HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN RESILIENSI TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI SISWA PASCA ERUPSI MERAPI Hubungan Dukungan Sosial Dan Resiliensi Terhadap Motivasi Berprestasi Pasca Erupsi Merapi.

(1)

BERPRESTASI SISWA PASCA ERUPSI MERAPI

NASKAH PUBLIKASI

THE RELATIONSHIP OF SOCIAL SUPPORT AND RESILIENCY AGAINST ACHIEVEMENT MOTIVATION OF STUDENTS AFTER MERAPI

ERUPTION

Oleh: SRI HARMI NIM : S.300090033

PROGRAM MAGISTER SAINS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

PENELITIAN

THE RELATIONSHIP OF SOCIAL SUPPORT AND RESILIENCY AGAINST ACHIEVEMENT MOTIVATION OF STUDENTS AFTER MERAPI

ERUPTION Sri Harmi ABSTRACT

The object of this research is for knowing the relationship between social support and resiliency against achievement motivation of survivor students after Merapi eruption. Hypothesis that is proposed in this research such as : 1) There’s a positive relationship between social support and resiliency against achievement motivation of survivor students after Merapi eruption; 2) There’s a positive relationship between social support and achievement motivation of survivor students after Merapi eruption; and 3) There’s a positive relationship between resiliency and achievement motivation of survivor students after Merapi eruption. Observational method is used in this research is statistic parametric. Data analysis method is used is analysis double regression. Base on observational result can be known such as: (1) Correlation coefficient (r) between social support and resiliency against achievement motivation of survivor students after Merapi eruption is 0,245 with p = 0,000. It means there’s a positive relationship between social support and resiliency against achievement motivation of survivor students after Merapi eruption; (3) Correlation coefficient (p) between resiliency and achievement motivation of survivor students after Merapi eruption is 0,235 with p = 0,000. It means there’s a positive relationship between resiliency and achievement motivation of survivor students after Merapi eruption; (4) Effective contribution of social support and resiliency variables against achievement motivation of survivor students after Merapi eruption is 8,3%.


(3)

RINGKASAN TESIS

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN RESILIENSI TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI SISWA PASCA ERUPSI MERAPI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia termasuk salah satu negara yang rawan dengan terjadinya erupsi merapi. Menurut hasil catatan direktorat Vulkanologi dan Bencana Geologi (DVMBG) Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral menunjukkan ada 28 wilayah di Indonesia yang rawan gunung berapi, diantaranya (Gunung Bromo, Krakatau, Kerinci), Sumatra Utara, Sumatera Barat, Jateng dan DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) bagian selatan, Jatim bagian selatan, NTT, Sulut, Sulteng dan Sulsel, Biak Yapen, dan Fak-Fak di Papua serta Balikpapan, Kaltim. Fenomena ini dibuktikan dengan terjadinya erupsi merapi beberapa bulan lalu. Misalnya saja di Klaten, Yogyakarta (DIY) dan Klaten Jawa Tengah (Muzli, 2006).

Erupsi merapi yang terjadi di Klaten pada tanggal 26 oktober 2010 yang terjadi pada pukul 05.30 menimbulkan banyak korban dan kerusakan yang cukup besar dan terjadi secara merata, mulai dari kabupaten Cangkringan Klaten Jawa Tengah, Yogyakarta, daerah Klaten di provinsi Jawa Tengah. Tercatat sebanyak 40 orang meninggal dunia dan 810 orang mengalami luka-luka. Selain itu jumlah rumah yang mengalami kerusakan mencapai 151 rumah dan yang mengalami rusak ringan sebanyak 151.

Di samping bangunan rumah penduduk yang banyak hancur dan rusak parah, sarana infrastruktur juga mengalami kerusakan berat, seperti sekolah, rumah sakit, dan kantor


(4)

pemerintahan juga banyak yang rusak. Gedung sarana pendidikan dari pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), TK, SD, SMP mengalami kerusakan akibat erupsi merapi, mulai dari kerusakan ringan.Data di SMPN 2 Kemalang kebanyakan orang tua siswa berprofesi sebagai penambang pasir dan petani. Rumah mereka tegalan dan semua tanaman rusak kena lahar erupsi merapi.Maka sangat berpengaruh sekali terhadap pembelajaran siswa. Disamping itu siswa juga biasanya bekerja sepulang sekolah sebagai penambang pasir untuk membantu orangtua untuk meringankan beban orang tua,membayar sekolahnya sendiri serta uang sakunya.Sekarang mereka tidak ada lagi penghasilan.Bahkan dari 181 siswa SMPN 2 Kemalang ada 11 siswa sampai sekarang belum masuk sekolah khususnya kelas 8 alasannya mereka kehilangan buku pelajaran serta peralatan belajar lainnya.maka sangat tidak mustahil bila mereka mengalami penurunan motivasi berprestasinya,karena dilihat dari keadaan lingkungan mereka sampai sekarang yang belum menghasilkan apa-apa dan orang tua belum punya penghasilan.

Hal ini ditunjukan dengan siswa malas mengerjakan tugas dari guru,sering nongkrong (membolos) ketika jam pelajaran berlangsung,pulang sebelum jamnya dan siswa sering melakukan tes ulang,karena nilai kurang memenuhi standar.Menurut para guru,penyebabnya adalah kurangnya dukungan dari orang tua.Misal,jika orangtua mendapat surat panggilan dari pihak sekolah terkait dengan perkembangan prestasi anaknya,orang tua jarang datang dan kurang menghiraukan panggilan tersebut.Sementara penyebab secara umum siswa masih mengalami rasa takut,khawatir dengan datangnya bencana merapi susulan.Terkait dengan dukungan sosial yang diberikan oleh pihak luar,memang banyak dukungan yang berupa materi,berupa


(5)

bantuan untuk pembanguna,bantuan alat tulis,bantuan dana belajar. Adapun bantuan yang non materi tidak lewat sekolah bertujuan untuk mengembalikan pikiran positif siswa,tetapi tidak ada feed back lagi , sehingga pelatihan-pelatihan tersebut di anggap kurang maksimal.

Berdasarkan data di atas dan permasalahan di lapangan,maka penulis ingin meneliti apakah dukungan sosial dan resiliensi mempengaruhi motivasi berprestasi siswa pasca bencana erupsi merapi

Dari data Barkonas Klaten jumlah korban dan kerusakan yang dapat dilihat bahwa bencana erupsi merapi tersebut membawa dampak yang cukup besar, baik secara fisik maupun secara psikis. Diantara dampak kerusakan secara fisik berupa banyaknya kerusakan sarana dan prasarana yang ditimbulkan, sebanyak 151 jumlah rumah yang rusak baik mengalami rusak parah ataupun rusak ringan. Secara psikis berkaitan dengan kondisi kejiwaan korban yang selamat, yakni banyaknya gangguan psikologis yang dialami oleh para survivor erupsi merapi, diantaranya trauma, depresi, stress, ketakutan, kecemasan dan lain sebagainya. Menurut hasil laporan, jumlah pasien di rumah sakit jiwa meningkat drastis hingga 400 persen setelah terjadinya erupsi merapi. Dari yang biasanya 60-70 orang perhari meningkat menjadi 269 pasien. Tekanan akibat erupsi merapi juga membuat orang melakukan bunuh diri. “Mayoritas korban erupsi mengalami gangguan jiwa karena erupsi merapi yang luar biasa” (Setiawan, 2007).

Terkait dengan korban erupsi merapi, ada beberapa kelompok yang dikategorikan rentan, diantaranya orang miskin, perempuan, lansia, dan anak. Anak dan remaja juga mengalami kecemasan, ketegangan seperti yang dirasakan oleh orang


(6)

dewasa di sekitarnya. Seperti orang dewasa, anak mengalami perasaan yang tidak berdaya dan tidak dapat mengontrol stress yang ditimbulkan oleh bencana. Tetapi tidak seperti orang dewasa, anak dan remaja mempunyai pengalaman yang sedikit untuk membantu mereka meletakkan situasi ke dalam kondisi yang positif (Setiawan, 2007).

