KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PU

1

2

3

4

KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK
DI BAWAH JEMBATAN LAYANG
(STUDI KASUS: AHMAD YANI, MALANG)
Wiwik D Susanti, Niniek Anggriani
Progdi Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
E-mail : [email protected]
Abstrak
Keterbatasan penyediaan ruang terbuka di perkotaan menjadikan fenomena
pemanfaatan ruang terbuka publik di bawah jembatan layang Ahmad Yani semakin marak.
Salah satu contoh pemanfaatan ruang terbuka publik di bawah jembatan layang yaitu di jl
Ahmad Yani Kota Malang. Bentuk pemanfaatan ruang terbuka publik di bawah jembatan layang
Ahmad Yani memiliki pola pemanfaatan dan karakteristik yang berbeda. Perbedaan pola

pemanfaatan ruang terbuka publik dipengaruhi oleh potensi lingkungan sekitar yang
mendukung tumbuhnya aktivitas tersebut. Terdapat empat jenis pengguna yang memanfaatkan
ruang terbuka publik tersebut yaitu pedagang kaki lima, pejalan kaki, pengendara motor dan
pengemudi mobil. Keempat aktivitas yang dilakukan oleh pengguna tersebut memiliki
karakteristik dan lokasi yang berbeda. Pada segmen I didominasi dengan pejalan kaki dan
pedagang kaki lima. Kedua aktivitas tersebut memiliki pola yangsama yaitu sejajar. Sedangkan
pada segmen II didominasi dengan parkir mobil. Pola pemanfaatan pengendara mobil
berbentuk linier sesuai dengan bentuk ruang terbuka publik.
Kata kunci: ruang terbuka publik, padagang kaki lima, pejalan kaki, pengendara mobil
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan Jembatan layang Ahmad Yani diresmikan pada tahun 2007 menjadikan
jembatan layang tersebut sebagai salah satu icon Kota Malang. Fenomena yang terjadi pada
saat ini ruang terbuka publik di bawah jembatan layang Ahmad Yani menjadi tempat
pemberhentian sementara bagi pejalan kaki, pengemudi kendaraan dan penumpang kendaraan
umum. Munculnya tempat pemberhentian sementara karena pengguna menangkap terdapat
sebuah peluang baik dilihat dari segi ekonomi ataupun dari segi arsitektural (nanungan dan
penerangan) untuk dapat dimanfaatkan Menurut Litman (2008) Transportasi dapat
mempengaruhi pola tata guna lahan dan menghasilkan dampak ekonomi, sosial dan
lingkungan. Dampak langsung mencakup dampak terhadap tata guna lahan untuk transportasi,

dan dampak tidak langsung diakibatkan oleh perubahan pola perkembangan tata guna lahan di
sekitarnya.
Terdapat perbedaan pola yang signifikan dalam memanfaatkan ruang terbuka publik di
bawah jembatan layang Ahmad Yani. .Apabila dilihat dari pola pemanfaatannya maka
dibedakan menjadi 2 segmen yaitu pada sisi Selatan dan Utara. Sisi selatan dipisahkan oleh rel
kereta api.

5

SEGMEN I

SEGMEN II

Gambar 1: Lokasi ruang terbuka publik
Sumber: Analisis penulis, 2014
RUMUSAN MASALAH
Dalam penelitian ini berusaha untuk membahas mengenai pola pemanfaatan ruang
terbuka publik di bawah jembatan layang.
TINJAUAN PUSTAKA
Kajian pustaka merupakan salah satu langkah pendekatan teoritik dalam rangkaian pendekatan

