KAJIAN ANTROPOLOGIS MUSEUM TERBUKA.

(1)

KAJIAN ANTROPOLOGIS

MUSEUM TERBUKA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Sains pada

Program Studi Antropologi Sosial

Oleh: SURATNO NIP: 8106152019

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2013


(2)

(3)


(4)

i

ABSTRAK

SURATNO

: K

ajian Antropologis Museum Terbuka. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2013.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk Museum Terbuka, mendeskripsikan pengelolaan Museum Terbuka dan untuk mendeskripsikan fungsi Museum Terbuka. Konsep Open Air Museum belum terkenal di Indonesia dan di Sumatera Utara pada khususnya. Sebagai sebuah konsep baru Museum Terbuka belum populer, terutama di kalangan masyarakat. Konsep ini tidak hanya belum memasyarakat tetapi buku-buku tentang Museum Terbuka sulit didapat baik di toko buku atau di Perpustakaan termsuk perpustakaan Daerah dan di dalam UU No. 5 Tahun 1995 tentang Benda Cagar Budaya, P.P. No.19 tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan budaya benda cadangan dan UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya istilah Museum Terbuka tidak ditemukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah melalui observasi, wawancara, studi arsip / pustaka dan dokumentasi.Data dan informasi yang diperoleh di lapangan dikelompokkan berdasarkan jenis Museum Terbuka. Fungsi Museum Terbuka yaitu sebagai tempat pendidikan, tempt penelitian, tempat pelestarian dan tempat wisata. Lokasi penelitian berada di Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Deli Serdang, Kota Medan, Kota Tebing Tinggi, Kabupten Tapanuli Tengah, Kabupaten Samosir, Kabupaten Nias Selatan, Kbupaten Padang Lawas Utara dan di Kabupaten Simalungun.Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa ada Museum Terbuka di Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara. Museum Terbukan dapat dikelompokan dalam beberapa jenis yaitu: Museum Terbuka Etnis, Museum bangunan bersejarah, Museum Terbuka Situs dan Museum Terbuka kota dan bangunan bersejarah.


(5)

ii

ABSTRACT

SURATNO

: An Anthropological Study on Open Air Museum. Postgraduate program the state university of Medan 2013.

The aims of this study are to study describe; the forms of open air museum, management and functions. The concept of Open Air Museum has not been widely known in Indonesia and North Sumatra in particular. As a new concept, an open air museum is not popular in society yet. This concept is not only less recognized within society, but it is very difficult to find books of an open air museum either in book stores or libraries. In the law no 5 year 1995 which regulates Preservation of Cultural Objects and backed up by Government Rule no 19 year 1995 about Preservation and Utilization of those objects and regulation no 11 year 2010 do not mention an open air museum. This research used a qualitative descriptive method and observation, interview, achieves and documentary techniques. Data found from field study were categorized based on the types of an open air museum. The functions of an open air museum include educational, research, preservation and tourism. The locations of this research range from Kabupaten Langkat, Serdang Bedagai, Deli Serdang, City of Medan, South Nias, Padang Lawas, and Simalungun. The result of this research indicates that the open air museum in those areas are classified into a few types; Open museum of ethnic, historical buildings, sites, city open museum and historical buildings.


(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alahmmdulillah saya ucapkan kehadirat Allah Swt, atas kesehatan dan kesempatan yang diberikan kepada saya sehingga tesis saya berjudul: “KAJIAN ANTROPOLOGIS MUSEUM TERBUKA” selesai disusun.

Kajian Antropologis Museum Terbuka merupakan konsep baru di Sumatera Utara oleh karena itu saya pilih karena sesuai dengan studi yang saya ambil yakni Program Studi Antropologi Sosial Konsentrasi Pariwisata Budaya dan juga nantinya akan menjadi sumbangan berarti bagi Pemerintah Daerah dalam mengembangkan industri pariwisatanya.

Menyelesaikan tesis ini bukanlah hal yang mudah menurut saya mengingat : (1) lokasi penelitian tersebar di sepuluh Kabupaten dan Kota, (2) sulitnya mendapatkan referensi tentang Museum Terbuka, (3) adanya kesibukan lain saya dan dengan izin Allah Swt jugalah maka tesis ini selesai disusun.

Sebagai manusia saya menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itu sudah sepantasnya saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu saya secara moril maupun materil. Di antaranya adalah:

1. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan bantuan beasiswa BPPS kepada saya,

2. Prof. Dr. Bungaran Antonius Simanjuntak M.Si selaku Pembimbing I yang telah sabar dalam membimbing saya dari mulai menentukan isu penelitian, menentukan judul, penyusunan proposal tesis sampai penyusunan tesis,

3. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Pembimbing II, yang telah sabar dalam membimbing saya dari mulai menentukan isu penelitian, menentukan judul, penyusunan proposal tesis sampai penyusunan tesis,


(7)

4. Prof.Dr. Usman Pelly, M. Si, Prof. Dr. Robert Sibarani, M. Si dan Dr. Hidayat M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran-saran dimulai dari Proposal Tesis sehingga menjadi Tesis,

5. Direktur Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan dan seluruh jajarannya, 6. Dr. Phil. Ichwan Azhari M.S. selaku Ketua Program Studi Antropologi

Sosial,

7. Dr. Hidayat M. Si. selaku Sekretaris Program Studi Antropologi Sosial,

8. Seluruh Dosen Pengampu Mata Kuliah di Program Studi Antropologi Sosial,

9. Seluruh rekan angkatan 2010 di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan khususnya Program Studi Antropologi Sosial,

10.Teristimewa istri tercinta Dra. Yusmaniar atas do’a, dukungan dan segala pengorbanan yang tidak pernah berhenti, buat ananda Ahmad Azmi, Azizurahman dan Widya Putri Khairani yang menjadi sumber inspirasi sekaligus sumber motivasi selama studi,

11.Ibunda yang telah memberi dukungan dan do’a selama penulis studi di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan,

12.Buat seluruh keluarga yang secara langsung maupun tidak langsung turut mendukung penulis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu diharapkan kritik maupun saran membangun demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga tesis ini bermanfaat.

