengumpulkan data dokumentasi yang diperoleh dari informan; (2) penyajian data berupa bagan, tabel dan uraian singkat yang diperoleh dari dokumen atau catatan hasil pengamatan dan wawancara; (3) penarikan kesimpulan yaitu langkah untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah penelitian berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, dianalisis kemudian diperoleh kesimpulan. Keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam hal ini peneliti menggunakan tes dan wawancara. Triangulasi sumber berarti peneliti mendapatkan data dari sumber yang berbeda yaitu dengan wawancara mendalam pada narasumber baik dari guru dan siswa.

3.HASILDANPEMBAHASAN

Pada tahap review materi, peneliti menyampaikan kembali meteri agar siswa mengingat kembali materi yang akan diberi pada soal tes. Soal tes terdiri dari 5 butir soal dimana setiap soal berisi 4 pertanyaan berdasarkan tingkatan taksonomi SOLO yaitu unitruktural, multistruktural, relasional, dan extended abstract. Peneliti memberikan beberapa contoh dan soal latihan yang harus diselesaikan dimana ada siswa yang bisa mengerjakan dan ada yang belum bisa mengerjakan karena mengalami kesulitan tertentu. Tingakatan taksonomi SOLO yaitu a.unistruktural, b.multistruktural, c.relasional, dan d.ektended abstrak. Berikut karakteristik berdasarkan tingkatan taksonomi.


(8)

Tabel 1. Karakteristik Taksonomi SOLO

Tingkatan Karakteristik

Pra Stuktural

 Siswa belum memahami materi segi empat.

 Siswa masih salah dalam menunjukkan informasi yang ada pada soal. Misal berapa panjang dan lebar persegi panjang.

 Dalam menjawab soal, siswa tidak menggunakan langkah-langkah yang tepat sehingga jawabannya yang didapat salah.

Unistruktural

 Siswa memahami satu informasi yang ada pada materi segi empat.

 Siswa dapat menunjukkan informasi pada soal tetapi hanya menggunakan satu informasi untuk menyelesaikan soal secara sederhana.

Misal informasi sisi persegi untuk mencari luas persegi.

 Jika informasi soal yang diberikan dirubah, siswa akan mengalami kesulitan. Multistruktural

 Siswa memahami lebih dari satu informasi yang ada pada materi segi empat.

 Siswa menggunakan lebih dari satu informasi untuk menyelesaikan soal. Misal luas dan panjang untuk mencari lebar persegi panjang.

Relasional

 Siswa memahami lebih dari satu informasi yang ada pada materi segi empat.

 Siswa menggunakan lebih dari satu informasi untuk menyelesaikan soal.

 Siswa dapat menghubungkan informasi-informasi yang didapat.

Extended Abstract

 Siswa memahami lebih dari satu informasi yang ada pada materi segi empat.

 Dalam menyelesaikan soal, siswa dapat menggunakan beberapa cara penyelesaian.

 Siswa mampu menjelaskan hubungan antara beberapa cara penyelesaian yang digunakan.

 Siswa dapat menyelesaikan soal dengan informasi-informasi baru diluar informasi yang sudah diketahui pada soal.

 Dari masalah yang sudah diselesaikan, siswa dapat menarik kesimpulan mengenai materi segi empat.

Tabel 2. Hasil tes siswa Soal

Tingkatan Tidak

mengerjakan

Pra

Struktural Unistruktural Mulstitruktural Relasional

Ekstended Abstrak

1 - - - - 30% 70%

2 3% - 6% 11% 43% 37%

3 3% 20% 71% - 3% 3%

4 28% - 6% 3% 23% 40%

5 37% 9% 3% 14% 3% 34%

Dari hasil tes, klasifikasi masing-masing soal yang dapat dikerjakan siswa adalah sebagai berikut.

