PERBEDAAN HASIL BELAJAR MODEL BERBASIS MASALAH DENGAN PENUGASAN DALAM MATERI IPS UNTUK MENUMBUHKAN KEPEDULIAN KEPEDULIAN TERHADAP LINGKUNGAN (GREEN BEHAVIOR) : Studi Eksperimen di Kelas 8 SMP Negeri 35 Kota Bandung.

(1)

Neni SUharjani, 2014

Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah Dengan penggunaan Dalam Materi IPS Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Green Behavior) Studi Eksperimen di Kelas VIII SMPN 35 Kota BAndung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MODEL BERBASIS MASALAH DENGAN PENUGASAN DALAM MATERI IPS

UNTUK MENUMBUHKAN KEPEDULIAN TERHADAP LINGKUNGAN (GREEN BEHAVIOR)

Studi Eksperimen di Kelas 8 SMP Negeri 35 Kota Bandung

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPS

Oleh : Neni Suharjani

1204767

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Neni SUharjani, 2014

Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah Dengan penggunaan Dalam Materi IPS Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Green Behavior) Studi Eksperimen di Kelas VIII SMPN 35 Kota BAndung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah Dengan Penugasan Dalam Materi IPS Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan

(Green Behavior)

(Studi Eksperimen Dikelas VIII SMP Negeri 35 Kota Bandung)

Oleh Neni Suharjani

S.Pd IKIP Bandung, 1998

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan IPS

© Neni Suharjani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

Neni SUharjani, 2014

Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah Dengan penggunaan Dalam Materi IPS Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Green Behavior) Studi Eksperimen di Kelas VIII SMPN 35 Kota BAndung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

PROF. DR. HJ. ENOK MARYANI, M.SI. NIP. 19600121 198503 2 001

Pembimbing II

PROF. DR. H. GURNIWAN KAMIL PASYA, M.SI. NIP. 19610323 198603 1 002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan IPS

PROF. DR. H. BUNYAMIN MAFTUH, M.PD., MA. NIP 19620702 198601 1 002


(4)

Neni SUharjani, 2014

Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah Dengan penggunaan Dalam Materi IPS Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Green Behavior) Studi Eksperimen di Kelas VIII SMPN 35 Kota BAndung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

The Learning Outcomes Differences of the Problem Based Learning with Assignment Based Learning models in Social Studies to Develop Students

Attention to the Environment ( Green Behavior ) An Experimental Study in Grade 8 SMP Negeri 35 Bandung

Neni Suharjani (1204767) Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.Si Prof. Dr. H. Gurniwan Kamil Pasha, M.Si

This research’s background was triggered by problem in the social sciences learning which does not increase learners’ environmental attention (green behavior) although the material in environment and mitigation efforts in sustainable development is one of the learning material studied in Class VIII, odd semester. The purpose of this study is to determine the differences between Problem Based Learning Model outcomes and Assignment Based Learning model to improve knowledge , and to foster understanding environmental concerns. The use of Problem -based Learning model and Assignment Based Learning model in encouraging learners to involve thoroughly with all their abilities to locate and to investigate the phenomenon of a systematicly, critically, logically and analytically, so that learners can solve problems and apply in everyday life. The subjects were Grade VIII SMP 35 Bandung , in about 114 students. In obtaining the data and answering the research problem, the writer applied experimental research,data collection and technical tests ( pre-test and post- test ). The types of research data collection and data processing techniques are validity, reliability, test for normality and homogeneity as well as the t-test with the help of SPSS software program version 20. The results of data analysis presents that problem-based learning assignment based learning model can improve knowledge and understanding of the material environment, where the application looks learners have started to behave to get used to dispose of waste in place.

Keywords: Problem Based Learning Model, Assignment Based Learning Model, Environment Attention (Green Behavior)


(5)

Neni SUharjani, 2014

Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah Dengan penggunaan Dalam Materi IPS Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Green Behavior) Studi Eksperimen di Kelas VIII SMPN 35 Kota BAndung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah dengan Penugasan dalam Materi IPS untuk Menumbuhkan Kepedulian Kepedulian terhadap

Lingkungan (Green Behavior)

Studi Eksperimen di Kelas 8 SMP Negeri 35 Kota Bandung.

Neni Suharjani (1204767) Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.Si Prof. Dr. H. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan dalam pembelajaran IPS tidak menumbuhkan kepedulian lingkungan (green behavior) peserta didik, padahal materi lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu materi pembelajaran yang dipelajari di kelas VIII semester ganjil. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hasil belajar model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran penugasan dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan. Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran penugasan mendorong peserta didik terlibat secara maksimal dengan seluruh kemampuannya untuk mencari dan menyelidiki dari suatu fenomena dengan sistematis, kritis, logis dan analitis, sehingga peserta didik dapat memecahkan masalah dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Subyek penelitian adalah peserta didik kelas VIII SMPN 35 Bandung yang berjumlah 114 orang. Dalam memperoleh data dan menjawab permasalahan penelitian, peneliti menerapkan penelitian eksperimen, pengumpulan data dan teknik tes (pre tes dan post tes). Jenis pengumpulan data penelitian dan teknik pengolahan data adalah validitas, reliabilitas, uji normalitas dan homogenitas serta uji-t dengan bantuan software SPSS program version 20. Hasil analisis data menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dan penugasan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman materi lingkungan, dimana dalam penerapannya peserta didik terlihat sudah mulai berperilaku membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya.

Kata kunci : Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Penugasan, Peduli Lingkungan (Green Behavior)


(6)

Neni SUharjani, 2014

Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah Dengan penggunaan Dalam Materi IPS Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Green Behavior) Studi Eksperimen di Kelas VIII SMPN 35 Kota BAndung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

ABSTRAK v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Perumusan Masalah 7

C. Tujuan Penelitian 8

D. Manfaat Penelitian 8

E. Sistematika Penulisan 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS PENELITIAN 10

A. Kajian Pustaka 10

1. Teori Pembelajaran Kognitif dalam Pengembangan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah dan Penugasan 10

2. Model Pembelajaran 12

3. Model Pembelajaran IPS 15

4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Penugasan 17

5. Perilaku Peduli Lingkungan 25

6. Green Behavior 30

B. Kerangka Berpikir 34

C. Hipotesis 35


(7)

Neni SUharjani, 2014

Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah Dengan penggunaan Dalam Materi IPS Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Green Behavior) Studi Eksperimen di Kelas VIII SMPN 35 Kota BAndung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Lokasi Penelitian 37

B. Populasi dan Sampel Penelitian 37

C. Metode dan Desain Penelitian 41

D. Operasional Variabel 44

E. Instrumen Penelitian 46

F. Uji Alat Tes Penelitian 48

1. Validitas Butir Soal 48

2. Uji Reliabilitas 54

3. Uji Validitas Kuesioner 55

G. Rancangan Analisis Data 56

H. Prosedur Penelitian 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 64

A. Deskripsi Sekolah 64

B. Deskripsi Kelas 65

C. Hasil Penelitian 71

1. Deskripsi Data Hasil Penelitian 72

2. Uji Statistik 73

D. Pembahasan Teori 89

E. Keterbatasan Penelitian 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 95

A. Kesimpulan 95

B. Saran 95

DAFTAR PUSTAKA 97

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 101


(8)

Neni SUharjani, 2014

Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah Dengan penggunaan Dalam Materi IPS Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Green Behavior) Studi Eksperimen di Kelas VIII SMPN 35 Kota BAndung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

3.1 Data Nilai Rata-rata Ulangan ke-1 Kelas VIII A – I Semester Ganjil

Tahun Pelajaran 2013/2014 38

3.2 Hasil Uji Normalitas Nilai UTS Kelas VIII SMP Negeri 35 Kota

Bandung 39

3.3 Hasil Uji Homogenitas Nilai UTS Kelas VIII SMP Negeri 35 Kota

Bandung 40

3.4 Sampel Penelitian 40

3.5 Desain Penelitian 41

3.6 Tingkat Pembeda tiap Item yang Signifikan yang Ditunjukkan oleh

Perbedaan WL– WH 50

3.7 Rumus untuk Mencapai Nilai pada Tiga Tingkat Kesukaran 51 3.8 Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran Uji Coba Butir Soal 53

3.9 Kriteria Reliabilitas Tes 54

3.10 Hasil Uji Coba Butir Soal Skala Likert tentang Peduli Lingkungan 55 3.11 Kategori Tingkat Gain yang Dinormalisasi 58 3.12 Matched Subjects Berdasarkan Skor Pre tes 62

4.1 Rata-rata Skor Pre tes 72

4.2 Uji Normalitas 74

4.3 Uji Homogenitas 75

4.4 Uji Perbedaan Post tes Model Pembelajaran PBM dengan Penugasan 76 4.5 Uji Perbedaan Post tes Model PBM dengan Konvensional 77 4.6 Uji Perbedaan Post tes Model Penugasan dengan Konvensional 78 4.7 N-Gain Rata-rata Skor Pre tes dan Post tes 79 4.8 Matched Subjects Berdasarkan Skor Pre tes 80


