PERKEMBANGAN BALIGE SEBAGAI IBUKOTA KABUPATENTOBA SAMOSIR (1999-2011).

(1)

PERKEMBANGAN BALIGE SEBAGAI IBUKOTA KABUPATEN TOBA SAMOSIR(1999 - 2011)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh :

Safitri Simangunsong

NIM 308121134

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Safitri Simangunsong. Nim: 308121134. Perkembangan Balige Sebagai Ibukota Kabupaten Toba Samosir (1999-2011). Skripsi. Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (UNIMED).

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam masalah ini adalah untuk mengetahui latar belakang dijadikannya Balige sebagai ibukota Kabupaten Toba Samosir. Untuk mengetahui perkembangan kota Balige tahun 1999-2011 dan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Balige.

Untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitiaqn lapangan (Field Research) dengan pendekatan kualitatif, dimana sumber data yang diperoleh dari lapangan berhubungan dengan permasalahan penelitian. Data pendukung yang lain adalah melakukan wawancara dengan orang-orang yang dapat memberikan infrmasi dan masukan maupun data tentang perkembangan Balige. Observasi/ pengamatan dilakukan di kota Balige sebagai ibukota kabupaten Toba Samosir serta dengan memperoleh data dengan cara melakukan dokumentasi.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penetapan kota Balige sebagai ibukota Kabupaten Toba Samosir didukung oleh factor-faktor letak, topografi, luas lahan pertumbuhan penduduk, pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan transportasi.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penetapan kota Balige menjadi ibukota Kabupaten Toba Samosir karena didukung dengan adanya factor-faktor pendukung yang memenuhi syarat ketentuan suatu wilayah ditetapkan sebagai ibukota. Kota Balige setelah menjadi ibukota Kabupaten saat ini cukup berkembang pesat sesuai dengan penggunaannya sebagai pusat pemerintahan, pusat lalu lintas, pusat perdagangan dan bisnis, dan pelayanan sosial dan jasa. Data pendukung perkembangan kota Balige setelah menjadi ibukota kabupaten terlihat dari penerimaan rutin daerah kabupaten Toba Samosir menurut kecamatan.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih dan karunia serta segala rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini adalah dalam rangka memenuhi tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana pendidikan sejarah di Fakultas Ilmu Sosial jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan.

Skripsi ini berjudul :”Perkembangan Balige Sebagai Ibukota Kabupaten Tobs Samosir (1999-2011)”.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam menyelesikan skripsi ini , namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bergunan untuk menghasilkan yang lebih baik dimasa yang akan dating.

Melalui tulisan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini yaitu:

1. Kepada Tuhan Yesus Kristus , atas segala berkat, kasih karunia dan kesehatan yang diberikan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi dan penelitian ini.

2. Teristimewa kepada kedua orangtua penulis yang saya cintai dan sayangi bapak A. Simangunsong dan Mama R. Sianipar, yang senantiasa memberikan semangat, dorongan dan mendoakan penulis agar tetap semangat mengerjakan studi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas dukungan moral dan material yang selalu diberikan, semoga kedua orangtua ku tetap dalam sukacita dan diberikan kesehatan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

3. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si sebagai rektoer Universitas Negeri Medan. 4. Bapak Drs. Restu,M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial

5. Dra. Lukitaningsih,M.Hum sebagai ketua jurusan Pendidikan Sejarah dan Dra. Hafnita SD Lubis, M.Sisebagai sekretaris jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan


(6)

6. Ibu Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si csebagai dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah yang telah mendidik dan memberikan berbagai disiplin ilmu selama perkuliahan.

8. terimakasih buat abang, kakak, dan adik-adik ku (ka Lina dan keluarga, Bang Tanda dan keluarga, ka Maya, adekku Rudi, Desi dan Rido) atas dukungan moral dan materi yang telah kalian berikan kepada penulis. Senantiasa kita dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

9. Buat keluarga Tulang E.F. Sianipar/ br. Pasaribu dan adek-adek(Yenny, Cia dan Mitha) terimakasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan pada penulis.

