PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUAL BERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANG KABUPATEN BANDUNG BARAT.
PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUAL
DI SMA NEGERI 1 PADALARANG
KABUPATEN BANDUNG BARAT
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan Sejarah
Disusun oleh: SITI JUBAEDAH
1201364
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
(2)
SITI JUBAEDAH, S.Pd
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUAL DI SMAN 1 PADALARANG KABUPATEN BANDUNG BARAT
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I
Dr. Agus Mulyana, M.Hum NIP.196608081991031002
Pembimbing II
Didin Saripudin, Ph.D NIP.197005061997021001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP.195804081984031003 Tesis ini telah diuji pada Sidang Tahap I
Hari/Tanggal : 18 Agustus 2015
(3)
Tim Penguji :
Penguji I, Penguji II,
Dr. Agus Mulyana, M.Hum Didin Saripudin, Ph.D
NIP.197005061997021001
NIP.196608081991031002
Penguji III, Penguji IV,
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd Dr. Nana Supriatna,
M.Ed
NIP.195804081984031003 NIP.196110141986011001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP.195804081984031003
(4)
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Penerapan
Pembelajaran Sejarah Kontekstual Berbasis Buku Teks di SMAN 1 Padalarang
Kabupaten Bandung Barat” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang berlaku apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya tulis ini.
Bandung, Agustus 2015
Siti Jubaedah, S.Pd NIM.1201364
(5)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANG KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
i
ABSTRAK
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUAL BERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANG
KABUPATEN BANDUNG BARAT
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) Pemahaman guru terhadap pembelajaran kontekstual di SMAN 1 Padalarang, (2) Perencanaan pembelajaran sejarah kontekstual berbasis buku teks di SMAN 1 Padalarang, (3) Pelaksanaan pembelajaran sejarah secara kontekstual berbasis buku teks di SMAN 1 Padalarang, (4) Cara guru mensiasati kendala yang terjadi dalam penerapan pembelajaran sejarah secara kontekstual berbasis buku teks di SMAN 1 Padalarang. Penelitian ini menggunakan metode naturalistic iquiry. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Padalarang dengan subjek penelitian guru sejarah kelas X dan siswa-siswi kelas X sebanyak satu kelas yaitu kelas X IIS I. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah dokumentasi, wawancara, dan observasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Data Collections (pengumpulan data), (2) Data
Reduction (reduksi data), (3) Data Display (penyajian data), dan (4) Verifying
(verifikasi). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa (1). Pemahaman guru dan siswa mengenai pembelajaran kontekstual sudah ckup baik, (2). Perencanaan pembelajaran dilaksanakan oleh guru dengan mengikuti kaidah penyusunan rencana pembelajaran, (3). Pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan menggunakan pendekatan kontekstual merupakan sesuatu yang biasa dilaksanakan guru sejarah kelas X IIS SMAN 1 Padalarang yang selama ini selalu mengutamakan keaktifan sisw, (4). Hasil penerapan pendekatan kontekstual dapat memotifasi siswa untuk berani bertanya dan menyampaikan pendapatnya.Penelitian ini memperkuat teori pembelajaran kontekstual yang mengatakan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari, Namun (4). Penerapan pembelajaran sejarah kontekstual juga mengalami kendala yang dating dari pihak sekolah, siswa, bahkan guru itu sendiri.
(6)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANG KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(7)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iv
UCAPAN TERIMA KASIH v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Penulisan 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kontekstual 12
1. Definisi Pembelajaran Kontekstual 12
2. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan 14 Model Pembelajaran
3. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual 17
4. Komponen Pembelajaran Kontekstual 18
5. Prinsip Pembelajaran Kontekstual 20
6. Penerapan Pembelajaran Kontekstual 21
7. Model Pembelajaran Kontekstual 22
B. Pembelajaran Sejarah Kontekstual 27
C. Penelitian Relevan 29
(8)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ii
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 33
1. Lokasi Penelitian 33
2. Subjek Penelitian 33
B. Desain Penelitian 34
C. Metode Penelitian 35
D. Instrumen Penelitian 37
E. Teknik Pengumpulan Data 38
1. Dokumentasi 38
2. Wawancara 39
3. Observasi 40
F. Teknik Analisis Data 40
G. Verifikasi Data 44
1. Triangulasi 44
2. Member Check 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 46
1. Data Sekolah 46
a. Gambaran Umun SMAN 1 Padalarang 46
b. Kondisi Fisik SMAN 1 Padalarang 47
2. Pemahaman Siswa terhadap Pembelajaran Kontekstual 48
3. Perencanaan Pembelajaran Sejarah Kontekstual 51
4. Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Kontekstual 56
A. Observasi Awal 56
B. Observasi Kelas X IIS I 57
5. Hasil Penerapan Pembelajaran Sejarah Kontekstual 84
(9)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
iii
B. Pembahasan 90
1. Pemahaman Guru Terhadap Pembelajaran Kontekstual 90
2. Perencanaan Pembelajaran Sejarah Kontekstual 91
3. Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual 95
4. Hasil Penerapan Pembelajaran Kontekstual 100
5. Kendala Penerapan Pembelajaran Sejarah Kontekstual 103
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 105
A. Simpulan 105
B. Rekomendasi 107
DAFTAR PUSTAKA 111
LAMPIRAN 117
(10)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
4.1 Fasilitas SMAN 1 Padalarang 47
4.2 Obsevasi 1: 64
Pelaksanaan pembelajaran sejarah kontekstual kelas X IIS I
4.3 Observasi 2: 72
Pelaksanaan pembelajaran sejarah kontekstual kelas X IIS I
4.4 Observasi 3: 81
Pelaksanaan pembelajaran sejarah kontekstual kelas X IIS I
4.5 Observasi 1: 83
Aktivitas siswa dalam penerapan pembelajaran Sejarah kontekstual
4.6 Observasi 2: 85
Aktivitas siswa dalam penerapan pembelajaran Sejarah kontekstual
4.7 Observasi 3: 86
Aktivitas siswa dalam penerapan pembelajaran Sejarah kontekstual
(11)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
DAFTAR BAGAN
No. Judul Halaman
2.1 Bingkai dari penerapan suatu pendekatan, 16
metode, dan teknik pembelajaran dalam model pembelajaran
3.1 Desain Penelitian 49
3.2 Komponen dalam analisis data 56
(12)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vi
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
4.1 Media pembelajaran kelas X IIS I 59
observasi ke-1
4.2 Media pembelajaran kelas X IIS I 69
Observasi ke-2
4.3 Media pembelajaran kelas X IIS I 76
(13)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 111
Observasi 1
2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 121
Observasi 2
3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 138
Observasi 3
5 Lembar wawancara untuk guru 146
6 Lembar observasiuntuk guru 148
7 Lembar wawancara untuk siswa 151
(14)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
SMAN 1 Padalarang adalah salah satu SMA negeri di wilayah Kabupaten Bandung Barat yang telah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual, termasuk pada mata pelajaran sejarah. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada awal bulan Januari 2015 yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa guru sejarah di kelas X IIS telah menerapkan pembelajaran kontekstual. Fakta ini membuat peneliti ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana pemahaman, perencanaan, pelaksanaan, dan kendala dalam menerapkan pembelajaran sejarah dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Disaat sebagian guru masih nyaman dengan menggunakan metode konvensional/tradisional, mengapa guru di SMAN 1 Padalarang justru lebih tertarik mengembangkan pembelajaran kontekstual?