(9)

Neni SUharjani, 2014

Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah Dengan penggunaan Dalam Materi IPS Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Green Behavior) Studi Eksperimen di Kelas VIII SMPN 35 Kota BAndung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.9 Matched Subjects Berdasarkan Skor Post tes 81 4.10 N-Gain Berdasarkan Rata-rata Pre tes dan Post tes yang di Matched

Subjects 83

4.11 Uji Perbedaan Post tes Matched Subjects Model PBM dengan

Penugasan 85

4.12 Uji Perbedaan Post tes Matched Subjects Model PBM dengan

Konvesional 86

4.13 Uji Perbedaan Post tes Matched Subjects Model Penugasan dengan

Konvesional 87


(10)

Neni SUharjani, 2014

Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah Dengan penggunaan Dalam Materi IPS Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Green Behavior) Studi Eksperimen di Kelas VIII SMPN 35 Kota BAndung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

2.1 Bagan Proses Terbentuknya Tanggung jawab 28

2.2 Bagan Kerangka Berpikir 35

3.1 Bagan Alur Perlakuan Penelitian 43

4.1 Rata-rata Skor Pre tes dan Post tes 73

4.2 Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Berdasarkan Skor Pre tes dan

Post tes 79

4.3 Matched Subjects Berdasarkan Rata-rata Skor Pre tes dan Post tes 82 4.4 Rata-rata N-Gain Berdasarkan Matched Subjects 83


(11)

Neni SUharjani, 2014

Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah Dengan penggunaan Dalam Materi IPS Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Green Behavior) Studi Eksperimen di Kelas VIII SMPN 35 Kota BAndung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Silabus Bahan Ajar 102

2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 107

3 Lembar Observasi Proses Pembelajaran 116

4 Kisi-kisi Soal Materi Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan 128 5 Soal Pre tes dan Post tes Untuk Mengukur Pengetahuan dan

Pemahaman Peserta didik tentang Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan 129 6 Kuesioner Skala Sikap tentang Peduli Lingkungan berdasarkan

indikator Green Behavior 134

7 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Materi Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan menggunakan software analyzer for window 136 8 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Materi Lingkungan Hidup dan Upaya

Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan menggunakan software microsoft office excel for window 137 9 Data Pre Tes, Post Tes dan Gain Hasil Belajar Materi Lingkungan

Hidup dan Upaya Penanggulanannya dalam Pembangunan

Berkelanjutan Kelas Kontrol 143

10 Data Pre Tes, Post Tes dan Gain Hasil Belajar Materi Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulanannya dalam Pembangunan


(12)

Neni SUharjani, 2014

Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah Dengan penggunaan Dalam Materi IPS Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Green Behavior) Studi Eksperimen di Kelas VIII SMPN 35 Kota BAndung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11 Data Pre Tes, Post Tes dan Gain Hasil Belajar Materi Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulanannya dalam Pembangunan

Berkelanjutan Kelas Eksperimen 2 145

12 Data Skor Skala Likert tentang Peduli Lingkungan Kelas Eksperimen

1, Kelas Eksperimen 2 dan Kelas Kontrol 146

13 Pengolahan Data Uji Statistik Pre Tes dan Post Tes Hasil Belajar Materi Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulanannya dalam

Pembangunan Berkelanjutan 149


(13)

Neni SUharjani, 2014

Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah Dengan penggunaan Dalam Materi IPS Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Green Behavior) Studi Eksperimen di Kelas VIII SMPN 35 Kota BAndung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Udara, air, tanah, flora, fauna, dan manusia adalah unsur-unsur lingkungan hidup yang dalam interaksinya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Manusia mempengaruhi lingkungan dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada pada lingkungan, sedangkan lingkungan mempengaruhi manusia dengan cara menghendaki agar bersikap dan berperilaku bijak dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Artinya, manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh unsur-unsur lingkungan hidup sehingga wajib menjaga fungsi dari masing-masing unsur-unsur lingkungan tersebut agar kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain dapat terwujud baik di masa sekarang ataupun pada masa yang akan datang.

Kenyataan fenomena yang ada pada saat ini, manusia selalu menghadapi berbagai masalah lingkungan, diantaranya: banjir; longsor; masalah sampah; dan lain-lain, dimana hal ini merupakan gambaran kurang harmonisnya interaksi manusia dengan lingkungan sebagaimana seharusnya sehingga terjadi kemerosotan kualitas lingkungan hidup.

Masalah-masalah lingkungan tersebut berkaitan dengan ketidakmampuan manusia untuk mengembangkan satu sistem nilai sosial, gaya hidup dan lembaga-lembaga sehingga tidak mampu hidup serasi dengan lingkungan. Karena itu, melalui pendidikan berusaha mengembangkan setiap warga negara agar memiliki pengetahuan tentang lingkungan biofisik dan masalah-masalah yang terkait, membangun kesadaran agar warga negara terlibat secara efektif dalam bertindak menuju pengembangan masa depan kehidupan di bumi sehingga peduli atau menjadikan bumi sebagai tempat yang penting bagi kehidupan manusia itu sendiri.

Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup adalah melalui sendi pembangunan sosial budaya, diantaranya adalah dengan cara mengubah sikap dan perilaku manusia agar memiliki kepedulian terhadap


(14)

lingkungan. Hal ini diupayakan melalui bidang pendidikan, karena dalam bidang inilah pengetahuan individu dapat ditingkatkan untuk menghasilkan pemahaman yang lebih baik sehingga dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan pengetahuan dan pembinaan sikap tentang lingkungan hidup merupakan cara yang harus ditempuh agar kelangsungan hidup manusia yang akan datang tidak terancam oleh perilakunya sendiri. Hal ini selaras seperti yang dikemukakan oleh Kartika (2011:2),

“Kesadaran dan kepedulian manusia terhadap lingkungan tidak dapat tumbuh begitu saja secara alamiah, namun harus diupayakan pembentukannya secara terus menerus sejak usia dini melalui kegiatan-kegiatan nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Untuk menanamkan kesadaran akan kepedulian terhadap lingkungan, langkah yang paling strategis adalah melalui pendidikan tentang lingkungan hidup. Pemahaman yang benar tentang lingkungan dan permasalahan serta manfaatnya bagi keberlangsungan kehidupan manusia, diharapkan akan membentuk sikap yang baik dan pada akhirnya akan membentuk perilaku yang baik pula dalam memperlakukan lingkungan sesuai dengan peranannya dalam kehidupan di masyarakat. Membekali pengetahuan tentang lingkungan kepada generasi muda akan menjadi langkah awal pengetahuan yang baik dalam membentuk pemahaman benar dan sikap yang positif serta perilaku yang baik terhadap lingkungan”.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu bidang pendidikan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman yang baik bagaimana warga masyarakat dapat bersikap peduli terhadap lingkungan sekitarnya, selaras dengan tujuan NCSS (National Council for the Social Studies) yaitu membentuk menjadi warga masyarakat yang baik, “The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world”. Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah membantu generasi muda mengembangkan kemampuan dalam membuat keputusan secara tepat sebagaimana seharusnya, sehingga menjadi warga negara yang baik walaupun dengan keragaman budaya, menjadi masyarakat yang demokratis dalam ketergantungannya pada kehidupan dunia.


(15)

3

Sumaatmadja, dkk (2008:1.17) juga mengemukakan, IPS sebagai program pendidikan,tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial semata-mata, melainkan harus pula membina peserta didik menjadi warga masyarakat dan warga negara yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama dalam arti yang seluas-luasnya. Karena itu, peserta didik yang dibinanya tidak hanya cukup berpengetahuan dan berkemampuan berpikir tinggi, melainkan harus pula memiliki kesadaran yang tinggi serta tanggung jawab yang kuat terhadap kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara.

Kenyataan yang terjadi di sekolah sekarang ini, masih banyak guru ketika menyampaikan pembelajaran IPS hanya menumbuhkan budaya menghapal dalam belajar sehingga tidak mengembangkan kemampuan berpikir dan mengembangkan nilai. Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran banyak menggunakan pendekatan ekspositorik dimana interaksi guru lebih dominan dan peserta didik cenderung diposisikan sebagai pemerhati guru. Hal inilah yang kemudian menjadikan mata pelajaran IPS menjadi membosankan dan kurang diminati oleh peserta didik sehingga perolehan pengetahuan dan pemahaman materi yang didapatkan oleh siswa tidak sesuai seperti yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.

Padahal menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013, cara penyampaian materi pembelajaran dalam pola pemikiran kurikulum 2013, yaitu sebagai berikut:

1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;

2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya);

3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet); 4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari

(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains);


(16)

6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;

7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;

8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan

9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

Menurut Kemendikbud (2013), konsep pendekatan kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.

