Pengaruh tepung daun kelor (moringa oleifera) terhadap kadar glukosa darah dan malondialdehyde (mda) pada tikus wistar diabetes melitus tipe 2 JURNAL. JURNAL

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENGARUH TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP KADAR
GLUKOSA DARAH DAN MALONDIALDEHID PADA TIKUS DIABETES MELITUS TIPE
2
Lulu Fathnatul Ulya1 , Sugiarto 2 , Adi Prayitno 2
1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Pascasarjana UNS
2
Dosen Program Studi Ilmu Gizi Pascasarjana UNS
lulufathnatululya@ymail.com

ABSTRACT
Background : Moringa oleifera is believed to treat diabetes mellitus. Diabetes mellitus (DM)
type 2 is a metabolic syndrome that is caused by insulin resistance and insulin deficiency.
Hyperglycemia will weaken the capacity of insulin secretion and increase insulin resistance.
Hyperglycemia in DM causes the oxidative stress indicated by the decreased of antioxidant
substances. Free radicals can be neutralized using antioxidants. Moringa oleifera is one of

the plants that contain antioxidants. The objective of the study was to verify the effect of
Moringa oleifera powder on the blood glucose level and malondialdehid (MDA) at rats with
type 2 diabetes mellitus.

Method : This research experimental laboratory was design by pre and post randomized
controlled group design. The subjects were male wistar rats aged 8-9 weeks. Negative
control (NC) was not induced by Streptozotocin (STZ) and Nicotinamide (NA). Positif
control group was induced by STZ and NA but not given by Moringa oleifera powder. The
treatment group was induced by STZ, NA, and moringa oleifera powder (P1) 500 mg/Kg
weight/day, (P2) 1000 mg/Kg weight/day, and (P3) 1500 mg/Kg weight/day, and
administered for 7 days. Blood glucose levels and MDA examined at pre and post
treatment. The data were analyzed by statistical analysis paired t-test and pearson
correlation, meaningful if p < 0,05.
Results : Pre and post treatment results showed that blood glucose levels increased 0,67 ±
0,84 mg/dl in NC group (p = 0.108) and increased 0.65 ± 0,67 mg/dl in KP group (p =
0.052). Glucose levels decreased 30.83 ± 0.78 mg/dl P1 group (p = 0.001), 51.73 ± 1.04
mg/dl P2 group (p = 0.001), and 93 ± 2.56 mg/dl P3 group (p = 0.001). MDA levels
increased 0,06 ± 0,05 nmol/ml in NC group (p = 0.091) and 0.11 ± 0.08 nmol/ml in KP
group (p = 0.018). MDA levels decreased 0.74 ± 0.28 nmol/ml in P1 group (p = 0.001), 1.33
± 0.08 nmol/ml in P2 group (p = 0.001), 2.37 ± 0.13 nmol/ml in P3 group (p = 0.001).

Coefficient of pearson correlatoion test results for blood glucose and MDA are 0.988 and
0.937 which means it have a very strong influence.
Conclusion : Moringa oleifera powder can be a very powerful effect on blood glucose and
MDA levels of the wistar rats with type 2 diabetes mellitus for 7 days by stomach sonde.

commit
to usermellitus, blood glucose MDA
Keywords : Moringa oleifera,, rats with type
2 diabetes
ABSTRACT

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Latar Belakang : Daun kelor dipercaya mampu mengobati diabetes mellitus. Diabetes
Melitus (DM) tipe 2 adalah sindrom metabolik yang disebabkan oleh resistensi insulin dan
defisiensi insulin. Hiperglikemia pada akan melemahkan kapasitas sekresi insulin dan
menambah berat resistensi insulin. Keadaan hiperglikemia pada DM menyebabkan
terjadinya stres oksidatif yang ditandai dengan penurunan antioksidan tubuh. Radikal

