PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MTS SWASTA TAAJUSSALAM BESILAM.

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN BARBASIS

MASALAH PADA MTs SWASTA TAAJUSSALAAM BESILAM

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh:

MUHAMMAD YUNUS NASUTION NIM: 081188830021

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

M E D A N 2 0 1 2


(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN BARBASIS

MASALAH PADA MTs SWASTA TAAJUSSALAAM BESILAM

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh:

MUHAMMAD YUNUS NASUTION NIM: 081188830021

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

M E D A N 2 0 1 2


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Muhammad Yunus Nasution (2012), Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah pada MTs Swasta Taajussalaam Besilam.

Tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa antara siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dan siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konvensional serta mengetahui apakah ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang dilaksanakan di MTs Swasta Taajussalaam besilam. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 128 orang siswa dan sebagai sampel berjumlah 64 orang yang diambil secara acak, terdiri dari 32 orang siswa kelas VIIIA yang mendapat perlakuan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dan 32 orang siswa VIIIB dengan pendekatan pembelajaran konvensional. Angket diberikan kepada siswa untuk mengklasifikasikan minat yang dimiliki siswa rendah atau tinggi. Uji statistik yang digunakan untuk mengukur penelitian ini adalah statistik deskriptif untuk menyajikan data dan statistik inferensial digunakan ANAVA dua jalur dan uji t.

Instrumen penelitian kemampuan berpikir kritis matematika menggunakan tes berbentuk uraian berjumlah 8 butir dan memiliki realibilitas 0,963 menggunakan rumus alpha.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah memiliki peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah (x1 ) =0,61 dan nilai rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang diajarkan dengan konvensional (x2) = 0,39. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi kemampuan berpikir kritis matematikanya lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memiliki minat rendah hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata minat tinggi (

a


(7)

ABSTRACT

Muhammad Yunus Nasution (2012), Improving the students critical thinking skills of mathematics through problem-based learning in the private Taajussalaam Besilam MTs.

Aim the study was to determine differences in students' critical thinking skills of mathematics among students who are taught using problem-based learning approach and students with traditional teaching methods are taught and see if it's on an interaction between teaching approaches and interests learning mathematics students critical thinking skills.

This research is carried out a quasi-experiment in private MTs Taajussalaam Besilam. The population in this study consisted of 128 students and a sample taken from a total of 64 people at random, consisting of 32 students who received treatment VIIIA class problem-based learning approach, and 32 students VIIIB with traditional learning methods. Questionnaire should be classified to the students the students' interest low or high. The statistical test was used in this study, descriptive statistics, inferential statistics and data used ANOVA and t-test show two lines.

The research instrument critical thinking skills math test descriptions are 8 grain shapes and has. 0.963 with an alpha reliability of the formula The results of hypothesis testing showed that students taught using problem-based learning approaches critical thinking improves higher mathematics than students taught with traditional teaching methods.

This was 0 by a rise in the average value of critical thinking skills of students taught math problem-based learning approach (X1) = 0.61, and the average performance of students critical thinking skills taught by conventional mathematics (X2) = 0,39 demonstrated. Students who have a high interest in learning math critical thinking skills higher than students may have in this case, with low interest rates can be seen from the average of high interest (Xa) = 76.42, while the average value of low interest rates (Xb) = 57, 77.


(8)

xii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis dengan judul:“ Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa Melalui strategi pembelajaran berbasis masalah pada MTs Swasta Taajussalaam besilam” ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Penulis menyadari dan merasakan sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.Sc., MA., Ph.D, selaku pembimibing I sekaligus sebagai Ketua Program Studi Pendidikan dasar, dan Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd selaku pembimbing II yang ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan yang mendalam dan memberikan motivasi mulai dari awal sampai akhir.

2. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan, dan Asisten Direktur I, dan II Program Pascasarjana Unimed, yang telah memberikan kesempatan serta bantuan administrasi selama pendidikan di Universitas Negeri Medan.

3. Bapak/ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga bagi pengembangan wawasan keilmuan selama mengikuti studi dan


(9)

xii

penulisan tesis ini, Bapak putra sebagai staf Prodi Pendidikan dasar yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam administrasi perkuliahan di Unimed.

4. Ibu Nur’aini, S.Pd selaku Kepala MTs Taajussalaam Besilam, yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di Madrasah yang beliau pimpin, termasuk dalam pemanfaatan sarana dan prasarana Madrasah, serta guru-guru dan staf administrasi yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

5. Kedua Orang tua Bapak Mahiddin Nasution/Ibu Aspiah Ritonga dan isteri Zulia Mon, S.PdI yang selalu memberikan dorongan semangat, bantuan moril dan materil serta dengan tabah mendampingi selama mengikuti perkuliahan maupun penyelesaian tesis ini.

6. Rekan-rekan mahasiswa di Program Studi Pendidikan Dasar (S-2) PPs Unimed yang telah memberikan bantuan yang berarti baik berupa sumbangan pikiran, dorongan, dan lain sebagainya, baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan tesis ini.

Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, baik langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan, dengan harapan semoga semua amal baiknya mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa hasil karya tulis ini masih jauh dari sempurna, sebab itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan penulisan-


(10)

xii

selanjutnya, namun demikian penulis tetap berharap bahwa karya tulis ini dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.

Tanjung Pura, 10 Desember 2012


(11)

xii DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PERSETUJUAN

SURAT PERNYATAAN……….