Pada umumnya kerentanan anak dan remaja mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), gangguan emosional, kecemasan, keluhan somatis, cacat, luka, dan masih banyak lagi. Pernyataan ini diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Frank dkk (2006) bahwa bencana banyak menimbulkan dampak psikologis, khususnya terjadi pada anak-anak dan remaja. Gejala yang mereka alami rata-rata trauma, gangguan emosional, dan depresi. Frank dkk (2006) mengungkapkan bahwa penyebab dampak yang paling besar dialami oleh anak dan remaja karena mereka belum mempunyai banyak pengalaman tentang musibah dan kesulitan hidup.

Hasil penelitian Susan dan Becker (2007) menemukan bahwa di India akibat bencana mengakibatkan banyaknya penduduk yang mengalami gangguan psikologis yang berupa panik, shock, kecemasan, adanya ketidak percayaan. Kejadian ini akan berlangsung lama jika masyarakat yang ada di sekitarnya juga mengalami hal yang sama. Gangguan psikologis post traumatic stress disorder (PTSD) juga banyak terjadi pada korban bencana, setelah terjadinya bencana banyak gejala psikologis terutama pada anak. Sekitar 264 anak dan remaja awal yang tinggal di daerah sekitar tempat bencana, yakni Srilanka, menurut hasil diagnosa korban menderita gangguan post trumatic stress disorder (PTSD). Gejala yang muncul ini menurut hasil assesmen 14% sampai 39% berhubungan dengan bencana yang telah terjadi terutama korban yang


(7)

kehilangan orangtuanya, kehilangan tempat tinggalnya dan terhentinya kegiatan belajarnya (Frank dkk, 2006).

Selanjutnya, dampak tersebut tidak hanya terkait dengan gangguan psikologis para survivor bencana, tetapi juga merambah ke masalah pendidikan. Karena anak ataupun remaja korban bencana yang mengalami gangguan psikologis juga terkait dalam proses belajar siswa. Di sekolah, siswa lebih merasa ketakutan, mengalami ketidaktenangan dalam belajar, lebih sulit bersosialisasi, lebih pendiam, dan sulit untuk berkonsentrasi, sehingga gejala-gejala tersebut berakibat pada motivasi siswa (Donna, 2006).

Rusell dan Brenda (2008) menyatakan kondisi siswa yang belajar di tempat yang mengalami bencana, penuh dengan konflik dan wilayah yang pernah terkena bencana mengalami kondisi rasa tidak aman, penuh dengan ketakutan, kehawatiran serta kurang konsentrasi terhadap materi yang disampaikan, semua gejala tersebut diprediksikan dapat menyebabkan menurunnya motivasi khususnya motivasi berprestasi siswa.

Berdasarkan beberapa penelitian dan pendapat para ahli di atas, menunjukkan bahwa kondisi motivasi berprestasi siswa setelah mengalami bencana erupsi atau mengalami pengalaman negatif terjadi penurunan, hal ini disebabkan siswa masih merasa khawatir dan takut jika bencana tersebut terulang kembali.

Berliner dkk (2003) mengungkapkan untuk merespon fenomena tersebut perlu adanya perhatian secara khusus dan penanganan yang mampu mengembalikan ke suasana belajar seperti semula. Diantaranya, perlu adanya pemulihan pemikiran positif terlebih dahulu terhadap anak-anak, remaja dan adanya dukungan dari orang yang ada


(8)

di sekitarnya, misalnya pendampingan guru, keluarga dan lingkungan sekitar secara intensif untuk memahami emosi yang dirasakan individu serta untuk meningkatkan proses pembelajaran siswa kembali.

Dukungan sosial baik dari masyarakat maupun segala bentuk perhatian yang diberikan oleh orangtua, merupakan salah satu faktor pendukung kesuksesan prestasi dan mampu meningkatkan motivasi berprestasi siswa dalam proses belajar (Narulita, 2005; Burger, 1997). Selain mampu membantu meningkatkan prestasi belajar dan motivasi berprestasi dukungan sosial juga mampu mereduksi stress pada individu. Heejung, David dan Taylor (2008) melaporkan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu faktor penting yang bisa dijadikan sebagai bentuk untuk mereduksi tingkat stress dan emosi negatif seseorang.

Karena dengan dukungan dari lingkungan yang ada di sekitarnya individu yang mengalami stress merasa mendapat perhatian serta individu mampu mengurangi bebannya dengan bercerita terhadap orang yang menolongnya.

Lebih jauh lagi You Huey (2002) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa individu mampu bangkit dari keterpurukan dan mampu memicu motivasinya kembali melalui dukungan keluarga yang selalu mendampingi dan menerima keluhan dari individu. Dukungan tersebut bisa berbentuk: (a) perhatian dan mendengarkan setiap keluhan individu, (b) mendukung dan membantu setiap permasalahan yang diungkapkan oleh individu.

Dalam menghadapi situasi buruk atau ditimpa musibah, individu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda (individual differrences). Ada inidividu yang langsung merasa sedih, depresi berat, stress, bahkan ada yang melakukan percobaan bunuh diri.


(9)

Namun ada juga individu yang merasa bahwa dengan pengalaman buruk yang dialaminya justru semakin tegar dan mengambil kejadian buruk tersebut sebagai sesuatu yang positif, dan inilah yang disebut sebagai resiliensi.

Bonanno (2005) menyatakan bahwa resiliensi merupakan kondisi seseorang yang tabah, memiliki tingkat depresi dan trauma yang rendah ketika mendapatkan bencana. Artinya resiliensi sangat dibutuhkan oleh setiap individu untuk menghadapi setiap situasi buruk, termasuk semangat untuk membangun motivasi kembali setelah individu mengalami kondisi terpuruk dan mengalami kejadian yang distress. Individu dengan resiliensi tinggi mampu mengelola emosi secara sehat, meskipun individu berhak untuk merasa sedih, marah, merasa kehilangan, sakit hati, dan tertekan. Perbedaanya adalah individu tidak membiarkan perasaan sedih dan negatif itu menetap dalam waktu lama. Individu mampu melakukan adaptasi secara cepat dari perasaan negatif, sehingga tumbuh motivasi yang membantunya bangkit menjadi orang yang lebih kuat.

Berkaitan dengan pendidikan, penelitian yang dilakukan oleh Steinhardt dan Dolbier (2008) dengan subjek mahasiswa jurusan pilot ditemukan bahwa intervensi resiliensi terhadap mahasiswa dapat dijadikan sebagai manajemen stress dan strategi untuk menangani stress yang dialaminya. Semakin tinggi resiliensi yang dimiliki oleh mahasiswa semakin tinggi pula tingkat kemampuannya dalam melakukan problem solving dan self-esteem. Dengan demikian mahasiswa dapat termotivasi kembali untuk melakukan kegiatan yang lebih menantang.

Smith, Vitaliano dan Yi (2005) juga menemukan bahwa resiliensi sebagai prediktor positif yang mampu membangkitkan motivasi berprestasi pada atlit


(10)

wanita mudah ketika meng hadapi perlombaan.Karena dengan sifat resiliensi yang dimilikinya individu mampu bangkit dari kegagalan yang pernah dialaminya dan menjadikannya sebagai sumber motivasi untuk meraih kesuksesan selanjutnya.

Landasan Teori

Berbagai kajian teoritis dan beberapa hasil penelitian diperoleh data bahwa motivasi berprestasi siswa survisor bencana atau siswa yang pernah mengalami pengalaman negatif dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar individu.

