PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN INOVATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PENGAJARAN TERMOKIMIA SESUAI DENGAN KURIKULUM 2013.
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN INOVATIF
UNTUKMENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA PENGAJARAN TERMOKIMIA
SESUAI KURIKULUM 2013
Oleh:
Onesimus Simbolon
NIM 4101131023
Program Studi Pendidikan Kimia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
ii
iii
RIWAYAT HIDUP
Onesimus Simbolon dilahirkan di sam-sam pada tanggal 31 Juli 1992. Ayah bernaa A.Simbolon
dan Ibu C.P. Barus, dan merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pada tahun 1998, penulis
masuk ke SD Inpres Salaon Tonga-Tonga dan lulus pada 2004. Pada tahun 2004, penulis
melanjutkan ke SMP Negeri 5 Ronggurnihuta dan lulus pada 2007 Kemudian pada tahun 2007
penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Pangururan dan lulus pada 2010. Pada tahun 2010 penulis
diterima di fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam jurudan kimia Universitas Negeri
Medan melalui jalur undangan
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengembangan Modul Pembelajaran Inovatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Pengajaran Termokimia Sesuai Dengan Tuntutan Kurikulum 2013”.
Adapun penyusunan proposal penelitian ini merupakan syarat untuk melakukan
penelitian di Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Prof. Drs. Manihar Situmorang, M.Sc., Ph.D sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan membantu penulis sejak awal
sampai selesainya skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Drs. Kawan Sihombing M.Sc sebagai pembibing akademik selama penulis menjalani
perkuliahan di UNIMED yang telah banyak memberi saran dan masukan kepada
penulis. Ucapan terima kasih kepada bapak Drs. Kawan Sihombing M.Sc sebagai
Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu penulis untuk menjalani
perkuliahan dan banyak memberi saran untuk kelangsungan perkuliahan penulis.
Ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. Jamalum Purba, M.Si, Bapak Drs. Marudut
Sinaga M.Si dan Ibu Dra. Ani Sutiani M.Sc, sebagai penguji yang banyak
memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada seluruh Bapak/ Ibu Dosen beserta staf pegawai
jurusan
kimia UNIMED. Terima kasih juga disampaikan kepada kepala sekolah SMAN 5
Medan Bapak Drs. Harris Simamora M.Si dan Bapak Drs. Morlan Simangunsong
selaku guru kimia di SMAN 5 Medan; Kepala Sekolah SMAN 6 Medan Ibu Dra.
Erlinda dan Ibu Hinsa Pandiangan S.Pd selaku guru kimia di SMAN 6 Medan;
Kepala sekolah SMAN 10 Medan Bapak Drs. H. Sufrizal tanjung dan Ibu Dewi
Manalu S.Pd selaku guru kimia di SMAN 10 Medan.
vi
Penulis menyadari masih banyak kelemahan dala penyusunan skripsi ini baik
adri segi isi, susunan maupun tatanan bahasa. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga hasil
penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terlebih kepada
penelti berikutnya dalam melakukan pengembangan penelitian.
Medan,
Januari 2015
Penulis
Onesimus Simbolon
NIM. 4101131023
iii
PENGEMBANG AN MODUL PEMBELAJARAN INOVATIF
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PENGAJARAN
TERMOKIMIA SESUAI DENGAN KURIKULUM 2013
Onesimus Simbolon (4101131023)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan, menstandarisasi
modul inovatif sesuai tuntutan kurikulum 2013 dan mengetahui efektifitas
terhadap hasil belajar siswa serta mengetahui motivasi siswa yang dibelajarkan
dengan modul inovatif. Sampel penelitian terdiri atas buku kimia SMA/MA yang
sering digunakan di Medan, dosen ahli yang mengajar kimia dasar, guru yang
sudah menagajar kimia lebih dari 3 tahun, dan siswa kelas XI di SMA/MA di
Medan. Instrumen penelitian ini adalah deskripsi buku ajar, modul inovatif,
angket analisis sesuai standar BSNP, hasil belajar siswa, dan motivasi belajar
siswa. Prosedur penelitian terdiri atas analisis buku, pengembangaan modul
inovatif, standarisasi, revisi modul, serta uji coba modul. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa modul yang dibuat sudah standar dengan tuntutan kurikulum
2013, dengan isi materi yang sudah sesuai dengan model dan media pendukung.
Modul inovatif pada pengajaran laju reaksi terdiri atas 3 subbab, yaitu system dan
lingkungan, entalpi dan perubahan entalpi, penentuan perubahan entalpi dan
dilengkapi dengan integrasi kegiatan laboratorium, aktivitas luar sekolah, dan
media pembelajaran. Standarisasi modul menunjukkan bahwa responden
memberikan respon positif terhadap isi modul inovatif, didapat hasil rata-rata
efektifitas modul adalah sebesar 103,55% lebih tinggi dibandingkan efektifitas
buku pengangan di beberapa sekolah tempat penelitian berlangsung (E1=93,67%,
E2=101,25%, dan E3=102,79%). Hasil uji coba modul inovatif menunjukkan
bahwa motivasi belajar siswa menggunakan modul inovatif pada kelas
eksperimen (M=81,40) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol di masing-masing
sekolah (M1=77,00, M2=77,80, dan M3=80,80).
vi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Ruang Lingkup Masalah
4
1.3. Identifikasi Masalah
4
1.4. Rumusan Masalah
5
1.5. Batasan Masalah
6
1.6. Tujuan Penelitian
6
1.7. Manfaat Penelitian
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Modul Sebagai Bahan Ajar dalam Pembelajaran
8
2.2. Komponen Penting Modul Pembelajaran Kimia
9
2.2. Tujuan dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran Modul
11
2.3. Inovasi Pembelajaran Kimia
13
2.3.1. Manfaat Modul Pembelajaran Kimia
13
2.4. Modul sebagai media Pembelajaran Kimia
14
2.4.1. Inovasi dalam Pembelajaran Kimia
15
2.5. Kurikulum 2013
15
2.5.1. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
16
2.5.2. Karakteristik Kurikulum 2013
19
2.5.3. Tujuan Kurikulum 2013
20
2.5.4. Pembelajaran Kimia dalam Kurikulum 2013
20
vii
2.6. Metode Pembelajaran dalam Pengajaran Kimia
23
2.7. Media Pembelajaran dalam pengajaran Kimia
23
2.7.1. Fungsi Media Pengajaran
24
2.7.2. Pemilihan Media Pengajaran
25
2.8. Hasil Belajar
26
2.9. Materi Kimia termokimia di SMA kelas XI
27
2.10. Kerangka Berpikir
35
2.8. Hipotesis Penelitian
35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
37
3.2. Populasi dan Sampel
37
3.3. Variabel Penelitian
37
3.4. Instrumen Penelitian
38
3.5. Rancangan Penelitian
38
3.6. Prosedur Penelitian
39
3.6.1. Pengembangan Modul Inovatif
40
3.7. Teknik Pengumpulan Data
41
3.8. Teknik Analisis Data
43
3.8.1. Persen (%) efektifitas
43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Peninjauan Buku Kimia SMA
46
4.2. Hasil Analisis Materi Termokimia Dalam Buku Ajar Kimia SMA
49
4.3. Pengembangan dan Standarisasi Modul Kimia Inovatif
55
4.3.1 Komponen yang Diintegrasikan dalam Modul
55
4.3.2 Standarisasi Modul Pembelajaran Inovatif
58
4.3.3. Media Pembelajaran Yang Diintegrasikan Dalam Modul
Pembelajaran
4.4. Pengaruh Modul Kimia Inovatif Terhadap Hasil Test Siswa
60
62
4.4.1 Kemampuan Awal Siswa Sebelum Proses Pembelajaran
( Pre-Test)
62
viii
4.4.2 Kemampuan Akhir Siswa Setelah Proses Pembelajaran
(Post-test 1)
64
4.4.3 Kemampuan Akhir Siswa Setelah Proses Pembelajaran
(Post-test 2)
65
4.5 Pengaruh Penggunaan Modul Inovatif Terhadap Motivasi
Belajar Siswa
4.6 Keefektifan Modul Pembelajaran Inovatif
66
67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
68
5.2 Saran
70
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pada
22
kimia kelas XI berdasarkan kurikulum 2013.
