T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP di Kota Salatiga Tahun Pelajaran 20142015 T2 BAB IV

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Profil SMP kota Salatiga
Kota Salatiga memiliki 22 Sekolah Menengah
Pertama (SMP) yang terdiri dari 10 SMP Negeri dan 12
SMP swasta yang telah meluluskan siswanya. Masingmasing SMP memiliki profil yang berbeda-beda, baik itu
lokasi sekolahnya, kemampuan atau prestasi peserta
didiknya, masa jabatan Kepala Sekolahnya, jumlah
guru dan tenaga kependidikannya , dan lain-lain.
Dalam penelitian ini, diambil enam SMP di kota
Salatiga yang terdiri dari tiga SMP Negeri dan tiga SMP
swasta sebagai nara sumber penelitian. Adapun profil
singkat dari masing-masing sekolah sebagai berikut :
SMP Negeri 1 Salatiga, merupakan SMP Negeri
pertama di kota Salatiga yang telah berdiri sejak jaman
penjajahan Belanda yang pada zaman dulu disebut
MULO

(


Meer

Uitgebreit

Lager

Onderwijs)

atau

Pendidikan Rendah yang diperluas, berlokasi di jalan
Kartini nomor 24 Salatiga. Satu-satunya SMP di kota
Salatiga

yang

sejak

tahun


pelajaran

2013/2014

membuka layanan Akselerasi dan eks SMP RSBI ini
memiliki visi “ Mewujudkan Pelayanan Terbaik dalam
membentuk Insan berkualitas serta Terdepan dalam

Imtaq dan IPTEK” dan slogan GRISSA ( Giat, rajin,
Iman dan Intelek, Siap, Sigap, Aktif) sebagai arah dan
orientasi setiap gerak langkah di SMP Negeri 1 Salatiga.
Pada Tahun Pelajaran 2014/2015, SMP Negeri 1
Salatiga memiliki 702 peserta didik yang tersebar di 27
rombongan belajar, diasuh oleh 55 guru dan dipimpin
oleh seorang Kepala Sekolah senior.
SMP Kristen 2 Salatiga, berlokasi di jalan Jendral
Sudirman nomor 111B Salatiga. Berdasarkan peringkat
rata-rata nilai Ujian Nasional SMP tahun 2013/2014,
SMP ini menduduki peringkat tertinggi dari 12 SMP
swasta di kota Salatiga. SMP yang bernaungan dibawah

Yayasan

Ebben

Heizer

Salatiga

ini

pada

tahun

pelajaran 2014/2015, memiliki 225 peserta didik yang
tersebar didalam 12 rombongan belajar, diasuh oleh 20
guru dan dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang
masih relatif muda .
SMP Negeri 5 Salatiga, merupakan salah satu
SMP yang terletak di kelurahan Dukuh Salatiga,

tepatnya di jalan Bima nomor 10 Salatiga. Pada tahun
pelajaran 2013/2014, menduduki peringkat ke-10 ratarata nilai UN SMP di kota Salatiga atau ke-enam
khusus SMP Negeri di kota Salatiga. SMP yang
berstatus

SSN

(

Sekolah

Standar

Nasional

)

ini

mempunyai visi “Membentuk generasi muda yang

PASTI

BISA:

Pandai,

ber-Akhlak

mulia,

Santun,

Terampil, ber-Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Bersih, Indah, Sehat dan Aman“ . Pada tahun pelajaran
2014/2015,memiliki 460 peserta didik yang tersebar
dalam 24 rombongan belajar, diasuh oleh 44 guru dan
dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang masih
relatif baru ( sekitar tiga tahun ).
SMP Pangudi Luhur Salatiga, merupakan salah

satu SMP swasta di kota Salatiga yang berlokasi di
jalan Diponegoro nomor 90 Salatiga. Pada tahun
pelajaran 2013/2014 menduduki peringkat ke-lima
rata-rata nilai UN SMP dari 12 SMP swasta di kota
Salatiga. SMP Pangudi Luhur Salatiga yang memiliki
nama lengkap SMP Pangudi Luhur St. Mikael Salatiga
ini, memiliki Visi “ Pendampingan kaum muda yang
berorientasi pada budi pekerti luhur, keterampilan,
prestasi, berwawasan lingkungan yang berdasarkan
cinta

kasih

“. Pada

tahun

pelajaran

2014/2015,


memiliki 215 peserta didik yang tersebar dalam 12
rombongan belajar , diasuh oleh13 guru dan seorang
Kepala Sekolah.
SMP Negeri 7 Salatiga, berlokasi di jalan Setiaki
nomor 15 Salatiga. SMP yang sedang mempersiapkan
diri untuk mengikuti penilaian sekolah “Adi Wiyata”
tingkat provinsi ini memiliki visi “ Siap Berprestasi “
(Santun, Iman, Asri, percaya diri dan berprestasi) serta
misi “ Mewujudkan kualitas dan kuantitas prestasi
belajar

siswa,

sarana

prasarana,

dan


pelayanan

terhadap pengguna jasa pendidikan “. Pada tahun

pelajaran 2013/2014, menduduki peringkat 15 dari 22
SMP di kota Salatiga. SMP yang terus berbenah ini
pada

tahun

pelajaran

2014/2015,

memiliki

455

peserta didik yang tersebar dalam 24 rombongan
belajar, diasuh oleh 44 guru serta dipimpin oleh

seorang Kepala Sekolah yang relatif baru ( dilantik
pertengahan tahun 2013).
SMP Kristen 4 Salatiga berlokasi di jalan Tentara
Pelajar nomor 4 Salatiga. SMP yang menjadi satu lokasi
dengan SMK Kristen Salatiga yang dikenal dengan
SMEA Kristen Salatiga ini merupakan salah satu
sekolah swasta yang masih bertahan sampai sekarang
walau peserta didiknya relatif sedikit. Pada tahun
pelajaran

2014/2015

,

jumlah

peserta

didik


56,

tersebar di tiga rombongan belajar, dan diasuh oleh
sembilan guru.

4.1.2. Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah

SMP

dikota

Salatiga

dalam

Perencanaan Supervisi Akademik
Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan
enam Kepala Sekolah SMP diperoleh informasi bahwa
83


%

Kepala

Sekolah

melaksanakan

tahapan

perencanaan supervisi akademik dengan melakukan
sosialisasi atau memberikan informasi kepada para

guru,

menyusun

jadwal

supervisi

akademik serta

menyiapkan instrumen supervisi akademik. Seperti
yang disampaikan Kepala Sekolah SMP Negeri 5
Salatiga :
“ ...tahap merencanakan program supervisi
akademik saya lakukan dengan melakukan
sosialisasi kepada para guru dan menetapkan
jadwal kunjungan kelas...”
( wawancara, 29 Januari 2015 ).

Demikian juga yang disampaikan oleh Kepala Sekolah
SMP Negeri 1 Salatiga bahwa :
“ ... tahap merencanakan program supervisi
akademik saya lakukan dengan : membuat
program supervisi, berupa jadwal supervisi,
kemudian diinformasikan kepada para guru , dan
menyiapkan instrumen supervisi akademik bagi
para guru...” ( wawancara, 3 Februari 2015 ).

