T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP di Kota Salatiga Tahun Pelajaran 20142015 T2 BAB IV
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Profil SMP kota Salatiga
Kota Salatiga memiliki 22 Sekolah Menengah
Pertama (SMP) yang terdiri dari 10 SMP Negeri dan 12
SMP swasta yang telah meluluskan siswanya. Masingmasing SMP memiliki profil yang berbeda-beda, baik itu
lokasi sekolahnya, kemampuan atau prestasi peserta
didiknya, masa jabatan Kepala Sekolahnya, jumlah
guru dan tenaga kependidikannya , dan lain-lain.
Dalam penelitian ini, diambil enam SMP di kota
Salatiga yang terdiri dari tiga SMP Negeri dan tiga SMP
swasta sebagai nara sumber penelitian. Adapun profil
singkat dari masing-masing sekolah sebagai berikut :
SMP Negeri 1 Salatiga, merupakan SMP Negeri
pertama di kota Salatiga yang telah berdiri sejak jaman
penjajahan Belanda yang pada zaman dulu disebut
MULO
(
Meer
Uitgebreit
Lager
Onderwijs)
atau
Pendidikan Rendah yang diperluas, berlokasi di jalan
Kartini nomor 24 Salatiga. Satu-satunya SMP di kota
Salatiga
yang
sejak
tahun
pelajaran
2013/2014
membuka layanan Akselerasi dan eks SMP RSBI ini
memiliki visi “ Mewujudkan Pelayanan Terbaik dalam
membentuk Insan berkualitas serta Terdepan dalam
Imtaq dan IPTEK” dan slogan GRISSA ( Giat, rajin,
Iman dan Intelek, Siap, Sigap, Aktif) sebagai arah dan
orientasi setiap gerak langkah di SMP Negeri 1 Salatiga.
Pada Tahun Pelajaran 2014/2015, SMP Negeri 1
Salatiga memiliki 702 peserta didik yang tersebar di 27
rombongan belajar, diasuh oleh 55 guru dan dipimpin
oleh seorang Kepala Sekolah senior.
SMP Kristen 2 Salatiga, berlokasi di jalan Jendral
Sudirman nomor 111B Salatiga. Berdasarkan peringkat
rata-rata nilai Ujian Nasional SMP tahun 2013/2014,
SMP ini menduduki peringkat tertinggi dari 12 SMP
swasta di kota Salatiga. SMP yang bernaungan dibawah
Yayasan
Ebben
Heizer
Salatiga
ini
pada
tahun
pelajaran 2014/2015, memiliki 225 peserta didik yang
tersebar didalam 12 rombongan belajar, diasuh oleh 20
guru dan dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang
masih relatif muda .
SMP Negeri 5 Salatiga, merupakan salah satu
SMP yang terletak di kelurahan Dukuh Salatiga,
tepatnya di jalan Bima nomor 10 Salatiga. Pada tahun
pelajaran 2013/2014, menduduki peringkat ke-10 ratarata nilai UN SMP di kota Salatiga atau ke-enam
khusus SMP Negeri di kota Salatiga. SMP yang
berstatus
SSN
(
Sekolah
Standar
Nasional
)
ini
mempunyai visi “Membentuk generasi muda yang
PASTI
BISA:
Pandai,
ber-Akhlak
mulia,
Santun,
Terampil, ber-Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Bersih, Indah, Sehat dan Aman“ . Pada tahun pelajaran
2014/2015,memiliki 460 peserta didik yang tersebar
dalam 24 rombongan belajar, diasuh oleh 44 guru dan
dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang masih
relatif baru ( sekitar tiga tahun ).
SMP Pangudi Luhur Salatiga, merupakan salah
satu SMP swasta di kota Salatiga yang berlokasi di
jalan Diponegoro nomor 90 Salatiga. Pada tahun
pelajaran 2013/2014 menduduki peringkat ke-lima
rata-rata nilai UN SMP dari 12 SMP swasta di kota
Salatiga. SMP Pangudi Luhur Salatiga yang memiliki
nama lengkap SMP Pangudi Luhur St. Mikael Salatiga
ini, memiliki Visi “ Pendampingan kaum muda yang
berorientasi pada budi pekerti luhur, keterampilan,
prestasi, berwawasan lingkungan yang berdasarkan
cinta
kasih
“. Pada
tahun
pelajaran
2014/2015,
memiliki 215 peserta didik yang tersebar dalam 12
rombongan belajar , diasuh oleh13 guru dan seorang
Kepala Sekolah.
SMP Negeri 7 Salatiga, berlokasi di jalan Setiaki
nomor 15 Salatiga. SMP yang sedang mempersiapkan
diri untuk mengikuti penilaian sekolah “Adi Wiyata”
tingkat provinsi ini memiliki visi “ Siap Berprestasi “
(Santun, Iman, Asri, percaya diri dan berprestasi) serta
misi “ Mewujudkan kualitas dan kuantitas prestasi
belajar
siswa,
sarana
prasarana,
dan
pelayanan
terhadap pengguna jasa pendidikan “. Pada tahun
pelajaran 2013/2014, menduduki peringkat 15 dari 22
SMP di kota Salatiga. SMP yang terus berbenah ini
pada
tahun
pelajaran
2014/2015,
memiliki
455
peserta didik yang tersebar dalam 24 rombongan
belajar, diasuh oleh 44 guru serta dipimpin oleh
seorang Kepala Sekolah yang relatif baru ( dilantik
pertengahan tahun 2013).
SMP Kristen 4 Salatiga berlokasi di jalan Tentara
Pelajar nomor 4 Salatiga. SMP yang menjadi satu lokasi
dengan SMK Kristen Salatiga yang dikenal dengan
SMEA Kristen Salatiga ini merupakan salah satu
sekolah swasta yang masih bertahan sampai sekarang
walau peserta didiknya relatif sedikit. Pada tahun
pelajaran
2014/2015
,
jumlah
peserta
didik
56,
tersebar di tiga rombongan belajar, dan diasuh oleh
sembilan guru.
4.1.2. Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah
SMP
dikota
Salatiga
dalam
Perencanaan Supervisi Akademik
Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan
enam Kepala Sekolah SMP diperoleh informasi bahwa
83
%
Kepala
Sekolah
melaksanakan
tahapan
perencanaan supervisi akademik dengan melakukan
sosialisasi atau memberikan informasi kepada para
guru,
menyusun
jadwal
supervisi
akademik serta
menyiapkan instrumen supervisi akademik. Seperti
yang disampaikan Kepala Sekolah SMP Negeri 5
Salatiga :
“ ...tahap merencanakan program supervisi
akademik saya lakukan dengan melakukan
sosialisasi kepada para guru dan menetapkan
jadwal kunjungan kelas...”
( wawancara, 29 Januari 2015 ).
Demikian juga yang disampaikan oleh Kepala Sekolah
SMP Negeri 1 Salatiga bahwa :
“ ... tahap merencanakan program supervisi
akademik saya lakukan dengan : membuat
program supervisi, berupa jadwal supervisi,
kemudian diinformasikan kepada para guru , dan
menyiapkan instrumen supervisi akademik bagi
para guru...” ( wawancara, 3 Februari 2015 ).
Hasil wawancara ini dikuatkan dengan adanya
dokumen Jadwal Supervisi Akademik tahun pelajaran
2014/2015 sebagai program supervisi akademik yang
dimiliki oleh para Kepala Sekolah maupun instrumen
supervisi akademik walaupun belum lengkap (sebagian
besar instrumen supervisi pelaksanaan pembelajaran
atau supervisi kunjungan kelas) . Para guru dari
masing-masing
sekolah
baik
melalui
wawancara
maupun kuesioner juga menyatakan bahwa jadwal
supervisi disampaikan pada awal tahun pelajaran atau
awal semester , dan Kepala Sekolah menyiapkan
instrumen supervisi setiap mengadakan kunjungan
kelas.
Berdasarkan bukti otentik yang peneliti dapatkan
dari hasil wawancara , studi dokumen yang dimiliki
Kepala
Sekolah,
maupun
rekap
hasil
kuesioner
diperoleh hasil penilaian kinerja supervisi akademik
Kepala Sekolah SMP Tahapan Perencanaan Supervisi
Akademik seperti tabel berikut :
Tabel.4. Hasil Penilaian Kinerja Supervisi Akademik
Kepala Sekolah SMP
Tahapan Perencanaan Supervisi Akademik
No.
Nama Sekolah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
Negeri 1 Salatiga
Negeri 5 Salatiga
Negeri 7 Salatiga
Kristen 2 Salatiga
PL Salatiga
Kristen 4 Salatiga
Skor
indikator
kinerja
50 %
50 %
50 %
50 %
50 %
25 %
Kategori
Nilai Kinerja
Kepala Sekolah
kurang
kurang
kurang
kurang
kurang
kurang
Sumber: Rekapitulasi Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah
SMP Kota Salatiga tahun pelajaran 2014/2015
Rekapitulasi Hasil penilaian kinerja supervisi akademik
Kepala
Sekolah
tahapan
Perencanaan
Supervisi
Akademik secara lengkap dari masing-masing sekolah
terlampir.
4.1.3. Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah
SMP
dikota
Salatiga
dalam
Pelaksanaan Supervisi Akademik
Berdasarkan rekapitulasi hasil kuesioner yang
diisi oleh 124 guru dari enam SMP sebagai nara
sumber diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 5. Data rekapitulasi hasil kuesioner tentang pelaksanaan
supervisi akademik oleh Kepala Sekolah
Jawaban
Jumlah
Belum
No.
Nama Sekolah
Pernah
responden
pernah
disupervisi
disupervisi
1
SMP N.1 Salatiga
24 guru
24
2
SMP N.5 Salatiga
33 guru
30
3
3
SMP N.7 Salatiga
34 guru
32
2
4
SMP Kr.2 Salatiga
16 guru
14
2
5
SMP PL Salatiga
11 guru
11
6
SMP Kr.4 Salatiga
6 guru
6
111
13
JUMLAH
124 guru
(89,52%)
(10,48%)
Sumber: Rekapitulasi hasil kuesioner guru terhadap Supervisi
Akademik Kepala Sekolah SMP Kota Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015
Berdasarkan tabel 4. diatas, 89,52 % guru menyatakan
pernah
disupervisi
oleh
menunjukkan
bahwa
melaksanakan
supervisi
Kepala
Kepala
Sekolah.
Hal
Sekolah
akademik
ini
telah
disekolahnya.
Sisanya (10,48 % guru) menyatakan belum pernah
disupervisi dengan alasan belum ada jadwal, guru
baru, masih honorer, Kepala Sekolahnya masih baru,
mungkin kesibukan Kepala Sekolah, dan tidak tahu
alasannya.
Bahkan
ada
satu
SMP
yang
seluruh
gurunya menyatakan belum pernah disupervisi oleh
Kepala Sekolah. Data ini diperkuat dengan pernyataan
Kepala Sekolah dari SMP tersebut yang dengan jujur
mengatakan bahwa :
“... terus terang, sejak menjabat Kepala Sekolah
sampai hari ini, saya belum pernah melakukan
supervisi akademik dalam arti kunjungan kelas.
Selama ini hanya dengan pengamatan ... Alasannya
karena pemahaman tentang supervisi belum benarbenar saya pahami. Secara materi sudah
memahami, tetapi pelaksanaannya belum begitu
paham... “ (wawancara, 22 januari 2015).
Berdasarkan dokumen yang ada, Kepala Sekolah yang
bersangkutan hanya menggunakan teknik supervisi
individual dengan guru menilai diri sendiri melalui
instrumen Penilaian Kinerja Guru (PKG) yang sudah
disediakan oleh pemerintah.
Selanjutnya dari hasil wawancara dengan Kepala
Sekolah, baru dua Kepala Sekolah atau 33,33 %
melaksanakan
supervisi
pembelajaran
melalui
akademik
yang
perencanaan
pemantauan
perangkat
pembelajaran para guru. Hasil wawancara dengan
Kepala Sekolah ini sejalan dengan informasi yang
diberikan oleh salah satu guru disekolah tersebut, yang
menyatakan bahwa :
“ diawal semester, selain Kepala Sekolah
menginformasikan jadwal supervisi, juga meminta
para guru untuk mengumpulkan perangkat
pembelajaran ...“
(wawancara, 5 Februari 2015).
Hasil wawancara ini diperkuat dengan hasil studi
dokumen yang dimiliki Kepala Sekolah. Dari hasil studi
dokumen supervisi akademik yang dimiliki oleh Kepala
Sekolah, selain instrumen supervisi kunjungan kelas
atau lembar pengamatan proses pembelajaran, kepala
sekolah memiliki dokumen instrumen pemantauan
administrasi
perencanaan.
pembelajaran
atau
matrik
supervisi
Selain
supervisi
perencanaan
pembelajaran,
tahapan pelaksanaan supervisi akademik yang kedua
adalah
supervisi
pelaksanaan
pembelajaran.
Hasil
wawancara dengan Kepala Sekolah, ada lima Kepala
Sekolah atau ada 83,33 %
melaksanakan
supervisi
Kepala Sekolah telah
pelaksanaan
pembelajaran
sesuai tahapan-tahapan yang ada.
Hasil wawancara ini diperkuat dengan hasil
observasi pelaksanaan supervisi kunjungan kelas dan
tindak lanjut supervisi akademik yang dilakukan oleh
peneliti ketika Kepala Sekolah melakukan kunjungan
kelas. Setiap Kepala Sekolah sebelum melakukan
observasi pembelajaran, melakukan temu awal dengan
guru yang akan disupervisi untuk memberitahu guru
yang
akan
masuk
disupervisi,
kelas
dengan
kemudian
membawa
Kepala
RPP
Sekolah
yang
akan
digunakan guru untuk mengajar serta instrumen
supervisi yang telah dipersiapkan. Kepala sekolah
duduk dibelakang untuk melakukan observasi Kegiatan
Belajar Mengajar sambil mencatat hal-hal yang terjadi
dikela dan hal-hal yang dilakukan oleh guru selama
mengajar. Setelah pembelajaran selesai, guru yang
bersangkutan dipanggil ke ruang Kepala Sekolah untuk
menerima informasi hasil supervisi.