Tabel 3.1. Rancangan
Penelitian
Pengembangan
Modul
32
Pembelajaran Inovatif Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Kimia Siswa SMA Pada Pengajaran
Titrasi
Asam Basa
Tabel 3.2. Analisis kesesuaian materi buku ajar kimia SMA
35
dengan Kurikulum 2013
Tabel 4.1. Deskripsi Buku Bahan Ajar Yang Digunakan Siswa
45
SMA yang Memiliki Pokok Bahasan Termokimia
Sebagai Bahan Rujukan Dalam
Pembuatan Modul
Pembelajaran Inovatif
Tabel 4.3 Rata-rata persentase kelayakan isi keluasan materi,
kedalaman materi,
48
kelayakan desain dan
kelayakan bahasa untuk buku yang dianalisis
tim ahli dan peneliti
Tabel 4.4 Daftar pengembangan sub bahasan pada modul pembelajaran
55
inovatif
Tabel 4.5 Rata-rata Penilaian Modul oleh Dosen, Guru, dan Siswa
57
Tabel 4.6 Daftar inovasi pada setiap sub bab dalam modul
59
pembelajaran
inovatif
Tabel 4.7 Nilai rata-rata dan standar deviasi berdasarkan Hasil Pretest
61
pada Pokok Bahasan Termokimia
Tabel 4.8 Nilai rata-rata dan standar deviasi berdasarkan Hasil
Post-test 1 62 pada Pokok Bahasan Termokimia
62
viii
Tabel 4.9 Nilai rata-rata dan standar deviasi berdasarkan Hasil
63
Post-test 2 pada Pokok Bahasan Termokimia
Tabel 4.10 Data post-test 2 untuk kelompok tinggi dan rendah
64
Tabel 4.11 Nilai Rata-Rata Motivasi Belajar Siswa di Kelas
65
Eksperimen Dan Kontrol
Tabel 4.12 Persen (%) Efektivitas Penggunaaan Modul
Pembelajaran
Inovatif
66
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian dari Pengembang dan
Penerapan Modul Pembelajaran Inovatif Pada
Pengajaran Termokimia
Gambar 4.1
Perbandingan Persen Kelayakan Kelima Buku Yang
dianalisis
Halaman
40
53
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus
70
Lampiran 2. Instrumen Penelitian
74
Lampiran 3. Kunci Jawaban Instrumen
78
Lampiran 4. Angket Penilaian Uji Coba Efektivitas Modul Kimia
79
Lampiran 5.1. Analisis Buku A pokok Bahasan Termokimia
80
Lampiran 5.2 Analisis Buku B pokok Bahasan Termokimia
82
Lampiran 5.3 Analisis Buku C pokok Bahasan Termokimia
84
Lampiran 5.4 Analisis Buku D pokok Bahasan Termokimia
86
Lampiran 5.5 Analisis Buku E pokok Bahasan Termokimia
88
Lampiran 6 Tabel Pengelompokna Siswa berdasarkan kelas Tinggi dan
90
Rendah di Setiap Sekolah
Lampiran 7. Hasil Penilaian efektifitas Modul Kimia Untuk Pengajaran
97
Termokimia Oleh Dosen
Lampiran 7. Hasil Penilaian efektifitas Modul Kimia Untuk Pengajaran
98
Termokimia Oleh Guru Kimia
Lampiran 7. Hasil Penilaian efektifitas Modul Kimia Untuk Pengajaran
99
Termokimia Oleh Siswa
Lampiran 7. Hasil Penilaian efektifitas Modul Kimia Untuk Pengajaran
Termokimia Oleh Dosen, Guru dan Siswa
100
BAB B
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Kurikulum 2013 adalah kurikulum mempersiapkan siswa untuk memiliki
kemampuan yang produktif, kreatif, inovatif dan efektif. Pelaksanaan penyusunan
kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi
lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Penyusunan
kurikulum 2013 yang menitikberatkan pada penyederhanaan, tematik-integratif mengacu
pada kurikulum 2006.
Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2013 sangat diperlukan terutama dalam
peningkatan kompetensi lulusan secara terpadu
pada kompetensi kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Sehingga akan diperoleh lulusan yang lebih kreatif, inovatif, dan juga lebih
produktif melalui penguatan dari KBK 2004 dan KTSP 2006 yang mempertimbangkan
penataan pola pikir dan tata kelola, pendalaman dan perluasan materi, serta penguatan
proses dan penyesuaian beban. Dengan demikian pemberlakuan Kurikulum 2013 perlu
didukung oleh bahan ajar yang sesuai berupa pengadaan materi ajar yang bermutu.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir (Sanjaya,2007). Hasil diagnostik Anom (2001)
menunujukkan bahwa masalah pokok yang dialami guru kimia adalah aktivias belajar
kimia yang muncul dikelas bersifat monoton, hanya terbatas pada persiapan buku dan
pena, mendengarkan dan mencatat penjelasan guru dan sebagian siswa menjawab
pertanyaan guru. Hal ini menunjukkan bahwa kurang diterapkannya pembelajaran yang
melibatkan keaktifan siswa dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi
siswa dalam belajar kimia. Menurut Hamalik (2003), bila siswa kurang berminat alam
mengikuti pelajaran maka salah satu penyebabkan adalah masalah metode yang
digunakan guru, mungkin tidak sesuai dengan materi. Jadi, masalah metode ini besar
dampaknya terhadap hasil belajar siswa. Masalah metode diketahui bila guru melakukan
analisis terhadap perubahan perilaku siswa.
Menurut Haetami (2011), mata pelajaran kimia adalah mata pelajaran yang
dianggap membosankan dan menakutkan bagi sebagian besar siswa karena dianggap
merupakan mata pelajaran yang terdiri dari rumus-rumus kimia dan hitungan.
Menakutkan karena terdapat beberapa pokok bahasan yang memerlukan kemampuan
matematis yang tinggi, seperti stoikiometri, termokimia, laju reaksi, kesetimbangam
kimia, koligatif larutan, buffer, hidrolisis, kelarutan, dan elektrolisis. Membosankan
karena sebagian besar terdiri dari pokok bahasan yang memerlukan pemahaman dengan
menghafal serta mengingat sifat-sifat zat, baik sifat fisik maupun sifat kimia, seperti
kimia organik, struktur atom,koloid, biokimia dan kimia unsur. Pembelajaran mata
pelajaran apapun termasuk pembelajaran kimia memang bisa membosankan bila
diberikan secara monoton dengan hanya menjejali siswa, siswa pasif menerima apa
adanya yang diberikan guru.
Salah satu keberhasilan proses belajar mengajar adalah pada kemampuan guru
mengajar. Guru yang cenderung menggunakan teknik pembelajaran yang bercorak
konvensional sehinnga kegiatan pembelajaran berlangsung kaku, monoton dan
membosankan. Hal ini menyebabkan siswa tidak termotivasi, sering mengikuti mata
pelajaran. Menurut Fadillah (2010), saat ini pembelajaran konvensional telah usang
karena dipandang hanya berkutat pada metode mulut. Siswa tidak nyaman dengan metode
mulut. Untuk itu dalam upaya mengembangkan semangat siswa maka guru yang
bersangkutan harus terampil memilih model yang cocok untuk mengajarkan setiap pokok
bahasan yang diajarkan.
Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan
oleh guru (konvensional). Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang
bepusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk
siswa agar belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman konteks
siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh perancangan proses
pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang saling
belajar dan saling membangun. Otonomi siswa sehingga subjek pendidikan menjadi titik
acuan seluruh perencanaan dan proses pembelajaran dengan mengacu pada pembelajaran
aktif dan inovatif.