Medan, 19 Pebruari 2013


(8)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Fokus Penelitian ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1. Bentuk Museum Terbuka ... 9

2.1.1. Sejarah Museum Terbuka di Dunia ... 9

2.1.2. Sejarah Museum Terbuka di Indonesia ... 10

2.1.3. Konsep Museum Terbuka ... 13

2.1.4. Pengertian Museum Terbuka ... 14

2.1.5. Keterkaitan Museum Terbuka Dan Benda Cagar Budaya ... 16

2.1.6. Museum Terbuka di Dalam Undang-Undang ... 18

2.1.7. Kriteria Museum Terbuka ... 19

2.2. Pengelolaan Museum Terbuka ... 21

2.2.1. Cara Pengelolaan Museum Terbuka ... 21

2.2.2.. Syarat Berdirinya Museum Terbuka ... 22

2.2.3. Pembiayaan Museum Terbuka ... 23

2.2.4. Penanggung Jawab MuseumTerbuka ... 23

2.3. Fungsi Museum Terbuka ... 24

2.3.1. Sebagai Tempat Pendidikan ... 25

2.3.2. Sebagai Tempat Penelitian ... 25

2.3.3. Sebagai Tempat Pelestarian ... 25

2.3.4. Sebagai Tempat Rekreasi ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

3.1. Metode Deskriptif Kualitatif ... 29

3.1.1. Lokasi Penelitian ... 29

3.1.2. Waktu Penelitian ... 32

3.1.3. Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.1.4. Analisa Data ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 39


(9)

v

4.1.1. Museum Terbuka di Kabupaten Langkat ... 42

4.1.1.1. Dusun Cipta Darma, Desa Paya Tusam ... 42

4.1.1.2. Dusun II, Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu ... 47

4.1.2. Museum Terbuka di Kabupaten Serdang Bedagai ... 49

4.1.3. Museum Terbuka di Kabupaten Serdang ... 51

4.1.3.1. Kampung Melayu di Desa Klambir Lima Kampung .... 52

4.1.4. Museum Terbuka di Kota Medan ... 54

4.1.5. Museum Terbuka di Kota Tebing Tinggi ... 59

4.1.6. Museum Terbuka di Kabupaten Tapanuli Tengah ... 62

4.1.6.1. Makam Tuan Machdum ... 62

4.1.6.2. Makam Tuan Ibrahim Syah ... 64

4.1.6.3. Makam Tuan Ambar ... 66

4.1.6.4. Makam Papan Tinggi ... 68

4.1.6.5. Makam Mahligai ... 71

4.1.7. Museum Terbuka di Kabupaten Samosir ... 73

4.1.7. 1. Desa Tomok, Kecamatan Simanindo ... 73

4.1.8. Museum Terbuka di Kabupaten Nias Selatan ... 78

4.1.8.1. Desa Bawomataluo Kabupaten Nias Seklatan ... 78

4.1.9. Museum Terbuka di Kabupaten Padang Lawas Utara .. 80

4.1.9.1. Canci-candi di Desa Bahal, Kecamatan Portibi ... 80

4.1.10. Museum Terbuka di Kabupaten Simalungun ... 82

4.1.10.1. Rumah Bolon ... 82

4.2. Pengelolaan Museum Terbuka ... 90

4.2.1. Pengelolaan Museum Terbuka di Kabupaten Langkat . 91 4.2.2. Pengelolaan Museum Terbuka di Kabupaten Serdang Bedagai ... 93

4.2.3. Pengelolaan Museum Terbuka di Kabupaten Deli Serdang ... 94

4.2.4. Pengeloaan Museum Terbuka di Kota Medan ... 95

4.2.5. Pengelolaan Museum Terbuka di Kota Tebing Tinggi . 97

4.2.6. Pengelolaan Museum Terbuka di Kabupaten TapanuliTengah ... 99

4.2.7. Pengelolaan Museum Terbuka di Kabupaten Samosir . 100 4.2.8. Pengelolaan Museum Terbuka di Kabupaten Nias Selatan ... 100

4.2.9. Pengelolaan Museum Terbuka di Kabupaten Padang Lawas Utara. ... 102

4.2.10. Pengelolaan Museum Terbuka di Kabupaten Simalungun ... 102

4.3. Fungsi Museum Terbuka ... 103

4.3.1. Fungsi Museum Terbuka di Kabupaten Langkat ... 104

4.3.1.1. Museum Terbuka Kampung Bali ... 104

4.3.1.2. Museum Terbuka Kampung Melayu ... 105

4.3.2. Fungsi Museum Terbuka di Kabupaten Serdang Bedagai ... 106

4.3.2.1. Museum Terbuka Kampung Bali ... 106

4.3.3. Fungsi Museum Terbuka di kkabupaten Deli Serdang ... 107


(10)

vi

4.3.4. Fungsi Museum Terbuka di Medan ... 107

4.3.4.1. Museum Terbuka Kawasan Perkotaan Medan ... 107

4.3.5. Fungsi Museum Terbuka di Kota Tebing Tinggi ... 109

4.3.5.1. Museum Terbuka Kawasan Perkotaan Tebing Tinggi .. 109

4.3.6. Fungsi Museum Terbuka di Kabupaten Tapanuli Tengah ... 109

4.3.6.1. Museum Terbuka Situs Makam Kuno ... 109

4.3.7. Fungsi Museum Terbuka di Kabupaten Samosir ... 110

4.3.7.1. Museum Terbuka Pulau Samosir ... 110

4.3.8. Fungsi Museum Terbuka di Kabupaten Nias Selatan .... 112

4.3.8.1. Museum Terbuka Desa Bawomataluo ... 112

4.3.9. Fungsi Museum Terbuka di Kabupaten Padang Lawas Utara ... 112

4.3.9.1. Museum Terbuka Situs Candi ... 112

4.3.10. Fungsi Museum Terbuka di Kabupaten Simalungun ... 113

4.3.10.1. Museum Terbuka Rumah Bolon ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 116

5.1. Kesimpulan : ... 116

5.1.1. Kesimpulan Faktual ... 116

5.1.2. Kesimpulan Konsep ... 119

5.2 Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 123

LAMPIRAN ... 127


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia termasuk oleh rakyat yang ada di Sumatera Utara. Secara umum mereka sudah mengetahui bahwa museum merupakan tempat menyimpan atau memamerkan benda-benda kuno peninggalan masa lalu.

