ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS).

(1)

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DAN

KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL CREATIVE

PROBLEM SOLVING (CPS)

TESIS

Oleh:

RIZKI AMALIA

NIM. 8106176019

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2012


(2)

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DAN

KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL CREATIVE

PROBLEM SOLVING (CPS)

TESIS

Oleh:

RIZKI AMALIA

NIM. 8106176019

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2012


(3)

(4)

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “Analisis Pemahaman Konsep Fisika dan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Dengan Model Creative Problem Solving” ini telah selesai disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika pada Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini berkat adanya bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh Karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Motlan,M.Sc., Ph.D, M.S dan Bapak Prof. Dr. Sahyar, MS., MM sebagai Pembimbing I dan II yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sejak awal penulisan hingga selesainya tesis ini. Selanjutnya ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Bapak Dr. Ridwan Abdulah Sani, M.Si, Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan Ibu Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si selaku nara sumber, validator dan tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun, untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kepala SMA Swasta Harapan Bangsa Tanjung Morawa, Seluruh guru-guru, Kepala tata Usaha beserta staf, atas bantuan dan kerjasamanya sehingga terlaksananya penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman-teman seperjuangan dan berbagai pihak atas segala dorongan dan bantuannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Selain itu, Penulis dengan penuh hormat menyampaikan terimakasih tak terhingga kepada Ayahanda H. Sugiono dan Ibunda Hj. Ida, SE yang telah memberi dukungan baik moril maupun materil kepada penulis selama perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini. Secara khusus penulis menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada Suami tercinta Hary Isdyanto, SH yang telah dengan


(6)

ii

sabar dan setia memberikan pengorbanan, semangat, dan dukungan kepada penulis dalam menempuh studi hingga selesai.

Akhirnya penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tak luput dari kesalahan dan kekhilafan, sehingga di dalam penulisan tesis ini sudah tentu terdapat kekurangan disana-sini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari para pembaca, semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2012 Penulis,

Rizki Amalia NIM. 8106176019


(7)

ABSTRAK

Rizki Amalia, ”Analisis Tingakt Pemahaman Konsep Fisika dan Kemampuan

Berfikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran dengan Model Creative Problem

Solving

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Untuk mengetahui apakah ada kemampuan pemahaman konsep siswa melalui model pembelajaran CPS dan model pembelajaran DI. (2) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep siswa antara yang memiliki tingkat berfikir kritis tinggi dan berfikir kritis rendah. (3) Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran CPS dan DI dengan tingkat kemampuan berfikir kritis untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Sampel penelitian dipilih secara acak dengan mengundi 4 kelas yang ada untuk mendapat 2 kelas sebagai sampel

penelitian kelas pertama akan diajar dengan model pembelajaran Creative

Problem Solving, kelas kedua diajar dengan model Direct Instruction. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kemampuan pemahaman konsep dalam bentuk uraian sebanyak 8 soal dalam bentuk uraian dan sebanyak 7 soal telah dinyatakan valid dan reliabel. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa untuk hipotesis pertama dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan model pembelajaran CPS dan pembelajaran DI dengan perolehan nilai F hitung sebesar 4,142 dengan prob. sebesar 0,046 < 0,05. Untuk hipotesis kedua disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tingkat pemahaman konsep tinggi dan tingkat pemahaman konsep rendah dengan perolehan nilai F hitung sebesar 257,043 dengan prob. sebesar 0,000 < 0,05. Sedangkan hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa terdapat terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat pemahaman konsep terhadap tes hasil

kemampuan berfikir kritis siswa dengan perolehan nilai F hitung sebesar 14,605


(8)

ABSTRACT

Rizki Amalia, “Analysis on physics concept understanding and students critical thinking ability using Creative Problem Solving Model”