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi masalah ... 15

C. Pembatasan Masalah ... 16

D. Perumusan Masalah... 16

E. Tujuan Penelitian ... 16

F. Manfaat Penelitian ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 19

1. Hakikat matematika dan pembelajaran matematika... 19

2. Kemampuan berpikir kritis... 22

3. Strategi pembelajaran berbasis masalah... 27

4. Pembelajaran konvensional ... 36

5. Hakikat minat belajar... 39

6. Teori Belajar yang Melandasi PBM……….. .... 48

7. Hasil Penelitian Yang Relevan………... 50


(12)

xii

C. Hipotesis Penelitian ... 55

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 56

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 56

C. Populasi Penelitian ... 56

D. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ... 57

E. Desain Penelitian ... 58

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 61

G. Instrumen Penelitian ... 62

H. Uji Coba Instrumen ... 66

I. Teknik Analisis Data ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 76

1. Skor Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa yang Diajarkan dengan menggunakan PBM... ... 76

2. Skor Kemampuan berpikir kritis Matematika Siswa Yang Diajarkan Dengan Menggunakan Pendekatan konvensional. 77

3. Skor Kemampuan berpikir kritis Matematika Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi yang Diajarkan dengan PBM 79 4. Skor Kemampuan berpikir kritis Matematika Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah yang Diajar dengan Menggunakan PBM ... 81

5. Skor Kemampuan berpikir kritis Matematika Siswa yang Memiliki Minat Belajar tinggi yang Diajar dengan Pendekatan Konvensional... . 82

6. Skor Kemampuan berpikir kritis Matematika Siswa yang Memiliki Minat Belajar rendah yang Diajarkan dengan Pendekatan Konvensional ……….. ... 84


(13)

xii

7. Rataan Gain kemampuan berpikir kritis matematika siswa

kelas Eksperimen dan Kontrol ………... .. 86

B. Uji Persyaratan Analisis ... 87

1. Uji Normalitas ... 88

2. Uji Homogenitas ... 89

C. Pengujian Hipotesis... 90

D. Pembahasan Hasil Penelitian……… 91

E. Keterbatasan Penelitian……….. 94

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN ... 96

B. SARAN ... 96


(14)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1.1 Data Hasil kelas VIII Ujian Semester I...

5 2.1 Sintak SPBM ... 34 2.2 Sintaks Pembelajaran Konvensional... 38 3.1 Data Populasi Siswa kelas VIII MTs Swasta Taajussalaam

Besilam……….. 57

3.2 Rancangan Penelitian dengan Faktorial 2x2…………...

58 3.3 Kisi-Kisi Tes Berpikir Kritis Matematika Siswa………….. 64 3.4 kisi-kisi minat belajar dapat dapat dilihat sebagai berikut... 65 4.1 Daftar Distribusi Frekuensi Kemampuan berpikir kritis

Matematika Siswa yang Diajarkan dengan PBM... 76 4.2 Daftar Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir kritis

Matematika Siswa yang Diajarkan dengan Pendekatan

konvensional... 78

4.3 Daftar Distribusi Frekuensi Kemampuan berpikir kritis Matematika Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi

yang Diajarkan dengan Menggunakan PBM... 80 4.4 Daftar Distribusi Frekuensi Kemampuan berpikir kritis

Matematika Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah

yang Diajarkan dengan Menggunakan PBM... 81 4.5 Daftar Distribusi Frekuensi Kemampuan berpikir kritis

Matematika Siswa yang Memiliki Minat Belajar tinggi

yang Diajarkan dengan Pendekatan Konvensional... 83 4.6 Daftar Distribusi Frekuensi Kemampuan berpikir kritis

Matematika Siswa yang Memiliki Minat Belajar rendah

yang Diajarkan dengan Pendekatan Konvensional... 85 4.7 Rataan Gain kemampuan berpikir kritis siswa kelas

eksperimen dan konvensional... 87 4.8 Hasil Pengujian Normalitas Data (Uji Liliefors)... 88


(15)

xii

4.9 Hasil Perhitungan Homogenitas (Uji F) untuk Kelompok

Data (Pendekatan Pembelajaran)... 89 4.10 Tabulasi Jumlah Desain Penelitian Anava 2x2... 91


(16)

xii

DAFTAR GAMBAR Gambar

Hal 1.1 Salah satu contoh jawaban salah siswa... 6 1.2 Salah satu contoh jawaban salah siswa……… 7 4.1 Histogram Kemampuan berpikir kritis Matematika

Siswa yang Diajarkan dengan PBM... 77 4.2 Histogram Kemampuan berpikir kritis Matematika

Siswa yang Diajarkan dengan Pendekatan

konvensional……….. 79

4.3 Histogram Kemampuan Berpikir kritis Matematika Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi yang

Diajarkan dengan PBM……….. 81

4.4 Histogram Kemampuan berpikir kritis Matematika Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah yang

Diajarkan dengan PBM... 82 4.5 Histogram Kemampuan berpikir kritis Matematika

Siswa yang Memiliki Minat Belajar tinggi yang

Diajarkan dengan Pendekatan Konvensional... 84 4.6 Histogram Kemampuan berpikir kritis Matematika

Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah yang

Diajarkan dengan Pendekatan Konvensional... 86 4.7 Histogram Rataan Gain Kemampuan berpikir kritis


(17)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perangkat Pembelajaran Hal

1.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP-1)... 104

1.2. Lembar Aktivitas Siswa... 134

Lampiran 2 Instrumen Penelitian 2.1. Tes hasil belajar……... 159

2.2. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar... 160

Lampiran 3 Hasil Ujicoba Instrumen 3.1 Skor Pretes ………..... 164

3.2 Validitas... 165

Lampiran 4 Hasil Penelitian 4.1 Skor postes………... 178

4.2 Skor Gain………... 182

4.3 Rumus Data Deskriptif... 188

4.4 Uji normalitas... 195

4.5 Uji t………. ... 201


(18)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perangkat Pembelajaran Hal

1.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP-1)... 104

1.2. Lembar Aktivitas Siswa... 134

Lampiran 2 Instrumen Penelitian 2.1. Tes hasil belajar……... 159

2.2. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar... 160

Lampiran 3 Hasil Ujicoba Instrumen 3.1 Skor Pretes ………..... 164

3.2 Validitas... 165

Lampiran 4 Hasil Penelitian 4.1 Skor postes………... 178

4.2 Skor Gain………... 182

4.3 Rumus Data Deskriptif... 188

4.4 Uji normalitas... 195

4.5 Uji t………. ... 201


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai suatu bangsa yang menginginkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dengan bangsa – bangsa lain dalam era globalisasi maka diperlukan program – program tertentu bagi pembinaan sumber daya manusia Indonesia. Pembinaan tersebut perlu diikuti dengan pelaksanaan secara serius dan konsisten. Dengan kata lain, program pendidikan pada umumnya harus diperbaiki dan diberikan prioritas. Sejalan dengan hal ini, tentunya program pendidikan matematika di Indonesia perlu mengalami penyesuaian terhadap tuntutan – tuntutan dan tantangan yang bermunculan. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Kartono (1997: 1) ”pendidikan merupakan alat untuk memperbaiki keadaan sekarang juga untuk mempersiapkan dunia esok yang lebih baik serta lebih sejahtera. Disamping itu, pendidikan merupakan masalah yang amat kompleks dan teramat penting karena menyangkut macam-macam sektor kehidupan, baik pemerintah maupun rakyat.”