Sekarang ini sudah ada bentuk atau jenis museum baru yang disebut “Museum Terbuka”. Nama museum terbuka merupakan sesuatu yang baru khususnya bagi masyarakat yang berdomisili di Provinsi Sumatera Utara.

Museum terbuka merupakan hal yang baru di Indonesia dan di Sumatera Utara istilah museum terbuka diperkenalkan oleh Sitor Situmorang dalam bukunya Pemikiran Orang Batak yang berbunyai; “ jika kita hendak mengawetkan warisan budaya kuno Batak Toba, jelaslah bahwa pulau Samosir seolah sendirinya sudah tersedia sebagai museum terbuka”.

Jika Pulau Samosir merupakan salah satu contoh Museum Terbuka maka dapatlah diketahui adanya beberapa unsur yang melekat yaitu: (1) adanya unsur budaya, contohnya adat-istiadat, kepercayaan, upacara adat/ritual adat, seni dll, (2) adanya unsur alam, yakni pemandangan Danau Toba dan alam sekitarnya, (3) adanya unsur benda-benda peninggalan masa lalu yang masuk dalam kategori cagar budaya, misalnya rumah teradisional etnis Batak Toba, (4) adanya unsur


(12)

2

sosial budaya masyarakat dalam hal ini adalah nilai-nilai sosial dan budaya Batak Toba, (5) adanya unsur daya tarik wisata, kesemua unsur-unsur yang ada akan menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi para wisatawan.

Keberadaan Museum Terbuka di Sumatera Utara masih merupakan “misteri”. Mengapa demikian? Hal ini tidak lain karena Museum Terbuka belum dikenal dan tidak populer walau sebenarnya ada.

Hampir semua penduduk di Sumatera Utara merasa asing dengan nama Museum Terbuka, bahkan petugas Perpustakaan Wilayah di Brigjend Katamso Medan juga tidak tahu akan nama Museum Terbuka. Hal ini diketahui saat penulis mencari buku/jurnal/majalah tentang Museum Terbuka dan mereka balik bertanya; “Pak apa ada Nuseum Terbuka?” isi dialog ini makin memperkuat bahwa

Museum Terbuka belum

dikenal di Sumatera Utara.

Ketidaktahuan petugas

perpustakaan tersebut tentang

Gambar 1.1 : Tugu Lumbini, di Kabupaten Karo.(koleksi pribadi)

Gbr 1.2 Pagoda di dalam Taman Alam Lumbini, koleksi


(13)

3

Museum Terbuka diperkuat lagi oleh pendapat beberapa warga Sumatera Utara yang penulis temui di Taman Alam Lumbini saat melakukan pra riset.

Disengaja atau tidak sebenarnya sudah menjadi kewajiban Pemerintah Daerah untuk menemukan sekaligus

memperkenalkan Museum

Terbuka kepada semua lapisan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan seluruh rakyat Indonesia pada umumnya. Lalu munculah pertanyaan; mengapa hal ini terjadi? Untuk menjawab ini bukanlah semudah membalikan telapak tangan, karena akan melibatkan berbagai pihak terkait mulai dari Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata, pelaku industri pariwisata, para ahli di

bidang Museum

maupun Museum

Terbuka, dan juga pihak-pihak terkait lainnya.

Setelah melakukan pra riset ke Taman Alam Lumbini di kabupaten Karo maka penulis menduga bahwa taman tersebut merupakan salah salah satu contoh dari Museum Terbuka di Sumatera Utara.

Gbr 1.3 Patung Budha di salah satu sisi halaman taman, sumber gambar.


(14)

4

Dugaan penulis didukung dengan adanya beberapa unsur yang ada di taman tersebut. Adapun unsur-unsur tersebut antara lain adalah: (a) bentuk bangunan; model bangunan memiliki ciri-ciri tersendiri yang diadopsi dari negara Thailand yang di Indonesia belum ada sebelumnya, (b) adanya berbagai jenis patung di halaman taman tersebut, (c) adanya lingkungan alam di sekitar taman, (d) sebagai tempat ibadah bagi umat yang beragama Budha, (e) adanya pengelolaan atau manajemen atas Taman Alam Lumbini. Walau sudah memiliki ciri-ciri sebagai museum terbuka tetapi hal ini masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikannya.

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Pulau Sumatera, Indonesia yang terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, dengan luas daratan 71.680 km²

Medan adalah ibu kota Provinsi Sumatera Utara dan juga merupakan pusat kantor pemerintahan dan pusat bisnis karena Medan adalah kota terbesar ke-3 di Indonesia.

Dikelilingi dengan sumber daya alam tropis yang kaya, Sumatera Utara memiliki panorama spektakuler, Bukit Barisan yang terbentang dari Aceh hingga ujung pulau Sumatera, hutan hujan tropis di Taman Nasional Gunung Leuser dan Danau Toba, danau terbesar di dunia yang merupakan danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik yaitu Pulau Samosir yang berada pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.


(15)

5

Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan Nias, bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Letaknya yang relatif dekat dengan Malaysia dan Singapura membuat propinsi ini menjadi tujuan yang populer bagi wisatawan mancanegara.

Sumatera Utara terus berkembang sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) olah raga alternatif, seperti arung jeram, kayak arus deras, selancar, sepeda gunung, menyelam dan lainnya. (sumber: www.northsumatratourism.info)

Provinsi Sumatera Utara terbagi dalam 33 kabupaten dan kota serta banyak terdapat bangunan atau benda-benda peninggalan bersejarah yang menurut UU No: 5 Tahun 1992 dan UU No: 11 Tahun 2010 disebut dengan Benda Cagar Budaya dengan demikian maka Provinsi ini banyak memiliki potensi Museum Terbuka.