10.Kepada BAPPEDA Kabupaten Toba Samosir penulis ucapkan terimakasih atas pemberian informasi dan data-data yang penulis butuhkan.

11.Terimakasih kepada BPS Kabupaten Toba Samosir,yang telah memberikan data-data yang dibutuhkan oleh penulis. semoga kedepannya semakin baik dalam melayani masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat kab. Toba Samosir.

12.Terimakasih kepada Camat Balige untuk pemberian data dan keterangan mengenai kota Balige.

13.Teman-teman seperjuangan Lylys, jusniana, Yuli, Sansri, Heppy, Hera, Tiar,Maria, Dian,Restia, Dame,Dannyard, Budi, Donal, Humala, sandro, Jhonatan, dll yang tidak dituliskan secara satu persatu .

14.Teman-teman khususnya Jurusan Pendidikan Sejarah kelas B Reguler dan semua angkatan 2008.

15. Kepada seluruh rekan-rekan masasiswa dan mahasiswi PPLT 2011 SMK N. 1 Pematangsiantar, Dwika, Jessica, Margareth, Emima, Hotma, Rahmi, Tica, Jhonson, Zeffry, dina, herna, faisya, Harry dan yang lainnya. Suatu kebersamaan dalam ikatan kekelurgaan yang tidak akan terlupakan.GB


(7)

16.Kepada semua pihak yang tidak bias penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah banayk membentu penulis selama studi berlangsung sampai penyelesaian skripsi ini.

Tiada uraian kata yang terindah yang penulis sampaikan selain ucapan terimakasih yang setulusnya, atas bantuan semua pihak dan harapan penulis semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih dan mohon maaf atas segala kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Semoga ksripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan, Juli 2012 Penulis


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Balige adalah Ibukota Kabupaten Toba Samosir, yang merupakan salah satu kota tersibuk di sekitar kawasan Danau Toba. Hal itu dikarenakan kota Balige merupakan jalur lintas Sumatera. Kondisi tersebut lambat laun membuat kota Balige berkembang dengan merespon kebutuhan para pendatang maupun yang akan maenyebrang, dengan memberikan jasa maupun usaha dagang dan membangun kios – kios maupun toko yang pada akhirnya membentuk suatu area bisnis.

Lokasi kota ditentukan oleh topografi yang dimiliki oleh kota itu sejak berdiri, dimana topografi yang datar akan memungkinkan banyaknya jaringan jalan di kota sehingga memudahkan untuk berinteraksi dengan daerah-daerah lain di sekitar kota dalam kegiatan ekonomi dan mobilitas penduduk.Letak yang strategis, didukung dengan sarana transportasi dan pembangunan kebutuhan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi disuatu wilayah.

Transportasi merupakan sarana yang berkolerasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, dimana semakin baik sarana dan transportasi maka akan mempercepat laju ekonomi serta mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Peran transportasi sangat penting dalam pembangunan, baik sebagai unsur perangsang maka dalam rangka menyeimbangkan daerah – daerah yang perlu dipacu perkembangannya, maupun membuka isolasi daerah – daerah potensial dan miskin. Sebagai penunjang sarana transportasi yaitu melalui kedudukannya dalam pelayanan jasa. Demikian dengan kota Balige yang telah memiliki sarana transportasi yang mampu menjangkau daerah yang masih jauh ataupun sebaliknya yakni seperti angkutan umum, becak motor, dan juga kapal motor. Balige adalah daerah yang dialiri oleh sungai dan danau. Sehingga transportasi air merupakan salah satu alternative untuk menempuh tempat yang dibatasi oleh air ataupun danau, yaitu dengan menggunakan kapal motor.


(9)

Pengaruh iklim juga berperan terhadap perkembangan kota, dapat dilihat dari tinggi atau rendahnya etos kerja dari masyarakat perkotaan dalam melaksanakan aktivitas sosial ekonominya. Jenis tanah juga turut mempengaruhi dimana suatu area yang subur ditandai dengan jumlah penduduk yang cukup besar.