The aims of this research are; (1) to know the students ability of concept understanding using two learning models, CPS and DI, (2) to know differences concept understanding of students whose have high level critical thinking with the low ones, (3) to know the interaction between CPS and DI in term of critical thinking level to improve the students concept understanding. The samples of this research were 2 classes that randomly selected from 4 classes. The first class have been tought using Creative Probelm Solving model, weather the other class have been tought using Direct Instruction model. There are two instruments for this research, namely an essay test consist of 7 valid and reliable questions to measure the ability of concept understanding. From the results of the study concluded that for the first hypothesis can be concluded that there are significant differences in learning model and learning CPS DI with F grades count equal to 4.142 with prob. amounted to 0.046 <0.05. For the second hypothesis concluded that there are significant differences in critical thinking skills and the ability to think critically high low with F grades count equal to 257.043 with prob. of 0.000 <0.05. While the results of the calculation of the third hypothesis suggests that there are interactions between models of learning and critical thinking skills to the test results of students' understanding of physics concepts with F grades count equal to 14.605 with prob. of 0.000 <0.05.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Pendidikan bagi manusia adalah proses, menemukan, menjadi dan memperkembangkan diri sendiri dalam keseluruhan dimensi kepribadian. Dalam dunia pendidikan formal tidak lepas dari proses pendidikan yaitu proses belajar mengajar. Pokok dari proses pendidikan adalah siswa yang belajar. “Adapun fungsi pendidikan adalah untuk membimbing anak kearah suatu tujuan yang bernilai tinggi yaitu agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan ketrampilannya serta memiliki sikap yang benar” (Tabrani, 1989:15). Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan yang diharapkan.

Pendidikan pada dasarnya adalah proses pengembangan potensi peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran hendaknya dirancang untuk mengembangkan potensi tersebut. Mendorong siswa untuk mengungkapkan pengalaman, fikiran, perasaan, bereksplorasi dan berekspresi merupakan wujud upaya pengembangan potensi tersebut.

Fisika sebagai suatu ilmu pengetahuan yang dinilai cukup memegang peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi berkualitas maupun terapannya dalam kehidupan sehari-hari, karena Fisika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis. Oleh sebab itu


(10)

2

dianggap penting agar Fisika dapat dikuasai sedini mungkin oleh para siswa. Berdasarkan perkembangannya, maka masalah yang dihadapi dalam pembelajaran fisika semakin lama semakin rumit dan membutuhkan struktur analisis yang lebih sempurna. Sehingga dalam pembelajaran sangat diperlukan kemampuan menganalisis dan cara berfikir yang kritis agar mampu menyelesaikan persoalan-persoalan fisika.

Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pembelajaran IPA/ fisika di tingkat SMA/MA yang bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan (Depdiknas, 2006): Mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Oleh karena itu, fisika ditempatkan sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar siswa dapat menguasai konsep dan prinsip fisika serta kemampuan berpikir kritis. Seperti ditegaskan oleh BSNP (2007) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, mekemandirian peserta didik untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah, dan keterampilan berpikir kritis.


(11)

3

Pembelajaran fisika diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk memahami fisika secara ilmiah. Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil pengalaman langsung dari suatu gejala alam,membahas fenomena yang terjadi pada masalah-masalah nyata yang ada di alam, sehingga pembelajaran fisika bukan hanya penguasaan berupa fakta, konsep dan prosnsip tetapi juga suatu proses penemuan sistematis yang harus ditempu siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Siswa didorong untuk menggunakan kemampuan berfikir kritisnya dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil kelulusan peserta Ujian Nasional (UN) tahun 2011 di Sumatera Utara (Sumut) mengalami penurunan. sebanyak 242.587 siswa yang mengikuti ujian UN, siswa yang tidak lulus sebanyak 6.858 siswa. Khusus untuk kota medan jumlah sebanyak 2.155 siswa dinyatakan tidak lulus dari jumlah peserta UN 41.173 siswa. Menurut kepala pendidikan sumut Saiful Syafri, (2011) menurunnya tingkat kualitas kelulusan UN ini disebabkan menurunnya kualitas proses belajar mengajar serta persiapan menghadapi ujian dalam http://www.detiknews.com.