Saat ini Pemerintah Provinsi Sumatera Utara disengaja atau tidak sepertinya masih belum mampu mengelola dengan baik Museum Terbuka yang ada di provinsi ini, padahal potensi ini dapat mendorong dan menggairahkan industri pariwisata.

Pengertian Museum Terbuka secara baku belum ada di Indonesia. Yang ada adalah pengertian museum. Pengertian museum menurut ICOM (Internasional Council Of Museums) sebagaimana dikutip M. Amir Sutarga, museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani


(16)

6

masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang mengumpulkan, merawat, mengkomunikasikan dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, bukti-bukti material manusia dan lingkungannya, ( Sutarga,1991,3).

Dalam PP No. 19 tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya, BAB I pasal 1 ayat 1 disebutkan museum adalah lembaga , tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Sejauh ini di Sumatera Utara dan bahkan mungkin di Indonesia belum ada buku yang secara khusus membicarakan tentang Museum Terbuka.

Cecep Sukmana RS dalam Studi Tugas Akhir yang berjudul Museum Seni & Budaya Jawa Barat pada BAB II Tinjauan Terhadap Museum memberikan pengertian Museum Terbuka. Menurutnya;” Museum Terbuka adalah museum yang mengambil tempat pameran di alam terbuka dan hanya memanfaatkan bangunan untuk administrasi, service dan gedung penyimpanan”, (Cecep; 2006;9). Dengan berpedoman kepada Taman Alam Lumbini sebagai contoh Museum Terbuka maka saya berpendapat Museum Terbuka adalah museum yang keberadannya di tempat terbuka, adanya perpaduan unsur-unsur buatan atau ciptaan manusia dan unsur-unsur ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Museum Terbuka sebagai obyek wisata yang baru memiliki potensi dan peluang yang besar untuk berkembang. Hal ini karena obyek ini memiliki


(17)

7

kelebihan-kelebihan antara lain: (1) tidak ada gedung atau ruangan khusus; museum terbuka tidak memiliki gedung khusus dan jika ada gedung maka gedung tersebut menjadi bagian ataupun koleksi dari museum terbuka, (2) berada di alam terbuka; keberadaan museum terbuka adalah di tempat terbuka dengan demikian tempat museum ini bukan di dalam gedung tetapi di tempat terbuka, (3) berkaitan dengan benda atau bangunan peninggalan masa lalu; museum terbuka tidak dapat dipisahkan dengan benda-benda ataupun bangunan peningalan pada masa lalu yang kalau menurut UU No. 5 Thn 1992 Tentang Benda Cagar Budaya dan UU No. 11 Thn 2010 Tentang Cagar Budaya usia benda ataupun bangunan berusia sekurang-kurangnya 50 tahun, (4) adanya perpaduan antara buatan manusia dengan buatan Tuhan; contoh koleksi Museum Terbuka hasil ciptaan manusia adalah batu nisan, patung, bangunan rumah dll dan contoh buatan Tuhan antara lain laut, hutan, danau, dll.

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini ada 3 yaitu:

1) Bagaimanakah bentuk Museum Terbuka di Sumatera Utara? 2) Bagaimanakah pengelolaan Museum Terbuka?

3) Bagaimanakah fungsi Museum Terbuka?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk mendeskripsikan bentuk Museum Terbuka, 2) Untuk mendeskripsikan pengelolaan Museum Terbuka,


(18)

8

3) Untuk mendeskripsikan peran Museum Terbuka, 1.3. Fokus Penelitian

Menurut Spradley sebagaimana dikutip Sugiyono fokus penelitian merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial, (Sugiyono, 2011,209). Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian ini adalah:

1) Bentuk Museum Terbuka, 2) Pengelolaan Museum Terbuka,

3) Fungsi Museum Terbuka; Fungsi Museum Terbuka: sebagai tempat pendidikan, sebagai tempat penelitian, sebagai tempat pelestarian dan sebagai tempat rekreasi dan manfaat sosial budaya: sebagai sumber pendapatan bagi Pemerintah daerah, masyarakat, sebagai salah satu penyedia lapangan pekerjaan, dll.

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat secara akademik dan juga secara praktis. Secara akademik penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu permuseuman. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran kepada pihak pelaku industri pariwisata dalam mengembangkan industri pariwisata.


(19)

117

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian lapangan yang penulis lakukan di sepuluh Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara terdapat Museum Terbuka, sesuai dengan judul tesis ini dan kesimpulannya adalah:

5.1.1. Kesimpulan Faktual:

1. Museum Terbuka Museum Terbuka merupakan museum yang berada di tempat terbuka, koleksinya biasanya berkaitan dengan benda-benda atau barang-barang peninggalan masa lalu dan ada perpaduan hasil ciptaan Tuhan Tuhan Yang Maha Esa dan ciptaan manusia.

2. Lokasi Museum Terbuka di sepuluh kabupaten Kota di Sumatera Utara dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 5.1 Lokasi Penelitin Kabupaten Kota

No. Kabupaten/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan

1.

Langkat Wampu 1. Paya Tusam,

2. Stabat Lama Barat 2. Serdang Bedagai Pegajahan Pegajahan

3. Deli Serdang Hamparan Perak Klambir Lima Kampung 4. Medan * Kesawan & sekitarnya Kesawan & sekitarnya 5. Tebing Tinggi * Kota Tebing Tinggi Kota Tebing Tinggi


(20)

118

6. Tapanuli Tengah Barus 1. Aek Dakka

2. Bukit pangan, 3. Bukit Hasang, 4. Penanggahan.

7. Samosir * Simanindo Tomok

8. Nias Selatan Fanayama Bawomataluo

9. Padang Lawas Utara Portibi Bahal

10. Simalungun 1. Purba, Pematang Purba

3. Berdasarkan penelitian lapangan Museum Terbuka ada beberapa bentuknya antara lain yaitu:

1) Museum Terbuka berupa permukiman teradisional menurut etnisnya dalam satu Dusun, contohnya: kampung Bali di Dusun Cipta Darma di Desa Paya Tusam dan Kampung Melayu di Dusun II Desa Stabat Lama Barat Kecamatan Wampu dan Kampung Melayu di Desa Klambir Lima Kampung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang,

2) Museum Terbuka berupa kawasan permukiman teradisional dengan kawasan satu desa, contohnya: permukiman etnis Nias di Desa Bawomataluo, Kecamatn Fanayama, Kabupaten Nias Selatan.