Untuk menghadapi tuntutan dan tantangan tersebut, maka diperlukan Pemahaman yang memicu pembentukan pengetahuan siswa dalam belajar. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui peningkatan pembelajaran matematika. Dalam situasi ini guru harus melakukan perubahan siuasi dalam pembelajaran, siswa dapat diposisikan untuk bekerjasama dalam kelompok belajar sehingga mereka berkesempatan untuk berinteraksi dan berbagi pengetahuan serta


(20)

2

pengalamannya. Di pihak lain, karena matematika pada umumnya merupakan representasi, misalnya representasi dari suatu situasi atau representasi dari konsep – konsep matematika, maka kehadirannya dalam suatu pembelajaran harus memperoleh perhatian yang serius dari guru. Perkembangan dalam bidang pendidikan matematika beserta tuntutannya tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun perkembangan-perkembangan lainnya, hal ini mengakibatkan persaingan yang semakin ketat dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini dapat dipahami, karena tujuan pendidikan antara lain adalah untuk mempersiapkan manusia mampu hidup ditengah masyarakat. Depdikbud (1995:1) mengemukakan tujuan pendidikan matematika bagi pendidikan dasar dan menengah,

Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan sehari-hari dan dunia yag selalu berkembang, melalui bertindak atas dasar pemikiran logis, cermat, jujur, efektif, dan efisien, dan mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, mata pelajaran matematika (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, tentang standar isi), telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Mengembangkan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis maupun bekerja sama sudah lama menjadi fokus dan perhatian pendidik matematika di kelas, karena hal itu berkaitan dengan sifat


(21)

3

dan karakteristik keilmuan matematika. Tetapi, fokus dan perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan berfikir kreatif dan kritis dalam matematika jarang atau tidak pernah dikembangkan, Padahal kemampuan itu yang sangat diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasif dan kompetitif.

Pembelajaran matematika harusnya menjadikan siswa yang berkualitas, yang mampu menghadapi tantangan jaman, maka perlu adanya upaya yang serius dari pemerintah dan pendidik, Upaya yang dibutuhkan adalah perubahan situasi pembelajaran. Perubahan situasi dan tujuan pembelajaran di dalam kelas memerlukan kepekaan guru, artinya seorang guru harus mampu mendiaknosis masalah yang muncul dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Selain itu guru juga dituntut mampu menganalisis dan mendeskripsikan akar penyebab dari masalah serta mampu memilih pendekatan yang paling tepat untuk digunakan memecahkan masalah. Perbaikan kualitas pembelajaran merupakan salah satu alternative yang harus berangkat dari permasalahan pembelajaran nyata di dalam kelas, tidak hanya melului berangkat dari kajian yang bersifat teoritis akademis tanpa mempertimbangkan permasalahan pembelajaran nyata di dalam kelas, karena bisa jadi permasalahan pembelajaran di dalam kelas satu dengan yang lainnya berbeda walaupun dalam satu sekolah yang sama.

Pembelajaran matematika selama ini nampaknya kurang memberikan motivasi kepada siswa untuk terlibat dalam pembentukan pengetahuan matematika mereka. Mereka lebih banyak bergantung pada guru sehingga sikap


(22)

4

ketergantungan inilah yang kemudian menjadi karakteristik seseorang yang secara tidak sadar telah guru biarkan tumbuh melalui gaya pembelajaran tesebut. Padahal yang diinginkan adalah manusia Indonesia yang mandiri, mampu untuk memunculkan gagasan dan ide yang kreatif serta mau dan mampu menghadapi tantangan dan masalah yang dihadapinya.

Pembelajaran matematika beserta sistem evaluasi selama ini kurang memberikan kesempatan siswa untuk memunculkan gagasan – gagasan / ide – ide selama siswa belajar matematika. Salah satu masalah yang selalu merupakan isu yang menonjol adalah pembelajaran yang tidak mengungkap aspek berpikir kritis siswa dan juga hasil belajar matematika siswa rendah. Hal ini tentu akan menghasilkan prestasi siswa yang sangat rendah sehingga tidak mampu berkompetisi dalam bidang keilmuan maupun dalam menghasilkan gagasan – gagasan baru. Salah satu indikator rendahnya prestasi belajar siswa di Indonesia, misalnya siswa sekolah menengah, terungkap pada laporan hasil TIMSS (Jalal, 2003 : 8), bahwa rata – rata skor matematika siswa SLTP berada jauh di bawah rata – rata skor Internasional. Sekalipun hasil ini tidak tidak menunjukkan prestasi siswa Indonesia secara umum dalam matematika, namun dengan memperbandingkan prestasi siswa Indonesia berdasarkan hasil TIMSS, sudah menunjukkan rendahnya kualitas pengetahuan siswa Indonesia pada level Internasional.

Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 21 Pebruari 2012 di MTs Swasta kelas VIII Taajussalaam Besilam Tanjung Pura. Pada saat itu peneliti mengadakan pertemuan dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran


(23)

5

matematika, peneliti bersama dengan guru mata pelajaran matematika mengidentifikasi bersama permasalahan – permasalahan yang muncul selama proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, berusaha menemukan akar penyebab masalah, serta berdiskusi bersama untuk menemukan dan menentukan alternative solusi pemecahan masalah yang paling tepat, efektif dan efesien untuk „mengobati‟ permasalahan tersebut.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru serta melihat nilai rata-rata Matematika MTs Swasta Taajussalam Besilam Tanjung Pura kelas VIII pada semester 1 yaitu sebesar 60,74. Hasil belajar matematika adalah hasil belajar yang paling rendah jika dibandingkan dengan beberapa mata pelajaran lain, seperti yang tercantum pada tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Data Hasil kelas VIII Ujian Semester I

MTs Swasta Taajussalam Besilam Tanjung Pura kelas VIII T.A. 2011/2012

VIII-A VIII-B VIII-C VIII-D Jumlah

Rata-rata Pend.