Berbagai kegiatan guru dalam melakukan inovasi pembelajaran inovatif menurut
Moh. Ansyar dan H. Nurtain yang dikutip Hermanto (1999: 4) meliputi: a) mengetahui
dan menemukan masalah; b) mengidentifikasi dan menyeleksi alternatif pemecahan
masalah; c) penentuan alternatif pemecahan masalah; d) melaksanakan; e) menilai; f)
perbaikan produk inovasi. Keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut berkaitan sehingga
produk yang dihasilkan benar-benar merupakan solusi yang mampu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi oleh guru yang bersangkutan. Meskipun melalui kegiatan
inovasi ini para guru mempunyai peluang untuk meningkatkan mutu pembelajaran, akan
tetapi dalam mewujudkan kegiatan inovasi tergantung kesempatan pada guru yang ada,
biaya, situasi sosial kultural warga sekolah, kualitas kepemimpinan kepala sekolah, dan
karakteristik guru sebagai pelaksana kurikulum.
Modul inovatif adalah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta dapat belajar
secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak
tentang komponen dasar bahan ajar yang disebutkan sebelumnya. Pembelajaran dengan
modul memungkinkan seorang peserta didik memiliki kecepatan tinggi dalam belajar,
akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar dibandingkan dengan
peserta didik lainnya. Oleh karena itu, pengembangan modul inovatif dalam pembelajaran
kimia sangat dibutuhkan karena dapat membantu siswa dalam mencapai kompetensi
pembelajaran. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa dengan mengunakan modul
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam penelitiannya, persentase efektifitas
kelompok tinggi yang menggunakan modul adalah sebesar 59,07% dan kelompok rendah
sebesar 53,48%, sedangkan persentase efektifitas kelompok tinggi yang tidak
menggunakan modul sebesar 62,42% dan untuk kelompok rendah 54,49% (Rudyanto,
2013).
Penggunaan modul pembelajaran inovatif akan sangat membantu siswa dalam
memahami pembelajaran. Apalagi modul yang ada berbasis pada media. Keberadaan
media memperjelas pemahaman pemahaman siswa tentang bahan yang diajarkan. Media
yang digunakan dapat berupa media cetak, pameran, audio, video, multimedia, dan media
Net/Web. Salah satu penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tingkat ketuntasan belajar
yang menggunaka media molymod sebesar 83,84% sedangkan media yang menggunakan
powerpoint sebesar 59,1% (Majid,2008).
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan suatu
penelitian. Perbedaan dengan penelitian yang relevan yang telah disebutkan diatas, bahwa
dalam penelitian ini, peneliti membuat suatu modul yang inovatif. Penelitian ini berjudul
“ Pengembangan Modul Pembelajaran Bnovatif
Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Kimia Pada Pengajaran Termokimia”
1.2.
Ruang Lingkup Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi ruang
lingkup dalam penelitian ini adalah pengembangan modul pembelajaran inovatif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
1.3.
Bdentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas terdapat beberapa
masalah yang menjadi ruang identifikasi masalah dalam penelitian adalah :
1.
Bagaimana cara membuat modul pembelajaran yang inovatif pada topik Termokimia
agar memenuhi sesuai kurikulum 2013 dan meningkatkan hasil belajar siswa?
2.
Komponen apa saja yang dapat diintegrasikan dalam modul kimia pada pengajaran
kimia agar memenuhi kompetensi yang dituntut dalam kurikulum 2013?
3.
Bagaimana susunan materi kimia untuk bahasan termokimia di dalam modul
pembelajaran agar kompetensi pedagogik dapat tercapai?
4.
Kegiatan laboratorium apa yang dapat dilakukan untuk pengajaran termokimia agar
kompetensi psikomotor dapat tercapai?
5.
Kegiatan luar kelas apa yang dapat dilakukan untuk pengajaran termokimia agar
kompetensi afektif dapat tercapai?
6.
Apa saja media pembelajaran yang sesuai pada modul pembelajaran inovatif agar
dapat dipergunakan pada pembelajaran Termokimia?
7.
Bagaimana cara menstandarisasi modul pembelajaran inovatif agar standar dan dapat
dpergunakan dalam pengajaran kimia?
8.
Bagaimana keefektifan modul pembelajaran hasil inovasi dalam meningkatkan hasil
belajar siswa siswa SMA?
9.
Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa dalam menggunakan modul pembelajaran
hasil inovasi dalam pembelajaran termokimia dibandingkan dengan tingkat motivasi
belajar siswa yang tidak meggunakan modul hasil inovasi?
1.4.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
Apakah modul pembelajaran inovatif pada topik termokimia
sesuai dengan
kurikulum 2013 dan meningkatkan hasil belajar siswa?
2.
Apa saja komponen yang dapat diintegrasikan dalam modul kimia pada pengajaran
kimia agar memenuhi kompetensi yang dituntut dalam kurikulum 2013?
3.
Apakah susunan materi pada bahasan termokima sudah sesuai untuk mencapai
kompetensi pedagogik?
4.
Apakah kegiatan laboratorium pada bahasan termokimia sudah sesuai untuk
mencapai kompetensi psikomotor?
5.
Apakah kegiatan luar sekolah pada pengajaran termokimia sudah sesuai untuk
mencapai kompetensi afektif?
6.
Apa saja media pembelajaran yang sesuai pada modul pembelajaran inovatif agar
dapat dipergunakan pada pembelajaran Termokimia?
7.
Apakah modul pengajaran inovatif sudah standar dan dapat dipergunakan untuk
pengajaran kimia?
8.
Apakah modul pembelajaran kimia hasil inovasi pada topik termokimia efektif
digunakan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
9.
Apakah modul pembelajaran inovasi pada topik termokimia dapat meningkatkan
motivasi belajar pada pengajaran termokimia?
1.5.
Batasan Masalah
Agar peneliti tidak menyimpang dari tujuan penelitian maka dalam peneltian ini
perlu dibatasi. Dalam rumusan masalah diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Menyusun dan mengembangkan modul pembelajaran inovatif pada topik termokimia
sesuai dengan kurikulum 2013
2. Penyusunan modul pembelajaran inovatif akan dikembangkan dari minimal 5 buku
kimia yang digunakan di SMA tempat penelitian
3. Modul Pembelajaran akan dikaji dan direvisi oleh dosen Kimia, guru kimia dan siswa
sampai diperoleh modul pembelajaran yang sesuai kurikulum 2013
4. Pengujian modul pembelajaran untuk guru dan siswa terbatas
5. Melihat dan menilai bagaimana hasil
1.6.
dan motivasi belajar siswa
Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan penelitian adalah :
1.
Untuk mendapatkan modul pembelajaran inovatif yang standar sesuai kurikulum
2013 dan meningkatkan hasil belajar siswa
2.
Unuk mengetahui komponen-komponen yang dapat diintegtrasikan pada modul agar
memenuhi kompetensi yang dituntut dalam kurikulum 2013
3.
Untuk mengetahui susunan materi yang standar sesuai kurikulum 2013 pada modul
agar tercapai kompetensi pedagogik
4.
Untuk mengetahui kegiatan laboratorium yang dapat dilakukan agar tercapai
kompetensi psikomotor
5.
Untuk mengetahui kegiatan luar kelas yang dapat dilakukan agar kompetensi afektif
dapat tercapai
6.
Untuk mengetahui apa media pembelajaran yang sesuai pada modul pembelajaran
inovatif agar dapat dipergunakan pada pembelajaran Termokimia
7.
Untuk
menstandarisasi modul pembelajaran inovatif sesuai kurikulum 2013 agar
dapat dpergunakan dalam pengajaran kimia
8.
Untuk mengetahui apakah modul pembelajaran inomvatif efektif digunakan dan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
9.
Untuk mengetahui apakah modul pembelajaran inovatif dapat meningkatkan
motivasi siswa
1.7.
Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini sangat diharapkan agar bisa memberikan manfaat
bagi banyak kalangan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1.
Bagi Peneliti
Merupakan suatu pengalaman yang berharga dapat menganalisis buku serta mampu
menyusun dan mengembangkan modul pembelajaran inovatif
2.
Bagi Guru
Memberi informasi dan masukan serta membantu dalam penyampaian materi
pelajaran kepada siswa
3.
Bagi Siswa
Menambah pengetahuan dan membantu meningkatkan minat belajar serta
kemandirian siswa
4.
Bagi peneliti selanjutnya
Memberi informasi dalam penelitian selanjutnya untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran khususnya pembelajaran kimia
68
BAB B
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh setelah penelitian adalah :
1. Modul pembelajaran termokimia yang sesuai dengan kurikulum 2013 sebagai
media pembelajaran termokimia berdasarkan pada hasil penilaian yang
diberikan oelh tiga pihak yaitu dua Dosen jurusan kimia Unimed, tiga Guru
kimia yaitu Guru kimia SMA Negeri 5 Medan, Guru Kimia SMA Negeri 6
Medan, dan Guru kimia SMA negeri 10 Medan memberikan nilai 3,46 yang
berarti modul valid,
tidak perlu direvisi dan layak digunakan
2. Komponen yang dapat diintegrasikan dalam modul sesuai dengan kurikulum
2013 yaitu pengadaan urutan materi yang jelas dan soal evaluasi, kegiatan
laboratorium, kegiatan luar sekolah dan media yang sesuai
3. Susunan materi yang digunakan pada topik termokimia sesuai dengan
kurikulum 2013 yaitu sistem dan lingkungan, reaksi eksoterm dan reaksi
endoterm, entalpi dan perubahan entalpi dan penentuan perubahan entalpi.
4. Kegiatan laboratorium yang dapat dilakukan yaitu reaksi eksoterm dan reaksi
endoterm, kalorimeter dan percobaan hukum Hess
5. Kegiatan luar sekolah yang dapat dilakukan yaitu observasi mengenai konsep
hukum hess dan aplikasi termokimia dalam kimia industri
6. Media yang dapat diintegrasikan dalam modul adalah media macromedia
flash dan media powerpoint
7. Modul pembelajaran sudah standar dan dapat digunakan dalam pembelajaran
sesuai dengan penilaian Dosen, Guru dan Siswa yang memberikan nilai 3,46
yang berari modul valid dan dapat digunakan
8. Modul pembelajaran lebih efektif digunakan dalam meningkatkan hasil
belajar siswa. Rata-rata efektifitas siswa dikelas eksperimen pada kelompok
tinggi lebih tinggi daripada kelas kontrol ( 103,55 > 99,57 ) dua kelompok
berbeda nyata ( thitung > ttabel yaitu
6,64 > 1,319
). Demikiam halnya
dengan kelompok rendah, rata-rata efektifitas siswa dikelas eksperimen lebih
69
tinggi dari pada kelas kontrol (101,97 > 99,38 ) dua kelompok perlakuan
berbeda nyata yaitu (thitung > ttabel yaitu 2,088 > 1,319).
9. Modul pembelajaran inovatif memberikan motivasi belajar yang lebih baik
kepada siswa dibandingkan dengan buku teks kimia. Rata-rata motivasi siswa
di kelas eksperimen pada kelompok tinggi adalah 79,67% sedangkan kelas
kontrol 78,79%. Dan rata-rata motivasi di kelas kontrol untuk kelompok
tinggi adalah 78,79% dam kelompok rendah 77,59%. Secara keseluruhan
motivasi belajar di kelas eksperimen adalah 80,16 % dan di kelas control
adalah 77,76%.
78
10.
5.2.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan :
1. Sebelum menggunakan buku atau modul sebagai media pembelajaran,
seharusnya guru terlebih dahulu memeriksa isi buku yang akan digunakan,
sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangan baik dari segi urutan materi
serta dalam kebenaran konsep, dapat diperbaiki sebelum disampaikan kepada
siswa
2. Modul
pembelajaran
inovatif
untuk
pengajaran
termokimia
perlu
direkomendasikan untuk digunakan dalam proses belajar mengajar karena
dari hasil penelitian yabng dilakukan, modul kimia sangat efektif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa
3. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan modul pembelajaran
inovatif agar menganalisis lebih banyak buku pelajaran kimia dan dilakukan
secara bersamaan dengan guru tempat penelitian. Dan disarankan untuk
mengembangkan modul pembelajaran inovatif pada pokok bahasan kimia
yang lain agar dijadikan studi perbandingan guna untuk meningkatkan
kualitas pendidikan khususnya pelajaran kimia
69
Daftar Pustaka
Anom W.K (2001) peningkatan kemampuan guru mengaktifkan siswa belajar
kimia melalui jenjang evaluasi, forum pendidikan, 2(4) : 21-23
Arsyad, A., (2009), media pembelajaran, Penerbit PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Arikunto, S., (2006) dasar-dasar evaluasi pendidikan, penerbit Rineka Cipta,
Jakarta
Benny, R.,(2011) model ASSURE untuk mendesain pembelajaran sukses, penerbit
Dian Rakyat, Jakarta
Djaramah, B.S., dan Zein.,A.,(2002) strategi belajar mengajar, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta
Hamalik. O(2003), perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan system,
penerbit bumi aksara, Jakarta
Haetami
(2001)
pembelajaran
inovatif
kimia
unsure,
http:/www.artikelpendidikan.go.id(diakses pada 27 januari 2014)
Fadillah
(2010)
model
pembelajaran
konvensiaonal,
http:/www.artikelpendidikan.go.id (diakses 27 januari 2014)
Sinaga, R., (2013), Pengembangan Modul Pembelajaran Inovatif Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Pengajaran Hidrokarbon,
Skrips, FMIPA, Unimed, Medan.
Majid,
A.,(2008),
perencanaan
pembelajaran
mengembangkan
standar
kompetensi guru. PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Parulian, H.G, Situmorang, M. (2013), Inovasi Pembelajaran di Dalam Buku Ajar
Kimia SMA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI, Jurnal
Penelitian Bidang Pendidikan, 19(2)
70
Sanjaya, W (2007) strategi pembelajaran berbasis standar proses pendidikan,
kencan, Jakarta
Situmorang, M., (2013), Pengembangan Buku Ajar Kimia SMA Melalui Inovasi
Pembelajaran dan Integrasi Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa, Proseding Semirata, FMIPA, Universitas Lampung.
Situmorang, H., dan Situmorang, M., (2013), Efektifitas Metode Demonstrasi
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan
Pada Pengajaran Sistem Koloid, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
19(1)
Simatupang, N.I. dan Situmorang, M., (2013), Innovation Of Senior High School
Chemistry Textbook To Improve Student Achievement In Chemistry,
Proceeding of The 2nd International Conference of the Indonesia Chemical
Society 2013.
Situmorang, M., Simaremare, B., Elnovreny, J., Naiborhu, P.D., dan Sumbayak,
D., (2012), The Development of Chemistry Learning Module for RSBI
Senior High School Student, Laporan Penelitian, FMIPA UNIMED, Medan,
Indonesia.