Model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran penugasan merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar di sekolah sesuai dengan pola pikir kurikulum 2013 serta diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan mendapatkan pemahaman yang baik dengan mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki peserta didik sehingga membangun pengertian baru.

Depdiknas, 2003 (Komalasari, 2010:58) berpendapat bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. Dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran. Strategi ini mencakup pengumpulan informasi berkaitan dengan pertanyaan, menyintesa, dan mempresentasikan penemuannya kepada orang lain.

Model pembelajaran penugasan menurut Grand, 2005 (Sumarmi, 2012:171) adalah merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan


(17)

5

baru berdasarkan pengalaman dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek dirancang guna investigasi bagi pelajar sekaligus memahami pada saat menghadapi permasalahan yang kompleks. Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran sistematis, mengikutsertakan pelajar dalam mempelajari pengetahuan dan keahlian yang kompleks, pertanyaan authentic, dan perancangan produk dan tugas.

Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran penugasan dalam materi pelajaran Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan, diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman pada peserta didik tentang lingkungan dengan baik, sehingga pada akhirnya mampu melaksanakan pemahaman yang di dapatkan dengan cara bersikap dan berperilaku bijak terhadap lingkungan sekitar dan membantu meminimalisasi masalah-masalah kerusakan lingkungan.

Pendekatan tambahan yang dapat digunakan dalam pembelajaran lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan adalah pengembangan green behavior. Green behavior memiliki pengertian perilaku hijau merupakan perilaku pro-lingkungan sebagaimana dikemukakan oleh Steg & Vlek dalam European Commission: Science for Environment Policy (2012), “Pro-environmental or green behaviour is behaviour that minimises harm to the environment as much as possible, or even benefits it”. Pro-lingkungan atau perilaku hijau adalah perilaku bagaimana manusia berbuat baik dan menghindari perbuatan buruk dalam lingkungan sekitarnya.

Green behavior peranannya sangat berhubungan dengan pembangunan berkelanjutan yang tengah dilaksanakan di berbagai negara termasuk Indonesia, karena berusaha memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang dengan meminimalkan kerusakan lingkungan sebanyak mungkin dan mampu memanfaatkan lingkungan sebaik.

Iskandar (2009:40) menyatakan, setelah diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United Nations Conference on Environment and Development – UNCED) tahun 1992 di Rio de Janeiro Brasil, disepakati dan menjadi komitmen semua negara di dunia


(18)

bahwa pembangunan parsial yang hanya menekankan pada pembangunan ekonomi diganti oleh paradigma pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan berkelanjutan dirumuskan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak dan pemenuhan kebutuhan generasi mendatang.

Penerapan konsep pembangunan berkelanjutan ini selaras dengan UU RI Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mendefinisikan “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang yang terdiri dari benda, daya, keadaan, makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”.

SMP Negeri 35 Bandung memiliki visi sekolah yang unggul dalam prestasi, religius, berwawasan lingkungan yang sehat dan berdaya saing. Berkaitan dengan visi sekolah tersebut, kepala sekolah dibantu staf berupaya mewujudkannya. Namun untuk merealisasikan kepedulian terhadap lingkungan sekolah pada saat ini masih sulit terlaksana dengan baik walaupun telah diupayakan dengan kemampuan semaksimal mungkin dengan cara diantaranya menyediakan sarana kebersihan yang cukup memadai di sekitar lingkungan sekolah, membuat tata tertib sekolah yang mendukung sebagai alat kontrol agar sekolah menjadi bersih, dan lain sebagainya.

Hal ini menjadi ketertarikan untuk melakukan kegiatan penelitian studi eksperimen dalam pembelajaran IPS dengan materi lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran penugasan, untuk lebih memotivasi peserta didik mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam sehingga pelaksanaan sikap peduli terhadap lingkungan dapat ditingkatkan, karena menurut Gunawan, (2011 : 3) pendidikan IPS di sekolah diharapkan dapat membekali peserta didik dengan pengetahuan dan wawasan tentang konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya serta mampu memecahkan


(19)

7

masalah sosial dengan baik, yang pada akhirnya dapat terbina menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar perbedaan keberhasianl belajar model pembelajaran berbasis masalah dengan penugasan dalam pembelajaran IPS dapat menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan hidup sekitanya. Peneliti mencoba melakukan penelitian dengan judul : “Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah

dengan Penugasan dalam Materi IPS untuk Menumbuhkan Kepedulian terhadap Lingkungan (Green Behavior) Studi Eksperimen di Kelas 8 SMPN 35 Kota Bandung”.

B. Perumusan Masalah

Luasnya ruang lingkup yang berkaitan dengan penelitian ini, dan agar penelitian ini memperoleh sasaran dan tujuan yang jelas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar model berbasis masalah dengan penugasan dalam materi IPS lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan (green behavior) ?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar model pembelajaran berbasis masalah dengan model konvensional dalam materi IPS lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan (green behavior) ?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar model pembelajaran penugasan dengan model konvensional dalam materi IPS lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan (green behavior) ?


(20)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Mengkaji ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar model berbasis masalah dengan penugasan dalam materi IPS lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan (green behavior).

2. Mengkaji ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar model pembelajaran berbasis masalah dengan model konvensional dalam materi IPS lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan (green behavior). 3. Mengkaji ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar model pembelajaran

penugasan dengan model konvensional dalam materi IPS lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan (green behavior).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu :

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai tipe-tipe model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS dan memberikan gambaran efektivitas keberhasilan belajar model pembelajaran berbasis masalah dengan penugasan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan (green behavior).

2. Bagi peserta didik, diharapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan penugasan mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang materi lingkungan hidup dan pelestariannya sehingga dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, dengan wujud timbulnya perilaku peduli terhadap lingkungan sekitar.

3. Bagi guru, dengan adanya penggunaan model pembelajaran yang bervariasi, guru mendapatkan umpan balik untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran, dengan cara mengevaluasi melihat kelebihan dan


(21)

9

kelemahan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran penugasan dalam kaitannya dengan menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan (green behavior).

4. Bagi sekolah, memiliki pendidik yang lebih kompeten, profesional dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah sesuai dengan standar nasional pendidikan dengan cara mengembangkan berbagai metode pembelajaran yang sesuai kurikulum yang berlaku.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah, maka penulis mengemukakan sistematika penulisan sebagai berikut :

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi tentang teori-teori yang relevan digunakan sebagai landasan atas kerangka berpikir untuk menyelesaikan masalah, kerangka berpikir, dan hipotesis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang subjek penelitian, metode dan desain penelitian, operasional variabel, teknik pengumpulan data, rancangan analisis data, dan prosedur penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab hasil penelitian dan pembahasan akan menyajikan data-data yang dibutuhkan serta analisa data seperti distribusi variabel, uji instrumen, uji normalitas serta uji hipotesis.

BAB V KESIMPULAN

Merupakan bagian terakhir dari penulisan tesis yang membahas tentang kesimpulan dan saran-saran sesuai dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini.


(22)

(23)

Neni SUharjani, 2014

Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah Dengan penggunaan Dalam Materi IPS Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Green Behavior) Studi Eksperimen di Kelas VIII SMPN 35 Kota BAndung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 35 Kota Bandung yang beralamat di Jalan Dago Pojok No. 12 Kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian ini, dikarenakan merupakan tempat bertugas tetap sebagai staf pengajar mata pelajaran Pendidikan IPS, sehingga diharapkan kegiatan penelitian yang dilakukan dapat memberikan kontribusi bagi SMP Negeri 35 Kota Bandung.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Riduwan dan Kuncoro (2011:38), menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian, atau populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi terdiri dari dua jenis, yaitu: 1) populasi terbatas dimana mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya; 2) populasi tidak terbatas (tidak terhingga) dimana sumber datanya tidak dapat ditentukan batasan-batasannya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 35 Kota Bandung. Dasar pertimbangan populasi penelitian ini adalah dikarenakan kajian materi pelajaran Kompetensi Dasar 1.3 Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan berada di kelas VIII semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014. Populasi yang diambil adalah seluruh kelas VIII yang terdiri dari sembilan kelas dengan jumlah peserta didik sebanyak 349 orang.