penelitian. Kerangka pemikiran dalam pendekatan teoritik terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Fenomena pemanfaatan ruang terbuka publik di bawah jembatan layang di Indonesia
2. Implikasi kebutuhan manusia akan ruang publik
3. Pola pemanfaatan ruang publik (arsitektur dan perilaku)
METODE PENELITIAN
Pendekatan metodologi pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksploratif
dengan menggunakan metode campuran (kualitatif dan kuantitatif).
 Observasi
Kegiatan observasi dilengkapi dengan bantuan dokumentasi berupa foto-foto dan
pemetaan. Pemetaan dilakukan. dengan cara melakukan pengamatan terhadap perilaku yang
meliputi lima elemen bagian dari behavior setting. (John Lang, 1987)
1. Terdapat perilaku yang melakukan aktivitas
2. Terdapat suatu ktivitas yang berulang-ulang dan membentuk pola perilaku
3. Tata lingkungan tertentu
4. Membentuk suatu hubungan antara pola kegiatan dan milleu (setting tempat)
5. Dilakukan pada periode waktu tertentu
Pengamatan terhadap Behaviour Setting
Terdapat dua cara melakukan pemetaan perilaku yakni (Haryadi, Setiawan B, 1995)
a. Place center map
Langkah-langkah yang harus dilakukan pada teknik ini adalah:

1. Membuat sketsa tempat / seting yang meliputi seluruh unsur fisik yang diperkirakan
mempengaruhi perilaku pengguna ruang.
2. Membuat daftar perilaku yang akan diamati serta menentukan simbol / tanda sketsa setiap
perilaku.

6

3. Kemudian dalam kurun waktu tertentu, peneliti mencatat bcrbagai perilaku yang terjadi di
tempat tersebut dengan menggunakan simbol - simbol di peta dasar yang telah disiapkan.
b.
1.
2.
3.
4.
5.

Person center map
Langkah-langkah yang dilakukan pada teknik ini adalah :
Menentukan jenis sampel person yang akan diamati (aktor / pengguna ruang secara
individu).

Menentukan waktu pengamatan (pagi, siang, malam)
Mengamati aktivitas yang dilakukan dari masing-masing individu.
Mencatat aktivitas sampel yang diamati dalam matrix
Membuat alur sirkulasi sampel di area yang diamati mengetahui kemana orang Itu pergi.

Analisa
Proses analisa menggunakan analisa kualitatif hasil dari pengumpulan data berupa
behavior mapping. Analisa kualtitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi
tertentu (dalam konteks tertentu). Dalam tahan analisa tersebut dapat dilihat kecenderungankecenderungan pengguna dalam melakukan aktivitas sekaligus memanfaatkan fasilitas di ruang
terbuka publik di bawah jembatan layang Ahmad Yani. (Sugiono, 2002)
PEMBAHASAN
Analisa pola pemanfaatan ruang terbuka publik
Ruang terbuka publik di bawah jembatan layang pada segmen I dan II merupakan salah
satu ruang publik dengan jenis penggunaan yang beragam. Penggunaan ruang terbuka publik
dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan oleh pengguna dalam memanfatkan ruang terbuka
publik.
Analisis aktivitas pengguna pada ruang terbuka publik
Jenis aktivitas pada segmen I dan II dipengaruhi oleh letaknya. Letak segmen I berdekatan
dengan persimpangan jalur primer, sehingga mempengaruhi tumbuhnya aktivitas di ruang
terbuka publik tersebut. Persimpang jalur primer tersebut merupakan terminal bayangan,

banyak sekali aktivitas menaikkan dan menurunkan penumpang. Sedangkan pada segmen II
letak ruang terbuka publik berdekatan dengan kawasan pertokoan yang memanfaatkan ruang
terbuka publik untuk fasilitas parkir.

Gambar 2: Lokasi ruang terbuka publik
Sumber: Analisis penulis, 2014
7

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan metode
Person center map dan Place centered map, maka dapat diklasifikasikan jenis pengguna
menjadi 4 jenis yaitu:
1. Pedagang kaki lima
2. Pejalan kaki
3. Pengendara motor
4. Pengendara mobil
A Analisa aktivitas pedagang kaki lima
Pada siang dan sore hari (segmen 1)
Lokasi pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima terletak pada ujung
sebelah Utara berbatasan dengan persimpangan. Pedagang kaki lima menangkap adanya
potensi kecenderungan tingginya tingkat keramaian yang sering dikunjungi oleh masyarakat.