Hasil wawancara ini dikuatkan dengan adanya
dokumen Jadwal Supervisi Akademik tahun pelajaran
2014/2015 sebagai program supervisi akademik yang
dimiliki oleh para Kepala Sekolah maupun instrumen
supervisi akademik walaupun belum lengkap (sebagian
besar instrumen supervisi pelaksanaan pembelajaran
atau supervisi kunjungan kelas) . Para guru dari
masing-masing

sekolah

baik

melalui

wawancara

maupun kuesioner juga menyatakan bahwa jadwal
supervisi disampaikan pada awal tahun pelajaran atau
awal semester , dan Kepala Sekolah menyiapkan
instrumen supervisi setiap mengadakan kunjungan
kelas.

Berdasarkan bukti otentik yang peneliti dapatkan
dari hasil wawancara , studi dokumen yang dimiliki
Kepala

Sekolah,

maupun

rekap

hasil

kuesioner

diperoleh hasil penilaian kinerja supervisi akademik
Kepala Sekolah SMP Tahapan Perencanaan Supervisi
Akademik seperti tabel berikut :
Tabel.4. Hasil Penilaian Kinerja Supervisi Akademik
Kepala Sekolah SMP
Tahapan Perencanaan Supervisi Akademik

No.

Nama Sekolah

1.
2.
3.
4.
5.
6.

SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP

Negeri 1 Salatiga
Negeri 5 Salatiga
Negeri 7 Salatiga
Kristen 2 Salatiga
PL Salatiga
Kristen 4 Salatiga

Skor
indikator
kinerja
50 %
50 %
50 %
50 %
50 %
25 %

Kategori
Nilai Kinerja
Kepala Sekolah
kurang
kurang
kurang
kurang
kurang
kurang

Sumber: Rekapitulasi Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah
SMP Kota Salatiga tahun pelajaran 2014/2015

Rekapitulasi Hasil penilaian kinerja supervisi akademik
Kepala

Sekolah

tahapan

Perencanaan

Supervisi

Akademik secara lengkap dari masing-masing sekolah
terlampir.

4.1.3. Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah

SMP

dikota

Salatiga

dalam

Pelaksanaan Supervisi Akademik
Berdasarkan rekapitulasi hasil kuesioner yang
diisi oleh 124 guru dari enam SMP sebagai nara
sumber diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 5. Data rekapitulasi hasil kuesioner tentang pelaksanaan
supervisi akademik oleh Kepala Sekolah
Jawaban
Jumlah
Belum
No.
Nama Sekolah
Pernah
responden
pernah
disupervisi
disupervisi
1
SMP N.1 Salatiga
24 guru
24
2
SMP N.5 Salatiga
33 guru
30
3
3
SMP N.7 Salatiga
34 guru
32
2
4
SMP Kr.2 Salatiga
16 guru
14
2
5
SMP PL Salatiga
11 guru
11
6
SMP Kr.4 Salatiga
6 guru
6
111
13
JUMLAH
124 guru
(89,52%)
(10,48%)
Sumber: Rekapitulasi hasil kuesioner guru terhadap Supervisi
Akademik Kepala Sekolah SMP Kota Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015

Berdasarkan tabel 4. diatas, 89,52 % guru menyatakan
pernah

disupervisi

oleh

menunjukkan

bahwa

melaksanakan

supervisi

Kepala
Kepala

Sekolah.

Hal

Sekolah

akademik

ini

telah

disekolahnya.

Sisanya (10,48 % guru) menyatakan belum pernah
disupervisi dengan alasan belum ada jadwal, guru
baru, masih honorer, Kepala Sekolahnya masih baru,
mungkin kesibukan Kepala Sekolah, dan tidak tahu
alasannya.

Bahkan

ada

satu

SMP

yang

seluruh

gurunya menyatakan belum pernah disupervisi oleh
Kepala Sekolah. Data ini diperkuat dengan pernyataan
Kepala Sekolah dari SMP tersebut yang dengan jujur
mengatakan bahwa :
“... terus terang, sejak menjabat Kepala Sekolah
sampai hari ini, saya belum pernah melakukan
supervisi akademik dalam arti kunjungan kelas.
Selama ini hanya dengan pengamatan ... Alasannya
karena pemahaman tentang supervisi belum benarbenar saya pahami. Secara materi sudah

memahami, tetapi pelaksanaannya belum begitu
paham... “ (wawancara, 22 januari 2015).

Berdasarkan dokumen yang ada, Kepala Sekolah yang
bersangkutan hanya menggunakan teknik supervisi
individual dengan guru menilai diri sendiri melalui
instrumen Penilaian Kinerja Guru (PKG) yang sudah
disediakan oleh pemerintah.
Selanjutnya dari hasil wawancara dengan Kepala
Sekolah, baru dua Kepala Sekolah atau 33,33 %
melaksanakan

supervisi

pembelajaran

melalui

akademik

yang

perencanaan

pemantauan

perangkat

pembelajaran para guru. Hasil wawancara dengan
Kepala Sekolah ini sejalan dengan informasi yang
diberikan oleh salah satu guru disekolah tersebut, yang
menyatakan bahwa :
“ diawal semester, selain Kepala Sekolah
menginformasikan jadwal supervisi, juga meminta
para guru untuk mengumpulkan perangkat
pembelajaran ...“
(wawancara, 5 Februari 2015).

Hasil wawancara ini diperkuat dengan hasil studi
dokumen yang dimiliki Kepala Sekolah. Dari hasil studi
dokumen supervisi akademik yang dimiliki oleh Kepala
Sekolah, selain instrumen supervisi kunjungan kelas
atau lembar pengamatan proses pembelajaran, kepala
sekolah memiliki dokumen instrumen pemantauan
administrasi
perencanaan.

pembelajaran

atau

matrik

supervisi

Selain

supervisi

perencanaan

pembelajaran,

tahapan pelaksanaan supervisi akademik yang kedua
adalah

supervisi

pelaksanaan

pembelajaran.

Hasil

wawancara dengan Kepala Sekolah, ada lima Kepala
Sekolah atau ada 83,33 %
melaksanakan

supervisi

Kepala Sekolah telah

pelaksanaan

pembelajaran

sesuai tahapan-tahapan yang ada.
Hasil wawancara ini diperkuat dengan hasil
observasi pelaksanaan supervisi kunjungan kelas dan
tindak lanjut supervisi akademik yang dilakukan oleh
peneliti ketika Kepala Sekolah melakukan kunjungan
kelas. Setiap Kepala Sekolah sebelum melakukan
observasi pembelajaran, melakukan temu awal dengan
guru yang akan disupervisi untuk memberitahu guru
yang

akan

masuk

disupervisi,

kelas

dengan

kemudian
membawa

Kepala
RPP

Sekolah

yang

akan

digunakan guru untuk mengajar serta instrumen
supervisi yang telah dipersiapkan. Kepala sekolah
duduk dibelakang untuk melakukan observasi Kegiatan
Belajar Mengajar sambil mencatat hal-hal yang terjadi
dikela dan hal-hal yang dilakukan oleh guru selama
mengajar. Setelah pembelajaran selesai, guru yang
bersangkutan dipanggil ke ruang Kepala Sekolah untuk
menerima informasi hasil supervisi.
Hasil

observasi

ini

memperkuat

apa

yang

disampaikan oleh para guru dalam kuesioner, dimana
97 guru atau 78,23 % guru dari seluruh sekolah nara

sumber menyatakan sebelum melakukan supervisi
akademik Kepala Sekolah melakukan pertemuan awal
dengan para guru yang akan disupervisi. Sedangkan
informasi yang diberikan oleh Kepala Sekolah berfariasi
antara guru yang satu dengan guru yang lain. 87,10 %
menyatakan