(24)

2. Sampel

Riduwan dan Kuncoro (2011:40) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga kelas yang mempunyai karakteristik yang sama dari sembilan kelas yang dipilih berdasarkan pertimbangan guru bidang studi IPS kelas VIII dengan melihat nilai rata-rata Ulangan Tengah Semester dan mengujinya dengan uji normalitas dan homogenitas. Pada tabel 3.1 menggambarkan sebaran skor nilai rata-rata Ulangan Tengah semester yang dijadikan dasar penentuan kelas sampel penelitian :

Tabel 3.1

Data Nilai Rata-Rata Ulangan ke-1 Kelas VIII A – I Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014

Kelas Jumlah Peserta

Didik Nilai Rata-rata

VIII A VIII B VIII C VIII D VIII E VIII F VIII G VIII H VIII I

38 40 38 38 38 39 40 39 39

74.95 67.13 76.71 65.68 72.50 71.28 64.75 59.87 65.38

Jumlah 349

(Data Nilai Ulangan Tengah Semester IPS 2013/2014)

Berdasarkan tabel 3.1 di atas, dapat diurutkan nilai rata-rata Ulangan Tengah Semester mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil sebagai berikut:


(25)

39

kelas VIII A memiliki nilai rata-rata UTS 74.95, kelas VIII C nilai rata-rata UTS 76.71, kelas VIII E nilai rata-rata UTS 72.50, kelas VIII F nilai rata-rata UTS 71.28, kelas VIII B nilai rata-rata UTS 67.13, kelas VIII D nilai rata-rata UTS 65.68, kelas VIII I nilai rata-rata UTS 65.38, kelas VIII G nilai rata-rata UTS 64.75, dan kelas VIII H nilai rata-rata UTS 59.87.

Semua kelas tersebut diuji normalitas dan uji homogenitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov) menggunakan sotfware SPSS version 20 dengan taraf signifikan α = 0,05 untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil dari uji normalitas dan uji homogenitas tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2 dan tabel 3.3 berikut ini :

Tabel 3.2

Hasil Uji Normalitas Nilai UTS Kelas VIII SMP Negeri 35 Bandung

Kelas Jenis kelamin Uji Normalitas (Sig) Keterangan

VIII A Laki-laki Perempuan

0.200 0.200

terdistribusi normal terdistribusi normal VIII B Laki-laki

Perempuan

0.200 0.001

terdistribusi normal tidak terdistribusi normal VIII C Laki-laki

Perempuan

0.200 0.200

terdistribusi normal terdistribusi normal VIII D Laki-laki

Perempuan

0.200 0.200

terdistribusi normal terdistribusi normal VIII E Laki-laki

Perempuan

0.025 0.200

tidak terdistribusi normal terdistribusi normal VIII F Laki-laki

Perempuan

0.008 0.200

tidak terdistribusi normal terdistribusi normal VIII G Laki-laki

Perempuan

0.200 0.028

terdistribusi normal tidak terdistribusi normal VIII H Laki-laki

Perempuan

0.154 0.001

terdistribusi normal tidak terdistribusi normal VIII I Laki-laki

Perempuan

0.200 0.015

terdistribusi normal tidak terdistribusi normal (Hasil Penelitian, 2013)

Berdasarkan data tabel 3.2 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat tiga kelas yang memiliki persebaran jumlah peserta didik laki-laki dan perempuan


(26)

yang berimbang dan berdistribusi normal yaitu kelas VIII A, VIII C, dan VIII D, karena data tersebut memiliki angka signifikan α = 0.200, atau lebih dari 0.05

Tabel 3.3

Hasil Uji Homogenitas Nilai UTS Kelas VIII SMP Negeri 35 Kota Bandung

Uji Homogenitas (Sig)

Kelas VIII

A B C D E F G H I

Based on Mean Based on Median

Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean 0.599 0.747 0.747 0.605 0.418 0.300 0.301 0.388 0.968 0.962 0.962 0.980 0.286 0.291 0.292 0.288 0.696 0.622 0.622 0.692 0.572 0.560 0.560 0.585 0.379 0.410 0.410 0.456 0.908 0.927 0.927 0.983 0.846 0.827 0.827 0.830

(Hasil Penelitian, 2013)

Dari tabel 3.3 di atas, diketahui bahwa data-data dari semua kelas mulai dari kelas VIII A sampai dengan kelas VIII I memiliki distribusi data homogenitas yang signifikan, karena semua angka signifikannya lebih dari α = 0,05.

Karena itu, dengan melihat empat faktor yang terdiri dari nilai rata-rata Ulangan Tengah Semester masing-masing kelas, perbandingan persebaran jumlah jenis kelamin peserta didik masing-masing kelas melalui uji normalitas serta uji homogenitas, dan guru model penyampai materi pembelajaran yang sama, maka peneliti mengundi tiga kelas yang terdiri dari kelas VIII A, kelas VIII C, dan kelas VIII D untuk dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai sampel penelitian. Adapun hasil pengundiannya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4 Sampel Penelitian

Kelas Jumlah Peseta Didik Model Pembelajaran

VIII A 38 Pembelajaran Berbasis Masalah

VIII C 38 Penugasan

VIII D 38 Konvensional


(27)

41

Pada tabel 3.4 sampel penelitian menjelaskan dari ketiga kelas penelitian tersebut diundi dan didapatkan kelas VIII A sebagai kelas eksperimen 1 dengan perlakuan model pembelajaran berbasis masalah, kelas VIII C sebagai kelas eksperimen 2 dengan perlakuan model pembelajaran penugasan dan sebagai kelas kontrol yaitu kelas VIII D menggunakan model pembelajaran konvensional.

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experimental design dengan bentuk non equivalent control group design, sebagaimana yang dinyatakan oleh Sugiyono (2010:116), bahwa desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design, dimana pada desain ini terdapat tiga kelompok yaitu dua kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran penugasan di dalam kegiatan pembelajarannya, sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional dengan pola sebagai berikut :

Tabel 3.5 Desain Penelitian

Grup Pre Tes Treatment Post Tes

A O1 X1 O2

B O1 X2 O2


(28)

Keterangan :

A : kelompok eksperimen satu B : kelompok eksperimen dua C : kelompok kontrol

X1 : dikenakan perlakuan dengan model pembelajaran berbasis masalah

X2 : dikenakan perlakuan dengan model pembelajaran penugasan

AO1 : sebelum perlakuan (pre-test) pada kelompok eksperimen satu

AO2 : sesudah perlakuan (post-test) pada kelompok eksperimen satu

BO1 : sebelum perlakuan (pre-test) pada kelompok eksperimen dua

BO2 : sesudah perlakuan (post-test) pada kelompok eksperimen dua

CO1 : pre-test pada kelompok kontrol

CO2 : pos-test pada kelompok kontrol

Dari tabel tersebut di atas, penelitian ini membagi kelas menjadi tiga kelompok yaitu kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol. Peserta didik pada kelas eksperimen 1 diberikan perlakuan model pembelajaran berbasis masalah, peserta didik pada kelas eksperimen 2 diberikan perlakuan model pembelajaran penugasan, dan peserta didik pada kelompok kontrol diberikan model pembelajaran konvensional (ceramah - diskusi). Proses penelitian terhadap ketiga kelas kelompok penelitian tersebut dijelaskan pada gambar bagan 3.1 analisa alur perlakuan penelitian berikut ini :


(29)

43

VIII A VIII C VIII D

(KE1) (KE2) (KK)

O1 X1 O2 O1 X2 O2 O1 O2

Gambar 3.1

Bagan Alur Perlakuan Penelitian

Keterangan :

(KE1) : Kelas Eksperimen 1

(KE2) : Kelas Eksperimen 2

(KK) : Kelas Kontrol O1 : Observasi 1 (Pre tes)

O2 : Observasi 2 (Post tes)

X1 : Perlakuan 1 (Pembelajaran Berbasis Masalah)

X2 : Perlakuan 2 (Pembelajaran Penugasan)

∆A : Hasil Kelas Eksperimen 1

∆B : Hasil Kelas Eksperimen 2

∆C : Hasil Kelas Kontrol

H1, H2, H3 : Hipotesis 1, Hipotesis 2, Hipotesis 3

∆XC

∆XB

∆XA

H3


(30)

Berdasarkan gambar bagan 3.1 alur perlakuan penelitian, tiap kelas penelitian mendapatkan observasi kesatu yaitu pre tes, kemudian kelas VIII A sebagai kelas eksperimen 1 akan mendapatkan perlakuan 1 dengan model pembelajaran berbasis masalah, kelas VIII C sebagai kelas eksperimen 2 akan mendapatkan perlakuan 2 dengan model pembelajaran penugasan dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol tidak mendapatkan perlakuan. Setelah mendapatkan perlakuan, ketiga kelas penelitian mendapatkan observasi kedua yaitu post tes. Hasil pre tes dan post tes tiap kelas penelitian di uji untuk mendapatkan hasil uji t yang akan menjawab hipotesis 1, hipotesis 2, dan hipotesis 3.