Di antara beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi motivasi berprestasi siswa adalah dukungan sosial dan resiliensi. Motivasi berprestasi itu sendiri dikenal sebagai istilah motivasi berprestasi instrinsik dan motivasi berprestasi ekstrinsik. Motivasi berprestasi instrinsik merupakan motivasi, keinginan, harapan dan usaha yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, sedangkan motivasi berprestasi ekstrinsik adalah tumbuhnya motivasi berprestasi tersebut dipengaruhi oleh dari faktor luar.

Faktor ekstrinsik inilah yang kemudian melibatkan dukungan pihak lain untuk menumbuhkan motivasi berprestasi siswa. Dukungan sosial yang diberikan keluarga dan pihak sekolah atau guru dianggap sebagai faktor ekstrinsik yang mampu meningkatkan motivasi berprestasi siswa.

Dukungan sosial merupakan segala bentuk dukungan yang diberikan oleh orang lain kepada individu sebagai bentuk interaksi sosial. Dukungan sosial yang diberikan bisa berupa bantuan materi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh individu, dapat berbentuk perhatian, ataupun kasih sayang. Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan dukungan sosial ini sangat berguna untuk menolong dan


(11)

mendukung individu yang sedang terpuruk. Karena dengan dukungan sosial yang diberikan oleh orang lain kepada dirinya maka individu merasa lebih mudah menjalani kesulitan dan merasa tidak sendiri.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dukungan sosial mampu membantu siswa untuk mencapai prestasi yang tinggi dan mampu meningkatkan motivasi berprestasinya, terutama siswa yang pernah mengalami kejadian traumatis. Misalnya siswa yang daerahnya terkena erupsi merapi, suasana yang menimbulkan traumatis, stress, depresi dan suasana yang menakutkan ini menimbulkan siswa mengalami penurunan prestasi. Pada saat seperti inilah dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga, pihak, sekolah ataupun pihak luar lainnya dibutuhan, untuk membantu mengembalikan kondisi siswa dalam keadaan semula.

B.Rumusan Masalah

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa motivasi berprestasi siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik secara internal maupun secara eksternal. Faktor-faktor yang diasumsikan mempengaruhi motivasi berprestasi siswa survivor bencana adalah dukungan sosial dan resiliensi. Akan tetapi asumsi ini hanya bersifat hipotetik dan membutuhkan pembuktian secara empirik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan dukungan sosial dan resiliensi terhadap motivasi berprestasi pada siswa survivor bencana erupsi merapi.

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan dukungan sosial dan resiliensi terhadap motivasi berprestasi siswa survivorerupsi merapi.


(12)

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat terhadap siswa survivor erupsi merapi, pihak sekolah, guru dan lingkungan sekitarnya. Terciptanya motivasi berprestasi yang tinggi dipengaruhi oleh dukungan sosial dan resiliensi. Oleh karena itu, bagi para guru, orang tua, dan lingkungan sekitar memberikan dukungan sosial kepada siswa erupsi merapi secara maksimal, agar siswa mampu meningkatkan motivasi berprestasinya, terutama terhadap siswa yang mengalami cacat akibat erupsi merapi. Karena secara psikologis, siswa tersebut lebih mengalami dampak negatif yang lebih mendalam. Begitu juga dengan siswa bisa meningkatkan resiliensinya terhadap dampak erupsi merapi, karena dengan memiliki resiliensi tinggi siswa bisa adaptasi secara positif dari bencana erupsi merapi yang menimpanya dan mampu meningkatkan motivasi berprestasinya.

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Hipotesis mayor

1. Ada hubungan posistif dukungan sosial dengan resiliensi terhadap motivasi berprestasi siswa erupsi merapi

Hoptesis minor

2. Ada hubungan positif dukungan sosial dengan motivasi brepretasi siswa erupsi merapi

3. Ada hubungan positif resiliensi dengan motivasi berprestasi siswa erupsi merapi


(13)

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yaitu metode kuantitatif, dengan menggunakan pengukuran skala.

Alasan peneliti menggunakan skala mengacu pada pendapat Azwar (2007), yakni:

a. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang keadaan dirinya sendiri.

b. Apa yang dinyatakan oleh subjek kepada penyelidik adalah benar dan dapat dipercaya.

c. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Menurut Azwar (2003) skala memiliki karakteristik khusus yang membedakan dari berbagai bentuk alat pengumpulan data yang lain. Beberapa karakteristik skala sebagai berikut:

a. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan mengungkap indikator prilaku dari atribut yang bersangkutan, sehingga jawaban yang diberikan akan sangat tergantung pada interpretasi subjek dan bersifat proyektif.

b. Skala psikologis selalu berisi banyak butir, karena indikator prilaku diterjemahkan dalam bentuk butir-butir.

c. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua jawaban diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh.

Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala dukungan sosial, skala resiliensi dan skala motivasi berprestasi.


(14)

a. Skala Dukungan Sosial

Skala dukungan sosial dalam penelitian ini yang terdiri dari empat aspek dukungan sosial, yaitu: (1) dukungan emosional, dukungan ini berkaitan dengan kondisi manusia yang membutuhkan perhargaan, perhatian dan kepercayaan, pengertian, kasih sayang, dan keterbukaan, (2) dukungan informasional adalah dukungan yang berupa informasi, nasihat, pengarahan, atau hanya pemberitahuan semata, (3) dukungan instrumental, berkaitan dengan bantuan sarana dan prasarana untuk keluar dari permasalahannya, berupa barang dan jasa seperti tempat tinggal, kebutuhan pangan, uang, transportasi maupun suasana yang mendukung individu dan (4) dukungan penilaian, berupa penilaian positif yang akan membantu individu untuk meningkatkan pengembangan kepribadiannya Biasanya berupa kritik penilaian, pujian dan respon dari keluhan-keluhan permasalahan yang dihadapinya.

Aspek-aspek tersebut merupakan dasar dalam menyusun aitem-aitem skala dukungan sosial, dengan memperhatikan sifat favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung). Setiap aitem memiliki empat pilihan jawaban yakni sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor untuk aitem favorable (mendukung) adalah SS = 4, S = 3, TS = 2 dan STS = 1. Sebaliknya skor untuk aitem unfavorable (tidak mendukung) adalah STS = 4, TS = 3, S = 2, SS = 1. Skor total yang diterima menunjukkan tinggi-rendahnya tingkat dukungan sosial subjek. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diterima semakin tinggi, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek menunjukkan rendahnya dukungan sosial yang diterima.


(15)

Tabel 1

Skala Dukungan Sosial No. Aspek-aspek

Dukungan Sosial

Favorable Unfavorable Jumlah

1. Dukungan emosional 1, 4, 6, 8, 10, 15, 16, 20, 31, 35, 51

7, 30, 39, 43,49,54,56,58

19

2. Dukungan informasional

2, 5, 12, 18, 24, 32, 55

34, 36,40,44,50

12 3. Dukungan

instrumental

3, 11, 14,26, 27, 29, 46, 48, 52

19,23,33 38,41,42

15

4. Dukungan penilaian 9, 21, 22, 47, 53, 59 13,17, 25, 28, 37,45, 57

13

Jumlah 32 27 59

b. Skala Resiliensi

Skala resiliensi dalam penelitian ini. Aspek-aspek yang ukuran adalah: (1) kompetensi pribadi, yakni standar yang tinggi pada seseorang untuk kuat dan bertahan pada tujuan yang sudah ditetapkan oleh dirinya, meskipun berbagai rintangan dan kejadian traumatik dialaminya, (2) kepercayaan seseorang pada naluri, memiliki toleransi pada pengaruh negatif, yakni memiliki kekuatan diri untuk menghadapi dari pengaruh stress. Aspek ini lebih memfokuskan pada ketenangan dan ketepatan waktu ketika menyesuaikan diri dengan stress, (3) penerimaan diri yang positif terhadap perubahan dan mempunyai hubungan yang baik dengan orang lain, hal ini ditunjukkan dengan kemampuan adaptasi secara positif terhadap perubahan-perubahan yang ada. Pada aspek ini, resiliensi seseorang juga melibatkan kemampuannya berhubungan dengan lingkungan, (4) kemampuan kontrol seseorang pada tujuan untuk mendapatkan


(16)

dukungan dari orang lain, dan (5) adanya pengaruh spiritual, kepercayaan seseorang terhadap takdir Tuhan.