3) Museum Terbuka berupa situs contohnya: situs makam-makam kuno penyebar agama Islam di Desa Aek Dakka, Bukit Pangan, Bukit Hasang Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah dan Candi Pulo, Candi


(21)

119

Bahal I, II dan III di Desa Bahal, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara.

4) Museum Terbuka berupa kawasan perkotaan contohnya kawasan Kesawan dan sekitarnya di Kota Medan .

5) Museum Terbuka berupa kawasan satu pulau contohnya pulau Samosir,Kabupaten Samosir.

6) Museum Terbuka berupa kompleks istana contohnya Rumah Bolon di Desa Pematang Purba, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun.

4. Sepuluh Pemerintah Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara yang menjadi lokasi penelitian belum memiliki konsep tentang Museum Terbuka hal ini dapat dilihat dari belum dikeluarkannya Peraturan Daerah tentang Museum Terbuka.

5. Secara garis besar fungsi Museum Terbuka ada 4 yaitu:

1. Sebagai tempat pendidikan; maksudnya adalah Museum Terbuka dapat dijadikan tempat sekaligus media pendidikan bagi siswa dari tingkat TK sampai dengan tingkat Mahasiswa,

2. Sebagai tempat penelitian; yang dimaksud dalam hal ini yakni Museum Terbuka dapat dijadikan lokasi penelitian bagi mahasiswa, dosen, ilmuan, maupun lembaga-lembaga ilmu pengetahuan,

3. Sebagai tempat pelestarian; maksudnya ialah Museum Terbuka merupakan tempat yang ideal untuk melestrikan terutama menyngkut hal-hal yang berkaitan dengn budaya, etnis atau suku, lingkungan alam dll.


(22)

120

4. Sebagai tempat rekreasi; maksudnya yaitu Museum Terbuka menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegra. Saat Penulis melakukan ke Rumah Bolon banyak wisatwan mncanegra yang datang dan saat diwawancarai mereka bersaal dari Amerika Serikat, Belanda, dan dari Jepang.

5.1.2. Kesimpulan Konsep :

Museum Terbuka jika dikelola dengan baik akan memberikan manfaat pada bidang-bidang berikut:

1. Di bidang Pariwisata; Museum Terbuka akan memperkaya objek-objek wisata yang ada dan tidak tertutup kemungkinan akan menambah gairah industri pariwisata yang lagi mengalami kelesuan,

2. Untuk Karakter Bangsa; Museum Terbuka bisa menjadi salah satu alat atau media untuk membentuk karakter bangsa yakni berupa nilai-nilai cinta tanah air, bangsa dan negara, contohnya: jika kita berkunjung ke Pulau Samosir, maka kita melihat keindahan pemandangan di Samosir yang dikelilingi Danau Toba maka akan muncul dalam hati dan pikiran kita untuk melestarikannya supaya dapat dinikmati oleh generasi mendatang,

3. Untuk Infastruktur; dengan adanya Museum Terbuka maka akses jalan menuju loksi Museum Terbuka idealnya harus bagus,

4. Secara Sosial Budaya; dengan datangnya wisatawan domestik ataupun dari mancanegara maka masyarakat sekitar lokasi Museum Terbuka


(23)

121

akan berinteraksi dengan orang lain yang memiliki latar belakang sosial budaya berbeda dengan demikian maka masyarakat setempat akan dapat membandingkan bahwa nilai sosial budaya supaya nilai-nilai sosial budaya yang baik yang tetap dipertahankan dan dilestarikan sebagai salah satu kekayaan bangsa,

5. Secara Ekonomi; dengan adanya Museum Terbuka maka perekonomian masyarakat sekitar lokasi Museum Terbuka akan meningkat atau kehidupan masyarakat akan lebih sejahtera,

6. Secara Religi; dengan danya Museum Terbuka situs makam atau kuburan kuno maka setiap orang yang berkunjung akan bertambah keimanan dan keyakinannya kepada Allah Swt.

5.2. SARAN

1. Setiap Pemerintah Kabupaten dan Kota sudah saatnya untuk melestarikan bangunan-bangunan Cagar Budaya sebagai aplikasi dari dari UU No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dan UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya dengan mengeluarkan Peraturan Daerah.

2. Museum Terbuka jika dikelola dengan baik sebagai industri pariwisata akan mendatangkan keuntungan: (1) bagi masyarakat sekitar lokasi Museum Terbuka karena mereka bisa menjual makanan, minuman maupun cendra mata hasil kerajinan tangan masyarakat dan dengan demikian akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, (2) bagi Pemda yakni akan menjadi salah satu


(24)

122

sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), (3) bagi pemuda/pemudi akan menjadi lapangan kerja sehingga mereka tidak perlu merantau ke kota besar untuk mencari pekerjaan.

3. Dalam melestarikan bangunan, gedung maupun situs bersejarah pihak Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota harus melibatkan semua pihak mulai dari unsur ilmuan, sejarawan, akademisi, praktisi, pemilik gedung atau bangunan bersejarah termasuk instansi BUMN ataupun Swasta.

4. Sudah saatnya setiap Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota mengeluarkan Perda. tentang Museum Terbuka untuk menambah koleksi objek wisata di daerahnya masing-masing dan sekaligus untuk menggairahkan industri pariwisata di Kabupaten Kota masing-masing khususnya dan di Sumatera Utara numumnya.