Berdasarkan klasifikasi hasil tes, siswa yang mencapai tahap yang berbeda dari pra structural sampai ekstended abstrak. Tahap pra struktural adalah tahap awal dimana siswa hanya menunjukan sedikit bukti dan potongan-potongan informasi sehingga siswa cenderung belum memahami soal. Pada tahap ini siswa kesulitan dalam menjelaskan informasi secara tepat dari apa yang diketahui. Kemudian tahap unistruktural, siswa menggunakan sepenggal informasi langsung dari soal sehingga dapat menyelesaikan soal secara sederhana. Tahap multistruktural merupakan tahap dimana siswa menggunakan dua penggal informasi atau lebih untuk menyelesaikan soal tetapi belum dapat menghubungkannya. Berbeda dengan tahap multistruktural, pada tahap relasional siswa dapat meghubungkan informasi-informasi tersebut. Tahap terakhir yaitu extended abstract terjadi pada kelima soal dimana pada tahap ini siswa menghubungkan informasi-informasi yang diperoleh sehingga dapat menarik kesimpulan sampai dengan membangun suatu konsep baru.

Berdasarkan hasil tes dan wawancara siswa mengalami kesulitan yang berbeda-beda pada setiap soalnya. Siswa menjawab dengan tingkat pemahaman masing-masing. Pemahaman siswa tersebut menentukan sampai tahapan mana siswa mampu menyelesaikan setiap soal. Masing-masing soal yang diberikan juga terdiri dari tingkatan taksonomi SOLO. Taksonomi SOLO adalah klarifikasi tingkat hasil pembelajaran yang memiliki lima tahapan yaitu pra struktural, unistruktural,


(9)

multistruktural, relasional dan extended abstract. Tahap pra struktural siswa kesulitan dalam menjelaskan informasi secara tepat dari apa yang diketahui. Pada tahap ini siswa belum memahami soal dan jawabannya belum tepat. Siswa mendapatkan informasi-informasi tetapi belum bisa menjelaskan dan menafsirkan informasi tersebut.

3.1Tahap Unistruktural

Kesulitan tahap unistruktural terdiri dari kesulitan dalam memahami pertanyaan dari apa yang diketahui, menghitung operasi campuran (perkalian dan pengurangan), dan masih belum dapat membedakan serta menghubungkan angka maupun huruf (aljabar). Kemampuan matematika dini (dasar) juga menjadi kesulitan pada tahap ini. Kesulitan ini mengganggu pemahaman siswa tentang keseluruhan sistem bilangan dan geometri. Misalnya, siswa tidak paham dalam menentukan panjang dan lebar persegi panjang. Contoh siswa yang mengalami kesulitan pada tahap ini adalah S1.

Gambar 1. Jawaban subjek 1 nomor 5 Berikut adalah hasil wawancara subjek 1.

P : Dari soal (a), apa yang ditanyakan? N : Lebar persegi panjang yaitu 16.

P : Kenapa hasilnya 16? Coba dihitung lagi.

N : Dari yang diketahui bu. Jadi lebar = 16 – p , l = 16 .

P : Yang diketahuinya kan lebar = 16 – p. Diingat lagi, p tadi berapa? N : p = 10 cm.

P : Itu sudah tau, terus kenapa kamu jawabnya tidak dikuramgkan p = 10? N : (diam lalu senyum).

Kesulitan S1 yaitu menyelesaikan soal jika apa yang diketahui disajikan dalam bentuk aljabar dimana dia tidak bisa membedakan panjang dan lebar persegi panjang. S1 mengerjakan semua pertanyaan tetapi salah di soal bagian (a) yang menyebabkan S1 mengalami kesalahan pada soal bagian selanjutnya. Pada soal (a) atau tahap unistruktural, siswa diharapkan dapat menghitung lebar persegi panjang dari yang diketahui pada soal yaitu p = 10 dan l = 16 – p Namun, siswa menjawab l = 16 – p dan hasilnya l = 16 tanpa mengurangi apa yang diketahui dari soal bahwa p = 10.


(10)

3.2Tahap Multistruktural

Kesulitan tahap multistruktural antara lain kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berbentuk cerita sehingga belum mampu menghubungkannya dengan materi persegi dan siswa masih kesulitan pada soal berbentuk aljabar. Subjek 4 adalah salah satu siswa yang mengalami kesulitan pada tahap ini.

Gambar 2. Jawaban subjek 4 nomor 3.b Berikut hasil wawancara subjek 4.

P : Nah pada soal (b) apa yang ditanyakan? N : Panjang sisi kolam dan sisi pagar.

P : Langkah yang kamu lakukan bagaimana?