Hasil
observasi
ini
memperkuat
apa
yang
disampaikan oleh para guru dalam kuesioner, dimana
97 guru atau 78,23 % guru dari seluruh sekolah nara
sumber menyatakan sebelum melakukan supervisi
akademik Kepala Sekolah melakukan pertemuan awal
dengan para guru yang akan disupervisi. Sedangkan
informasi yang diberikan oleh Kepala Sekolah berfariasi
antara guru yang satu dengan guru yang lain. 87,10 %
menyatakan
Kepala
Sekolah
dalam
melakukan
supervisi menggunakan instrumen supervisi, 76,61%
guru menyatakan pada waktu melakukan supervisi
akademik Kepala Sekolah berada dalam kelas secara
penuh,
serta
melakukan
82,26
%
supervisi,
guru
Kepala
menyatakan
sekolah
setelah
melakukan
pertemuan balikan dengan guru yang disupervisi untuk
menyampaikan antara lain catatan kelebihan dan
kekurangan dalam KBM serta memberikan saran –
saran
perbaikan,
yang
kemudian
ditindak
lanjuti
dengan menyusun/ memberikan rekomendasi. Hasil
kuesioner ini sejalan dengan yang disampaikan salah
satu guru bahwa :
” setelah Kepala Sekolah melakukan supervisi
pelaksanaan pembelajaran dengan masuk kelas,
guru dipanggil ke ruang Kepala Sekolah untuk
menyampaikan hasil supervisi, kemudian guru
tanda tangan didalam instrumen supervisi. Setelah
semua selesai, hasil supervisi dibahaw dalam rapat
guru...”(wawancara, 27 Januari 2015).
Tahapan pelaksanaan supervisi akademik yang
ketiga
adalah
supervisi
penilaian
pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah,
diperoleh data 50 % Kepala Sekolah melaksanakan
supervisi
penilaian
pembelajaran
walaupun
belum
sesuai harapan. Mereka baru sebatas membubuhkan
tanda tangan dalam daftar nilai para guru sebagai
bentuk pengesahan dokumen hasil penilaian yang
dilakukan oleh para guru, serta memiliki catatan
seperlunya. Seperti yang disampaikan oleh salah satu
Kepala Sekolah sebagai berikut :
“
untuk
supervisi
pelaksanaan
penilaian
pembelajaran, terus terang saya belum melakukan
secara khusus. Paling hanya tanda tangan di daftar
nilai... “ (wawancara, 3 Februari 2015).
Pernyataan ini diperkuat dengan hasil studi dokumen
supervisi akademik Kepala Sekolah, dimana Kepala
Sekolah membubuhkan tanda tangan dalam daftar
nilai yang dimiliki para guru, dan belum semua Kepala
Sekolah memiliki data guru yang telah disupervisi
dalam
pelaksanaan
penilaian
(
baru
tiga
Kepala
Sekolah).
Berdasarkan bukti otentik penelitian yang berupa
hasil wawancara, rekapitulasi hasil kuesioner, hasil
observasi maupun studi dokumen yang dimiliki Kepala
Sekolah khususnya tahapan Pelaksanaan Supervisi
Akademik, diperoleh hasil seperti dalam tabel berikut :
Tabel 6. Hasil Penilaian Kinerja Supervisi Akademik
Kepala Sekolah SMP
Tahapan Pelaksanaan Supervisi Akademik
No.
Nama Sekolah
Skor
indikator
Kategori
Nilai Kinerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
kinerja
79 %
74 %
79 %
68 %
68 %
6%
Negeri 1 Salatiga
Negeri 5 Salatiga
Negeri 7 Salatiga
Kristen 2 Salatiga
PL Salatiga
Kristen 4 Salatiga
Kepala Sekolah
Baik
Cukup
Baik
Cukup
Cukup
Kurang
Sumber: Rekapitulasi Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah
SMP Kota Salatiga tahun pelajaran 2014/2015
Hasil penilaian kinerja supervisi akademik Kepala
Sekolah
tahapan
Pelaksanaan
Supervisi
Akademik
secara lengkap dari masing-masing sekolah terlampir.
4.1.4. Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah
SMP
dikota
Salatiga
dalam
Menindaklanjuti hasil Supervisi Akademik
Dari 124 guru yang mengisi kuesioner , berkaitan
dengan
tindak
lanjut
hasil
Supervisi
Akademik
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 7. Data rekapitulasi hasil kuesioner tentang tindak lanjut
hasil supervisi akademik oleh Kepala Sekolah
Jawaban
Jumlah
No.
Nama Sekolah
Melakukan
responden
tidak
pembinaan
1
SMP N.1 Salatiga
24 guru
21
3
2
SMP N.5 Salatiga
33 guru
24
9
3
SMP N.7 Salatiga
34 guru
26
8
4
SMP Kr.2 Salatiga
16 guru
12
4
5
SMP PL Salatiga
11 guru
10
1
6
SMP Kr.4 Salatiga
6 guru
6
93
31
JUMLAH
124 guru
(75 %)
(25 %)
Sumber: Rekapitulasi hasil kuesioner guru terhadap Supervisi
Akademik Kepala Sekolah SMP Kota Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015
Dari tabel diatas, 75% guru menyatakan bahwa Kepala
Sekolah menindak lanjuti hasil supervisi akademik
dengan melakukan pembinaan dan pengembangan
kepada
para
pengembangan
guru.
yang
Bentuk
pembinaan
dilakukan
Kepala
dan
sekolah
berfariasi, antara lain dengan memberikan arahan,
bimbingan, mengadakan IHT, workshop, pelatihanpelatihan,
pembinaan
secara
umum,
memberikan
saran dan perbaikan, dan lain-lain. Bahkan 89,52 %
guru
menyatakan
bahwa
Kepala
Sekolah
pernah
mengadakan pelatihan atau IHT bagi para guru untuk
meningkatkan profesionalismenya.
Hasil kuesioner ini sejalan dengan pernyataan
Kepala Sekolah yang disampaikan dalam wawancara
peneliti dengan Kepala Sekolah khususnya berkaitan
dengan tindak lanjut hasil supervisi akademik yang
telah dilakukan oleh Kepala Sekolah. Lima dari enam
Kepala Sekolah sebagai nara sumber menyatakan
bahwa
mereka
akademik
menindak
khususnya
pelaksanaan
lanjuti
berkaitan
pembelajaran
hasil
supervisi
dengan
supervisi
dengan
diskusi,
mengadakan IHT pada tiap tahun, memberikan saran
perbaikan, mengadakan workshop.
Pernyataan Kepala Sekolah seperti tersebut diatas,
dikuatkan
dengan
hasil
studi
dokumen
yang
menemukan adanya dokumen laporan atau kegiatan
IHT dimasing-masing sekolah.
Berdasarkan bukti otentik penelitian yang berupa
hasil wawancara, rekapitulasi hasil kuesioner, hasil
observasi maupun studi dokumen yang dimiliki Kepala
Sekolah
tindak
maupun
lanjut
dimiliki
Supervisi
sekolah
dalam
akademik,
tahapan
diperoleh
hasil
seperti dalam tabel berikut :
Tabel 8. Hasil Penilaian Kinerja Supervisi Akademik
Kepala Sekolah SMP
Tahapan Tindak Lanjut Supervisi Akademik
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama Sekolah
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
Negeri 1
Negeri 5
Negeri 7
Kristen 2
PL
Kristen 4
Skor
indikator
kinerja
69 %
46 %
38 %
54 %
46 %
0%
Kategori
Nilai Kinerja Kepala
Sekolah
Cukup
Kurang
Kurang
Sedang
Kurang
Kurang
Sumber: Rekapitulasi Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah
SMP Kota Salatiga tahun pelajaran 2014/2015
Hasil penilaian kinerja supervisi akademik Kepala
Sekolah tahapan Tindak Lanjut Supervisi Akademik
secara lengkap dari masing-masing sekolah terlampir.
4.1.5.
Kendala
yang
dihadapi
dalam
melaksanakan Supervisi Akademik
Informasi
kendala
yang
dihadapi
dalam
melaksanakan Supervisi Akademik diperoleh melalui
wawancara dengan Kepala Sekolah dan salah satu guru
disekolah yang dijadikan subyek penelitian atau nara
sumber penelitian. Adapun kendala yang dihadapi
dalam melaksanakan supervisi akademik dari masingmasing sekolah antara lain :
Tabel 9. Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan
Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP
di kota Salatiga
No.
Nama Sekolah
1.
SMP Negeri 1
2.
SMP Negeri 5
3.
SMP Negeri 7
Kendala
Kepala Sekolah :
terutama kendala waktu.
• Sudah direncanakan tetapi
“mleset” karena ada kegiatan
yang mendadak sehingga
supervisi tidak dapat
dilaksanakan
• Pada saat akan disupervisi
guru tidak masuk sehingga
supervisi diundur
Dan banyaknya tugas- tugas
Kepala Sekolah
Guru :
• Lebih grogi dari biasanya
• Jadwal sering “tubrukkan”,
• Meski alatnya sama, karena
penilainya berbeda (4 orang)
kadang ada perbedaan dalam
melakukan penilaian.
Kepala Sekolah :
Karena ditunggui, guru dalam
mengajar tidak “enjoy” , serta
banyaknya tugas – tugas Kepala
Sekolah
Guru :
Paling hanya teknis. Misalnya
LCD di kelas tidak bisa
digunakan.
Kepala Sekolah :
• Guru kadang belum siap
dengan RPP sehingga supervisi
“mundur” atau tidak sesuai
dengan jadwal
• Meskipun sudah dijadwal, KS
4.
SMP Kristen 2
5.
SMP PL
6.
SMP Kristen 4
kadang ada tugas mendadak
yang tidak bisa ditinggalkan
• Para guru belum membuat
kisi-kisi untuk ulangan harian
• Banyaknya tugas-tugas Kepala
Sekolah
Guru :
Agak “kemrungsung” karena
berusaha tampil yang baik.
Kepala Sekolah :
• keterbatasan waktu. Misalnya
pada waktu jadwal supervisi,
mendadak ada tugas lain yang
mendesak, lalu diganti teman
yang lebih senior.
• Guru agak grogi bila ditunggui.
• Seperti terlalu terkondisi
ketika disupervisi,
• Belum begitu intensif
Guru :
dalam persiapan, harus
menyiapkan administrasi
( RPP
maupun alat peraga) .
Kepala Sekolah :
• Pembagian waktu, karena KS
mengajar 30 jam pelajaran/
minggu
• Format supervisi yang
ditentukan yayasan, skor
dibatasi 0/1/2 serta tidak ada
kolom catatan KS
Guru :
dalam mencocokkan jadwal
antara guru dengan KS( karena
KS jumlah jam mengajarnya
banyak).
Kepala Sekolah :
• belum benar-benar memahami
bagaimana melaksanakan
supervisi
• Kondisi lapangan,
• Pada saat mengajar tidak
sesuai dengan rencana karena
kondisi siswa sebagian besar
kemampuan akademiknya
atau IQ dibawah 70 , hampir
seluruh anak-anak adalah
anak-anak yang bermasalah
dalam keluarganya
Guru :
KS belum pernah melaksanakan
supervisi secara khusus, hanya
syering secara umum dalam
Pembinaan. Kendala yang
dihadapi sekolah :
• Berkaitan dengan penanganan
siswa
• Pembinaan karakter siswa.
Guru bukan capek transver
ilmu tetapi capek membentuk
karakter siswa
• Kepedulian orang tua masih
kurang
Sumber: Rekapitulasi Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan
Rekapitulasi Hasil Wawancara dengan Guru
4.1.6. Solusi atau upaya yang dilakukan
untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan
Supervisi Akademik
Adanya kendala selama pelaksanaan supervisi
akademik seperti tersebut diatas, telah dicoba mencari
solusi atau upaya – upaya untuk mengatasi kendala
yang terjadi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Sekolah
maupun salah seorang guru disetiap sekolah yang
dijadikan nara sumber dalam penelitian ini diperoleh
hasil sebagai berikut :
a. SMP Negeri 1 Salatiga
Untuk mengatasi kendala waktu ( karena ada
kegiatan yang mendadak atau guru yang pada
waktu disupervisi tidak hadir ), upaya yang
dilakukan
adalah
dengan
tukar
waktu.
Sedangkan untuk kendala banyaknya tugastugas Kepala Sekolah, diatasi dengan dibentuk
tim supervisi akademik yang diambil dari guru
senior. Jadwal yang sering “tubrukan” diatasi
dengan tukar dengan yang lain.
b. SMP Negeri 5 Salatiga
Upaya yang dilakukan Kepala Sekolah untuk
mengatasi guru tidak “enjoy” dalam mengajar
karena
ditunggui
adalah
supervisi
tidak
dilakukan secara mendadak, dibuat terjadwal
dengan harapan guru supaya siap. Sedangkan
kendala banyaknya tugas-tugas Kepala Sekolah
diatasi dengan dibentuk tim supervisi akademik
atau tim PKG dari guru senior. Kendala masalah
teknis diatasi dengan guru menggunakan teknik
yang lain.
c. SMP Negeri 7 Salatiga
Upaya yang sudah dilakukan antara lain : guru
diberi batas waktu pengumpulan RPP, selalu
diingatkan dalam pembinaan, saling membantu
dalam MGMP sekolah, mengadakan workshop
dan dibentuk tim supervisi akademik.
d. SMP Kristen 2 Salatiga
Untuk mengatasi kendala waktu, ketika Kepala
Sekolah mendadak ada tugas lain, supervisi tetap
berjalan diganti oleh guru senior yang ditunjuk
Kepala Sekolah. Sedangkan untuk mengatasi
atau mengurangi grogi bagi para guru yang
disupervisi
atau
ditunggui,
Kepala
Sekolah
menegaskan bahwa supervisi tidak melakukan
penilaian.
e. SMP Pangudi Luhur Salatiga
Upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi
kendala waktu dengan cara jadwal supervisi
disesuaikan dengan jam kosong Kepala Sekolah,
sedangkan kendala format supervisi dari yayasan
yang kurang lengkap diatasi dengan Kepala
Sekolah menambah lembar sendiri untuk catatan
Kepala Sekolah.
f. SMP Kristen 4 Salatiga
Belum mendapatkan solusi untuk mengatasi
kendala yang ada.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah
SMP
dikota
Salatiga
dalam
Perencanaan Supervisi Akademik
Tahapan
perencanaan
supervisi
akademik
merupakan langkah pertama yang harus dilakukan
Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas utama
supervisi
akademik.