Fenomena lain yang terjadi di kalangan pelajar saat ini adalah takut pada mata pelajaran fisika. Hal ini disebabkan materi penuh dengan rumus-rumus, tidak menyenangkan dan terkadang sulit diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ditambah lagi guru fisika ynag mengajar menggunakan metode pembelajaran yang kurang menarik, sehingga minat siswa dalam belajar fisika berkurang karena tanpa diiringi kesadaran untuk menggali konsep lebih dalam yang sebenarnya


(12)

4

dapat menambah wawasan ataupun mengasah keterampilan berfikir dan menganalisis.

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan dapat terlibat secaralangsung dalam memahami konsep dan prinsip fisika, sehingga siswa dapat mencapai kualifikasi kemampuan minimal yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Kualifikasi kemampuan minimal itu dinyatakan dengan kriteria ketuntasan yang ditetapkan berdasarkan tingkat kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas kompeisi serta kemampuan sumber daya pendukung dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung.

Teori Piaget yang dikutip oleh Aiken (1988: 228) menyatakan bahwa seorang anak menjadi tahu dan memahami lingkungannya melalui jalan berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Menurut teori ini, siswa harus membangun pengetahuannya sendiri melalui observasi, eksperimen, diskusi, dan lain-lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dengan proses asimilasi, siswa mencoba memahami lingkungannya menggunakan struktur kognitif atau pengetahuan yang sudah ada tanpa mengadakan perubahan-perubahan. Sedangkan melalui proses akomodasi, siswa mencoba memahami lingkungannya dengan terlebih dulu memodifikasi struktur kognitif yang sudah ada untuk membentuk struktur kognitif baru berdasarkan rangsangan yang diterimanya (Aiken, 1988: 228-229).

Jelaslah bahwa proses konstruksi pengetahuan dalam diri seseorang melibatkan pengetahuan yang sudah dimiliki. Pendapat tersebut sejalan dengan


(13)

5

pengertian belajar menurut perspektif konstruktivisme yang mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses dapat dimengertinya pengalaman oleh seseorang berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki. Seseorang berinteraksi dengan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya melalui penggunaan pancaindera yang tak mungkin terpisah dari pengetahuan yang sudah ada termasuk keyakinan-keyakinan dan kesan- kesan. Menurut Ausubel (1978: 40) belajar akan mempunyai makna bagi siswa apabila dapat terhubungnya ide-ide baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki untuk membentuk pengetahuan baru. Jadi, adanya pengetahuan yang relevan sangat diperlukan agar terjadi proses belajar bermakna.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelaslah kiranya bahwa kemampuan seseorang untuk membangun pengetahuan dalam dirinya sangat dipengaruhi oleh antara lain faktor-faktor usia dan pengalaman. Berdasarkan teori Piaget tentang perkembangan kognitif, siswa diharapkan telah berada pada taraf berpikir formal yang berarti sudah mampu berpikir hipotetis, proporsional, reflektif, logis, sintesis, imajinatif, probabilistik, kombinasional, etis, dan verbal serta telah mampu memahami operasi- operasi yang bersifat abstrak.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di SMA Swasta Harapan Bangsa Tanjung Morawa menunjukkan bahwa nilai ulangan harian mata pelajaran fisika belum mencapai hasil yang maksimal. Dari 115 siswa yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal ) sebanyak 66 siswa (58%) dan 49 siswa (42%) belum mencapai KKM. Nilai KKM untuk fisika 68.Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2008) bahwa proses pembelajaran khususnya fisika


(14)

6

yang monoton dan kurang menarik, menjadi salah satu masalah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Proses pembelajaran belum memacu kemampuan berpikir siswa dan pemahaman konsep fisika.