Kepala

Sekolah

dalam

melakukan

supervisi menggunakan instrumen supervisi, 76,61%
guru menyatakan pada waktu melakukan supervisi
akademik Kepala Sekolah berada dalam kelas secara
penuh,

serta

melakukan

82,26

%

supervisi,

guru

Kepala

menyatakan
sekolah

setelah

melakukan

pertemuan balikan dengan guru yang disupervisi untuk
menyampaikan antara lain catatan kelebihan dan
kekurangan dalam KBM serta memberikan saran –
saran

perbaikan,

yang

kemudian

ditindak

lanjuti

dengan menyusun/ memberikan rekomendasi. Hasil
kuesioner ini sejalan dengan yang disampaikan salah
satu guru bahwa :
” setelah Kepala Sekolah melakukan supervisi
pelaksanaan pembelajaran dengan masuk kelas,
guru dipanggil ke ruang Kepala Sekolah untuk
menyampaikan hasil supervisi, kemudian guru
tanda tangan didalam instrumen supervisi. Setelah
semua selesai, hasil supervisi dibahaw dalam rapat
guru...”(wawancara, 27 Januari 2015).

Tahapan pelaksanaan supervisi akademik yang
ketiga

adalah

supervisi

penilaian

pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah,
diperoleh data 50 % Kepala Sekolah melaksanakan

supervisi

penilaian

pembelajaran

walaupun

belum

sesuai harapan. Mereka baru sebatas membubuhkan
tanda tangan dalam daftar nilai para guru sebagai
bentuk pengesahan dokumen hasil penilaian yang
dilakukan oleh para guru, serta memiliki catatan
seperlunya. Seperti yang disampaikan oleh salah satu
Kepala Sekolah sebagai berikut :

untuk
supervisi
pelaksanaan
penilaian
pembelajaran, terus terang saya belum melakukan
secara khusus. Paling hanya tanda tangan di daftar
nilai... “ (wawancara, 3 Februari 2015).

Pernyataan ini diperkuat dengan hasil studi dokumen
supervisi akademik Kepala Sekolah, dimana Kepala
Sekolah membubuhkan tanda tangan dalam daftar
nilai yang dimiliki para guru, dan belum semua Kepala
Sekolah memiliki data guru yang telah disupervisi
dalam

pelaksanaan

penilaian

(

baru

tiga

Kepala

Sekolah).
Berdasarkan bukti otentik penelitian yang berupa
hasil wawancara, rekapitulasi hasil kuesioner, hasil
observasi maupun studi dokumen yang dimiliki Kepala
Sekolah khususnya tahapan Pelaksanaan Supervisi
Akademik, diperoleh hasil seperti dalam tabel berikut :

Tabel 6. Hasil Penilaian Kinerja Supervisi Akademik
Kepala Sekolah SMP
Tahapan Pelaksanaan Supervisi Akademik
No.

Nama Sekolah

Skor
indikator

Kategori
Nilai Kinerja

1.
2.
3.
4.
5.
6.

SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP

kinerja
79 %
74 %
79 %
68 %
68 %
6%

Negeri 1 Salatiga
Negeri 5 Salatiga
Negeri 7 Salatiga
Kristen 2 Salatiga
PL Salatiga
Kristen 4 Salatiga

Kepala Sekolah
Baik
Cukup
Baik
Cukup
Cukup
Kurang

Sumber: Rekapitulasi Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah
SMP Kota Salatiga tahun pelajaran 2014/2015

Hasil penilaian kinerja supervisi akademik Kepala
Sekolah

tahapan

Pelaksanaan

Supervisi

Akademik

secara lengkap dari masing-masing sekolah terlampir.

4.1.4. Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah

SMP

dikota

Salatiga

dalam

Menindaklanjuti hasil Supervisi Akademik
Dari 124 guru yang mengisi kuesioner , berkaitan
dengan

tindak

lanjut

hasil

Supervisi

Akademik

diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 7. Data rekapitulasi hasil kuesioner tentang tindak lanjut
hasil supervisi akademik oleh Kepala Sekolah
Jawaban
Jumlah
No.
Nama Sekolah
Melakukan
responden
tidak
pembinaan
1
SMP N.1 Salatiga
24 guru
21
3
2
SMP N.5 Salatiga
33 guru
24
9
3
SMP N.7 Salatiga
34 guru
26
8
4
SMP Kr.2 Salatiga
16 guru
12
4
5
SMP PL Salatiga
11 guru
10
1
6
SMP Kr.4 Salatiga
6 guru
6
93
31
JUMLAH
124 guru
(75 %)
(25 %)
Sumber: Rekapitulasi hasil kuesioner guru terhadap Supervisi
Akademik Kepala Sekolah SMP Kota Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015

Dari tabel diatas, 75% guru menyatakan bahwa Kepala
Sekolah menindak lanjuti hasil supervisi akademik
dengan melakukan pembinaan dan pengembangan
kepada

para

pengembangan

guru.
yang

Bentuk

pembinaan

dilakukan

Kepala

dan

sekolah

berfariasi, antara lain dengan memberikan arahan,
bimbingan, mengadakan IHT, workshop, pelatihanpelatihan,

pembinaan

secara

umum,

memberikan

saran dan perbaikan, dan lain-lain. Bahkan 89,52 %
guru

menyatakan

bahwa

Kepala

Sekolah

pernah

mengadakan pelatihan atau IHT bagi para guru untuk
meningkatkan profesionalismenya.
Hasil kuesioner ini sejalan dengan pernyataan
Kepala Sekolah yang disampaikan dalam wawancara
peneliti dengan Kepala Sekolah khususnya berkaitan
dengan tindak lanjut hasil supervisi akademik yang
telah dilakukan oleh Kepala Sekolah. Lima dari enam
Kepala Sekolah sebagai nara sumber menyatakan
bahwa

mereka

akademik

menindak

khususnya

pelaksanaan

lanjuti

berkaitan

pembelajaran

hasil

supervisi

dengan

supervisi

dengan

diskusi,

mengadakan IHT pada tiap tahun, memberikan saran
perbaikan, mengadakan workshop.
Pernyataan Kepala Sekolah seperti tersebut diatas,
dikuatkan

dengan

hasil

studi

dokumen

yang

menemukan adanya dokumen laporan atau kegiatan
IHT dimasing-masing sekolah.

