MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN INKLUSI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Model Pelayanan Pendidikan Inklusi Pada Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Kasus Di Sekolah Dasar Lazuardi Kamila Global Islamic School Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012).

MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN INKLUSI PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
(Studi Kasus Di Sekolah Dasar Lazuardi Kamila Global Islamic School
Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012)

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan Syarat-syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd.I.) Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Oleh:
LUSIKA ZUKAWATI
G 000 080 054

FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS AGAMA ISLAM
Jl. A. Yani. Tromol Pos I. Pabelan Kartasura Telp (0271) 717417, 719483 Fax 715448 Surakarta 57102


Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah
Yan bertanda tanan di bawah ini penbimbing skripsi/tugas akhir:
Nama
: 1. Dr. Abdullah Aly. M. Ag.
2. Drs. M. Darojat Ariyanto, M. Ag.
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan
skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:
Nama
NIM
Fakultas
Program Studi
Judul

:
:
:
:
:

Lusika Zukawati

G 000 080 054
Agama Islam
Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Model Pelayanan Pendidikan Inklusi pada Anak
Berkebutuhan Khusus (Studi Kasus di Sekolah Dasar
Lazuardi Kamila Global Islamic School Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012)

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.
Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, 13 Maret 2013
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Abdullah Aly, M.Ag.

Drs. M. Darojat Ariyanto, M.Ag.


ii

ABSTRAK
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki kelainan atau
penyimpangan dari rata-rata anak normal dalam aspek fisik, mental, dan sosial,
sehingga untuk mengembangkan potensinya perlu layanan pendidikan khusus sesuai
dengan karakteristiknya. Pendidikan inklusi sebagai suatu sistem layanan pendidikan
khusus yang mensyaratkan agar semua anak berkebutuhan khusus dilayani di
sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya.
Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimanakah pengelompokan dan
model pelayanan yang diterapkan untuk anak berkebutuhan khusus di SD Lazuardi
Kamila GIS Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah mendiskripsikan
pengelompokan anak berkebutuhan khusus dan model pelayanan yang diterapkan
untuk anak berkebutuhan khusus di SD Lazuardi Kamila GIS Surakarta. Manfaat
teoritis dari penelitian ini adalah menambah khasanah pengetahuan tentang sistem
pendidikan dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.
Sedangkan secara praktis adalah dapat memberikan masukan kepada SD Lazuardi
Kamila GIS dalam melaksanakan program inklusi yang lebih optimal, serta bagi
Depdiknas dan lembaga-lembaga terkait sebagai bahan dalam mengambil kebijakan
demi suksesnya program pendidikan inklusi dan pemerataan pendidikan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research). Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi
dokumentasi. Metode analisis datanya adalah deskriptif kualitatif, sedangkan
penarikan kesimpulannya melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Penelitian menyimpulkan bahwa: pertama, dasar pengelompokan anak
berkebutuhan khusus di SD Lazuardi Kamila GIS Surakarta yaitu menggunakan
standar Diagnostic Statistical Manual-IV (DSM-IV) sebagai acuan dalam
mengobservasi setiap calon siswa. Adapun anak berkebutuhan khusus yang ada di SD
Lazuardi Kamila GIS Surakarta, antara lain: ADHD, autism, low vision, learning
disability, suspect down syndrom, development coordination disorder, suspect
development coordination disorder, disfungtion sensory integration. Kedua, model
penyelenggaraan reguler pull out, pengadaan program pendampingan anak
berkebutuhan khusus, terapi kelompok, developing multiple intelligence, dan klinisi
Pelangi Lazuardi Kamila.
Kata kunci: Pendidikan Inklusi dan Anak Berkebutuhan Khusus

PENDAHULUAN

lainya


for

all

kebijakan

UNESCO

didengungkan
menunjukkan

dan

ke

seluruh

bahwa


yang

jawab

suatu

mendapatkan pelayanan pendidikan yang
baik

tanggung jawab seluruh masyarakat

derajat,

Tahun

berkelaian

kuat
perlu


bahwa

pada

umumnya

pendidikan

yang

sesuai

diharapkan anak berkebutuhan khusus

Dalam

dapat

berkembangan


komunikasi,

kelainan sangat berarti karena memberi
yang

normal

layanan

ketetapan tersebut bagi anak penyandang

landasan

maupun

dan kemampuan anak. Dengan model

kelainan fisik, emosional, mental, sosial”
1).


ekonomi

yang sesuai dengan minat kebutuhan,

mengikuti proses pembelajaran karena

2006:

atau

membutuhkan model layanan pendidikan

yang memiliki tingkat kesulitan dalam

Efendi,

kondisi

anak


biasa)

merupakan pendidikan bagi peserta didik

(dalam

usia

Anak berkebutuhan khusus dan

Pasal 32 disebutkan bahwa “pendidikan
luar

dengan

kelainannya.

