KEANEKARAGAMAN, STATISTIK DEMOGRAFI DAN TINGKAT KEBUGARAN STURMIA SP. (DIPTERA: TACHINIDAE) SEBAGAI AGENS PENGENDALIAN HAYATI CROCIDOLOMIA PAVONANA F. (LEPIDOPTERA: PYRALIDAE). KEANEKARAGAMAN, STATISTIK DEMOGRAFI DAN TINGKAT KEBUGARAN STURMIA SP. (DIPTERA

ARTIKEL
PENELITIAN FUNDAMENTAL
TAHUN II/ANGGARAN 2008

KEANEKARAGAMAN, STATISTIK DEMOGRAFI DAN TINGKAT
KEBUGARAN STURMIA SP. (DIPTERA: TACHINIDAE) SEBAGAI AGENS
PENGENDALIAN HAYATI CROCIDOLOMIA PAVONANA F. (LEPIDOPTERA:
PYRALIDAE).

Ketua: Dr. Ir. Novri Nelly, MS.
Anggota: Ir. Rusdi Rusli, MS.

Dibiayai oleh Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Nomor Kontrak: 005/SP2H/PP/DP2M/III/2008

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
DESEMBER 2008

HALAMAN PENGESAHAN

ARTIKEL HASIL PENELITIAN TAHUN II
1. Judul: Keanekaragaman, Statistik Demografi dan Tingkat Kebugaran Sturmia
sp. (Diptera: Tachinidae) sebagai Agens
Pengendalian Hayati
Crocidolomia pavonana (Lepidoptera: Pyralidae).

2. Peneliti Utama
a. Nama
b. Jenis Kelamin
c. NIP
d. Pangkat/Golongan
e. Jabatan struktural
f. Jabatan Fungsional
g. Fakultas / Jurusan
h. Pusat Penelitian
i. Alamat
j. Telepon/faks
k. Alamat Rumah
l. Telepon
m. e mail

3. Jangka waktu penelitian
4. Pembiayaan
a. Biaya tahun pertama :
b. Biaya tahun kedua :
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Andalas

: Dr. Ir. Novri Nelly, MS
: Perempuan
: 131 916 957
: Pembina/IVa
:
: Lektor kepala
: Fak. Pertanian Univ. Andalas/HPT
: Universitas Andalas
: Kampus Limau Manis Padang.
: 0751-72775 / Faks. 0751-72701
: Kompleks Pasir Putih E 10 Tabing Padang.
: (0751) 7059580. HP. 08153502671

: novrinelly@yahoo.com
: 2 tahun
:
Rp. 39.510.000,Rp. 33.000.000,Padang, Desember 2008
Ketua Peneliti,

Prof. Ir. Ardi, MSc .
NIP. 130 816 270

Dr. Ir. Novri Nelly, MS
NIP. 131 916 957
Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian
Universitas Andalas
Dr. Ir. Syafrimen Yasin, MSc
NIP. 131 647 299

3

Statistik Demografi Sturmia sp. (Diptera: Tachinidae) parasitoid

larva Crocidolomia pavonana (Lepidoptera: Pyralidae).
Novri Nelly dan Rusdi Rusli.
Jurusan HPT Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Kampus Unand Limau Manis Padang, 25163
Abstak
Penelitian tentang Statistik Demografi Sturmia sp. (Diptera: Tachinidae)
parasitoid larva Crocidolomia pavonana (Lepidoptera: Pyralidae) telah dilakukan di
Laboratorium Jurusan HPT Fakultas Pertanian Univ Andalas. Pengumpulan larva inang
dan parasitoid dilakukan didaerah pertanaman kubis di Aia Angek dan Alahan Panjang.
Untuk mengamati biologi, sejarah hidup dan statistik demografi dilakukan dengan
memaparkan larva inang kepada parasitoid. Larva inang terparasit dipelihara sampai
muncul imago baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siklus hidup parasitoid ini di
laboratorium adalah lebih kurang 21 hari, dengan lama stadia telur - larva adalah 10,5
hari, pupa 4 dan imago 7,33 hari. Laju reproduksi bersih (Ro) adalah 0,3 individu per
induk per generasi, berarti bahwa populasi Sturmia sp dalam keadaan laboratorium
meningkat 0,3 kali dalam setiap generasi T (waktu rataan generasi) 17,0 hari dan r (laju
pertumbuhan intrinsik) 0,008 individu per induk per hari.
Kata kunci: C. pavonana, Statistik demografi, Sturmia sp.