D. Operasional Variabel

Definisi operasional variabel menurut (Riduwan dan Koncoro, 2011:11) adalah penjelasan data dari suatu variabel yang akan dipergunakan dalam analisis statistik. Menurut Creswell (2010:236), dalam penelitian eksperimen, variabel-variabel harus dirinci agar pembaca bisa melihat dengan jelas kelompok-kelompok apa yang akan dieksperimentasi dan outcome-outcome apa saja yang ingin diukur.

Penelitian ini mengkaji tentang implementasi model pembelajaran IPS di kelas VIII SMP dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran penugasan untuk melihat perbedaan hasil belajar materi pelajaran dalam Kompetensi Dasar 1.3 tentang Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan sebelum dan sesudah perlakuan pembelajaran, serta melihat perbedaan sikap peduli lingkungan pada kelas dengan model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran penugasan dan model pembelajaran konvensional.

Data Penelitian ini memiliki operasional variabel sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Hmelo-Silver, 2004; Serafino & Cicchelli, 2005 (Eggen dan Kauchak, 2012:307) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri.


(31)

45

Artinya pelajaran dari pembelajaran berbasis masalah memiliki tiga karakteristik yang terdiri dari: pelajaran berfokus pada memecahkan masalah; tanggung jawab untuk memecahkan masalah bertumpu pada siswa; dan guru mendukung proses saat siswa mengerjakan masalah.

Indikator dari model pembelajaran berbasis masalah adalah terdiri dari: 1) mereview dan menyajikan masalah; 2) menyusun strategi; 3) menerapkan strategi; 4) membahas dan mengevaluasi hasil. Penyampaian indikator model pembelajaran berbasis masalah tersebut dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah melalui perencanaan yang telah disusun dalam instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

2. Model Pembelajaran Penugasan

Depdiknas, 2003 (Komalasari, 2010:70) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek/tugas terstruktur (project-based learning) merupakan pendekatan pembelajaran yang membutuhkan suatu pembelajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa (kelas) didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi suatu materi pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkonstruk (membentuk pelajarannya, dan mengkulminasikannya dalam produk nyata).

Indikator dari model pembelajaran penugasan adalah terdiri dari: 1) meetapkan tema proyek; 2) menetapkan konteks belajar; 3) merencanakan aktivitas; 4) memproses aktivitas; 5) Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Penyampaian indikator model pembelajaran penugasan tersebut dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah melalui perencanaan yang telah disusun dalam instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

3. Perilaku Peduli Lingkungan (Green Behavior)

Perilaku peduli lingkungan (green behavior) merupakan perilaku pro-lingkungan atau perilaku hijau adalah perilaku bagaimana manusia berbuat baik dan menghindari perbuatan buruk dalam lingkungan sekitarnya.


(32)

Indikator kepedulian terhadap lingkungan yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari: 1) mampu meminimalkan kerusakan lingkungan sebanyak mungkin; dan 2) mampu memanfaatkan lingkungan sebaik mungkin; dimana kedua indikator tersebut dikembangkan dalam butir-butir pertanyaan yang dibuat dalam sebuah kuesioner dengan menggunakan skala likert.

E. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner

Kartono (1986:200), menyatakan bahwa angket atau kuesioner ialah suatu penyelidikan mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dilakukan dengan jalan mengedarkan suatu daftar pertanyaan berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan (respons) tertulis seperlunya. Sedangkan Sugiyono (2010:199) berpendapat bahwa kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Nasution (1991:169) menyatakan bahwa angket atau kuesioner adalah alat penelitian berupa daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden. Keterangan yang diinginkan terkandung dalam pikiran, perasaan sikap atau perilaku manusia.

Karena itu, kuesioner dapat disimpulkan merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan (respons) tertulis seperlunya, dimana jawaban yang diinginkan peneliti terkandung dalam pikiran, perasaan sikap atau perilaku subjek penelitian. Kuesioner dalam penelitian ini, digunakan sebagai alat tes untuk memperoleh data mengenai sikap peduli peserta didik tentang lingkungan baik kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah maupun kelas yang menggunakan model pembelajaran penugasan dan kelas yang tidak mendapat perlakuan sesudah post tes.


(33)

47

Kuesioner sikap peduli tentang lingkungan ini dirancang dalam bentuk pilihan-pilihan pernyataan atau pertanyaan yang berkaitan dengan peningkatan indikator : 1) Mampu meminimalkan kerusakan lingkungan; dan 2) Mampu memanfaatkan lingkungan.

Kuesioner sikap peduli pada lingkungan ini menggunakan skala likert. Menurut Zainul dan Nasoetion (1993:108), skala likert ialah skala instrumen yang menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap suatu objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif. Penentuan lokasi itu dilakukan dengan mengkuantifikasi pernyataan seseorang terhadap butir pernyataan yang disediakan. Untuk skala likert digunakan skala dengan lima angka. Skala 1 (satu) berarti sangat negatif dan skala 5 (lima) berarti sangat positif.

2. Tes tertulis

Tes tertulis dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik dalam memahami materi pelajaran pada Kompetensi Dasar 1.3 tentang Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol sebelum mendapatkan perlakuan (pre tes) dan sesudah mendapatkan perlakuan (post tes) dengan menggunakan model pembelajaran yang telah ditentukan. Dalam hal ini, tes tertulis yang diberikan kepada siswa berupa soal berbentuk objektive.

3. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran untuk melihat secara langsung cara guru menerapkan model pembelajaran yang ditawarkan serta melihat respon dan perkembangan peserta didik dalam pembelajaran tersebut. Lembar observasi yang digunakan ada dua bentuk, yaitu lembar observasi pengamatan penampilan guru di dalam kelas dan lembar observasi pengamatan diskusi kelompok siswa. Hasil pengamatan tersebut akan digunakan untuk menjelaskan secara deskriptif dalam pengambilan kesimpulan tambahan penelitian.


(34)

4. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap guru sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan penugasan dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik tentang materi lingkungan hidup dan pelestariannya di kelas VIII sehingga diharapkan memiliki sikap peduli terhadap lingkungan sekitar. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala ataupun kekurangan dalam pelaksanaan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dan penugasan baik dilihat dari posisi guru maupun peserta didik.

F. Uji Alat Tes Penelitian

Soal tes yang akan digunakan sebagai ukuran pemahaman konsep siswa tentang lingkungan hidup dan pelestariannya, sebelum digunakan sebagai alat pre tes dan post tes pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas butir-butir soal tersebut, dengan maksud untuk mengetahui kualitas soal tes.

Uji validitas yang dilakukan adalah validitas konstruk, “pada intinya mengukur seberapa jauh variabel penelitian mencerminkan kontruk teoritisnya (theoretical construct) yang ingin kita ukur” (Ghozali, 2008:19), sedangkan validitas skala sikap banyak disandarkan pada relevansi isi pernyataan yang disusun berdasarkan rancangan yang tepat (Azwar, 2012:176).

Instrumen tes diujicobakan pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 35 Kota Bandung dengan menggunakan kelas di luar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut tahapan yang dilakukan pada proses uji coba soal pre tes dan post tes :

1. Validitas Butir Soal

Kartono (1986:99) menyatakan bahwa validitas adalah merupakan alat pengukur yang berfungsi mengukur dengan tepat melalui cara memberikan reading/score yang akurat-teliti mengenai gejala-gejala sosial tertentu atau mampu secara cermat menunjukkan ukuran besar-kecilnya dan gradasi dari suatu gejala.


(35)

49

Nasution (1991:104) berpendapat bahwa validitas merupakan esensi kebenaran hasil penelitian.

Soal tes materi pelajaran lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan diujicobakan secara empiris kepada 36 peserta didik kelas VIII E SMP Negeri 35 Kota Bandung. Data hasil ujicoba soal tes serta validitas butir soal selengkapnya terdapat di lampiran B.

Sumaatmadja (1984:138) menyatakan bahwa perhitungan validitas butir soal menggunakan analisa item test dengan langkah dan ketentuan sebagai berikut : a. Membuat Pedoman Penilaian dan Kunci Jawaban

Pedoman penilaian obyektif test menggunakan rumus umum metode statistik tersebut di bawah ini,

Keterangan :

S = angka (score) yang diperoleh dari penebakan R = jumlah item yang dijawab benar (right) W = jumlah item yang dijawab salah (wrong) O = Banyak pilihan (option)

1 = angka tetap

Berdasarkan rumus tersebut dari 38 peserta didik yang mengikuti tes uji coba butir soal, diperoleh angka (score) tertinggi adalah 17 orang dan score terendah adalah 19 orang.

b. Membuat Ketentuan Tingkat Signifikansi Tiap Item,

Tingkat signifikansi tiap item didasarkan atas selisih jawaban yang salah di antara kelompok rendah (WL) dengan kelompok tinggi (WH), atau WL – WH.

Angka selisih yang signifikan untuk tiap item yang memperlihatkan daya pembeda.