Berdasarkan bukti otentik penelitian yang berupa
hasil wawancara, rekapitulasi hasil kuesioner, hasil
observasi maupun studi dokumen yang dimiliki Kepala
Sekolah
tindak

maupun
lanjut

dimiliki

Supervisi

sekolah

dalam

akademik,

tahapan

diperoleh

hasil

seperti dalam tabel berikut :

Tabel 8. Hasil Penilaian Kinerja Supervisi Akademik
Kepala Sekolah SMP
Tahapan Tindak Lanjut Supervisi Akademik

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nama Sekolah
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP

Negeri 1
Negeri 5
Negeri 7
Kristen 2
PL
Kristen 4

Skor
indikator
kinerja
69 %
46 %
38 %
54 %
46 %
0%

Kategori
Nilai Kinerja Kepala
Sekolah
Cukup
Kurang
Kurang
Sedang
Kurang
Kurang

Sumber: Rekapitulasi Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah
SMP Kota Salatiga tahun pelajaran 2014/2015

Hasil penilaian kinerja supervisi akademik Kepala
Sekolah tahapan Tindak Lanjut Supervisi Akademik
secara lengkap dari masing-masing sekolah terlampir.

4.1.5.

Kendala

yang

dihadapi

dalam

melaksanakan Supervisi Akademik
Informasi

kendala

yang

dihadapi

dalam

melaksanakan Supervisi Akademik diperoleh melalui
wawancara dengan Kepala Sekolah dan salah satu guru
disekolah yang dijadikan subyek penelitian atau nara

sumber penelitian. Adapun kendala yang dihadapi
dalam melaksanakan supervisi akademik dari masingmasing sekolah antara lain :
Tabel 9. Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan
Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP
di kota Salatiga
No.

Nama Sekolah

1.

SMP Negeri 1

2.

SMP Negeri 5

3.

SMP Negeri 7

Kendala
Kepala Sekolah :
terutama kendala waktu.
• Sudah direncanakan tetapi
“mleset” karena ada kegiatan
yang mendadak sehingga
supervisi tidak dapat
dilaksanakan
• Pada saat akan disupervisi
guru tidak masuk sehingga
supervisi diundur
Dan banyaknya tugas- tugas
Kepala Sekolah
Guru :
• Lebih grogi dari biasanya
• Jadwal sering “tubrukkan”,
• Meski alatnya sama, karena
penilainya berbeda (4 orang)
kadang ada perbedaan dalam
melakukan penilaian.
Kepala Sekolah :
Karena ditunggui, guru dalam
mengajar tidak “enjoy” , serta
banyaknya tugas – tugas Kepala
Sekolah
Guru :
Paling hanya teknis. Misalnya
LCD di kelas tidak bisa
digunakan.
Kepala Sekolah :
• Guru kadang belum siap
dengan RPP sehingga supervisi
“mundur” atau tidak sesuai
dengan jadwal
• Meskipun sudah dijadwal, KS

4.

SMP Kristen 2

5.

SMP PL

6.

SMP Kristen 4

kadang ada tugas mendadak
yang tidak bisa ditinggalkan
• Para guru belum membuat
kisi-kisi untuk ulangan harian
• Banyaknya tugas-tugas Kepala
Sekolah
Guru :
Agak “kemrungsung” karena
berusaha tampil yang baik.
Kepala Sekolah :
• keterbatasan waktu. Misalnya
pada waktu jadwal supervisi,
mendadak ada tugas lain yang
mendesak, lalu diganti teman
yang lebih senior.
• Guru agak grogi bila ditunggui.
• Seperti terlalu terkondisi
ketika disupervisi,
• Belum begitu intensif
Guru :
dalam persiapan, harus
menyiapkan administrasi
( RPP
maupun alat peraga) .
Kepala Sekolah :
• Pembagian waktu, karena KS
mengajar 30 jam pelajaran/
minggu
• Format supervisi yang
ditentukan yayasan, skor
dibatasi 0/1/2 serta tidak ada
kolom catatan KS
Guru :
dalam mencocokkan jadwal
antara guru dengan KS( karena
KS jumlah jam mengajarnya
banyak).
Kepala Sekolah :
• belum benar-benar memahami
bagaimana melaksanakan
supervisi
• Kondisi lapangan,
• Pada saat mengajar tidak
sesuai dengan rencana karena
kondisi siswa sebagian besar
kemampuan akademiknya
atau IQ dibawah 70 , hampir

seluruh anak-anak adalah
anak-anak yang bermasalah
dalam keluarganya
Guru :
KS belum pernah melaksanakan
supervisi secara khusus, hanya
syering secara umum dalam
Pembinaan. Kendala yang
dihadapi sekolah :
• Berkaitan dengan penanganan
siswa
• Pembinaan karakter siswa.
Guru bukan capek transver
ilmu tetapi capek membentuk
karakter siswa
• Kepedulian orang tua masih
kurang
Sumber: Rekapitulasi Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan
Rekapitulasi Hasil Wawancara dengan Guru

4.1.6. Solusi atau upaya yang dilakukan
untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan
Supervisi Akademik
Adanya kendala selama pelaksanaan supervisi
akademik seperti tersebut diatas, telah dicoba mencari
solusi atau upaya – upaya untuk mengatasi kendala
yang terjadi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Sekolah
maupun salah seorang guru disetiap sekolah yang
dijadikan nara sumber dalam penelitian ini diperoleh
hasil sebagai berikut :
a. SMP Negeri 1 Salatiga
Untuk mengatasi kendala waktu ( karena ada
kegiatan yang mendadak atau guru yang pada

waktu disupervisi tidak hadir ), upaya yang
dilakukan

adalah

dengan

tukar

waktu.

Sedangkan untuk kendala banyaknya tugastugas Kepala Sekolah, diatasi dengan dibentuk
tim supervisi akademik yang diambil dari guru
senior. Jadwal yang sering “tubrukan” diatasi
dengan tukar dengan yang lain.
b. SMP Negeri 5 Salatiga
Upaya yang dilakukan Kepala Sekolah untuk
mengatasi guru tidak “enjoy” dalam mengajar
karena

ditunggui

adalah

supervisi

tidak

dilakukan secara mendadak, dibuat terjadwal
dengan harapan guru supaya siap. Sedangkan
kendala banyaknya tugas-tugas Kepala Sekolah
diatasi dengan dibentuk tim supervisi akademik
atau tim PKG dari guru senior. Kendala masalah
teknis diatasi dengan guru menggunakan teknik
yang lain.
c. SMP Negeri 7 Salatiga
Upaya yang sudah dilakukan antara lain : guru
diberi batas waktu pengumpulan RPP, selalu
diingatkan dalam pembinaan, saling membantu
dalam MGMP sekolah, mengadakan workshop
dan dibentuk tim supervisi akademik.
d. SMP Kristen 2 Salatiga
Untuk mengatasi kendala waktu, ketika Kepala
Sekolah mendadak ada tugas lain, supervisi tetap

berjalan diganti oleh guru senior yang ditunjuk
Kepala Sekolah. Sedangkan untuk mengatasi
atau mengurangi grogi bagi para guru yang
disupervisi

atau

ditunggui,

Kepala

Sekolah

menegaskan bahwa supervisi tidak melakukan
penilaian.
e. SMP Pangudi Luhur Salatiga
Upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi
kendala waktu dengan cara jadwal supervisi
disesuaikan dengan jam kosong Kepala Sekolah,
sedangkan kendala format supervisi dari yayasan
yang kurang lengkap diatasi dengan Kepala
Sekolah menambah lembar sendiri untuk catatan
Kepala Sekolah.
f. SMP Kristen 4 Salatiga
Belum mendapatkan solusi untuk mengatasi
kendala yang ada.