Pelaksanaan
Berdasarkan
Penilaian
Pedoman
Kinerja
Guru
(Kem.dik.Nas.Dir.Jen.PMP dan TK,2011) serta Pedoman
Penilaian
Kinerja
Kepala
Sekolah/
Madrasah
(Kemendikbud.BPSDMP dan K dan PMPPPTK, 2012),
pada tahapan ini ada empat indikator kinerja yang
seharusnya
dipenuhi
Kepala
Sekolah,
yaitu
(1)
mengidentifikasi masalah pengelolaan dalam rangka
merencanakan
program
supervisi
akademik;
(2)
merumuskan tujuan yang dilengkapi dengan target
pencapaian yang terukur dalam rangka merencanakan
program supervisi akademik; (3) menyusun program
supervisi
akademik
dalam
rangka
peningkatan
profesionalisme guru, yang antara lain berisi Rencana
Program Supervisi dan Jadwal kegiatan Supervisi
Akademik tahun tersebut; serta (4) mengembangkan
instrumen
supervisi
yang
berhubungan
dengan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
dan penilaian pembelajaran.
Hasil
Penilaian
Kinerja
Supervisi
Akademik
Kepala Sekolah SMP tahapan Perencanaan Supervisi
Akademik menunjukkan bahwa skor indikator ke-enam
sekolah yang dipilih menjadi nara sumber penelitian
antara 25 % - 50 %, dengan kategori nilai kinerja
Kepala Sekolah “kurang”.
Dari empat indikator kinerja yang ditetapkan
peneliti sesuai dengan acuan kedua pedoman seperti
tersebut diatas menunjukkan lima sekolah memenuhi
50% dan satu sekolah memenuhi 25%.
Indikator
kinerja yang belum dapat dilaksanakan oleh enam
Kepala Sekolah sebagai nara sumber adalah indikator
kinerja nomor (1) Kepala Sekolah mengidentifikasi
masalah pengelolaan dalam rangka merencanakan
program supervisi akademik yang ditunjukkan dengan
belum
adanya
rumusan
masalah
dalam
program
supervisi akademik yang diperoleh Kepala Sekolah dari
pemantauan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pengelolaan; serta indikator kinerja nomor (2) Kepala
Sekolah merumuskan tujuan yang dilengkapi dengan
target
pencapaian
merencanakan
yang
program
terukur
supervisi
dalam
rangka
akademik,
yang
ditunjukkan dengan belum adanya rumusan tujuan
supervisi akademik yang dilengkapi dengan target
pencapaian yang terukur dalam perencanaan program
supervisi akademik.
Tahapan perencanaan supervisi akademik Kepala
Sekolah yang telah dilakukan oleh Kepala Sekolah yaitu
menyusun Jadwal Supervisi Akademik bagi para guru
disekolahnya maupun menyiapkan instrumen supervisi
akademik khususnya supervisi kunjungan kelas untuk
mensupervisi pelaksanaan pembelajaran dikelas.
Hasil
penelitian
terkait
dengan
tahapan
perencanaan supervisi akademik Kepala Sekolah yang
telah dilakukan oleh Kepala Sekolah ini sejalan dengan
hasil penelitian dari Kiong Mui Lie, Usman Radiana,H.
Tomo Djudin tentang “Pelaksanaan Supervisi Akademik
oleh
Kepala
Sekolah
dalam
Upaya
Pembinaan
Profesionalisme guru di SMA” (2013) yang antara lain
menjelaskan bahwa tahapan perencanaan , dalam
melakukan supervisi akademik Kepala Sekolah selalu
menggunakan instrumen pengamatan ... “.
Karena
ada
beberapa
indikator
yang
belum
dilaksanakan, maka dapat dikatakan bahwa Kepala
Sekolah dalam hal melaksanakan tahapan perencanaan
supervisi
akademik
Kepala
Sekolah
masih
belum
memenuhi harapan.
4.2.2. Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah
SMP
dikota
Salatiga
dalam
Pelaksanaan Supervisi Akademik
Menurut
Permen.No.41
tahun
2007
tentang
Standar Proses, ada tiga kegiatan supervisi proses
pembelajaran yang dilakukan Kepala Sekolah dalam
supervisi
akademik
kepada
para
guru
Supervisi Perencanaan pembelajaran;
yaitu
(1)
(2) Supervisi
Pelaksanaan Pembelajaran dan (3) Supervisi Penilaian
pembelajaran .
Indikator
Kinerja
supervisi
akademik
Kepala
Sekolah pada tahapan Pelaksanaan Supervisi Akademik
yang digunakan untuk mengetahui kinerja Kepala
Sekolah pada tahapan ini dikelompokkan kedalam tiga
komponen supervisi tersebut diatas.
Adapun indikator kinerja masing-masing komponen
supervisi sebagai berikut :
a. Supervisi Perencanaan Pembelajaran
•
melakukan
supervisi
perencanaan
pembelajaran pada awal tahun pelajaran atau
semester dibuktikan dengan adanya data atau
catatan supervisi perencanaan pembelajaran.
b. Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran
•
Mengadakan
pertemuan
awal
untuk
menjaring data rencara pembelajaran dan
menentukan fokus kegiatan supervisi
•
Melaksanakan
kegiatan
pemantauan/
observasi pembelajaran dan membuat catatan
yang objektif dan selektif sebagai bahan
pemecahan masalah supervisi
c. Supervisi Penilaian pembelajaran
•
Melaksanakan
supervisi
penilaian
pembelajaran dibuktikan adanya data atau
catatan
melaksanakan
pembelajaran.
supervisi
penilaian
Hasil
Penilaian
Kinerja
Supervisi
Akademik
Kepala Sekolah SMP tahapan Pelaksanaan Supervisi
Akademik menunjukkan bahwa skor indikator ke-enam
sekolah yang dipilih menjadi nara sumber penelitian
berfariasi. Lima sekolah dengan skor antara 68% - 79%
sedangkan satu sekolah enam persen dengan kategori
nilai kinerja Kepala Sekolah antara cukup – baik dan
satu sekolah masih kurang.
Indikator kinerja tahapan pelaksanaan Supervisi
Akademik
yang
sudah
dilaksanakan
oleh
ke-lima
Kepala Sekolah (walaupun belum sempurna) adalah
supervisi pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari :
(1) Kepala Sekolah mengadakan pertemuan awal untuk
menjaring data rencana pembelajaran dan menetukan
fokus
kegiatan
melaksanakan
supervisi
kegiatan
;
(2)
Kepala
pemantauan
/
Sekolah
observasi
pembelajaran dan membuat catatan yang objektif dan
selektif sebagai bahan pemecahan masalah supervisi .
Dalam melaksanakan pertemuan awal, ke-lima
Kepala Sekolah yang dijadikan nara sumber dalam
penelitian ini belum memiliki data hasil pertemuan awal
berupa : rumusan masalah yang guru hadapi dalam
melaksanakan pembelajaran, serta data atau catatan
fokus dan tujuan pelaksanaan supervisi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekapitulasi hasil
kuesioner, informasi yang disampaikan Kepala Sekolah
dalam pertemuan awal antara lain : supaya para guru
mempersiapkan perangkat mengajar ( RPP, Promes),
konfirmasi jadwal, rencana akan disupervisi, kesiapan
untuk disupervisi, hal-hal yang akan disupervisi serta
pentingnya PKG.
Indikator
kinerja
Kegiatan
Pemantauan
atau
observasi pembelajaran dan membuat catatan yang
objektif dan selektif sebagai bahan pemecahan masalah
supervisi yang dirinci menjadi 12 data kinerja yang
diharapkan, ada satu yang belum dilaksanakan oleh kelima
nara
sumber
yaitu
Kepala
Sekolah
belum
menyusun data guru yang telah disupervisi pada tahun
tersebut.
Bukti
otentik
yang
ada
hanya
berupa
bendelan instrumen hasil supervisi .
Belum semua Kepala Sekolah melaksanakan
Supervisi penilaian pembelajaran . Dari enam sekolah
sebagai nara sumber penelitian, baru tiga Kepala
Sekolah
yang
melaksanakan
supervisi
penilaian
pembelajaran, sedangkan empat Kepala Sekolah yang
lain belum melakukan supervisi penilaian pembelajaran
secara khusus. Mereka baru sebatas membubuhkan
tanda tangan dalam daftar nilai dari para guru.
Bila
dibandingkan
dengan
hasil
penelitian
tentang “ Pelaksanaan Supervisi Akademik oleh Kepala
Sekolah di SMP Negeri 269 Jakarta (2013) ” yang
dilakukan oleh Larasati A.M (2014), ada persamaan tapi
ada
juga
perberdaan.
Persamaannya
dalam
hal
pelaksanaan supervisi akademik, yaitu Kepala Sekolah
melakukannya dengan kunjungan kelas, selanjutnya
menilai guru dengan memberikan bebara penilaian
kinerja guru .
Sedangkan perbedaannya, dalam hasil penelitian ini
Kepala Sekolah belum melakukan analisis kekurangan
pengajaran
yang
pembelajaran
yang
dilakukan
guru
dan
sistem
dilakukan
guru.
Serta
Kepala
Sekolah belum memberikan penghargaan bagi guru
yang memiliki nilai supervisi terbaik.
4.2.3. Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah
SMP
dikota
Salatiga
dalam
Menindaklanjuti hasil Supervisi Akademik
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
RI nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/ Madrasah (2007), salah satu kompetensi
Kepala Sekolah dalam dimensi kompetensi supervisi
adalah menindak lanjuti hasil supervisi akademik
terhadap
guru
dalam
rangka
peningkatan
profesionalisme guru.
Indikator
kinerja
tahapan
tindak
lanjut
supervisi
akademik adalah sebagai berikut :
a. Supervisi Perencanaan Pembelajaran
1) Melakukan
perencanaan
analisis
hasil
pembelajaran
supervisi
dibuktikan
dengan adanya catatan Kepala Sekolah
tentang
analisis
hasil
supervisi
perencanaan pembelajaran
2) Mengadakan tindak lanjut terhadap hasil
analisis
supervisi
perencanaan
pembelajaran dibuktikan dengan adanya
dokumen
tindak
lanjut
hasil
analisis
supervisi perencanaan pembelajaran.
b. Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran
1) Setelah
selesai
Kepala
melakukan
Sekolah
segera
observasi,
melakukan
pertemuan balikan sebagai bentuk tindak
lanjut
supervisi
akademik,
dibuktikan
dengan adanya dokumen kegiatan tersebut.
2) Pertemuan balikan sebagai pelaksanaan
tindak lanjut diawali dengan melakukan
analisis kelemahan dan kekuatan guru
atau
menganalisis
digunakan,
instrumen
dibuktikan
dengan
yang
adanya
catatan analisis kelemahan dan kekuatan
guru yang disampaikan dalam pertemuan
balikan
maupun
catatan
analisis
instrumen yang digunakan guru dalam
KBM ( RPP )
c. Supervisi Penilaian Pembelajaran
1) melakukan
analisis
supervisi
penilaian
terhadap
hasil
pembelajaran,
dibuktikan adanya data atau catatan hasil
analisis.
2) melakukan tindak lanjut terhadap analisis
hasil
supervisi
penilaian
pembelajaran,
dibuktikan dengan adanya catatan atau
data tindak lanjut hasil supervisi penilaian
pembelajaran
d. tindak lanjut supervisi akademik ( Perencanaan
Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, dan
Penilaian Pembelajaran )
1) memberikan penguatan dan penghargaan
kepada guru yang menunjukkan kinerja
yang memenuhi atau melampaui standar,
maupun teguran bagi yang kurang/ belum
memenuhi
standar,
dibuktikan
dengan
adanya dokumen atau catatan .
2) memberikan
kesempatan
kepada
guru
untuk mengikuti program pengembangan
keprofesional an berkelanjutan, dibuktikan
dengan adanya dokumen kegiatan tersebut.
3) melaksanakan
pembinaan
dan
pengembangan guru sebagai tindaklanjut
kegiatan
supervisi,
dibuktikan
dengan
adanya tindakan Kepala Sekolah.
4) memberikan hasil pelaksanaan supervisi
akademik kepada guru yang bersangkutan,
maupun pemangku kepentingan lainnya.
5) menggunakan data hasil supervisi untuk
pemetaan ketercapaian program sebagai
dasar perbaikan siklus berikutnya.
Mengacu pada indikator diatas, ternyata hasil
penilaian kinerja supervisi akademik Kepala Sekolah
tahapan Tindak Lanjut Supervisi Akademik belum
memenuhi harapan. Skor indikator kinerja maksimal
69% dengan kategori Nilai Kinerja Kepala Sekolah
cukup.
Bahkan
ada
satu
sekolah
yang
belum
melaksanakan tahapan tindak lanjut hasil supervisi
akademik, karena Kepala Sekolah ini dengan jujur
menyatakan
memang
belum
pernah
melakukan
supervisi akademik kepada para guru.
Tahapan tindak lanjut hasil supervisi akademik
khususnya supervisi perencanaan pembelajaran belum
dapat dilaksanakan oleh ke-enam nara sumber, hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya dokumen atau catatan
mengenai
analisis
hasil
supervisi
perencanaan
pembelajaran serta dokumen atau catatan mengadakan
tindak
lanjut
perencanaan
terhadap
hasil
pembelajaran.
analisis
Demikian
supervisi
juga
tindak
lanjut hasil supervisi penilaian pembelajaran. Terbukti
ke-enam Kepala Sekolah sebagai nara sumber belum
melakukan analisis terhadap hasil supervisi penilaian
pembelajaran
terhadap
maupun
analisis
melakukan
hasil
tindak
supervisi
lanjut
penilaian
pembelajaran,
dibuktikan
dengan
tidak
adanya
catatan/ data tentang hal tersebut.