bebas dapat dinetralisir menggunakan antioksidan. Daun kelor merupakan salah satu
tanaman yang mengandung antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh tepung daun kelor (Moringa oleifera) terhadap kadar glukosa darah dan
malondialdehid (MDA) pada tikus wistar diabetes tipe 2.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan pre
and post randomized controlled group design. Sampel adalah tikus wistar jantan umur 8 - 9
minggu. Kontrol negatif (KN) tidak diinduksi streptozotocin (STZ), dan nikotinamid (NA).
Kontrol positif (KP) diinduksi streptozotocin (STZ), nikotinamid (NA) tetapi tidak diberikan
tepung daun kelor. Kelompok perlakuan (KP) diinduksi STZ dan NA serta diberikan tepung
daun kelor (P1) 500 mg/KgBB/hari (P2) 1000 mg/KgBB/hari, (P3) 1500 mg/KgBB/hari
diberikan selama 7 hari. Kadar glukosa darah dan MDA diukur sebelum dan sesudah
perlakuan. Data dianalisis statistik dengan paired t-test dan pearson correlation serta
bermakna jika p < 0,05.
Hasil : Hasil pre and post treatment menunjukkan bahwa kadar glukosa darah mengalami
kenaikan 0,67±0,84 mg/dl pada kelompok KN (p= 0,108) dan mengalami kenaikan
0,65±0,67mg/dl pada kelompok KP (p=0,052). Kadar glukosa mengalami penurunan
30,83±0,78 mg/dl kelompok P1 (p=0,001), 51,73±1,04 mg/dl kelompok P2 (P=0,001), dan
93±2,56 mg/dl kelompok P3 (p=0,001). Kadar MDA mengalami kenaikan 0,06±0,05
nmol/ml pada kelompok KN (p=0,091) dan 0,11±0,08 nmol/ml pada kelompok KP
(p=0,018). Kadar MDA mengalami penurunan 0,74±0,28 pada kelompok P1 (p=0,001),

1,33±0,08 nmol/ml kelompok P2 (p=0,001), 2,37±0,13 nmol/mlkelompok P3 (p=0,001).
Hasil koefisiensi uji pearson correlation untuk glukosa darah dan MDA adalah 0,988 dan
0,937 yang artinya memiliki pengaruh sangat kuat.
Kesimpulan : tepung daun kelor dapat berpengaruh sangat kuat terhadap kadar glukosa
darah dan MDA tikus diabetes mellitus tipe 2.
Keywords : daun kelor, tikus diabetes tipe 2, glukosa darah, MDA
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu dari enam penyakit tidak menular yang
dapat menyebabkan 60% kematian di dunia(1). Meskipun jumlah persentase DM berjumlah
paling sedikit dibandingkan 5 penyakit tidak menular lainnya, namun DM tetap harus
diwaspadai dikarenakan DM menjadi faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler,
ginjal dll. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013(2) diperoleh kenaikan jumlah proporsi

to user
DM di Indonesia yang kenaikannya hampircommit
dua kali
lipat. Penderita DM semakin bertambah

perpustakaan.uns.ac.id


digilib.uns.ac.id

seiring dengan bertambahnya usia dan lebih banyak terjadi di masyarakat perkotaan.
Beberapa komplikasi penyakit yang terjadi akibat DM di RSCM tahun 2011 meliputi
retinopati diabetes, neuropati, stroke, gagal jantung dan sebagainya(3). Data tersebut
cukup menunjukkan bahwa DM merupakan masalah kesehatan yang besar baik di dunia
maupun di Indonesia yang perlu penanganan secara optimal sehingga dapat dikendalikan.
Tepung daun kelor memiliki kandungan antioksidan seperti flavonoid, vitamin (A, E, C)
dan selenium. Kandungan antioksidan dalam daun kelor akan membantu menurunkan
kadar glukosa darah yang tinggi pada penderita DM. Peningkatan asupan antioksidan
diharapkan juga akan menurunkan kadar malondialdehid.
Malondialdehid (MDA) merupakan produk akhir peroksidasi lipid di dalam tubuh yang
dapat mengakibatkan kerusakan sel. Penguraian peroksida lipid menghasilkan banyak
molekul yang salah satunya adalah molekul MDA. Indikator peroksidasi lipid paling banyak
diukur menggunakan MDA. Kadar MDA yang tinggi menunjukkan semakin rendahnya
status antioksidan tubuh, dan sebaliknya (4).
Menurut Sumarno dkk pemberian ekstrak tepung daun kelor dapat menurunkan kadar
MDA hepar pada tikus perokok. Selain itu, manfaat menurunan glukosa darah pada mencit
juga dimiliki oleh ektrak daun kelor (5). Belum diketahui apakah penurunan kadar glukosa