2003 tentang sistem pendidikan Nasional

(pendidikan


sesuai

perkembangannya, tanpa memandang

bangsa-bangsa di dunia (Alma, 2008: 3).

khusus

inklusi

mempercayai bahwa semua anak berhak

masyarakat

No.20

pendidikan

berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi

bangsa tertentu, tapi kepedulian dan

Undang-undang

konsep

kebutuhan pendidikan bagi anak-anak

itu

tidak hanya merupakan kepedulian dan
tanggung

dan

menekankan pada upaya pemenuhan

dunia,

bahwa pendidikan

pendidikan

Menurut Suparno (2007: 21),

berbagai

lainya

hal

pengajaran.

Education for all dan Higher
Education

dalam

interaksi

dibidang
sosial,

pola

bermain dan perilaku sehingga mencapai

anak

kemandirian hidup di dalam lingkungan

memperoleh

keluarga, sekolah dan masyarakat sesuai

kesempatan yang sama sebagaimana

batas

yang diberikan kepada anak normal

kemampuan

(Hadis, 2006: 102).

1

yang

dimilikinya

Dengan

Model merupakan pola (contoh,

dilaksanakannya
maka

acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang

berkebutuhan

akan dibuat atau dihasilkan (Depdiknas,

khusus tumbuh secara optimal sesuai

2008: 923). Sedangkan pelayanan terdiri

dengan

SD

dari kata, layan mendapat imbuhan pe-

Surakarta

an. Layan berarti membantu menyiapkan

menyadari bahwa anak-anak dengan

(mengurus) apa-apa yang diperlukan

kebutuhan khusus memerlukan terapi

seseorang. Imbuhan pe-an berfungsi

tertentu

menyatakan

program

pendidikan

diharapkan

inklusi,

anak-anak

kemampuan

Lazuardi

Kamila

untuk

mereka.
GIS

mengatasi

atau

hal.

Pelayanan

artinya

mengurangi hambatan akibat kebutuhan-

perihal atau cara melayani (Depdiknas,

kebutuhan

2008: 797).

khusus

mereka

tersebut.

Karena itu, SD Lazuardi Kamila GIS

Smith (2006: 45), mendefinisikan

Surakarta menyediakan Pusat Terapi dan

pendidikan inklusi sebagai usaha-usaha

Edukasi Pelangi Lazuardi Kamila untuk

menyatukan anak-anak yang memiliki

menyelenggarakan

hambatan dengan cara-cara yang realistis

tambahan

terapi-terapi

bagi

siswa

dan komprehensif dalam kehidupan

yang

memerlukannya.

pendidikan yang menyeluruh. Sedangkan

Berdasarkan

latar

belakang

Sapon-Shevin dalam (Suparno, 2007:

diatas, tertarik mengkaji dan perlu untuk

21),

mengadakan penelitian dalam rangka

inklusi sebagai suatu sistem layanan

penyusunan

berjudul:

pendidikan khusus yang mensyaratkan

PELAYANAN

agar semua anak berkebutuhan khusus

PENDIDIKAN INKLUSI PADA ANAK

dilayani di sekolah-sekolah terdekat di

BERKEBUTUHAN KHUSUS (Studi

kelas

Kasus Di SD Lazuardi Kamila Global

seusianya.

skripsi

yang

“MODEL

Islamic

School

Surakarta

Tahun

menyatakan

biasa

Anak

Pelajaran 2011/2012)”.