PENDAHULUAN

Pengendalian hayati dengan memanfaatkan potensi parasitoid untuk menekan
populasi hama di lapangan saat ini mendapat perhatian yang serius terutama dalam
kaitannya dengan merebaknya isu konservasi keanekaragaman hayati, kesehatan
ekosistem, dan pengembangan teknologi alternatif (non-pestisida) untuk pengendalian
hama. Pada kenyataanya di lapangan, aplikasi pestisida masih menjadi andalan untuk
mengendalikan serangan hama terutama untuk tanaman bernilai ekonomi tinggi, seperti
tanaman kubis.
Crocidolomia pavonana Fabricius (Lepidoptera: Pyralidae) merupakan salah satu
hama penting tanaman kubis, yang dapat menimbulkan kerugian hingga mencapai 100%.
Sejauh ini pengendalian hama kubis C. pavonana masih bertumpu pada pestisida,
sedangkan upaya pengendalian hayati masih terus dikembangkan dan sejauh ini belum
memberikan hasil yang optimal. Parasitoid E. argenteopilosus misalnya merupakan salah
satu musuh alami yang beberapa tahun terakhir telah dikembangkan untuk

mengendalikan C pavonana di lapangan (Kartosuwondo & Buchori 2003; Ratna et al
1999; Dono 1998; Sudarmo 2001; Nelly et al. 2005).

Namun demikian ternyata

parasitoid ini tidak dapat mengendalikan C. pavonana karena faktor inkompatibilitas

antara parasitoid dan inang yang disebabkan adanya mekanisme enkapsulasi (Hadi 1985;
Kartosuwondo & Buchori 2003).
Berdasarkan hasil penelitian Othman (1982), terdapat beberapa parasitoid lain
selain E argenteopilosus yang dapat dikembangkan, salah satu diantaranya adalah
parasitoid larva Sturmia sp. Hasil investigasi Nelly et al (2004) di daerah pertanaman
kubis Alahan panjang Sumatera Barat, ditemukan dua jenis parasitoid yang menyerang
larva C. pavonana, yaitu: E. argenteopilosus dan Sturmia sp. Hasil penelitian tersebut
memperlihatkan bahwa populasi parasitoid Sturmia sp, jauh lebih banyak dibandingkan
E. argenteopilosus. Namun demikian sangat disayangkan karena informasi mengenai
potensi parasitoid ini dalam mengendalikan hama di lapangan sangat terbatas, sehingga
pemanfaatannyapun sangat minimal. Padahal informasi tersebut sangat penting untuk
merumuskan strategi dalam mengoptimalkan peran parasitoid Sturmia sp untuk
pengendalian hama di lapangan.

Jika informasi tersebut tidak ada, maka program

pengendalian hayati menjadi sulit dikembangkan, dan akan sangat mempengaruhi
keberhasilan program PHT yang saat ini terus didengung-dengungkan oleh masyarakat
dunia dan pemerintah.
Salah satu cara mempelajari potensi suatu parasitoid adalah dengan mempelajari

statistik demografinya. Siklus hidup dan laju pertumbuhan, serta waktu generasi sangat
perlu diketahui pada suatu jenis parasitoid, hal ini dapat digunakan sebagai landasan
untuk pemanfaatannya sebagai agens pengendali hayati.
Untuk mendukung program pengendalian C pavonana maka dilakukan penelitian
yang lebih mendalam mengenai potensi parasitoid Sturmia sp. Penelitian ini dirancang
untuk mempelajari statistik demografi parasitoid Sturmia sp yaitu sejarah hidup, siklus
hidup dan laju pertumbuhan reproduksi. Informasi ini bisa dimanfaatkan untuk
pengembangan parasitoid guna mengendalikan populasi hama .C. pavonana.