4.2. Pembahasan
4.2.1. Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah

SMP

dikota

Salatiga

dalam

Perencanaan Supervisi Akademik
Tahapan

perencanaan

supervisi

akademik

merupakan langkah pertama yang harus dilakukan

Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas utama
supervisi

akademik.

Pelaksanaan

Berdasarkan

Penilaian

Pedoman

Kinerja

Guru

(Kem.dik.Nas.Dir.Jen.PMP dan TK,2011) serta Pedoman
Penilaian

Kinerja

Kepala

Sekolah/

Madrasah

(Kemendikbud.BPSDMP dan K dan PMPPPTK, 2012),
pada tahapan ini ada empat indikator kinerja yang
seharusnya

dipenuhi

Kepala

Sekolah,

yaitu

(1)

mengidentifikasi masalah pengelolaan dalam rangka
merencanakan

program

supervisi

akademik;

(2)

merumuskan tujuan yang dilengkapi dengan target
pencapaian yang terukur dalam rangka merencanakan
program supervisi akademik; (3) menyusun program
supervisi

akademik

dalam

rangka

peningkatan

profesionalisme guru, yang antara lain berisi Rencana
Program Supervisi dan Jadwal kegiatan Supervisi
Akademik tahun tersebut; serta (4) mengembangkan
instrumen

supervisi

yang

berhubungan

dengan

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
dan penilaian pembelajaran.
Hasil

Penilaian

Kinerja

Supervisi

Akademik

Kepala Sekolah SMP tahapan Perencanaan Supervisi
Akademik menunjukkan bahwa skor indikator ke-enam
sekolah yang dipilih menjadi nara sumber penelitian
antara 25 % - 50 %, dengan kategori nilai kinerja
Kepala Sekolah “kurang”.

Dari empat indikator kinerja yang ditetapkan
peneliti sesuai dengan acuan kedua pedoman seperti
tersebut diatas menunjukkan lima sekolah memenuhi
50% dan satu sekolah memenuhi 25%.

Indikator

kinerja yang belum dapat dilaksanakan oleh enam
Kepala Sekolah sebagai nara sumber adalah indikator
kinerja nomor (1) Kepala Sekolah mengidentifikasi
masalah pengelolaan dalam rangka merencanakan
program supervisi akademik yang ditunjukkan dengan
belum

adanya

rumusan

masalah

dalam

program

supervisi akademik yang diperoleh Kepala Sekolah dari
pemantauan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pengelolaan; serta indikator kinerja nomor (2) Kepala
Sekolah merumuskan tujuan yang dilengkapi dengan
target

pencapaian

merencanakan

yang

program

terukur
supervisi

dalam

rangka

akademik,

yang

ditunjukkan dengan belum adanya rumusan tujuan
supervisi akademik yang dilengkapi dengan target
pencapaian yang terukur dalam perencanaan program
supervisi akademik.
Tahapan perencanaan supervisi akademik Kepala
Sekolah yang telah dilakukan oleh Kepala Sekolah yaitu
menyusun Jadwal Supervisi Akademik bagi para guru
disekolahnya maupun menyiapkan instrumen supervisi
akademik khususnya supervisi kunjungan kelas untuk
mensupervisi pelaksanaan pembelajaran dikelas.

Hasil

penelitian

terkait

dengan

tahapan

perencanaan supervisi akademik Kepala Sekolah yang
telah dilakukan oleh Kepala Sekolah ini sejalan dengan
hasil penelitian dari Kiong Mui Lie, Usman Radiana,H.
Tomo Djudin tentang “Pelaksanaan Supervisi Akademik
oleh

Kepala

Sekolah

dalam

Upaya

Pembinaan

Profesionalisme guru di SMA” (2013) yang antara lain
menjelaskan bahwa tahapan perencanaan , dalam
melakukan supervisi akademik Kepala Sekolah selalu
menggunakan instrumen pengamatan ... “.
Karena

ada

beberapa

indikator

yang

belum

dilaksanakan, maka dapat dikatakan bahwa Kepala
Sekolah dalam hal melaksanakan tahapan perencanaan
supervisi

akademik

Kepala

Sekolah

masih

belum

memenuhi harapan.

4.2.2. Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah

SMP

dikota

Salatiga

dalam

Pelaksanaan Supervisi Akademik
Menurut

Permen.No.41

tahun

2007

tentang

Standar Proses, ada tiga kegiatan supervisi proses
pembelajaran yang dilakukan Kepala Sekolah dalam
supervisi

akademik

kepada

para

guru

Supervisi Perencanaan pembelajaran;

yaitu

(1)

(2) Supervisi

Pelaksanaan Pembelajaran dan (3) Supervisi Penilaian
pembelajaran .

Indikator

Kinerja

supervisi

akademik

Kepala

Sekolah pada tahapan Pelaksanaan Supervisi Akademik
yang digunakan untuk mengetahui kinerja Kepala
Sekolah pada tahapan ini dikelompokkan kedalam tiga
komponen supervisi tersebut diatas.
Adapun indikator kinerja masing-masing komponen
supervisi sebagai berikut :
a. Supervisi Perencanaan Pembelajaran


melakukan

supervisi

perencanaan

pembelajaran pada awal tahun pelajaran atau
semester dibuktikan dengan adanya data atau
catatan supervisi perencanaan pembelajaran.
b. Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran


Mengadakan

pertemuan

awal

untuk

menjaring data rencara pembelajaran dan
menentukan fokus kegiatan supervisi


Melaksanakan

kegiatan

pemantauan/

observasi pembelajaran dan membuat catatan
yang objektif dan selektif sebagai bahan
pemecahan masalah supervisi
c. Supervisi Penilaian pembelajaran


Melaksanakan

supervisi

penilaian

pembelajaran dibuktikan adanya data atau
catatan

melaksanakan

pembelajaran.

supervisi

penilaian

Hasil

Penilaian

Kinerja

Supervisi

Akademik

Kepala Sekolah SMP tahapan Pelaksanaan Supervisi
Akademik menunjukkan bahwa skor indikator ke-enam
sekolah yang dipilih menjadi nara sumber penelitian
berfariasi. Lima sekolah dengan skor antara 68% - 79%
sedangkan satu sekolah enam persen dengan kategori
nilai kinerja Kepala Sekolah antara cukup – baik dan
satu sekolah masih kurang.
Indikator kinerja tahapan pelaksanaan Supervisi
Akademik

yang

sudah

dilaksanakan

oleh

ke-lima

Kepala Sekolah (walaupun belum sempurna) adalah
supervisi pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari :
(1) Kepala Sekolah mengadakan pertemuan awal untuk
menjaring data rencana pembelajaran dan menetukan
fokus

kegiatan

melaksanakan

supervisi
kegiatan

;

(2)

Kepala

pemantauan

/

Sekolah
observasi

pembelajaran dan membuat catatan yang objektif dan
selektif sebagai bahan pemecahan masalah supervisi .
Dalam melaksanakan pertemuan awal, ke-lima
Kepala Sekolah yang dijadikan nara sumber dalam
penelitian ini belum memiliki data hasil pertemuan awal
berupa : rumusan masalah yang guru hadapi dalam
melaksanakan pembelajaran, serta data atau catatan
fokus dan tujuan pelaksanaan supervisi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekapitulasi hasil
kuesioner, informasi yang disampaikan Kepala Sekolah
dalam pertemuan awal antara lain : supaya para guru

mempersiapkan perangkat mengajar ( RPP, Promes),
konfirmasi jadwal, rencana akan disupervisi, kesiapan
untuk disupervisi, hal-hal yang akan disupervisi serta
pentingnya PKG.
Indikator

kinerja

Kegiatan

Pemantauan

atau

observasi pembelajaran dan membuat catatan yang
objektif dan selektif sebagai bahan pemecahan masalah
supervisi yang dirinci menjadi 12 data kinerja yang
diharapkan, ada satu yang belum dilaksanakan oleh kelima

nara

sumber

yaitu

Kepala

Sekolah

belum

menyusun data guru yang telah disupervisi pada tahun
tersebut.

