Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan yang Melayani (The Servant Leadership) di Sekolah Menengah Tingkat Atas Swasta Kota Salatiga T2 942014705 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pada saat publikasi jurnal yang berjudul Developing

leaders for tomorrow: releasing system potential, Harris dan
Townsend (2007) menyatakan bahwa banyak negara akan
menghadapi

penurunan

potensi

dalam

kapasitas

kepemimpinan kepala sekolah selama beberapa tahun
kedepan.


Padahal

menurut

Mulyasa

(2011)

sebagai

komponen penting organisasi sekolah, kepala sekolah
harus mampu memberikan layanan yang bermutu secara
optimal. Terlebih saat ini dunia pendidikan diperhadapkan
dengan berbagai permasalahan, tantangan dan persaingan
antar lembaga pendidikan. Tingkat persaingan yang terjadi
terbilang sangat kompleks dan beragam.
Mengenai

persaingan


yang

terjadi

Mulyasa

menyatakan bahwa persaingan antar lembaga pendidikan
meliputi mutu pendidikan, layanan, kehadiran lembaga
pendidikan

baru, keragaman

lembaga pendidikan,

pilihan

pencitraan,

dan sebagainya. Kondisi


yang

ditawarkan

penerimaan

persaingan tersebut

murid,
dapat

menjadikan lembaga pendidikan yang mampu bertahan
menjadi unggul, namun bagi lembaga yang tidak mampu
bertahan akan

mengalami penurunan dalam hal mutu

pendidikan (Suti,2011). Selain itu, bagi lembaga pendidikan
1


2

yang mampu bersaing akan mendapatkan jumlah murid
yang sesuai dengan daya tampungnya, sebaliknya bagi
lembaga pendidikan yang

tidak

mampu

bersaing tidak

dapat memenuhi daya tampung.
Dalam

salah

satu

pernyataan


yang

ada

di

www.pikiran-rakyat.com dinyatakan bahwa kondisi nyata
persaingan yang dihadapi lembaga pendidikan dapat kita
lihat di berbagai daerah. Hingga saat ini ada beberapa SMA
swasta yang meskipun belum ditutup namun jumlah murid
yang diterima belum memenuhi daya tampungnya. Di
Bekasi, hal yang sama juga

dikeluhkan

oleh sejumlah

kepala sekolah SMA swasta yang mengalami kekurangan
siswa. bahkan 95 % sekolah swasta di Bekasi terancam

bangkrut. Di Palembang, hal yang sama juga terjadi dimana
dari total 516 sekolah swasta di kota tersebut, sekitar 60
persennya terancam tutup karena sulitnya menghadapi
persaingan antar

sekolah. Pada tahun 2005 beberapa

sekolah menengah tingkat atas (SMA) swasta di Kota
Salatiga

ini

juga mulai mengalami penurunan jumlah

siswa baru bahkan SMA Dharma Putra akhirnya harus
tutup sedangkan pada tahun 2007 SMA PGRI harus beralih
menjadi SMK.
Untuk
lembaga


mengatasi

pendidikan

kondisi
dituntut

tersebut,
untuk

setiap

melakukan

berbagai penataan sehingga mampu bersaing dan dapat
terus meningkat menjadi lebih baik. Salah satu penataan
yang

hendaknya


dilakukan

adalah

penataan

model

3

kepemimpinan yang mampu mengembangkan SDM nya.
Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam organisasi sekolah
memiliki peran penting yang mampu menguatkan aspek
pemberdayaan guru dan karyawan. Hal tersebut didukung
dengan pernyataan Mulyasa (2004) yakni

keberhasilan

pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan
kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang

tersedia

di

mempunyai

sekolah.

Pemimpin

wewenang

untuk

atau

kepala

mengarahkan


sekolah
berbagai

kegiatan para anggota atau kelompok.
Melihat kondisi diatas

kita

perlu

merefleksikan

kembali apa jenis kepemimpinan yang terbaik untuk kepala
sekolah saat ini. Mukasabe (2004) menyatakan bahwa
kepemimpinan

yang

melayani


(Servant

leadership)

merupakan suatu tipe atau model kepemimpinan yang
dikembangkan untuk mengatasi permasalahan mengenai
kualitas kepemimpinan. Hal ini karena perilaku yang
dicerminkan

dari

seorang

servant leaders

cenderung

menjadi teladan untuk mempengaruhi orang-orang yang
dipimpinnya.
Sejalan dengan pandangan Mukasabe perlu kita
perhatikan pula pandangan Greenleaf (2002) bahwa kita
harus mau mengubah pandangan tentang pemimpin yang
semula dipahami sebagai pahlawan yang serba tahu dan
serba berkuasa menjadi

pemimpin yang pertama-tama

dipandang sebagai pelayan . Pemimpin yang rela bukan
karena paksaan mengorbankan dirinya sendiri demi orang

4

lain. Pemimpin yang dapat menjadi berkat bagi anggotanya.
Greenleaf juga menyatakan bahwa kepemimpinan yang
melayani (Servant Leadership) yaitu sebuah pendekatan
baru sebagai model kepemimpinan yang mencoba untuk
secara simultan meningkatkan pertumbuhan personal dari
para pekerja dan memperbaiki kualitas pelayanan dari
organisasi melalui kombinasi atas kerjasama tim dan
pengembangan komunitas, keterlibatan personal dalam
proses pembuatan keputusan, serta perilaku yang peduli
dan etis.
Dari

uraian-uraian

diatas

nampak

bahwa

keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi (dalam hal
ini

sekolah)

memuaskan

dalam
banyak

menampilkan

kinerjanya

bergantung

pada

secara
kualitas

kepemimpinan kepala sekolah, sehingga kemudian hal
kepemimpinan

kepala

sekolah

khususnya

mengenai

kepemimpinan servant leadership ini menjadi menarik
untuk diteliti. Kepemimpinan yang melayani yang menurut
Greenleaf dan Mukasabe mampu untuk mengatasi banyak
permasalahan
dilakukan
sekolah

di

sebuah

penelitian

tingkat

organisasi

didunia

menengah

belum

pendidikan

atas.