BAHAN DAN METODE
Pemeliharaan Serangga Inang
Serangga inang (C pavonana) dikoleksi dari lahan pertanaman kubis dan sayuran
di daerah Aia Angek dan Alahan Panjang, dibawa ke laboratorium untuk dipelihara.
Larva-larva tersebut dipelihara di dalam suatu kotak plastik berukuran 35 cm X 27 cm X
7 cm yang sebelumnya telah dialasi kertas stensil. Setiap jenis larva dipelihara pada kotak
yang terpisah. Larva yang telah memasuki masa prapupa dikeluarkan dari kotak
pemeliharaan larva tersebut, kemudian ditempatkan pada suatu wadah khusus untuk
pupa.
Pemeliharaan Parasitoid Sturmia sp.
Parasitoid Sturmia sp. yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari

pertanaman kubis di daerah Aia angek dan Alahan Panjang. Larva C. pavonana instar 2
dan 3 dikumpulkan dari pertanaman kubis. Larva larva ini dipelihara dengan tujuan untuk
mendapatkan parasitoid. Metoda yang digunakan sama dengan metoda pemeliharaan C.
pavonana. Imago parasitoid di lapang dikumpulkan dengan sweep net dan dimasukan ke
dalam tabung reaksi, selanjutnya di bawa ke laboratorium untuk di pelihara. Parasitoid
yang dikumpulkan dipelihara dalam kurungan yang berbentuk tabung (tinggi 23 cm dan
diameter 12 cm) dan permukaan atas tabung ditutup dengan kain kasa. Sebagai makanan
imago diletakan segumpal kapas yang telah diresapi dengan larutan madu encer (madu :
air = 1 : 9). Untuk peletakkan telur, ke dalam kurungan dimasukkan daun caysim yang
telah diinfestasi dengan larva C. pavonana. Setiap hari inang diganti dan inang yang telah
dipaparkan dikeluarkan untuk selanjutnya dipelihara dalam kotak terpisah sampai
parasitoid berpupa. Pupa parasitoid tersebut dikeluarkan dan dipelihara sampai imago
keluar. Imago ini selanjutnya digunakan untuk stok dan serangga uji.
Studi biologi dan sejarah hidup parasitoid Sturmia sp. pada C. pavonana.
Imago Sturmia sp. yang keluar dari setiap daerah sampel dijadikan untuk studi biologi
dan sejarah hidupnya. Imago betina parasitoid ini diberi larva C. pavonana sampai
terparasit. Larva inang yang diduga sudah terparasit dipelihara, untuk mengetahui bentuk

dan lama stadia pupa. Imago jantan dan betina yang muncul juga dipelihara dan diberi
pakan madu 10 % untuk mengetahui lama hidupnya.

Karakter kebugaran (fitness) parasitoid Sturmia sp.
Imago parasitoid yang muncul dari pemeliharaan, selanjutnya diuji kebugarannya
dengan memeliharanya pada larva inang C. pavonana. Parasitoid tersebut dibiarkan
berkopulasi dan kemudian sepasang parasitoid dimasukkan dalam kurungan berbentuk
tabung (tinggi 23 cm dan diameter 12 cm) dan permukaan atas tabung ditutup dengan
kain kasa.

Sebagai makanan imago diletakkan segumpal kapas yang telah diresapi

dengan larutan madu encer (madu : air = 1 : 9). Untuk peletakkan telur, ke dalam
kurungan dimasukkan daun brokoli yang telah diinfestasi dengan 20 larva C. pavonana.
Setiap hari inang diganti dan inang yang telah dipaparkan dikeluarkan untuk selanjutnya
dipelihara dalam kotak terpisah sampai parasitoid berpupa.