Sutresna,Nana. 2007.Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas XI.Jakarta : Grafindo
Media Pratama
Sujana, N.,(2009), penilaian hasil proses belajar mengajar, Penerbit PT, Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Slameto (2003), belajar dan factor yang mempengaruhinya, rineka cipta, Jakarta
Yusfiani , M., dan Situmorang, M., (2011), Pengembangan dan Standarisasi Buku
Ajar Kimia SMA/MA Kelas XII Semester 1 Berdasarkan Standar Isi KTSP,
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan 17(1)
(http://semangatinspirasi.blogspot.com/2013/06/ciri-karaktertistikkurikulum-2013.html)
(http://www.m-edukasi.web.id/2013/06/prinsip-pengembangankurikulum-2013.html)
UNTUKMENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA PENGAJARAN TERMOKIMIA
SESUAI KURIKULUM 2013
Oleh:
Onesimus Simbolon
NIM 4101131023
Program Studi Pendidikan Kimia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
ii
iii
RIWAYAT HIDUP
Onesimus Simbolon dilahirkan di sam-sam pada tanggal 31 Juli 1992. Ayah bernaa A.Simbolon
dan Ibu C.P. Barus, dan merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pada tahun 1998, penulis
masuk ke SD Inpres Salaon Tonga-Tonga dan lulus pada 2004. Pada tahun 2004, penulis
melanjutkan ke SMP Negeri 5 Ronggurnihuta dan lulus pada 2007 Kemudian pada tahun 2007
penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Pangururan dan lulus pada 2010. Pada tahun 2010 penulis
diterima di fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam jurudan kimia Universitas Negeri
Medan melalui jalur undangan
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengembangan Modul Pembelajaran Inovatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Pengajaran Termokimia Sesuai Dengan Tuntutan Kurikulum 2013”.
Adapun penyusunan proposal penelitian ini merupakan syarat untuk melakukan
penelitian di Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Prof. Drs. Manihar Situmorang, M.Sc., Ph.D sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan membantu penulis sejak awal
sampai selesainya skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Drs. Kawan Sihombing M.Sc sebagai pembibing akademik selama penulis menjalani
perkuliahan di UNIMED yang telah banyak memberi saran dan masukan kepada
penulis. Ucapan terima kasih kepada bapak Drs. Kawan Sihombing M.Sc sebagai
Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu penulis untuk menjalani
perkuliahan dan banyak memberi saran untuk kelangsungan perkuliahan penulis.
Ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. Jamalum Purba, M.Si, Bapak Drs. Marudut
Sinaga M.Si dan Ibu Dra. Ani Sutiani M.Sc, sebagai penguji yang banyak
memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada seluruh Bapak/ Ibu Dosen beserta staf pegawai
jurusan
kimia UNIMED. Terima kasih juga disampaikan kepada kepala sekolah SMAN 5
Medan Bapak Drs. Harris Simamora M.Si dan Bapak Drs. Morlan Simangunsong
selaku guru kimia di SMAN 5 Medan; Kepala Sekolah SMAN 6 Medan Ibu Dra.
Erlinda dan Ibu Hinsa Pandiangan S.Pd selaku guru kimia di SMAN 6 Medan;
Kepala sekolah SMAN 10 Medan Bapak Drs. H. Sufrizal tanjung dan Ibu Dewi
Manalu S.Pd selaku guru kimia di SMAN 10 Medan.
vi
Penulis menyadari masih banyak kelemahan dala penyusunan skripsi ini baik
adri segi isi, susunan maupun tatanan bahasa. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga hasil
penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terlebih kepada
penelti berikutnya dalam melakukan pengembangan penelitian.
Medan,
Januari 2015
Penulis
Onesimus Simbolon
NIM. 4101131023
iii
PENGEMBANG AN MODUL PEMBELAJARAN INOVATIF
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PENGAJARAN
TERMOKIMIA SESUAI DENGAN KURIKULUM 2013
Onesimus Simbolon (4101131023)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan, menstandarisasi
modul inovatif sesuai tuntutan kurikulum 2013 dan mengetahui efektifitas
terhadap hasil belajar siswa serta mengetahui motivasi siswa yang dibelajarkan
dengan modul inovatif. Sampel penelitian terdiri atas buku kimia SMA/MA yang
sering digunakan di Medan, dosen ahli yang mengajar kimia dasar, guru yang
sudah menagajar kimia lebih dari 3 tahun, dan siswa kelas XI di SMA/MA di
Medan. Instrumen penelitian ini adalah deskripsi buku ajar, modul inovatif,
angket analisis sesuai standar BSNP, hasil belajar siswa, dan motivasi belajar
siswa. Prosedur penelitian terdiri atas analisis buku, pengembangaan modul
inovatif, standarisasi, revisi modul, serta uji coba modul. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa modul yang dibuat sudah standar dengan tuntutan kurikulum
2013, dengan isi materi yang sudah sesuai dengan model dan media pendukung.
Modul inovatif pada pengajaran laju reaksi terdiri atas 3 subbab, yaitu system dan
lingkungan, entalpi dan perubahan entalpi, penentuan perubahan entalpi dan
dilengkapi dengan integrasi kegiatan laboratorium, aktivitas luar sekolah, dan
media pembelajaran. Standarisasi modul menunjukkan bahwa responden
memberikan respon positif terhadap isi modul inovatif, didapat hasil rata-rata
efektifitas modul adalah sebesar 103,55% lebih tinggi dibandingkan efektifitas
buku pengangan di beberapa sekolah tempat penelitian berlangsung (E1=93,67%,
E2=101,25%, dan E3=102,79%). Hasil uji coba modul inovatif menunjukkan
bahwa motivasi belajar siswa menggunakan modul inovatif pada kelas
eksperimen (M=81,40) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol di masing-masing
sekolah (M1=77,00, M2=77,80, dan M3=80,80).
vi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Ruang Lingkup Masalah
4
1.3. Identifikasi Masalah
4
1.4. Rumusan Masalah
5
1.5. Batasan Masalah
6
1.6. Tujuan Penelitian
6
1.7. Manfaat Penelitian
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Modul Sebagai Bahan Ajar dalam Pembelajaran
8
2.2. Komponen Penting Modul Pembelajaran Kimia
9
2.2. Tujuan dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran Modul
11
2.3. Inovasi Pembelajaran Kimia
13
2.3.1. Manfaat Modul Pembelajaran Kimia
13
2.4. Modul sebagai media Pembelajaran Kimia
14
2.4.1. Inovasi dalam Pembelajaran Kimia
15
2.5. Kurikulum 2013
15
2.5.1. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
16
2.5.2. Karakteristik Kurikulum 2013
19
2.5.3. Tujuan Kurikulum 2013
20
2.5.4. Pembelajaran Kimia dalam Kurikulum 2013
20
vii
2.6. Metode Pembelajaran dalam Pengajaran Kimia
23
2.7. Media Pembelajaran dalam pengajaran Kimia
23
2.7.1. Fungsi Media Pengajaran
24
2.7.2. Pemilihan Media Pengajaran
25
2.8. Hasil Belajar
26
2.9. Materi Kimia termokimia di SMA kelas XI
27
2.10. Kerangka Berpikir
35
2.8. Hipotesis Penelitian
35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
37
3.2. Populasi dan Sampel
37
3.3. Variabel Penelitian
37
3.4. Instrumen Penelitian
38
3.5. Rancangan Penelitian
38
3.6. Prosedur Penelitian
39
3.6.1. Pengembangan Modul Inovatif
40
3.7. Teknik Pengumpulan Data
41
3.8. Teknik Analisis Data
43
3.8.1. Persen (%) efektifitas
43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Peninjauan Buku Kimia SMA
46
4.2. Hasil Analisis Materi Termokimia Dalam Buku Ajar Kimia SMA
49
4.3. Pengembangan dan Standarisasi Modul Kimia Inovatif
55
4.3.1 Komponen yang Diintegrasikan dalam Modul
55
4.3.2 Standarisasi Modul Pembelajaran Inovatif
58
4.3.3. Media Pembelajaran Yang Diintegrasikan Dalam Modul
Pembelajaran
4.4. Pengaruh Modul Kimia Inovatif Terhadap Hasil Test Siswa
60
62
4.4.1 Kemampuan Awal Siswa Sebelum Proses Pembelajaran
( Pre-Test)
62
viii
4.4.2 Kemampuan Akhir Siswa Setelah Proses Pembelajaran
(Post-test 1)
64
4.4.3 Kemampuan Akhir Siswa Setelah Proses Pembelajaran
(Post-test 2)
65
4.5 Pengaruh Penggunaan Modul Inovatif Terhadap Motivasi
Belajar Siswa
4.6 Keefektifan Modul Pembelajaran Inovatif
66
67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
68
5.2 Saran
70
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pada
22
kimia kelas XI berdasarkan kurikulum 2013.