Tahapan tindak lanjut supervisi akademik Kepala
Sekolah
khususnya
pelaksanaan
tindak
pembelajaran
lanjut
belum
supervisi
semua
indikator
kinerja Kepala Sekolah dilaksanakan oleh ke-enam
nara sumber. Indikator kinerja Kepala Sekolah yang
belum
dilaksanakan
pertemuan
yaitu
balikan
Kepala
belum
Sekolah
mengawali
dalam
dengan
melakukan analisis kelemahan atau analisis instrumen
yang digunakan guru dalam KBM (RPP), terbukti belum
adanya catatan analisis kelemahan dan kekuatan guru
yang disampaikan dalam pertemuan balikan Kepala
Sekolah
dengan
guru
maupun
catatan
analisis
instrumen yang digunakan guru dalam KBM (RPP).
Kepala Sekolah menindak lanjuti hasil supervisi
akademik
dengan
melakukan
pembinaan
dan
pengembangan kepada para guru. Bentuk pembinaan
dan pengembangan yang dilakukan Kepala sekolah
berfariasi, antara lain dengan memberikan arahan,
bimbingan, mengadakan IHT, workshop, pelatihanpelatihan,
pembinaan
secara
umum,
memberikan
saran dan perbaikan, dan lain-lain.
Tindak lanjut hasil supervisi akademik yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah ini sejalan dengan hasil
penelitian Larasati A.M. (2014), yaitu dengan mengajak
diskusi dan memberikan bimbingan terhadap guru
serta
mengikutsertakan
guru-guru
yang
kurang
kompeten dalam kegiatan seminar dan pelatihan.
4.2.4.
Kendala
yang
dihadapi
dalam
melaksanakan Supervisi Akademik
Banyaknya
terbatasnya
tugas
waktu
Kepala
menjadi
Sekolah
kendala
serta
yang
banyak
dihadapi oleh Kepala Sekolah di enam sekolah sebagai
nara
sumber,
disupervisi,
selain
kesiapan
keterbatasan
guru
yang
pemahaman
akan
tentang
pelaksanaan supervisi akademik maupun keterbatasan
instrumen supervisi akademik yang tersedia.
Permendiknas. nomor 28 tahun 2010, tentang
Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/ Madrasah,
menyatakan bahwa Kepala Sekolah/ madrasah adalah
guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin dan
mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan . Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa
waktu yang tersedia atau beban kerja Kepala Sekolah
bukan
hanya
untuk
melaksanakan
tugas
utama
mengajar, tetapi juga melaksanakan tugas memimpin
dan mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan.
Beban mengajar guru yang diberi tugas
tambahan sebagai Kepala Sekolah/Madrasah
adalah paling sedikit enam jam tatap muka dalam
1 (satu) minggu atau membimbing 40 peserta
didik bagi Kepala Sekolah/ madrasah yang
berasal
dari
guru
bimbingan
dan
konseling/konselor (Permendiknas.no.35/2010).
Berdasarkan ketentuan dalam Permendiknas no.28
tahun 2010 dan no. 35 tahun 2010 diatas, Kepala
Sekolah
dituntut
untuk
pandai-pandai
mengatur
waktu, sehingga berbagai tugas dan tanggung jawab
yang menjadi kewajibannya dapat dilaksanakan dengan
baik. Padahal tidak bisa dipungkiri selain tugas utama
sebagai guru maupun tugas tambahan memimpin dan
mengelola sekolah, tidak jarang Kepala Sekolah juga
memiliki tugas – tugas sampiran yang lain seperti
menjadi Pengurus atau anggota organisasi profesi
(PGRI), Pengurus atau anggota Musyawarah Kerja
Kepala
Sekolah
kemasyarakatan
(MKKS)
yang
lain
maupun
serta
tugas
organisasi
–
tugas
kedinasan yang diberikan kepadanya.
Kendala lain yang dihadapi dalam pelaksanaan
Supervisi Akademik adalah kesiapan guru yang akan
disupervisi. Baik kesiapan mental maupun kesiapan
fisik serta kesiapan perangkat mengajar. Kekurang
siapan guru berdampak guru “grogi”, guru kurang
“enjoy” atau supervisi mengalami hambatan.
Selain
kendala
secara
langsung
yang
diungkapkan oleh para nara sumber seperti tersebut
diatas, adanya “gap” atau kesenjangan antara indikator
kinerja
supervisi
akademik
Kepala
sekolah
yang
ditentukan dengan realita berdasarkan data otentik
yang peneliti dapatkan, bila tidak diatasi juga akan
menjadi kendala atau hambatan dalam pelaksanaan
supervisi akademik Kepala Sekolah sebagai salah satu
kompetensi yang harus dimiliki Kepala Sekolah.
“Gap” atau kesenjangan yang peneliti peroleh dari
hasil penelitian ini dapat dipaparkan dalam tabel
berikut :
Tabel 10. “Gap” atau Kesenjangan antara indikator kinerja
supervisi akademik Kepala sekolah yang ditentukan dengan realita
sebagai kendala supervisi akademik Kepala Sekolah
Indikator Kinerja Supervisi
Akademik Kepala Sekolah
Realita
Tahapan Perencanaan :
(1) Kepala Sekolah
mengidentifikasi masalah
pengelolaan dalam rangka
merencanakan program
supervisi akademik .
belum ada rumusan masalah
dalam program supek. yang
diperoleh Kepala Sekolah dari
pemantauan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi
pengelolaan
belum ada rumusan tujuan
supervisi akademik yang
dilengkapi dengan target
pencapaian yang terukur dalam
perencanaan program supervisi
akademik.
(2) Kepala Sekolah
merumuskan tujuan yang
dilengkapi dengan target
pencapaian yang terukur dalam
rangka merencanakan program
supervisi akademik,
Tahapan Pelaksanaan :
Supervisi perencanaan pembelajaran
Kepala Sekolah melakukan
Belum semua KS melakukan
Supervisi Perencanaan
supervisi perencanaan
Pembelajar-an pada awal tahun pembelajaran pada awal tahun
Pelajaran atau semester
pelajaran atau semester
Supervisi pelaksanaan pembelajaran
(1) Kepala Sekolah mengadakan Mengadakan pertemuan awal
pertemuan awal untuk
tetapi KS tidak memiliki
menjaring data rencana
catatan/ data hasil pertemuan
pembelajaran dan menetukan
awal baik berupa rumusan
fokus kegiatan supervisi
masalah yang dihadapi guru
maupun fokus dan tujuan
pelaksanaan supervisi.
(2) Kepala Sekolah
KS melakukan kegiatan
melaksanakan kegiatan
pemantauan / observasi, tetapi
pemantauan / observasi
belum menyusun data guru
pembelajaran dan membuat
yang telah disupervisi pada
catatan yang objektif dan
tahun tersebut
selektif sebagai bahan
pemecahan masalah supervisi
Supervisi penilaian pembelajaran
Kepala Sekolah melaksanakan
Belum semua KS melakukan
supervisi penilaian
supervisi penilaian pembelajaran
pembelajaran
Tahapan Tindak lanjut Supervisi akademik :
Tindak lanjut terhadap perencanaan pembelajaran
(1) Kepala Sekolah melakukan
KS belum melakukan analisis
analisis hasil supervisi
hasil supervisi perencanaan
perencanaan pembelajaran
pembelajaran
(2) Kepala Sekolah mengadakan KS belum melakukan tindak
tindak lanjut terhadap hasil
lanjut terhadap hasil analisis
analisis supervisi perencanaan
pembelajaran
Tindak lanjut terhadap pelaksanaan pembelajaran
(2) Pertemuan balikan sebagai
Belum semua KS melakukan
pelaksanaan tindak lanjut
analisis kelemahan dan
diawali dengan melakukan
kekuatan guru atau
analisis kelemahan dan
menganalisis instrumen yang
kekuatan guru atau
digunakan
menganalisis instrumen yang
digunakan.
Tindak lanjut terhadap penilaian pembelajaran
(1) Kepala Sekolah melakukan
KS belum melakukan analisis
analisis terhadap hasil
terhadap hasil supervisi
supervisi penilaian
penilaian pembelajaran
pembelajaran
(2) Kepala Sekolah melakukan
KS belum melakukan tindak
tindak lanjut terhadap analisis
lanjut terhadap analisis hasil
hasil supervisi penilaian
supervisi penilaian pembelajaran
pembelajaran
Tindak lanjut supervisi akademik
(Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran dan
Penilaian Pembelajaran)
(1) Kepala Sekolah memberikan Tidak ada dukomen/ catatan,
penguatan dan penghargaan
tetapi para guru menyatakan KS
kepada guru yang
melakukan pembinaan secara
menunjukkan kinerja yang
umum maupun pelatihan bagi
memenuhi atau melampaui
para guru.
standar, maupun teguran bagi
yang kurang/ belum memenuhi
standar
(4) KS memberikan hasil
Tidak ada dokumen bukti KS
pelaksanaan supervisi
memberikan hasil pelaksanaan
akademik kepada guru yang
supervisi akademik kepada guru
bersangkutan, maupun
yang bersangkutan maupun
pemangku kepentingan lainnya pemangku kepentingan lainnya.
Sumber : Rekapitulasi Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah SMP kota Salatiga tahun pelajaran 2014/2015
Berdasarkan
kinerja
tabel
supervisi
diatas,
akademik
ada
yang
13
indikator
belum
dapat
terlaksana atau terlaksana dengan maksimal. Kendala
utama adalah keterbatasan waktu atau Kepala Sekolah
belum
mampu
tersedia.
Selain
menata
itu
dengan
baik
pengetahuan
waktu
Kepala
yang
Sekolah
berkaitan dengan supervisi akademik yang bervariasi
dengan sumber yang bervariasi juga menjadi salah satu
kendala
dalam
pelaksanakan
supervisi
akademik
sesuai dengan indikator kinerja yang ditentukan.
Kendala yang dihadapi Kepala Sekolah dalam
penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian
Adeolu Joshua Ayeni (2012) tentang Assessment of
Principals’Supervisory Roles for Quality Assurance In
Secondary Schools in Ondo State, Nigeria ( Penilaian
Peran pengawasan Kepala Sekolah untuk penjaminan
mutu di Sekolah menengah di Ondo, Nigeria). Penelitian
ini
menyimpulkan
dihadapi
Kepala
tantangan
Sekolah
atau
dalam
kendala
yang
tugas-tugas
kelembagaan pemerintahan, input sumber daya.
4.2.5. Solusi atau upaya yang dilakukan
untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan
Supervisi Akademik
Sebagian besar kendala yang dihadapi Kepala
Sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik telah
ditemukan solusi atau upaya untuk mengatasi kendala
yang muncul. Misalnya : kendala keterbatasan waktu
diatasi dengan pembentukan Tim supervisi akademik
atau Tim PKG yang terdiri dari para guru senior yang
dikuatkan dengan Surat Keputusan Kepala Sekolah.
Kebijakan
yang
diambil
Kepala
Sekolah
untuk
mengatasi keterbatasan waktu ini sejalan dengan
penjelasan dalam buku Pedoman Penilaian Kinerja
Kepala Sekolah/Madrasah (2011) maupun Mulyasa
(2005) yang menyatakan bahwa Kepala Sekolah dapat
melakukan
pendelegasian
dan
pembagian
tugas
supervisor kepada guru senior.
Pembinaan Kepala Sekolah secara umum kepada
dewan guru disekolahnya dapat dijadikan sarana
sosialisasi dan penjelasan bagi para guru bahwa
supervisi akademik yang dilakukan Kepala Sekolah
adalah dalam rangka peningkatan profesionalisme para
guru. Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan
Kepala Sekolah atau Tim Supervisi akademik yang
dibentuk
Kepala
Sekolah
dalam
rangka
untuk
membantu guru agar
pembelajaran
yang
mampu melakukan proses
berkualitas
sehingga
dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan dengan mandiri oleh para
guru.
Selain
itu,
supervisi
akademik
juga
dapat
digunakan sebagai evaluasi kinerja yang antara lain
bertujuan
maupun
untuk
menstimulasi
mengembangkan
perbaikan
cara
untuk
kinerja
mengatasi
hambatan dan penghambat kinerja para guru dalam
mengajar. Ini sejalan dengan teori Ivancevich JM,
Konopaske R dan Matteson MT (2005) tentang evaluasi
kinerja. Dengan demikian supervisi akademik bukan
lagi menjadi suatu kegiatan yang membebani para guru
sehingga menimbukkan “grogy” atau tidak “enjoy”
dalam mengajar, tetapi menjadi suatu kegiatan yang
diharapkan oleh para guru. Kepala Sekolah tidak hanya
melaksanakan supervisi akademik sebagai salah satu
kewajibannya tetapi Kepala Sekolah melaksanakan
supervisi
akademik
karena
diminta
oleh
guru
(mengarah ke supervisi klinis ).
Pengetahuan Kepala Sekolah tentang supervisi
akademik
yang
mengadakan
bervarasi,
pelatihan
dapat
Kepala
diatasi
Sekolah
dengan
berkaitan
dengan implementasi kompetensi supervisi akademik
Kepala Sekolah, yang kemudian dilanjutkan dengan
pendampingan
disekolah
oleh
pengawas
sekolah.
Dengan demikian indikator kinerja supervisi akademik
Kepala
Sekolah
yang
sudah
ditetapkan
dapat
dilaksanakan dengan baik oleh Kepala Sekolah.
Selain solusi yang telah dipaparkan diatas, sesuai
dengan Permendiknas. nomor 13 tahun 2007 serta
uraian
dalam
diterbitkan
Buku
oleh
Kerja
Kepala
PPTK,BPSDM
Sekolah
yang
dan
PMP
Kemendiknas.(2011), khususnya bagi Kepala Sekolah
yang belum melaksanakan Supervisi Akademik kepada
para
guru
memahami
disekolahnya
betul
tentang
dengan
alasan
pelaksanaan
belum
supervisi
akademik, dapat diatasi dengan adanya pendampingan
yang
dilakukan
oleh
pengawas
sekolah
berkaitan
dengan pelaksanaan supervisi akademik sebagai salah
satu tugas pokok dan fungsi Kepala Sekolah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Profil SMP kota Salatiga
Kota Salatiga memiliki 22 Sekolah Menengah
Pertama (SMP) yang terdiri dari 10 SMP Negeri dan 12
SMP swasta yang telah meluluskan siswanya. Masingmasing SMP memiliki profil yang berbeda-beda, baik itu
lokasi sekolahnya, kemampuan atau prestasi peserta
didiknya, masa jabatan Kepala Sekolahnya, jumlah
guru dan tenaga kependidikannya , dan lain-lain.