Aspek-aspek tersebut merupakan dasar dalam menyusun aitem-aitem skala resiliensi, dengan memperhatikan sifat favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung). Setiap aitem memiliki empat pilihan jawaban yakni sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor untuk aitem favorable adalah SS = 4, S = 3, TS = 2 dan STS = 1. Sebaliknya skor untuk aitem unfavorable adalah STS = 4, TS = 3, S = 2, SS = 1. Skor total yang diterima menunjukkan tinggi-rendahnya tingkat resiliensi subjek. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek menunjukkan bahwa resiliensi yang dimiliki individu semakin tinggi, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek menunjukkan rendahnya resiliensi yang dimiliki.

Tabel 2 Skala Resiliensi

No. Aspek-aspek Resiliensi Favorable Unfavorable Jumlah 1. Kompetensi pribadi 1, 8, 10,

11, 12, 15,

30, 32,16, 22, 33

11 2. Kepercayaan nurani, tolerasi

pada pengaruh negatif, memiliki kekuatan untuk menghadapi dari pengaruh stress

5, 7, 14, 20

18, 29 6

3. Penerimaan diri yang positif terhadap perubahan dan mempunyai hubungan yang baik dengan orang lain

2, 4, 6, 21, 25,27 6

4. Kontrol terhadap tujuan dan usaha memperoleh dukungan

13, 23, 24 17, 19, 28, 35 7

5. Pengaruh spiritual 3, 9, 34 26, 31 5


(17)

a. Skala Motivasi Berprestasi

Skala motivasi dalam penelitian ini diadaptasi dari Haryu (2004) yang disusun berdasarkan teori Rohwer (1980), yakni motivasi berprestasi instrinsik dan ekstrinsik. Aspek instrinsik terdiri dari: (1) dorongan rasa ingin tahu, (2) tingkat aspirasi, (3) keinginan mencapai keberhasilan secara berkesinambungan, (4) kecemasan dalam berpestasi. Adapun aspek ekstrinsik adalah: (1) pencapaian tujuan dari faktor luar, (2) standar hasil ditentukan dari faktor luar dan (3) keinginan untuk mencapai keberhasilan karena pengaruh orang lain.

Aspek-aspek tersebut merupakan dasar dalam menyusun aitem-aitem motivasi berprestasi, dengan memperhatikan sifat favorable dan unfavorable. Setiap aitem memiliki empat pilihan jawaban yakni sangat setuju (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor untuk aitem favorable adalah SS = 4, S = 3, TS = 2 dan STS = 1. Sebaliknya skor untuk aitem unfavorable adalah STS = 4, TS = 3, S = 2, SS = 1. Skor total yang diterima menunjukkan tinggi-rendahnya motivasi berprestasi siswa. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek menunjukkan bahwa motivasi berprestasi siswa semakin tinggi, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek menunjukkan rendahnya motivasi berprestasi yang dimiliki.

Tabel 3

Skala Motivasi Berprestasi Sumber

Motivasi

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Intrinsik Dorongan rasa

ingin tahu

1, 9 17, 18 4 Tingkat aspirasi 2, 3, 11,

12, 21, 27

15, 25 8 Keinginan

mencapai

keberhasilan secara

4, 6, 10, 29, 30


(18)

berkesinambungan Kecemasan dalam berprestasi

20, 28, 36 8, 22 5 Ekstrinsik Pencapaian tujuan

dari faktor luar

5, 23, 37 16 4

Standar hasil ditentukan oleh faktor luar

32, 33, 38 19, 26 5

Keinginan untuk mencapai

keberhasilan karena pengaruh orang lain

14, 34, 35 13, 24 5


(19)

C. Hasil Analisis Data Penelitian a. Deskripsi Data Penelitian

Analisis data deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran secara umum dari keadaan data penelitian. Deskripsi tersebut dapat dilihat pada tabel 13 berikut:

Tabel. 13

DeskripsiData Penelitian

No Variabel Mean SD

1 Dukungan Sosial 129,9778 9,02632

2 Resiliensi 78,2000 4,68493

3 Motivasi Berprestasi 83,5111 4,11088

Menurut Azwar (2002) terdapat beberapa kategorisasi subjek secara normatif guna memberikan interpretasi terhadap skor skala, yaitu kategorisasi berdasarkan distribusi normal, kategorisasi berdasarkan signifikan perbedaan, dan kategorisasi berdasarkan pertimbangan eror standar dalam pengukuran. Dalam penelitian ini menggunakan kategorisasi berdasarkan mode distribusi normal, yaitu kategori jenjang. Distribusi normal terbagi dalam enam bagian deviasi standar, tiga bagian disebelah kiri adalah mean yang bertanda negatif dan tiga bagian disebelah kanan adalah mean yang bertanda positif. Pada penelitian ini penggolongan kedalam 3 kategori diagnosis tingkat dari masing-masing variabel, maka keenam satuan deviasi standar tersebut dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

X <( - 1.0) = rendah

( - 1.0) < X < ( +1.0) = sedang ( + 1.0) < X = tinggi

Dengan perumusan yang dipergunakan tersebut diperoleh kriteria skor dukungan sosial, Resiliensi dan motivasi berprestasi dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi.


(20)

Kriteria yang digunakan dengan rumus tersebut didasarkan pada asumsi bahwa skor populasi subjek memiliki distribusi normal dan kriteria tersebut adalah acuan untuk mengelompokkan keadaan subjek penelitian setelah diperoleh data empirik di lapangan (Azwar, 1999).Deskripsi data yang telah diperoleh tersebut kemudian dibuat suatu kriteria kategorisasi sehingga dapat diketahui bagaimana tingkat dukungan sosial subjek penelitian.Kategori dukungan sosial dapat dilihat pada Tabel 14 sebagai berikut.

Tabel.14

Hasil Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial

No Kategorisasi Skor Frekuensi Persentase

1 Tinggi X 130 99 55 %

2 Sedang 121<X<130 58 32,2 %

3 Rendah X <121 23 12,8 %

D. Pembahasan

Hasil yang telah dikemukakan di atas, perlu dibahas lebih lanjut.Pembahasan ini lebih menitikberatkan pada hasil pengujian hipotesis yang merupakan laporan secara empiris di lapangan dan keterkaitannya dengan teori yang ada.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dukundan sosial dengan motivasi berprestasi. Secara empiris berdasarkan analisis statistik terbukti bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan motivasi berprestasi yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi ( r ) = 0,250 dan p = 0,000. Hal ini berarti semakin tinggidukungan sosial maka semakin tinggi motivasi berprestasi mereka. Sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka akansemakin rendah pula motivasi berprestasinya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapatNarulita ( 2005) dan Burger (1997)yang menyatakan bahwa Dukungan sosial baik dari masyarakat maupun segala


(21)

bentuk perhatian yang diberikan oleh orangtua, merupakan salah satu faktor pendukung kesuksesan prestasi dan mampu meningkatkan motivasi berprestasi siswa dalam proses belajar. Dukungan yang diperoleh individu dari seseorang yang mempunyai kelekatan emosional dan hubungan yang lebih dekat, maka dukungan tersebut sangat berarti. Johnson dan Johnson (1991) menyatakan bahwa dukungan sosial bersumber dari orang-orang dekat dengan kehidupannya sehari-hari akan lebih mudah diterima oleh individu sebagai bentuk bantuan yang efektif. dukungan sosial yang diberikan oleh orang-orang yang berarti (significant others) akan lebih berarti dibandingkan dengan dukungan yang diberikan oleh orang yang tidak berarti bagi individu tersebut. Significant others menurut Cohen dan Syme (1985) bisa diberikan oleh pasangan, kerabat, teman dekat, guru, atasan, ataupun tetangga.