adalah
keunikan

LANDASAN TEORI
2

bahwa

bersama

pendidikan

teman-teman

berkebutuhan

anak-anak
tersendiri

yang

khusus
memiliki

dalam

jenis

membedakan

memperoleh data secara umum dan

mereka dari anak-anak normal pada

masalah-masalah yang berkaitan dengan

umumnya (Suparno, 2007: 1). Menurut

model pelayanan pendidikan ABK di

Efendi (2008: 2), anak berkebutuhan

program

khusus adalah anak yang memiliki

GIS Surakarta, 2) Observasi, untuk

kelainan atau penyimpangan dari rata-

mengamati letak geografis SD Lazuardi

rata anak normal dalam aspek fisik,

Kamila GIS Surakarta, kegiatan-kegiatan

mental, dan sosial, sehingga untuk

di Pusat Tumbuh Kembang dan Edukasi

mengembangkan

perlu

(PTKE) Pelangi Lazuardi Kamila, dan 3)

sesuai

Studi dokumentasi, untuk mendapatkan

karakteristiknya,

layanan

yang

potensinya

pendidikan

khusus

inklusi SD Lazuardi Kamila

data tentang struktur organisasi, tenaga

dengan karakteristiknya.

pendidikan, sarana prasarana, jumlah
ABK dari data Pusat Tumbuh Kembang

METODE PENELITIAN
adalah

dan Edukasi (PTKE) Pelangi Lazuardi

penelitian lapangan (field research).

Kamila dan data lain yang diperlukan

Penelitian

yang

dalam penelitian. Sedangkan metode

menghasilkan

data

Jenis

penelitian

ini

prosedurnya
deskriptif

analisis

yang

datanya

adalah

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

kualitatif,

orang-orang dan perilaku yang dapat

melalui tiga tahap, yaitu: reduksi data,

diamati (Moleong, 2006: 4). Pendekatan

penyajian

yang

kesimpulan (Patilima, 2005: 98-99).

digunakan

adalah

pendekatan

kualitatif deskriptif yang menggunakan

bentuk

mendalam

tentang

penelitian

yang

suatu

aspek

data,

kesimpulannya

dan

penarikan

HASIL PENELITIAN

metode studi kasus. Metode studi kasus
merupakan

penarikan

deskriptif

A. Pengelompokan Anak Berkebutuhan
Khusus di SD Lazuardi Kamila GIS
Surakarta

lingkungan sosial termasuk manusia

Tahun

Pelajaran

2011/2012

didalamnya (Nasution, 2001: 27).

Dasar

Metode pengumpulan data yang

klasifikasi

yang

digunakan di SD Lazuardi Kamila

digunakan yaitu 1) Wawancara, untuk
3

IBDK memiliki kriteria

GIS Surakarta yaitu menggunakan
standar

Diagnostic

kurang

Statistical

perhatian,

karena

Manual-IV (DSM-IV) sebagai acuan

memenuhi enam dari gejala-

dalam mengobservasi setiap calon

gejala

siswa. DSM-IV digunakan karena

Seringkali mengalami kesulitan

pengklasifikasiannya yang lengkap

dalam

dan

terhadap

banyak

diagnosis

menjadi

rujukan

dunia

selain

di

yang

ada,

yaitu:

memusatkan

b)

perhatian

tugas-tugas

atau

kegiatan bermain, e) Seringkali

International Classification Disorder

mengalami

(ICD 10) serta membantu dalam

menjalankan tugas dan kegiatan,

mengenali

f)

anak

dan

cara

kesulitan

Seringkali

dalam

kehilangan

memberikan terapi. Adapun ABK

barang/benda

penting

yang ada di SD Lazuardi Kamila GIS

tugas-tugas

dan

Surakarta, antara lain:

misalnya kehilangan permainan;

a. ADHD (Atention Deficit with

kehilangan

pemusatan

atau

kegiatan

tugas

sekolah;

kehilangan pensil, buku dan alat

Hiperactivity Disorder)
ADHD

untuk

tulis

gangguan

perhatian

lain,

g)

Seringkali

menghindar, tidak menyukai atau

disertai

hiperaktif yaitu gangguan tingkah

enggan

laku yang tidak normal disebakan

tugas-tugasa yang membutuhkan

disfungsi otak dimana individu

usaha mental yang didukung,

mengalamim

dalam

seperti menyelesaikan pekerjaan

impuls,

sekolah atau pekerjaan rumah, h)

mengendalikan

kesulitan

untuk

melaksanakan

menghambat perilaku, dan tidak

Seringkali

mampu memusatkan perhatian.

oleh rangsangan dari luar, i)

ADHD di SD Lazuardi Kamila

Seringkali

GIS Surakarta Tahun Pelajaran

menyelesaikan kegiatan sehari-

2011/2012 sebanyak lima orang,

hari.