Permasalahannya, pembelajaran sejarah saat ini menghadapi banyak persoalan. Persoalan itu mencakup lemahnya penggunaan teori, miskinnya imajinasi, acuan buku teks dan kurikulum yang state oriented (berorientasi pada kurikulum yang dibuat oleh pemerintah), serta kecenderungan untuk tidak memperhatikan fenomena globalisasi (Subakti, 2010: 2). Suatu realita yang terjadi akhir-akhir ini selain paradigma pembelajaran sejarah yang dianggap sebagian siswa membosankan, dikarenakan banyak hal, salah satunya adalah kekurangan guru dalam kemahiran menyampaikan materi yang selalu bersifat konvensional. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Wineburg (2006: 342) bahwa:
“banyak faktor yang dapat menjelaskan tentang pelajaran sejarah yang dianggap
membosankan. Beberapa faktor memusatkan perhatian pada guru yang merasa harus mengajarkan kurikulum yang telah ditetapkan dengan mengorbankan isi
yang paling penting bagi murid”.
Pernyataan Wineburg diatas, diperjelas dengan penjelasan dari Subakti (2010: 3) dalam jurnal SPPS, Vol. 24 No.1, bahwa:
(15)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Dalam proses pembelajaran sejarah, masih banyak guru
menggunakan pardigma konvensional, yaiu paradigma „guru
menjelaskan – murid mendengarkan‟. Metode pembelajaran sejarah semacam ini telah menjadikan pelajaran sejarah membosankan. Ia kemudian tidak memberikan sentuhan emosional karena siswa merasa tidak terlibat aktif di dalam proses pembelajarannya. Sementara
paradigma „siswa aktif mengkonstruksi makna - guru membantu‟ merupakan dua paradigma dalam proses belajar-mengajar sejarah yang sangat berbeda satu sama lain. Paradigma ini dianggap sulit diterapkan dan membingungkan guru serta siswa. Di samping itu, metode pembelajaran yang kaku, akan berakibat buruk untuk jangka waktu yang panjang dan berpotensi memunculkan generasi yang
mengalami “amnesia (lupa atau melupakan) sejarah” bangsa sendiri.
Pernyataan diatas, dilengkapi oleh Aman (2012:227) dalam Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan yang menjelaskan bahwa:
Selama ini, pembelajaran sejarah di sekolah kurang begitu diminati oleh peserta didik. Pelajaran sejarah dianggap sebagai pelajaran yang mem-bosankan karena seolah-olah cenderung “hafalan”. Bahkan kebanyakan siswa menganggap bahwa pelajaran sejarah tidak membawa manfaat karena kajiannya adalah masa lampau. Tidak memiliki sumbangan yang berarti bagi dinamika dan pembangunan bangsa. Oleh karena itu, pelajaran sejarah hanya dianggap sebagai pelajaran pelengkap, apalagi mata pelajaran ini tidak di ujikan secara nasional.
Anggapan pembelajaran sejarah yang membosankan ini tidak lepas dari kecakapan guru dalam menyampaikan materi. Seperti yang diterangkan oleh Faridah (2012:2) bahwa:
Guru merupakan kunci dan sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan pendidikan, mereka berada di titik sentral untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang untuk mencapai tujuan dan misi pendidikan nasional yang dimaksud. Oleh karena itu, secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih profesional, inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
Masalah lainnya adalah kemudahan siswa dalam mendapatkan informasi yang ditawarkan oleh beragam teknologi modern juga menjadi salah satu faktor
(16)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
yang membuat siswa lebih memilih mencari informasi melalui teknologi dibandingkan dengan membaca buku. Salah satu dampak dari krisis ini bagi dunia pendidikan adalah dipertanyakannya kontribusi praktisi pendidikan (guru, sekolah, pemerintah yang diwakili oleh dinas pendidikan) untuk melakukan
recovery krisis tersebut termasuk peran pembelajaran sejarah dalam
memperkenalkan pembelajaran sejarah yang imajinatif dan menyenangkan.
Kemudian untutan akan kebutuhan orientasi yang baru dalam bidang pendidikan sudah sangat nyata dalam berbagai bidang studi, baik itu dalam bidang studi ilmu pengetahuan alam, begitu pula pada ilmu-ilmu sosial. Peserta didik, guru, praktisi pendidikan, orang tua siswa, dan masyarakat, harus dapat merespon setiap perubahan yang terjadi dengan mencoba mengubah paradigma lama mereka tentang pendidikan. Guna mengatasi dan menjawab perubahan-perubahan yang terjadi sekarang ini, maka alternatif pembelajaran yang ditawarkan adalah dengan digunakannya paradigma pembelajaran kontekstual yang berakar dari paham konstruktivisme.
“Konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang
menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktekkan dalam proses belajar dan pembelajaran baik di tingkat sekolah dasar, menengah, maupun universitas, meskipun belum jelas terlihat. Berdasarkan faham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna. Dengan kata lain, pesera didik harus membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masingmasing. Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik itu sendiri. Pola pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental yang digunakan oleh peserta didik sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan. Fikiran peserta didik tidak akan menghadapi kenyataan dalam bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang diketahui peserta didik adalah realita yang dia bina sendiri. Peserta didik sebenarnya telah mempunyai satu set idea dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan mereka.Untuk membantu peserta didik dalam membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus memperkirakan struktur kognitif yang ada pada mereka. Apabila pengetahuan baru telah disesuaikan dan diserap untuk
(17)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
dijadikan sebagian daripada pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina (Subakti, 2010: 6-7)”
Pentingnya perubahan paradigma dalam bidang pendidikan sekarang ini adalah pada peserta didik sebagai individu yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang secara mandiri. Maka, tugas dan peran pendidik bergeser dari pemberi informasi menjadi pendorong siswa belajar agar siswa dapat mengolah sendiri pengetahuannya melalui berbagai aktifitas akademik baik didalam maupun diluar sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dirancang sebuah pembelajaran yang dapat membisakan siswa untuk dapat merekonstruksi pengetahuannya, dan hal tersebut dapat diupayakan dengan mengembangkan materi pembelajaran yang ada didalam buku teks dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Hal tersebut senada dengan yang disampaikan oleh Faridah seperti berikut ini:
Sumber daya manusia yang semakin maju, maka dunia pendidikan sangat menuntut untuk menciptakan lingkungan belajar yang alamiah sesuai dengan pola pikir siswa. Belajar akan lebih bermakna jika anak
“mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan hanya sekedar mengetahuinya saja. Oleh karena itu, melalui pembelajaran kontekstual diharapkan target penguasaan materi akan lebih berhasil dan siswa dapat semaksimal mungkin untuk mengembangkan kompetensinya. Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Faridah, 2012: 3).
Maka, berdasarkan pemahaman akan pengertian, nilai, fungsi dan tujuan sejarah serta kondisi pendidikan sejarah di lapangan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka diperlukan pengkajian dan latihan penguasaan materi-materi pembelajaran kontekstual bagi para guru sejarah. Materi pembelajaran yang dikembangkan idealnya adalah yang bisa meningkatkan minat belajar dan
(18)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
menumbuhkan kesadaran sejarah peserta didik dan sekaligus merasakan manfaat belajar sejarah. Oleh karena itu materi pembelajaran yang dikembangkan diarahkan untuk menumbuhkan motivasi, minat, kreatifitas melalui partisipasi aktif yang pada akhirnya mendorong tumbuhnya kemampuan yang bersifat inovatif dari para peserta didik. Maka, untuk menjawab permasalahan tersebut diperlukan adanya kerjasama dalam hal ini mengembangkan materi di dalam buku teks ke dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan. Karena, pembelajaran dengan buku teks pelajaran merupakan dua hal yang saling melengkapi (Suryaman, 2006).
Subakti (2010:3) dalam tulisannya mengatakan bahwa “Agar pembelajaran
sejarah berhasil baik, metode yang dipergunakan harus bisa mengkostruk “ingatan
historis”. Alhasil, siswa menjadikan sejarah hanya sebagai fakta-fakta hapalan tanpa adanya ketertarikan dan minat untuk memaknainya, juga mampu menggali lebih jauh lagi. Ingatan historis semata tidak akan bertahan lama. Supaya ingatan
historis semata tidak akan bertahan lama, perlu disertai “ingatan emosional”.