Tabel 3.1. Rancangan
Penelitian
Pengembangan
Modul
32
Pembelajaran Inovatif Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Kimia Siswa SMA Pada Pengajaran
Titrasi
Asam Basa
Tabel 3.2. Analisis kesesuaian materi buku ajar kimia SMA
35
dengan Kurikulum 2013
Tabel 4.1. Deskripsi Buku Bahan Ajar Yang Digunakan Siswa
45
SMA yang Memiliki Pokok Bahasan Termokimia
Sebagai Bahan Rujukan Dalam
Pembuatan Modul
Pembelajaran Inovatif
Tabel 4.3 Rata-rata persentase kelayakan isi keluasan materi,
kedalaman materi,
48
kelayakan desain dan
kelayakan bahasa untuk buku yang dianalisis
tim ahli dan peneliti
Tabel 4.4 Daftar pengembangan sub bahasan pada modul pembelajaran
55
inovatif
Tabel 4.5 Rata-rata Penilaian Modul oleh Dosen, Guru, dan Siswa
57
Tabel 4.6 Daftar inovasi pada setiap sub bab dalam modul
59
pembelajaran
inovatif
Tabel 4.7 Nilai rata-rata dan standar deviasi berdasarkan Hasil Pretest
61
pada Pokok Bahasan Termokimia
Tabel 4.8 Nilai rata-rata dan standar deviasi berdasarkan Hasil
Post-test 1 62 pada Pokok Bahasan Termokimia
62
viii
Tabel 4.9 Nilai rata-rata dan standar deviasi berdasarkan Hasil
63
Post-test 2 pada Pokok Bahasan Termokimia
Tabel 4.10 Data post-test 2 untuk kelompok tinggi dan rendah
64
Tabel 4.11 Nilai Rata-Rata Motivasi Belajar Siswa di Kelas
65
Eksperimen Dan Kontrol
Tabel 4.12 Persen (%) Efektivitas Penggunaaan Modul
Pembelajaran
Inovatif
66
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian dari Pengembang dan
Penerapan Modul Pembelajaran Inovatif Pada
Pengajaran Termokimia
Gambar 4.1
Perbandingan Persen Kelayakan Kelima Buku Yang
dianalisis
Halaman
40
53
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus
70
Lampiran 2. Instrumen Penelitian
74
Lampiran 3. Kunci Jawaban Instrumen
78
Lampiran 4. Angket Penilaian Uji Coba Efektivitas Modul Kimia
79
Lampiran 5.1. Analisis Buku A pokok Bahasan Termokimia
80
Lampiran 5.2 Analisis Buku B pokok Bahasan Termokimia
82
Lampiran 5.3 Analisis Buku C pokok Bahasan Termokimia
84
Lampiran 5.4 Analisis Buku D pokok Bahasan Termokimia
86
Lampiran 5.5 Analisis Buku E pokok Bahasan Termokimia
88
Lampiran 6 Tabel Pengelompokna Siswa berdasarkan kelas Tinggi dan
90
Rendah di Setiap Sekolah
Lampiran 7. Hasil Penilaian efektifitas Modul Kimia Untuk Pengajaran
97
Termokimia Oleh Dosen
Lampiran 7. Hasil Penilaian efektifitas Modul Kimia Untuk Pengajaran
98
Termokimia Oleh Guru Kimia
Lampiran 7. Hasil Penilaian efektifitas Modul Kimia Untuk Pengajaran
99
Termokimia Oleh Siswa
Lampiran 7. Hasil Penilaian efektifitas Modul Kimia Untuk Pengajaran
Termokimia Oleh Dosen, Guru dan Siswa
100
BAB B
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Kurikulum 2013 adalah kurikulum mempersiapkan siswa untuk memiliki
kemampuan yang produktif, kreatif, inovatif dan efektif. Pelaksanaan penyusunan
kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi
lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Penyusunan
kurikulum 2013 yang menitikberatkan pada penyederhanaan, tematik-integratif mengacu
pada kurikulum 2006.
Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2013 sangat diperlukan terutama dalam
peningkatan kompetensi lulusan secara terpadu
pada kompetensi kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Sehingga akan diperoleh lulusan yang lebih kreatif, inovatif, dan juga lebih
produktif melalui penguatan dari KBK 2004 dan KTSP 2006 yang mempertimbangkan
penataan pola pikir dan tata kelola, pendalaman dan perluasan materi, serta penguatan
proses dan penyesuaian beban. Dengan demikian pemberlakuan Kurikulum 2013 perlu
didukung oleh bahan ajar yang sesuai berupa pengadaan materi ajar yang bermutu.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir (Sanjaya,2007). Hasil diagnostik Anom (2001)
menunujukkan bahwa masalah pokok yang dialami guru kimia adalah aktivias belajar
kimia yang muncul dikelas bersifat monoton, hanya terbatas pada persiapan buku dan
pena, mendengarkan dan mencatat penjelasan guru dan sebagian siswa menjawab
pertanyaan guru. Hal ini menunjukkan bahwa kurang diterapkannya pembelajaran yang
melibatkan keaktifan siswa dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi
siswa dalam belajar kimia. Menurut Hamalik (2003), bila siswa kurang berminat alam
mengikuti pelajaran maka salah satu penyebabkan adalah masalah metode yang
digunakan guru, mungkin tidak sesuai dengan materi. Jadi, masalah metode ini besar
dampaknya terhadap hasil belajar siswa. Masalah metode diketahui bila guru melakukan
analisis terhadap perubahan perilaku siswa.
Menurut Haetami (2011), mata pelajaran kimia adalah mata pelajaran yang
dianggap membosankan dan menakutkan bagi sebagian besar siswa karena dianggap
merupakan mata pelajaran yang terdiri dari rumus-rumus kimia dan hitungan.
Menakutkan karena terdapat beberapa pokok bahasan yang memerlukan kemampuan
matematis yang tinggi, seperti stoikiometri, termokimia, laju reaksi, kesetimbangam
kimia, koligatif larutan, buffer, hidrolisis, kelarutan, dan elektrolisis. Membosankan
karena sebagian besar terdiri dari pokok bahasan yang memerlukan pemahaman dengan
menghafal serta mengingat sifat-sifat zat, baik sifat fisik maupun sifat kimia, seperti
kimia organik, struktur atom,koloid, biokimia dan kimia unsur. Pembelajaran mata
pelajaran apapun termasuk pembelajaran kimia memang bisa membosankan bila
diberikan secara monoton dengan hanya menjejali siswa, siswa pasif menerima apa
adanya yang diberikan guru.
Salah satu keberhasilan proses belajar mengajar adalah pada kemampuan guru
mengajar. Guru yang cenderung menggunakan teknik pembelajaran yang bercorak
konvensional sehinnga kegiatan pembelajaran berlangsung kaku, monoton dan
membosankan. Hal ini menyebabkan siswa tidak termotivasi, sering mengikuti mata
pelajaran. Menurut Fadillah (2010), saat ini pembelajaran konvensional telah usang
karena dipandang hanya berkutat pada metode mulut. Siswa tidak nyaman dengan metode
mulut. Untuk itu dalam upaya mengembangkan semangat siswa maka guru yang
bersangkutan harus terampil memilih model yang cocok untuk mengajarkan setiap pokok
bahasan yang diajarkan.
Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan
oleh guru (konvensional). Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang
bepusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk
siswa agar belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman konteks
siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh perancangan proses
pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang saling
belajar dan saling membangun. Otonomi siswa sehingga subjek pendidikan menjadi titik
acuan seluruh perencanaan dan proses pembelajaran dengan mengacu pada pembelajaran
aktif dan inovatif.