Berdasarkan data yang terkumpul juga dapat diketahui mean empiris yang menunjukkan rata-rata skor yang berhasil dicapai subjek. Melalui mean empiris ini dapat diketahui rata-rata tingkat motivasi berprestasi dan dukungan social siswa survivorerupsi. Berdasarkan hasil kategorisasi skor skala dukungan sosial dapat diketahui bahwa dari 180 siswa survivorerupsi merapi yang di ambil sampel dalam penelitian ini terdapat 99 siswa atau 55 % memiliki dukungan sosial dalam kategori tinggi dan hanya 23 orang siswa yang termasuk dalam kategori rendah. Demikianpula halnya dengan hasil kategorisasi skor skala motivasi berprestasi terdapat 38 siswa atau 21,1 % memiliki motivasi berprestasi tinggi dan hanya 17 orang siswa yang termasuk dalah ketegori rendah. Ini berarti walaupun mereka adalah siswa survivorerupsi merapi yang berada di daerah yang rawan bencana tetapi mereka tetap memiliki motivasi berprestasi dalam belajar.Hal ini tentu saja di dukung oleh dukungan social yang


(22)

mereka dapatkan.Para siswa survivorerupsi merapi mendapatkan dukungan social yang positif dari lingkungan sekitar, yang tentu saja sangat mendukung dalam keberhasilan belajar siswa. Sehingga dimungkinkan siswa akan sukses dalam melaksanakan proses pembelajarannya dan mampu meningkatkan prestasi dan motivasi berprestasinya.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis sebagaimana yang telah diuraikan pada bab 4, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dan resiliensi dengan motivasi berprestasi siswa pasca erupsi merapi (F= 8,054, R=0,245, dan p= 0,000). Hal inimenunjukkan bahwa hipotesis pertama yang berbunyi ada hubungan antara dukungan sosial dan resiliensi dengan motivasi berprestasi siswa pascaerupsi merapi terbukti kebenarannya.

2. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan motivasi berprestasisiswa pasca erupsi merapi (r = 0,250 dan p = 0,000). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua yangberbunyi ada hubunganpositif antara dukungan sosial dengan motivasi berprestasi siswa pasca erupsi merapi terbuktikebenarannya.

3. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara resiliensi dan motivasi berprestasi siswa pascaerupsi merapi (r = 0,235 dan p = 0,000). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga yangberbunyi ada hubungan positif antara resiliensi dan motivasi berprestasi siswa pascaerupsi merapi terbukti kebenarannya.


(23)

F. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis mengajukan beberapa saran, sebagai berikut:

1. Bagi Pihak Sekolah

Hasil penelitian menyatakan ada hubungan yang positif antara dukungan sosial dan resiliensi terhadap motivasi berprestasi siswa survivor erupsi merapi. Oleh karena itu diharapkan pihak sekolah baik itu guru, kepala sekolah dan karyawan yang ada di lingkungan sekolah untuk tetap memberikan dukungan sosial kepada siswa survivor erupsi merapi. Dukungan sosial yang diberikan bisa dalam bentuk dukungan moril ataupun materil. Sehingga dengan mendapatkan dukungan sosial dari pihak sekolah siswa survivor erupsi merapi, motivasi berprestasinya tetap ada walaupun mereka adalah siswa survivor erupsi merapi.

2. Bagi Pihak Keluarga

Dukungan sosial dari pihak keluarga akan sangat membantu menumbuhkan motivasi berprestasi bagi siswa survivor erupsi merapi. Orangtua, kerabat, tetangga dapat memberikan dukungan sosial dalam bentuk perhatian, memotivasi anaknya, kerabatnya, tetangganya agar tetap sekolah walaupun dalam keadaan bencana. Sehingga dengan demikian siswa tetap bersemangat untuk sekolah, hal itu tentu saja akan berpengaruh pada motivasiberprestasinya. Walaupun mereka adalah siswa survivor erupsi merapi mereka tetap memiliki motivasi berprestasi belajar yang tinggi.


(24)

3. Bagi Siswa

Siswa diharapkan dapat mempertahankan resiliensinya dalam menghadapi bencana. Sehingga walaupun mereka dalam keadaan bencana mereka tidak larut dalam duka bencana. Siswa dapat bangkit dari bencana yang menimpanya dan tetap bersemangat untuk sekolah, sehingga motivasi berprestasi belajar siswa survivor erupsi merapi tetap tinggi untuk meraih cita-cita yang diimpikan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Pelaksanaan penelitian ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, pada peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat menggali lebih banyak lagi variabel-variabel lainnya yang berhubungan dengan motivasi berprestasi siswa survivor erupsi merapi, misalnya: pendapatan orang tua, jenis kelamin, nilai raport, cita-cita mengingat sumbangan efektif dukungan sosial dan resiliensi terhadap motivasi berprestasi siswa survivor erupsi merapi hanya sebesar 8,3 %. Hal ini berarti masih ada 91,7 % faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi berprestasi siswa survivor erupsi merapi diluar variabel dukungan sosial dan resiliensi.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti,R.(2008).Resilien pada Dukuh Pasca Gempa Bumi di Yogyakarta.Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Atkinson,A.(1974).Motivation in Fantacy Action and Society.Englewood Cliffs New Jersy : D.Vanostrand.

Azwar,S.(2007). Metode Penelitian (Edisi ke-1,Cetakan I). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Azwar,S.(2003). Penyusun Skala Psikologi (Edisi ke-1,Cetakan VI). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Bargeman,C.S.,Bisconti,L.,& Wallace,S. (2006).Psychological Resilience,Positive Emotion and Succesfull Adaptation Stress in Latter Life.Journal of Personality and Social Psychology, 91 (4),730-749.

Berliner,L., Hyman, I., Thomas,A.,& Fitzgerald,M.(2003).Children’s Memory for Trauma and Positive Exprinces.Journal of Traumatic Stress, 16 (3), 229-236. Beyer,S. (1995).Maternal Employment and Children’s Motivation Avhievement :

Parenting Style as a Mediating Variable.Development Journal, 15,212-153. Bonanno, G. A. (2004). Loss, Trauma,and Human Resilience: Have We

Underestimated the Human Capcity to Thrive after Extremely Aversive Events.American Psychologist Association,59 (1),20-28.

Bonanno, G. A. (2005). Resilience in the Face of Potential Trauma. Current Directions in Psychological Science Journal, 14,135-138.

Bonanno, G. A., Galea, S., & David, V. (2007). What Predicts Psycological Resilience after Disarter? The Role of Demographics, Resources, and Life Stress. Journal of consulting and Clinical Psycology, 75 (5), 671-6892.

Bondy, E., Ross, D., Gallingane, C., & Hambacher, E (2007). Creating Environment of success and Resilience Culturally Responsive Clasroom Management and More. Education Journal, 42 (4), 326-348.

Brooks, R., & Goldstein, S. (2008) The Mindset of Teachers Capagble of Fostering resilience in students. Canadian Journal of School Psycology, 23, (1), 114-126. Burger, J. M. (1997). Personality Improving Achievement. The American School Board


(26)

Calhoun, F., & Acocella, J. R. (1990). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan kemanusiaan (edisi ketiga). Semarang: IKIP semarang Press.