Kendala lain yang ditemukan dalam proses pembelajaran fisika adalah kurangnya kreatifitas guru dalam merancang dan menerapkan model pembelajaran yang relevan. Hal itu menunjukkan, para pendidik atau guru turut memberikan kontribusi terhadap faktor yang menyebabkan kesan negatif siswa pada pembelajaran fisika. Kesalahan-kesalahan yang cenderung dilakukan para guru, khususnya guru fisika adalah sebagai berikut : (1) sering disajikan sebagai kumpulan konsep dan rumus yang harus dihafal oleh siswa, akibatnya ketika dilakukan evaluasi belajar, kumpulan, konsep dan rumus tersebut campur aduk tak beraturan di benak siswa, (2) dalam menyampaikan materi kurang memperhatikan proporsi materi dan sistematika penyampaian, serta kurang menekankan pada konsep dasar, sehingga terasa sulit untuk siswa, (3) kurangnya variasi dalam pengajaran serta jarangnya digunakan alat bantu yang dapat memperjelas gambaran siswa tentang materi yang dipelajari, (4) kecenderungan untuk mempersulit, bukannya mempermudah. Ini sering dilakukan agar siswa tidak memandang remeh pelajaran fisika serta pengajar atau guru fisika (Monica, 2009).

Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan berfikir kritis siswa, salah satunya adalah ketidaktepatan dan kurang bervariasi dalam penggunaan model yang digunakan dalam pembelajaran. Selain itu pembelajaran fisika belum bermakna, bersusun dan tidak menekankan pada pemahaman, sehingga pengertian


(15)

7

tentang konsep sangat lemah. Kenyataannya menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional dan banyak didominasi oleh guru. Pola pembelajaran seperti itu harus diubah dengan cara menggiring peserta didik mengkonstruksi ilmunya sendiri dan menemukan konsep-konsep secara mandiri. Untukmengantisipasi masalah tersebut, pengajar dituntut mencari dan menemukan suatu carayang dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Pengertian ini mengandung makna bahwa pengajar diharapkan dapat mengembangkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menemukan, mengambangkan, menyelidiki dan mengungkapkan ide peserta didik sendiri.

Model Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan kreativitas (Pepkin, 2004). Ketika dihadapkan dengan suatu pernyataan, peserta didik dapat melakukan keterampilanmemecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tantangannya.tidah hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah dengan memperluas proses berfikir. Model CPS merupakan respresentasi dimensi-dimensi proses yang alami, bukan suatu usaha yang dipaksakan.

Pada dasarnya, jika guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran yang berfokus pada aktivitas dan kreativitas siswa, maka siswa akan menjadi kritis dalam menerima informasi. Hasil penelitian Muneyoshi (2004) menemukan bahwa para guru merasakan dampak positif dari penggunaan Creative Problem Solving yaitu pada perubahan sikap dan


(16)

8

prilaku siswa ke arah pemecahan masalah, dalam hal ini guru tidakmemberikan komentar karena para siswa merasa menjadi lebih mampu memecahkan masalah sendiri. Sementara itu Lavonen, dkk (2004) dari hasil studi kasus yang dilakukan menunjukkan bahwa pendekatan Creative Problem Solving dapat digunakan secara efisiensi untuk meningkatkan pendidikan guru. Di sisi lain, siswa harus didorong untuk menciptakan banyak kemungkinan solusi terhadap masalah dan kemudian memilih solusi yang terbaik. Selanjutnya, siswa harus menerima pengenalan yang secara menyeluruh untuk pemecahan masalah secara kreatif (Williams & Williams, 1997).

Selain itu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan berfikir siswa, agar tujuan itu tercapai maka sangat baik apabila menerapkan model CPS. Pernyataan ini diperkuat oleh Hamalik (1994), ia mengemukakan bahwa penerapan model pembelajaran CPS dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Model CPS merupakan pendekatan yang dinamis, siswa menjadi lebih terampil sebab siswa dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan berfikir kritis, sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang maksimal dari proses maupun hasil belajarnya. Pernyataan ini diperkuat oleh sumarno (2009), ia mengemukakan bahwa model pembelajaran CPS menuntun siswa lebih kreative dalam memecahkan suatu permasalahan dengan menunjukan keterampilan berfikir kritis yang baik.