Dalam penelitian ini, diambil enam SMP di kota
Salatiga yang terdiri dari tiga SMP Negeri dan tiga SMP
swasta sebagai nara sumber penelitian. Adapun profil
singkat dari masing-masing sekolah sebagai berikut :
SMP Negeri 1 Salatiga, merupakan SMP Negeri
pertama di kota Salatiga yang telah berdiri sejak jaman
penjajahan Belanda yang pada zaman dulu disebut
MULO
(
Meer
Uitgebreit
Lager
Onderwijs)
atau
Pendidikan Rendah yang diperluas, berlokasi di jalan
Kartini nomor 24 Salatiga. Satu-satunya SMP di kota
Salatiga
yang
sejak
tahun
pelajaran
2013/2014
membuka layanan Akselerasi dan eks SMP RSBI ini
memiliki visi “ Mewujudkan Pelayanan Terbaik dalam
membentuk Insan berkualitas serta Terdepan dalam
Imtaq dan IPTEK” dan slogan GRISSA ( Giat, rajin,
Iman dan Intelek, Siap, Sigap, Aktif) sebagai arah dan
orientasi setiap gerak langkah di SMP Negeri 1 Salatiga.
Pada Tahun Pelajaran 2014/2015, SMP Negeri 1
Salatiga memiliki 702 peserta didik yang tersebar di 27
rombongan belajar, diasuh oleh 55 guru dan dipimpin
oleh seorang Kepala Sekolah senior.
SMP Kristen 2 Salatiga, berlokasi di jalan Jendral
Sudirman nomor 111B Salatiga. Berdasarkan peringkat
rata-rata nilai Ujian Nasional SMP tahun 2013/2014,
SMP ini menduduki peringkat tertinggi dari 12 SMP
swasta di kota Salatiga. SMP yang bernaungan dibawah
Yayasan
Ebben
Heizer
Salatiga
ini
pada
tahun
pelajaran 2014/2015, memiliki 225 peserta didik yang
tersebar didalam 12 rombongan belajar, diasuh oleh 20
guru dan dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang
masih relatif muda .
SMP Negeri 5 Salatiga, merupakan salah satu
SMP yang terletak di kelurahan Dukuh Salatiga,
tepatnya di jalan Bima nomor 10 Salatiga. Pada tahun
pelajaran 2013/2014, menduduki peringkat ke-10 ratarata nilai UN SMP di kota Salatiga atau ke-enam
khusus SMP Negeri di kota Salatiga. SMP yang
berstatus
SSN
(
Sekolah
Standar
Nasional
)
ini
mempunyai visi “Membentuk generasi muda yang
PASTI
BISA:
Pandai,
ber-Akhlak
mulia,
Santun,
Terampil, ber-Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Bersih, Indah, Sehat dan Aman“ . Pada tahun pelajaran
2014/2015,memiliki 460 peserta didik yang tersebar
dalam 24 rombongan belajar, diasuh oleh 44 guru dan
dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang masih
relatif baru ( sekitar tiga tahun ).
SMP Pangudi Luhur Salatiga, merupakan salah
satu SMP swasta di kota Salatiga yang berlokasi di
jalan Diponegoro nomor 90 Salatiga. Pada tahun
pelajaran 2013/2014 menduduki peringkat ke-lima
rata-rata nilai UN SMP dari 12 SMP swasta di kota
Salatiga. SMP Pangudi Luhur Salatiga yang memiliki
nama lengkap SMP Pangudi Luhur St. Mikael Salatiga
ini, memiliki Visi “ Pendampingan kaum muda yang
berorientasi pada budi pekerti luhur, keterampilan,
prestasi, berwawasan lingkungan yang berdasarkan
cinta
kasih
“. Pada
tahun
pelajaran
2014/2015,
memiliki 215 peserta didik yang tersebar dalam 12
rombongan belajar , diasuh oleh13 guru dan seorang
Kepala Sekolah.
SMP Negeri 7 Salatiga, berlokasi di jalan Setiaki
nomor 15 Salatiga. SMP yang sedang mempersiapkan
diri untuk mengikuti penilaian sekolah “Adi Wiyata”
tingkat provinsi ini memiliki visi “ Siap Berprestasi “
(Santun, Iman, Asri, percaya diri dan berprestasi) serta
misi “ Mewujudkan kualitas dan kuantitas prestasi
belajar
siswa,
sarana
prasarana,
dan
pelayanan
terhadap pengguna jasa pendidikan “. Pada tahun
pelajaran 2013/2014, menduduki peringkat 15 dari 22
SMP di kota Salatiga. SMP yang terus berbenah ini
pada
tahun
pelajaran
2014/2015,
memiliki
455
peserta didik yang tersebar dalam 24 rombongan
belajar, diasuh oleh 44 guru serta dipimpin oleh
seorang Kepala Sekolah yang relatif baru ( dilantik
pertengahan tahun 2013).
SMP Kristen 4 Salatiga berlokasi di jalan Tentara
Pelajar nomor 4 Salatiga. SMP yang menjadi satu lokasi
dengan SMK Kristen Salatiga yang dikenal dengan
SMEA Kristen Salatiga ini merupakan salah satu
sekolah swasta yang masih bertahan sampai sekarang
walau peserta didiknya relatif sedikit. Pada tahun
pelajaran
2014/2015
,
jumlah
peserta
didik
56,
tersebar di tiga rombongan belajar, dan diasuh oleh
sembilan guru.
4.1.2. Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah
SMP
dikota
Salatiga
dalam
Perencanaan Supervisi Akademik
Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan
enam Kepala Sekolah SMP diperoleh informasi bahwa
83
%
Kepala
Sekolah
melaksanakan
tahapan
perencanaan supervisi akademik dengan melakukan
sosialisasi atau memberikan informasi kepada para
guru,
menyusun
jadwal
supervisi
akademik serta
menyiapkan instrumen supervisi akademik. Seperti
yang disampaikan Kepala Sekolah SMP Negeri 5
Salatiga :
“ ...tahap merencanakan program supervisi
akademik saya lakukan dengan melakukan
sosialisasi kepada para guru dan menetapkan
jadwal kunjungan kelas...”
( wawancara, 29 Januari 2015 ).
Demikian juga yang disampaikan oleh Kepala Sekolah
SMP Negeri 1 Salatiga bahwa :
“ ... tahap merencanakan program supervisi
akademik saya lakukan dengan : membuat
program supervisi, berupa jadwal supervisi,
kemudian diinformasikan kepada para guru , dan
menyiapkan instrumen supervisi akademik bagi
para guru...” ( wawancara, 3 Februari 2015 ).
Hasil wawancara ini dikuatkan dengan adanya
dokumen Jadwal Supervisi Akademik tahun pelajaran
2014/2015 sebagai program supervisi akademik yang
dimiliki oleh para Kepala Sekolah maupun instrumen
supervisi akademik walaupun belum lengkap (sebagian
besar instrumen supervisi pelaksanaan pembelajaran
atau supervisi kunjungan kelas) . Para guru dari
masing-masing
sekolah
baik
melalui
wawancara
maupun kuesioner juga menyatakan bahwa jadwal
supervisi disampaikan pada awal tahun pelajaran atau
awal semester , dan Kepala Sekolah menyiapkan
instrumen supervisi setiap mengadakan kunjungan
kelas.
Berdasarkan bukti otentik yang peneliti dapatkan
dari hasil wawancara , studi dokumen yang dimiliki
Kepala
Sekolah,
maupun
rekap
hasil
kuesioner
diperoleh hasil penilaian kinerja supervisi akademik
Kepala Sekolah SMP Tahapan Perencanaan Supervisi
Akademik seperti tabel berikut :
Tabel.4. Hasil Penilaian Kinerja Supervisi Akademik
Kepala Sekolah SMP
Tahapan Perencanaan Supervisi Akademik
No.
Nama Sekolah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
Negeri 1 Salatiga
Negeri 5 Salatiga
Negeri 7 Salatiga
Kristen 2 Salatiga
PL Salatiga
Kristen 4 Salatiga
Skor
indikator
kinerja
50 %
50 %
50 %
50 %
50 %
25 %
Kategori
Nilai Kinerja
Kepala Sekolah
kurang
kurang
kurang
kurang
kurang
kurang
Sumber: Rekapitulasi Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah
SMP Kota Salatiga tahun pelajaran 2014/2015
Rekapitulasi Hasil penilaian kinerja supervisi akademik
Kepala
Sekolah
tahapan
Perencanaan
Supervisi
Akademik secara lengkap dari masing-masing sekolah
terlampir.
4.1.3. Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah
SMP
dikota
Salatiga
dalam
Pelaksanaan Supervisi Akademik
Berdasarkan rekapitulasi hasil kuesioner yang
diisi oleh 124 guru dari enam SMP sebagai nara
sumber diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 5. Data rekapitulasi hasil kuesioner tentang pelaksanaan
supervisi akademik oleh Kepala Sekolah
Jawaban
Jumlah
Belum
No.
Nama Sekolah
Pernah
responden
pernah
disupervisi
disupervisi
1
SMP N.1 Salatiga
24 guru
24
2
SMP N.5 Salatiga
33 guru
30
3
3
SMP N.7 Salatiga
34 guru
32
2
4
SMP Kr.2 Salatiga
16 guru
14
2
5
SMP PL Salatiga
11 guru
11
6
SMP Kr.4 Salatiga
6 guru
6
111
13
JUMLAH
124 guru
(89,52%)
(10,48%)
Sumber: Rekapitulasi hasil kuesioner guru terhadap Supervisi
Akademik Kepala Sekolah SMP Kota Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015
Berdasarkan tabel 4. diatas, 89,52 % guru menyatakan
pernah
disupervisi
oleh
menunjukkan
bahwa
melaksanakan
supervisi
Kepala
Kepala
Sekolah.
Hal
Sekolah
akademik
ini
telah
disekolahnya.
Sisanya (10,48 % guru) menyatakan belum pernah
disupervisi dengan alasan belum ada jadwal, guru
baru, masih honorer, Kepala Sekolahnya masih baru,
mungkin kesibukan Kepala Sekolah, dan tidak tahu
alasannya.
Bahkan
ada
satu
SMP
yang
seluruh
gurunya menyatakan belum pernah disupervisi oleh
Kepala Sekolah. Data ini diperkuat dengan pernyataan
Kepala Sekolah dari SMP tersebut yang dengan jujur
mengatakan bahwa :
“... terus terang, sejak menjabat Kepala Sekolah
sampai hari ini, saya belum pernah melakukan
supervisi akademik dalam arti kunjungan kelas.
Selama ini hanya dengan pengamatan ... Alasannya
karena pemahaman tentang supervisi belum benarbenar saya pahami. Secara materi sudah
memahami, tetapi pelaksanaannya belum begitu
paham... “ (wawancara, 22 januari 2015).
Berdasarkan dokumen yang ada, Kepala Sekolah yang
bersangkutan hanya menggunakan teknik supervisi
individual dengan guru menilai diri sendiri melalui
instrumen Penilaian Kinerja Guru (PKG) yang sudah
disediakan oleh pemerintah.
Selanjutnya dari hasil wawancara dengan Kepala
Sekolah, baru dua Kepala Sekolah atau 33,33 %
melaksanakan
supervisi
pembelajaran
melalui
akademik
yang
perencanaan
pemantauan
perangkat
pembelajaran para guru. Hasil wawancara dengan
Kepala Sekolah ini sejalan dengan informasi yang
diberikan oleh salah satu guru disekolah tersebut, yang
menyatakan bahwa :
“ diawal semester, selain Kepala Sekolah
menginformasikan jadwal supervisi, juga meminta
para guru untuk mengumpulkan perangkat
pembelajaran ...“
(wawancara, 5 Februari 2015).
Hasil wawancara ini diperkuat dengan hasil studi
dokumen yang dimiliki Kepala Sekolah. Dari hasil studi
dokumen supervisi akademik yang dimiliki oleh Kepala
Sekolah, selain instrumen supervisi kunjungan kelas
atau lembar pengamatan proses pembelajaran, kepala
sekolah memiliki dokumen instrumen pemantauan
administrasi
perencanaan.
pembelajaran
atau
matrik
supervisi
Selain
supervisi
perencanaan
pembelajaran,
tahapan pelaksanaan supervisi akademik yang kedua
adalah
supervisi
pelaksanaan
pembelajaran.
Hasil
wawancara dengan Kepala Sekolah, ada lima Kepala
Sekolah atau ada 83,33 %
melaksanakan
supervisi
Kepala Sekolah telah
pelaksanaan
pembelajaran
sesuai tahapan-tahapan yang ada.
Hasil wawancara ini diperkuat dengan hasil
observasi pelaksanaan supervisi kunjungan kelas dan
tindak lanjut supervisi akademik yang dilakukan oleh
peneliti ketika Kepala Sekolah melakukan kunjungan
kelas. Setiap Kepala Sekolah sebelum melakukan
observasi pembelajaran, melakukan temu awal dengan
guru yang akan disupervisi untuk memberitahu guru
yang
akan
masuk
disupervisi,
kelas
dengan
kemudian
membawa
Kepala
RPP
Sekolah
yang
akan
digunakan guru untuk mengajar serta instrumen
supervisi yang telah dipersiapkan. Kepala sekolah
duduk dibelakang untuk melakukan observasi Kegiatan
Belajar Mengajar sambil mencatat hal-hal yang terjadi
dikela dan hal-hal yang dilakukan oleh guru selama
mengajar. Setelah pembelajaran selesai, guru yang
bersangkutan dipanggil ke ruang Kepala Sekolah untuk
menerima informasi hasil supervisi.