(Mc. Gee dan Yeung, 1977 dalam Susilo, agus; 2011)

Gambar 3: Lokasi PKL pada segmen I
Sumber: Analisi penulis, 2014
Pola pemanfaatan yang dilakukan oleh pedagang kaki lima yaitu berbentuk sejajar. Pola
sejajar yaitu pola yang mengikuti bentuk jalan raya. Bentuk sejajar yang memanfaatkan ruang
terbuka publik tersebut memiliki dimensi lebar ± 2.5 m. Pada umumnya pedagang kaki lima
yang berdagang pada siang sore tidak menggunakan banyak peralatan tambahan. Pedagang
memanfaatkan fasilitas pembatas pada bagian tengah sebagai tempat duduk bagi pembeli.

Pola PKL

Pola pembeli

Gambar 4: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada siang hari
Sumber: Analisis penulis, 2014

8

Pada malam hari pada segmen I

Pada bagian ujung Utara pemanfaatan ruang terbuka publik juga pada perbatasan antara
segmen I dan segmen II. Meskipun tidak terlalu ramai seperti pada bagian Utara tetapi aktivitas
pejalan kaki tersebut juga rutin dilakukan setiap malam.

Gambar 5: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada malam hari
Sumber: Analisi penulis, 2014
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima pada malam hari
berbentuk sejajar. Pada malam hari pengguna memanfaatkan trotoar di bawah jembatan layang
sebagai area makan. Dengan luasan ruang tiap pedagang kaki lima ± 10 m².
Pola PKL

Pola pembeli

Gambar 6: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada malam hari
Sumber: Analisi penulis, 2014

9

Analisa pedagang kaki lima pada segmen II
Analisa pedagang kaki lima pada siang, sore dan malam hari

Pada segmen II kecenderungan pemanfaatan ruang terbuka publik dimanfaatkan untuk
lahan parkir. Karena dipenuhi oleh lahan parkir maka tidak pedagang kaki lima yang
berjualan pada segmen II. Lokasinya yang berdekatan dengan rel kereta api selain itu tidak
berada pada daerah persimpangan, sehingga tidak adanya peluang keramaian yang bias
ditangkap oleh pedagang kaki lima.

Gambar 7: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dimanfaatkan untuk parkir
Sumber: Analisis penulis, 2014
B. Pejalan Kaki
Kegiatan berjalan pada siang, sore dan malam hari (segmen I)
Kegiatan berjalan yang dipilih oleh pengguna pada segmen I dipengaruhi oleh jalan pintas
yang tersedia. Pada segmen I terdapat jalan pintas yang biasanya dipilih oleh pengguna dalam
melakukan aktivitas berjalan. Pemilihan jalan pintas dipilih karena adanya anggapan lebih
dekat.

Pola pejalan kaki acak

Gambar 8: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pejalan kaki pada siang hari
Sumber: Analisis penulis, 2014
10


Dampak dari penggunaan jalan pintas oleh pejalan kaki mengakibatkan ditangkapnya sebuah
peluang oleh pedagang kaki lima untuk berjualan diruang terbuka publik. Pola yang
ditimbulakan oleh aktivitas berjalan membentuk pola acak
Kegiatan berhenti pada siang dan sore hari (segmen I)
Kegiatan berhenti pada siang dan sore hari yang sering dilakukan oleh pengguna yaitu
memanfaatkan ruang terbuka publik dengan duduk santai, duduk makan dan minum dan duduk.
Kegiatan berhenti pada siang hari biasanya didominasi oleh pelajar pulang sekolah, sedangkan
pada sore hari didominasi oleh pekerja yang pulang kerja. Dengan memanfaatkan pembatas
trotoar sebagai tempat untuk duduk dan menikmati makanan, memberikan kenyamanan bagi
pembeli.
Kegiatan berhenti di ruang terbuka publik pada siang hari dan sore hari membentuk pola
sejajar. Pola sejajar yaitu pola yang mengikuti bentuk jalan raya.