Ingatan jenis ini adalah ingatan yang terbentuk dengan melibatkan emosi hingga bisa menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa untuk menggali lebih jauh dan memaknai berbagai peristiwa sejarah. Proses pembelajaran kemudian tak hanya berhenti pada penghafalan saja, siswa bisa aktif dalam komunikasi dua arah dengan guru untuk mengutarakan pendapatnya mengenai obyek sejarah yang tengah dipelajari karena sedari awal ia telah merasa menjadi bagian dari proses
pembelajaran yang penuh dengan makna. Agar “ingatan emosional” muncul dan
bertahan lama, maka paradigma pembelajaran sejarah harus diubah.
Perubahan pembelajaran dari tradisional ke kontekstual menjadi sangat penting dalam upaya untuk mengubah paradigma pembelajaran (Subakti, 2010:22) karena:
1 Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong
(19)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya. Demikian juga dalam pelajaran sejarah, siswa diharapkan mampu untuk mengungkapkan ide, pemikiran, argumentasi yang logis, ilmiah.
2 Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa. Terlebih pada era globalisasi sekarang ini, banyak fenomena yang menantang siswa untuk lebih mampu menganalisis dan menghubungkan dengan berbagai fakta sejarah.
3 Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
4 Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
5 Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
6 Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
Dari hasil observasi awal pula diketahui bahwa SMAN 1 Padalarang adalah salah satu sekolah yang mengembangkan pembelajaran kontekstual
(20)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
khususnya pada mata pelajaran sejarah. Sebelumnya, penelti telah melakukan observasi ke lima sekolah yang ada di wilayah Padalarang seperti SMAN 2 Padalarang, SMK 4 Padalarang, SMK Krida Utama, SMK Darma Pertiwi dan SMK KP Padalarang. Namun, hasilnya menunkukan bahwa hanya SMAN 1 Padalarang yang sudah cukup baik mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.
Pada kaitannya dengan pembelaran kontekstual, SMAN 1 Padalarang mencoba mengembangkan pembelajaran berbasis pengalaman siswa (kontekstual) dalam upaya mewujudkan suasana dan rasa menyenangkan siswa selama belajar sejarah yang dampaknya dapat merangsang siswa membangun pengetahuan dalam benaknya sendiri. Dari hasil observasi awal, diperoleh beberapa temuan bahwa dengan mengembangkan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan rasa tertarik siswa terhadap pembelajaran. Proses pembelajaran menjadi hidup, peserta didik menjadi lebih senang karena penyampaian materi yang dianggap baru, karena disamping belajar, mereka juga dapat membandingkan fenomena sejarah yang ada dibuku dengan pengalaman hidup orang lain, lingkungan maupun yang dijalani oleh siswa itu sendiri sehari-hari.
Latak sekolah yang berdekatan dengan situs sejarah Gua Pawon dan sentra pembuatan cobek sangat membantu guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran. Siswa dapat diajak melakukan wisata sejarah ke daerah-daerah yang telah disebutkan. Selain itu, sentra pembuatan cobek di wilayah Gunung Bentang pun dapat menjadi tempat siswa melakukan tugas peneltian dalam kaitannya dengan materi prasejarah khususnya jaman batu. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Komalasari (2010:27) bahwa pengembangan materi pembelajaran merupan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Pembelajaran kontekstual menghendaki matri pembelajaran tidak semata-mata dikembangkan dari buku teks, tetapi materi dikembangkan dari konteks lingkungan kehidupan siswa sehari-hari, baik lingkungan fisik, kehidupan sosial, budaya, ekonomi, maupun psikologis, dan keterpaduan antara materi pembelajaran.
(21)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
Hal ini menunjukan bahwa didalam pembelajaran kontekstual, siswa menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan praktis dalam konteks dunia nyata. Siswa menginternalisasi konsep melalui penemuan, penguatan, dan keterhubungan. Pembelajaran kontekstual menghendaki kerja dalam subuah tim, baik di kelas, laboratotium, maupun tempat kerja. Pembelajaran kontekstual menuntut guru mendesain lingkungan belajar yang merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang dinginkan (Komalasari, 2010:6).
Prinsip dasar dalam pendekatan kontekstual adalah belajar berbasis masalah, belajar berbasis konteks, belajar berbasis perbedaan, belajar berbasis individu, belajar berbasis kelompok, dan belajar berbasis penilaian otentik (Komalasari, 2010:13). Pembelajaran kontekstual bisa dimulai dengan satu masalah nyata yang disimulasikan. Kemudian, masalah nyata ini dapat dipecahkan oleh siswa. Dalam tahap inilah siswa melalui keterampilan berpikir kritis dan melalui suatu pendekatan sistemik untuk menemukan peta masalah. Masalah nyata itu haruslah bermakna bagi siswa, yang dapat diperoleh dari lingkungan keluarga, pengalaman di sekolah, dan masyarakat.
Pentingnya pembelajaran kontekstual serta pengembangannya dalam pembelajaran di kelas X SMA Negeri 1 Padalarang menjadi dasar ketertarikan penulis untuk mengambil rumusan masalah mengenai penerapan pembelajaran sejarah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini. Adapun secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini ialah: penerapan pembelajaran sejarah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual di SMAN 1 Padalarang?.
(22)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
Berdasarkan rumusan masalah utama dalam penelitian ini, maka recara rinci penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam bentuk pertanyaan penelitain sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman siswa terhadap pembelajaran kontekstual di SMAN 1 Padalarang?
2. Bagaimana perencanaan pembelajaran sejarah kontekstual di SMAN 1 Padalarang?
3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran sejarah kontekstual di SMAN 1 Padalarang?
4. Bagaimana hasil penerapan pembelajaran sejarah kontekstual di SMAN 1 Padalarang?
5. Bagaimana guru mensiasati kendala yang terjadi dalam penerapan pembelajaran sejarah secara kontekstual di SMAN 1 Padalarang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam tulisan yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Sejarah Kontekstual di SMA Negeri 1 Padalarang Kabupaten Bandung Barat” ini adalah memberikan gambaran tentang bagaimana penerapan pembelajaran sejarah kontekstual yang dilaksanakan oleh guru. Selain itu, juga diharapkan guru dan siswa mempunyai kemampuan merekonstruksi materi kontekstual dalam buku teks. Adapun yang menjadi tujuan lain dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memaparkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran kontekstual di SMAN 1 Padalarang
2. Menggambarkan perencanaan pembelajaran secara kontekstual di SMA 1 Padalarang.
3. Memaparkan pelaksanaan pembelajaran sejarah secara kontekstual di SMAN 1 Padalarang.
4. Menguraikan hasil-hasil penerapan pembelajaran sejarah di SMAN 1 Padalarang.
(23)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
5. Menguraikan kendala dan solusi pembelajaran sejarah secara kontekstual di SMA 1 Padalarang.
D. Manfaat Penelitian
Apabila melihat penelitian ini secara umum, tujuannya adalah untuk menghasilkan sebuah produk pembelajaran sejarah yang lebih komprehensif (historical comprehension) yang menyangkut kajian kontekstual (contextual
learning). Sedangkan secara khusus, penelitian yang lakukan bermanfaat untuk
pihak-pihak seperti: 1. Bagi Sekolah
a. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menemukan efektifitas pembelajaran sejarah yang memanfaatkan pendekatan konstruktivistik sebagai sumber pembelajaran sejarah secara konvensional, serta dapat menghasilkan format baru pembelajaran dengan menggunakan pola pendekatan contextual learning terhadap materi-materi kontekstual sebagai sumber pembelajaran sejarah.
b. Penelitian ini juga bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran sejarah untuk mengetahui pentingnya pembelajaran kontekstual. Dengan memahami keterhubungan antara pembelajaran sejarah dengan pengalaman yang dialami oleh siswa maka pembelajaran sejarah tidak akan dianggap sebagian besar siswa sebagai pembelajaran yang membosankan lagi. Kesadaran akan pentingnya mengenalkan siswa tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, akan mengajarkan mereka untuk mengenal sejarahnya.
2. Bagi Guru
a. Diharapkan agar guru dapat lebih menggali rasa tertarik (interest) siswa terhadap mata pelajaran sejarah. Karena guru kadang hanya
berfikir “bagaimana caranya siswa mencapai nilai yang bagus?”, bukan berfikir “bagaimana siswa belajar dan memahami pelajaran
(24)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
dengan baik?”. Bagi guru sejarah juga bermanfaat untuk mengukur seberapa jauh kemampuan guru dalam memulai dan menghasilkan perubahan, baik yang menyangkut strategi pembelajaran maupun dalam pengembangan materi pembelajaran sejarah.
b. Diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alasan untuk mengembangkan pembelajaran kontekstual yang semakin dekat dengan kehidupan siswa sehingga dapat menjadi solusi untuk merubah pembelajaran yang bersifat student centre.
c. Menambah wawasan pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengembangkan pembelajaran terutama dengan penerapan pembelajaran sejarah untuk meningkatkan rasa tertarik siswa terhadap pelajaran sejarah.
3. Bagi Siswa
a. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menganalisis materi sejarah yang didapat di sekolah kemudian mengaitkannya dengan kehidupan nyata sehingga siswa dapat berfikir kronologis guna mencari solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya.
b. Pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa karena dihubungkan dengan permasalahan kehidupan siswa sehari-hari.
(25)
41
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian
Guna mengetahui subjek penelitian, yang kemudian dilakukan adalah menganalisis subjek yang dimaksud. Maka, sebagai langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan penetapan lokasi penelitian. Hal tersebut berguna untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Karena, dalam proses pengumpulan data dibutuhkan suatu lokasi penelitian yang tepat. Lokasi/tempat penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Padalarang, yang berada di Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Alasan pengambilan lokasi ini dikarenakan dua alasan, pertama karena sekolah ini telah menggunakan buku teks pelajaran yang diterbitkan oleh pemerintah berdasarkan kurikulum 2013, dan yang kedua secara personal sudah mengenal keadaan dan kondisi sekolah dan dapat berkomunikasi dengan lancar dengan guru sejarah walaupun peneliti tidak mengajar di sekolah tersebut. Selain itu, lokasi sekolah mudah dijangkau dengan kendaraan umum. SMAN 1 Padalarang beralamat di Jl. Perum Babakan Loa Permai No.29 Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
3.1.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian dapat berupa hal, peristiwa, manusia dan situasi yang diobservasi atau responden yang dapat diwawancarai. Sumber penelitian ini merupakan sumber informasi atau data yang di tarik dan dikembangkan secara purposif (Lincoln dan Guba, 1985:201). Dalam peneltian ini, yang menjadi subjek adalah seluruh guru sejarah kelas X dan seluruh siswa kelas X di SMAN 1 Padalarang. Yang menjadi dasar pertimbangan penetapan populasi penelitian adalah dikarenakan di kelas X siswa telah mendapatkan pengajaran dengan menggunakan buku acuan kurikulum 2013 sehingga dapat memudahkan peneliti
(26)
42
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
dalam mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “Social Situation” atau situasi sosial yang terdiri dari tiga
elemen yakni : tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial dalam penelitian ini adalah tempat (place) yaitu sekolah, aktivitas (activity) yaitu proses belajar mengajar, pelaku (actors) yaitu guru dan murid. Sampel dalam penelitian ini adalah nara sumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. (Lincoln dan Guba, 1985) mengatakan bahwa:
“naturalistic sampling is, than, very different from conventional sampling, it is based on informational, not statistical, conciderations its purpose is
maximize information, not facilitate generalization”.
Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian konvensional (kualitatif). Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi maksimum, bukan untuk di generalisasikan. Lincoln dan Guba (1985), dalam penelitian kualitatif spesifikasi sampel purposive, yaitu: 1) Emergent sampling design/sementara, 2) Serial
selection of sampel units/menggelinding seperti bola salju (snow ball), 3)
Continuous adjustment or „focusing‟ of the sampel/disesuaikan dengan kebutuhan, 4) Selection to the point of redudancy/dipilih sampai jenuh.
3.2 Desain Penelitian
Jenis desain penelitian pada metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif digunakan guna mendapatkan data serta gambaran tentang kandungan dimensi-dimensi kontekstual diuraikan pada materi buku teks pelajaran sejarah pada jenjang SMA kelas X baik itu buku acuan guru maupun buku acuan siswa yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan menggunakan acuan kurikulum 2013. Hal ini dapat diperoleh melalui studi literatur, teknik dokumentasi dan wawancara yang mendalam dengan partisipan. Metode kualitatif
(27)
43
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
dilakukan untuk menemukan gambaran bagaimana penulisan dimensi-dimensi kontekstual dituangkan didalam buku teks pelajaran. Adapun paradigma desain penelitian dalam penelitian ini dapat ditunjukan melalui gambar berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian
3.3 Metode Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang menuntut peneliti harus terlibat dalam situasi dan fenomena yang terjadi dalam proses penelitian baik dengan partisipan atau responden maupun dengan lingkungan penelitian. Penelitian kualitatif (Qualitative Reaseach) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap kepercayaan, pemikiran orang secara individu maupun kelompok Syaodih (2005: 60). Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi, strategi-strategi yang bersifat interkatif, seperti
Penerapan Buku Teks dalam Pembelajaran Sejarah
Masalah Penelitian Kajian Teori Temuan Penelitian
Pengumpulan dan Analisis Data
(28)
44
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
observasi langsung,observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik perlengkapan seperti foto, rekaman, dan lain-lain. Strategi penelitian bersifa fleksibel,menggunakan aneka kombinasi dari teknik-teknik untuk mendapatkan data yang valid (Sukmadinata, 2007: 95).
Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk & Miller dalam Nasution (2003: 23) pada umumnya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuatitatif. Lalu mereka mendefinisikan bahwa metodologi kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yangs secara fundamental bergantung kepada pengamatan pada manusia dalam kekhasannya sendiri dan berhubungan dengan penelitian jenis lainnya. Sedangkan Boglan & Biklen, S. (1992: 21-22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Maka yang diharapkan dari penelitian ini mampu menghasilkan sebuah uraian, tulisan, dan perilaku individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi tertentu dalam sebuah setting yang utuh.
Pada pengertian lainnya Judith Preissle dalam Creewell, J (1988:24) menyatakan pengertian kualitatif sebagai:
Qualitative research is a loosely defined category of research design or models, all of which elicit verbal, visual, tectile, of factory and gustatory data in the form of descriptive narrative like field notes, recording, or videotapes and other written records and pictures or films.
Menurut Boglan dan Taylor dalam Melong (2006: 4) mendefinisikan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati. Penelitian kualitatfi ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan (Sukmadinata, 2007: 95). Sebagaimana sifat dari penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu: pertama, menggambarkan dan mengungkapkan (to describe and explore) dan kedua, menggambarkan dan
(29)
45
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
menjelaskan (to describe and explain) (Sukmadinata, 2007: 60). Winarno Surachmad (1992: 76) mengemukakan bahwa:
a. Penelitian deskriptif menuturkan secara sistematis tentang data dan karakteristik populasi atau bidang tertentu secara fokus dan cermat,
b. Penelitian deskriptif lebih menekankan pada observasi dan suasana ilmiah (natural selling), ia mencari teori (hypothesis generating) dan bukan mengujikan (hypothesis testing).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Studi Naturalistik. Sebagaimana diungkapkan oleh Deddy Mulyana (2006: 159) yaitu :
... penelitian naturalistik mengasumsikan bahwa perilaku dan makna yang dianut sekelompok manusia hanya dapat dipahami melalui analisis atas lingkungan alamiah (natural setting) mereka. Oleh karena itu, situasi yang alamiah, bukan situasi buatan seperti eksperimen atau wawancara formal, harus menjadi sumber data.
Pengertian penelitian naturalistik inquiri berdasarkan kepada pendapat Lincoln and Guba (1985:39) menguraikan bahwa :
N (the naturalist) elects to carry out reserach in the natural setting or context of the entity for which study is proposed because naturalistic ontology suggests that realities are wholes that cannot be understood in isolation from the contexts , nor can they be fragmented for separate study of the part (the whole is more than the sun of the part);because of the belief that the very act of obsrevatio ifluences what is seen, and so the research interaction should take place with the entity-in-context for fullest understanding; because of the belief that context is crusial in deciding wheter or not a finding nay have meaning in some other context as well;because of the belief in context mutual shaping rather than linier causation, which suggest that the phenomenon must be studied in its full-scale influense (force) field; and because contextual value structures are at least partly determinative of what will be found.
Pendapat diatas memberikan gambaran kepada peneliti bahwa penelitian naturalistik lebih menekankan kepada penelitian dengan lata belakang yang
(30)
46
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
sifatnya alami (natural). Oleh karena itu peneliti harus mengambil tempat dengan sewajarnya dan apa adanya dalam memahami konteks secara untuh. Berkaitan dengan naturalistik inquiri, Deddy Mulyana (2006:160) mengungkapkan ciri-ciri penelitian naturalistik, yaitu :
1. Realitas manusia tidak dapat dilepaskan dari konteksnya, tidak pula dapat dipisahkan agar bagian-bagiannya dapat dipelajari. Keseluruhan lebih daripada sekadar bagian-bagian.
2. Penggunaan pengetahuan tersembunyi (tacit knowledge) adalah absah. Intuisi dan perasaan seabsah pengetahuan yang dinyatakan dalam bahasa karena hal-hal tersebut juga mengekspresikan nuansa-nuansa realitas ganda; dan karena interaksi antar manusia juga demikian.
3. Hasil (penelitian) yang dinegosiasikan adalah penting. Makna yang dinegosiasikan dan interpretasi antara peneliti dan manusia (subjek penelitian) perlu karena konstruksi realitas pihak kedualah yang ingin direkonstruksi pihak pertama.
4. Penafsiran atas data (termasuk penarikan kesimpulan) bersifat ideografis atau berlaku khusus, bukan bersifat nomotetis atau mencari generalisasi karena penafsiran yang berbeda lebih bermakna bagi realitas yang berbeda pula, dan karena penafsiran tergantung pada nilai-nilai kontekstual, termasuk hubungan peneliti-responden (objek) yang bersifak khusus. 5. Temuan (penelitian) bersifat tentatif. Hasil penelitian naturalistik bersifat
ragu untuk membuat generalisasi yang luas karena realitas bersifat ganda dan berbeda dan karena temuan bergantung pada interaksi antara peneliti dengan responden dan mungkin tidak dapat ditiru karena melibatkan nilai-nilai, lingkungan, pengalaman dan orang-orang khusus.
Berbeda dengan Mulyana, secara lebih lanjut Lincoln and Guba (1985:11) menjelaskan adanya empat karakteristik dari Naturalistik Inquiri, yaitu:
1. Inkuiri naturalistik dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan stimulus variabel bebas/kondisi anticiden yang merupakan dimensi Penting Sekali.
(31)
47
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
2. Dimensi Penting lainnya ialah apa yang dilakukan oleh peneliti dalam membatasi rentangan respon dari keluaran subjek.
3. Inkuiri naturalistik tidak mewajibkan Peneliti terlebih dahulu membentuk konsepsi-konsepsi/teori-teori tertentu mengenai lapangan perhatiannya, sebaiknya ia dapat mendekati lapangan perhatiannya dengan pemikiran yang murni dan terbuka, menampilkan dan memuncukan peristiwa-peristiwa yang nyata.
4. Istilah naturalistik merupakan istilah yang memodifikasi penelitian/metode, tetapi tidak memodifikasi gejala-gejala.
3.4 Instrumen Penelitian
Insturmen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah studi literatur, lembar observasi, pedoman wawancara (interview) dan lembar kuesioner (angket). Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri yang dibantu dan didukung oleh instrumen-instrumen lainnya.
Untuk metode kualitatif, peneliti menggunakan dokumentasi, lembar wawancara, lembar angket, dan lembar observasi.
1. Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mencari data-data tentang kandungan materi-materi kontekstual diuraikan pada materi buku teks pelajaran sejarah pada jenjang SMA kelas X.
2. Lembar wawancara digunakan untuk menemukan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam menemukan materi yang berkaitan dengan dimensi kontekstual didalam buku teks. Dengan menggunakan lembar wawancara, diharapkan partisipan (guru sejarah SMA kelas X) dapat lebih leluasa memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Lembar wawancara ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang kedua.
3. Lembar angket digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang kedua. Lembar angket diberikan kepada guru sejarah kelas X, yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kemahiran guru dalam
(32)
48
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
menemukan materi kontekstual di dalam buku teks kemudian menerapkan atau menyampaikannya kepada siswa dikelas. Angket juga diberikan kepada siswa untuk melihat bagaimana pemahaman siswa mengenai dimensi kontekstual yang ada didalam buku teks. Lembar angket dipilih karena memudahkan peneliti untuk mendapatkan data dalam waktu yang cukup singkat dan responden dalam jumlah yang banyak.
4. Lembar observasi digunakan untuk melihat bagaimana cara guru menyampaikan materi-materi kontekstual yang ada didalam buku teks mata pelajaran sejarah di kelas X kepada siswa secara langsung di dalam kelas.
3.5 Proses Pengembangan Instrumen
Dalam pengembangan ketiga instrumen penelitian yaitu lembar observasi, lembar wawancara, dan angket, divalidasi oleh dosen pembimbing. Kemudian, selanjutnya ketiga instrumen diujicobakan dalam skala kecil guna melihat validitas isi ketiga instrumen tersebut. Sedangkan instrumen lainnya yaitu dokumentasi tidak memerlukan proses pengembangan lagi karena data yang ingin diperoleh sudah merupakan dokumen yang sudah ada disekolah.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data merupakan suatu bagian terpenting dalam kegiatan penelitian. Data adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan). Begitu pula dengan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang relevan dengan jenis penelitian kualitatif. Beberapa teknik yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:
(33)
49
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
Dokumnetasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang tertulis, metode dokumentasi berarti cara pengumpulan data dengan mencatat data-data yang sudah ada (Riyanto, 1996: 83). Definisi lain mengenai teknik dokumentasi, Arikunto (1993: 206) mendefinisikannya sebagai proses mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Data dalam penelitian naturalistik umumnya diperoleh dari sumber manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara. Namun ada juga sumber bukan manusia, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. Dokumen ini terdiri dari tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat dan dokumen resmi. (Nasution, 2003:85). Teknik ini digunakan dalam kaitannya untuk mengumpulkan data dan informasi tentang materi-materi kontekstual yang terdapat dalam buku teks sejarah SMA kelas X (buku pedoman guru dan guru pedoman siswa) dan hal yang berkaitan dengan konteks-konteks kekinian.
Pada tahapan ini peneliti mengkaji materi-materi yang berkaitan dengan dimensi kontekstual dalam buku teks sejarah SMA kelas X baik buku pedoman guru maupun buku pedoman siswa, artikel, jurnal serta informasi yang terkait dengan permasalahan penelitian di perpustakaan serta lembaga terkait yang dapat menunjang penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang kemampuan guru dan siswa dalam melakukan pengintegarsian materi kontekstual dalam buku teks kedalam pembelajaran dikelas, dan informasi-informasi yang berguna terhadap implementasinya pembelajaran kontekstual disekolah
3.4.2 Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden (Subagyo, 2004: 39). Sementara, Lincoln dan Guba (1985:267-268) mendefinisikan wawancara sebagai percakapan dengan tujuan tertentu yang berfungsi untuk mendapatkan informasi tentang perorangan, kejadian, orang, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.
(34)
50
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
Menurut Nazir, M. (1988:234) adalah memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan panduan wawancara (interview guide). Nasution, (1999:69) mengemukakan bahwa observasi saja tak memadai dalam penelitian, itu sebabnya observasi harus dilengkapi dengan wawancara. Wawancara akan dilakukan kepada guru sejarah kelas X dan siswa kelas X di SMA Negeri 1 Padalarang. Adapun data yang ingin diperoleh dari wawancara ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan data tentang pemahaman guru dan siswa terhadap materi-materi kontekstual yang terdapat dalam buku teks sejarah.
3.4.3 Angket atau Kuesioner
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden (Zuriah, 2002: 182). Arikunto (1993: 225) mendefinisikan angket sebagai pertanyaan-pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang diri pribadi atau hal-hal lain yang ia ketahui. Guna melengkapi data mengenai pemahaman guru mengenai buku teks sejarah yang digunakan selama proses kegiatan belajar mengajar dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pemahaman guru tentang dimensi kontekstual yang terdapat dalam materi buku teks sejarah SMA kelas X yang mereka gunakan, termasuk pada pertanyaan mengenai penyampaian materi kontekstual oleh guru dikelas.
Bentuk dari angket ini adalah angket terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk yang sedemikan rupa sehingga responden dapat memberikan jawaban sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Angket terbuka digunakan apabiia peneliti belum dapat memperkirakan atau menduga kemungkinan alternatif jawaban yang ada pada responden. Hasil dari jawaban angket ini akan peneliti sajikan dalam bentuk pemaparan atau uraian hasil penelitian.
(35)
51
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
Sebagai salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ilmiah, observasi dapat diartikan sebagai pengamatan, meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2002: 145). Sedangkan menurut Joko Subagyo (2004: 64), obeservasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena-fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Sedangkan menurut Nasution, S. (2003:56-58), obsrvasi merupakan dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakna mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yakni observasi non-sistematis dan observasi sistematis. Observasi non-sistematis yang digunakan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan. Sedangkan observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan (Arikunto, 2006: 157).
Dengan demikian, pada tahap ini peneliti ke lapangan dengan menggunakan observasi terbuka yaitu peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap cara guru menyampaikan materi-materi kontekstual yang ada didalam buku teks mata pelajaran sejarah di kelas X di SMA Negeri 1 Padalarang. Dengan menggunakan teknik ini, peneliti melakukan pencatatan mengenai berbagai hal yang disampaikan oleh guru yang berkaitan dengan materi kontekstual yang disapaikan berdasarkan pada buku teks yang digunakan sebagai bahan acuan kemudian baru dilakukan proses interpretasi terhadap hasil pengamatan tersebut.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini digunakan pendekatan, kualitatif. Analisis data sangat diperlukan dalam suatu proses penelitian. Analisis data dilakukan dengan proses pelaksanaan pembelajaran di kelas. Dalam hal ini posisi peneliti hanya bersifat mengamati saja. Pengamatan ini dilakukan untuk melihat bagaimana aktivitas guru dalam menyampaikan materi didalam kelas, lalu
(36)
52
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
52
memperhatikan tentang kemampuan siswa dalam menginterpretasi dimensi kontekstual didalam buku yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data adalah suatu tahapan yang tidak dapat dilepaskan dari proses pengumpulan data. Nasution (2003: 126), mengemukakan bahwa analisis data kualitatif adalah penyusunan data (penggolongannya kedalam tema dan kategori). Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Melong (2006: 112) yang menyatakan bahwa, analisis data kualitatif adalah proses mengatur urutan data, mengkategorisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan situasi uratian dasar. Oleh karena itu, maka analisis data kualitatif diperlukan suatu proses kreatif dari peneliti untuk mengelola data sehingga menjadi bermakna.
Dalam melakukan analisis data yang valid, maka peneliti harus melakukan pengorganisasian data, pengelompokan data, dan mengurutkannya. Data-data yang peneliti dapatkan dari hasil studi literatur, observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket/kuesioner. Kemudian data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan analisis induktif yang artinya suatu teknik analisis data dari yang bersifat khusus yang kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum dan lebih luas. Selanjutnya, pelaksanaan analisis data dilakukan sepanjang penelitian hingga penelitian ini berakhir.
Miles dan Haberman dalam Sugiyono (2009: 247), mengemukakan tiga tahapan dalam melakukan analisis data, yaitu: data reduction, data display, conclution: drawing/verifying.
Gambar 3.2
Komponen dalam analisis data (interactive model) Miles & Haberman (Sugiyono, 2009: 247).
Data Collections
Data Display
Data Reduction
Conclutions: Drawing/verifying
(37)
53
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
53
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan cara proses pengumpulan data. Tahapan analisis adata menurut Miles dan Haberman (1992) adalah sebagai berikut:
1. Data Collections (pengumpulan data). Penelitian dilakukan dengan cara
mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi, dan wawancara dilapangan.
2. Data Reduction (reduksi data). Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok
yang sesuai dengan fokus penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil penelitian.
3. Data Display (penyajian data). Penyajian data adalah sekumpulan data
atau informasi yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
4. Verifying (verifikasi). Tahap terakhir ini adalah tahap verifikasi data atau
proses penarikan kesimpulan. Verifikasi dilakukan dengan mengambil keputusan didasarkan pada hasil reduksi data dan penyajian data yang akan menjadi jawaban atas masalah penelitian.
3.8 Validitas Data
Creswell (1998 : 201-203) membagi prosedur verifikasi penelitian kualitatif sebagai berikut :
(38)
54
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
54
1. Perpanjang tangan waktu kerja dan observasi yang gigih (prolonged
engagement dan persistent observastion) dilapangan termasuk membangun
kepercayaan dengan para partisipan, mempelajari budaya, dan mencek informasi yang saling berasal dari distorsi yang dibuat oleh peneliti atau informan. Di lapangan si peneliti membuat keputusan-keputusan apa yang penting / menonjol untuk dikaji, relevan dengan maksud kajian, dan perhatian untuk difokuskan.
2. Triangulasi (triangulation), menggunakan seluas-luasnya sumber-sumber yang banyak dan berbeda, metode-metode, dari para peneliti, dan teori-teori untuk menyediakan bukti-bukti yang benar (corroborative evidence). 3. Review sejawat (peer review) atau dibreifing menyiapkan suatu cek
eksternal dari proses penelitian; teman sejawat itumenanyakan pertanyaan-pertanyaan sulit tentang metode, makna dan interpretasi penelitian dari pemeliti.
4. Klarifikasi bias peneliti (clarifing reasearcher bias) sejak awal dari penelitian adalah penting sehingga pembaca memahamiposisi peneliti dan setiap bias atau asumsi-asumsi yang berdampak pada penelitian. Dan klarifikasi ini, peneliti mengomentari pengalaman-pengalaman sebelumnya, bias-bias, prasangka-prasangka dan orientasi-orientasi yang mungkin membentuk interpretasi-interpretasi dan pendekatan pada kajian.
5. Cek anggota (member checks) peneliti mengumpulkan /mencari/memohon (solicit) pandangan-pandangan para informan tentang kredibilitas dari temuan dan interpretasi-interpretasi. Teknik ini menurut Lincon dan Guba adalah teknik yang paling kritis untuk menegakkan kreadibilitas. Pendekatan ini sangat umum dalam kajian kualitatif, termasuk pengambilan data, analisis, interpretasi, dan kesimpulan-kesimpulan yang kembali kepada partisipan sehingga mereka dapat mempertimbangkan akurasi dan kredibilitas dari cerita/narasi.
Pada dasarnya untuk menetapkan keabsahan data penelitian diperlukan beberapa teknik pemeriksaan. Melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan
(39)
55
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
55
data penelitian secara cermat oleh seorang peneliti, dapat membawa hasil penelitiannya benar-benar dapat dipertanggung jawabkan. Sebagaiaman menurut Moleong (2007:324) yang membagi teknik pemeriksaan keabsahan data bahwa
“pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu”. Adapun yang menjadi teknik validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.8.1 Triangulasi
Setelah melakukan analisis data, kemudian tahap selanjutnya dilakukan dengan melakukan validitas data kualitatif yaitu dengan menggunakan cara triangulasi. Nasution (1996: 115-116) mengungkapkan bahwa “ Triangulasi bukan sekedar mentes kebenaran data, melainkan juga suatu usaha untuk melihat dengan lebih tajam hubungan antara berbagai data agar mencegah kesalahan
dalam analisis data”.
Triangulasi dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan informasi dari informan yang satu dengan informan yang lainnya. Misalnya dari guru sejarah yang satu dengan guru sejarah yang lain sehingga informasi yang didapat bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selain itu, pada penelitian ini, peneliti juga melakukan pengecekan terhadap validitas data yang diperoleh dengan cara lain diantanya:
1. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil observasi
2. Membandingkan data yang didapat melalui wawancara dengan data yang diperoleh dari hasil angket atau kuesioner.
3.8.2 Member Check
Selanjutnya, untuk mencek kebenaran data temuan penelitian, peneliti mengkonfirmasikan sumber data agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang digunakan oleh informan (Nasution, 1996: 117-118). Member check adalah suatu proses pengecekan data yang dilakukan untuk peneliti terhadap data hasil penelitian kepada pemberi data
(40)
56
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
56
tersebut. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang didapatkan sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
(41)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
105
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Peneliti akan menguraikan simpulan dari hasil penelitian serta rekomendasi bagi beberapa pihak yang terkait. Adapun simpulan dan rekomendasi peneliti adalah sebagai berikut:
A. Simpulan
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang membutuhkan pemikiran kreatif guru melalui kegiatan pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan dengan konsisten. Selain itu, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat menjadikan siswa berperan aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi student centre bukan teacher centre lagi.
Pembelajaran sejarah dengan menggunakan pendekatan kontekstual merupakan sesuatu yang biasa dilaksanakan guru sejarah kelas X IIS SMAN 1 Padalarang yang selama ini selalu mengutamakan keaktifan siswa. Selain itu, penerapan pendekatan kontekstual dapat memotifasi siswa untuk berani bertanya dan menyampaikan pendapatnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penerapan pembelajaran kontekstual di SMAN 1 Padalarang dapat disimpulkan bahwa:
Pertama, pemahaman guru terhadap pembelajaran kontekstual khususnya guru sejarah kelas X IIS sudah cukup baik. Terbukti dengan pengetahuan beliau mengenai pendekatan pembelajaran kontekstual yang beliau peroleh dari hasil membaca buku/artikel dan mengikuti seminar-seminar yang berkaitan dengan pembelajaran sejarah. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas mengajar. Namun, pengetahuan guru belum dapat dikatakan utuh, karena masih terkendala dengan pemahaman guru yang seolah menggap bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual itu hanya terpaku pada model dan materi pembelajarannya saja. Pengetahuan guru ini
(42)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
106
tidak menjadi masalah yang besar, selama siswa dapat menerima dan memahami pembelajaran dengan baik.
Kedua, perencanaan pembelajaran dikembangkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Adapun langkah-langkah guru dalam mendesain pembelajaran dimulai dengan menyesuaikan dengan kurikulum, silabus, kemudian menentukan SK/KD, lalu menyususn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode dan materi kontekstual guna mempermudah guru menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa dan memotivasi siswa untuk dapat mengaitkan/menghubungkan antara pengetahuan sejarah yang dimiliki dengan kehidupannya sehari-hari.hal ini dapat membuat siswa mengerti bahwa materi pelajaran tidak hanya untuk dipahami, tetapi juga untuk diamalkan dalam kehidupan nyata siswa.
Ketiga, penerapan pembelajaran kontekstual dapat diketahuai melalui proses observasi kelas secara langsung. Pelaksanaan observasi guna mengetahui pembelajaran sejarah di kelas X IIS di SMAN 1 Padalarang dilakukan selama tiga kali di masing-masing kelas yaitu kelas IIS I, kelas IIS II, kelas IIS III dan kelas IIS IV. Setiap pertemuan. Guru selalu menyampaikan materi kontekstual serta pemberian contoh-contoh yang kontekstual pula. Kegiatan pendahuluan, guru selalu memulai pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Pemberian apersepsi pada tahap awal kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan perhatian dan kesiapan siswa untuk belajar.
Penerapan pembembelajaran kontekstual di kelas X IIS I, II, III, dan IV di SMAN 1 Padalarang dapat dibuktikan dengan melihat RPP dan Kegiatan Belajarn Mengajar (KBM). Dalam setiap pertemuan, guru selalu menggunakan metode, model dan materi yang kontekstual. Tidak hanya itu, pemberian pertanyaan, contoh-contoh, serta tugas pun selalu menggunakan pendekatan kontekstual.
(43)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
107
Keempat, penerapan pembelajaran kontekstual di SMAN 1 Padalarang tidak selalu berjalan dengan lancar. Ada kendala yang dihadapi oleh guru maupun siswa. Kendala-kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut: 1) Sulitnya memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan. Awalnya memang sulit untuk mendorong siswa agar dapat aktif bertanya atau menyampaikan pendapat. Namun seiring berjalannya waktu sebagaimana yang diakui oleh guru, bahwa melalui pembelajaran kontekstual sekarang siswa selalu aktif bertanya atau menjawab; 2) Kesulitan menghubungkan materi yang ada didalam buku teks dengan kehidupan sehari-hari siswa. Mengingat materi kontekstual memang tidak selalu dijelaskan secara detail didalam buku teks. Maka, selama pembelajaran, yang dibutuhkan adalah kepintaran guru dalam mengkontekstualkan setian materi yang ada; 3) Menstimulasi siswa untuk dapat mengaitkan pengetahuan yang telah didapat dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan bahwa sebelumnya siswa hanya mengenal pembelajaran konvensional melalui metode ceramah saja. Namun, dari semua kendala yang dihadapi oleh guru diatas, solusinya hanya satu yaitu kreatifitas guru dalam mengelola kelasnya sendiri. Mengapa demikian? Karena apabila guru terus-terusan terhalang oleh kendala tersebut dan tidak mau mengubah pola fikirinya sendiri, maka proses pembelajaran tidak akan pernah berjalan dengan baik.
B. Rekomendasi
Berdasarkan pada hasil simpulan penerapan pembelajaran sejarah kontekstual di SMAN 1 Padalarang maka peneliti memberikan beberapa rekomendasi kepada beberapa pihak yang terkait yang berkontribusi dalam penerapan pembelajaran sejarah kontekstual yaitu kepala sekolah, guru mata pelajaran sejarah, dan juga peneliti selanjutnya. Adapun rekomendasi tersebut adalah:
(1)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 112
Gunawan, Restu dkk. Buku Siswa: Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Hasan, S. H. 1996. Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Depdikbud-Proyek Pendidikan Tenaga Akademik
Hery Kustanto & A. Hinduan. 2009. Kecenderungan Buku Teks Fisika Lama Dan
Buku Teks Fisika Baru Untuk SMA, Tesis diseminarkan. Yogyakarta:
Program Pasca Sarjana Pendidikan Fisika UAD.
Ismaun. 1993. Modul Ilmu pengetahuan Sosial 9: Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Universitas Terbuka.
Johnson, E. B. 2002. Contextual Teaching and Learning: What is is and why it's
here to stay. United states of America: Corwin Press, Inc.
Kasmadi, Hartono. 2001. Pengembangan Pembelajaran dengan Pendekatan
model-Model Pengajaran Sejarah. Semarang: Prima Nugraha Pratama.
Krisanjaya. 1998. Teori Belajar Bahasa, Bagian I, Pemerolehan Bahasa Pertama. Jakarta: IKIP Jakarta.
Kochhar. 2008. Pembelajaran Sejarah. Terjemahan. Jakarta: Grasindo.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT.Refika Aditama.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada.
Kustanto, Heri & A. Hinduan. 2009. Tesis: Kecenderungan Buku Teks Fisika Lama dan Buku Teks Fisika Baru untuk SMA. Yogyakarta: Program Pascasarjana Pendidikan Fisika UAD.
Kusuma. 2011. Kekurangan dan Kelebihan Buku Teks Pelajaran. Tersedia
[on-line]:
http://tyan18.files.wordpress.com/2012/04/textbook-compatibility-mode.pdf 02-02-2014.
Lincoln And Guba. 1985. Naturalistic Inquiry. London : Sage Publications
Moedjanto, G. 1995. Penulisan Buku Sejarah di Sekolah Menengah. Dalam Sri Sutjihatiningsih (Peny.) 1995. Pengajaran Sejarah: Kumpulan Makalah
(2)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 113
Moleong, Lexy, J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mudarman. 2012. Perkembangan Buku Teks Pelajaran. Jurnal Pendidikan Penabur No.18/Tahun ke 11/Juni 2012 halaman 100-105.
Mudzakir, AS. 2009. Penulisan Buku Teks yang Berkualitas. Tersedia [on-line]:
(www.upi.edu 24-02-2014).
Mulyana, Agus. 2012. Laporan Penelitian: Nasionalisme dan Militerisme
(Ideologi Historigrafi Pada Buku Teks Pelajaran Sejarah Nasional Indonesia untuk SMA). Bandung: Program Studi pendidikan
Sejarah-Sekolah Pascasarjana UPI.
_____________. 2009. Pendekatan Historiografi Dalam Memahami Buku
TeksPelajaran Sejarah. Mendekonstruksi masalah pembelajaran sejarah di Sekolah. Bandung: tidak diterbitkan.
Mulyana, Agus & Restu Gunawan. 2007. Sejarah Lokal Penulisan dan
Pembeajaran di Sekolah. Bandung: Salameena Press.
Mulyana, Agus dan Darmiasti. 2009. Historigrafi di Indonesia: dari
Magis-Religius Hingga Strukturis. Bandung: PT Refika Aditama.
Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosda.
Mulyono, Pudji. 2007. Kegiatan Penilaian Buku Teks. Bulletin BSNP, vol. II/No. 1/Januari 2007.
Muslich. Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual: Panduan bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah.
Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nurdin. 2009. Implementasi Pendekatan CTL (Contextual Teaching and
Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar. Jurnal Administrasi
(3)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 114
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005, 2005, tentang
Standar Nasional Pendidikan,Jakarta: Eko Jaya.
Prawiradilaga, Dewi Salma. 2008. Prinsip disain pembelajaran. Jakarta: Kencana kerjasama dengan Universitas Negeri Jakarta.
Purwanto, Bambang dan Adam, Aswi Warman. 2005. Mengugat Historiografi
Indonesia. Yogyakarta: Ombak.
Purwata, Hieronymus. 2012. Evaluasi Isi Buku Teks Pelajaran Sejarah Pada
Masa Orde Baru. Jurnal Cakrawala Pendidikan, November 2012, Th.
XXXI, No.3.
Rahminingsih, Heni. 2008. Sejarah SMA Negeri 1 Padalarang. Tersedia [on-line]
(http://www.sman1padalarang.sch.id/index.php/joomla-overview
07-02-2015).
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi bagi
Pendidik dalam Impelementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.
(Cet. II). Jakarta: Kencana.
Rusyana, Y. dan M. Suryaman. 2004. Pedoman Penulisan Buku Pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia SD, SMP, dan SMA. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Cet. VII). Bandung: Alfabeta.
Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.71 Tahun 2013. Buku
Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan Menengah
Saryono, Joko. 2009. Tesis: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
di SMP Sultan Agung Salaman Kabupaten Magelang. Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta: Tidak diterbitkan. Silberman, Melvin L.2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung: Nuansa.
Sitepu, BP. 2008. Buku Teks Pelajaran Berbasis Aneka Sumber. Jurnal
(4)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 115
Sjamsuddin, Helius. 1998. Makalah: Penulisan Buku Teks Sejarah: Kriteria dan
Permasalahannya. Simposium Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud RI.
___________. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Subagyo, Joko. 2004. Metode Penelitian, dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Subakti, YR. 2010. Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme. Yogyakarta: Jurnal SPPS, Vol.24 No.1.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Suhartanto, Heru. 2008. Standar Penilaian Buku Teks Pelajaran. Tersedia
[on-line]: http://hsuhartanto.wordpress.com 19-02-2014.
Sukemi. 2013. Kurikulum Baru. Tersedia [on-line]:
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-kurikulum-baru
02-02-2014).Vol.3.1
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Sundari, Titik. Penggunaan Buku Sekolah Elektronik IPS Sebagai Bahan Ajar
dalam Pembelajaran Sejarah di SMP Negeri 4 Malang. Program Studi
Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Malang.
Supardan, Dadang. 2009. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.
Suparti, Sugiran, & Sulistiyono. 2010. Persepsi Guru Terhadap Penggunaan
Buku Teks Indonesia Sekolah Dasar di Kabupaten Jombang. Jombang:
Jurnal Pendidikan Vol 3.1.
Supriatna, Nana. 2007. Konstruksi Pembelajaran Kritis. Bandung: Historia Utama Press.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperatif Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. (Cet. V). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryaman, M. dan Utorodewo, V.N. 2006. Pemilihan dan Pemanfaatan Buku
Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan, Jakarta: Pusat Perbukuan
(5)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 116
Suryo, Djoko. 2001. Sejarah dan Teks-Teksnya. Kompas, 28 November hlm. 8. Susdiyanto, Saat, dan Ahmad. 2009. Strategi Pembelajaran. (Modul Pendidikan
dan Latihan Profesi Guru). Makassar: Panitia Sertfikasi Guru Agama Rayon LPTK Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.
Tim Redaksi BSNP. Tentang BSNP. Tersedia [on-line]:
(http://bsnpindonesia.org/id/?page_id=32 19-02-2014).
Tim Redaksi Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Penilaian Buku Teks Pelajaran.
Tersedia [on-line]: (
http://puskurbuk.net/web13/penilian-buku-teks-pelajaran.html 19-02-2014).
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit Angkasa.
Tim Penyusun KBBI. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Tim Redaksi Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Penyusunan Buku Panduan Guru
Mata Peajaran. Tersedia [on-line]:
(
http://puskurbuk.net/web13/penyusunan-buku-panduan-guru-mata-pelajaran.html 20-02-2013).
Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Wahab, Abul. 2013. Strategi Pengembangan Silabus dan RPP Bagi Guru Peserta Diklat Dilingkungan Balai Diklat Keagamaan Medan. Tersedia [on-line]:
(http://sumut.kemenag.go.id 12-01-2015).
Wineburg, Sam. 2006. Berfikir Historis: Memetakan Masa Depan, Mengajarkan
Masa Lalu (Terjemahan). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Wiriaatmadja, R. 2012. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya.
Wiyanarti, Erlina. Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pengembangan
Pembelajaran Sejarah. Tersedia [on-line]:
(http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/19620718198
6012-ERLINA_WIJANARTI/CTL_DLM__PMBLRAN_SEJARAH.pdf 12-03-2013).
(6)
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 117
Zahorik, John A. 1995. Contructivist Teaching. Bloomington, Indiana: Phii-Delta Kappa Education Foundation.
Zuriah, Nurul. 2002. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.