Hasil
observasi
ini
memperkuat
apa
yang
disampaikan oleh para guru dalam kuesioner, dimana
97 guru atau 78,23 % guru dari seluruh sekolah nara
sumber menyatakan sebelum melakukan supervisi
akademik Kepala Sekolah melakukan pertemuan awal
dengan para guru yang akan disupervisi. Sedangkan
informasi yang diberikan oleh Kepala Sekolah berfariasi
antara guru yang satu dengan guru yang lain. 87,10 %
menyatakan
Kepala
Sekolah
dalam
melakukan
supervisi menggunakan instrumen supervisi, 76,61%
guru menyatakan pada waktu melakukan supervisi
akademik Kepala Sekolah berada dalam kelas secara
penuh,
serta
melakukan
82,26
%
supervisi,
guru
Kepala
menyatakan
sekolah
setelah
melakukan
pertemuan balikan dengan guru yang disupervisi untuk
menyampaikan antara lain catatan kelebihan dan
kekurangan dalam KBM serta memberikan saran –
saran
perbaikan,
yang
kemudian
ditindak
lanjuti
dengan menyusun/ memberikan rekomendasi. Hasil
kuesioner ini sejalan dengan yang disampaikan salah
satu guru bahwa :
” setelah Kepala Sekolah melakukan supervisi
pelaksanaan pembelajaran dengan masuk kelas,
guru dipanggil ke ruang Kepala Sekolah untuk
menyampaikan hasil supervisi, kemudian guru
tanda tangan didalam instrumen supervisi. Setelah
semua selesai, hasil supervisi dibahaw dalam rapat
guru...”(wawancara, 27 Januari 2015).
Tahapan pelaksanaan supervisi akademik yang
ketiga
adalah
supervisi
penilaian
pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah,
diperoleh data 50 % Kepala Sekolah melaksanakan
supervisi
penilaian
pembelajaran
walaupun
belum
sesuai harapan. Mereka baru sebatas membubuhkan
tanda tangan dalam daftar nilai para guru sebagai
bentuk pengesahan dokumen hasil penilaian yang
dilakukan oleh para guru, serta memiliki catatan
seperlunya. Seperti yang disampaikan oleh salah satu
Kepala Sekolah sebagai berikut :
“
untuk
supervisi
pelaksanaan
penilaian
pembelajaran, terus terang saya belum melakukan
secara khusus. Paling hanya tanda tangan di daftar
nilai... “ (wawancara, 3 Februari 2015).
Pernyataan ini diperkuat dengan hasil studi dokumen
supervisi akademik Kepala Sekolah, dimana Kepala
Sekolah membubuhkan tanda tangan dalam daftar
nilai yang dimiliki para guru, dan belum semua Kepala
Sekolah memiliki data guru yang telah disupervisi
dalam
pelaksanaan
penilaian
(
baru
tiga
Kepala
Sekolah).
Berdasarkan bukti otentik penelitian yang berupa
hasil wawancara, rekapitulasi hasil kuesioner, hasil
observasi maupun studi dokumen yang dimiliki Kepala
Sekolah khususnya tahapan Pelaksanaan Supervisi
Akademik, diperoleh hasil seperti dalam tabel berikut :
Tabel 6. Hasil Penilaian Kinerja Supervisi Akademik
Kepala Sekolah SMP
Tahapan Pelaksanaan Supervisi Akademik
No.
Nama Sekolah
Skor
indikator
Kategori
Nilai Kinerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
kinerja
79 %
74 %
79 %
68 %
68 %
6%
Negeri 1 Salatiga
Negeri 5 Salatiga
Negeri 7 Salatiga
Kristen 2 Salatiga
PL Salatiga
Kristen 4 Salatiga
Kepala Sekolah
Baik
Cukup
Baik
Cukup
Cukup
Kurang
Sumber: Rekapitulasi Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah
SMP Kota Salatiga tahun pelajaran 2014/2015
Hasil penilaian kinerja supervisi akademik Kepala
Sekolah
tahapan
Pelaksanaan
Supervisi
Akademik
secara lengkap dari masing-masing sekolah terlampir.
4.1.4. Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah
SMP
dikota
Salatiga
dalam
Menindaklanjuti hasil Supervisi Akademik
Dari 124 guru yang mengisi kuesioner , berkaitan
dengan
tindak
lanjut
hasil
Supervisi
Akademik
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 7. Data rekapitulasi hasil kuesioner tentang tindak lanjut
hasil supervisi akademik oleh Kepala Sekolah
Jawaban
Jumlah
No.
Nama Sekolah
Melakukan
responden
tidak
pembinaan
1
SMP N.1 Salatiga
24 guru
21
3
2
SMP N.5 Salatiga
33 guru
24
9
3
SMP N.7 Salatiga
34 guru
26
8
4
SMP Kr.2 Salatiga
16 guru
12
4
5
SMP PL Salatiga
11 guru
10
1
6
SMP Kr.4 Salatiga
6 guru
6
93
31
JUMLAH
124 guru
(75 %)
(25 %)
Sumber: Rekapitulasi hasil kuesioner guru terhadap Supervisi
Akademik Kepala Sekolah SMP Kota Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015
Dari tabel diatas, 75% guru menyatakan bahwa Kepala
Sekolah menindak lanjuti hasil supervisi akademik
dengan melakukan pembinaan dan pengembangan
kepada
para
pengembangan
guru.
yang
Bentuk
pembinaan
dilakukan
Kepala
dan
sekolah
berfariasi, antara lain dengan memberikan arahan,
bimbingan, mengadakan IHT, workshop, pelatihanpelatihan,
pembinaan
secara
umum,
memberikan
saran dan perbaikan, dan lain-lain. Bahkan 89,52 %
guru
menyatakan
bahwa
Kepala
Sekolah
pernah
mengadakan pelatihan atau IHT bagi para guru untuk
meningkatkan profesionalismenya.
Hasil kuesioner ini sejalan dengan pernyataan
Kepala Sekolah yang disampaikan dalam wawancara
peneliti dengan Kepala Sekolah khususnya berkaitan
dengan tindak lanjut hasil supervisi akademik yang
telah dilakukan oleh Kepala Sekolah. Lima dari enam
Kepala Sekolah sebagai nara sumber menyatakan
bahwa
mereka
akademik
menindak
khususnya
pelaksanaan
lanjuti
berkaitan
pembelajaran
hasil
supervisi
dengan
supervisi
dengan
diskusi,
mengadakan IHT pada tiap tahun, memberikan saran
perbaikan, mengadakan workshop.
Pernyataan Kepala Sekolah seperti tersebut diatas,
dikuatkan
dengan
hasil
studi
dokumen
yang
menemukan adanya dokumen laporan atau kegiatan
IHT dimasing-masing sekolah.
Berdasarkan bukti otentik penelitian yang berupa
hasil wawancara, rekapitulasi hasil kuesioner, hasil
observasi maupun studi dokumen yang dimiliki Kepala
Sekolah
tindak
maupun
lanjut
dimiliki
Supervisi
sekolah
dalam
akademik,
tahapan
diperoleh
hasil
seperti dalam tabel berikut :
Tabel 8. Hasil Penilaian Kinerja Supervisi Akademik
Kepala Sekolah SMP
Tahapan Tindak Lanjut Supervisi Akademik
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama Sekolah
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
Negeri 1
Negeri 5
Negeri 7
Kristen 2
PL
Kristen 4
Skor
indikator
kinerja
69 %
46 %
38 %
54 %
46 %
0%
Kategori
Nilai Kinerja Kepala
Sekolah
Cukup
Kurang
Kurang
Sedang
Kurang
Kurang
Sumber: Rekapitulasi Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah
SMP Kota Salatiga tahun pelajaran 2014/2015
Hasil penilaian kinerja supervisi akademik Kepala
Sekolah tahapan Tindak Lanjut Supervisi Akademik
secara lengkap dari masing-masing sekolah terlampir.
4.1.5.
Kendala
yang
dihadapi
dalam
melaksanakan Supervisi Akademik
Informasi
kendala
yang
dihadapi
dalam
melaksanakan Supervisi Akademik diperoleh melalui
wawancara dengan Kepala Sekolah dan salah satu guru
disekolah yang dijadikan subyek penelitian atau nara
sumber penelitian. Adapun kendala yang dihadapi
dalam melaksanakan supervisi akademik dari masingmasing sekolah antara lain :
Tabel 9. Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan
Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP
di kota Salatiga
No.
Nama Sekolah
1.
SMP Negeri 1
2.
SMP Negeri 5
3.
SMP Negeri 7
Kendala
Kepala Sekolah :
terutama kendala waktu.
• Sudah direncanakan tetapi
“mleset” karena ada kegiatan
yang mendadak sehingga
supervisi tidak dapat
dilaksanakan
• Pada saat akan disupervisi
guru tidak masuk sehingga
supervisi diundur
Dan banyaknya tugas- tugas
Kepala Sekolah
Guru :
• Lebih grogi dari biasanya
• Jadwal sering “tubrukkan”,
• Meski alatnya sama, karena
penilainya berbeda (4 orang)
kadang ada perbedaan dalam
melakukan penilaian.
Kepala Sekolah :
Karena ditunggui, guru dalam
mengajar tidak “enjoy” , serta
banyaknya tugas – tugas Kepala
Sekolah
Guru :
Paling hanya teknis. Misalnya
LCD di kelas tidak bisa
digunakan.
Kepala Sekolah :
• Guru kadang belum siap
dengan RPP sehingga supervisi
“mundur” atau tidak sesuai
dengan jadwal
• Meskipun sudah dijadwal, KS
4.
SMP Kristen 2
5.
SMP PL
6.
SMP Kristen 4
kadang ada tugas mendadak
yang tidak bisa ditinggalkan
• Para guru belum membuat
kisi-kisi untuk ulangan harian
• Banyaknya tugas-tugas Kepala
Sekolah
Guru :
Agak “kemrungsung” karena
berusaha tampil yang baik.
Kepala Sekolah :
• keterbatasan waktu. Misalnya
pada waktu jadwal supervisi,
mendadak ada tugas lain yang
mendesak, lalu diganti teman
yang lebih senior.
• Guru agak grogi bila ditunggui.
• Seperti terlalu terkondisi
ketika disupervisi,
• Belum begitu intensif
Guru :
dalam persiapan, harus
menyiapkan administrasi
( RPP
maupun alat peraga) .
Kepala Sekolah :
• Pembagian waktu, karena KS
mengajar 30 jam pelajaran/
minggu
• Format supervisi yang
ditentukan yayasan, skor
dibatasi 0/1/2 serta tidak ada
kolom catatan KS
Guru :
dalam mencocokkan jadwal
antara guru dengan KS( karena
KS jumlah jam mengajarnya
banyak).
Kepala Sekolah :
• belum benar-benar memahami
bagaimana melaksanakan
supervisi
• Kondisi lapangan,
• Pada saat mengajar tidak
sesuai dengan rencana karena
kondisi siswa sebagian besar
kemampuan akademiknya
atau IQ dibawah 70 , hampir
seluruh anak-anak adalah
anak-anak yang bermasalah
dalam keluarganya
Guru :
KS belum pernah melaksanakan
supervisi secara khusus, hanya
syering secara umum dalam
Pembinaan. Kendala yang
dihadapi sekolah :
• Berkaitan dengan penanganan
siswa
• Pembinaan karakter siswa.
Guru bukan capek transver
ilmu tetapi capek membentuk
karakter siswa
• Kepedulian orang tua masih
kurang
Sumber: Rekapitulasi Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan
Rekapitulasi Hasil Wawancara dengan Guru
4.1.6. Solusi atau upaya yang dilakukan
untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan
Supervisi Akademik
Adanya kendala selama pelaksanaan supervisi
akademik seperti tersebut diatas, telah dicoba mencari
solusi atau upaya – upaya untuk mengatasi kendala
yang terjadi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Sekolah
maupun salah seorang guru disetiap sekolah yang
dijadikan nara sumber dalam penelitian ini diperoleh
hasil sebagai berikut :
a. SMP Negeri 1 Salatiga
Untuk mengatasi kendala waktu ( karena ada
kegiatan yang mendadak atau guru yang pada
waktu disupervisi tidak hadir ), upaya yang
dilakukan
adalah
dengan
tukar
waktu.
Sedangkan untuk kendala banyaknya tugastugas Kepala Sekolah, diatasi dengan dibentuk
tim supervisi akademik yang diambil dari guru
senior. Jadwal yang sering “tubrukan” diatasi
dengan tukar dengan yang lain.
b. SMP Negeri 5 Salatiga
Upaya yang dilakukan Kepala Sekolah untuk
mengatasi guru tidak “enjoy” dalam mengajar
karena
ditunggui
adalah
supervisi
tidak
dilakukan secara mendadak, dibuat terjadwal
dengan harapan guru supaya siap. Sedangkan
kendala banyaknya tugas-tugas Kepala Sekolah
diatasi dengan dibentuk tim supervisi akademik
atau tim PKG dari guru senior. Kendala masalah
teknis diatasi dengan guru menggunakan teknik
yang lain.
c. SMP Negeri 7 Salatiga
Upaya yang sudah dilakukan antara lain : guru
diberi batas waktu pengumpulan RPP, selalu
diingatkan dalam pembinaan, saling membantu
dalam MGMP sekolah, mengadakan workshop
dan dibentuk tim supervisi akademik.
d. SMP Kristen 2 Salatiga
Untuk mengatasi kendala waktu, ketika Kepala
Sekolah mendadak ada tugas lain, supervisi tetap
berjalan diganti oleh guru senior yang ditunjuk
Kepala Sekolah. Sedangkan untuk mengatasi
atau mengurangi grogi bagi para guru yang
disupervisi
atau
ditunggui,
Kepala
Sekolah
menegaskan bahwa supervisi tidak melakukan
penilaian.
e. SMP Pangudi Luhur Salatiga
Upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi
kendala waktu dengan cara jadwal supervisi
disesuaikan dengan jam kosong Kepala Sekolah,
sedangkan kendala format supervisi dari yayasan
yang kurang lengkap diatasi dengan Kepala
Sekolah menambah lembar sendiri untuk catatan
Kepala Sekolah.
f. SMP Kristen 4 Salatiga
Belum mendapatkan solusi untuk mengatasi
kendala yang ada.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah
SMP
dikota
Salatiga
dalam
Perencanaan Supervisi Akademik
Tahapan
perencanaan
supervisi
akademik
merupakan langkah pertama yang harus dilakukan
Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas utama
supervisi
akademik.