Kewarganegaraan 75.7 77.7 70.02 73.25 296.67 74.17

B. Indonesia 72.8 68.5 75.34 73.22 289.86 72.45

Matematika 60.4 62.3 61.65 58.62 242.97 60.74

IPA 72.1 66.9 71.00 69.97 279.97 69.99

IPS 70.5 62.7 70.04 70.02 273.62 68.41

Seni Budaya Dan

Keterampilan 76.2 72.6 70.32 73.85 292.97 73.24

Penjas 75.8 70.7 72.09 71.35 289.94 72.49

B. Inggris 62.5 63.9 69.17 67.02 262.59 65.65


(24)

6

Setelah melihat hasil belajar siswa di atas, ternyata rata-rata nilai siswa pada pelajaran matematika adalah nilai yang paling rendah dibandingkan dengan pelajaran lain. Selain rendahnya nilai rata-rata matematika siswa, peserta didik lebih cenderung menghafal dari pada memahami materi balok dan kubus sehingga kemampuan berpikir kritis siswa rendah. masih ada juga peserta didik yang menganggap materi balok dan kubus itu sulit sehingga minat belajarnya kurang. Siswa cenderung menghafal konsep seperti tertulis di dalam buku paket mereka tanpa mereka paham maksud konsep tersebut. Salah satu contoh untuk mengilustrasikan hal ini adalah ketika guru menanyakan kepada siswa tentang hitung luas balok jika sisi-sisinya berturut-turut adalah 4 cm, 5 cm,dan 6 cm. berikut salah satu jawaban siswa yang menjawab benar.


(25)

7

Dari jawaban di atas terlihat bahwa siswa menjawab dengan benar dengan hanya menggunakan rumus, dan hampir semua siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan benar, dengan menggunakan rumus tanpa mengetahui dari mana rumus tersebut didapat dan tanpa memahami konsep dari soal tersebut. Tetapi Ketika guru memberi soal berfikir kritis yaitu, sebuah balok mempunyai panjang, lebar, dan tinggi dengan perbandingan 3 : 2 : 1. Jika balok tersebut mempunyai luas permukaan 352 cm2, maka tinggi balok itu adalah … Pada soal ini siswa diharuskan dapat mengenal dan memecahkan masalah, siswa harus mengerti apa yang diketahui dan ditanya. Berikut ini salah seorang dari jawaban siswa.

Gambar 1.2 Salah satu contoh jawaban salah siswa

Dalam hal ini terlihat bahwa siswa tidak mampu menjawab permasalahan dengan menggunakan apa yang selama ini mereka hafal. Kemampuan siswa


(26)

8

diperoleh 27 dari 32 siswa tidak mampu memecahkan masalah, artinya 84,3 % siswa tidak mencapai KKM.

Dalam hal ini bukan penyelesaiannya yang menjadi tujuan, atau yang menjadi kriteria penilaian, tetapi bagaimana anak: (a) melakukan investigasi lebih dalam terhadap matematika yang dipecahkan, kemudian, (b) membuat berbagai pengandaian (asumsi dan rumusan awal masalah) kritis, (c) membut model matematika, dan memilih prosedur dan strategi pemecahannya, (d) memecahkan model matematika tersebut sesuai dengan prosedur dan strategi yang dipilih untuk menghasilkan berbagai pemecahan dan jawaban yang masuk akal, (e) merumuskan berbagai pemecahan dan jawaban yang masuk akal, beserta argumentasinya, (f) mengkaji ulang seluruh rangkaian pemecahan.

Dari uraian dan analisa contoh di atas, dapat dilihat bahwa dalam mengerjakan soal siswa perlu untuk melatih dan mengembangkan suatu komponen-komponen kompetensi ranah pemahaman yang meliputi: (a) mengerti konsep, prinsip dan ide-ide Matematika yang berhubungan dengan tugas Matematika (conceptual understanding), (b) memilih dan menyelenggarakan proses dan strategi pemecahan masalah (processes and strategies), (c) menjelaskan dan mengkomunikasikan mengapa strategi itu berfungsi (reasoning and communication), dan (d) mengidentifikasi serta melihat kembali alasan-alasan mengapa selesaian dari prosedur menuju selesaian itu adalah benar (interpret reasonableness).


(27)

9

Seharusnya siswa dapat menjawab permasalahan pada soal cerita sehingga siswa mudah menjawab pertanyaan yang ada pada soal cerita. Temuan lain selama kegiatan belajar mengajar adalah ketika guru meminta kelompok siswa mendiskusikan hasil kerjanya di muka kelas, kegiatan diskusi kelas tidak berjalan dengan baik, diskusi kelas hanya didominasi oleh 3-4 orang siswa sedangkan yang lainnya cenderung berlaku multiple D (datang, duduk, dengar, diam) siswa sulit bekerja sama dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis, hal ini dibuktikan dengan didominasinya kegiatan kelompok oleh 1-2 orang siswa, siswa kurang termotivasi di dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

Berdasarkan fakta-fakta dan data-data konkret permasalahan pembelajaran di dalam kelas dan diskusi dengan guru bidang studi matematika, berhasil diidentifikasi permasalahan pembelajaran matematika sebagai berikut, (1) siswa cenderung menghafalkan konsep matematika seperti apa yang tertuang dalam buku paket mereka, sehingga kemampuan siswa dalam hal menganalisa, mensintesa, mengevaluasi, merumuskan pertanyaan, membatasi masalah, menguji data-data (berfikir kritis) atas kumpulan-kumpulan fakta dan konsep matematika sangat rendah, hal ini dibuktikan ketika guru meminta siswa memberikan soal cerita, hampir semua siswa tidak bisa menjawabnya, (2) siswa sulit bekerja sama dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis, (3) siswa kurang berminat di dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

Ketiga kelemahan siswa di atas berdasarkan diskusi dengan guru matematika diduga berasal dari akar masalah kebiasaan belajar siswa sebelumnya yaitu, (1) pada umumnya sebagian besar guru mereka pada saat duduk di bangku


(28)