Bukti

otentik

yang

ada

hanya

berupa

bendelan instrumen hasil supervisi .
Belum semua Kepala Sekolah melaksanakan
Supervisi penilaian pembelajaran . Dari enam sekolah
sebagai nara sumber penelitian, baru tiga Kepala
Sekolah

yang

melaksanakan

supervisi

penilaian

pembelajaran, sedangkan empat Kepala Sekolah yang
lain belum melakukan supervisi penilaian pembelajaran
secara khusus. Mereka baru sebatas membubuhkan
tanda tangan dalam daftar nilai dari para guru.
Bila

dibandingkan

dengan

hasil

penelitian

tentang “ Pelaksanaan Supervisi Akademik oleh Kepala
Sekolah di SMP Negeri 269 Jakarta (2013) ” yang
dilakukan oleh Larasati A.M (2014), ada persamaan tapi
ada

juga

perberdaan.

Persamaannya

dalam

hal

pelaksanaan supervisi akademik, yaitu Kepala Sekolah

melakukannya dengan kunjungan kelas, selanjutnya
menilai guru dengan memberikan bebara penilaian
kinerja guru .
Sedangkan perbedaannya, dalam hasil penelitian ini
Kepala Sekolah belum melakukan analisis kekurangan
pengajaran

yang

pembelajaran

yang

dilakukan

guru

dan

sistem

dilakukan

guru.

Serta

Kepala

Sekolah belum memberikan penghargaan bagi guru
yang memiliki nilai supervisi terbaik.

4.2.3. Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah

SMP

dikota

Salatiga

dalam

Menindaklanjuti hasil Supervisi Akademik
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
RI nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/ Madrasah (2007), salah satu kompetensi
Kepala Sekolah dalam dimensi kompetensi supervisi
adalah menindak lanjuti hasil supervisi akademik
terhadap

guru

dalam

rangka

peningkatan

profesionalisme guru.
Indikator

kinerja

tahapan

tindak

lanjut

supervisi

akademik adalah sebagai berikut :
a. Supervisi Perencanaan Pembelajaran
1) Melakukan
perencanaan

analisis

hasil

pembelajaran

supervisi
dibuktikan

dengan adanya catatan Kepala Sekolah

tentang

analisis

hasil

supervisi

perencanaan pembelajaran
2) Mengadakan tindak lanjut terhadap hasil
analisis

supervisi

perencanaan

pembelajaran dibuktikan dengan adanya
dokumen

tindak

lanjut

hasil

analisis

supervisi perencanaan pembelajaran.
b. Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran
1) Setelah

selesai

Kepala

melakukan

Sekolah

segera

observasi,
melakukan

pertemuan balikan sebagai bentuk tindak
lanjut

supervisi

akademik,

dibuktikan

dengan adanya dokumen kegiatan tersebut.
2) Pertemuan balikan sebagai pelaksanaan
tindak lanjut diawali dengan melakukan
analisis kelemahan dan kekuatan guru
atau

menganalisis

digunakan,

instrumen

dibuktikan

dengan

yang
adanya

catatan analisis kelemahan dan kekuatan
guru yang disampaikan dalam pertemuan
balikan

maupun

catatan

analisis

instrumen yang digunakan guru dalam
KBM ( RPP )
c. Supervisi Penilaian Pembelajaran
1) melakukan

analisis

supervisi

penilaian

terhadap

hasil

pembelajaran,

dibuktikan adanya data atau catatan hasil
analisis.
2) melakukan tindak lanjut terhadap analisis
hasil

supervisi

penilaian

pembelajaran,

dibuktikan dengan adanya catatan atau
data tindak lanjut hasil supervisi penilaian
pembelajaran
d. tindak lanjut supervisi akademik ( Perencanaan
Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, dan
Penilaian Pembelajaran )
1) memberikan penguatan dan penghargaan
kepada guru yang menunjukkan kinerja
yang memenuhi atau melampaui standar,
maupun teguran bagi yang kurang/ belum
memenuhi

standar,

dibuktikan

dengan

adanya dokumen atau catatan .
2) memberikan

kesempatan

kepada

guru

untuk mengikuti program pengembangan
keprofesional an berkelanjutan, dibuktikan
dengan adanya dokumen kegiatan tersebut.
3) melaksanakan

pembinaan

dan

pengembangan guru sebagai tindaklanjut
kegiatan

supervisi,

dibuktikan

dengan

adanya tindakan Kepala Sekolah.
4) memberikan hasil pelaksanaan supervisi
akademik kepada guru yang bersangkutan,
maupun pemangku kepentingan lainnya.

5) menggunakan data hasil supervisi untuk
pemetaan ketercapaian program sebagai
dasar perbaikan siklus berikutnya.

Mengacu pada indikator diatas, ternyata hasil
penilaian kinerja supervisi akademik Kepala Sekolah
tahapan Tindak Lanjut Supervisi Akademik belum
memenuhi harapan. Skor indikator kinerja maksimal
69% dengan kategori Nilai Kinerja Kepala Sekolah
cukup.

Bahkan

ada

satu

sekolah

yang

belum

melaksanakan tahapan tindak lanjut hasil supervisi
akademik, karena Kepala Sekolah ini dengan jujur
menyatakan

memang

belum

pernah

melakukan

supervisi akademik kepada para guru.
Tahapan tindak lanjut hasil supervisi akademik
khususnya supervisi perencanaan pembelajaran belum
dapat dilaksanakan oleh ke-enam nara sumber, hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya dokumen atau catatan
mengenai

analisis

hasil

supervisi

perencanaan

pembelajaran serta dokumen atau catatan mengadakan
tindak

lanjut

perencanaan

terhadap

hasil

pembelajaran.

