Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Cagar Budaya di Kota Salatiga T2 322013008 BAB IV
BAB IV
PENUTUP
1.1.
Kesimpulan
Bangunan bersejarah yang ada di Kota Salatiga yang
memiliki kekhasan dengan gaya arsitektur kolonial, menjadi
aset warisan budaya yang penting untuk dilestarikan dan
dilindungi keberadaannya. UU Nomor 11 Tahun 2010 Tentang
Cagar Budaya menjadi payung hukum di dalam perlindungan
terhadap cagar budaya yang ada. Di Kota Salatiga, pada tahun
2015 telah ditetapkan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor
2 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan dan Pelestarian Cagar
Budaya Daerah. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan
untuk upaya perlindungan terhadap bangunan-bangunan
bersejarah yang ada sangat beragam dengan memperhatikan
potensi dan kepentingan masing-masing elemen atau unsur
yang ada. Kesadaran pemilik atau pengelola menjadi hal
penting dalam upaya perlindungan cagar budaya, sementara itu
pihak pemerintah, melalui SKPD atau lembaga terkait harus
mampu menjalankan tugas dan fungsinya sebagaimana
ketentuan yang ada dan penting untuk melibatkan SDM yang
berkompeten
dan
memiliki
kredibilitas
yang
dapat
dipertanggungjawabkan; demikian juga peran serta atau
partisipasi masyarakat juga merupakan power atau kekuatan
yang penting di dalam upaya perlindungan terhadap bangunan
139
bersejarah di Kota Salatiga yang dapat diwujudkan dengan
beragam tindakan. Dengan demikian, model perlindungan
hukum yang mencakup sejumlah aspek seperti, aturan hukum,
kelembagaan yang diberikan wewenang, serta penetapan
terhadap status bangunan bersejarah di Kota Salatiga sebagai
Cagar
Budaya
Daerah
harus
memperhatikan
strategi
perlindungan hukum yang melibatkan seluruh stakeholder baik
pemilik
atau
pengelola,
pemerintah,
dan
masyarakat.
Tujuannya supaya seluruh kepentingan yang ada dapat
terakomodir secara baik dan adil.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, yaitu melalui
observasi dan wawancara, peneliti berpendapat bahwa
perlindungan hukum terhadap cagar budaya yang ada di Kota
Salatiga masih sangat lemah dan perlu dilakukan upaya-upaya
nyata dalam pemeliharaan dan perlindungan terhadap cagar
budaya, sehingga keberadaan bangunan-bangunan bersejarah
di Kota Salatiga dalam kondisi aman (tidak terganggu), lestari
(terjaga; terjamin), dan berkelanjutan, sehingga keadilan antar
generasi dapat terwujud.
1.2.
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian ini, maka peneliti
menyarankan hal-hal berikut ini, diantaranya:
1. Pemerintah Daerah Kota Salatiga dapat segera
menetapkan Peraturan Walikota yang merupakan
turunan dari Peraturan Daerah Kota Salatiga
140
Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan dan
Pelestarian Cagar Budaya Daerah.
2. Pemerintah
Daerah
Kota
Salatiga
segera
melakukan tahapan Registrasi Nasional Cagar
Budaya untuk bangunan-bangunan bersejarah yang
ada di Kota Salatiga.
3. Pemerintah Daerah Kota Salatiga melalui SKPD
terkait
dapat
perlindungan
melakukan
bangunan
program-program
bersejarah
misalnya
melalui kampanye kebudayaan, penghargaan bagi
pelestari cagar budaya, open forum (diskusi),
bahkan jika memungkinkan dibuat gallery atau
mini museum Salatiga sebagai Kota Pusaka.
4. Pemilik atau pengelola bangunan bersejarah yang
ada di Kota Salatiga membuka diri untuk
melakukan konsultasi dengan SKPD terkait atau
dengan BPCB Jawa Tengah terkait bangunan
bersejarah yang dimiliki atau ditinggali tersebut.
5. Masyarakat
menjadi
lebih
pro
aktif
untuk
mengawal keberadaan bangunan bersejarah yang
ada di Kota Salatiga menurut potensi dan keahlian
yang dimiliki, dengan memperhatikan kepentingan
seluruh stakeholder, sehingga harapannya setiap
persoalan yang ada dapat diselesaikan secara adil
dan damai.