N : Karena diketahui luas kolam jadi pajang sisi kolam = 80 cm. P : Iya, terus panjang sisi pagar?

N : Panjang sisi pagar

.

P : Yakin?

N : Tidak bu, itu dari sisi kolam 80 terus jaraknya 10 cm.

Subjek 4 melakukan kesalahan pada perhitungan panjang sisi pagar. Terlihat bahwa S4 menentukan panjang sisi pagar yaitu melalui cara membagi 80 dengan 10. Berdasarkan hasil wawancara, S4 menjelaskan 80 merupakan sisi kolam yang kemudian dibagi dengan 10 yang merupakan jarak pagar. Kesulitan S4 pada tahap multistruktural soal ini yaitu menafsirkan sisi pagar serta memahami bagaimana jarak sisi kolam dan sisi pagar.

3.3Tahap Relasional

Kesulitan tahap relasional antara lain belum memahami akan perbedaan keliling dan luas persegi serta rumusnya, mengaitkan pertanyaan dengan apa yang diketahui, sehingga menggunakan cara yang lebih rumit dan panjang. Contoh terjadi pada subjek 2 dimana siswa menjawab pertanyaan dengan rumus keliling persegi panjang yaitu dan hasilnya 52 cm. jawaban tersebut salah karena yang ditanyakan keliling persegi.

Berikut hasil wawancara subjek 2.

P : Pada soal (c), rumus kamu sudah benar seperti itu? Keliling persegi.

N : (Diam sejenak sambil mengingat). Salah bu, harusnya keliling persegi = 4 × s. P : Terus langkah selanjutnya yang kamu lakukan untuk mencari keliling persegi? N : Mencari sisi persegi bu.


(11)

Gambar 3. Jawaban subjek 2 nomor 5

3.4Tahap Extended Abstract

Kesulitan tahap extended abstract antara lain kesulitan menafsirkan soal yang lebih kompleks dalam bentuk soal cerita, kesulitan dalam menghitung angka yang besar (digit banyak), kesulitan dalam menentukan keliling persegi dengan menggunakan rumus dan informasi yang diketahui, kurang menguasai konsep aljabar, dan kurang teliti dalam menghitung. Contoh siswa yang mengalami kesulitan yaitu subjek 1.

Gambar 4. Jawaban subjek 1 nomor 4.d Hasil wawancara S1 adalah sebagai berikut.

P : Dari no.4 ibu mau bertanya langsung pada soal (d), yang ditanya apa? N : Tentukan nilai x.

P : Untuk menentukan nilai x, bagaimana caranya? N : AB = 3x – 2

P : Terus?

N : 3 × 3 – 2 = 9 – 2 = 7

P : Kenapa seperti itu? Kenapa jadi 3 × 3 ? N : Bingung bu.

P : Coba perhatikan, dari AB = 3x – 2 yang diketahui AB = 7. Jadi 7 = 3x - 2. Bagaimana mencari x ?

N : Yaitu 3x = 7 - 2.

P : Kenapa dikurangi 2? Lihat lagi dikurangi atau ditambah? N : Iya bu, ditambah 2, nanti 3x = 9. Jadi x samadengan 9 dibagi 3.

Pada soal nomor 4.d, siswa diberi persamaan bentuk aljabar yang berkaitan dengan soal, selanjutnya siswa diminta menentukan berapa nilai x. Berdasarkan hasil wawancara, pada tahap extended abstract. S1 berkesulitan dalam mengoperasikan persamaannya karena ada variabel x. Tanpa mengganti AB dengan 7, S1 mensubtitusikan x = 3 sehingga mendapat jawaban 7 cm.