Cobb, S. (1979). Social support as a Mediator of Life Stress. Psychosomatic Medicine Journal, 38, 300 – 314.

Cohen, S., & syme, S.L. (1985). Social Support and Health. London: Academic Press, Inc.

Dalgard, O.S., & Haheim, L. L. (1998). Psychosocial Risk Factor Andmortality: A Prospective Study with Spesial Focus on Social Support, Social Participation, and Locus of Control in Norwa, Journal of Epidemiology and Community Heath, 52, 476-481.

Dewi, C. M. (2006)Pengaruh Pembelajaran Ekonomi di SMA dengan Metode Jigsaw terhadap Motivasi Berprestasi dan Prestasi Belajar Siswa. Tesis (tidak ditertibkan). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Donna, G.A. (2006). The Aftermath of Disater: Cgildren in Crisis. Journal Of Clinical Psychology: In Session, 62(8), 1001 – 1016.

Eccles, J. S., & Harold, R. D. (1993). Parent-School Involment during Adolescence: The Esrly Adolescence Year. Teachers College, 94 (3), 568 – 588.

Everal, D. R., Althrows, J. L., & Paulson, L.B. (2006). Creating a Future: a study of Resilience in suicidal Female Adolescence. Journal of Counseling & Develpoment, 84, 461 – 470.

Feldman, L., & Fernald, P. S. (1999). Introduction to Psychology ( Edition). India: A. I. T. B. S. Publisher & Distributor.

Frank, S., Claudia, C., Martina, R., & Thomas K. (2006). Post-tsunami Stress: A Study of Psottraumatic Stress disorder in Children Living in Three Severely Affected Regions in Sri Lanka. Journal of Traumatic Stress, 19 (3), 339 – 347.

Ghozali, I. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan penerbit Universitas Diponegoro.

Goodenow, C. (1994). Clasroom Belonging among Esrly Adolescent Students: Relationships to Motivation and Achievement. Journal of Early Adolescence, 13, 21 – 29.

Green, C. L., & Walker, J. M. (2007) Parent’ Motivations for Involvement and childern’s Education: An Empirical Test of a Theritical Model of Parental Involment. Journal of Educational Psychology, 99, 532 – 544.


(27)

Grotberg, E. (1995). A Gide to Promoting Resilience in Childern: Strengthening the Human spirit. London: New Harbinner Publication Inc.

Gunarsa, S. D & Gunarsa, s. D. (1995). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Hadi, S. (1996). Metode Riset (Jilid 2). Yogyakarta: Andi Offset.

Haryu, S. (2004). Hubungan antara Pengasuhan Islami dengan Self – Regulated Learning, Motivasi Berprestasi dan Prestasi Belajar. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Hasanah, N. (2008). Dinamika Dukungan Sosial Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Hoge, A. E., Austin, D. E., & Pollack, H. M. (2007). Resilience, Research Evidence and Conceptual for Postraumatic Stress Disorder. American Educational Research Journal, 29, 239 – 152.

Hossler, D., & Stage, F. K. (1992). Fa,ily and High school Experience Influence on Postsecondary Educational Plan of Grade student. American Educational Research Journal, 29, 425 – 451.

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.

Jonshon, D. W., & Johnson, F.P. (1991). Joining Together; Group Theory and Group skill. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J. A. (1997). Sinposis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis (Edisi ke-7, Jilid ke-1), Terjemahan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Kobasa, S.C. (1979). Stressfull Life event, personality and Health: An Inquary into Hardiness. Journal of Personality and social Psychology. 37, 1 – 11.

Layne, C. M., Pynoos, R. S., Saltzman, W. R., Arslanagi, B., Savjak, N., & Popovi, T. (2001). Trauma/Grief-Focused Group Psychotherapy: School-Based Postwar Intervention With Traumatize Bosnian Adolescents. Group Dynamics Journal, 5, 277 – 290.


(28)

Luthar, S. (1993). Methodological and Conceptual Issues in Researh on Childhoop Resillience. Journal of Chil psychology and psychiatry. 34 (4), 234 – 244.

Mackay, K., & Iwasaky, Y. (2005). Building Strengths and Resillience: Leisue as a Stress Survival Strategy. Journal of Guidance & Counselling, 33 (1), 1469 – 2534.

Mancini, A., & Bonanno, G. A. (2006). Resllience in the Face of Potential Trauma: Clinical Practices an Ilustrations. Journal of Clinical Psychology, 6 (8), 971 – 985.

Marjoribanks, K. (1986). A Longitudinal study of Adolescents’ Aspirations Asassessed by Seginer’s Model. Merril - Palmer Quarterly Journal, 32, 211 – 229.

Mau, W. C., & Bikos, L. H. (2000). Educational and Vocational Aspirations of Minority and Female Students: A Longitudinal Study. Journal of counseling and Development, 78, (2), 186 – 194.

McClelland, D. C. (1987). Human Motivation. New York: The Press Syndicate of The University of Chambridge.

Miller, G. (2005). The tsunami’s Psycholgyal Aftermath. Science Journal, 309 (37), 1030 – 1033.

Milner, R., & Woolfolk, A. (2002). Respect, Social Support, and Teacher Efficacy: a Case Study. Education Journal, 3, 26 – 65.

Morgan, T., Richard, A., John R., Weissz, J., & Schopler, R. (1986). Introduction to Psychology. Toronto: Mc Graw-Hill.

Mouton, S., & Hawkins, J. (1996). School Attachment: Perspective of Low- Attached High school Students. Education Psychology, 16 (3), 297 – 305.

Munauwarah, S. (2008). Tipe Kepribadian Tangguh, Harga diri, Dukungan Sosial dan Resiliensi Pada remaja Penyintas Bencana Gempa Bumi di Yogyakarta. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Muzli. (2006). Laporan Berita Gempa Bumi Yogyakarta 27 Mei 2006 dan sekilas tentang Gempa Bumi. Diunduh dari http://drmunz.com/SMIJG.index-Dateien/Gempabumi.ppt pada tanggal 27 Januari 2009.

Narulita, M. F. (2005). Hubungan Antara Self-Regulated Learning dan Presepsi Dukungan Sosial dengan Prestasi Akademik Mahasiswa. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.


(29)

Nettles, M., Mucherah, S., & Dana, S. (2000). Understanding Resillience: The role of Social Resources. Journal Of education for Student Placed At Risk, 5 (1&2), 47 – 60.

Niaz, U. (2006). Role of Faith and Resillience in Recovery from Psychotrauma. Pakistan. Journal of Medical Science, 22, 204 – 207.

Ninawati. (2002). Moyivasi Berprestasi. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 4 (8), 77 – 78.

Nisa, H. (2008). Pelatihan Manajemen stress untuk Meningkatkan resiliensi Remaja Penyintas Gempa dan Tsunami di Naggroe Aceh Darussalam. Tesis (tidak diterbitka). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Parasuraman, S., greenhouse, J. H., & Granrose, S. C. (2002). Role stressor, Social Support, and well-Being among Two-Career Couples. Journal of organizational and behavior, 13, 339 – 356.

Quaglia, R. J., & Cobb, C. S. (1996). Toward a Theory of Student Aspirations. Journal of Research in Rural Education, 12 (3), 127 – 132.

Rahmawati. (1991). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Prestasi Belajar pada siswa Negeri IV Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Rinaldi. (2008). Resiliensi pada Masyarakat Kota Padang Ditinjau Dari jenis kelamin dan Usia Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Rini, S. (2001). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Penyesuaian dirri pada

Masa Pensiun. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Robin, S. P. (1996). Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi, Aplikasi, (edisi bahasa Indonesia). Jakarta: PT. Prenhallindo.