Kegiatan berhenti yang dilakukan oleh pejalan
kaki
Gambar 9: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada siang hari
Sumber: Analisi penulis, 2014
Kegiatan berhenti pada malam hari (segmen I)
Kegiatan berhenti yang dilakukan oleh pejalan kaki pada malam hari yaitu dengan

melakukan aktivitas makan, minum, bersosialisasi dan bersantai. Pada malam hari biasanya
pejalan kaki berhenti lebih lama untuk menikmati suasana malam hari dengan duduk lesehan.
Perbedaan waktu pemanfaatan ruang terbuka publik pada malam hari dikarenakan terdapat
desain khusus yang disengaja diperuntukan bagi pembeli. Desain tersebut sangatlan
sederhana dengan memberikan alas berupa tikar dan meja kecil sebagai tempat untuk makan.
.
Pola PKL

Pola pembeli
Gambar 10 :Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan kegiatan berhenti
Sumber: Analisis penulis, 2014
11

Kegiatan berjalan dan berhenti pada siang sore dan malam segmen II
Kegiatan berjalan kaki pada segmen II pada siang, sore dan malam hari memiliki
kesamaan. Karena dominasi aktivitas yang dilakukan oleh pengguna yaitu kegiatan parkir.
Sehingga aktivitas pejalan kaki hanya memarkirkan mobil.
C. Analisa aktivitas pengemudi motor
Analisa aktivitas pengemudi motor siang dan sore (segmen I)
Pola pemanfaatan pengemudi motor yaitu berpola acak karena kegiatan berhenti yang
dilakukan bersifat sementara. Aktivitas yang dilakukan hanya aktivitas berhenti. Setelah
berhenti membeli makanan biasanya mereka melanjutkan perjalanan. Kondisi ruang terbuka
publik yang ternaungi, digunakan sebagai tempat transit sementara oleh pengendara
kendaraan bermotor untuk melepas lelah.

Pengendara motor ketika
memanfaatkan ruang terbuka publik

Gambar 11: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengendara motor
Sumber: Analisis penulis, 2014
Analisa aktivitas pengemudi motor malam hari
Pengguna ruang terbuka publik berupa pengendara motor pada malam hari biasanya
lebih sering memanfaatkan ruang terbuka publik. Karena terdapat tempat parkir motor khusus
yang disediakan oleh penjual. Penyediaan fasilitas parkir tersebut memberikan nilai tambah
bagi pengendara motor dalam menikmati suasana malam di ruang terbuka publik tersebut.

Parkir motor

Gambar 12 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengendara motor pada malam hari
Sumber: Analisis penulis, 2014
12

Analisa aktivitas pengemudi motor pada segmen II
Aktivitas pengemudi motor pada siang, sore dan malam hari
Aktivitas pengemudi motor pada siang, sore dan malam hari jarang sekali ditemukan,
karena didominasi dengan parkir mobil. Sehingga terdapat kesulitan ketika pengemudi motor
akan parkir di ruang terbuka publik.

Gambar 13 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengemudi motor pada siang, sore
dan malam hari
Sumber: Analisis penulis, 2014
D. Analisa aktivitas pengendara mobil
Analisa aktivitas pengemudi mobil siang dan sore (segmen I)
Analisa aktivitas pengemudi mobil pada siang dan sore hari tidak lah terlalu banyak.
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik yaitu berbentuk sejajar/pararel.

Pemanfaatan ruang terbuka publik untuk fungsi
parkir mobil

Gambar 14 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengemudi mobil pada siang dan
sore hari berpola sejajar/pararel
Sumber: Analisis penulis, 2014

13

Analisa aktivitas pengemudi mobil malam hari pada segmen I
Dominasi parkir mobil di ruang terbuka publik di bagian sebelah Selatan karena pada
bagian Utara didominasi dengan pedagang kaki lima. Letaknya menyebar disepanjang segmen
I. Pola pemanfaatan ruang terbuka publik yaitu berbentuk sejajar/pararel.

Pemanfaatan ruang terbuka
publik untuk fungsi parkir mobil

Pemanfaatan ruang
terbuka publik untuk
pedagang kaki lima

Pemanfaatan ruang terbuka publik untuk fungsi
parkir mobil

Gambar 15 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengemudi mobil pada malam hari
Sumber: Analisis penulis, 2014
Analisa aktivitas pengemudi mobil pada siang, sore dan malam hari pada segmen II
Analisa aktivitas pengemudi mobil pada siang, sore dan malam hari pada segmen II
memiliki kesamaaan semua fasilitas parkir tersebar secara merata pada segmen II. Aktivitas
didominasi dengan parkir mobil. Pada siang dan sore hari banyak sekali pengguna yang
memanfaatkan fasilitas ruang terbuka publik untuk parkir, kondisi tersebut tidak berbeda jauh
dengan kondisi malam hari. Aktivitas lingkungan sekitar berupa show room dan pertokoan
memberikan dampak terhadap pemanfaatan fasilitas ruang terbuka publik