Beberapa kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal segiempat yaitu kesulitan dalam menghitung, kurang dapat mengaitkan pertanyaan dengan maksud soal dan kesulitan mengingat rumus persegi panjang dan persegi. Hal itu didukung dengan hasil penelitian Ozerem (2012) tentang kesalahpahaman siswa dan solusi dalam mengerjakan materi geometri yang menyatakan bahwa siswa kelas tujuh memiliki sejumlah kesalahpahaman dan kurangnya pengetahuan yang berkaitan dengan subjek geometri. Para siswa tidak bisa mengingat rumus setelah ujian karena mereka hanya


(12)

menghafal untuk ujian sehingga tidak mampu menjaga rumus dalam ingatan jangka panjang. Pemahaman dasar matematika juga diperlukan karena siswa banyak mangalami kesalahan pada konsep aljabar dan perhitungan lainnya. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Adolphus (2011) tentang masalah pembelajaran geometri di sekolah menengah yaitu para siswa memiliki dasar yang buruk dalam matematika, seperti tidak bisa memecahkan masalah bahkan ketika diberikan contoh-contoh serupa dan kurangnya kemauan serta kesiapan siswa untuk belajar. Siswa memiliki kesulitan tertentu sehingga pemahaman dasar seperti konsep geometri sangat diperlukan.

Siswa yang mengalami kesulitan pada tahapan awal taksonomi, misal pada tingkat unistuktural akan sulit ataupun salah dalam mengerjakan tingakatan selanjutnya. Pada soal no 3 dan 5 siswa rata-rata hanya mencapai tingakatan unistruktural dan multistruktural. Data tersebut sebanding dengan penelitian Ozdemir (2015) yang menyatakan tanggapan siswa untuk pertanyaan spasial orientasi keterampilan dari dua dimensi (segiemat) umumnya di unistruktural dan tingkat multistruktural. Jawaban siswa ditempatkan ke dalam tingkatan taksonomi SOLO sesuai dengan skala evaluasi dengan menganalisis masing-masing delapan pertanyaan yang digunakan.

4.PENUTUP

Berdasarkan kajian teori yang didukung oleh hasil penelitian tujuan awal peneliti yaitu identifikasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal segi empat dan penggunaan taksonomi SOLO untuk mengidentifikasi kesulitan siswa menyelesaikan soal segi empat diperoleh kesimpulan (1) kesulitan tahap unistruktural yaitu kesulitan dalam memahami pertanyaan dari apa yang diketahui, menghitung operasi campuran (perkalian dan pengurangan), dan kurangnya kemampuan matematika dini seperti belum paham tentang menyelesaikan soal berbentuk aljabar; (2) kesulitan tahap multistruktural yaitu kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berbentuk cerita sehingga belum mampu menghubungkannya dengan materi segiempat; (3) kesulitan tahap relasional yaitu kesulitan memahami dan membedakan keliling dan luas persegi serta rumusnya, mengaitkan soal satu dengan soal lain serta apa yang diketahui; (4) kesulitan tahap extended abstract yaitu kesulitan dalam menghitung angka yang besar (digit banyak) dan menafsirkan soal dalam bentuk yang lebih kompleks. Hal tersebut dikarenakan pada tahap ini siswa diharapkan mampu membuat kesimpulan dan menerapkannya untuk membangun sebuah konsep baru. Siswa yang dapat menyelesaikan soal sampai tahap ekstended abstrak masih rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Adolphus, Telima. (2011). “Problem of Teaching and Learning of Geometry in Secondary Schools

in Rivers State, Nigeria.” International Journal of Emerging. Sciences 1(2): 143-152.

Darwati, Yuli. (2009). Adaptive Help Seeking (Panduan Bagi Guru Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika). Yogyakarta: Logung Pustaka.

Kuswana, Wowo S,. (2012). Taksonomi Kognitif Perkembangan Ragam Berpikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Lahir, Muhammad & Zuldafrial. (2012). Penelitian Kualitatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Ozdemir, Ahmet S. dan Sevda G. Yildiz. (2015). “The Analysis of Elementary Mathematics

Preservise Teachers’ Spatial Orientation Skills with SOLO Model.” Eurasian Journal of

Education Research 6(1): 207-236.


(13)

Students”. International Journal of New Trends in Arts, Sports & Science Education 1(4): 23-35.

Runtukahu, Tombokan & Selpius Kandou. (2014). Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Santia, Ika. (2015). “Cara Berpikir Geometris Siswa Dalam Menentukan Hubungan Antar Bangun Segiempat Melalui Pembelajaran Matematika Realistik Didasarkan Pada Tingkat Kemampuan


(1)

Tabel 1. Karakteristik Taksonomi SOLO

Tingkatan Karakteristik

Pra Stuktural

 Siswa belum memahami materi segi empat.