Pelaksanaan
Berdasarkan
Penilaian
Pedoman
Kinerja
Guru
(Kem.dik.Nas.Dir.Jen.PMP dan TK,2011) serta Pedoman
Penilaian
Kinerja
Kepala
Sekolah/
Madrasah
(Kemendikbud.BPSDMP dan K dan PMPPPTK, 2012),
pada tahapan ini ada empat indikator kinerja yang
seharusnya
dipenuhi
Kepala
Sekolah,
yaitu
(1)
mengidentifikasi masalah pengelolaan dalam rangka
merencanakan
program
supervisi
akademik;
(2)
merumuskan tujuan yang dilengkapi dengan target
pencapaian yang terukur dalam rangka merencanakan
program supervisi akademik; (3) menyusun program
supervisi
akademik
dalam
rangka
peningkatan
profesionalisme guru, yang antara lain berisi Rencana
Program Supervisi dan Jadwal kegiatan Supervisi
Akademik tahun tersebut; serta (4) mengembangkan
instrumen
supervisi
yang
berhubungan
dengan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
dan penilaian pembelajaran.
Hasil
Penilaian
Kinerja
Supervisi
Akademik
Kepala Sekolah SMP tahapan Perencanaan Supervisi
Akademik menunjukkan bahwa skor indikator ke-enam
sekolah yang dipilih menjadi nara sumber penelitian
antara 25 % - 50 %, dengan kategori nilai kinerja
Kepala Sekolah “kurang”.
Dari empat indikator kinerja yang ditetapkan
peneliti sesuai dengan acuan kedua pedoman seperti
tersebut diatas menunjukkan lima sekolah memenuhi
50% dan satu sekolah memenuhi 25%.
Indikator
kinerja yang belum dapat dilaksanakan oleh enam
Kepala Sekolah sebagai nara sumber adalah indikator
kinerja nomor (1) Kepala Sekolah mengidentifikasi
masalah pengelolaan dalam rangka merencanakan
program supervisi akademik yang ditunjukkan dengan
belum
adanya
rumusan
masalah
dalam
program
supervisi akademik yang diperoleh Kepala Sekolah dari
pemantauan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pengelolaan; serta indikator kinerja nomor (2) Kepala
Sekolah merumuskan tujuan yang dilengkapi dengan
target
pencapaian
merencanakan
yang
program
terukur
supervisi
dalam
rangka
akademik,
yang
ditunjukkan dengan belum adanya rumusan tujuan
supervisi akademik yang dilengkapi dengan target
pencapaian yang terukur dalam perencanaan program
supervisi akademik.
Tahapan perencanaan supervisi akademik Kepala
Sekolah yang telah dilakukan oleh Kepala Sekolah yaitu
menyusun Jadwal Supervisi Akademik bagi para guru
disekolahnya maupun menyiapkan instrumen supervisi
akademik khususnya supervisi kunjungan kelas untuk
mensupervisi pelaksanaan pembelajaran dikelas.
Hasil
penelitian
terkait
dengan
tahapan
perencanaan supervisi akademik Kepala Sekolah yang
telah dilakukan oleh Kepala Sekolah ini sejalan dengan
hasil penelitian dari Kiong Mui Lie, Usman Radiana,H.
Tomo Djudin tentang “Pelaksanaan Supervisi Akademik
oleh
Kepala
Sekolah
dalam
Upaya
Pembinaan
Profesionalisme guru di SMA” (2013) yang antara lain
menjelaskan bahwa tahapan perencanaan , dalam
melakukan supervisi akademik Kepala Sekolah selalu
menggunakan instrumen pengamatan ... “.
Karena
ada
beberapa
indikator
yang
belum
dilaksanakan, maka dapat dikatakan bahwa Kepala
Sekolah dalam hal melaksanakan tahapan perencanaan
supervisi
akademik
Kepala
Sekolah
masih
belum
memenuhi harapan.
4.2.2. Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah
SMP
dikota
Salatiga
dalam
Pelaksanaan Supervisi Akademik
Menurut
Permen.No.41
tahun
2007
tentang
Standar Proses, ada tiga kegiatan supervisi proses
pembelajaran yang dilakukan Kepala Sekolah dalam
supervisi
akademik
kepada
para
guru
Supervisi Perencanaan pembelajaran;
yaitu
(1)
(2) Supervisi
Pelaksanaan Pembelajaran dan (3) Supervisi Penilaian
pembelajaran .
Indikator
Kinerja
supervisi
akademik
Kepala
Sekolah pada tahapan Pelaksanaan Supervisi Akademik
yang digunakan untuk mengetahui kinerja Kepala
Sekolah pada tahapan ini dikelompokkan kedalam tiga
komponen supervisi tersebut diatas.
Adapun indikator kinerja masing-masing komponen
supervisi sebagai berikut :
a. Supervisi Perencanaan Pembelajaran
•
melakukan
supervisi
perencanaan
pembelajaran pada awal tahun pelajaran atau
semester dibuktikan dengan adanya data atau
catatan supervisi perencanaan pembelajaran.
b. Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran
•
Mengadakan
pertemuan
awal
untuk
menjaring data rencara pembelajaran dan
menentukan fokus kegiatan supervisi
•
Melaksanakan
kegiatan
pemantauan/
observasi pembelajaran dan membuat catatan
yang objektif dan selektif sebagai bahan
pemecahan masalah supervisi
c. Supervisi Penilaian pembelajaran
•
Melaksanakan
supervisi
penilaian
pembelajaran dibuktikan adanya data atau
catatan
melaksanakan
pembelajaran.
supervisi
penilaian
Hasil
Penilaian
Kinerja
Supervisi
Akademik
Kepala Sekolah SMP tahapan Pelaksanaan Supervisi
Akademik menunjukkan bahwa skor indikator ke-enam
sekolah yang dipilih menjadi nara sumber penelitian
berfariasi. Lima sekolah dengan skor antara 68% - 79%
sedangkan satu sekolah enam persen dengan kategori
nilai kinerja Kepala Sekolah antara cukup – baik dan
satu sekolah masih kurang.
Indikator kinerja tahapan pelaksanaan Supervisi
Akademik
yang
sudah
dilaksanakan
oleh
ke-lima
Kepala Sekolah (walaupun belum sempurna) adalah
supervisi pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari :
(1) Kepala Sekolah mengadakan pertemuan awal untuk
menjaring data rencana pembelajaran dan menetukan
fokus
kegiatan
melaksanakan
supervisi
kegiatan
;
(2)
Kepala
pemantauan
/
Sekolah
observasi
pembelajaran dan membuat catatan yang objektif dan
selektif sebagai bahan pemecahan masalah supervisi .
Dalam melaksanakan pertemuan awal, ke-lima
Kepala Sekolah yang dijadikan nara sumber dalam
penelitian ini belum memiliki data hasil pertemuan awal
berupa : rumusan masalah yang guru hadapi dalam
melaksanakan pembelajaran, serta data atau catatan
fokus dan tujuan pelaksanaan supervisi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekapitulasi hasil
kuesioner, informasi yang disampaikan Kepala Sekolah
dalam pertemuan awal antara lain : supaya para guru
mempersiapkan perangkat mengajar ( RPP, Promes),
konfirmasi jadwal, rencana akan disupervisi, kesiapan
untuk disupervisi, hal-hal yang akan disupervisi serta
pentingnya PKG.
Indikator
kinerja
Kegiatan
Pemantauan
atau
observasi pembelajaran dan membuat catatan yang
objektif dan selektif sebagai bahan pemecahan masalah
supervisi yang dirinci menjadi 12 data kinerja yang
diharapkan, ada satu yang belum dilaksanakan oleh kelima
nara
sumber
yaitu
Kepala
Sekolah
belum
menyusun data guru yang telah disupervisi pada tahun
tersebut.
Bukti
otentik
yang
ada
hanya
berupa
bendelan instrumen hasil supervisi .
Belum semua Kepala Sekolah melaksanakan
Supervisi penilaian pembelajaran . Dari enam sekolah
sebagai nara sumber penelitian, baru tiga Kepala
Sekolah
yang
melaksanakan
supervisi
penilaian
pembelajaran, sedangkan empat Kepala Sekolah yang
lain belum melakukan supervisi penilaian pembelajaran
secara khusus. Mereka baru sebatas membubuhkan
tanda tangan dalam daftar nilai dari para guru.
Bila
dibandingkan
dengan
hasil
penelitian
tentang “ Pelaksanaan Supervisi Akademik oleh Kepala
Sekolah di SMP Negeri 269 Jakarta (2013) ” yang
dilakukan oleh Larasati A.M (2014), ada persamaan tapi
ada
juga
perberdaan.
Persamaannya
dalam
hal
pelaksanaan supervisi akademik, yaitu Kepala Sekolah
melakukannya dengan kunjungan kelas, selanjutnya
menilai guru dengan memberikan bebara penilaian
kinerja guru .
Sedangkan perbedaannya, dalam hasil penelitian ini
Kepala Sekolah belum melakukan analisis kekurangan
pengajaran
yang
pembelajaran
yang
dilakukan
guru
dan
sistem
dilakukan
guru.
Serta
Kepala
Sekolah belum memberikan penghargaan bagi guru
yang memiliki nilai supervisi terbaik.
4.2.3. Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah
SMP
dikota
Salatiga
dalam
Menindaklanjuti hasil Supervisi Akademik
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
RI nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/ Madrasah (2007), salah satu kompetensi
Kepala Sekolah dalam dimensi kompetensi supervisi
adalah menindak lanjuti hasil supervisi akademik
terhadap
guru
dalam
rangka
peningkatan
profesionalisme guru.
Indikator
kinerja
tahapan
tindak
lanjut
supervisi
akademik adalah sebagai berikut :
a. Supervisi Perencanaan Pembelajaran
1) Melakukan
perencanaan
analisis
hasil
pembelajaran
supervisi
dibuktikan
dengan adanya catatan Kepala Sekolah
tentang
analisis
hasil
supervisi
perencanaan pembelajaran
2) Mengadakan tindak lanjut terhadap hasil
analisis
supervisi
perencanaan
pembelajaran dibuktikan dengan adanya
dokumen
tindak
lanjut
hasil
analisis
supervisi perencanaan pembelajaran.
b. Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran
1) Setelah
selesai
Kepala
melakukan
Sekolah
segera
observasi,
melakukan
pertemuan balikan sebagai bentuk tindak
lanjut
supervisi
akademik,
dibuktikan
dengan adanya dokumen kegiatan tersebut.
2) Pertemuan balikan sebagai pelaksanaan
tindak lanjut diawali dengan melakukan
analisis kelemahan dan kekuatan guru
atau
menganalisis
digunakan,
instrumen
dibuktikan
dengan
yang
adanya
catatan analisis kelemahan dan kekuatan
guru yang disampaikan dalam pertemuan
balikan
maupun
catatan
analisis
instrumen yang digunakan guru dalam
KBM ( RPP )
c. Supervisi Penilaian Pembelajaran
1) melakukan
analisis
supervisi
penilaian
terhadap
hasil
pembelajaran,
dibuktikan adanya data atau catatan hasil
analisis.
2) melakukan tindak lanjut terhadap analisis
hasil
supervisi
penilaian
pembelajaran,
dibuktikan dengan adanya catatan atau
data tindak lanjut hasil supervisi penilaian
pembelajaran
d. tindak lanjut supervisi akademik ( Perencanaan
Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, dan
Penilaian Pembelajaran )
1) memberikan penguatan dan penghargaan
kepada guru yang menunjukkan kinerja
yang memenuhi atau melampaui standar,
maupun teguran bagi yang kurang/ belum
memenuhi
standar,
dibuktikan
dengan
adanya dokumen atau catatan .
2) memberikan
kesempatan
kepada
guru
untuk mengikuti program pengembangan
keprofesional an berkelanjutan, dibuktikan
dengan adanya dokumen kegiatan tersebut.
3) melaksanakan
pembinaan
dan
pengembangan guru sebagai tindaklanjut
kegiatan
supervisi,
dibuktikan
dengan
adanya tindakan Kepala Sekolah.
4) memberikan hasil pelaksanaan supervisi
akademik kepada guru yang bersangkutan,
maupun pemangku kepentingan lainnya.
5) menggunakan data hasil supervisi untuk
pemetaan ketercapaian program sebagai
dasar perbaikan siklus berikutnya.
Mengacu pada indikator diatas, ternyata hasil
penilaian kinerja supervisi akademik Kepala Sekolah
tahapan Tindak Lanjut Supervisi Akademik belum
memenuhi harapan. Skor indikator kinerja maksimal
69% dengan kategori Nilai Kinerja Kepala Sekolah
cukup.
Bahkan
ada
satu
sekolah
yang
belum
melaksanakan tahapan tindak lanjut hasil supervisi
akademik, karena Kepala Sekolah ini dengan jujur
menyatakan
memang
belum
pernah
melakukan
supervisi akademik kepada para guru.
Tahapan tindak lanjut hasil supervisi akademik
khususnya supervisi perencanaan pembelajaran belum
dapat dilaksanakan oleh ke-enam nara sumber, hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya dokumen atau catatan
mengenai
analisis
hasil
supervisi
perencanaan
pembelajaran serta dokumen atau catatan mengadakan
tindak
lanjut
perencanaan
terhadap
hasil
pembelajaran.
analisis
Demikian
supervisi
juga
tindak
lanjut hasil supervisi penilaian pembelajaran. Terbukti
ke-enam Kepala Sekolah sebagai nara sumber belum
melakukan analisis terhadap hasil supervisi penilaian
pembelajaran
terhadap
maupun
analisis
melakukan
hasil
tindak
supervisi
lanjut
penilaian
pembelajaran,
dibuktikan
dengan
tidak
adanya
catatan/ data tentang hal tersebut.