10

sekolah dasar, dalam merumuskan tujuan pembelajaran cenderung terbatas pada aspek koqnitif domain hafalan saja, sedangkan domain berpikir kritis, analisis, sintesis dan evaluasi belum biasa dilatihkan pada siswa, sehingga siswa cenderung kesulitan untuk berpikir tingkat tinggi, (2) sebagian besar siswa beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang harus dihafalkan sehingga banyak siswa belajar sebatas menghafalkan konsep-konsep matematika, (3) pada umumnya siswa terbiasa belajar dalam kelas klasikal, jarang sekali siswa belajar dalam kelompok, seandainyapun mereka belajar dalam kelompok biasanya hanya dalam kelompok yang homogen bukan kelompok yang ditata sedemikian rupa agar anggota kelompok benar-benar heterogen baik etnis, agama, maupun kemampuannya, hal ini akan mengakibatkan siswa kurang terbiasa bekerja dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis, (4) strategi pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan tidak “teraktifkannya” potensi dan kemampuan siswa dengan maksimal, siswa hanya sebagai pendengar, seperti „botol kosong yang dituangi air‟. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi pasif dan tidak akan sampai kepada tarap berpikir kritis dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Oleh sebab itu guru dituntut dapat menerapkan dan merencanakan kegiatan pembelajaran yang dapat membekali siswa agar terampil menemukan sendiri fakta dan konsep matematika. Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk membekali keterampilan ini kepada siswanya adalah dengan cara “mengajari” siswa menemukan dan mengkonstruksi (membangun) sendiri kemampuan berpikir kritis matematika dengan menerapkan strategi yang tepat,


(29)

11

salah satu strategi pembelajaran yang dianggap paling tepat untuk hal ini adalah dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah.

Dipilihnya Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan pertimbangan strategis pembelajaran berbasis masalah memungkinkan siswa belajar mencari tahu dari sesuatu yang belum diketahui, dalam upaya mencari tahu siswa lebih terbuka sehingga siswa dapat mengemukakan ide atau pendapat sesuai dengan pikiran atau inisiatifnya sendiri sehingga siswa dapat menunjukkan keanekaragaman berpikir kritis mereka. Selain alasan diatas pertimbangan sebagai berikut; perkembangan ilmu matematika dewasa ini maju dengan sangat pesat, dengan adanya perkembangan tersebut, maka untuk menghadapinya perlu mengembangkan kualitas pembelajaran.

Rekomendasi Moffit (Hasanah, 2004 : 9) bahwa Belajar Berbasis Masalah adalah suatu pendekatan penbelajaran yang melibatkan siswa aktif secara optimal, memungkinkan siswa melakukan eksplorasi, observasi, eksperimen, investigasi, pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep – konsep dasar dari berbagaikonten area. Pendekatan ini meliputi menyimpulkan informasi sekitar masalah, berpikir kritis, melakukan sintesis dan mempresentasikan apa yang telah di peroleh siswa untuk disampaikan kepada siswa lainnya. Belajar berbasis masalah berarti siswa memberi makna terhadap suatu situasi yang dihadapi serta berusaha membangun dan memahami konsep dari suatu materi dengan cara terlibat aktif dalam memecahkan masalah.


(30)

12

Menurut Gagne (Ruseffendi, 1988 : 166) sesungguhnya pemecahan masalah adalah suatu tipe belajar yang tingkatannya lebih tinggi dan kompleks dibandingkan dengan tipe belajar lainnya. Pada pembelajaran matematika dengan gaya konvensional / biasa, pemecahan masalah umumnya dihadirkan pada akhir pembelajaran suatu materi / topik (itupun kalau ada). Sedangkan di dalam pembelajaran yang mengedepankan pemecahan masalah, misalnya pada pembelajaran Berbasis Masalah ; sejak awal, pertengahan, ataupun pada akhir pembelajaran siswa selalu dihadapkan pada situasi masalah-masalah yang sesuai dengan pengalaman dan pemahaman siswa tersebut atau soal - soal kontekstual yang (dapat) memuat aspek berpikir kritis. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mengembangkan keterampilan matematika, berfikir kreatif dan kritis (berfikir tingkat tinggi). Demikian pula gurupun harus menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan dan proses matematika (doing math) seperti investigasi, menyusun konjektur, mengeksplorasi, merencanakan langkah – langkah penyelesaian, kemudian menyelesaikan masalah dan berpikir kritis. Sesungguhnya dalam proses pembelajaran itu guru bertindak sebagai pembimbing, fasilitator dan motifator, sedangkan siswa bertindak aktif dan berkontribusi selama pembelajaran diharapkan terlibat aktif dan berkontribusi selama pembelajaran berlangsung.

Temuan lain yang ada di lapangan adalah masih adanya sikap siswa yang kurang positif terhadap matematika yang mengakibatkan minat belajar siswa rendah, padahal faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran matematika adalah sikap positif siswa terhadap matematika. Sikap positif terhadap


(31)

13

matematika penting karena minat belajar terhadap matematika berkorelasi positif dengan prestasi belajar matematika (Ruseffendi dalam Saragih, 2007), dan merupakan salah satu tujuan pendidikan matematika yang dirumuskan dalam kurikulum 2004, maupun tujuan yang dirumuskan National Coucil of Teacher of Mathematics (2000). Hilgard (dalam Slameto 2003) merumuskan minat sebagai berikut: ”Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content”. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menyenangi beberapa kegiatan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Slameto (2003) bahwa “Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya”. Minat belajarlah yang akan mencegah kebosanan ketika belajar. Sehingga siswa dapat terus memperhatikan penjelasan guru bahkan giat belajar di rumah. Dengan begitu wajar bila hasil belajarnya juga akan baik. Muhibbin (2003) mengatakan “Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, berpikir lebih kritis dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan”.

Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru hendaknya mempertimbangkan minat siswa, karena tanpa adanya minat belajar dari siswa maka siswa akan


(32)

14

cendrung tidak mau belajar matematika. Pada umumnya siswa menganggap bahwa matematika itu adalah pelajaran yang susah, pelajaran yang menyeramkan yang ahirnya keseriusan untuk belajar akan menurun. Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa jarang orang yang suka dengan matematika, maka diperlukan kemampuan dari seorang guru untuk mendesain pembelajaran dengan sebaik-baiknya, jika tidak maka siswa tidak akan mau belajan matematika.