Robbins, T. W. (2005). Controlling Stress. How the Brain Protects it self from Depression: Nature Neuroscience. Psyciatry Journal, 8, 261 – 262.

Rohwer, W. D. (1980). Educational Psychology. New York: Holt and Witson.

Rola, F. (2006). Hubungan antar Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi Pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: USU.

Rosmalia. (2006). Hubungan antara Persepsi Remaja Mengenai Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan dengan Motivasi Berprestasi dalam Pelajaran Bahasa


(30)

Inggris. Ringkasan Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Rusell, W., & brendia, A. (2008). Understanding and Adressing The California Latino Achievment Gap in Early Ementary School. Journal of Education, 41, 456 – 471.

Saliyo. (2003). Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Salovey, P., & Sluyter, D. J. (1997). Emotional Development and Emotional Intelligence: educational Implications. New York: Basic Books.

Safarino, E. P. (1998). Health Psychology: Biopsychosocial Interraction ( Edition). New York: John Wiley & Sons, Inc.

Setiawan, B. (2007). Pelajaran dari Yogya dan Aceh. Yogyakarta: Partnership for Governance Reform.

Sheri, C. L., & Radmaker, S. A. (1992). Healt Psychology: Challenging the Biomedical Model. Singapore: John Wiley and Sona, Inc.

Shofiah, V. (2002). Hubungan Kepercayaan Diri dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Universitas Islam Batik Surakarta Tahun akdemik 2000/2001. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Smith, R. Vitaliano, E., & Yi, J. P. (2005). Stress- Resilience, Illness, and Coping: A Person-Focused Investigation of Young Women Athetes. Journal of Behavioral Medicine, 28, 257-265.

Snyder, C. R., & Lopez, C. (2007). Positive Psycyhology in Scientic and Practical Exploration of Human strength. London: Sage Publication.

Steinhardt, M., & Dolbier, C. (2008). Evaluation of a Resilience Intervention to Enchance Coping Strategies and Protective Factors and Decrease Symptology. Journal of American College Health, 56 (4), 214-225.

Sudjiono, A. (2003). Hubungan Kecerdasan emosi, Kebiasaan Belajar dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas 3 SLTP Negeri Kota Surabaya Tahun. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Sulaiman, W. (2004). Analisis Regresi Menggunakan SPSS: Contoh Kasus & Pemecahannya. Yogyakarta: Penerbit Andi.


(31)

Supriyanto, A. (2003). Hubungan Motivasi Berprestasi dan Peranan Layanan Bimbingan Konseling dengan Penyesuaian Diri Siswa di SMU Muh. 1 Kota Magelang. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Suryabrata, S. (2000). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Penerbit

Andi.

Syah, M. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakoemar.

Triton, P. B. (2006). SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Tusaie, K., & Dyer, J. (2004). Resilience: A Historical Review of the Construct. Holistic Nursing Practive Journal, 7, 3-10.

Utamingsih, D. (2002). Hubungan Dukungan Sosial dan Optimisme dengan Penggunaan Emotional Focused Coping. Skripsi (tidak diterbitkan) Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Winkel, W. S. (1986). Psikoli Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia. Wuryani, W. E. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

You Huey, J. (2002). Stress, Health and reciprority and Sufficiency of Social Psycholoy, 14 (3), 353-370.

Yu, D. F., Lee, D. F., & Woo, J. (2004). Psychometric Testing of the Chinese Version of the medical Outcomes study social Support Survey (MOS- SSS-C). Research in Nursing and Health, 27, 135-143.

Yu, X., & Zhang, J. (2007) Factor Analisys and Psychotometrics Evaluation of Connor-Davidson Resillience Scale (Cd.Risc) with Chinese People. Social Behavior personality, 35 (1), 19-30.

Zakiyatul, F. (1997). Evektifitas Pelatihan Berpikir Positif untuk Meningkatkan motivasi berprestasi Siswa SMA. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.


(1)

Calhoun, F., & Acocella, J. R. (1990). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan kemanusiaan (edisi ketiga). Semarang: IKIP semarang Press.

Cobb, S. (1979). Social support as a Mediator of Life Stress. Psychosomatic Medicine Journal, 38, 300 – 314.

Cohen, S., & syme, S.L. (1985). Social Support and Health. London: Academic Press, Inc.

Dalgard, O.S., & Haheim, L. L. (1998). Psychosocial Risk Factor Andmortality: A Prospective Study with Spesial Focus on Social Support, Social Participation, and Locus of Control in Norwa, Journal of Epidemiology and Community Heath, 52, 476-481.

Dewi, C. M. (2006)Pengaruh Pembelajaran Ekonomi di SMA dengan Metode Jigsaw terhadap Motivasi Berprestasi dan Prestasi Belajar Siswa. Tesis (tidak ditertibkan). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Donna, G.A. (2006). The Aftermath of Disater: Cgildren in Crisis. Journal Of Clinical Psychology: In Session, 62(8), 1001 – 1016.

Eccles, J. S., & Harold, R. D. (1993). Parent-School Involment during Adolescence: The Esrly Adolescence Year. Teachers College, 94 (3), 568 – 588.

Everal, D. R., Althrows, J. L., & Paulson, L.B. (2006). Creating a Future: a study of Resilience in suicidal Female Adolescence. Journal of Counseling & Develpoment, 84, 461 – 470.

Feldman, L., & Fernald, P. S. (1999). Introduction to Psychology ( Edition). India: A. I. T. B. S. Publisher & Distributor.

Frank, S., Claudia, C., Martina, R., & Thomas K. (2006). Post-tsunami Stress: A Study of Psottraumatic Stress disorder in Children Living in Three Severely Affected Regions in Sri Lanka. Journal of Traumatic Stress, 19 (3), 339 – 347.

Ghozali, I. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan penerbit Universitas Diponegoro.

Goodenow, C. (1994). Clasroom Belonging among Esrly Adolescent Students: Relationships to Motivation and Achievement. Journal of Early Adolescence, 13, 21 – 29.

Green, C. L., & Walker, J. M. (2007) Parent’ Motivations for Involvement and childern’s Education: An Empirical Test of a Theritical Model of Parental Involment. Journal of Educational Psychology, 99, 532 – 544.


(2)

Grotberg, E. (1995). A Gide to Promoting Resilience in Childern: Strengthening the Human spirit. London: New Harbinner Publication Inc.

Gunarsa, S. D & Gunarsa, s. D. (1995). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Hadi, S. (1996). Metode Riset (Jilid 2). Yogyakarta: Andi Offset.

Haryu, S. (2004). Hubungan antara Pengasuhan Islami dengan Self Regulated Learning, Motivasi Berprestasi dan Prestasi Belajar. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Hasanah, N. (2008). Dinamika Dukungan Sosial Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Hoge, A. E., Austin, D. E., & Pollack, H. M. (2007). Resilience, Research Evidence and Conceptual for Postraumatic Stress Disorder. American Educational Research Journal, 29, 239 – 152.

Hossler, D., & Stage, F. K. (1992). Fa,ily and High school Experience Influence on Postsecondary Educational Plan of Grade student. American Educational Research Journal, 29, 425 – 451.

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.

Jonshon, D. W., & Johnson, F.P. (1991). Joining Together; Group Theory and Group skill. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J. A. (1997). Sinposis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis (Edisi ke-7, Jilid ke-1), Terjemahan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Kobasa, S.C. (1979). Stressfull Life event, personality and Health: An Inquary into Hardiness. Journal of Personality and social Psychology. 37, 1 – 11.

Layne, C. M., Pynoos, R. S., Saltzman, W. R., Arslanagi, B., Savjak, N., & Popovi, T. (2001). Trauma/Grief-Focused Group Psychotherapy: School-Based Postwar Intervention With Traumatize Bosnian Adolescents. Group Dynamics Journal, 5, 277 – 290.