141
PENUTUP
1.1.
Kesimpulan
Bangunan bersejarah yang ada di Kota Salatiga yang
memiliki kekhasan dengan gaya arsitektur kolonial, menjadi
aset warisan budaya yang penting untuk dilestarikan dan
dilindungi keberadaannya. UU Nomor 11 Tahun 2010 Tentang
Cagar Budaya menjadi payung hukum di dalam perlindungan
terhadap cagar budaya yang ada. Di Kota Salatiga, pada tahun
2015 telah ditetapkan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor
2 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan dan Pelestarian Cagar
Budaya Daerah. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan
untuk upaya perlindungan terhadap bangunan-bangunan
bersejarah yang ada sangat beragam dengan memperhatikan
potensi dan kepentingan masing-masing elemen atau unsur
yang ada. Kesadaran pemilik atau pengelola menjadi hal
penting dalam upaya perlindungan cagar budaya, sementara itu
pihak pemerintah, melalui SKPD atau lembaga terkait harus
mampu menjalankan tugas dan fungsinya sebagaimana
ketentuan yang ada dan penting untuk melibatkan SDM yang
berkompeten
dan
memiliki
kredibilitas
yang
dapat
dipertanggungjawabkan; demikian juga peran serta atau
partisipasi masyarakat juga merupakan power atau kekuatan
yang penting di dalam upaya perlindungan terhadap bangunan
139
bersejarah di Kota Salatiga yang dapat diwujudkan dengan
beragam tindakan. Dengan demikian, model perlindungan
hukum yang mencakup sejumlah aspek seperti, aturan hukum,
kelembagaan yang diberikan wewenang, serta penetapan
terhadap status bangunan bersejarah di Kota Salatiga sebagai
Cagar
Budaya
Daerah
harus
memperhatikan
strategi
perlindungan hukum yang melibatkan seluruh stakeholder baik
pemilik
atau
pengelola,
pemerintah,
dan
masyarakat.
Tujuannya supaya seluruh kepentingan yang ada dapat
terakomodir secara baik dan adil.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, yaitu melalui
observasi dan wawancara, peneliti berpendapat bahwa
perlindungan hukum terhadap cagar budaya yang ada di Kota
Salatiga masih sangat lemah dan perlu dilakukan upaya-upaya
nyata dalam pemeliharaan dan perlindungan terhadap cagar
budaya, sehingga keberadaan bangunan-bangunan bersejarah
di Kota Salatiga dalam kondisi aman (tidak terganggu), lestari
(terjaga; terjamin), dan berkelanjutan, sehingga keadilan antar
generasi dapat terwujud.
1.2.
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian ini, maka peneliti
menyarankan hal-hal berikut ini, diantaranya:
1. Pemerintah Daerah Kota Salatiga dapat segera
menetapkan Peraturan Walikota yang merupakan
turunan dari Peraturan Daerah Kota Salatiga
140
Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan dan
Pelestarian Cagar Budaya Daerah.
2. Pemerintah
Daerah
Kota
Salatiga
segera
melakukan tahapan Registrasi Nasional Cagar
Budaya untuk bangunan-bangunan bersejarah yang
ada di Kota Salatiga.
3. Pemerintah Daerah Kota Salatiga melalui SKPD
terkait
dapat
perlindungan
melakukan
bangunan
program-program
bersejarah
misalnya
melalui kampanye kebudayaan, penghargaan bagi
pelestari cagar budaya, open forum (diskusi),
bahkan jika memungkinkan dibuat gallery atau
mini museum Salatiga sebagai Kota Pusaka.
4. Pemilik atau pengelola bangunan bersejarah yang
ada di Kota Salatiga membuka diri untuk
melakukan konsultasi dengan SKPD terkait atau
dengan BPCB Jawa Tengah terkait bangunan
bersejarah yang dimiliki atau ditinggali tersebut.
5. Masyarakat
menjadi
lebih
pro
aktif
untuk
mengawal keberadaan bangunan bersejarah yang
ada di Kota Salatiga menurut potensi dan keahlian
yang dimiliki, dengan memperhatikan kepentingan
seluruh stakeholder, sehingga harapannya setiap
persoalan yang ada dapat diselesaikan secara adil
dan damai.
141