(17)

9

Hasil penelitian yang dilakukan Maraviglia and Kvashny (2006) menyimpulkan bahwa the Creative Problem Solving is the most significant and powerful framework for the enchancement of creative thingking’. Creative Problem Solving merupakan framework yang sangat baik untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif. Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Isaken dan Treffinger (2004) bahwa Creative Problem Solving dianggap dapat digunakan sebagai sebuah metode yang terus dapat digunakan untuk pengambangan sikap kreatif.

Berdasarkan permasalahn diatas, peneliti mencoba untuk menngunakan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) untuk melihat efeknya terhadap kemampuan pemahaman dan kemampuan berfikir kritis siswa. Model CPS ini sangat baik karena hal ini dapat membantu mengembangkan daya kreativitas dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa melalui investigasi yang mereka lakukan. CPS ini diharapkan bisa menghadirkan nuansa baru yang lebih menarik dan berkesan, sehingga pembelajaran bisa dirasakan lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Pembelajaran lansung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural deklaratif yaitu pengetahuan tentang sesuatu yang diajarkan selangkah demi selangkah.

Hal inilah yang membangkitkan semangat penulis untuk melakukan penelitian tersebut,yaitu untuk memberikan angin segar dalam pembelajaran fisika umum. Dengan mengembangkan pembelajaran fisika umum yang sesuai dengan kebutuhan dan sunber daya yang ada serta berpandangan pada perkembangan teknologi dan tuntutan era globalisasi dan kurikulum, diantaranya penerapan model


(18)

10

CPS diharapkan mampu berdampak pada peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan berfikir kritis siswa.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalaah di atas, terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi antara lain :

1. Kemampuan pemaham konsep fisika siswa yang masih rendah.

2. Kemampuan berfikir kritis siswa kurang terlatih, sehingga banyak masalah pembelajaran .

3. Siswa masih sulit menyampaikan gagasan/ide. 4. Metode yang digunakan guru kurang bervariasi.

5. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru belum sesuai dengan tujuan pembelajaran fisika.

1.3.Pembatasan Masalah

Banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemampuan pemahaman dan berfikir kritis siswa dengan keterkaitan terhadap sikap dan aktivitas siswa melalui penerapan model pembelajaran CPS. Oleh karena itu, dalam penelitian ini perlu dilakukannya pembatasan masalah dengan mengingat keterbatasan dana, waktu dan kemampuan peneliti. Penelitian inidibatasi pada ruang lingkup lokasi penelitian, subjek penelitian,waktu penelitian dan variabel penelitian.Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada:


(19)

11

1.Kemampuan siswa dalam pemahaman konsep fisika 2.Kemampuan siswa dalam berfikir kritis

3.Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dan Direct Instruction (DI)

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa melalui model pembelajaran CPS dan model pembelajaran DI?

2. Apakah ada perbedaan kemampuan berfikir kritis kelompok siswa antara yang memiliki tingkat pemahaman konsep tinggi dan pemahaman konsep rendah?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran CPS dan DI dengan tingkat kemampuan pemahaman konsep dalam mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa siswa?

1.5.Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang keefektifan pembelajaran fisika sekolah dengan menambahkan kesadaran individu terhadap kemampuan berfikir kritis siswa melalui model pembelajaran CPS dan dalam pembelajaran fisika. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :


(20)

12

1. Untuk menganalisis apakah ada kemampuan berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran CPS dan model pembelajaran DI.

2. Untuk menganalisi apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa antara yang memiliki tingkat pemahaman konsep tinggi dan pemahaman konsep rendah.