Dalam buku Silahisabungan (2001 : 1) dikatakan bahwa, “Balige, ima huta Sabungan harajaon batak na ginomgoman ni ompui tuan Sorba di banua. Parhataon Balige na ro do on sian parhataan ni halak parsi ima Mahligai = istana = puri= inganan ni raja. Jadi Balige ima inganann ni raja. (Balige adalah desa Sabungan kerajaan batak yang dipimpin oleh Raja Tuan sorba di banua. Perkataan Balige datang dari perkataan orang Persia yaitu Mahligai = istana = puri = tempat tinggal raja. Sehingga Balige adalah tempat tingga raja)”.

Selama menjadi bagian dari tapanuli, daerah Balige merupakan salah satu daerah yang sudah cukup berkembang baik dari segi ekonomi dan terutama dalam bidang pendidikan. Kabupaten Toba Samosir dibentuk dengan Undang-Undang nomor 12 tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal. Kabupaten Toba Samosir merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara yang diresmikan pada tanggal 9 Maret 1999 oleh Menteri Dalam Negeri.

”Terbitnya Undang- Undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, telah memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta keragaman daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia” Simanjuntak (2011 : 1). Dengan demikian undang– undang tersebut menjadi acuan bagi Toba Samosir untuk memekarkan diri menjadi Kabupaten baru,yaitu Kabupaten Toba Samosir dengan ibukota Balige.

Sebagai Ibukota Kabupaten Toba Samosir, Balige berkembang dengan pesat dan menjadi pusat aktifitas masyarakat, seperti pusat jalur transportasi, pusat perdagangan (ekonomi), pusat pendidikan dan juga sebagai pusat pemerintahan. Bukan hanya itu saja, akan tetapi masih banyak industri – industri kecil dan menengah yang beroperasi di Balige. Hal ini sangat bermanfaat bagi perkembangan ekonomi masyarakat dan pendapatan kota Balige. Dimana industri kecil ini akan


(10)

mengurangi pengangguran yang ada didaerah ini, dan kehidupan masyarakat bisa lebih berkembang dengan baik.

Kecamatan Balige terletak pada ketinggian 905-1.200 Meter dari permukaaan laut sehingga kelembapan udaranya cukup lembab. Luas wilayah mencapai 91,05 Km2 dan tersebar di 35 Desa. Kota Balige merupakan sebuah kota transisi atau kota peralihan dari tradisional ke kota yang modern. Dimana struktur perkotaanya sangat kompleks dan unik, sehingga keberadaan ini haruslah dipertahankan guna menyelamatkan ciri budaya lokal yang masih ditemukan di kota ini.Iklim kota Balige dipengaruhi oleh peruntukan kota dengan area yang berada pada tepian Danau Toba dan kaki Bukit Barisan dengan suhu 17ºC - 29ºC, kelembaban rata-rata 85,04%.

Pada pembentukan ruang dan bangunan sudah mengarah kepada perkotaan yang modern, dengan kultur sosio budaya dan komunitas yang heterogen tetapi jiwa kebersamaannya tetap menganut sistem tradisional.Secara keseluruhan, pola dan struktur kota Balige dipengaruhi oleh Iklim, Prilaku/ Tradisi masyarakat yang mempertahankan kebersamaan (Asli), Budaya yang masih kuat, namun merespon para pendatang baru dengan upaya-upaya pemberian jasa seperti berdagang (Toko/ Kios). Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PERKEMBANGAN BALIGE SEBAGAI IBUKOTA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1999 - 2011)”.


(11)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat mengidentifikasikan beberapa masalah yaitu :

1. Mengapa Balige menjadi Ibukota Kabupaten Toba Samosir?

2. Perkembangan Balige setelah menjadi ibukota Kabupaten Toba Samosir (1999 -2011).

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan Balige.