Penelitian

banyak

khususnya
mengenai

Servant Leadership di Indonesia masih didominasi di
seputar perguruan tinggi, beberapa diantaranya penelitian
yang dilakukan oleh Nuryati (2004) dalam penelitiannya
tentang Kepemimpinan yang melayani dengan pendekatan
baru. Kemudian Aorora (2009) dalam penelitiannya tentang

5

model Servant Leadership di IPB Bogor yang meneliti
penerapan karakteristik servant leadership dalam gaya
kepemimpinan di IPB. Selanjutnya penelitian Handoyo
(2010) tentang pengukuran Servant Leadership sebagai
alternatif kepemimpinan di Institut Pendidikan Tinggi pada
masa

perubahan

organisasi

di

Universitas

Airlangga

Surabaya.
Penelitian mengenai Servant Leadership dengan obyek
sekolah menengah tingkat atas (SMA) di Indonesia belum
ditemukan. Padahal Servant Leadership dapat diterapkan
disemua jenjang pendidikan termasuk sekolah menengah
tingkat atas. Bahkan dengan maraknya penurunan kualitas
dan kuantitas sebuah sekolah menengah tingkat atas
swasta yang terjadi saat ini, seperti yang sudah dipaparkan
sebelumnya

menjadi

dasar

yang

rasional

mengapa

penelitian ini akan dilakukan dengan obyek penelitian
sekolah menengah tingkat atas.
Penelitian ini akan dilakukan di tiga sekolah swasta
yang

memiliki

potensi

besar

telah

melaksanakan

kepemimpinan servant leadership. Sebagai sekolah berlatar
belakang agama Kristen dimungkinkan SMA Kristen 1
Salatiga dan SMA Kristen 2 Salatiga banyak meneladani
akan gaya kepemimpinan Yesus Kristus yang memimpin
murid-muridnya

dengan

kasih

dan

ketulusan

hati,

integritas, bersedia melayani sebagai hamba, dan selalu
menjadi teladan bagi murid-muridnya. Selain itu hal
melayani ini juga terkandung didalam visi dan misi kedua

6

sekolah tersebut. Sedangkan SMA Muhammadiyah Plus
Salatiga adalah SMA dengan latar belakang agama Islam di
Salatiga yang juga dimungkinkan telah melaksanakan
kepemimpinan yang melayani. Hal ini terlihat dari sebuah
ungkapan seorang tokoh Muhammadiyah Ar Fachrudin
dalam acara pelantikan pimpinan daerah Muhammadiyah
Kota

Salatiga

periode

2010-2015

yang

lalu

bahwa

Muhammadiyah sangat mengedepankan totalitas layanan
dengan cara menyediakan diri untuk dapat dan sanggup
memikul berbagai tugas dan kewajiban yang diemban.
Selain itu melalui hasil wawancara dengan kepala SMA
Muhammadiyah
penambahan

Salatiga

kata

Plus

didapatkan

informasi

mengandung

bahwa

beberapa

hal

peningkatan pelayanan yang lebih maksimal terhadap
peserta didik.
Alasan lain penelitian dilakukan di SMA Kristen 1
Salatiga dan SMA Kristen 2 Salatiga adalah bahwa peneliti
adalah guru di SMA Kristen 1 Salatiga yang tergabung
dalam satu yayasan dengan SMA Kristen 2 Salatiga.
Sedangkan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga adalah
untuk dapat melihat fenomena ini secara obyektif, perlu
diamati pula bagaimana dengan sekolah swasta lain yang
berlatar belakang agama Islam.

7

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

masalah

yang

dikemukanakan diatas, rumusan masalah yang digunakan
dalam

penelitian

kepemimpinan

ini

yang

adalah:

Bagaimana

derajat

melayani (Servant Leadership)

di

sekolah menengah tingkat atas swasta kota Salatiga ?

1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan derajat
kepemimpinan

yang

melayani (Servant Leadership)

di

sekolah menengah tingkat atas swasta kota Salatiga.

1.4 Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil
salah

satu

kualitas

penelitian
sumber

ini

diharapkan

informasi

kepemimpinan

yang

untuk
melayani

dapat

menjadi

pengembangan
dalam

dunia

pendidikan khususnya sekolah menengah tingkat atas
swasta.

8

1.4.2 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi kepala sekolah untuk pengembangan
kualitas kepemimpinan yang melayani dalam rangka
memajukan sekolahnya masing-masing.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada sekolah khususnya kepada guru
dan karyawan sehingga dapat dijadikan masukan
dan pertimbangan dalam pengembangan kualitas
pelayanan dalam rangka memajukan sekolah.