3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran CPS dan DI dengan tingkat kemampuan pemahaman konsep dalam mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa siswa.

1.6 Manfaat Penelitian.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi sebagai sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi guru, pengelolah, pengambang lemabaga pendidikan dan penelitin selanjutnya akan menguji secara lebih mendalam tentang penerapan model CPS dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan berfikir kritis siswa pada pembelajaran.

Secara praktis penelitian ini diharapkan :

1. Bahan pertimbangan bagi pengajar dalam memahami kemampuan pemahaman dan kemampuan berfikir kritis siswa pada pembelajaran fisika umum, sehingga dapat memilih model pembelajaran yang cocok.

2. Bahan masukan bagi pengajar dalam memilih dan menggunakan model serta media pembelajaran secara optimal pada kegiatan belajar mengajar fisika umum.


(21)

13

3. Rujukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan penelitian ini bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian sejenis.

4. Peningkatan kompetensi penelitian dalam melakukan kegiatan penelitian serta aplikasi dalam proses pembelajaran di kelas.

1.7 Defenisi Operational.

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) merupakan model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.

2. Model pembelajaran Direct Instruction (DI) adalah model pembelajaran yang mengutmakan pendekatan dedukatif dengan mentranformasikansecara langsung pembelajaran, berorientasi pada tujuan tertentu dengan lingkungan yang terstruktur dan pengajar lebih mendominasi kegiatan pembelajaran. 3. Kemampuan pemahaman dalam penelitian ini mangacu pada, yang meliputi

pemahaman interprestasi, translasi, dan ekstrapolasi.

4. Kemampuan berfikir kritis dalam penelitian ini mgacu pada (Hassoubah, 2007), yang meliputi kemampuan siswa dalam menguji, menentukan jawaban rasional, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada masalah.


(22)

115

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukankan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal dibawah ini:

1. Ada perbedaan yang signifikan kemampuan berfikir kritis melalui model

pembelajaran CPS dan pembelajaran DI, dimana skor rata-rata tes hasil berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran CPS lebih tinggi dari tes hasil berpikir kritis siswa dengan menggunakan pembelajaran DI.

2. Ada perbedaan yang signifikan kemampuan berfikir kritis siswa antara siswa

yang memiliki tingkat pemahaman konsep tinggi dan tingkat pemahaman konsep rendah, dimana skor rata-rata tes hasil berpikir kritis siswa yang memiliki tingkat pemahaman konsep tinggi lebih tinggi dari tes hasil berpikir kritis siswa pada siswa yang memiliki tingkat pemahaman konsep rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat pemahaman konsep

siswa. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran dan tingkat pemahaman konsep secara bersama-sama mempengaruhi hasil kemampuan berpikir kritis siswa.


(23)

116

B. IMPLIKASI

Dari hasil kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat diketahui

bahwa penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dalam proses

pembelajaran fisika untuk materi gelombang mekanik di kelas XII SMA Swasta Harapan Bangsa Tanjung Morawa terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran CPS dan pembelajaran DI, dimana skor rata-rata tes hasil berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran CPS lebih tinggi dari tes hasil berpikir kritis siswa dengan menggunakan pembelajaran DI. Hal ini menunjukan bahwa model pembelajaran CPS dapat mendorong siswa untuk memahami konsep fisika dengan lebih kreatif.

Dalam penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara tingkat pemahaman konsep tinggi dan tingkat pemahaman konsep rendah pada siswa yang diberikan prilaku model pembelajaran CPS, dimana skor rata-rata tes hasil berpikir kritis siswa yang memiliki tingkat pemahaman konsep tinggi lebih tinggi dari tes hasil berpikir kritis siswa pada siswa yang memiliki tingkat pemahaman konsep rendah. Hal ini menunjukan bahwa model pembelajaran CPS yang diintegrasikan dengan tingkat pemahaman konsep siswa dapat membuat hasil tes berpikir kritis siswa antara tingkat pemahaman konsep berbeda signifikan.