4. Laju pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk di Balige. 5. Bagaimana kondisi alam Balige ?

C. Pembatasan Masalah

Penulis memandang perlu adanya pembatasan masalah untuk menghindari permasalahan yang dibicarakan tidak menyimpang dan melebar dari pembahasan sebenarnya. Dengan demikian maka penelitian ini dibatasi yaitu mengenai “Perkembangan Balige sebagai ibukota Kabupaten Toba Samosir (1999 – 2011)”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini yaitu :

1. Mengapa Balige menjadi ibukota Kabupaten Toba Samosir?

2. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan Balige? 3. Bagaimana kondisi perkembangan Balige tshun 1999- 2011?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui latar belakang dijadikannya Balige sebagai ibukota Kabupaten Toba Samosir.


(12)

3. Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan Balige.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Menambah wawasan penulis tentang Balige dan perkembangannya.

2. Menambah informasi bagi masyarakat, supaya mengetahui latar belakang Balige menjadi ibukota Kabupaten Toba Samosir.

3. Menambah informasi bagi pembaca untuk dapat kiranya mengetahui dan memahami mengenai perkembangan Balige.

4. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa jurusan pendidikan sejarah UNIMED dan acuan bagi peneliti berikutnya dan juga bahan perbandingan terhadap hasil – hasil penelitian yang ada maupun yang sedang dilaksanakan.


(13)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari penelitian yang dilaksanakan oleh penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, Kabupaten Tapanuli Utara termasuk kedalam

keresidenan Tapanuli yangb dipimpin serang Residen bangsa Belanda yang berkedudukan di Sibolga. Keresidenan Tapanuli dulu disebut Residentie Tapanuli yang terdiri dari 4 (empat) afdeling(Kabupaten) yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang Sidempuan, Afdeling Sibolga, dan Afdeling Nias. Afdeling Batak Landen didpimpin serang asisten Residen yang ibuktanya Tarutung terdiri dari 5 Onder Afdeling dan salah satunya adalah Onder Afdeling Toba (wilayah Toba) yang ibukotanya adalah Balige. Kabupaten Toba Samsir dibentuk dengan Undang-Undang No.12 Tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten daerah Tingkat II Mandailing Natal. Kabupaten Toba Samosir diresmikan pada tanggal 9 maret 1999 oleh Menteri dalam Negeri, sekaligus melantik pejabat Bupati Kabupaten Toba Samosir dan beribukotakan Balige. Kabupaten Toba Samosir terletak di dataran Bukit Barisan dengan topografi berbukit dan bergelombang. Dengan posisi tersebut wilayah Toba Samosir merupakan daerah pengaman bagi Kabupaten lainnya karena wilyaah ini merupakan hulu dari beberapa sungai besar dan kecil yang mengalir kearah timur Sumatera Utara.

2. Latar belakang Balige menjadi ibukota Kabupaten Toba Samosir. Seiring dengan berjalannya waktu dan munculnya aspirasi dari masyarakat untuk mempercepat pembangunan


(14)

guna mengejar ketertinggalan dari daerah lain, Kabupaten Toba Samosir dimekarkan menjadi Kabupaten Samosir berdasarkan Undang-Undang No.36 Tahun 2003 diresmikannya Kabupaten Toba Samosir sebagai Kabupaten Baru, maka Kabupaten ini akan memulai pemerintahannya yang baru, dimana harus mempunyai ibukota Kabupaten sebagai pusat pemerintahan dan juga kegiatan-kegiatan lain, maka dengan itu dipilih lah Balige menjadi ibukota Kabupaten, karena memiliki standar-standar untuk dijadikan ibukota Kabupaten dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kabupaten Toba Samosir. Hal ini didukung dengan tersedianya sarana dan prasarana pendukung kelancaran sebagai ibukota Kabupaten yaitu seperti sarana pendidikan, kesehatan, transportasi, pelayanan dalam bidang jasa-jasa yang dengan mudah kita dapat temukan di kecamatan Balige. Dengan dipilihnya Balige menjadi ibukota Kabupaten maka perlu tindak lanjut untuk melengkapi fasilitas-fasilitas perkotaan dan mengembangkannya menjadi sebuah kawasan perkotaan yang meyediakan kebutuhan masyarakat daerah maupun pendatang yang keluar masuk kota Balige.