(36)

Tabel 3.6

Tingkat pembeda tiap item yang signifikan yang ditunjukkan oleh perbedaan WL– WH

Jumlah yang ditest N

Jumlah kelompok rendah atau tinggi (27% N)

(WL– WH), pada angka tersebut atau di

atasnya yang ditetapkan sebagai tingkat pembeda yang signifikan

Jumlah pilihan (option)

2 3 4 5

28 – 31 32 – 35 36 – 38 39 – 42 43 – 46 47 – 49 50 – 53 54 – 57 58 – 61

8 9 10 11 12 13 14 15 16 4 5 5 5 5 5 5 6 6 5 5 5 5 5 6 6 6 6 5 5 5 5 6 6 6 6 6 5 5 5 6 6 6 6 6 6 dan seterusnya (Sumaatmadja, 1984:139)

Berdasarkan tabel di atas, tiap item dihitung (WL– WH)-nya, jika angka ini

sesuai atau lebih tinggi daripada tabel tersebut, berarti memiliki daya pembeda yang signifikan sehingga tidak perlu diganti ataupun diperbaiki.

c Menentukan Indeks Kesukaran Tiap Item

Menentukan indeks kesukaran pada analisa item, menggunakan rumus indeks kesukaran sebagai berikut :


(37)

51

Keterangan :

WL = Kelompok rendah yang membuat kesalahan, menjawab item dengan

salah. Keseluruhan kelompok rendah = 27% dari keseluruhan yang di tes (27% dari N)

WH = Kelompok tinggi yang membuat kesalahan, menjawab item dengan salah.

Keseluruhan kelompok tinggi = 27% dari keseluruhan yang di tes (27% dari N)

100 = Bilangan tetap

n = 27% dari yang di tes (27% dari N) N = Jumlah individu yang di tes

O = Banyak pilihan pada tiap item (Option)

Berdasarkan rumus di atas, kita akan mengetahui item-item mana yang terlalu besar dan item mana yang tingkat kesukarannya tidak ada sama sekali, sehingga harus diganti atau harus diperbaiki. Melalui indeks kesukaran dan daya pembeda, maka hat tersebut akan menjadi syarat diterima atau tidaknya item butir soal.

Tipe test pilihan jamak sesuai optionnya, memiliki perhitungan tingkat kesukaran sebagai berikut :

Tabel 3.7

Rumus Untuk Mencapai Nilai Pada Tiga Tingkat Kesukaran

Persentase yang ditest yang menjawab item dengan salah

Jumlah pilihan (option) tiap item

2 3 4 5

16 50 84

0,160n 0,500n 0,840n

0,213n 0,667n 1,120n

0,240n 0,750n 1,260n

0,256n 0,800n 1,344n

Berdasarkan rumus tersebut di atas, diperoleh tipe tes pilihan jamak dengan option 4 dari 36 peserta didik adalah sebagai berikut :

 0,240n = 0,240 x 10 = 2  0,750n = 0,750 x 10 = 8  1,260n = 1,260 x 10 = 13


(38)

Dari perhitungan nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebuah butir soal yang telah diujicobakan di kelas lain selain kelas eksperimen dan kelas kontrol, dapat mempunyai kriteria mudah jika memiliki tingkat kesukaran ≤ 2, kriteria sedang jika memiliki tingkat kesukaran 3 – 12, dan kriteria sukar jika memiliki tingkat

kesukaran ≥ 13.

d. Memperbaiki dan Mengganti Item

Memperbaiki dan mengganti item butir soal, digunakan pedoman sebagai berikut :

Item-item yang diganti,

1) Jika daya pembedanya (WL – WH) tidak signifikan dan indeks kesukarannya

(WL + WH) lebih besar dari 100.

2) Jika daya pembedanya tidak signifikan, dan indeks kesukarannya sama dengan nol (tidak mempunyai indeks kesukaran).

Item-item yang diperbaiki,

a. Jika daya pembeda signifikan, tetapi indeks kesukarannya lebih dari 100. b. Jika daya pembedanya tidak signifikan, tetapi indeks kesukarannya kurang dari

100.

Hasil perhitungan daya pembeda dan tingkat kesukaran uji coba butir soal selengkapnya tersebut dalam tabel 3.8 sebagai berikut :


(39)

53

Tabel 3.8

Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran Uji Coba Butir Soal

No

WL WH WL-WH WL+WH (WL+WH) Ket.

Validasi

Validasi Ulang Item

1 9 4 5 13 87,667 Diterima Diterima

2 9 5 4 14 93,333 Diterima Diterima

3 1 1 0 2 13,333 Diperbaiki Diterima

4 9 3 6 12 80,000 Diterima Diterima

5 8 2 6 10 66,667 Diterima Diterima

6 2 1 1 3 20,000 Diperbaiki Diterima

7 6 6 0 12 80,000 Diperbaiki Diterima

8 5 2 3 7 46,667 Diterima Diterima

9 8 2 6 10 66,667 Diterima Diterima

10 10 5 5 15 100,000 Diterima Diterima

11 4 2 2 6 40,000 Diperbaiki Diterima

12 5 2 3 7 46,667 Diperbaiki Diterima

13 3 0 5 3 20,000 Diterima Diterima

14 9 4 5 13 86,667 Diterima Diterima

15 7 2 5 9 60,000 Diterima Diterima

16 4 4 0 8 53,333 Diperbaiki Diterima

17 8 3 5 11 73,333 Diterima Diterima

18 5 2 3 7 46,667 Diperbaiki Diterima

19 6 2 4 8 53,333 Diterima Diterima

20 1 0 1 1 6,667 Diperbaiki Diterima

21 3 0 3 3 20,000 Diterima Diterima

22 9 9 0 18 120,000 Diganti Diterima

23 1 0 1 1 6,667 Diperbaiki Diterima

24 7 4 3 11 73,333 Diperbaiki Diterima

25 10 5 5 15 100,000 Diterima Diterima

26 7 2 5 9 60,000 Diterima Diterima

27 3 0 3 3 20,000 Diterima Diterima

28 6 1 5 7 46,667 Diterima Diterima

29 5 1 4 4 26,667 Diterima Diterima

30 4 0 4 4 26,667 Diterima Diterima

(Penelitian, 2013)

Berdasarkan perhitungan validitas butir soal uji coba yang akan di pre tes-kan tentang materi pelajaran Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan dengan jumlah 30 butir soal, maka diperoleh


(40)

19 butir soal yang valid, 10 butir soal diperbaiki, dan 1 butir soal diganti. Kemudian dilakukan validasi ulang sehingga seluruh soal dapat diterima sebagai soal yang akan dipergunakan dalam pre tes dan post tes. Lembaran selengkapnya hasil validasi ulang terdapat dalam Lampiran C.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas soal bertujuan untuk menguji tingkat keajegan soal yang digunakan. Nasution (1991:114) menyatakan bahwa uji reliabilitas merupakan uji kesamaan data yang menunjukkan konsistensi hasil yang sama bila mengukur hal yang sama pada waktu yang berlainan.

Menurut Guilford (Bambang, 2008:16), kriteria reliabilitas tes yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.9 Kriteria Reliabilitas Tes

Batasan Keterangan

0,00 – 0,20 Sangat Rendah

0,21 – 0,40 Rendah

0,41 – 0,60 Cukup

0,61 – 0,80 Tinggi

0,81 – 1,00 Sangat Tinggi

Zainul dan Nasoetion (1993:166) menyatakan, pengolahan data reliabilitas perangkat soal dapat dilakukan dengan cara menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20), sebagi berikut :

Keterangan :

n = jumlah butir soal dalam perangkat tes SD = Standar Deviasi skor-skor tes

p = tingkat kesukaran q = 1 – p


(41)

55

Berdasarkan cara perhitungan reliabilitas perangkat skor di tersebut, nilai reliabilitas perangkat uji coba pre tes memiliki kriteria reliabilitas 0,73. Artinya soal tersebut memiliki reliabeitasl tinggi sehingga dapat digunakan sebagai alat tes pre tes dan post tes di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data lengkap perhitungan reliabilitas terdapat dalam Lampiran C.

3. Uji Validitas Kuesioner

Peneliti membuat 30 butir soal dalam penelitian ini, dengan tujuan mencari soal yang valid serta dapat digunakan untuk mengetahui sikap dan perilaku peduli peserta didik terhadap lingkungannya. Tabel tersebut diujicobakan pada satu kelas VIII dan dalam sekolah yang berbeda dengan tempat peneliti melaksanakan eksperimen penelitian, yaitu di SMP Negeri 1 Kabupaten Cianjur.