darah dan MDA juga bisa terjadi pada tikus dengan model diabetes melitus tipe 2. Untuk
mengetahui apakah terjadi penurunan

kadar glukosa darah dan MDA, maka dilakukan

penelitian tentang pengaruh tepung daun kelort erhadap kadar glukosa darah dan MDA
pada tikus diabetes melitus tipe 2.
Metode
Penelittian dilakukan dengan metode penelitian eksperimental laboratoris dengan
rancangan pre and post randomized controlled group design. Sampel adalah tikus wistar
jantan umur 8 - 9 minggu. Kontrol negatif (KN) tidak diinduksi streptozotocin (STZ), dan
nikotinamid (NA). Kontrol positif (KP) diinduksi streptozotocin (STZ), nikotinamid (NA)
tetapi tidak diberikan tepung daun kelor. Kelompok perlakuan (KP) diinduksi STZ dan NA
serta diberikan tepung daun kelor (P1) 500 mg/KgBB/hari (P2) 1000 mg/KgBB/hari, (P3)
1500 mg/KgBB/hari diberikan selama 7 hari. Kadar glukosa darah dan MDA diukur
sebelum dan sesudah perlakuan.
Data dianalisis statistik dengan one way anova, Tukey HSD, paired t-test, Kruskal
Wallis, dan Mann Whitney serta bermakna jika p < 0,05.

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Hasil

Terdapat 30 ekor tikus dengan usia 8-9 minggu sebagai sampel penelitian. Penetuan
karakteristik awal sampel menggunakan uji homogenitas. Hasil uji Levene’s menunjukkan
berat badan sampel kelima kelompok adalah homogen dengan nilai p 0,346 (p > 0,05).
Pengukuran kadar glukosa darah dan MDA dilakukan 3 hari setelah induksi
streptozotocin (STZ) dan nikotinamid (NA). Perlakuan tepung daun kelor diberikan selama
7 hari. Sebelum pemeriksaan tikus wistar dipuasakan selama 10 jam dengan tetap diberi
air minum ad libitum. Sampel yang diuji berupa plasma darah dengan metode uji GOD-PAP
untuk menguji kadar glukosa darah dan metode TBARS untuk menguji kadar MDA
Berikut adalah data kadar glukosa darah dan MDA ditampilkan pada tabel 1 dan 2 di
bawah ini.
Tabel 1. Kadar glukosa darah tikus wistar
Kelompok


Kadar sebelum

Kadar sesudah

perlakuan

perlakuan

(mg/dl)

(mg/dl)

KN

62,18±2,99

62,85±2,78

KP


259,87±5,27

260,52±5,48

K1

263,15±4,78

232,67±5,17

K2

262,52±4,78

210,78±5,54

K3

264,17±4,69


171,17±3,99

Sumber : Data primer, 2015

Tabel 2. Kadar MDA tikus wistar
Kelompok

Kadar MDA

Kadar MDA

sebelum

sesudah

perlakuan

perlakuan

(nmol/ml)


(nmol/ml)

KN

1,21±0,07

1,27±0,09

KP

8,52±0,29

8,62±0,25

K1

8,71±0,25

7,96±0,11

K2

8,68±0,27

7,35±0,31

K3

8,78±0,21

6,42±0,22

Sumber : Data primer, 2015

Pada Tabel 1 menunjukkan induksi STZ 45 mg/KgBB dan NA 110 mg/KgBB dalam
waktu 3 hari menjadikan kondisi hiperglikemik pada tikus coba (KP, P1, P2, dan P3).
Terlihat juga bahwa tikus wistar yang tidak diinduksi STZ dan NA (KN) memiliki kadar

commit to user

glukosa di bawah 100 mg/dl. Tabel 1 juga memperlihatkan terjadinya penurunan kadar

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

glukosa darah pada tikus diberi tepung daun kelor (P1, P2, dan P3) dibandingkan tikus
yang tidak diberi jtepung daun kelor (KP). Akan tetapi pemberian tepung daun kelor
selama 7 hari tidak mampu menurunkan kadar glukosa darah hingga di bawah 100mg/dl
(KN).
Tabel 2 menunjukkan kadar MDA yang meningkat setelah 3 hari diinduksi STZ dan NA.
Peningkatan MDA menunjukkan penurunan status antioksidan pada tikus coba. Hal ini
terjadi pada kelompok KP, P1, P2, dan P3. Sedangkan kelompok kontrol negatif (KN)
memiliki kadar MDA yang jauh lebih kecil di bawah kelompok yang mendapat induksi STZ
dan NA. Tikus coba dengan kadar MDA yang lebih kecil bermakna bahwa tikus tersebut
memiliki status antioksidannya lebih baik. Terjadi pula penurunan MDA pada kelompok
perlakuan P1, P2 dan P3 setelah diberi perlakuan tepung daun kelor dibandingkan
kelompok tikus coba yang tidak diberi tepung daun kelor (KP). Namun pemberian tepung
daun kelor selama 7 hari tidak mampu menurunkan kadar MDA hingga menyamai kondisi
normal (KN) yang status oksidanya relatif stabil.
Tabel 3. Hasil uji paired samples t test kadar glukosa darah
Kelompok

Rerata

P

KN

-0,67±0,84

0,108

KP

-0,65±0,67

0,52

P1

30,83±0,78

0,001

P2

51,73±1,04

0,001

P3

93±2,56

0,001

Sumber : Data primer, 2015. Bermakna bila p < 0,05.

Tabel 4. Hasil uji paired samples t test kadar malondialdehid (MDA)
Kelompok

Rerata

p

KN

-0,06±0,05

0,091

KP

-0,11±0,08

0,018

P1

0,74±0,28

0,001

P2

1,33±0,08

0,001

P3

2,37±0,13

0,001

Sumber : Data primer, 2015. Bermakna bila p < 0,05.

Uji paired samples t test

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara kadar

glukosa darah dan MDA sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol negatif
(KN) dengan nilai p > 0,05. Pada kelompok kontrol positif menunjukan tidak ada

commit to user

perbedaan rerata kadar glukosa darah yang bermakna sebelum dan sesudah perlakuan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

tepung daun kelor dengan nilai p > 0,05. Sedangkan pada kelompok kontol positif MDA
terdapat perbedaan rerata MDA yang bermakna sebelum dan sesudah perlakuan tepung
daun kelor dengan nilai p < 0,05. Uji ini juga menunjukkan ada perbedaan signifikan
antara kadar glukosa darah dan MDA sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
tikus yang diberi tepung daun kelor dengan dosis 500 mg/KgBB/hari, 1000 mg/KgBB/hari
dan 1500 mg/KgBB/hari (p < 0,05).
Uji pearson correlation Pengaruh tepung daun kelor terhadap kadar glukosa darah yang
sangat kuat juga ditunjukan melalui uji pearson correlation (0.988). Semakin besar jumlah
pemberian tepung daun kelor, maka akan semakin besar pula jumlah penurunan kadar
glukosa darah pada tikus diabetes tipe 2.

Gambar1.selisih kadar glukosa darah tikus
Keterangan:
KN = kontrol negatif
KP = kontrol positif
P1 = kelompok perlakuan 1 (tepung daun kelor 500 mg/KgBB/hari)
P2 = kelompok perlakuan 2 (tepung daun kelor 1000 mg/KgBB/hari)
P3 = kelompok perlakuan 3 (tepung daun kelor 1500 mg/KgBB/hari)
Perlakuan tepung daun kelor selama 7 hari pada kelompok P1, P2 dan P3 menghasilkan
penurunan kadar MDA pada kelompok tersebut. Pengaruh tepung daun kelor terhadap
kadar MDA yang sangat kuat juga ditunjukan melalui uji pearson correlation (0.937).
Semakin besar jumlah pemberian tepung daun kelor, maka akan semakin besar pula
jumlah penurunan MDA pada tikus diabetes tipe 2.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Gambar 2. selisih MDA darah tikus
Keterangan:
KN = kontrol negatif
KP = kontrol positif
P1 = kelompok perlakuan 1 (tepung daun kelor 500 mg/KgBB/hari)
P2 = kelompok perlakuan 2 (tepung daun kelor 1000 mg/KgBB/hari)
P3 = kelompok perlakuan 3 (tepung daun kelor 1500 mg/KgBB/hari)

Pembahasan
Induksi Streptozotocin (STZ) dan Nicotinamid (NA) terhadap Tikus bertujuan untuk
mejadikan model tikus diabetes tipe 2. Pada Tabel 1 menunjukkan peningkatan kadar
glukosa darah pada kelompok perlakuan yang diinduksi STZ dan NA, yaitu KP, P1, P2, dan
P3 dibandingkan kelompok kontrol negatif (KN) yang tidak diinduksi STZ dan NA. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian Leo tahun 2014(6) dan Ananda tahun 2012(7), bahwa
pemberian streptozotocin diikuti dengan nicotinamide pada tikus akan menginduksi
diabetes mellitus terkait resistensi insulin dan mengakibatkan terbentuknya hiperglikemia.
Kenaikan glukosa darah (hiperglikemia) yang kronik pada DM dapat mengakibatkan
peningkatan stres oksidatif (8). Stres oksidatif ditandai dengan meningkatnya kadar MDA
darah (9). Seperti halnya pada penelitian ini untuk kadar MDA pada Tabel 2 diperoleh hasil
kenaikan pada kelompok perlakuan yang diinduksi STZ dan NA, yaitu KP, P1, P2, P3
dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (KN).
Pengaruh pemberian tepung daun kelor terhadap glukosa darah dan MDA adalah
sangat kuat dengan nilai koefisiensi 0,988 pada glukosa darah dan 0,937 pada MDA.
Seperti terlihat pada gambar 1 dan 2 bahwa semakin besar jumlah pemberian tepung daun
kelor, maka akan semakin besar pula jumlah penurunan kadar glukosa darah dan MDA
pada tikus diabetes tipe 2. Selain itu, pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kadar glukosa

commit to user
darah tikus diabetes tipe 2 menurun signifikan
setelah pemberian tepung daun kelor
selama 7 hari. Penelitian ini menjadi pendukung penelitian yang dilakukan oleh Dewiyeti &

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Hidayat pada tahun 2015(5), tentang efek Moringa oleifera dapat menurunkan glukosa
darah pada mencit dan tikus diabetes secara signifikan.
Perlakuan tepung daun kelor selama 7 hari pada kelompok P1, P2 dan P3 menghasilkan
penurunan kadar MDA pada kelompok tersebut. Dapat dilihat pada Tabel 4 Terjadi
penurunan MDA secara signifikan pada semua kelompok perlakuan. Hal ini sejalan dengan
penelitian dari Dafriyani tahun 2010(10) yang menyatakan bahwa terjadi penurunan kadar
MDA pada tikus diabetes melitus tipe 2 setelah 7 hari diberikan suspensi bubuk kedelai
Kandungan zat gizi daun kelor yang meliputi Seleniun, vitamin A, E dan C mampu
membantu menurunkan kadar glukosa darah dan malondialdehid (MDA) dengan masingmasing mekanismenya.

Selenium mampu menurunkan kadar gula darah

dengan

memperkuat fosforilasi Akt dan PI3 kinase, protein yang terlibat dalam proses penyignalan
insulin. Flavonoid dapat menghambat aktivitas enzim α glucosidase mengganggu
pemecahan maltosa menjadi glukosa sehingga sulit diserap oleh intestinum (11). Selain itu,
flavonoid yang disintesis dari bunga pohon pisang berpotensi untuk mengaktivasi reseptor
tyrosin kinase insulin. Aktivasi reseptor tyrosin ini akan meningkatkan GLUT-4 pada
permukaan sel (terutama otot skelet) sehingga terjadi peningkatan transport glukosa ke
dalam sel (12).
Vitamin A berperan dalam perkembangan dan diferensiasi subset Th1 dan Th2,
mempertahankan antibodi normal atas penggaruh Th2 yang menekan produksi IL-12, TNFα, dan IFN-ɣ oleh Th1 (13). TNF-α dilaporkan menyebabkan gangguan ambilan glukosa yang
dirangsang insulin dari jaringan otot dan sel-sel adiposa dan menekan translokasi glucose
transporter 4 (GLUT-4). Selain itu, TNF-α juga dapat menurunkan aktivitas lipoprotein
lipase (LPL) dan meningkatkan lipogenesis di dalam hati (14).
Vitamin E memperbaiki potensi sistem pertahanan radikal bebas dan memiliki efek
menguntungkan dalam perbaikan transpor glukosa dan sensitivitas insulin (15).
Antioksidan vitamin C mampu bereaksi dengan radikal bebas, kemudian mengubahnya
menjadi radikal askorbil. Senyawa radikal terakhir ini akan segera berubah menjadi
askorbat dan dehidroaskorbat. Asam askorbat dapat bereaksi dengan oksigen teraktivasi,
seperti anion superoksida dan radikal hidroksil (16).

KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tepung daun kelor dapat

to user
berpengaruh sangat kuat terhadap kadarcommit
glukosa
darah dan MDA tikus diabetes mellitus
tipe 2.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

1. World Economic Forum. The Global Economic Burden of Non-communicable Diseases.
Harvard School of Public Health. 2011.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Departemen
Kesehatan RI. 2013.

3. Infodatin. Situasi dan analisis diabetes. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. 2014.
4. Ariviani, S., Handajani, S, Affandi, DR, dan Listyaningsih E. Potensi Minuman Bubuk
Kedelai (var Galunggung) Sebagai Minuman Fungsional : Sifat
Fisikokimia,
Efek
Hipoglikemik, dan Hipokolesterolemik Serta Status Antioksidan. Publikasi Jurnal, vol
42. 2014.
5. Dewiyeti S dan Hidayat S. Ektrak daun kelor (Mornga oleifera Lamk.) sebagai Penurun
Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan (Mus musculus L.) Hiperglikemik. FKIP Universitas
Muhammadiyah Palembang. 2015.
6. Leo, B. Pengaruh Flavonoid Biji Swietenia Macrophylla King Terhadap Kolesterol Total
dan Glukosa Darah Pada Tikus (Ratus Norvegicus) yang Diinduksi dengan Streptozotocin
dan Nicotunamide. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta. 2014.
7. Ananda PK, Kumarappan CT, Cristudas S, Kalaichelvan VK. Efect of Biophytum
sensitivum on strptozotocin and nicotinamide-induced diabetic rats, Asian Pac. Journal
Trop. Biomed. no. 2, hlmn. 31-35. 2012.
8. Sugiarto. Pengaruh Komponen Metformin pada Terapi Paket-A (Pola Hidup, Glibenclamid
dan Metformin) Terhadap Faktor Resiko Kardiometabolik pada Sindrom Metabolikdengan
Diabetes Mellitus Tipe 2 yang Terawat Jelek. Disertasi, Universitas Airlangga Surabaya.
2010.
9. Vogiatzi G, Tousoulis D and Stefanadis C. The Role of Oxidative Stress in Atherosclerosis.
Journal Cardiol, vol 50, hlmn: 402-409. 2009.
10. Dafriani, P. Efek Suspensi Bubuk Kedelai Pada Tikus Diabetes Akibat Diinduksi
Streptozotocin. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta. 2010.
11. Husain SA, Ahmed ZA, Mahwi TO and Aziz TA. Effect of Quercetin on Postprandial
Glucose Excursion After Mono- and Disaccarides Challenge in Normal and Diabetic Rats.
Journal Diabetes Mellitus, vol 2, no 1, hlmn:82-87. 2012.
12. Ganugapati J, Baldwa A and Lalani S. Molecular docking studies of Banana Flower
Flavonoids as insulin Reseptor tyrosinecommit
KinasetoActivators
as a cure for Diabetes Mellitus.
user
Bioinformation,, vol 8, no 5, hlmn: 216-220. 2012.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

13. Baratawidjaja K G dan Rengganis I. Imunologi Dasar . Jakarta: Universitas Indonesia. 2012.
14. Merentek, E. Resistensi Insulin pada Diabetes Melitus Tipe II. Cermin Dunia
Kedokteran.. 2006
15. Setiawan B dan Suhartono E. Stres Oksidatif dan Peran Antioksidan pada Diabetes Melitus .

Vol 5. 2005.
16. Winarsi H. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius. 2009.

commit to user