3. Perkembangan Balige sebagai ibukota Kabupaten. Kecamatan Balige merupakan kecamatan terpadat penduduknya karena kecamatan ini merupakan pusat ibukota kabupaten. Jumlah penduduk Kecamatan Balige sebanyak 44.389 orang dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 487,5 jiwa/km

2

. Mayoritas penduduk Kecamatan Balige adalah perempuan yaitu 22.603 jiwa sedangkan laki-laki sebanyak 21.786 jiwa. Jumlah penduduk di tiap desa sangat bervariasi dimana penduduk terbesar terdapat di Desa Sangkar Nihuta dihuni 4.523 jiwa dan terendah di Desa Siboruan sebanyak 202 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Desa Napitupulu Bagasan sebanyak 7.258,3 jiwa per km

2

sedangkan kepadatan terendah berda di Desa Hutanamora sebanyak 36,6 jiwa per km

2

. Berdasarkan kelompok umur penduduk di Kecamatan Balige, penduduk paling banyak berada pada usia muda , yaitu 8.340 jiwa. Sedangkan pada kelompok umur usia tua hanya sekitar 1.077 jiwa. Pada tahun 2009, jumlah rumah tangga di Kecamatan Balige adalah 8.512 rumah tangga dengan rata-rata ART sebanyak 5 jiwa.


(15)

Dengan perkembangan jumlah penduduk yang ada di Balige, sehingga mendorong pemerintah untuk semakin melengkapi sarana dan prasarana dari sebuah perkotaan. Tersedianya kemudahan dalam sarana dan prasarana sebagai ibukota Kabupaten juga dititik beratkan dengan jumlah penduduk yang terus bertambah. Dalam bidang pendidikna mengalami perkembangan , sesuai dengan bertambahnya jumlah siswa yang ingin bersekolah di kota Balige. Sehingga kelengkapan sarana dan prasarana masih perlu ditingkatkan untuk sumber daya manusia yang lebih baik dan berkualitas. Sarana kesehatan yang tersedia di kota Balige sudah sangat memadai yang terdiri dari Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, Polindes, dan Pustu sehingga masyarakat Balige dapat dilayani dengan lebih maksimal. Sarana transportasi yang tersedia di kota Balige sudah sangat memadai yang menyediakan sarana pengangkutan yang dibutuhkan leh masyarakat baik itu saranan transportasi darat maupun air. Hal ini mempermudah masyarakat untuk melakukan mobilitas dan pengangkutan barang dari suatu daerah ke daerah lain. Jalur jalan di kota Balige selalu ramai dilalui oleh kendaraan hingga selama 24 jam. Hal ini juga karena kota Balige adalah salah satu kota yang dilalui oleh jalur lintas Sumatera. peningkatan jumlah kendaraan di Balige juga dipengaruhi oleh jumlah pe nduduk dan juga pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kota Balige juga berkembang dalam bidang perekonomian. Dengan jumlah Bank-bank yang tersebar di Kota Balige menunjukkan perputaran uang yang tinggi di kecamatan ini. Selain itu kehidupan masyarakat semakin berkembang, walaupun beluk semuanya. Hal itu dikarenakan sumber penghasilan masyarakat tidak terfokus hanya dalam sektor prtanian, akan tetapi mulai merambah industri, perkantoran, dagang dan lain-lain.


(16)

B. Saran

1. Perkembangan Balige, sebagai ibukota Kabupaten harus bersamaan dengan tata ruang kota yang menunjukkan ikon atau ciri khas dari kota tersebut, bukan untuk menghilangkan atau mengabaikannya. Karena dengan ciri khas tersebut kota ini akan dengan mudah di ingat leh para pengunjung sehingga banyak yang tertarik untuk datang dan mengunjungi kota ini.

2. Diharapkan untuk pemerintah kota Balige untuk lebih memperhatikan atau melakukan pembenahan arus lalu lintas, terutama untuk para pemilik kendaraan (mobil) untuk tidak memarkirkan kendaraan dengan sembarangan di pinggir jalan yang kenyataannya itu adalah pusat kota Balige.