 Siswa masih salah dalam menunjukkan informasi yang ada pada soal. Misal berapa panjang dan lebar persegi panjang.

 Dalam menjawab soal, siswa tidak menggunakan langkah-langkah yang tepat sehingga jawabannya yang didapat salah.

Unistruktural

 Siswa memahami satu informasi yang ada pada materi segi empat.

 Siswa dapat menunjukkan informasi pada soal tetapi hanya menggunakan satu informasi untuk menyelesaikan soal secara sederhana.

Misal informasi sisi persegi untuk mencari luas persegi.

 Jika informasi soal yang diberikan dirubah, siswa akan mengalami kesulitan. Multistruktural

 Siswa memahami lebih dari satu informasi yang ada pada materi segi empat.  Siswa menggunakan lebih dari satu informasi untuk menyelesaikan soal.

Misal luas dan panjang untuk mencari lebar persegi panjang.

Relasional

 Siswa memahami lebih dari satu informasi yang ada pada materi segi empat.  Siswa menggunakan lebih dari satu informasi untuk menyelesaikan soal.  Siswa dapat menghubungkan informasi-informasi yang didapat.

Extended Abstract

 Siswa memahami lebih dari satu informasi yang ada pada materi segi empat.  Dalam menyelesaikan soal, siswa dapat menggunakan beberapa cara penyelesaian.  Siswa mampu menjelaskan hubungan antara beberapa cara penyelesaian yang digunakan.  Siswa dapat menyelesaikan soal dengan informasi-informasi baru diluar informasi yang

sudah diketahui pada soal.

 Dari masalah yang sudah diselesaikan, siswa dapat menarik kesimpulan mengenai materi segi empat.

Tabel 2. Hasil tes siswa

Soal

Tingkatan Tidak

mengerjakan

Pra

Struktural Unistruktural Mulstitruktural Relasional

Ekstended Abstrak

1 - - - - 30% 70%

2 3% - 6% 11% 43% 37%

3 3% 20% 71% - 3% 3%

4 28% - 6% 3% 23% 40%

5 37% 9% 3% 14% 3% 34%

Dari hasil tes, klasifikasi masing-masing soal yang dapat dikerjakan siswa adalah sebagai berikut.

Berdasarkan klasifikasi hasil tes, siswa yang mencapai tahap yang berbeda dari pra structural sampai ekstended abstrak. Tahap pra struktural adalah tahap awal dimana siswa hanya menunjukan sedikit bukti dan potongan-potongan informasi sehingga siswa cenderung belum memahami soal. Pada tahap ini siswa kesulitan dalam menjelaskan informasi secara tepat dari apa yang diketahui. Kemudian tahap unistruktural, siswa menggunakan sepenggal informasi langsung dari soal sehingga dapat menyelesaikan soal secara sederhana. Tahap multistruktural merupakan tahap dimana siswa menggunakan dua penggal informasi atau lebih untuk menyelesaikan soal tetapi belum dapat menghubungkannya. Berbeda dengan tahap multistruktural, pada tahap relasional siswa dapat meghubungkan informasi-informasi tersebut. Tahap terakhir yaitu extended abstract terjadi pada kelima soal dimana pada tahap ini siswa menghubungkan informasi-informasi yang diperoleh sehingga dapat menarik kesimpulan sampai dengan membangun suatu konsep baru.

Berdasarkan hasil tes dan wawancara siswa mengalami kesulitan yang berbeda-beda pada setiap soalnya. Siswa menjawab dengan tingkat pemahaman masing-masing. Pemahaman siswa tersebut menentukan sampai tahapan mana siswa mampu menyelesaikan setiap soal. Masing-masing soal yang diberikan juga terdiri dari tingkatan taksonomi SOLO. Taksonomi SOLO adalah klarifikasi tingkat hasil pembelajaran yang memiliki lima tahapan yaitu pra struktural, unistruktural,


(2)

multistruktural, relasional dan extended abstract. Tahap pra struktural siswa kesulitan dalam menjelaskan informasi secara tepat dari apa yang diketahui. Pada tahap ini siswa belum memahami soal dan jawabannya belum tepat. Siswa mendapatkan informasi-informasi tetapi belum bisa menjelaskan dan menafsirkan informasi tersebut.