analisis

Demikian

supervisi

juga

tindak

lanjut hasil supervisi penilaian pembelajaran. Terbukti
ke-enam Kepala Sekolah sebagai nara sumber belum
melakukan analisis terhadap hasil supervisi penilaian
pembelajaran
terhadap

maupun

analisis

melakukan
hasil

tindak

supervisi

lanjut

penilaian

pembelajaran,

dibuktikan

dengan

tidak

adanya

catatan/ data tentang hal tersebut.
Tahapan tindak lanjut supervisi akademik Kepala
Sekolah

khususnya

pelaksanaan

tindak

pembelajaran

lanjut

belum

supervisi

semua

indikator

kinerja Kepala Sekolah dilaksanakan oleh ke-enam
nara sumber. Indikator kinerja Kepala Sekolah yang
belum

dilaksanakan

pertemuan

yaitu

balikan

Kepala

belum

Sekolah

mengawali

dalam
dengan

melakukan analisis kelemahan atau analisis instrumen
yang digunakan guru dalam KBM (RPP), terbukti belum
adanya catatan analisis kelemahan dan kekuatan guru
yang disampaikan dalam pertemuan balikan Kepala
Sekolah

dengan

guru

maupun

catatan

analisis

instrumen yang digunakan guru dalam KBM (RPP).
Kepala Sekolah menindak lanjuti hasil supervisi
akademik

dengan

melakukan

pembinaan

dan

pengembangan kepada para guru. Bentuk pembinaan
dan pengembangan yang dilakukan Kepala sekolah
berfariasi, antara lain dengan memberikan arahan,
bimbingan, mengadakan IHT, workshop, pelatihanpelatihan,

pembinaan

secara

umum,

memberikan

saran dan perbaikan, dan lain-lain.
Tindak lanjut hasil supervisi akademik yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah ini sejalan dengan hasil
penelitian Larasati A.M. (2014), yaitu dengan mengajak
diskusi dan memberikan bimbingan terhadap guru

serta

mengikutsertakan

guru-guru

yang

kurang

kompeten dalam kegiatan seminar dan pelatihan.

4.2.4.

Kendala

yang

dihadapi

dalam

melaksanakan Supervisi Akademik
Banyaknya
terbatasnya

tugas

waktu

Kepala

menjadi

Sekolah

kendala

serta

yang

banyak

dihadapi oleh Kepala Sekolah di enam sekolah sebagai
nara

sumber,

disupervisi,

selain

kesiapan

keterbatasan

guru

yang

pemahaman

akan

tentang

pelaksanaan supervisi akademik maupun keterbatasan
instrumen supervisi akademik yang tersedia.
Permendiknas. nomor 28 tahun 2010, tentang
Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/ Madrasah,
menyatakan bahwa Kepala Sekolah/ madrasah adalah
guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin dan
mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan . Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa
waktu yang tersedia atau beban kerja Kepala Sekolah
bukan

hanya

untuk

melaksanakan

tugas

utama

mengajar, tetapi juga melaksanakan tugas memimpin
dan mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan.
Beban mengajar guru yang diberi tugas
tambahan sebagai Kepala Sekolah/Madrasah
adalah paling sedikit enam jam tatap muka dalam
1 (satu) minggu atau membimbing 40 peserta
didik bagi Kepala Sekolah/ madrasah yang

berasal
dari
guru
bimbingan
dan
konseling/konselor (Permendiknas.no.35/2010).

Berdasarkan ketentuan dalam Permendiknas no.28
tahun 2010 dan no. 35 tahun 2010 diatas, Kepala
Sekolah

dituntut

untuk

pandai-pandai

mengatur

waktu, sehingga berbagai tugas dan tanggung jawab
yang menjadi kewajibannya dapat dilaksanakan dengan
baik. Padahal tidak bisa dipungkiri selain tugas utama
sebagai guru maupun tugas tambahan memimpin dan
mengelola sekolah, tidak jarang Kepala Sekolah juga
memiliki tugas – tugas sampiran yang lain seperti
menjadi Pengurus atau anggota organisasi profesi
(PGRI), Pengurus atau anggota Musyawarah Kerja
Kepala

Sekolah

kemasyarakatan

(MKKS)
yang

lain

maupun
serta

tugas

organisasi


tugas

kedinasan yang diberikan kepadanya.
Kendala lain yang dihadapi dalam pelaksanaan
Supervisi Akademik adalah kesiapan guru yang akan
disupervisi. Baik kesiapan mental maupun kesiapan
fisik serta kesiapan perangkat mengajar. Kekurang
siapan guru berdampak guru “grogi”, guru kurang
“enjoy” atau supervisi mengalami hambatan.
Selain

kendala

secara

langsung

yang

diungkapkan oleh para nara sumber seperti tersebut
diatas, adanya “gap” atau kesenjangan antara indikator
kinerja

supervisi

akademik

Kepala

sekolah

yang

ditentukan dengan realita berdasarkan data otentik

yang peneliti dapatkan, bila tidak diatasi juga akan
menjadi kendala atau hambatan dalam pelaksanaan
supervisi akademik Kepala Sekolah sebagai salah satu
kompetensi yang harus dimiliki Kepala Sekolah.
“Gap” atau kesenjangan yang peneliti peroleh dari
hasil penelitian ini dapat dipaparkan dalam tabel
berikut :
Tabel 10. “Gap” atau Kesenjangan antara indikator kinerja
supervisi akademik Kepala sekolah yang ditentukan dengan realita
sebagai kendala supervisi akademik Kepala Sekolah
Indikator Kinerja Supervisi
Akademik Kepala Sekolah

Realita

Tahapan Perencanaan :

(1) Kepala Sekolah
mengidentifikasi masalah
pengelolaan dalam rangka
merencanakan program
supervisi akademik .

belum ada rumusan masalah
dalam program supek. yang
diperoleh Kepala Sekolah dari
pemantauan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi
pengelolaan
belum ada rumusan tujuan
supervisi akademik yang
dilengkapi dengan target
pencapaian yang terukur dalam
perencanaan program supervisi
akademik.

(2) Kepala Sekolah
merumuskan tujuan yang
dilengkapi dengan target
pencapaian yang terukur dalam
rangka merencanakan program
supervisi akademik,
Tahapan Pelaksanaan :
Supervisi perencanaan pembelajaran
Kepala Sekolah melakukan
Belum semua KS melakukan
Supervisi Perencanaan
supervisi perencanaan
Pembelajar-an pada awal tahun pembelajaran pada awal tahun
Pelajaran atau semester
pelajaran atau semester
Supervisi pelaksanaan pembelajaran
(1) Kepala Sekolah mengadakan Mengadakan pertemuan awal
pertemuan awal untuk
tetapi KS tidak memiliki
menjaring data rencana
catatan/ data hasil pertemuan
pembelajaran dan menetukan
awal baik berupa rumusan
fokus kegiatan supervisi
masalah yang dihadapi guru
maupun fokus dan tujuan
pelaksanaan supervisi.