(24)

117

C. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Bagi guru Fisika

a. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CPS merupakan

salah satu alternatif bagi guru fisika dalam menyajikan materi pembelajaran fisika, khususnya dalam mengajarkan materi gelombang mekanik.

b. Dalam menerapkan model pembelajaran CPS hendaknya membuat

skenario yang matang, sehingga tidak banyak waktu yang terbuang oleh hal-hal yang tidak diperlukan, khususnya pada saat melaksanakan fase ke 3 dan ke 5 yang banyak menyita waktu.

c. Pembelajaran dengan medel CPS hendaknya memberikan masalah yang

menyangkut hal-hal yang kongkrit dan real yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari agar siswa lebih cepat memahami konsep yang harus ditemukan.

2. Kepada Lembaga Terkait

Pembelajaran dengan model CPS masih sangat asing bagi guru mauapun siswa terutama di daerah, oleh karena itu perlu disosialisasikan dengan


(25)

118

harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya meningkatkan kemampuan pemahaman konsep fisika dan kemampuan berfikir kritis siswa.

3. Kepada Peneliti Lanjutan

Disarankan kepada peneliti lanjutan, kiranya dapat melanjutnya penelitian ini dengan menerapkan model pembelajaran CPS dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep fisika dan berfikir kritis siswa dengan menerapkan lebih dalam lagi agar implikasi hasil penelitian tersebut dapat diterapkan di sekolah.


(1)

1. Untuk menganalisis apakah ada kemampuan berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran CPS dan model pembelajaran DI.

2. Untuk menganalisi apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa antara yang memiliki tingkat pemahaman konsep tinggi dan pemahaman konsep rendah.

3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran CPS dan DI dengan tingkat kemampuan pemahaman konsep dalam mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa siswa.

1.6 Manfaat Penelitian.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi sebagai sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi guru, pengelolah, pengambang lemabaga pendidikan dan penelitin selanjutnya akan menguji secara lebih mendalam tentang penerapan model CPS dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan berfikir kritis siswa pada pembelajaran.

Secara praktis penelitian ini diharapkan :

1. Bahan pertimbangan bagi pengajar dalam memahami kemampuan pemahaman dan kemampuan berfikir kritis siswa pada pembelajaran fisika umum, sehingga dapat memilih model pembelajaran yang cocok.

2. Bahan masukan bagi pengajar dalam memilih dan menggunakan model serta media pembelajaran secara optimal pada kegiatan belajar mengajar fisika umum.


(2)

3. Rujukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan penelitian ini bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian sejenis.

4. Peningkatan kompetensi penelitian dalam melakukan kegiatan penelitian serta aplikasi dalam proses pembelajaran di kelas.

1.7 Defenisi Operational.

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) merupakan model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.

2. Model pembelajaran Direct Instruction (DI) adalah model pembelajaran yang mengutmakan pendekatan dedukatif dengan mentranformasikansecara langsung pembelajaran, berorientasi pada tujuan tertentu dengan lingkungan yang terstruktur dan pengajar lebih mendominasi kegiatan pembelajaran. 3. Kemampuan pemahaman dalam penelitian ini mangacu pada, yang meliputi

pemahaman interprestasi, translasi, dan ekstrapolasi.

4. Kemampuan berfikir kritis dalam penelitian ini mgacu pada (Hassoubah, 2007), yang meliputi kemampuan siswa dalam menguji, menentukan jawaban rasional, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada masalah.


(3)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukankan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal dibawah ini:

1. Ada perbedaan yang signifikan kemampuan berfikir kritis melalui model pembelajaran CPS dan pembelajaran DI, dimana skor rata-rata tes hasil berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran CPS lebih tinggi dari tes hasil berpikir kritis siswa dengan menggunakan pembelajaran DI.