Gambar 16 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengemudi mobil pada siang, sore
dan malam hari
Sumber: Analisis penulis, 2014

14

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan behavior mapping maka dapat
disimpulkan pola pemanfaatan ruang terbuka di bawah jembatan layang Ahmad Yani oleh
pengguna:
1. Pedagang Kaki Lima
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima pada segmen I yaitu:
- Pada siang dan sore hari
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima pada siang dan sore hari
memiliki kesamaan yaitu berpola sejajar. Pola sejajar tersebut disesuaikan dengan bentuk jalan
raya. Pada siang dan sore pedagang kaki lima cenderung memanfaatkan pembatas jalan
sebagai tempat duduk. Tetapi ada beberapa pedagang kaki lima yang tidak memanfaatkan
pembatas jalan untuk tempat duduk, solusinya dengan membawa tempat duduk portable
sehingga dapat dipindah-pindah.

Pola PKL

Pola pembeli

Gambar 17 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada siang dan sore hari
Sumber: Analisis penulis, 2014
Pada malam hari
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima pada malam hari
memiliki kesamaan yaitu berpola sejajar. Pola sejajar tersebut sesuaikan dengan bentuk jalan
raya. Pada malam hari pedagang kaki lima cenderung memanfaatkan memanfaatkan area
pejalan kaki untuk are pembeli. Membawa meja kecil yang dilengkapi dengan alas sehingga
terbentuk ruang dengan konsep lesehan.
-

Pola PKL

Pola pembeli
Gambar 18 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada malam hari
Sumber: Analisis penulis, 2014

15

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima pada segmen II
- Pada siang, sore dan malam hari
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima pada segmen II tidak
ditemui, karena dominasi aktivitas yang dilakukan pada segmen II yaitu parkir kendaraan.
2. Pejalan kaki
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pejalan kaki pada segmen I
- Pada siang dan sore hari
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik pada segmen I dibedakan menjadi 2 yaitu
aktivitas berjalan dan aktivitas berhenti. Aktivitas berjalan pada siang dan sore hari memiliki
pola yang acak. Karena banyak sekali rute berjalan yang dilakukan oleh pejalan kaki.
Karena banyak sekali akses yang akann dituju oleh pejalan kaki.

Pola pejalan kaki acak

Gambar 19 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pejalan kaki pada siang dan sore
hari
Sumber: Analisis penulis, 2014
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik yang dilakukan oleh pejalan kaki untuk kegiatan
berhenti yaitu membentuk pola yang hampir sama dengan pola pedagang kaki lima. Karena
pada umumnya pejalan kaki berhenti untuk memanfaatkan fasilitas yang disajikan oleh
pedagang kaki lima. Pola yang timbul yaitu berpola sejajar mengikuti jalur jalan raya.
- Pada malam hari
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik pada segmen I pada malam hari juga aktivitas
berjalan dan aktivitas berhenti. Aktivitas berjalan pada malam hari hampir sama dengan
segmen I yaitu memiliki pola yang acak. Karena pola itu diperoleh dari ketika penumpang
ataupun pengendara motor turun dari angkutan umum ataupun kendaraan bermotor
kemudian melanjutkan perjalanan.

Pola pejalan kaki acak
Gambar 20 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pejalan kaki pada malam hari
Sumber: Analisis penulis, 2014

16

Aktivitas berhenti pada malam hari yaitu memiliki pola yang hampir sama dengan pola
pedagang kaki lima membentuk pola sejajar. Karena pejalan kaki dengan pedagang kaki
lima memiliki kesamaan dalam memanfaatkan ruang terbuka publik.
Pola PKL