Tahapan tindak lanjut supervisi akademik Kepala
Sekolah
khususnya
pelaksanaan
tindak
pembelajaran
lanjut
belum
supervisi
semua
indikator
kinerja Kepala Sekolah dilaksanakan oleh ke-enam
nara sumber. Indikator kinerja Kepala Sekolah yang
belum
dilaksanakan
pertemuan
yaitu
balikan
Kepala
belum
Sekolah
mengawali
dalam
dengan
melakukan analisis kelemahan atau analisis instrumen
yang digunakan guru dalam KBM (RPP), terbukti belum
adanya catatan analisis kelemahan dan kekuatan guru
yang disampaikan dalam pertemuan balikan Kepala
Sekolah
dengan
guru
maupun
catatan
analisis
instrumen yang digunakan guru dalam KBM (RPP).
Kepala Sekolah menindak lanjuti hasil supervisi
akademik
dengan
melakukan
pembinaan
dan
pengembangan kepada para guru. Bentuk pembinaan
dan pengembangan yang dilakukan Kepala sekolah
berfariasi, antara lain dengan memberikan arahan,
bimbingan, mengadakan IHT, workshop, pelatihanpelatihan,
pembinaan
secara
umum,
memberikan
saran dan perbaikan, dan lain-lain.
Tindak lanjut hasil supervisi akademik yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah ini sejalan dengan hasil
penelitian Larasati A.M. (2014), yaitu dengan mengajak
diskusi dan memberikan bimbingan terhadap guru
serta
mengikutsertakan
guru-guru
yang
kurang
kompeten dalam kegiatan seminar dan pelatihan.
4.2.4.
Kendala
yang
dihadapi
dalam
melaksanakan Supervisi Akademik
Banyaknya
terbatasnya
tugas
waktu
Kepala
menjadi
Sekolah
kendala
serta
yang
banyak
dihadapi oleh Kepala Sekolah di enam sekolah sebagai
nara
sumber,
disupervisi,
selain
kesiapan
keterbatasan
guru
yang
pemahaman
akan
tentang
pelaksanaan supervisi akademik maupun keterbatasan
instrumen supervisi akademik yang tersedia.
Permendiknas. nomor 28 tahun 2010, tentang
Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/ Madrasah,
menyatakan bahwa Kepala Sekolah/ madrasah adalah
guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin dan
mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan . Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa
waktu yang tersedia atau beban kerja Kepala Sekolah
bukan
hanya
untuk
melaksanakan
tugas
utama
mengajar, tetapi juga melaksanakan tugas memimpin
dan mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan.
Beban mengajar guru yang diberi tugas
tambahan sebagai Kepala Sekolah/Madrasah
adalah paling sedikit enam jam tatap muka dalam
1 (satu) minggu atau membimbing 40 peserta
didik bagi Kepala Sekolah/ madrasah yang
berasal
dari
guru
bimbingan
dan
konseling/konselor (Permendiknas.no.35/2010).
Berdasarkan ketentuan dalam Permendiknas no.28
tahun 2010 dan no. 35 tahun 2010 diatas, Kepala
Sekolah
dituntut
untuk
pandai-pandai
mengatur
waktu, sehingga berbagai tugas dan tanggung jawab
yang menjadi kewajibannya dapat dilaksanakan dengan
baik. Padahal tidak bisa dipungkiri selain tugas utama
sebagai guru maupun tugas tambahan memimpin dan
mengelola sekolah, tidak jarang Kepala Sekolah juga
memiliki tugas – tugas sampiran yang lain seperti
menjadi Pengurus atau anggota organisasi profesi
(PGRI), Pengurus atau anggota Musyawarah Kerja
Kepala
Sekolah
kemasyarakatan
(MKKS)
yang
lain
maupun
serta
tugas
organisasi
–
tugas
kedinasan yang diberikan kepadanya.
Kendala lain yang dihadapi dalam pelaksanaan
Supervisi Akademik adalah kesiapan guru yang akan
disupervisi. Baik kesiapan mental maupun kesiapan
fisik serta kesiapan perangkat mengajar. Kekurang
siapan guru berdampak guru “grogi”, guru kurang
“enjoy” atau supervisi mengalami hambatan.
Selain
kendala
secara
langsung
yang
diungkapkan oleh para nara sumber seperti tersebut
diatas, adanya “gap” atau kesenjangan antara indikator
kinerja
supervisi
akademik
Kepala
sekolah
yang
ditentukan dengan realita berdasarkan data otentik
yang peneliti dapatkan, bila tidak diatasi juga akan
menjadi kendala atau hambatan dalam pelaksanaan
supervisi akademik Kepala Sekolah sebagai salah satu
kompetensi yang harus dimiliki Kepala Sekolah.
“Gap” atau kesenjangan yang peneliti peroleh dari
hasil penelitian ini dapat dipaparkan dalam tabel
berikut :
Tabel 10. “Gap” atau Kesenjangan antara indikator kinerja
supervisi akademik Kepala sekolah yang ditentukan dengan realita
sebagai kendala supervisi akademik Kepala Sekolah
Indikator Kinerja Supervisi
Akademik Kepala Sekolah
Realita
Tahapan Perencanaan :
(1) Kepala Sekolah
mengidentifikasi masalah
pengelolaan dalam rangka
merencanakan program
supervisi akademik .
belum ada rumusan masalah
dalam program supek. yang
diperoleh Kepala Sekolah dari
pemantauan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi
pengelolaan
belum ada rumusan tujuan
supervisi akademik yang
dilengkapi dengan target
pencapaian yang terukur dalam
perencanaan program supervisi
akademik.
(2) Kepala Sekolah
merumuskan tujuan yang
dilengkapi dengan target
pencapaian yang terukur dalam
rangka merencanakan program
supervisi akademik,
Tahapan Pelaksanaan :
Supervisi perencanaan pembelajaran
Kepala Sekolah melakukan
Belum semua KS melakukan
Supervisi Perencanaan
supervisi perencanaan
Pembelajar-an pada awal tahun pembelajaran pada awal tahun
Pelajaran atau semester
pelajaran atau semester
Supervisi pelaksanaan pembelajaran
(1) Kepala Sekolah mengadakan Mengadakan pertemuan awal
pertemuan awal untuk
tetapi KS tidak memiliki
menjaring data rencana
catatan/ data hasil pertemuan
pembelajaran dan menetukan
awal baik berupa rumusan
fokus kegiatan supervisi
masalah yang dihadapi guru
maupun fokus dan tujuan
pelaksanaan supervisi.
(2) Kepala Sekolah
KS melakukan kegiatan
melaksanakan kegiatan
pemantauan / observasi, tetapi
pemantauan / observasi
belum menyusun data guru
pembelajaran dan membuat
yang telah disupervisi pada
catatan yang objektif dan
tahun tersebut
selektif sebagai bahan
pemecahan masalah supervisi
Supervisi penilaian pembelajaran
Kepala Sekolah melaksanakan
Belum semua KS melakukan
supervisi penilaian
supervisi penilaian pembelajaran
pembelajaran
Tahapan Tindak lanjut Supervisi akademik :
Tindak lanjut terhadap perencanaan pembelajaran
(1) Kepala Sekolah melakukan
KS belum melakukan analisis
analisis hasil supervisi
hasil supervisi perencanaan
perencanaan pembelajaran
pembelajaran
(2) Kepala Sekolah mengadakan KS belum melakukan tindak
tindak lanjut terhadap hasil
lanjut terhadap hasil analisis
analisis supervisi perencanaan
pembelajaran
Tindak lanjut terhadap pelaksanaan pembelajaran
(2) Pertemuan balikan sebagai
Belum semua KS melakukan
pelaksanaan tindak lanjut
analisis kelemahan dan
diawali dengan melakukan
kekuatan guru atau
analisis kelemahan dan
menganalisis instrumen yang
kekuatan guru atau
digunakan
menganalisis instrumen yang
digunakan.
Tindak lanjut terhadap penilaian pembelajaran
(1) Kepala Sekolah melakukan
KS belum melakukan analisis
analisis terhadap hasil
terhadap hasil supervisi
supervisi penilaian
penilaian pembelajaran
pembelajaran
(2) Kepala Sekolah melakukan
KS belum melakukan tindak
tindak lanjut terhadap analisis
lanjut terhadap analisis hasil
hasil supervisi penilaian
supervisi penilaian pembelajaran
pembelajaran
Tindak lanjut supervisi akademik
(Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran dan
Penilaian Pembelajaran)
(1) Kepala Sekolah memberikan Tidak ada dukomen/ catatan,
penguatan dan penghargaan
tetapi para guru menyatakan KS
kepada guru yang
melakukan pembinaan secara
menunjukkan kinerja yang
umum maupun pelatihan bagi
memenuhi atau melampaui
para guru.
standar, maupun teguran bagi
yang kurang/ belum memenuhi
standar
(4) KS memberikan hasil
Tidak ada dokumen bukti KS
pelaksanaan supervisi
memberikan hasil pelaksanaan
akademik kepada guru yang
supervisi akademik kepada guru
bersangkutan, maupun
yang bersangkutan maupun
pemangku kepentingan lainnya pemangku kepentingan lainnya.
Sumber : Rekapitulasi Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala
Sekolah SMP kota Salatiga tahun pelajaran 2014/2015
Berdasarkan
kinerja
tabel
supervisi
diatas,
akademik
ada
yang
13
indikator
belum
dapat
terlaksana atau terlaksana dengan maksimal. Kendala
utama adalah keterbatasan waktu atau Kepala Sekolah
belum
mampu
tersedia.
Selain
menata
itu
dengan
baik
pengetahuan
waktu
Kepala
yang
Sekolah
berkaitan dengan supervisi akademik yang bervariasi
dengan sumber yang bervariasi juga menjadi salah satu
kendala
dalam
pelaksanakan
supervisi
akademik
sesuai dengan indikator kinerja yang ditentukan.
Kendala yang dihadapi Kepala Sekolah dalam
penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian
Adeolu Joshua Ayeni (2012) tentang Assessment of
Principals’Supervisory Roles for Quality Assurance In
Secondary Schools in Ondo State, Nigeria ( Penilaian
Peran pengawasan Kepala Sekolah untuk penjaminan
mutu di Sekolah menengah di Ondo, Nigeria). Penelitian
ini
menyimpulkan
dihadapi
Kepala
tantangan
Sekolah
atau
dalam
kendala
yang
tugas-tugas
kelembagaan pemerintahan, input sumber daya.
4.2.5. Solusi atau upaya yang dilakukan
untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan
Supervisi Akademik
Sebagian besar kendala yang dihadapi Kepala
Sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik telah
ditemukan solusi atau upaya untuk mengatasi kendala
yang muncul. Misalnya : kendala keterbatasan waktu
diatasi dengan pembentukan Tim supervisi akademik
atau Tim PKG yang terdiri dari para guru senior yang
dikuatkan dengan Surat Keputusan Kepala Sekolah.
Kebijakan
yang
diambil
Kepala
Sekolah
untuk
mengatasi keterbatasan waktu ini sejalan dengan
penjelasan dalam buku Pedoman Penilaian Kinerja
Kepala Sekolah/Madrasah (2011) maupun Mulyasa
(2005) yang menyatakan bahwa Kepala Sekolah dapat
melakukan
pendelegasian
dan
pembagian
tugas
supervisor kepada guru senior.
Pembinaan Kepala Sekolah secara umum kepada
dewan guru disekolahnya dapat dijadikan sarana
sosialisasi dan penjelasan bagi para guru bahwa
supervisi akademik yang dilakukan Kepala Sekolah
adalah dalam rangka peningkatan profesionalisme para
guru. Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan
Kepala Sekolah atau Tim Supervisi akademik yang
dibentuk
Kepala
Sekolah
dalam
rangka
untuk
membantu guru agar
pembelajaran
yang
mampu melakukan proses
berkualitas
sehingga
dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan dengan mandiri oleh para
guru.
Selain
itu,
supervisi
akademik
juga
dapat
digunakan sebagai evaluasi kinerja yang antara lain
bertujuan
maupun
untuk
menstimulasi
mengembangkan
perbaikan
cara
untuk
kinerja
mengatasi
hambatan dan penghambat kinerja para guru dalam
mengajar. Ini sejalan dengan teori Ivancevich JM,
Konopaske R dan Matteson MT (2005) tentang evaluasi
kinerja. Dengan demikian supervisi akademik bukan
lagi menjadi suatu kegiatan yang membebani para guru
sehingga menimbukkan “grogy” atau tidak “enjoy”
dalam mengajar, tetapi menjadi suatu kegiatan yang
diharapkan oleh para guru. Kepala Sekolah tidak hanya
melaksanakan supervisi akademik sebagai salah satu
kewajibannya tetapi Kepala Sekolah melaksanakan
supervisi
akademik
karena
diminta
oleh
guru
(mengarah ke supervisi klinis ).
Pengetahuan Kepala Sekolah tentang supervisi
akademik
yang
mengadakan
bervarasi,
pelatihan
dapat
Kepala
diatasi
Sekolah
dengan
berkaitan
dengan implementasi kompetensi supervisi akademik
Kepala Sekolah, yang kemudian dilanjutkan dengan
pendampingan
disekolah
oleh
pengawas
sekolah.
Dengan demikian indikator kinerja supervisi akademik
Kepala
Sekolah
yang
sudah
ditetapkan
dapat
dilaksanakan dengan baik oleh Kepala Sekolah.
Selain solusi yang telah dipaparkan diatas, sesuai
dengan Permendiknas. nomor 13 tahun 2007 serta
uraian
dalam
diterbitkan
Buku
oleh
Kerja
Kepala
PPTK,BPSDM
Sekolah
yang
dan
PMP
Kemendiknas.(2011), khususnya bagi Kepala Sekolah
yang belum melaksanakan Supervisi Akademik kepada
para
guru
memahami
disekolahnya
betul
tentang
dengan
alasan
pelaksanaan
belum
supervisi
akademik, dapat diatasi dengan adanya pendampingan
yang
dilakukan
oleh
pengawas
sekolah
berkaitan
dengan pelaksanaan supervisi akademik sebagai salah
satu tugas pokok dan fungsi Kepala Sekolah.