5. Setiap Kabupaten Kota harus memiliki tenaga-tenaga terlatih di bidang Permuseuman guna mengelola sekaligus mengembangkan bidang museum khususnya Museum Terbuka.

6. Pemerintah Kabupaten dan Kota dalam membangun hendaknya tetap melestarikan eksistensi bangunan ataupun gedung peninggalan bersejarah. 7. Sudah waktunya di Pulau Samosir dibngun bandara udara untuk pesawat kecil

gunanya untuk mempercepat akses wisatawan ke Samosir. Dengan adanya bandara udara maka: (1) jarak tempuh Medan-Pulau Samosir menjadi cepat, (2) membuka lapangan pekerjaan, (3) menambah penghasilan bgi penduduk terutama yang melakukan usaha jualan (seperti makanan, minuman ataupun


(25)

123

cendra mata) dan (4) akan mempercepat peroses pengangkutan masuk dan keluarnya berbagai jenis barang perdagangan,

8. Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota bisa membuat Museum Terbuka, misalnya:

 Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai bisa membuat Museum Terbuka di bekas lokasi MTQ tahun 2012 yang lalu tetapi menurut saya langkah pertama adalah memberdayakan kampung Bali di Pegajahan sebagai Museum Terbuka dengan mengeluarkan Perdanya.

 Pemerintah Kabupaten Deli Serdang bisa menjadikan Bumi Perkemahan Sibolangit sebagai Museum Terbuka, tetapi langkah pertama adalah memberdayakan Desa Klambir Lima Kampung sebagai Museum Terbuka dengan mengeluarkan Perdanya.


(26)

124

DAFTAR PUSTAKA

Amir Sutarga, Muhammad, 1982, Persoalan Museum di Indonesia, Direktorat Permuseuman, Jakarta.

Burcaw, G. Ellis, 1975, Introduction to Museum Work, The American Association for State and Local History nashville.

Causey, Andrew, 2006, DANAU TOBA Pertemuan Wisatawan dengan Batak Toba di Pasar Suvenir, Bina Media Perintis, Medan.

Daru Tjahjono, Baskoro, 2010, Memimpikan Museum Yang Menarik Pengunjung, BalainArkeologi Medan.

Damanik, Khairul Ikhwan dan kawan-kawan, 2010, Otonomi Daerah, Etnonasionalis dan Masa Depan Indonesia,Pustaka Obor, Jakarta.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Museum, 2009, Museografia Majalah Ilmu Permuseuman Vol. III, Juli 2009,Departemen

Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Museum , Jakarta.

Dimyati, Edi, 2010, 47 Museum Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Departemn Pendidikan dan Kebudayaan,1995, Kamus besar Bahasa Indonesia, Balai pustaka, Jakarta.

Dewi Wanti, Irini, dan kawan-kawan, 2006, BARUS: Sejarah Maritim dan Peninggalan Di Sumatera Utara, Balai Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional, Banda Aceh.

Dirjen Kebudayaan Debdikbud, Jakarta,2000, Museografi dan Museologi, Proyek Pembinaan Permuseuman Direktorat Pendidikan Nasional, Jakarta

Dokumentasi dan Publikasi Subdirektorat Bagaimana Mendirikan Sebuah

Museum, Kepala Seksi Registrasi dan Dokumentasi Direktorat , Museum, Jakarta.

Ilham, 2009, Pengembangan Potensi Museum Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya, Jurnal Kepariwisataan, Vol 1, 2009, AkPar. Makasar.


(27)

125

Rosdakarya, Bandung.

Margaretha Setianingsih, Rita,2010, Desartasi: Model Pengelolaan Ecomuseum Kawasan Padang Lawas Melalui Pemanfaatan Peninggalan

Budaya, Medan.

Milles, Matthew B. dan A. Michael Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Noor, Juliansyah, 2010, Metode Penelitian (Skripsi, Tresis, Desartasi & Karya Ilmiah), Kencana , Jakarta.

Paardekooper, Roeland, 2012, the value of an Archeological Open-Air Museum is in its use Understnding Archeological Open-Air Museums and their Visitor, Sidestone Press, Leiden.

P. Koestoro, Lucas dan kawan-kawan,2001, BIARO BAHAL Selayang Pandang,. Maparasu, Medan.

PP No. 19 thn 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya.

PDAM Tirtanadi, 2005, 100 Tahun Mengalirkan Air Kehidupan, USU Press. P. Koestoro, Lucas dan kawan-kawan, 2001, BIARO BAHAL Selayang.

Pandang, Maparasu, Medan.

P. Spradly, James, 2006, Metode Etnografi, Tiara Wacana, Yogyakarta Pichard, Michel, 2006, BALI, Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata (diterjemahkan oleh Jean Couteau dan Warih Wisatsana),

Kepustakaan Populer Gramedia Forum Jakarta-Paris Ecole fra caise d’Extre e-orient, Jakarta.

Raswaty, Retno, 2009, Konsep Museum Situs Dan Open-Air

Museum Indonesia: Tinjauan Kasus Pada Taman

Arkeologi OnrustT, Museum Situs Kepurbakalaan

Banten Lama Dan Taman Mini Indonesia Indah, Tesis, FIB, UI.


(28)

126

Utara, SITUS CANDI DI PADANG LAWAS Tinggalan Arkeologi Masa Hindu- Buddha Di Kabupaten Padang Lawas Utara, Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.

Ramadhan, Agus,1999,Perkembangan Permuseuman di Indonesia dari Pelita I-VI, Direktorat PermuseumanDitjen Kebudayaan Dedikbud,

Jakarta.

Situmorang, Sitor dalam B.A. Simanjuntak,2011, Kebudayaan Tradisional dan Pariwisata; Kasus Samosir Dalam Pemikiran TentangBatak, Yayasan Pustaka Obor, Jakarta.

Simanjuntak, Antonius Bungaran,2011, Pemikiran Tentang Batak, Yayasan Pustaka Obor, Jakarta.

---, 2009,Metode Penelitian Sosial,Bina Media Perintis, Medan.