Berbagai kegiatan guru dalam melakukan inovasi pembelajaran inovatif menurut
Moh. Ansyar dan H. Nurtain yang dikutip Hermanto (1999: 4) meliputi: a) mengetahui
dan menemukan masalah; b) mengidentifikasi dan menyeleksi alternatif pemecahan
masalah; c) penentuan alternatif pemecahan masalah; d) melaksanakan; e) menilai; f)
perbaikan produk inovasi. Keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut berkaitan sehingga
produk yang dihasilkan benar-benar merupakan solusi yang mampu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi oleh guru yang bersangkutan. Meskipun melalui kegiatan
inovasi ini para guru mempunyai peluang untuk meningkatkan mutu pembelajaran, akan
tetapi dalam mewujudkan kegiatan inovasi tergantung kesempatan pada guru yang ada,
biaya, situasi sosial kultural warga sekolah, kualitas kepemimpinan kepala sekolah, dan
karakteristik guru sebagai pelaksana kurikulum.
Modul inovatif adalah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta dapat belajar
secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak
tentang komponen dasar bahan ajar yang disebutkan sebelumnya. Pembelajaran dengan
modul memungkinkan seorang peserta didik memiliki kecepatan tinggi dalam belajar,
akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar dibandingkan dengan
peserta didik lainnya. Oleh karena itu, pengembangan modul inovatif dalam pembelajaran
kimia sangat dibutuhkan karena dapat membantu siswa dalam mencapai kompetensi
pembelajaran. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa dengan mengunakan modul
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam penelitiannya, persentase efektifitas
kelompok tinggi yang menggunakan modul adalah sebesar 59,07% dan kelompok rendah
sebesar 53,48%, sedangkan persentase efektifitas kelompok tinggi yang tidak
menggunakan modul sebesar 62,42% dan untuk kelompok rendah 54,49% (Rudyanto,
2013).
Penggunaan modul pembelajaran inovatif akan sangat membantu siswa dalam
memahami pembelajaran. Apalagi modul yang ada berbasis pada media. Keberadaan
media memperjelas pemahaman pemahaman siswa tentang bahan yang diajarkan. Media
yang digunakan dapat berupa media cetak, pameran, audio, video, multimedia, dan media
Net/Web. Salah satu penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tingkat ketuntasan belajar
yang menggunaka media molymod sebesar 83,84% sedangkan media yang menggunakan
powerpoint sebesar 59,1% (Majid,2008).
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan suatu
penelitian. Perbedaan dengan penelitian yang relevan yang telah disebutkan diatas, bahwa
dalam penelitian ini, peneliti membuat suatu modul yang inovatif. Penelitian ini berjudul
“ Pengembangan Modul Pembelajaran Bnovatif
Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Kimia Pada Pengajaran Termokimia”
1.2.
Ruang Lingkup Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi ruang
lingkup dalam penelitian ini adalah pengembangan modul pembelajaran inovatif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
1.3.
Bdentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas terdapat beberapa
masalah yang menjadi ruang identifikasi masalah dalam penelitian adalah :
1.
Bagaimana cara membuat modul pembelajaran yang inovatif pada topik Termokimia
agar memenuhi sesuai kurikulum 2013 dan meningkatkan hasil belajar siswa?
2.
Komponen apa saja yang dapat diintegrasikan dalam modul kimia pada pengajaran
kimia agar memenuhi kompetensi yang dituntut dalam kurikulum 2013?
3.
Bagaimana susunan materi kimia untuk bahasan termokimia di dalam modul
pembelajaran agar kompetensi pedagogik dapat tercapai?
4.
Kegiatan laboratorium apa yang dapat dilakukan untuk pengajaran termokimia agar
kompetensi psikomotor dapat tercapai?
5.
Kegiatan luar kelas apa yang dapat dilakukan untuk pengajaran termokimia agar
kompetensi afektif dapat tercapai?
6.
Apa saja media pembelajaran yang sesuai pada modul pembelajaran inovatif agar
dapat dipergunakan pada pembelajaran Termokimia?
7.
Bagaimana cara menstandarisasi modul pembelajaran inovatif agar standar dan dapat
dpergunakan dalam pengajaran kimia?
8.
Bagaimana keefektifan modul pembelajaran hasil inovasi dalam meningkatkan hasil
belajar siswa siswa SMA?
9.
Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa dalam menggunakan modul pembelajaran
hasil inovasi dalam pembelajaran termokimia dibandingkan dengan tingkat motivasi
belajar siswa yang tidak meggunakan modul hasil inovasi?
1.4.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
Apakah modul pembelajaran inovatif pada topik termokimia
sesuai dengan
kurikulum 2013 dan meningkatkan hasil belajar siswa?
2.
Apa saja komponen yang dapat diintegrasikan dalam modul kimia pada pengajaran
kimia agar memenuhi kompetensi yang dituntut dalam kurikulum 2013?
3.
Apakah susunan materi pada bahasan termokima sudah sesuai untuk mencapai
kompetensi pedagogik?
4.
Apakah kegiatan laboratorium pada bahasan termokimia sudah sesuai untuk
mencapai kompetensi psikomotor?
5.
Apakah kegiatan luar sekolah pada pengajaran termokimia sudah sesuai untuk
mencapai kompetensi afektif?
6.
Apa saja media pembelajaran yang sesuai pada modul pembelajaran inovatif agar
dapat dipergunakan pada pembelajaran Termokimia?
7.
Apakah modul pengajaran inovatif sudah standar dan dapat dipergunakan untuk
pengajaran kimia?
8.
Apakah modul pembelajaran kimia hasil inovasi pada topik termokimia efektif
digunakan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
9.
Apakah modul pembelajaran inovasi pada topik termokimia dapat meningkatkan
motivasi belajar pada pengajaran termokimia?
1.5.
Batasan Masalah
Agar peneliti tidak menyimpang dari tujuan penelitian maka dalam peneltian ini
perlu dibatasi. Dalam rumusan masalah diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Menyusun dan mengembangkan modul pembelajaran inovatif pada topik termokimia
sesuai dengan kurikulum 2013
2. Penyusunan modul pembelajaran inovatif akan dikembangkan dari minimal 5 buku
kimia yang digunakan di SMA tempat penelitian
3. Modul Pembelajaran akan dikaji dan direvisi oleh dosen Kimia, guru kimia dan siswa
sampai diperoleh modul pembelajaran yang sesuai kurikulum 2013
4. Pengujian modul pembelajaran untuk guru dan siswa terbatas
5. Melihat dan menilai bagaimana hasil
1.6.
dan motivasi belajar siswa
Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan penelitian adalah :
1.
Untuk mendapatkan modul pembelajaran inovatif yang standar sesuai kurikulum
2013 dan meningkatkan hasil belajar siswa
2.
Unuk mengetahui komponen-komponen yang dapat diintegtrasikan pada modul agar
memenuhi kompetensi yang dituntut dalam kurikulum 2013
3.
Untuk mengetahui susunan materi yang standar sesuai kurikulum 2013 pada modul
agar tercapai kompetensi pedagogik
4.
Untuk mengetahui kegiatan laboratorium yang dapat dilakukan agar tercapai
kompetensi psikomotor
5.
Untuk mengetahui kegiatan luar kelas yang dapat dilakukan agar kompetensi afektif
dapat tercapai
6.
Untuk mengetahui apa media pembelajaran yang sesuai pada modul pembelajaran
inovatif agar dapat dipergunakan pada pembelajaran Termokimia
7.
Untuk
menstandarisasi modul pembelajaran inovatif sesuai kurikulum 2013 agar
dapat dpergunakan dalam pengajaran kimia
8.
Untuk mengetahui apakah modul pembelajaran inomvatif efektif digunakan dan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
9.
Untuk mengetahui apakah modul pembelajaran inovatif dapat meningkatkan
motivasi siswa
1.7.
Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini sangat diharapkan agar bisa memberikan manfaat
bagi banyak kalangan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1.
Bagi Peneliti
Merupakan suatu pengalaman yang berharga dapat menganalisis buku serta mampu
menyusun dan mengembangkan modul pembelajaran inovatif
2.
Bagi Guru
Memberi informasi dan masukan serta membantu dalam penyampaian materi
pelajaran kepada siswa
3.
Bagi Siswa
Menambah pengetahuan dan membantu meningkatkan minat belajar serta
kemandirian siswa
4.
Bagi peneliti selanjutnya
Memberi informasi dalam penelitian selanjutnya untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran khususnya pembelajaran kimia
68
BAB B
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh setelah penelitian adalah :
1. Modul pembelajaran termokimia yang sesuai dengan kurikulum 2013 sebagai
media pembelajaran termokimia berdasarkan pada hasil penilaian yang
diberikan oelh tiga pihak yaitu dua Dosen jurusan kimia Unimed, tiga Guru
kimia yaitu Guru kimia SMA Negeri 5 Medan, Guru Kimia SMA Negeri 6
Medan, dan Guru kimia SMA negeri 10 Medan memberikan nilai 3,46 yang
berarti modul valid,
tidak perlu direvisi dan layak digunakan
2. Komponen yang dapat diintegrasikan dalam modul sesuai dengan kurikulum
2013 yaitu pengadaan urutan materi yang jelas dan soal evaluasi, kegiatan
laboratorium, kegiatan luar sekolah dan media yang sesuai
3. Susunan materi yang digunakan pada topik termokimia sesuai dengan
kurikulum 2013 yaitu sistem dan lingkungan, reaksi eksoterm dan reaksi
endoterm, entalpi dan perubahan entalpi dan penentuan perubahan entalpi.
4. Kegiatan laboratorium yang dapat dilakukan yaitu reaksi eksoterm dan reaksi
endoterm, kalorimeter dan percobaan hukum Hess
5. Kegiatan luar sekolah yang dapat dilakukan yaitu observasi mengenai konsep
hukum hess dan aplikasi termokimia dalam kimia industri
6. Media yang dapat diintegrasikan dalam modul adalah media macromedia
flash dan media powerpoint
7. Modul pembelajaran sudah standar dan dapat digunakan dalam pembelajaran
sesuai dengan penilaian Dosen, Guru dan Siswa yang memberikan nilai 3,46
yang berari modul valid dan dapat digunakan
8. Modul pembelajaran lebih efektif digunakan dalam meningkatkan hasil
belajar siswa. Rata-rata efektifitas siswa dikelas eksperimen pada kelompok
tinggi lebih tinggi daripada kelas kontrol ( 103,55 > 99,57 ) dua kelompok
berbeda nyata ( thitung > ttabel yaitu
6,64 > 1,319
). Demikiam halnya
dengan kelompok rendah, rata-rata efektifitas siswa dikelas eksperimen lebih
69
tinggi dari pada kelas kontrol (101,97 > 99,38 ) dua kelompok perlakuan
berbeda nyata yaitu (thitung > ttabel yaitu 2,088 > 1,319).
9. Modul pembelajaran inovatif memberikan motivasi belajar yang lebih baik
kepada siswa dibandingkan dengan buku teks kimia. Rata-rata motivasi siswa
di kelas eksperimen pada kelompok tinggi adalah 79,67% sedangkan kelas
kontrol 78,79%. Dan rata-rata motivasi di kelas kontrol untuk kelompok
tinggi adalah 78,79% dam kelompok rendah 77,59%. Secara keseluruhan
motivasi belajar di kelas eksperimen adalah 80,16 % dan di kelas control
adalah 77,76%.
78
10.
5.2.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan :
1. Sebelum menggunakan buku atau modul sebagai media pembelajaran,
seharusnya guru terlebih dahulu memeriksa isi buku yang akan digunakan,
sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangan baik dari segi urutan materi
serta dalam kebenaran konsep, dapat diperbaiki sebelum disampaikan kepada
siswa
2. Modul
pembelajaran
inovatif
untuk
pengajaran
termokimia
perlu
direkomendasikan untuk digunakan dalam proses belajar mengajar karena
dari hasil penelitian yabng dilakukan, modul kimia sangat efektif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa
3. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan modul pembelajaran
inovatif agar menganalisis lebih banyak buku pelajaran kimia dan dilakukan
secara bersamaan dengan guru tempat penelitian. Dan disarankan untuk
mengembangkan modul pembelajaran inovatif pada pokok bahasan kimia
yang lain agar dijadikan studi perbandingan guna untuk meningkatkan
kualitas pendidikan khususnya pelajaran kimia
69
Daftar Pustaka
Anom W.K (2001) peningkatan kemampuan guru mengaktifkan siswa belajar
kimia melalui jenjang evaluasi, forum pendidikan, 2(4) : 21-23
Arsyad, A., (2009), media pembelajaran, Penerbit PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Arikunto, S., (2006) dasar-dasar evaluasi pendidikan, penerbit Rineka Cipta,
Jakarta
Benny, R.,(2011) model ASSURE untuk mendesain pembelajaran sukses, penerbit
Dian Rakyat, Jakarta
Djaramah, B.S., dan Zein.,A.,(2002) strategi belajar mengajar, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta
Hamalik. O(2003), perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan system,
penerbit bumi aksara, Jakarta
Haetami
(2001)
pembelajaran
inovatif
kimia
unsure,
http:/www.artikelpendidikan.go.id(diakses pada 27 januari 2014)
Fadillah
(2010)
model
pembelajaran
konvensiaonal,
http:/www.artikelpendidikan.go.id (diakses 27 januari 2014)
Sinaga, R., (2013), Pengembangan Modul Pembelajaran Inovatif Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Pengajaran Hidrokarbon,
Skrips, FMIPA, Unimed, Medan.
Majid,
A.,(2008),
perencanaan
pembelajaran
mengembangkan
standar
kompetensi guru. PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Parulian, H.G, Situmorang, M. (2013), Inovasi Pembelajaran di Dalam Buku Ajar
Kimia SMA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI, Jurnal
Penelitian Bidang Pendidikan, 19(2)
70
Sanjaya, W (2007) strategi pembelajaran berbasis standar proses pendidikan,
kencan, Jakarta
Situmorang, M., (2013), Pengembangan Buku Ajar Kimia SMA Melalui Inovasi
Pembelajaran dan Integrasi Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa, Proseding Semirata, FMIPA, Universitas Lampung.
Situmorang, H., dan Situmorang, M., (2013), Efektifitas Metode Demonstrasi
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan
Pada Pengajaran Sistem Koloid, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
19(1)
Simatupang, N.I. dan Situmorang, M., (2013), Innovation Of Senior High School
Chemistry Textbook To Improve Student Achievement In Chemistry,
Proceeding of The 2nd International Conference of the Indonesia Chemical
Society 2013.
Situmorang, M., Simaremare, B., Elnovreny, J., Naiborhu, P.D., dan Sumbayak,
D., (2012), The Development of Chemistry Learning Module for RSBI
Senior High School Student, Laporan Penelitian, FMIPA UNIMED, Medan,
Indonesia.
Sutresna,Nana. 2007.Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas XI.Jakarta : Grafindo
Media Pratama
Sujana, N.,(2009), penilaian hasil proses belajar mengajar, Penerbit PT, Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Slameto (2003), belajar dan factor yang mempengaruhinya, rineka cipta, Jakarta
Yusfiani , M., dan Situmorang, M., (2011), Pengembangan dan Standarisasi Buku
Ajar Kimia SMA/MA Kelas XII Semester 1 Berdasarkan Standar Isi KTSP,
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan 17(1)
(http://semangatinspirasi.blogspot.com/2013/06/ciri-karaktertistikkurikulum-2013.html)
(http://www.m-edukasi.web.id/2013/06/prinsip-pengembangankurikulum-2013.html)