antara lain:
4

bingung/terganggu

lekas

lupa

dalam

kurang

tetapi tidak memenuhi enam dari

memenuhi

gejala-gejala yang ada, yaitu

enam dari gejala-gejala yang ada,

ditunjukkan dengan adanya dua

yaitu:

gagal

gejala yang sama dari gejala

baik-baik

hiperaktivitas ditandai dengan b)

CD
perhatian,

kriteria
karena

a)

Seringkali

memperhatikan

terhadap sesuatu yang detail atau

Sering

membuat

kesalahan

duduk di dalam kelas atau dalam

sembrono

dalam

yang

meninggalkan

situasi

pekerjaan

lainnya

dimana

sekolah dan kegiatan-kegiatan

diharapkan

lainnya, b) Seringkali mengalami

duduk, d) Sering mengalami

kesulitan

memusatkan

kesulitan dalam bermain atau

perhatian terhadap tugas-tugas

terlibat dalam kegiatan senggang

atau

e)

secara tenang; sedangkan gejala

Seringkali mengalami kesulitan

Impulisifitas ditandai dengan b)

dalam menjalankan tugas

Mereka

sering

kesulitan

menanti giliran,

dalam

kegiatan

kegiatan,

g)

bermain,

dan

Seringkali

agar

tempat

tetap

mengalami
c)

menghindar, tidak menyukai atau

Mereka

enggan

melaksanakan

atau mengganggu orang lain,

tugas-tugas yang membutuhkan

misalnya memotong pembicaraan

usaha mental yang didukung,

atau permainan. Selain itu juga

seperti menyelesaikan pekerjaan

ada gejala yang mengindikasikan

sekolah atau pekerjaan rumah, h)

pada kriteria kurang perhatian,

Seringkali

yaitu pada poin e) Seringkali

untuk

binggung/terganggu

sering

anak

menginterupsi

oleh rangsangan dari luar, i)

mengalami

Seringkali

menjalankan tugas dan kegiatan.

lekas

lupa

dalam

FIP

menyelesaikan kegiatan seharikurang

hari.

kesulitan

memiliki
perhatian,

dalam

kriteria
karena

MPAZ memiliki kriteria

memenuhi enam atau lebih dari

hiperaktivitas impulsivitas, akan

gejala-gejala yang ada, yaitu: a)
5

KSD memiliki kriteria

Seringkali gagal memperhatikan
baik-baik terhadap sesuatu yang

kurang

detail atau membuat kesalahan

memenuhi enam atau lebih dari

yang sembrono dalam pekerjaan

gejala-gejala yang ada, yaitu: a)

sekolah dan kegiatan-kegiatan

Seringkali gagal memperhatikan

lainnya, b) Seringkali mengalami

baik-baik terhadap sesuatu yang

kesulitan

memusatkan

detail atau membuat kesalahan

perhatian terhadap tugas-tugas

yang sembrono dalam pekerjaan

atau

e)

sekolah dan kegiatan-kegiatan

Seringkali mengalami kesulitan

lainnya, e) Seringkali mengalami

dalam menjalankan tugas

kesulitan

dalam

kegiatan

bermain,

dan

perhatian,

dalam

karena

menjalankan

Seringkali

tugas dan kegiatan, f) Seringkali

kehilangan barang/benda penting

kehilangan barang/benda penting

untuk tugas-tugas dan kegiatan

untuk tugas-tugas dan kegiatan

misalnya kehilangan permainan;

misalnya kehilangan permainan;

kehilangan

kehilangan

kegiatan,

f)

tugas

sekolah;

tugas

sekolah;

kehilangan pensil, buku, dan alat

kehilangan pensil, buku dan alat

tulis

tulis

lain,

g)

Seringkali

lain,

g)

Seringkali

menghindar, tidak menyukai atau

menghindar, tidak menyukai atau

enggan

enggan

untuk

melaksanakan

untuk

melaksanakan

tugas-tugas yang membutuhkan

tugas-tugasa yang membutuhkan

usaha mental yang didukung,

usaha mental yang didukung,

seperti menyelesaikan pekerjaan

seperti menyelesaikan pekerjaan

sekolah atau pekerjaan rumah, h)

sekolah atau pekerjaan rumah, h)

Seringkali

Seringkali

binggung/terganggu

binggung/terganggu

oleh rangsangan dari luar, i)

oleh rangsangan dari luar, i)