3.1Tahap Unistruktural

Kesulitan tahap unistruktural terdiri dari kesulitan dalam memahami pertanyaan dari apa yang diketahui, menghitung operasi campuran (perkalian dan pengurangan), dan masih belum dapat membedakan serta menghubungkan angka maupun huruf (aljabar). Kemampuan matematika dini (dasar) juga menjadi kesulitan pada tahap ini. Kesulitan ini mengganggu pemahaman siswa tentang keseluruhan sistem bilangan dan geometri. Misalnya, siswa tidak paham dalam menentukan panjang dan lebar persegi panjang. Contoh siswa yang mengalami kesulitan pada tahap ini adalah S1.

Gambar 1. Jawaban subjek 1 nomor 5 Berikut adalah hasil wawancara subjek 1.

P : Dari soal (a), apa yang ditanyakan?

N : Lebar persegi panjang yaitu 16.

P : Kenapa hasilnya 16? Coba dihitung lagi.

N : Dari yang diketahui bu. Jadi lebar = 16 – p , l = 16 .

P : Yang diketahuinya kan lebar = 16 – p. Diingat lagi, p tadi berapa?

N : p = 10 cm.

P : Itu sudah tau, terus kenapa kamu jawabnya tidak dikuramgkan p = 10?

N : (diam lalu senyum).

Kesulitan S1 yaitu menyelesaikan soal jika apa yang diketahui disajikan dalam bentuk aljabar dimana dia tidak bisa membedakan panjang dan lebar persegi panjang. S1 mengerjakan semua pertanyaan tetapi salah di soal bagian (a) yang menyebabkan S1 mengalami kesalahan pada soal bagian selanjutnya. Pada soal (a) atau tahap unistruktural, siswa diharapkan dapat menghitung lebar persegi panjang dari yang diketahui pada soal yaitu p = 10 dan l = 16 – p Namun, siswa menjawab l = 16 – p dan hasilnya l = 16 tanpa mengurangi apa yang diketahui dari soal bahwa p = 10.


(3)

3.2Tahap Multistruktural

Kesulitan tahap multistruktural antara lain kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berbentuk cerita sehingga belum mampu menghubungkannya dengan materi persegi dan siswa masih kesulitan pada soal berbentuk aljabar. Subjek 4 adalah salah satu siswa yang mengalami kesulitan pada tahap ini.

Gambar 2. Jawaban subjek 4 nomor 3.b Berikut hasil wawancara subjek 4.

P : Nah pada soal (b) apa yang ditanyakan?

N : Panjang sisi kolam dan sisi pagar.

P : Langkah yang kamu lakukan bagaimana?

N : Karena diketahui luas kolam jadi pajang sisi kolam = 80 cm.

P : Iya, terus panjang sisi pagar?

N : Panjang sisi pagar

.

P : Yakin?

N : Tidak bu, itu dari sisi kolam 80 terus jaraknya 10 cm.

Subjek 4 melakukan kesalahan pada perhitungan panjang sisi pagar. Terlihat bahwa S4 menentukan panjang sisi pagar yaitu melalui cara membagi 80 dengan 10. Berdasarkan hasil wawancara, S4 menjelaskan 80 merupakan sisi kolam yang kemudian dibagi dengan 10 yang merupakan jarak pagar. Kesulitan S4 pada tahap multistruktural soal ini yaitu menafsirkan sisi pagar serta memahami bagaimana jarak sisi kolam dan sisi pagar.

3.3Tahap Relasional

Kesulitan tahap relasional antara lain belum memahami akan perbedaan keliling dan luas persegi serta rumusnya, mengaitkan pertanyaan dengan apa yang diketahui, sehingga menggunakan cara yang lebih rumit dan panjang. Contoh terjadi pada subjek 2 dimana siswa menjawab pertanyaan dengan rumus keliling persegi panjang yaitu dan hasilnya 52 cm. jawaban tersebut salah karena yang ditanyakan keliling persegi.

Berikut hasil wawancara subjek 2.

P : Pada soal (c), rumus kamu sudah benar seperti itu? Keliling persegi.

N : (Diam sejenak sambil mengingat). Salah bu, harusnya keliling persegi = 4 × s.