Menurut pengamatan Ruseffendi (dalam Saragih, 2007) anak-anak yang menyenangi matematika hanya pada permulaan mereka berkenalan dengan matematika yang sederhana, makin tinggi tingkatan sekolahnya dan makin sukar matematika yang dipelajarinya akan semakin berkurang minatnya. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Begle (dalam Saragih, 2007) bahwa siswa yang hampir mendekati sekolah menengah mempunyai sikap terhadap matematika secara perlahan menurun. Uraian di atas menunjukkan bahwa baik dalam kemampuan berpikir kritis, dan minat siswa dalam matematika merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan kognitif siswa dan dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa itu sendiri.

Seperti diungkapkan oleh Wahyudin (1991: 191) bahwa salah satu kecenderungan yang menyebabkan siswa gagal menguasai pokok bahasan - pokok bahasan matematika diakibatkan karena mereka kurang menggunakan nalar yang logis dalam menyelesaikan soal atau permasalahan matematika yang diberikan. Ini berarti bahwa kemampuan berpikir kritis dan minat belajar siswa sangat diperlukan dalam rangka mencapai hasil yang baik dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika.


(33)

15

Tujuan di atas sesuai dengan standar kompetensi yang dirumuskan dalam kurikulum 2004 mencakup pemahaman konsep matematika, komunikasi matematis, koneksi matematis, penalaran, pemecahan masalah, dan berpikir kritis serta sikap dan minat yang positif terhadap matematika. Oleh karena itu, kepada guru diharapkan secara dini dapat dilakukan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan diatas.

B. Identifikasi masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, bahwa rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa akan mempengaruhi proses pembelajaran matematika, dan terganggunya proses pembelajaran dengan sendirinya akan mempengaruhi hasil prestasi belajar peserta didik. Berdasarkan permasalahan tersebut kiranya dapat diidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dalam pembelajaran matematika siswa SMP, yaitu :

1. Hasil belajar matematika siswa rendah.

2. Matematika mata pelajaran yang ditakuti dan dijauhi siswa.

3. Siswa sulit memahami konsep matematika dan cendrung menghapal konsep. 4. Penggunaan yang sering dilakukan guru adalah konvensional.

5. Penggunaan strategi pembelajaran berbasis masalah belum dilaksanakan. 6. Kemampuan berpikir kritis dan minat siswa terhadap matematika masih


(34)

16

C. Batasan Masalah

Dari hasil identifikasi masalah di atas, agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas maka perlu adanya batasan masalah demi tercapai tujuan yang diinginkan, maka penelitian ini dibatasi pada masalah:

1. Penggunaan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah belum dilaksanakan oleh guru Matematika MTs Swasta Taajussalaam besilam.

2. Minat belajar siswa, yang terdiri dari minat belajar tinggi dan minat belajar rendah.

3. Kemampuan berpikir kritis siswa MTs Swasta Taajussalaam besilam masih rendah, menjadi kendala dalam proses pembelajaran matematika.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan masalah yang dikemukakan, maka masalah yang diteliti adalah :

1. Apakah terdapat Perbedaan peningkatan kemampuan berpikir Kritis yang mengikuti Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan siswa yang mengikuti Pembelajaran Konvensional?

2. Apakah terdapat Interaksi antara Pembelajaran dengan Minat belajar terhadap kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :


(35)

17

1. Perbedaan peningkatan kemampuan berpikir Kritis yang mengikuti Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan siswa yang mengikuti Pembelajaran Konvensional.

2. Interaksi antara Pembelajaran dengan Minat belajar terhadap kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi dan sekaligus manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika khususnya agar dapat memberikan pendidikan secara persuasive terhadap siswa yang memiliki minat rendah, hasil penelitian ini dapat memperluas wawasan guru dan pakar pendidikan tentang strategi pembelajaran terutama strategi pembelajaran berbasis masalah.

2. Sebagai motivasi bagi siswa bahwa perilaku, tindakan dan kendali diri dalam belajar matematika, merupakan faktor yang menentukan hasil belajar dan dapat memberikan informasi bagi siswa mengenai minat belajar serta pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika siswa.

3. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan strategi pembelajaran sesuai dengan tujuan materi pelajaran, karakteristik siswa, sarana yang tersedia, dan tepat dalam membangkitkan minat guru untuk mengenal dan mempelajari strategi pembelajaran terutama yang sesuai dengan bidang studi yang diasuhnya.


(36)

18

4. Dapat digunakan ( dimanfaatkan ) sebagai bahan rujukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui interaksi strategi pembelajaran dan minat belajar terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam bidang studi matematika.


(37)

1

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dibawah ini :

1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang di ajar melalui pendekatan PBM dengan siswa yang di ajar dengan pendekatan Konvensional.

2. Tidak terdapat interaksi antara penggunaan pendekatan pembelajaran dengan minat belajar siswa dalam mempengaruhi skor kemampuan berpikir kritis matematika siswa.

B. SARAN

Berdasarkan simpulan di atas, dapat disarankan bahwa:

1. Guru matematika dalam menyajikan materi pelajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan kemampuan awal matematika siswa.

2. Dalam setiap pembelajaran guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan matematika dalam bahasa dan cara mereka sendiri, sehingga dalam belajar matematika siswa menjadi berani beragumentasi, lebih percaya diri dan kreatif.


(38)

2

3. PBM hendaknya diterapkan pada materi yang esensial yang menyangkut benda-benda yang riil disekitar tempat belajar, agar siswa lebih mudah memahami pelajaran yang sedang dipelajari.

4. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan meneliti aspek lain secara terperinci yang belum terjangkau saat ini.


(39)

1

DAFTAR PUSTAKA

Agustinus, S. (2007). Berpikir kritis. (http://agustinussetiono.wordpress.com/berpikir-kritis, Diakses 25 September 2011)

Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. . (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2007). Manajeman Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Bandung: Bumi Aksara

Arif, A. (2007). MemahamiBerpikir kritis. (http://re-serchengines.com/1007arief3.html, Diakses 25 September 2011)

Dahar, Ratna Wilis, DR. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Depdikbud. (1995). Garis-garis besar program pengajaran (GBPP) Mata pelajaran matematika. Jakarta: Depdikbud.

. (2001). MPMBS. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. (2002b). Pendekatan kontekstual. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Ennis, R.M. (1996). Critical Thingking. New jersey: prentice-Hal, Inc.

Gusti. (2009). Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem-based

intruction) dalam pembelajaran matematika.