Sugiyono, 2011,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Soedewo, Ery dan kawan-kawan,2010,PEREKAMAN PENINGGALAN SEJARAH BUDAYA ISLAM DI SUMATERA UTARA,Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.

Suyanto, Bagong dan Kawan-kawan, 2011,Metode Penelitian Sosial edisiRevisi), Kencana, Jakarta.

Suratno dalam Bungaran Antonius Simanjuntak,2012, Konsep Pembangunan Danau Toba dalam Kosepku Membangun Bangso Batak,

Yayasan Pustaka Obor, Jakarta.

Tengku Lukman Sinar 1999, Informasi & Foto Bangunan-bangunan Yang Diusulkan Untuk Dilindungi, BWS.

UU Nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. UU Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Wahyu Oetomo, Repelita, 2011, Pemanfaatan dan Pengembangan Obyek Arkelologi di Padang Lawas dan Padang Lawas Utara

Kawasan Wisata Budaya Terpadu, Jurnal Berkala Arkeologi SANGKHAKALA, Balai Arkeologi Medan.


(29)

127

Wawan, Yogaswara, Kepala Seksi Dokumentasi dan Publikasi Subdirektorat Registrasi dan Dokumentasi dan Dokumentasi Direktorat Museum,

Bagaimana mendirikan Sebuah Museum,Jakarta.

Widadi, Zahir,2010, Peran Edukasi Museum/Studi Museum Batik di Pekalongan, (Tesis), Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program ojStudi Magister Arkeologi, UI, Dep

Daftar Referensi Internet

jejakwisata.com, 2011, Museum alam terbuka museum-prasasti-sejarah, PDF

kebudayaanindonesia.net/.../arsitektur-istana-raja-simalungu

Ml.scribd.com/.../jbptunikompp-gdl-s1-2006-cecepsukmana ,rs. Studio tugas akhir Museum seni & budaya jawa barat

- archivera.blogspot.com, 2008, rumah-suku-melayu. langkat htm... uttyorrith.blogspot.com/2011/01/tugas-kepariwisataan

www.diskusiskripsi.com/.tanpa tahun, skripsi-universitas-sumatera-utara, uumakalah | skripsi | tesis. Kumpulan makalah skripsi dan tesis ... Medan - wikipedia, the free encyclopedia.

www.aeom.org, 2007, open air museums – history, aeom association of european

www.newworldencyclopedia.org/entry/Open_air_museum

:www.muzeulastra.ro, 2010, THE INCLUSIVEMUSEUM, www.Museum-Journal.com, JOURNALTHE I N T E R N AT I O N A L, of Volume 3, Number 2 www.waspada.co.id/index.php?...article...rumah-bolon-rum...


(1)

sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), (3) bagi pemuda/pemudi akan menjadi lapangan kerja sehingga mereka tidak perlu merantau ke kota besar untuk mencari pekerjaan.

3. Dalam melestarikan bangunan, gedung maupun situs bersejarah pihak Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota harus melibatkan semua pihak mulai dari unsur ilmuan, sejarawan, akademisi, praktisi, pemilik gedung atau bangunan bersejarah termasuk instansi BUMN ataupun Swasta.

4. Sudah saatnya setiap Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota mengeluarkan Perda. tentang Museum Terbuka untuk menambah koleksi objek wisata di daerahnya masing-masing dan sekaligus untuk menggairahkan industri pariwisata di Kabupaten Kota masing-masing khususnya dan di Sumatera Utara numumnya.

5. Setiap Kabupaten Kota harus memiliki tenaga-tenaga terlatih di bidang Permuseuman guna mengelola sekaligus mengembangkan bidang museum khususnya Museum Terbuka.

6. Pemerintah Kabupaten dan Kota dalam membangun hendaknya tetap melestarikan eksistensi bangunan ataupun gedung peninggalan bersejarah. 7. Sudah waktunya di Pulau Samosir dibngun bandara udara untuk pesawat kecil

gunanya untuk mempercepat akses wisatawan ke Samosir. Dengan adanya bandara udara maka: (1) jarak tempuh Medan-Pulau Samosir menjadi cepat, (2) membuka lapangan pekerjaan, (3) menambah penghasilan bgi penduduk terutama yang melakukan usaha jualan (seperti makanan, minuman ataupun


(2)

cendra mata) dan (4) akan mempercepat peroses pengangkutan masuk dan keluarnya berbagai jenis barang perdagangan,

8. Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota bisa membuat Museum Terbuka, misalnya:

 Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai bisa membuat Museum Terbuka di bekas lokasi MTQ tahun 2012 yang lalu tetapi menurut saya langkah pertama adalah memberdayakan kampung Bali di Pegajahan sebagai Museum Terbuka dengan mengeluarkan Perdanya.

 Pemerintah Kabupaten Deli Serdang bisa menjadikan Bumi Perkemahan Sibolangit sebagai Museum Terbuka, tetapi langkah pertama adalah memberdayakan Desa Klambir Lima Kampung sebagai Museum Terbuka dengan mengeluarkan Perdanya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Amir Sutarga, Muhammad, 1982, Persoalan Museum di Indonesia, Direktorat Permuseuman, Jakarta.

Burcaw, G. Ellis, 1975, Introduction to Museum Work, The American Association for State and Local History nashville.

Causey, Andrew, 2006, DANAU TOBA Pertemuan Wisatawan dengan Batak Toba di Pasar Suvenir, Bina Media Perintis, Medan.

Daru Tjahjono, Baskoro, 2010, Memimpikan Museum Yang Menarik Pengunjung, BalainArkeologi Medan.

Damanik, Khairul Ikhwan dan kawan-kawan, 2010, Otonomi Daerah, Etnonasionalis dan Masa Depan Indonesia, Pustaka Obor, Jakarta.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Museum, 2009, Museografia Majalah Ilmu Permuseuman Vol. III, Juli 2009,Departemen

Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Museum , Jakarta. Dimyati, Edi, 2010, 47 Museum Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Departemn Pendidikan dan Kebudayaan,1995, Kamus besar Bahasa Indonesia, Balai pustaka, Jakarta.