P : Terus langkah selanjutnya yang kamu lakukan untuk mencari keliling persegi?


(4)

Gambar 3. Jawaban subjek 2 nomor 5

3.4Tahap Extended Abstract

Kesulitan tahap extended abstract antara lain kesulitan menafsirkan soal yang lebih kompleks dalam bentuk soal cerita, kesulitan dalam menghitung angka yang besar (digit banyak), kesulitan dalam menentukan keliling persegi dengan menggunakan rumus dan informasi yang diketahui, kurang menguasai konsep aljabar, dan kurang teliti dalam menghitung. Contoh siswa yang mengalami kesulitan yaitu subjek 1.

Gambar 4. Jawaban subjek 1 nomor 4.d Hasil wawancara S1 adalah sebagai berikut.

P : Dari no.4 ibu mau bertanya langsung pada soal (d), yang ditanya apa?

N : Tentukan nilai x.

P : Untuk menentukan nilai x, bagaimana caranya?

N : AB = 3x – 2

P : Terus?

N : 3 × 3 – 2 = 9 – 2 = 7

P : Kenapa seperti itu? Kenapa jadi 3 × 3 ?

N : Bingung bu.

P : Coba perhatikan, dari AB = 3x – 2 yang diketahui AB = 7. Jadi 7 = 3x - 2. Bagaimana

mencari x ?

N : Yaitu 3x = 7 - 2.

P : Kenapa dikurangi 2? Lihat lagi dikurangi atau ditambah?

N : Iya bu, ditambah 2, nanti 3x = 9. Jadi x samadengan 9 dibagi 3.

Pada soal nomor 4.d, siswa diberi persamaan bentuk aljabar yang berkaitan dengan soal, selanjutnya siswa diminta menentukan berapa nilai x. Berdasarkan hasil wawancara, pada tahap extended abstract. S1 berkesulitan dalam mengoperasikan persamaannya karena ada variabel x. Tanpa mengganti AB dengan 7, S1 mensubtitusikan x = 3 sehingga mendapat jawaban 7 cm.

Beberapa kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal segiempat yaitu kesulitan dalam menghitung, kurang dapat mengaitkan pertanyaan dengan maksud soal dan kesulitan mengingat rumus persegi panjang dan persegi. Hal itu didukung dengan hasil penelitian Ozerem (2012) tentang kesalahpahaman siswa dan solusi dalam mengerjakan materi geometri yang menyatakan bahwa siswa kelas tujuh memiliki sejumlah kesalahpahaman dan kurangnya pengetahuan yang berkaitan dengan subjek geometri. Para siswa tidak bisa mengingat rumus setelah ujian karena mereka hanya


(5)

menghafal untuk ujian sehingga tidak mampu menjaga rumus dalam ingatan jangka panjang. Pemahaman dasar matematika juga diperlukan karena siswa banyak mangalami kesalahan pada konsep aljabar dan perhitungan lainnya. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Adolphus (2011) tentang masalah pembelajaran geometri di sekolah menengah yaitu para siswa memiliki dasar yang buruk dalam matematika, seperti tidak bisa memecahkan masalah bahkan ketika diberikan contoh-contoh serupa dan kurangnya kemauan serta kesiapan siswa untuk belajar. Siswa memiliki kesulitan tertentu sehingga pemahaman dasar seperti konsep geometri sangat diperlukan.

Siswa yang mengalami kesulitan pada tahapan awal taksonomi, misal pada tingkat unistuktural akan sulit ataupun salah dalam mengerjakan tingakatan selanjutnya. Pada soal no 3 dan 5 siswa rata-rata hanya mencapai tingakatan unistruktural dan multistruktural. Data tersebut sebanding dengan penelitian Ozdemir (2015) yang menyatakan tanggapan siswa untuk pertanyaan spasial orientasi keterampilan dari dua dimensi (segiemat) umumnya di unistruktural dan tingkat multistruktural. Jawaban siswa ditempatkan ke dalam tingkatan taksonomi SOLO sesuai dengan skala evaluasi dengan menganalisis masing-masing delapan pertanyaan yang digunakan.