3. Diharapkan kepada masyarakat untuk memperhatikan lingkungan sekitarnya, baik itu dirumah, tempat beraktivitas(misalnya Pajak/pekan) untuk lebih memperhatikan sampah. Dan kepada pemerintah kota Balige untuk tidak henti-hentinya melakukan penyuluhan kepada masyarakat atau mengajak seluruh warga Balige secara berama-sama menjaga kebersihan, ketertiban dilingkungan masing-masing guna mewujudkan ibukota Kabupaten yang bersih, idah, dan tertib.


(17)

DAFTAR PUSTAKA

---2002 .Buku kenang – kenangan Raja Silahisabungan dikisahkan dalam torsa. Diterbitkan dalam ulang tahun ke – 35, punguan pomparan Raja Silahisabungan dohot boruna di kebayoran lama dohot humaliangna. Jakarta.

Jhonson.1986. teori sosiologi klasik dan modern. Jakarta. Garuda

Koestoer, Raldi Hendro. 1995. Perspektif Lingkungan Desa Kota : Teori dan Kasus. Jakarta. UI. Press.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi, perencanaan, strategi,dan Peluang. Yogyakarta. Erlangga.

Kuntowijoyo.2003.Metodologi Sejarah, Edisi kedua. Yogyakarta.Tiara Wacana Yogya.

Situmorang, Sitor.1993. Toba Na Sae. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.

Sjamsuddin, Helius.2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Bandung: Ombak

Tampubolon, Raja Patik. 2002. Pustaha Tumbaga Holing, Adat Batak, Patik Umum Buku I dan II. Jakarta. Dian Utama dan Kerabat.

Poerwadarminta, Wjs. 1985. KAmus Besar Bahasa Indonesia.Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa.Jakarta: DEPDIKBUD.

BPS.2007. Kecamatan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2001-2006.Balige.Badan

Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir.

BPS.2010.Analisis INKESRA Kabupaten Toba Samosir 2009, Indikator Kesejahteraan Rakyat. Balige.Badan Pusat Statistik.

BPS.1999. Toba Samosir Dalam Angka 1999. Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir.


(18)

BPS.2002.Balige Dalam Angka 2002.Balige. Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir.

BPS.2001.Balige Dalam Angka 2001.Balige. Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir.

BPS.2010.Balige Dalam Angka 2010.Balige. Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir.

BPS.2011.Balige Dalam Angka 2011.Balige Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir.

BPS.1999. Toba Samosir Dalam Angka 1999.Balige. Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Dari penelitian yang dilaksanakan oleh penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, Kabupaten Tapanuli Utara termasuk kedalam keresidenan Tapanuli yangb dipimpin serang Residen bangsa Belanda yang berkedudukan di

Sibolga. Keresidenan Tapanuli dulu disebut Residentie Tapanuli yang terdiri dari 4 (empat)

afdeling(Kabupaten) yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang Sidempuan, Afdeling

Sibolga, dan Afdeling Nias. Afdeling Batak Landen didpimpin serang asisten Residen yang

ibuktanya Tarutung terdiri dari 5 Onder Afdeling dan salah satunya adalah Onder Afdeling Toba

(wilayah Toba) yang ibukotanya adalah Balige. Kabupaten Toba Samsir dibentuk dengan

Undang-Undang No.12 Tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba

Samosir dan Kabupaten daerah Tingkat II Mandailing Natal. Kabupaten Toba Samosir

diresmikan pada tanggal 9 maret 1999 oleh Menteri dalam Negeri, sekaligus melantik pejabat

Bupati Kabupaten Toba Samosir dan beribukotakan Balige. Kabupaten Toba Samosir terletak di

dataran Bukit Barisan dengan topografi berbukit dan bergelombang. Dengan posisi tersebut

wilayah Toba Samosir merupakan daerah pengaman bagi Kabupaten lainnya karena wilyaah ini

merupakan hulu dari beberapa sungai besar dan kecil yang mengalir kearah timur Sumatera

Utara.