Dewi Wanti, Irini, dan kawan-kawan, 2006, BARUS: Sejarah Maritim dan Peninggalan Di Sumatera Utara, Balai Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional, Banda Aceh.

Dirjen Kebudayaan Debdikbud, Jakarta,2000, Museografi dan Museologi, Proyek Pembinaan Permuseuman Direktorat Pendidikan Nasional, Jakarta

Dokumentasi dan Publikasi Subdirektorat Bagaimana Mendirikan Sebuah

Museum, Kepala Seksi Registrasi dan Dokumentasi Direktorat , Museum, Jakarta.

Ilham, 2009, Pengembangan Potensi Museum Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya, Jurnal Kepariwisataan, Vol 1, 2009, AkPar. Makasar.


(4)

Rosdakarya, Bandung.

Margaretha Setianingsih, Rita,2010, Desartasi: Model Pengelolaan Ecomuseum Kawasan Padang Lawas Melalui Pemanfaatan Peninggalan

Budaya, Medan.

Milles, Matthew B. dan A. Michael Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Noor, Juliansyah, 2010, Metode Penelitian (Skripsi, Tresis, Desartasi & Karya Ilmiah), Kencana , Jakarta.

Paardekooper, Roeland, 2012, the value of an Archeological Open-Air Museum is in its use Understnding Archeological Open-Air Museums and their Visitor, Sidestone Press, Leiden.

P. Koestoro, Lucas dan kawan-kawan,2001, BIARO BAHAL Selayang Pandang,. Maparasu, Medan.

PP No. 19 thn 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya.

PDAM Tirtanadi, 2005, 100 Tahun Mengalirkan Air Kehidupan, USU Press. P. Koestoro, Lucas dan kawan-kawan, 2001, BIARO BAHAL Selayang.

Pandang, Maparasu, Medan.

P. Spradly, James, 2006, Metode Etnografi, Tiara Wacana, Yogyakarta Pichard, Michel, 2006, BALI, Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata (diterjemahkan oleh Jean Couteau dan Warih Wisatsana),

Kepustakaan Populer Gramedia Forum Jakarta-Paris Ecole fra caise d’Extre e-orient, Jakarta.

Raswaty, Retno, 2009, Konsep Museum Situs Dan Open-Air Museum Indonesia: Tinjauan Kasus Pada Taman Arkeologi OnrustT, Museum Situs Kepurbakalaan

Banten Lama Dan Taman Mini Indonesia Indah, Tesis, FIB, UI.


(5)

Utara, SITUS CANDI DI PADANG LAWAS Tinggalan Arkeologi Masa Hindu- Buddha Di Kabupaten Padang Lawas Utara, Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.

Ramadhan, Agus,1999, Perkembangan Permuseuman di Indonesia dari Pelita I-VI, Direktorat PermuseumanDitjen Kebudayaan Dedikbud, Jakarta.

Situmorang, Sitor dalam B.A. Simanjuntak,2011, Kebudayaan Tradisional dan Pariwisata; Kasus Samosir Dalam Pemikiran TentangBatak, Yayasan Pustaka Obor, Jakarta.

Simanjuntak, Antonius Bungaran,2011, Pemikiran Tentang Batak, Yayasan Pustaka Obor, Jakarta.

---, 2009, Metode Penelitian Sosial, Bina Media Perintis, Medan.

Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Soedewo, Ery dan kawan-kawan,2010,PEREKAMAN PENINGGALAN SEJARAH BUDAYA ISLAM DI SUMATERA UTARA,Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.

Suyanto, Bagong dan Kawan-kawan, 2011, Metode Penelitian Sosial edisiRevisi), Kencana, Jakarta.

Suratno dalam Bungaran Antonius Simanjuntak,2012, Konsep Pembangunan Danau Toba dalam Kosepku Membangun Bangso Batak,

Yayasan Pustaka Obor, Jakarta.

Tengku Lukman Sinar 1999, Informasi & Foto Bangunan-bangunan Yang Diusulkan Untuk Dilindungi, BWS.

UU Nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. UU Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Wahyu Oetomo, Repelita, 2011, Pemanfaatan dan Pengembangan Obyek Arkelologi di Padang Lawas dan Padang Lawas Utara

Kawasan Wisata Budaya Terpadu, Jurnal Berkala Arkeologi SANGKHAKALA, Balai Arkeologi Medan.


(6)

Wawan, Yogaswara, Kepala Seksi Dokumentasi dan Publikasi Subdirektorat Registrasi dan Dokumentasi dan Dokumentasi Direktorat Museum,

Bagaimana mendirikan Sebuah Museum,Jakarta.

Widadi, Zahir,2010, Peran Edukasi Museum/Studi Museum Batik di Pekalongan, (Tesis), Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program ojStudi Magister Arkeologi, UI, Dep

Daftar Referensi Internet

jejakwisata.com, 2011, Museum alam terbuka museum-prasasti-sejarah, PDF kebudayaanindonesia.net/.../arsitektur-istana-raja-simalungu

Ml.scribd.com/.../jbptunikompp-gdl-s1-2006-cecepsukmana ,rs. Studio tugas akhir Museum seni & budaya jawa barat

- archivera.blogspot.com, 2008, rumah-suku-melayu. langkat htm... uttyorrith.blogspot.com/2011/01/tugas-kepariwisataan

www.diskusiskripsi.com/.tanpa tahun, skripsi-universitas-sumatera-utara, uumakalah | skripsi | tesis. Kumpulan makalah skripsi dan tesis ... Medan - wikipedia, the free encyclopedia.

www.aeom.org, 2007, open air museums – history, aeom association of european

www.newworldencyclopedia.org/entry/Open_air_museum

:www.muzeulastra.ro, 2010, THE INCLUSIVEMUSEUM, www.Museum-Journal.com, JOURNAL THE I N T E R N AT I O N A L, of Volume 3, Number 2 www.waspada.co.id/index.php?...article...rumah-bolon-rum...