(2) Kepala Sekolah
KS melakukan kegiatan
melaksanakan kegiatan
pemantauan / observasi, tetapi
pemantauan / observasi
belum menyusun data guru
pembelajaran dan membuat
yang telah disupervisi pada
catatan yang objektif dan
tahun tersebut
selektif sebagai bahan
pemecahan masalah supervisi
Supervisi penilaian pembelajaran
Kepala Sekolah melaksanakan
Belum semua KS melakukan
supervisi penilaian
supervisi penilaian pembelajaran
pembelajaran
Tahapan Tindak lanjut Supervisi akademik :
Tindak lanjut terhadap perencanaan pembelajaran
(1) Kepala Sekolah melakukan
KS belum melakukan analisis
analisis hasil supervisi
hasil supervisi perencanaan
perencanaan pembelajaran
pembelajaran
(2) Kepala Sekolah mengadakan KS belum melakukan tindak
tindak lanjut terhadap hasil
lanjut terhadap hasil analisis
analisis supervisi perencanaan
pembelajaran
Tindak lanjut terhadap pelaksanaan pembelajaran
(2) Pertemuan balikan sebagai
Belum semua KS melakukan
pelaksanaan tindak lanjut
analisis kelemahan dan
diawali dengan melakukan
kekuatan guru atau
analisis kelemahan dan
menganalisis instrumen yang
kekuatan guru atau
digunakan
menganalisis instrumen yang
digunakan.
Tindak lanjut terhadap penilaian pembelajaran
(1) Kepala Sekolah melakukan
KS belum melakukan analisis
analisis terhadap hasil
terhadap hasil supervisi
supervisi penilaian
penilaian pembelajaran
pembelajaran
(2) Kepala Sekolah melakukan
KS belum melakukan tindak
tindak lanjut terhadap analisis
lanjut terhadap analisis hasil
hasil supervisi penilaian
supervisi penilaian pembelajaran
pembelajaran
Tindak lanjut supervisi akademik
(Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran dan
Penilaian Pembelajaran)
(1) Kepala Sekolah memberikan Tidak ada dukomen/ catatan,
penguatan dan penghargaan
tetapi para guru menyatakan KS
kepada guru yang
melakukan pembinaan secara
menunjukkan kinerja yang
umum maupun pelatihan bagi

memenuhi atau melampaui
para guru.
standar, maupun teguran bagi
yang kurang/ belum memenuhi
standar
(4) KS memberikan hasil
Tidak ada dokumen bukti KS
pelaksanaan supervisi
memberikan hasil pelaksanaan
akademik kepada guru yang
supervisi akademik kepada guru
bersangkutan, maupun
yang bersangkutan maupun
pemangku kepentingan lainnya pemangku kepentingan lainnya.
Sumber : Rekapitulasi Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah SMP kota Salatiga tahun pelajaran 2014/2015

Berdasarkan
kinerja

tabel

supervisi

diatas,

akademik

ada

yang

13

indikator

belum

dapat

terlaksana atau terlaksana dengan maksimal. Kendala
utama adalah keterbatasan waktu atau Kepala Sekolah
belum

mampu

tersedia.

Selain

menata
itu

dengan

baik

pengetahuan

waktu

Kepala

yang

Sekolah

berkaitan dengan supervisi akademik yang bervariasi
dengan sumber yang bervariasi juga menjadi salah satu
kendala

dalam

pelaksanakan

supervisi

akademik

sesuai dengan indikator kinerja yang ditentukan.
Kendala yang dihadapi Kepala Sekolah dalam
penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian
Adeolu Joshua Ayeni (2012) tentang Assessment of
Principals’Supervisory Roles for Quality Assurance In
Secondary Schools in Ondo State, Nigeria ( Penilaian
Peran pengawasan Kepala Sekolah untuk penjaminan
mutu di Sekolah menengah di Ondo, Nigeria). Penelitian
ini

menyimpulkan

dihadapi

Kepala

tantangan
Sekolah

atau
dalam

kendala

yang

tugas-tugas

kelembagaan pemerintahan, input sumber daya.

4.2.5. Solusi atau upaya yang dilakukan
untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan
Supervisi Akademik
Sebagian besar kendala yang dihadapi Kepala
Sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik telah
ditemukan solusi atau upaya untuk mengatasi kendala
yang muncul. Misalnya : kendala keterbatasan waktu
diatasi dengan pembentukan Tim supervisi akademik
atau Tim PKG yang terdiri dari para guru senior yang
dikuatkan dengan Surat Keputusan Kepala Sekolah.
Kebijakan

yang

diambil

Kepala

Sekolah

untuk

mengatasi keterbatasan waktu ini sejalan dengan
penjelasan dalam buku Pedoman Penilaian Kinerja
Kepala Sekolah/Madrasah (2011) maupun Mulyasa
(2005) yang menyatakan bahwa Kepala Sekolah dapat
melakukan

pendelegasian

dan

pembagian

tugas

supervisor kepada guru senior.
Pembinaan Kepala Sekolah secara umum kepada
dewan guru disekolahnya dapat dijadikan sarana
sosialisasi dan penjelasan bagi para guru bahwa
supervisi akademik yang dilakukan Kepala Sekolah
adalah dalam rangka peningkatan profesionalisme para
guru. Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan
Kepala Sekolah atau Tim Supervisi akademik yang
dibentuk

Kepala

Sekolah

dalam

rangka

untuk

membantu guru agar
pembelajaran

yang

mampu melakukan proses
berkualitas

sehingga

dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan dengan mandiri oleh para
guru.

Selain

itu,

supervisi

akademik

juga

dapat

digunakan sebagai evaluasi kinerja yang antara lain
bertujuan
maupun

untuk

menstimulasi

mengembangkan

perbaikan

cara

untuk

kinerja

mengatasi

hambatan dan penghambat kinerja para guru dalam
mengajar. Ini sejalan dengan teori Ivancevich JM,
Konopaske R dan Matteson MT (2005) tentang evaluasi
kinerja. Dengan demikian supervisi akademik bukan
lagi menjadi suatu kegiatan yang membebani para guru
sehingga menimbukkan “grogy” atau tidak “enjoy”
dalam mengajar, tetapi menjadi suatu kegiatan yang
diharapkan oleh para guru. Kepala Sekolah tidak hanya
melaksanakan supervisi akademik sebagai salah satu
kewajibannya tetapi Kepala Sekolah melaksanakan
supervisi

akademik

karena

diminta

oleh

guru

(mengarah ke supervisi klinis ).
Pengetahuan Kepala Sekolah tentang supervisi
akademik

yang

mengadakan

bervarasi,

pelatihan

dapat

Kepala

diatasi

Sekolah

dengan
berkaitan

dengan implementasi kompetensi supervisi akademik
Kepala Sekolah, yang kemudian dilanjutkan dengan
pendampingan

disekolah

oleh

pengawas

sekolah.

Dengan demikian indikator kinerja supervisi akademik

Kepala

Sekolah

yang

sudah

ditetapkan

dapat

dilaksanakan dengan baik oleh Kepala Sekolah.
Selain solusi yang telah dipaparkan diatas, sesuai
dengan Permendiknas. nomor 13 tahun 2007 serta
uraian

dalam

diterbitkan

Buku
oleh

Kerja

Kepala

PPTK,BPSDM

Sekolah

yang

dan

PMP

Kemendiknas.(2011), khususnya bagi Kepala Sekolah
yang belum melaksanakan Supervisi Akademik kepada
para

guru

memahami

disekolahnya
betul

tentang

dengan

alasan

pelaksanaan

belum
supervisi

akademik, dapat diatasi dengan adanya pendampingan
yang

dilakukan

oleh

pengawas

sekolah

berkaitan

dengan pelaksanaan supervisi akademik sebagai salah
satu tugas pokok dan fungsi Kepala Sekolah.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS IN WRITING DESCRIPTIVE PARAGRAPH MADE BY THE SECOND YEAR STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

44 306 18

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Kuliah di PTN Kini Lebih Mahal

0 87 1