Hasil uji coba kuesioner peduli lingkungan tersebut tercantum dalam tabel 3.10 sebagai berikut :

Tabel 3.10

Hasil Uji Coba Butir Soal Skala Likert tentang Peduli Lingkungan

No. Soal Poisson Parametera,b /Mean Kolmogorov- Smirnov Z Asymp. Sig.(2- Tailed) Keterangan Validasi Keterangan Validasi Ulang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 3,730 4,080 3,230 2,000 2,420 2,350 3,150 2,850 3,190 2,500 3,620 4,650 4,580 2,850 2,730 3,810 1,960 2,620 1,960 2,00 1.703 1.742 0.951 0.864 0.656 0.498 0.771 0.747 0.916 1.465 1.434 1.650 1.582 0.534 0.469 0.946 0.811 0.598 0.811 0.690 0.006 0.005 0.327 0.444 0.783 0.965 0.591 0.633 0.372 0.027 0.033 0.009 0.013 0.938 0.981 0.332 0.526 0.867 0.526 0.728 TidakValid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Dibuang Dibuang Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Dibuang Dibuang Dibuang Dibuang Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima


(42)

Tabel 3.10 lanjutan No. Soal Poisson Parametera,b /Mean Kolmogorov- Smirnov Z Asymp. Sig.(2- Tailed) Keterangan Validasi Keterangan Validasi Ulang 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 3,620 3,960 1,500 3,690 2,960 2,880 3,080 3,770 3,960 2,650 1.042 1.268 1.138 1.551 0.599 0.715 0.675 1.270 1.268 0.919 0.228 0.080 0.150 0.016 0.866 0.687 0.753 0.080 0.080 0.367 Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Diterima Diterima Diterima Dibuang Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima (Penelitian, 2013)

Berdasarkan data tabel 3.10 di atas, peneliti memperoleh hasil uji coba butir soal tentang sikap peduli peserta didik terhadap lingkungan dengan 23 butir soal memiliki validitas yang memadai sedangkan 7 butir soal tidak memiliki validitas yang memadai, sehingga akhirnya dari 30 butir soal yang dibuat hanya menggunakan 23 butir soal yang digunakan sebagai kuesioner pertanyaan skala likert tentang peduli lingkungan pada akhir pembelajaran setelah post tes dilaksanakan.

G. Rancangan Analisis Data

1. Data Hasil Belajar Materi Pelajaran Lingkungan Hidup dan Upaya penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan

Salah satu cara menilai seberapa besar sikap peduli peserta didik terhadap lingkungan adalah melalui hasil belajar yang dicapainya, dimana hasil belajar tersebut merupakan gambaran seberapa besar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran Lingkungan Hidup dan Pelestariannya yang telah dipelajarinya.

Hasil tes digunakan untuk menelaah peningkatan hasil belajar materi Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran penugasan dan model


(43)

57

pembelajaran berbasis. Sedangkan skor jawaban kuesioner dipergunakan untuk menelaah perbedaan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran penugasan, model pembelajaran berbasis masalah dengan modelpembeljaran konvensional serta model pembelajaran penugasan dengan model model pembelajaran konvensional.

Data yang diperoleh dari hasil tes materi pelajaran Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan diolah melalui tahapan :

a. Memberikan skor jawaban peserta didik sesuai dengan kunci jawaban dan pedoman penskoran yang digunakan.

b. Membuat tabel skor pre tes dan post tes peserta didik di kelas eksperimen 1. Kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol.

c. Menentukan skor peningkatan sikap peduli lingkungan dengan rumus N-gain dengan rumus Hake yang dikemukakan oleh Cheng et al. (Nurdiansyah, 2011:63).

Keterangan :

Spost = Skor post tes Spre = Skor pre tes

Smaks = Skor maksimum ideal

Ng =


(44)

Perhitungan N-gain tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi sebagai berikut :

Tabel 3.11

Kategori tingkat gain yang dinormalisasi

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Cheng et al. (Nurdiansyah, 2011:63)

c. Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pre tes hasil belajar materi lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro Wilk. Menurut Trihendradi (2011: 93 dan 113) menyatakan bahwa uji parametrik mengisyaratkan data harus terdistribusi normal, sedangkan apabila data tidak berdistribusi normal digunakan uji non parametrik.

Rumus uji normalitas :

Keterangan :

D = berdasarkan rumus di bawah a1 = koefisien test Shapiro Wilk

Xn – i + 1 = angka ke n – i + 1 pada data

X1 = angka ke i pada data

[∑


(45)

59

Perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut : H0 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Kriteria pengujiannya :

Jika Sig. < 0,05 maka H0 ditolak

Jika Sig. ≥ 0,05 maka H1 diterima

e. Menguji homogenitas varians skor pre tes hasil belajar materi lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan menggunakan uji Levene. Pengujian homogenitas untuk melihat apakah data yang diperoleh memiliki variasi dan nilai rata-rata yang homogen atau tidak.

Perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

H0 = Variansi skor pre tes ketiga kelas eksperimen dan kontrol kelas homogen

H1 = Variansi skor pre tes ketiga kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak

homogen Kriteria pengujian :

Jika Sig. < 0,05 maka H0 ditolak

Jika Sig. ≥ 0,05 maka H1 diterima

f. Setelah uji normalitas dan homogenitas, dilakukan uji kesamaan rerata skor pre tes dan uji perbedaan rerata skor post tes menggunakan uji-t dengan software SPSS program version 20 dan dilanjutkan dengan matched subject (Hadi, 1994:484) adalah sebagai berikut :

dimana

dan

√( )


(46)

Hipotesis yang akan diuji :

1) Skor pre tes dan post tes pengukuran hasil belajar materi lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan di kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.

H0 = Tidak terdapat perbedaan hasil belajar model berbasis masalah dengan

penugasan dalam materi IPS lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan (green behavior).

H1 = Terdapat perbedaan hasil belajar model berbasis masalah dengan penugasan

dalam materi IPS lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan (green behavior).

2) Skor pre tes dan post tes pengukuran hasil belajar materi lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan di kelas eksperimen 1 dan kelas kontrol.

H0 = Tidak terdapat perbedaan hasil belajar model berbasis masalah dengan

model konvensional dalam materi IPS lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan (green behavior).

H1 = Terdapat perbedaan hasil belajar model berbasis masalah dengan model

konvensional dalam materi IPS lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan (green behavior).

3) Skor pre tes dan post tes pengukuran hasil belajar materi lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan di kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol.

H0 = Tidak terdapat perbedaan hasil belajar model penugasan dengan model

konvensional dalam materi IPS lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan (green behavior).


(47)

61

H1 = Terdapat perbedaan hasil belajar model penugasan dengan model

konvensional dalam materi IPS lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan (green behavior).

2. Pengukuran Peningkatan Hasil Belajar Materi Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan di dalam Kelas Penelitian

Pada pengukuran peningkatan hasil belajar menggunakan data peningkatan hasil belajar peserta didik pada materi lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan dalam pembelajaran IPS dengan membandingkan peningkatan N-gain masing-masing pada kelas penelitian. Data hasil pengukuran setiap peserta didik pada kelas penelitian dapat dilihat pada lampiran C.

3. Pengukuran Perbedaan Hasil Belajar materi Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya dalam Pembangunan Berkelanjutan dengan

Matches Subject

Penelitian ini menggunakan Matched Subjects, dimana matching dilakukan terhadap subyek demi subyek. Matched Subjects menggunakan kombinasi ordinal dan nominal, sehingga peserta didik akan dikelompokkan berdasarkan kesamaan jenis kelamin dan skor pre tes yang sama atau mendekati.

Dari hasil pre tes diperoleh skor yang sama dimasukkan ke dalam kelompok matched subjects yang terdiri atas delapan peserta didik laki-laki dan perempuan, dengan hasil tercantum pada tabel 3.12 matched subjects berdasarkan skor pre tes sebagai berikut :


(48)

Tabel 3.12

Matched Subjects Berdasarkan Skor Pre Tes

No L/P

Kelas Eksperimen 1 PBM

Kelas Eksperimen 2 Penugasan

Kelas Kontrol Konvensional

VIII A VIII C VIII D

Subyek Skor Subyek Skor Subyek Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 L P L P L L P L P Habibulloh Risma Apriliandy Biqi Aris Faizi Aryanti M.Fauzi Chika 17 17 16 16 15 14 14 13 12 Gian Sastya M. Iqbal Divna M.Ihsaan M.Dave Rizqia Agung Ayu 17 17 16 16 15 14 14 13 12 Fauzi Alfiani Syahhirul Nisma Bagus M.Rouf Maylinia Adam Rani R 17 17 16 16 15 14 14 13 12

Rata-rata 14.9 14.9 14.9

(Hasil perhitungan statistik penelitian, 2013)

4.Pengukuran Skor Peduli Lingkungan di dalam Kelas Penelitian

Pengukuran peduli lingkungan dilihat berdasarkan pada perbandingan (%) hasil skala sikap dan perilaku peduli lingkungan pada masing-masing kelas penelitian. Skala sikap dan perilaku menggunakan skala likert dengan rentang pengukuran: Sangat Sering = 5 point; Sering = 4 point; Tidak Punya Pendapat = 3 point; Jarang = 2 point; dan Tidak Pernah = 1 point.

H. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu : 1. Tahap persiapan

Tahap ini terdiri dari :

a. menetapkan jumlah pertemuan pembelajaran b. menetapkan kelas penelitian eksperimen c. menetapkan waktu penelitian

d. menetapkan kompetensi dasar dalam proses pembelajaran yaitu permasalahan lingkungan hidup dan pelestariannya dalam pembangunan berkelanjutan


(1)

Neni SUharjani, 2014

Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah Dengan penggunaan Dalam Materi IPS Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Green Behavior) Studi Eksperimen di Kelas VIII SMPN 35 Kota BAndung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) hasil pengukuran setelah dilakukan eksperimen penggunaan model pembelajaran berbasis masalah mendapatkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran penugasan; 2) penggunaan model pembelajaran berbasis masalah mendapatkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional (ceramah-diskusi); 3) model pembelajaran penugasan mendapatkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional (ceramah-diskusi); 4) peningkatan (N-gain) hasil belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan model pembelajaran penugasan dan model pembelajaran konvensional (ceramah-diskusi); dan 5) peningkatan (N-gain) hasil belajar model pembelajaran penugasan lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional (ceramah-diskusi). Indikator keberhasilan belajar tersebut dapat dilihat dari nilai post tes lebih baik dibandingkan dengan nilai pre tes.

Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dan penugasan terbukti memberikan peningkatan terhadap pengetahuan dan pemahaman peserta didik tentang materi lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan, sehingga berdasarkan hasil observasi penelitian, peserta didik mulai nampak membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran penugasan

dapat dijadikan alternatif model pembelajaran bagi guru Sekolah Menengah Pertama, khususnya setelah kurikulum 2013 diterapkan karena menurut


(2)

96

kemendikbud (2013) konsep kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah

(scientific approach) dalam pembelajaran.

2. Penggunaan media sebagai alat pembelajaran dalam pelaksanaan eksperimen dengan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran penugasan diharapkan dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan pemahaman materi pembelajaran, namun hal tersebut belum dapat diujicoba oleh peneliti dikarenakan hanya ada dua inventaris alat infocus di sekolah sehingga tidak dapat dipinjamkan dalam kegiatan eksperimen penelitian.

3. Bagi guru, untuk menggunakan dan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran penugasan disarankan harus menyesuaikan dengan materi pokok pembelajaran dan tujuan pembelajaran sehingga hasilnya akan lebih efektif.

4. Bagi sekolah dan penentu kebijakan sekolah, untuk dapat memberikan kesempatan kepada para guru untuk menerapkan dan mengembangkan model-model pembelajaran yang lebih efektif, khususnya model-model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran penugasan yang menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran.


(3)

Neni SUharjani, 2014

Perbedaan Hasil Belajar Model Berbasis Masalah Dengan penggunaan Dalam Materi IPS Untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Green Behavior) Studi Eksperimen di Kelas VIII SMPN 35 Kota BAndung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. dan Krathwohl, D. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, Dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan

Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 1995. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Eggen, Paul., dan Kauchak, Don. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran

Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi 6. Jakarta: PT

Indeks Permata Puri Media.

Ghozali, Imam. 2008. Desain Penelitian Eksperimental Teori, Konsep dan

Analisis dengan SPSS 16. Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Goleman, Daniel. 2012. Ecoliterate. San Francisco: Jossey-Bass.

Gunawan, R. (2011). Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Hadi, Sutrisno. 1988. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.

Hergenhahn dan Olson, M.H. 2008. Theories of Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Iskandar, Johan. 2009. Ekologi Manusia dan Pembangunan Berkelanjutan. Bandung: Prodi Magister Ilmu Lingkungan Unpad.

Iskandar, Tb. Zulrizka. 2012. Psikologi Lingkungan: Teori dan Konsep. Bandung: PT. Refika Aditama.

Joyce, B., Weil, Marsha., dan Calhoun, Emily. 2009. Models of Teaching

Model-model Pengajaran (Edisi Delapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartono, Kartini. 1986. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Alumni. Kemendikbud. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013.

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.


(4)

98

Maryani, Enok. 2011. Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk

Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Mawardi, M., Supangkat, G., dan Miftahulhaq. 2011. Akhlaq Lingkungan: Panduan Berperilaku Ramah Lingkungan. Yogyakarta: Deputi Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup dan Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Muslich, Mansur. 2011. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan

Kompetensi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Nasution. 1991. Metode Research Penelitian Ilmiah.Bandung: Jemmars.

NCSS. 1994. The Curriculum Standards for Social Studies Expectations of

Excellence National Council for The Social Studies. United States of

America: NCSS Board.

Nurhadi, Yasin, B., dan G. Senduk, A. 2004. Pembelajaran Konstektual

(Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK.

Malang: UM PRESS.

Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013. Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah

Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Mendikbud.

Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Riduwan dan Kuncoro, Engkos A. 2012. Cara Mudah Menggunakan dan Memaknai Path Analysis (Analisis Jalur) Lengkap dengan Contoh Tesis dan

Perhitungan SPSS 17. Bandung: Alfabeta.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sapriya. 2012. Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Soemarwoto, Otto. (1983). Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumaatmadja, N., dkk. 2008. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.


(5)

---. 1984. Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS). Bandung: Alumni.

Sumarmi. 2012. Model-model Pembelajaran Geografi. Malang: Aditya Media Publishing.

Trihendradi. 2011. Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan

SPSS 19. Yogyakarta: CV Andi Offset.

UU RI Nomor 32 tahun 2009. Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.

Zainul, A. dan Nasoetion, N. (1993). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: PPAI.

Tesis :

Kartika, Rika. (2011). Kontibusi Hasil Pembelajaran Geografi Terhadap Perilaku Siswa Peduli Lingkungan (Studi Deskriptif Kelas XII IPS di SMA Negeri 2

Kota Sukabumi). Skripsi pada Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan

Indonesia: tidak diterbitkan.

Supriatna, N. 2012. Developing Green Behavior throughEcopedagogy in Social

Studies Learning in Elementary School in Bandung, Indonesia. Paper

presemted at the CESA Conference Bangkok.

Nurdiansyah, N. 2010. Penerapan Metode Mind Mapping Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Pada

Mata Pelajaran PKn. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Internet :

Bambang. 2008. validitas dan reliabilitas instrumen, tentunya harus disesuaikan dengan bentuk ... dipilih 0,05) dan n = banyaknya data yang sesuai. (Lihat lampiran). Kriteria : .... (5) Jika ada butir soal yang tidak valid, dilakukan

uji validitas instrument tahap 2. [online)] Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/19641 2051990031-BAMBANG_AVIP_PRI. [12 Nopember 2014].

Buletin Elektronik. (Januari – Pebruari 2009). Tata Ruang tentang Indikator

Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. [Online]. Tersedia:

bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=123 - 37k - Similar pages [20 April 2013].


(6)

100

European commision. (2012). Future Brief: Green Behaviour. Europe: Science

for Environment Policy. [Online]. Tersedia:

ec.europa.eu/environment/integration/research/newsalert/pdf/FB4.pdf - - Similar pages [23 Februari 2013].

The Earth Charter Initiative is a diverse global network of people and institutions

that promote the values and principles of sustainable development. [Online].

Tersedia: http://www.earthcharterinaction.org/content/pages/Read-the-Charter.html. [16 Februari 2014].


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) BERDASARKAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI KETERKAITAN KEGIATAN MANUSIA DENGAN MASALAH PERUSAKAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA Negeri

3 21 66

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPA MATERI FISIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP WIYATA KARYA NATAR

0 5 50

PENDIDIKAN KESADARAN DAN KEPEDULIAN LINGKUNGAN PADA ANAK MELALUI MODEL CONSERVATION SCOUT

0 0 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

0 1 10

PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR (JAS) BERBASIS PELESTARIAN JALAK BALI TERHADAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN DAN HASIL PETA KOGNITIF SISWA

0 0 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN GEOGEBRA TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI PRISMA DI SMP

0 0 10

PENGARUH MEDIA PREZI TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA (Studi Eksperimen di Kelas VIII SMP Negeri 20 Kota Tasikmalaya, Tahun Ajaran 20182019)

0 0 8

EKOWISATA SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI DAN STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN Yeni Suryaningsih

0 1 14

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGHIJAUAN UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN DI SDN 112 PEKANBARU WEYN MARDIANI Guru SD Negeri 112 Pekanbaru weynmardiani32gmail.com ABSTRAK - PELAKSANAAN KEGIATAN PENGHIJAUAN UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN SISWA

0 0 10

KEPEDULIAN YANG CUKUP UNTUK KONFRONTASI

0 0 6