4.PENUTUP

Berdasarkan kajian teori yang didukung oleh hasil penelitian tujuan awal peneliti yaitu identifikasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal segi empat dan penggunaan taksonomi SOLO untuk mengidentifikasi kesulitan siswa menyelesaikan soal segi empat diperoleh kesimpulan (1) kesulitan tahap unistruktural yaitu kesulitan dalam memahami pertanyaan dari apa yang diketahui, menghitung operasi campuran (perkalian dan pengurangan), dan kurangnya kemampuan matematika dini seperti belum paham tentang menyelesaikan soal berbentuk aljabar; (2) kesulitan tahap multistruktural yaitu kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berbentuk cerita sehingga belum mampu menghubungkannya dengan materi segiempat; (3) kesulitan tahap relasional yaitu kesulitan memahami dan membedakan keliling dan luas persegi serta rumusnya, mengaitkan soal satu dengan soal lain serta apa yang diketahui; (4) kesulitan tahap extended abstract yaitu kesulitan dalam menghitung angka yang besar (digit banyak) dan menafsirkan soal dalam bentuk yang lebih kompleks. Hal tersebut dikarenakan pada tahap ini siswa diharapkan mampu membuat kesimpulan dan menerapkannya untuk membangun sebuah konsep baru. Siswa yang dapat menyelesaikan soal sampai tahap ekstended abstrak masih rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Adolphus, Telima. (2011). “Problem of Teaching and Learning of Geometry in Secondary Schools in Rivers State, Nigeria.” International Journal of Emerging. Sciences 1(2): 143-152.

Darwati, Yuli. (2009). Adaptive Help Seeking (Panduan Bagi Guru Untuk Meningkatkan Prestasi

Belajar Matematika). Yogyakarta: Logung Pustaka.

Kuswana, Wowo S,. (2012). Taksonomi Kognitif Perkembangan Ragam Berpikir. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Lahir, Muhammad & Zuldafrial. (2012). Penelitian Kualitatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Ozdemir, Ahmet S. dan Sevda G. Yildiz. (2015). “The Analysis of Elementary Mathematics Preservise Teachers’ Spatial Orientation Skills with SOLO Model.” Eurasian Journal of

Education Research 6(1): 207-236.


(6)

Students”. International Journal of New Trends in Arts, Sports & Science Education 1(4): 23-35.

Runtukahu, Tombokan & Selpius Kandou. (2014). Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak

Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Santia, Ika. (2015). “Cara Berpikir Geometris Siswa Dalam Menentukan Hubungan Antar Bangun

Segiempat Melalui Pembelajaran Matematika Realistik Didasarkan Pada Tingkat Kemampuan


Dokumen yang terkait

IDENTIFIKASI TINGKAT KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT

0 3 16

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BENTUK Skripsi URAIAN BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

16 134 208

KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV DITINJAU DARI TAKSONOMI SOLO KELAS X Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau Dari Taksonomi Solo Pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Karanga

1 3 18

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VIII MENYELESAIKAN SOAL ALJABAR DENGAN TAKSONOMI SOLO DI SMP NEGERI 1 TERAS Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Materi Aljabar Dengan Taksonomi SOLO Pada Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun A

0 5 19

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI ALJABAR DENGAN TAKSONOMI SOLO PADA SISWA KELAS Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Materi Aljabar Dengan Taksonomi SOLO Pada Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Ajar

3 10 17

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL ALJABAR DITINJAU DARI TAKSONOMI SOLO PADA SISWA KELAS VII Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Aljabar Ditinjau Dari Taksonomi Solo Pada Siswa Kelas Vii SMP Negeri 1 Sambi Tahun Ajaran 2015/2

0 2 17

IDENTIFIKASI KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SEGI EMPAT DENGAN MENGGUNAKAN TAKSONOMI SOLO IDENTIFIKASI KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SEGI EMPAT DENGAN MENGGUNAKAN TAKSONOMI SOLO.

0 3 15

PENDAHULUAN IDENTIFIKASI KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SEGI EMPAT DENGAN MENGGUNAKAN TAKSONOMI SOLO.

0 2 5

KESULITAN-KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA KONSEP OPERASI HITUNG KESULITAN-KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA KONSEP OPERASI HITUNG PADA SISWA KELAS VII SMP 1 WADASLINTANG WONOSOBO.

0 3 8

KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PERBANDINGAN TRIGONOMETRI

0 0 7