(http://one.indoskripsi.wordpress.com, Diakses 25 September 2011)

Hancock, C.L. (1995). Enhancing mathematics learning with open ended question. Asssment standart for scool mathematics.

Harjanto. (2002). Perencanagan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hasanah. (2004). “Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran matematika melalui pembelajaran berbasis masalah di SMP N 6 Cimahi.” Tesis

Magister Pendidikan. Bandung : PPs UPI

Hudojo, H. (2002). Pembelajaran Matematika. Jakarta: Dirjen Dikti..

Ibrahim, M. dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press. Irianto A. (2004). Statistik. Jakarta: Kencana.


(40)

2

Izack. A, dkk. (2003). Exploring the use of new representations as resource for teacher learning. Scool science and mathematics

Jahja Umar, dkk. (2000). Penilaian dan Pengujian untuk Guru SLTP. Jakarta : Depdiknas

Jalal, F. (2003). Peranan PLS dan pemuda dalam mempersiapkan SDM yang serdas, terampil, dan mandiri. Yogyakarta : Depdiknas

Juliana, (2010). “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika dan Minat dengan Pendekatan Realistik di MIN Medan.” Tesis Magister Pendidikan. Medan: PPs

Universitas Negeri Medan.

Kartono, T. (1997). Mengenal analisis tes (pengantar ke program computer ANATES). Bandung: jurusan psikologi dan bimbingan FIP IKIP.

Kennedy, L.M, dkk. (1994). Guilding childrens learning of mathematics. California: wadswort

Muhibbin. (2003). Psikologi pendidikan, Bandung: Rosdakarya.

Nasution, S. (1982). Berbagai pendekatan dalam proses belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

. (1995). Didaktik Azas-azas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

NCTM. (2000). Principles and standards for scool mathematics. Reston: Virgina.

Nurhadi. (2003). Pembelajaran kontekstual dan penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang

Nur. M, Wikandari.P.R & Sugiarto,B. (1999). Teori Belajar. Surabaya: Unesa. University Press.

Poedjiadi, A. (1999). Pengantar filsafat bagi bagi ilmu pendidik. Bandung: yayasan cendrawasih.

Ratnaningsih, N. (2003). “Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematika siswaSMU melalui pembelajaran berbasis masalah .” Tesis Magister Pendidikan. Bandung:

PPs UPI.

Ropin S. (2006). “Pengaruh model pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar Matematika siswa SMP Negeri 3 Lubuk Pakam.” Tesis Magister

Pendidikan. Medan: PPs Universitas Negeri Medan.

Ruseffendi, E. T. (1988). Pengantar kepada Membantu Guru dalam Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. H.


(41)

3

Sanjaya, Dr. Wina. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media.

Saragih. (2007). ”Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematika siswa sekolah menengah pertama melalui pendekatan matematika

Realistik.”Disertasi.Bandung: PPs UPI.

Saragih. (2011). ”Perbedaan kemampuan berpikir kritis antara pendekatan pembelajaran open endid dan pembelajaran konvensional siswa SMP N. 28 Medan .”. Tesis Magister Pendidikan. Medan: PPs Universitas Negeri Medan.

Sardiman. (2000). Interaksi dan motivasi belajar mengajar, Jakarta: Penerbit raja grafindo persada.

Sartika, (2011). “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Kooperatif terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Berkomunikasi matematika siswa SMP.” Tesis Magister

Pendidikan. Medan: PPs Universitas Negeri Medan.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R. E. (1997). Educational Psychology Theory Into Practice. Edisi 6. Boston: Allyn & Bacon.

Soedjadi, R. (2001). Pendidikan, penalaran, kontruktivisme, kreativitas sajian dalam pem belajanmatematika. Surabaya: PPS IKIP Surabaya.

. (2004). PMRI dan KBK dalam Era Otonomi Pendidikan. Bandung: Wijayakusumah.

Suherman, E. (1990). Petunjuk praktis untuk melaksanakan Evaluasi pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

. (2001). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdikbud

Sudjana., (2002). Metode Statistika, Bandung: Tarsito.

Suparno, P. (2001). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. . (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jakarta: Kanisius.

Suryosubroto, B. (2009). Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Suryabrata, S. (1983). Proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Yogyakarta: Andi Opset.


(42)

4

Suriadi. (2006). “Pembelajaran dengan Pendekatan Discopery yang menekankan aspek analogi untuk meningkatkan pemahaman matematik dan kemampuan berpikir kritis siswa SMA .” Tesis Magister Pendidikan. Bandung: PPs UPI.

Tim MKPBM. (2001).Strategi Pembelajaran matematika Kontemporer, Bandung: Penerbit UPI.

Trianto. (2009). Mendesain pembelajaran kontekstual di kelas. Jakarta : Cerdas Pustaka Publisher.

Wahyudin. (1991). “Kemampuan guru matematika, calon guru matematika, dan siswa dalam mata pelajaran matematika .” disertasi. Bandung: PPs UPI.


(1)

1

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan

sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dibawah ini :

1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa

yang di ajar melalui pendekatan PBM dengan siswa yang di ajar dengan

pendekatan Konvensional.

2. Tidak terdapat interaksi antara penggunaan pendekatan pembelajaran dengan

minat belajar siswa dalam mempengaruhi skor kemampuan berpikir kritis

matematika siswa.

B. SARAN

Berdasarkan simpulan di atas, dapat disarankan bahwa:

1. Guru matematika dalam menyajikan materi pelajaran matematika hendaknya

disesuaikan dengan kemampuan awal matematika siswa.

2. Dalam setiap pembelajaran guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang

memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan

matematika dalam bahasa dan cara mereka sendiri, sehingga dalam belajar

matematika siswa menjadi berani beragumentasi, lebih percaya diri dan

kreatif.


(2)

3. PBM hendaknya diterapkan pada materi yang esensial yang menyangkut

benda-benda yang riil disekitar tempat belajar, agar siswa lebih mudah

memahami pelajaran yang sedang dipelajari.

4. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan

meneliti aspek lain secara terperinci yang belum terjangkau saat ini.