2. Ada perbedaan yang signifikan kemampuan berfikir kritis siswa antara siswa yang memiliki tingkat pemahaman konsep tinggi dan tingkat pemahaman konsep rendah, dimana skor rata-rata tes hasil berpikir kritis siswa yang memiliki tingkat pemahaman konsep tinggi lebih tinggi dari tes hasil berpikir kritis siswa pada siswa yang memiliki tingkat pemahaman konsep rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat pemahaman konsep

siswa. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran dan tingkat pemahaman konsep secara bersama-sama mempengaruhi hasil kemampuan berpikir kritis siswa.


(4)

B. IMPLIKASI

Dari hasil kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dalam proses pembelajaran fisika untuk materi gelombang mekanik di kelas XII SMA Swasta Harapan Bangsa Tanjung Morawa terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran CPS dan pembelajaran DI, dimana skor rata-rata tes hasil berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran CPS lebih tinggi dari tes hasil berpikir kritis siswa dengan menggunakan pembelajaran DI. Hal ini menunjukan bahwa model pembelajaran CPS dapat mendorong siswa untuk memahami konsep fisika dengan lebih kreatif.

Dalam penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pemahaman konsep tinggi dan tingkat pemahaman konsep rendah pada siswa yang diberikan prilaku model pembelajaran CPS, dimana skor rata-rata tes hasil berpikir kritis siswa yang memiliki tingkat pemahaman konsep tinggi lebih tinggi dari tes hasil berpikir kritis siswa pada siswa yang memiliki tingkat pemahaman konsep rendah. Hal ini menunjukan bahwa model pembelajaran CPS yang diintegrasikan dengan tingkat pemahaman konsep siswa dapat membuat hasil tes berpikir kritis siswa antara tingkat pemahaman konsep berbeda signifikan.


(5)

C. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Bagi guru Fisika

a. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CPS merupakan

salah satu alternatif bagi guru fisika dalam menyajikan materi pembelajaran fisika, khususnya dalam mengajarkan materi gelombang mekanik.

b. Dalam menerapkan model pembelajaran CPS hendaknya membuat

skenario yang matang, sehingga tidak banyak waktu yang terbuang oleh hal-hal yang tidak diperlukan, khususnya pada saat melaksanakan fase ke 3 dan ke 5 yang banyak menyita waktu.

c. Pembelajaran dengan medel CPS hendaknya memberikan masalah yang

menyangkut hal-hal yang kongkrit dan real yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari agar siswa lebih cepat memahami konsep yang harus ditemukan.

2. Kepada Lembaga Terkait

Pembelajaran dengan model CPS masih sangat asing bagi guru mauapun siswa terutama di daerah, oleh karena itu perlu disosialisasikan dengan


(6)

harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya meningkatkan kemampuan pemahaman konsep fisika dan kemampuan berfikir kritis siswa. 3. Kepada Peneliti Lanjutan

Disarankan kepada peneliti lanjutan, kiranya dapat melanjutnya penelitian ini dengan menerapkan model pembelajaran CPS dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep fisika dan berfikir kritis siswa dengan menerapkan lebih dalam lagi agar implikasi hasil penelitian tersebut dapat diterapkan di sekolah.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Menggunakan Masalah Kontekstual Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa

1 43 0

Pengaruh Model Pembela jaran Creative Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa

1 27 309

PENGARUH CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN KEMAMPUAN Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Strategi Creative Problem Solving (CPS) Terhadap Pemahaman Konsep Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Ta

0 3 11

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

0 0 32

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTOGRAPH.

1 6 55

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA.

0 3 34

MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FLUIDA STATIS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA.

0 1 39

Pembelajaran Kimia Metode Creative Problem Solving(CPS) Menggunaka Modul dan Media Interaktif Ditinjau dari Kemampuan Pemahaman Membaca dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.

0 0 21

Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan

0 2 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Creative Problem Solving - PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN - repository perpustakaan

0 0 11