Pola pembeli
Gambar 21 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pejalan kaki pada malam hari
Sumber: Analisis penulis, 2014
3. Pengendara motor
- Pada siang dan sore hari
Pemanfaatan ruang terbuka publik pada siang dan sore hari berbentuk sejajar tetapi
jumlahnya tidak begitu banyak. Pola sejajar karena kebanyakan menyesuaikan dengan
bentuk ruang terbuka publik. Tetapi karena tidak memiliki pola yang pasti dan ketersediaan
ruang publik lebih luas maka arah hadap parkir motor masih acak. Tidak ada pembeda
antara area parkir motor dengan area untuk makan atau minum.
Pola acak parkir
kendaraan bermotor

Gambar 22 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengendara motor pada
siang dan sore hari
Sumber: Analisis penulis, 2014
- Pada malam hari
Yang membedakan pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengendara motor
yaitu tingkat ketertibannya. Pada umumnya parkir motor pada malam hari lebih teratur
dibanding dengan pada siang dan sore hari. Keteraturan tersebut tercipta karena adanya
keingina pengendara motor untuk parkir berdekatan dengan tempat makan atau nongkrong.

17

Parkir motor

Gambar 23 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengendara motor pada
malam hari
Sumber: Analisis penulis, 2014
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik untuk parkir motor pada segmen II
- Pada siang, sore dan malam hari
Pemanfaatan ruang terbuka publik pada segmen II untuk aktivitas parkir motor sangat
jarang ditemui, karena dominasi pada segmen II digunakan untuk aktivitas parkir mobil.
4. Pengendara mobil
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik untuk parkir mobil pada segmen I
- Pada pagi, sore dan malam hari
Pemanfaatan ruang terbuka publik untuk aktivitas parkir mobil terdapat pada area
sebelah Selatan berbatasan langsung dengan segmen II. Meskipun aktivitas parkir mobil
tidak mendominasi tetapi aktivitas tersebut berlangsung secara kontinyu. Parkir mobil
biasanya dimanfaatkan oleh pembeli di pertokoan sekitar ruang terbuka publik. Pola yang
muncul yaitu berpola sejajar teratur karena menyesuaikan dengan dimensi ruang terbuka
publik.
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik untuk parkir mobil pada segmen II
- Pada pagi, sore dan malam hari
Pemanfaaatan ruang terbuka publik untuk aktivitas parkir mobil pada segmen II
memiliki kesamaan pada pagi, sore dan malam hari.
Dominasi aktivitas tersebut
dikarenakan adanya salah satu fungsi bangunan sebagai show room, dan pertokoan. Pola
pemanfaatan parkir mobil berbentuk sejajar sesuai dengan jalur pejalan kaki.
DAFTAR PUSTAKA
Carmona , Mathew., at all , Publik Paces Urban Spaces – The Dimension of Urban Design,
Architectural Press : 2003.
Carr, 1992, Publik Space, Cambridge University Pess, Amerika
Hall, Edward T, 1963, A system for the notation of proxemic behavior, American anthropologi
John Lang, 1987, Creating Architectural Theory, The Role of The Behavioral Sciences in
Environmental Design, Van Nostrand Reinhold Company, New York
Kevin Lynch, 1960, The Image of the City, Cambridge: MIT Press
Mohammad Danisworo,2004, “Pemberdayaan ruang pubik sebagai tempat warga kota
mengekspresikan diri, kawasan Gelora Bung Karno. Makalah pada seminar dan
lokakarya pemberdayaan area publik di dalam kota yang diselenggarakan Ikatan Arsitek
Indonesia (IAI)
Rapoport, 1977, Human aspect of urban form towards to urban design, Pegamon press

18

Setiawan, Altim, 2004, Pemanfaatan ruang di bawah jalan layang Pasupati Bandung untuk
kepentingan publik: ruas Jl. Cikapayang, Tesis Magister ITB Tidak dipublikasikan,
Bandung
Siswanto, 2002, Penataan ruang di bawah jalan layang dalam prespektif humaneering (studi
kasus: jalan layang Janti Yogyakarta, Buletin Penalaran Mahasiswa X 3
Sugiono, 2002, Metode penelitian, Alphabet, Jakarta
Susilo, Agus, 2011, Faktor-faktor yang mempengaruhi pedagang kaki lima menempati bahu
jalan di Kota Bogor, Tesis Magister UI Tidak dipublikasikan, Jakarta

19