(3)

1

DAFTAR PUSTAKA

Agustinus, S. (2007). Berpikir kritis. ( http://agustinussetiono.wordpress.com/berpikir-kritis, Diakses 25September 2011)

Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. . (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2007). Manajeman Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Bandung: Bumi Aksara

Arif, A. (2007). MemahamiBerpikir kritis. (http://re-serchengines.com/1007arief3.html, Diakses 25 September 2011)

Dahar, Ratna Wilis, DR. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Depdikbud. (1995). Garis-garis besar program pengajaran (GBPP) Mata pelajaran matematika. Jakarta: Depdikbud.

. (2001). MPMBS. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. (2002b). Pendekatan kontekstual. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Ennis, R.M. (1996). Critical Thingking. New jersey: prentice-Hal, Inc.

Gusti. (2009). Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem-based

intruction) dalam pembelajaran matematika.

(http://one.indoskripsi.wordpress.com, Diakses 25 September 2011)

Hancock, C.L. (1995). Enhancing mathematics learning with open ended question. Asssment standart for scool mathematics.

Harjanto. (2002). Perencanagan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hasanah. (2004). “Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran matematika melalui pembelajaran berbasis masalah di SMP N 6 Cimahi.” Tesis Magister Pendidikan. Bandung : PPs UPI

Hudojo, H. (2002). Pembelajaran Matematika. Jakarta: Dirjen Dikti..

Ibrahim, M. dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press. Irianto A. (2004). Statistik. Jakarta: Kencana.


(4)

Izack. A, dkk. (2003). Exploring the use of new representations as resource for teacher learning. Scool science and mathematics

Jahja Umar, dkk. (2000). Penilaian dan Pengujian untuk Guru SLTP. Jakarta : Depdiknas

Jalal, F. (2003). Peranan PLS dan pemuda dalam mempersiapkan SDM yang serdas, terampil, dan mandiri. Yogyakarta : Depdiknas

Juliana, (2010). “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika dan Minat dengan Pendekatan Realistik di MIN Medan.” Tesis Magister Pendidikan. Medan: PPs Universitas Negeri Medan.

Kartono, T. (1997). Mengenal analisis tes (pengantar ke program computer ANATES). Bandung: jurusan psikologi dan bimbingan FIP IKIP.

Kennedy, L.M, dkk. (1994). Guilding childrens learning of mathematics. California: wadswort

Muhibbin. (2003). Psikologi pendidikan, Bandung: Rosdakarya.

Nasution, S. (1982). Berbagai pendekatan dalam proses belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

. (1995). Didaktik Azas-azas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

NCTM. (2000). Principles and standards for scool mathematics. Reston: Virgina.

Nurhadi. (2003). Pembelajaran kontekstual dan penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang

Nur. M, Wikandari.P.R & Sugiarto,B. (1999). Teori Belajar. Surabaya: Unesa. University Press.

Poedjiadi, A. (1999). Pengantar filsafat bagi bagi ilmu pendidik. Bandung: yayasan cendrawasih.

Ratnaningsih, N. (2003). “Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematika siswaSMU melalui pembelajaran berbasis masalah .” Tesis Magister Pendidikan. Bandung: PPs UPI.

Ropin S. (2006). “Pengaruh model pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar Matematika siswa SMP Negeri 3 Lubuk Pakam.” Tesis Magister Pendidikan. Medan: PPs Universitas Negeri Medan.

Ruseffendi, E. T. (1988). Pengantar kepada Membantu Guru dalam Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. H.


(5)

3

Sanjaya, Dr. Wina. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media.

Saragih. (2007). ”Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematika siswa sekolah menengah pertama melalui pendekatan matematika Realistik.”Disertasi.Bandung: PPs UPI.

Saragih. (2011). ”Perbedaan kemampuan berpikir kritis antara pendekatan pembelajaran open endid dan pembelajaran konvensional siswa SMP N. 28 Medan .”. Tesis Magister Pendidikan. Medan: PPs Universitas Negeri Medan.

Sardiman. (2000). Interaksi dan motivasi belajar mengajar, Jakarta: Penerbit raja grafindo persada.

Sartika, (2011). “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Kooperatif terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Berkomunikasi matematika siswa SMP.” Tesis Magister Pendidikan. Medan: PPs Universitas Negeri Medan.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R. E. (1997). Educational Psychology Theory Into Practice. Edisi 6. Boston: Allyn & Bacon.

Soedjadi, R. (2001). Pendidikan, penalaran, kontruktivisme, kreativitas sajian dalam pem belajanmatematika. Surabaya: PPS IKIP Surabaya.

. (2004). PMRI dan KBK dalam Era Otonomi Pendidikan. Bandung: Wijayakusumah.

Suherman, E. (1990). Petunjuk praktis untuk melaksanakan Evaluasi pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

. (2001). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdikbud

Sudjana., (2002). Metode Statistika, Bandung: Tarsito.

Suparno, P. (2001). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. . (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jakarta: Kanisius.

Suryosubroto, B. (2009). Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Suryabrata, S. (1983). Proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Yogyakarta: Andi Opset.


(6)

Suriadi. (2006). “Pembelajaran dengan Pendekatan Discopery yang menekankan aspek analogi untuk meningkatkan pemahaman matematik dan kemampuan berpikir kritis siswa SMA .” Tesis Magister Pendidikan. Bandung: PPs UPI.

Tim MKPBM. (2001).Strategi Pembelajaran matematika Kontemporer, Bandung: Penerbit UPI.

Trianto. (2009). Mendesain pembelajaran kontekstual di kelas. Jakarta : Cerdas Pustaka Publisher.

Wahyudin. (1991). “Kemampuan guru matematika, calon guru matematika, dan siswa dalam mata pelajaran matematika .” disertasi. Bandung: PPs UPI.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Pbm) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Di Smk Dharma Karya Jakarta

1 16 221

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN THE POWER OF TWO Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Melalui Strategi Pembelajaran The Power Of Two Pada Siswa Kelas IV SDN Pasucen 02 Tahun Pelajaran 2013/ 2014

0 2 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Pelajaran IPA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Siswa Kelas IV SD Negeri Karangtalun 1 Tanon Sragen Tahun 2012

0 0 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Pelajaran IPA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Siswa Kelas IV SD Negeri Karangtalun 1 Tanon Sragen Tahun 2012

0 1 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 1 34

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas VIII melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.

0 1 8

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATISDAN KEBIASAAN BERPIKIR METAKOGNITIF SISWA SMAMELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 0 2

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN.

17 70 27

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF.

0 1 72

Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)

0 1 4