(3)

Luthar, S. (1993). Methodological and Conceptual Issues in Researh on Childhoop Resillience. Journal of Chil psychology and psychiatry. 34 (4), 234 – 244.

Mackay, K., & Iwasaky, Y. (2005). Building Strengths and Resillience: Leisue as a Stress Survival Strategy. Journal of Guidance & Counselling, 33 (1), 1469 – 2534.

Mancini, A., & Bonanno, G. A. (2006). Resllience in the Face of Potential Trauma: Clinical Practices an Ilustrations. Journal of Clinical Psychology, 6 (8), 971 – 985.

Marjoribanks, K. (1986). A Longitudinal study of Adolescents’ Aspirations Asassessed by Seginer’s Model. Merril - Palmer Quarterly Journal, 32, 211 – 229.

Mau, W. C., & Bikos, L. H. (2000). Educational and Vocational Aspirations of Minority and Female Students: A Longitudinal Study. Journal of counseling and Development, 78, (2), 186 – 194.

McClelland, D. C. (1987). Human Motivation. New York: The Press Syndicate of The University of Chambridge.

Miller, G. (2005). The tsunami’s Psycholgyal Aftermath. Science Journal, 309 (37), 1030 – 1033.

Milner, R., & Woolfolk, A. (2002). Respect, Social Support, and Teacher Efficacy: a Case Study. Education Journal, 3, 26 – 65.

Morgan, T., Richard, A., John R., Weissz, J., & Schopler, R. (1986). Introduction to Psychology. Toronto: Mc Graw-Hill.

Mouton, S., & Hawkins, J. (1996). School Attachment: Perspective of Low- Attached High school Students. Education Psychology, 16 (3), 297 – 305.

Munauwarah, S. (2008). Tipe Kepribadian Tangguh, Harga diri, Dukungan Sosial dan Resiliensi Pada remaja Penyintas Bencana Gempa Bumi di Yogyakarta. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Muzli. (2006). Laporan Berita Gempa Bumi Yogyakarta 27 Mei 2006 dan sekilas tentang Gempa Bumi. Diunduh dari http://drmunz.com/SMIJG.index-Dateien/Gempabumi.ppt pada tanggal 27 Januari 2009.

Narulita, M. F. (2005). Hubungan Antara Self-Regulated Learning dan Presepsi Dukungan Sosial dengan Prestasi Akademik Mahasiswa. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.


(4)

Nettles, M., Mucherah, S., & Dana, S. (2000). Understanding Resillience: The role of Social Resources. Journal Of education for Student Placed At Risk, 5 (1&2), 47 – 60.

Niaz, U. (2006). Role of Faith and Resillience in Recovery from Psychotrauma. Pakistan. Journal of Medical Science, 22, 204 – 207.

Ninawati. (2002). Moyivasi Berprestasi. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 4 (8), 77 – 78.

Nisa, H. (2008). Pelatihan Manajemen stress untuk Meningkatkan resiliensi Remaja Penyintas Gempa dan Tsunami di Naggroe Aceh Darussalam. Tesis (tidak diterbitka). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Parasuraman, S., greenhouse, J. H., & Granrose, S. C. (2002). Role stressor, Social Support, and well-Being among Two-Career Couples. Journal of organizational and behavior, 13, 339 – 356.

Quaglia, R. J., & Cobb, C. S. (1996). Toward a Theory of Student Aspirations. Journal of Research in Rural Education, 12 (3), 127 – 132.

Rahmawati. (1991). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Prestasi Belajar pada siswa Negeri IV Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Rinaldi. (2008). Resiliensi pada Masyarakat Kota Padang Ditinjau Dari jenis kelamin dan Usia Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Rini, S. (2001). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Penyesuaian dirri pada

Masa Pensiun. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Robin, S. P. (1996). Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi, Aplikasi, (edisi bahasa Indonesia). Jakarta: PT. Prenhallindo.

Robbins, T. W. (2005). Controlling Stress. How the Brain Protects it self from Depression: Nature Neuroscience. Psyciatry Journal, 8, 261 – 262.

Rohwer, W. D. (1980). Educational Psychology. New York: Holt and Witson.

Rola, F. (2006). Hubungan antar Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi Pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: USU.

Rosmalia. (2006). Hubungan antara Persepsi Remaja Mengenai Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan dengan Motivasi Berprestasi dalam Pelajaran Bahasa


(5)

Inggris. Ringkasan Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Rusell, W., & brendia, A. (2008). Understanding and Adressing The California Latino Achievment Gap in Early Ementary School. Journal of Education, 41, 456 – 471.

Saliyo. (2003). Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Salovey, P., & Sluyter, D. J. (1997). Emotional Development and Emotional Intelligence: educational Implications. New York: Basic Books.

Safarino, E. P. (1998). Health Psychology: Biopsychosocial Interraction ( Edition). New York: John Wiley & Sons, Inc.

Setiawan, B. (2007). Pelajaran dari Yogya dan Aceh. Yogyakarta: Partnership for Governance Reform.

Sheri, C. L., & Radmaker, S. A. (1992). Healt Psychology: Challenging the Biomedical Model. Singapore: John Wiley and Sona, Inc.

Shofiah, V. (2002). Hubungan Kepercayaan Diri dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Universitas Islam Batik Surakarta Tahun akdemik 2000/2001. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Smith, R. Vitaliano, E., & Yi, J. P. (2005). Stress- Resilience, Illness, and Coping: A Person-Focused Investigation of Young Women Athetes. Journal of Behavioral Medicine, 28, 257-265.

Snyder, C. R., & Lopez, C. (2007). Positive Psycyhology in Scientic and Practical Exploration of Human strength. London: Sage Publication.

Steinhardt, M., & Dolbier, C. (2008). Evaluation of a Resilience Intervention to Enchance Coping Strategies and Protective Factors and Decrease Symptology. Journal of American College Health, 56 (4), 214-225.

Sudjiono, A. (2003). Hubungan Kecerdasan emosi, Kebiasaan Belajar dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas 3 SLTP Negeri Kota Surabaya Tahun. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Sulaiman, W. (2004). Analisis Regresi Menggunakan SPSS: Contoh Kasus & Pemecahannya. Yogyakarta: Penerbit Andi.


(6)

Supriyanto, A. (2003). Hubungan Motivasi Berprestasi dan Peranan Layanan Bimbingan Konseling dengan Penyesuaian Diri Siswa di SMU Muh. 1 Kota Magelang. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Suryabrata, S. (2000). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Penerbit

Andi.

Syah, M. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakoemar.

Triton, P. B. (2006). SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Tusaie, K., & Dyer, J. (2004). Resilience: A Historical Review of the Construct. Holistic Nursing Practive Journal, 7, 3-10.

Utamingsih, D. (2002). Hubungan Dukungan Sosial dan Optimisme dengan Penggunaan Emotional Focused Coping. Skripsi (tidak diterbitkan) Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Winkel, W. S. (1986). Psikoli Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia. Wuryani, W. E. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

You Huey, J. (2002). Stress, Health and reciprority and Sufficiency of Social Psycholoy, 14 (3), 353-370.

Yu, D. F., Lee, D. F., & Woo, J. (2004). Psychometric Testing of the Chinese Version of the medical Outcomes study social Support Survey (MOS- SSS-C). Research in Nursing and Health, 27, 135-143.

Yu, X., & Zhang, J. (2007) Factor Analisys and Psychotometrics Evaluation of Connor-Davidson Resillience Scale (Cd.Risc) with Chinese People. Social Behavior personality, 35 (1), 19-30.

Zakiyatul, F. (1997). Evektifitas Pelatihan Berpikir Positif untuk Meningkatkan motivasi berprestasi Siswa SMA. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.