Seringkali

Seringkali

lekas

lupa

dalam

lupa

dalam

menyelesaikan kegiatan sehari-

menyelesaikan kegiatan sehari-

hari.

hari,
6

b.

yang dipertahankan dan diulang-

Autism
Anak

autistik

ulang dari perilaku, minat dan

adalah

mereka yang berkecenderungan

kegiatan

hidup dalam dunianya sendiri,

Mempertahankan

kesulitan

belajar

atau lebih, dengan cara yang khas

berkomunikasi secara verbal dan

dan berlebih-lebihan, 3) Ada

nonverbal,

menyakiti

gerakan-gerakan yang khas dan

dirinya sendiri dan berperilaku

diulang-ulang, 4) sering terpukau

stereotype.

pada bagian-bagian benda.

untuk

suka

BAS
gangguan

siswa
autism

yaitu

poin:
satu

1)
minat

c. Low Vision

dengan

Gangguan

memiliki

penglihatan

karakteristik: tiga gejala dari

adalah multifungsi di mata atau

gangguan

dalam

saraf optik yang menghambat

interaksi sosial yang timbal balik

mereka melihat secara normal

yaitu poin: 1) Tidak mampu

meskipun

menjalin Tidak mampu menjalin

mata.

interaksi

gangguan penglihatan adalah low

kualitatif

sosial

yang

cukup

mengenakan

kaca

Salah satu klasifikasi

memadai: kontak mata sangat

vision

kurang, ekspresi muka kurang

tunanetra

hidup, gerak gerik yang kurang

ketajaman penglihatan 6/20m-

tertuju, 2) Tidak bisa bermain

6/60m.

dengan

gangguan low vision memiliki

teman

sebaya,

4)

(Kurang

lihat),

yang

TA

siswa

yaitu

memiliki

dengan

Kurangnya hubungan sosial dan

karakteristik:

emosional yang timbal balik; satu

penglihatan samar-samar untuk

gejala dari gangguan kualitatif

jarak dekat atau jauh (myopi,

dalam bidang komunikasi yaitu

hypermiopi

poin: 3) Sering menggunakan

astigmatisma)

bahasa yang aneh dan diulang-

termasuk

ulang; tiga gejala dari satu pola

penglihatan
7

memiliki

ataupun
dalam

hal

ini

myopi,

medan

yang

terbatas

(misalnya hanya jelas melihat

retardasi mental tipe klinis pada

tepi/perifer atau sentral) karena

fisik

untuk mengikuti pembelajaran

genetik, umumnya mempunyai

yang disampaikan secara tertulis

kromosom ekstra (ke-47). MZ

di papan tulis perlu pendamping

siswa dengan gangguan suspect

yang mengarahkannya.

down

yang diturunkan secara

syndrom

karakteristik antara lain: tidak

d. Learning Disability

mengikuti perintah kadang suka

Learning disability yaitu
anak dengan kesulitan dalam

menolak,

proses-proses

pertanyaan,

(misalnya

memiliki

kognitif
dalam

khusus

perlu

motivasi

persepsi,

pengulangan
memerlukan

dan

arahan

dalam

bahasa, atau memori) yang tidak

menyelesaikan

dapat diatribusikan ke dalam

kemampuan motorik kasar dasar

bentuk-bentuk hambatan yang

belum optimal, tidak mampu

lain

bertahan lama ketika beraktivitas,

seperti

keterbelakangan

mental, gangguan emosi atau

rasa

perilaku atau gangguan sensori.

barang

MS

tugas,

kepemilikan
pribadi

mengenai

masih

perlu

dengan

gangguan

ditingkatkan,

disability

memiliki

konsentrasi

keterampilan

terdistraksi,

suka

membaca yang buruk, strategi

cenderung

menunggu

belajar dan memori yang tidak

ketika melakukan sesuatu.

siswa

learning

karakteristik:

yang

yang

mudah
melamun
intruksi

SD Lazuardi Kamila GIS

melibatkan

penalaran abstrak, keterampilan

terdapat

motorik dan sosial yang buruk.