Imago betina dibiarkan

memarasit hingga mati. Pengamatan yang dilakukan adalah lama hidup, laju pemunculan
imago baru (emergence rate), persentase laju survival, dan nisbah kelamin. Percobaan
diulang sebanyak 10 kali.
Kemampuan reproduksi (potential reproductive) parasitoid Sturmia sp dan

implikasinya terhadap kemampuan parasitoid dalam mengendalikan C. pavonana.
Sebanyak 10 betina parasitoid yang baru muncul dan sudah berkopulasi, dipaparkan
sebanyak 20 larva C. pavonana yang diletakan pada daun kubis. Pemaparan dilakukan
dalam kurungan berbentuk tabung (tinggi 23 cm dan diameter 12 cm) dan permukaan
atas tabung ditutup dengan kain kasa. Sebagai makanan imago diletakkan segumpal
kapas yang telah diresapi dengan larutan madu encer (madu : air = 1 : 9). Setiap hari
inang diganti dan inang yang telah dipaparkan dikeluarkan untuk selanjutnya dibedah
dibawah mikroskop. Imago betina dibiarkan memarasit hingga mati.
Pengamatan kematian larva terparasit dilakukan setiap hari sampai seluruh individu
kohor

mati, yang dijelaskan dalam bentuk tabel kehidupan (life tabel). Pencatatan

meliputi: kelas umur atau jumlah inang yang masih bertahan hidup. Selanjutnya dihitung
peluang hidup (lx) pada umur x. Data lx digunakan juga untuk menyusun kurva peluang
hidup.

Statistik demografi parasitoid Sturmia sp diduga dengan mnggunakan rumus yang
dikembangkan Southwood (1978 dalam Tarumingkeng, 1994):
lx =hari pengamatan ke atau kelas umur

ax = jumlah individu yang hidup
lx = proporsi individu yang hidup
dx = jumlah individu yang mati
mx = keperidian spesifik individu pada kelompok umur x.
qx = proprsi individu yang mati
lo = ao/ao =1. l1 = a1/ao, lx= ax/ao
Proporsi jumlah anak betina yang lahir sepanjang generasi kohor yang disebut laju
reproduksi neto (Ro);
x
Ro = ∑ lxmx
o
Waktu rataan generasi dihitung dengan
T = ∑x lxmx / Ro
Laju pertumbuhan intrinsik dihitung dengan
r = Log e Ro/T

HASIL DAN PEMBAHASAN
Studi biologi dan sejarah hidup parasitoid Sturmia sp. pada C. pavonana.
Hasil pengamatan biologi yaitu lama stadia parasitoid ini pada larva C pavonana
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 .Lama stadia Sturmia sp pada larva C pavonana
Stadia
Telur – larva
Pupa
Imago
.

Lama (hari)
10,50 ± 1,29
4,00 ± 1,00
7,33 ± 0,58

Metamorfosis parasitoid ini adalah metamorfosis sempurna, stadia teliur dan
larva berada pada larva inang. Lama stadia telur - larva parasitoid kebanyakan mengikuti
lama stadia larva inang. Akan tetapi kebanyakan pada keadaan lingkungan yang sama,
lama stadia larva inang yang terparasit lebih pendek dibandingkan dengan larva inang
yang normal.
Untuk mempelajari karakter kebugaran dan statistik demografi parasitoid Sturmia
sp diamati melalui life tabel, yang terdiri dari:
x = hari pengamatan (kelas umur)
lx =hari pengamatan ke atau kelas umur
ax = jumlah individu yang hidup
lx = proporsi individu yang hidup
dx = jumlah individu yang mati
mx = keperidian spesifik individu pada kelompok umur x.
qx = proporsi individu yang mati
Laju reproduksi satu generasi betina parasitoid yaitu Ro adalah 0,3, yang berarti bahwa
betina parasitoid mampu menghasilkan 0,3 betina baru (Tabel 5).
Dari tabel kehidupan dapat dilihat bahwa larva inang yang dipaparkan dan
dipelihara sampai imago, jumlah imago yang muncul adalah 6,0 %. Jika dilihat bahwa
rata rata lama perkembangan telur – larva adalah lebih kurang 10,5 hari (Tabel 5), pada
pengamatan kelas umur pupa terlihat sangat sedikit larva terparasit yang menjadi pupa.
Larva inang terparasit tidak bisa dipastikan, tapi diduga semua larva yang dipaparkan
adalah terparasit, hal ini disebabkan terkait cara parasitoid meletakan telur. Imago betina
Sturmia sp atau Diptera pada umumnya tidak mempunyai ovipositor, sehingga untuk
meletakkan telur parasitoid ini mempunyai beberapa strategi. Beberapa strategi peletakan
telur oleh famili Tachinidae ordo Diptera adalah;: telur diletakkan pada daun tanaman
inang, kemudian dimakan oleh larva inang dan menetas di dalam tubuh inang. Bisa juga
telur diletakkan pada kutikula atau di tubuh inang