2. Latar belakang Balige menjadi ibukota Kabupaten Toba Samosir. Seiring dengan


(2)

guna mengejar ketertinggalan dari daerah lain, Kabupaten Toba Samosir dimekarkan menjadi

Kabupaten Samosir berdasarkan Undang-Undang No.36 Tahun 2003 diresmikannya Kabupaten

Toba Samosir sebagai Kabupaten Baru, maka Kabupaten ini akan memulai pemerintahannya

yang baru, dimana harus mempunyai ibukota Kabupaten sebagai pusat pemerintahan dan juga

kegiatan-kegiatan lain, maka dengan itu dipilih lah Balige menjadi ibukota Kabupaten, karena

memiliki standar-standar untuk dijadikan ibukota Kabupaten dibandingkan dengan kecamatan

lain yang ada di Kabupaten Toba Samosir. Hal ini didukung dengan tersedianya sarana dan

prasarana pendukung kelancaran sebagai ibukota Kabupaten yaitu seperti sarana pendidikan,

kesehatan, transportasi, pelayanan dalam bidang jasa-jasa yang dengan mudah kita dapat

temukan di kecamatan Balige. Dengan dipilihnya Balige menjadi ibukota Kabupaten maka perlu

tindak lanjut untuk melengkapi fasilitas-fasilitas perkotaan dan mengembangkannya menjadi

sebuah kawasan perkotaan yang meyediakan kebutuhan masyarakat daerah maupun pendatang

yang keluar masuk kota Balige.

3. Perkembangan Balige sebagai ibukota Kabupaten. Kecamatan Balige merupakan kecamatan terpadat penduduknya karena kecamatan ini merupakan pusat ibukota kabupaten. Jumlah penduduk Kecamatan Balige sebanyak 44.389 orang dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 487,5 jiwa/km

2 . Mayoritas penduduk Kecamatan Balige adalah perempuan yaitu 22.603 jiwa sedangkan laki-laki sebanyak 21.786 jiwa. Jumlah penduduk di tiap desa sangat bervariasi dimana penduduk terbesar terdapat di Desa Sangkar Nihuta dihuni 4.523 jiwa dan terendah di Desa Siboruan sebanyak 202 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Desa Napitupulu Bagasan sebanyak 7.258,3 jiwa per km

2

sedangkan kepadatan terendah berda di Desa Hutanamora sebanyak 36,6 jiwa per km 2

. Berdasarkan kelompok umur penduduk di Kecamatan Balige, penduduk paling banyak berada pada usia muda , yaitu 8.340 jiwa. Sedangkan pada kelompok umur usia tua hanya sekitar 1.077 jiwa. Pada tahun 2009, jumlah rumah tangga di Kecamatan Balige adalah 8.512 rumah tangga dengan rata-rata ART sebanyak 5 jiwa.


(3)

Dengan perkembangan jumlah penduduk yang ada di Balige, sehingga mendorong pemerintah untuk semakin melengkapi sarana dan prasarana dari sebuah perkotaan. Tersedianya kemudahan dalam sarana dan prasarana sebagai ibukota Kabupaten juga dititik beratkan dengan jumlah penduduk yang terus bertambah. Dalam bidang pendidikna mengalami perkembangan , sesuai dengan bertambahnya jumlah siswa yang ingin bersekolah di kota Balige. Sehingga kelengkapan sarana dan prasarana masih perlu ditingkatkan untuk sumber daya manusia yang lebih baik dan berkualitas. Sarana kesehatan yang tersedia di kota Balige sudah sangat memadai yang terdiri dari Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, Polindes, dan Pustu sehingga masyarakat Balige dapat dilayani dengan lebih maksimal. Sarana transportasi yang tersedia di kota Balige sudah sangat memadai yang menyediakan sarana pengangkutan yang dibutuhkan leh masyarakat baik itu saranan transportasi darat maupun air. Hal ini mempermudah masyarakat untuk melakukan mobilitas dan pengangkutan barang dari suatu daerah ke daerah lain. Jalur jalan di kota Balige selalu ramai dilalui oleh kendaraan hingga selama 24 jam. Hal ini juga karena kota Balige adalah salah satu kota yang dilalui oleh jalur lintas Sumatera. peningkatan jumlah kendaraan di Balige juga dipengaruhi oleh jumlah pe nduduk dan juga pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kota Balige juga berkembang dalam bidang perekonomian. Dengan jumlah Bank-bank yang tersebar di Kota Balige menunjukkan perputaran uang yang tinggi di kecamatan ini. Selain itu kehidupan masyarakat semakin berkembang, walaupun beluk semuanya. Hal itu dikarenakan sumber penghasilan masyarakat tidak terfokus hanya dalam sektor prtanian, akan tetapi mulai merambah industri, perkantoran, dagang dan lain-lain.