gangguan lain, diantaranya:

anak

f. Development

e. Down Syndrome
Down

dan

Selain klasifikasi di atas, di

efektif, kesulitan menyelesaikan
tugas-tugas

atensi

Disorder

syndrom

merupakan salah satu bentuk
8

yang

juga

mengalami

Coordination

MFR

siswa

gangguan

dengan kegiatannya sendiri, suka

dengan

melamun,

development

perilaku

coordination disorder (gangguan

dirumah

perkembangan motorik) memiliki

cenderung

karakteristik, antara lain: pada

cenderung pasif ketika bermain,

saat aktivitas pergi begitu saja

daya tahan ketika melakukan

tanpa ijin, ketika bertanya atau

aktivitas motorik masih kurang,

minta

mudah capek, dan gerakan ketika

tolong

menggunakan

cenderung

isyarat,

masih

ketika

mencari

melakukan

ketika

inkonsisten,

aktivitas

perhatian,

motorik

diberi tugas yang agak sulit

masih kaku, kurang fokus ketika

terkadang

dan

melakukan aktivitas, kurangnya

mengeluh, komunikasi terkadang

koordinasi dan kontrol postural,

kurang

kesulitan untuk mengingat materi

menawar

jelas,

atensi

dan

konsentrasi mudah terdistraksi

akademik,

pada saat melakukan aktivitas,

oleh lingkungan yang ramai,

sering

kesulitan menceritakan peristiwa

terbolak

menyebutkan
ketika

waktu

menceritakan

balik

mudah

terdistraksi

secara runtut.

kejadian

h. Disfungtion Sensory Integration

sebuah

peristiwa, sering lupa apabila

FPK dengan gangguan

tidak di ulang kembali, memori

disfungtion sensory integration

jangka panjang belum bagus.

(ketidakmampuan anak dalam

g. Suspect

menyeimbangkan

Development

sensori

Coordination Disorder
KR

siswa

yang

input-input
diterimanya),

memiliki karakteristik: terlihat

dengan

gangguan suspect development

tidak

coordination disorder memiliki

kemampuan motorik kasar dasar

karakteristik,

dan motorik halus, kurangnya

antara

lain:

ekspresif,

kurangnya

kurangnya kepercayaan diri keika

keseimbangan

tampil di depan kelas, asyik

membutuhkan waktu yang lebih
9

tubuh,

sesuatu,

Pada program ini kegiatan

dan

yang dilakukan oleh tim terapis,

konsentrasi, menunggu intruksi

antara lain: 1) Observasi ABK,

untuk melakukan sesuatu.

2) Home Visit, 3) Pembuatan IEP

B. Model Pelayanan Pendidikan Inklusi

(Individualized Education Plan),

dalam

melakukan

kurangnya

di

SD

atensi

Lazuardi

Surakarta

Kamila

Tahun

4)

GIS

Pertemuan

IEP,

terapis

pendamping menghubungi orang

Pelajaran

tua,

2011/2012

wali

kelas,

koordinator

terapis, kepala sekolah (apabila

Model layanan kelas inklusi
yang di terapkan di SD Lazuardi

diperlukan)

Kamila GIS adalah kelas reguler pull

mengenai IEP, 5) Pembuatan

out, yaitu dimana anak-anak dengan

IEP,

kebutuhan khusus belajar bersama-

meliputi: a) Pelaksanaan harian

sama dengan anak normal di kelas

IEP; b) Dokumentasi harian IEP,

reguler namun dalam waktu-waktu

7)

tertentu anak berkebutuhan khusus

Pelaporan

belajar

Evaluasi

di

ruang

bersama

khusus/pelangi

dengan

Pelaksanaan
IEP,
IEP;

8)

meliputi:

a)

b)

special

Terapi
berupa

anak

khusus,

EHB,

Pembuatan

moment

b. Terapi Kelompok

bagi ABK, antara lain:
pendampingan

IEP,

book.

Kamila juga menyediakan program

berkebutuhan

Pelaksanaan

Pembuatan

Selain itu, di SD Lazuardi

program

membahas

laporan IEP; c) Konseling IEP, 9)

guru

pendamping/terapis.

layanan

6)

untuk

kelompok

kegiatan

bisa

berurutan

terapi

maupun kegiatan tunggal. Tujuan

kelompok,

developing

multiple

dari pada terapi kelompok ini

intelligence,

dan

Pelangi

adalah

klinisi

meningkatkan

kemampuan ABK, terutama pada

Lazuardi Kamila.
a. Program Pendampingan

untuk

area sosialisasi.

Anak

c. Developing Multiple Intelligence

Berkebutuhan Khusus
10

multiple

diberikan kepada sisiwa internal

intelligence merupakan program

dan bagi eksternal dengan biaya

pengembangan kecerdasan yang

mandiri dari pasien; 5) Evaluasi

menonjol pada ABK, program-

dan

programnya meliputi: 1) Daily

mengevaluasi program yang telah

developing multiple intelligence,

dibuat dan pelaksanaan dilakukan

2) Berenang, 3) Musik , dan 4)

tiga bulan sekali; 6) Sosialisasi

Komputer.

klinisi Pelangi Lazuardi Kamila.

Developing

d. Klinisi Pelangi Lazuardi Kamila

1. Pengelompokan Anak Berkebutuhan

Lazuardi Kamila meliputi: 1)

Khusus di SD Lazuardi Kamila GIS

Observasi dan assesment klinisi

Surakarta

mencakup: (a) Okupasi terapi, (b)
2)

jadwal

Pelaksanaan

klinisi;
program

Dasar
digunakan

4)

Kamila

di

sesuai dengan hasil observasi dan

program
observasi

dan

sesuai

mengobservasi

Surakarta

yaitu

standar

Diagnostic

Manual-IV

(DSM-IV).

Lazuardi
antara
low

Kamila
lain:

vision,

GIS

ADHD,
learning

disability, suspect down syndrom,

ini

development coordination disorder,
suspect development coordination

melaksanakan

klinisi

SD

autism,

dilaksanakan pada pukul 14.00terapis

GIS

Surakarta,

kepada

siswa internal, (b) Sebagai klinik

16.00.

yang

Anak berkebutuhan khusus yang ada

melaksanakan program klinisi

program

dalam

Statistical

jam belajar mengajar. Terapis

mandiri,

klasifikasi

menggunakan

program ini dilaksanakan saat

diberikan

Pelajaran

setiap calon siswa di SD Lazuardi

klinisi,

mencakup: (a) Sebagai fasilitas,

pelayanan

Tahun

2011/2012

Konseling

pediatri; 3) Pembuatan program
dan

terapis

SIMPULAN

Program klinisi pelangi

Terapi wicara;

Konseling,

disorder,

hasil

integration.

pelayanan
11

disfungtion

sensory

2. Bagi Pusat Terapi Lazuardi Kamila,

2. Model Pelayanan Pendidikan Inklusi
pada Anak Berkebutuhan Khusus di

terus

SD Lazuardi Kamila GIS Surakarta

program yang ada.

agar lebih sabar dalam menangani

SD Lazuardi Kamila GIS
sistem

berbagai

3. Bagi Guru kelas, Guru pendamping,

Tahun Pelajaran 2011/2012

melaksanakan

mengembangkan

anak berkebutuhan khusus.

pendidikan

yang berbasisi inklusi dengan model

DAFTAR PUSTAKA

penyelenggaraan reguler pull out,

Alma, Buchari; Ratih Huriyati. 2008.
Manajemen
Corporate
&
Strategi
Pemasaran
Jasa
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Baihaqi
dan
Sugiarmin.
2008.
Memehami Dam Membantu
Anak ADHD. Bandung: Refika
Aditama
Depatermen Pendidikan Nasional. 2008.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi
Keempat.
Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Efendi, Muhammad. 2006. Pengantar
Psikopedagogik
Anak
Berkelainan. Jakarta: Bumi
Aksara
Hadis, Abdul. 2006. Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus Autistik.
Bandung: Alfabeta
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Rosda Karya
Nasution. 2001. Metode Research.
Jakarta: Bumi Aksara
Patilima, Hamid. 2005. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta
Smith, J. David. 2006. Inklusi, Sekolah
Ramah Anak. Bandung: Nuansa
Suparno. 2007. Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus. Jakarta:
Direktorat

yaitu

dimana

anak-anak

dengan

kebutuhan khusus belajar bersamasama dengan anak normal di kelas
reguler namun dalam waktu-waktu
tertentu anak berkebutuhan khusus
belajar

di

ruang

bersama

khusus/pelangi

dengan

guru

pendamping/terapis. Serta pengadaan
program-program
program

lain,

seperti:

pendampingan

berkebutuhan

khusus,

anak
terapi

kelompok,

developing

multiple

intelligence,

dan

Pelangi

klinisi

Lazuardi Kamila.
SARAN
1. Bagi Kepala Sekolah, disarankan
agar kepala sekolah melengkapi
kebutuhan alat-alat penunjang untuk
kegiatan terapi.

12