Tabel 2. Life tabel parasitoid Sturmia sp pada larva C pavonana sebagai inang
x
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Ro= 0,3

ax
20
16
14
13
12
9
7
6
6
4
3
3
3
3
3
3
2
2
2
1
0

lx
1,0
0,8
0,7
0,65
0,6
0,45
0,35
0,3
0,3
0,2
0,15
0,15
0,15
0,15
0,15
0,15
0,1
0,1
0,1
0,05
0

dx
4
2
1
1
3
2
1
0
2
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0

T = 17,0

qx
0,2
0,1
0,05
0,05
0,15
0,1
0,05
0
0,1
0,05
0
0
0
0
0
0,05
0
0
0,05
0,05
0

mx
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0

lxmx
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0,3
0
0
0
0

xlxmx
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5,1
0
0
0
0

r = 0,008

.
Peluang hidup larva inang yang diduga terparasit parasitoid dapat dilihat pada
gambar berikut:

Gambar 1. Peluang hidup parasitoid Sturmia sp pada larva inang.
Dari Gambar 3 diatas juga dapat dilihat bahwa kematian larva inang terparasit
dalam pemeliharaan terjadi pada fase awal atau fase larva.

Secara keseluruhan

kemampuan reproduksi parasitoid ini dilihat dari tabel kehidupan diatas, dapat dihitung
statistik demografi Sturmia sp pada larva C pavonana.
Karakter kebugaran (fitness), Kemampuan reproduksi (potential reproductive)
parasitoid Sturmia sp dan implikasinya terhadap kemampuan parasitoid dalam
mengendalikan C. pavonana.
Kemampuan reproduksi parasitoid ini agak sulit diukur setiap hari, akan tetapi
dari tabel kehidupan diatas dapat diketahui bahwa parasitoid ini dapat menghasilkan
imago betina dalam setiap generasinya dengan sex ratio 2:1. Laju reproduksi bersih (Ro)
adalah 0,3 individu per induk per generasi, ini berarti bahwa populasi Sturmia sp dalam
keadaan laboratorium meningkat 0,3 kali dalam setiap generasi T (waktu rataan generasi)
17,0 dan r (laju pertumbuhan intrinsik) 0,008.
Nilai r merupakan konstanta untuk kondisi lingkungan yang konstan. Jika kondisi
lingkungan berubah, maka nilai r juga akan berubah. Agar suatu spesies mampu bertahan
hidup pada suatu lingkungan, nilai minimum r dari spesies tersebut harus dilampaui. Jika
nilai r kurang, maka spesies tersebut akan gagal dalam mempertahankan hidupnya. Hal
tersebut tidak berarti bahwa makin tinggi nilai r, populasi tersebut akan berhasil dalam
mempertahankan hidupnya (Birch, 1948 dalam Yaherwandi, Nelly dan Syam, 1998) .

Laju pertumbuhan intrinsik merupakan merupakan kapasitas suatu populasi untuk
meningkat, yang besarnya ditentukan oleh berbagai aspek yang menyangkut sejarah
kehidupan organisme yaitu natalitas, mortalitas dan waktu perkembangan. Sehubungan
dengan itu parasitoid Sturmia sp memiliki laju intrinsik r 0,008 individu per induk per
hari, sedangkan laju reproduksi bersih Ro adalah hanya 0,3 individu pergenerasi dengan
waktu rataan adalah 17 hari.
Hal lain yang juga akan mempengaruhi peningkatan populasi parasitoid di
lapangan adalah keberadaan larva inang. Parasitoid larva, sering ditentukan oleh proses
penemuan inang. Imago dari ordo Diptera seperti parasitoid Sturmia sp tidak mempunyai
ovipositor untuk meletakan telur pada tubuh inang. Telur yang diletakkan pada daun
tanaman jika termakan oleh C pavonana baru akan menjadi parasitoid. Larva C
pavonana yang termakan telur parasitoid atau terparasit, tetap berkembang
Menurut Quicke (1997), parasitoid yang menyerang inang dan dimana larva inang
tetap berkembang sampai terbentuk pupa parasitoid termasuk parasitoid yang bersifat
koinobion. Parasitoid Sturmia sp ini termasuk koinobion, dimana larva C pavonana tetap
hidup dan berkembang setelah terparasit atau termakan telur Sturmia sp.
Perkembangan populasi parasitoid ini di laboratorium sangat kecil, yaitu dengan
nilai laju reproduksi (Ro) yang rendah. Jika dilihat dari laju reproduksi yang rendah,
maka kemungkinan usaha perbanyakan parasitoid di laboratorium perlu pengetahuan
yang lebih mendalam. Hal lain yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan Sturmia sp
sebagai pengendali hayati C pavonana adalah dengan usaha konservasi.

Tingginya

populasi parasitoid ini di lapangan merupakan potensi yang baik sekali untuk dijadikan
sebagai agens pengendalian hayati.
KESIMPULAN
Hasil penelitian tentang statistik demografi Sturmia sp parasitoid C pavonana.
menunjukkan bahwa siklus hidup parasitoid ini di laboratorium adalah lebih kurang 21
hari, dengan lama stadia telur - larva adalah 10,5 hari, pupa 4 dan imago 7,33 hari. Laju
reproduksi bersih (Ro) adalah 0,3 individu per induk per generasi, berarti bahwa populasi
Sturmia sp dalam keadaan laboratorium meningkat 0,3 kali dalam setiap generasi T
(waktu rataan generasi) 17,0 hari dan r (laju pertumbuhan intrinsik) 0,008 individu per
induk per hari.

Ucapan terima kasih: Terima kasih yang sebesar besarnya kepada Dirjen Dikti yang
telah memberi dana Penelitian Fundamental tahun 2008 untuk pembiayaan penelitian ini,
dengan nomor kontrak: 005/SP2H/PP/DP2M/III/2008.

DAFTAR PUSTAKA
Blumberg. D. 1997. Comentary: Parasitoid encapsulation as a defense mechanism quantities
in Coccoidea (Homoptera and its importance in biological control. Biol. Control. 8:225
– 236
Corrigan, J.E., and J.H. Lashomb. 1990. Host influences on the bionomics of Edovum
puttleri: Effects on size and reproduction. Environ. Entomol. 19:1496-1502.
Corrigan, J.E. and J.E. Laing. 1994. Effects of the rearing host specis and the host species
attacked on performance by Trichogramma minutum Riley (Hym: Trichogrammatidae)
Environ. Entomol. 23: 755-760.
Dono, D. 1998. Pengaruh Ekstraks Biji Aglia harmsiana Perkins (Meliaseae) Terhadap
Interaksi Antara Crocidolomia pavonana Zeller (Lepidoptera: Pyralidae) dan
Parasitoidnya Eriborus argenteopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichnemonidae).
[Tesis] Program Pascasarjana IPB Bogor.
Hadi, S. 1985. Biologi dan Prilaku Inareolata sp (Hymenoptera: Ichneumonidae), Parasitoid
Larva Pada Hama Kubis Crosidolomia pavonana Zell. (Lepidoptera: Pyralidae). [Tesis]
Progrom Pascasarjana IPB Bogor.
Kalshoven, L. G. E, 1981. The Pest of Crop in Indonesia. Revised and Translated by P. A.
van der Laan. PT. Ichtiar Baru-van Hoeve, Jakarta.
Kartosuwondo, K dan D. Buchori. 2003. Kompatibilitas parasitoid E. argenteopilosus
Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) dan Inangnya: Faktor-faktor yang
mempengaruhi effektifitas Eriborus argenteopilosus dalam mengendalikan
Crocidolomia pavanana Zell (Lepidoptera: Pyralidae). Laporan Penelitian Hibah
Bersaing X. Dirjen Dikti, Depdiknas
Miller, J.C. 1983. Ecological relationships among parasites and the practice of biolo-gical
control. Environ. Entomol. 12:620-624.
Nelly, Novri. 2002. Preferensi parasitoid E. argenteopilosus pada tiga jenis inang:
C.pavonana, H.armigera, dan S. litura. J.Manggaro ISSN 1410-9719.Vol. 2. No1.
Nelly, N., Z. B. Kiman, D. Irfandri. 2004. Identifikasi parasitoid larva hama
Crocidolomia pavonana (Lepidoptera: pyralidae) dari daerah lembah gumanti
kabupaten Solok. Jurnal Manggaro, ISSN 1410-9719.Vol. 4 No.2 .
Nelly, N. T. Habazar, R. Syahni, B. Sahari, D. Buchori. 2005. Tanggap fungsional
parasitoid E. argenteopilosus Cameron (hymenoptera: ichneumonidae) terhadap

inang Crocidolomia pavonana Fab. (Lepodoptera: pyralidae) pada suhu berbeda.
Jurnal Hayati Vol 12 (1): 17-22.
Nelly, Novri. 2007. Kelimpahan populasi Sturmia sp parasitoid larva Crocidolomia.
Pavonana F. (Lepidoptera: Pyralidae) di daerah Alahan Panjang Sumatera Barat. J
Manggaro Vol 8 No 1 . April 2007 (13-16)
Nelly. N., Yaherwandi, 2006. Fluktuasi Populasi E. argenteopilosus Pada Lansekap
Agroekosistem dan Daerah Geografi yang Berbeda.
Othman, N. 1982. Biology of Crocidolomia pavonana Zell. (Lepidoptera: Pyralidae) and Its
Parasites from Cipanas Area, West Java (a report of training course research).
SEAMEO Regional Center for Tropical Biology, Bogor.
Quicke, D. L. J. 1997. Parasitic Wasp; Chapman and Hall. London.
Ratna, E. S., D. Buchori dan T. Santoso. 1999. Pemanfaatan Virus dari beberapa Spesies
Parasitoid untuk Meningkatkan Kinerja Eriborus argenteopilosus Cameron
(Hymenoptera: Ichneumonidae) dalam Mengendalikan Crocidolomia pavonana Zell.
(Lepidoptera: Pyralidae). Laporan Riset Unggulan Terpadu IV. Kantor Mentri Negara
Riset dan Teknologi.
Sahari, B. 1999. Studi Enkapsulasi Parasitoid Eriborus argenteopilosus Cameron
(Hymenoptera: Ichneumonidae) dan Implikasinya Pada Inang Crosidolomia pavonana
Zell. (Lepidoptera: Pyralidae) dan Spodoptera litura (Fab. ) (Lepidoptera: Noctuidae)
[Skripsi] Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas pertanian IPB Bogor.
Strand, M. R. T and L. L. Pech. 1995. Immunological basis for compatibility in parasitoidhost relationships. Annu. Rev. Entomol. 40: 31 – 56.
Sudarmo. 2001. Pengaruh ekstrak Aglaia odorata Lour.(Meliaceae) terhadap
Crocidolomia binotalis Zell. (Lepidoptera:Pyralidae) dan parasitoidnya E.
argenteopilosus Cameron (Hymenoptera:Ichneumonidae). Thesis PPS Institut
Pertanian Bogor.
Waterhouse, D.F., 1998. Biologicalcontrol of Insect pest: Southeast Asian prospects
ACIAR Canberra, 523 p.
Yaherwandi, N .Nelly. U. Syam, 1998. Statistik demografi Spodoptera litura
(Lepidoptera: Noctuidae) pada tanaman kedele. Laporan Penelitian dana Rutin Univ
Andalas Padang. 15 halaman.