(4)

B. Saran

1. Perkembangan Balige, sebagai ibukota Kabupaten harus bersamaan dengan tata

ruang kota yang menunjukkan ikon atau ciri khas dari kota tersebut, bukan untuk

menghilangkan atau mengabaikannya. Karena dengan ciri khas tersebut kota ini

akan dengan mudah di ingat leh para pengunjung sehingga banyak yang tertarik

untuk datang dan mengunjungi kota ini.

2. Diharapkan untuk pemerintah kota Balige untuk lebih memperhatikan atau

melakukan pembenahan arus lalu lintas, terutama untuk para pemilik kendaraan

(mobil) untuk tidak memarkirkan kendaraan dengan sembarangan di pinggir jalan

yang kenyataannya itu adalah pusat kota Balige.

3. Diharapkan kepada masyarakat untuk memperhatikan lingkungan sekitarnya, baik

itu dirumah, tempat beraktivitas(misalnya Pajak/pekan) untuk lebih memperhatikan

sampah. Dan kepada pemerintah kota Balige untuk tidak henti-hentinya melakukan

penyuluhan kepada masyarakat atau mengajak seluruh warga Balige secara

berama-sama menjaga kebersihan, ketertiban dilingkungan masing-masing guna


(5)

DAFTAR PUSTAKA

---2002 .Buku kenang – kenangan Raja Silahisabungan dikisahkan dalam torsa. Diterbitkan dalam ulang tahun ke – 35, punguan pomparan Raja Silahisabungan dohot

boruna di kebayoran lama dohot humaliangna. Jakarta.

Jhonson.1986. teori sosiologi klasik dan modern. Jakarta. Garuda

Koestoer, Raldi Hendro. 1995. Perspektif Lingkungan Desa Kota : Teori

dan Kasus. Jakarta. UI. Press.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi,

perencanaan, strategi,dan Peluang. Yogyakarta. Erlangga.

Kuntowijoyo.2003.Metodologi Sejarah, Edisi kedua. Yogyakarta.Tiara Wacana Yogya.

Situmorang, Sitor.1993. Toba Na Sae. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.

Sjamsuddin, Helius.2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Bandung: Ombak

Tampubolon, Raja Patik. 2002. Pustaha Tumbaga Holing, Adat Batak,

Patik Umum Buku I dan II. Jakarta. Dian Utama dan Kerabat.

Poerwadarminta, Wjs. 1985. KAmus Besar Bahasa Indonesia.Pusat Pembinaan

Dan Pengembangan Bahasa.Jakarta: DEPDIKBUD.

BPS.2007. Kecamatan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2001-2006.Balige.Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir.

BPS.2010.Analisis INKESRA Kabupaten Toba Samosir 2009, Indikator

Kesejahteraan Rakyat. Balige.Badan Pusat Statistik.

BPS.1999. Toba Samosir Dalam Angka 1999. Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir.


(6)

BPS.2002.Balige Dalam Angka 2002.Balige. Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir.

BPS.2001.Balige Dalam Angka 2001.Balige. Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir.

BPS.2010.Balige Dalam Angka 2010.Balige. Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir.

BPS.2011.Balige Dalam Angka 2011.Balige Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir.

BPS.1999. Toba Samosir Dalam Angka 1999.Balige. Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir.