IMPLEMENTASI PEMBINAAN KINERJA GURU PADA SMP 3 PADALARANG KABUPATEN BANDUNG-BARAT.

(1)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

ABSTRAK ……… ………. i

PERNYATAAN……….. ii

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI……… iv

DAFTAR TABEL……… v

DAFTAR GAMBAR………... vi

DAFTAR LAMPIRAN……… vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Fokus Penelitian ……….. 9

C. Rumusan Masalah ………..………. 10

D. Tujuan Penelitian………..……. 11

E. Manfaat Penelitian……… 12

F. Paradigma Penelitian………. 12

G. Definisi Oprasional……… 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Supervisi Dalam Konteks Administrasi Pendidikan… 16

B. Supervisi Akademik ……… 21

C. Jaminan Mutu dalam Supervisi Akademik ……….... 46

D. Pengawas Tugas Pokok dan Fungsinya ………. 56

E. Kepala Sekolah Tugas Pokok dan Kompetensinya…. 68 F. Kinerja Guru Profesional ……… 71

G. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan … 100 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian……….. 104

B. Lokasi dan Subjek Penelitian………... 106

C. Jenis Data Penelitian……… 107


(2)

iv

E. Teknik Pengambilan Sumber Informasi …... 109 F. Teknik Pengumpulan Informasi (Data)………..…..… 111 G. Teknik Analisis Informasi (Data)………. 114 H. Keabsahan Informasi (Data)………. 119 BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Aktivitas Supervisi Akademik ………...

127 B. Teknik-Teknik Supervisi Akademik ………. 150 C. Pembinaan Tugas pokok dan Fungsi guru………… 155 D. Hasil yang dicapai dari Supervisi Akademik……… 168 E. Masalah-Masalah yang Dihadapi………. 174 F. Pembinaan dan Follow-up ………. 182 BAB V PEMBAHASAN

A. Aktivitas Supervisi Akademik ……….. 185 B. Teknik-Teknik Supervisi Akademik ……… 192 C. Pembinaan Tugas pokok dan Fungsi guru………… 194 D. Hasil yang dicapai dari Supervisi Akademik……… 207 E. Masalah-Masalah yang Dihadapi ……… 212 F. Pembinaan dan Follow-up ………. 219 BAB V

KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan……… 221

B. Implikasi……… 225

C. Rekomendasi………. 227

DAFTAR PUSTAKA………. LAMPIRAN …..………

230 235


(3)

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat , dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (pasal 3 UUSPN Nomor 20 Tahun 2003).

Berdasarkan hal terebut di atas, jelaslah bahwa pendidikan memegang peran yang sangat penting dan strategis, karena melalui pendidikanlah kualitas sumber daya manusia dapat dibina dan ditingkatkan, yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi yang bermakna bagi dirinya dan kesejahtraan manusia pada umumnya. Sejalan dengan pendapat tersebut di Zamroni, (200:2) mendefinisikan peran Pendidikan sebagai berikut; (a) memasyarakatkan idiologi nilai-nilai sosio-kultural bangsa, (b) mempersiapkan tenaga kerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan,dan mendorong peradaban sosial, dan (e) untuk memeratakan kesempatan pendapatan. Peran yang pertama merupakan fungsi politik, sedang dua peran yang lainnya sebagai fungsi ekonomi.

Pendidikan termasuk hak azasi manusia dan dilindungi secara konstitusional sebagai mana ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab. XII pasal 31 yang berbunyi :

(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran;

(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Selanjutnya


(5)

dinyatakan dalan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003 Bab.IV pasal 5 ayat 1 yang berbunyi : setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu . Dalam pasal 6 ayat 1 dinyatakan pula bahwa setiap warga negara yang berusia tujuh tahun sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar .

Pengertian penting yang berkaitan dengan pendidikan dasar sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional dijelaskan dalam undang-undang Sisdiknas nomor. 20 tahun 2003 bab VI pasal 17 yaitu:

(1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah;

(2) Pendidikan dasar berbentuk Dekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI),atau bentuk lain yang sederajat, serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lainnya yang sederajat.

Sebagai satuan pendidikan dasar, termasuk sekolah dasar tujuan penyelenggaraannya diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 28 tahun 1990 pasal 3 berbunyi “ Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia, serta menyiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah”. Tujuan mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar itulah yang menempatkan pendidikan dasar menjadi amat seterategis dan oleh sebab itu penyelenggaraannya harus dilakukan dengan baik atau bermutu .

Dari uraian diatas jelas bahwa tuntutan pendidikan yang bermutu merupakan kewajiban konstitusional yang harus dipenuhi oleh penyelenggara pendidikan termasuk didalamnya pengawas, kepala sekolah dan terutama sekali guru sebagai pelaksana langsung proses pembelajaran terhadap anak didiknya


(6)

di kelas. Sebagai gambaran kualitas pendidikan di suatu sekolah masyarakat biasa membandingkan hasil perolehan nilai ujian nasional atau presentase kelulusan di sekolah tersebut, sebagai gambaran hasil UN tahun Pelajaran 2007/2008 di SMP 3 Padalarang dibanding sekolah lain yang ada di kabupaten Bandung-Barat , lihat pada Tabel 1.1.

Tabel.1.1

DAFTAR SMP BERDASARKAN JUMLAH NILAI UJIAN NASIONAL (UN) TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Propinsi : 02 Jawa Barat Kabupaten : 26 . Bandung Barat

KD

Nama SMP N S

Jumlah Maja Ujian Ran

Pes Tl % BIN ING MAT IPA TOT 028 1.Cipatat N 345 7,94 8,28 8,55 7,93 32,70 1 025 1. Batujajar N 512 7,91 8,31 8,48 7,84 32,54 2 097 Miuslimin

Sindangherta

S 63 6,82 8,37 8,32 8,88 32,39 3

013 Adven Parongpomg

S 17 7,48 7,80 7,99 8,76 32,03 4

110 Al –Amin Ngamprah

S 16 8,21 8,03 8,27 7,33 31,84 5

099 Yas

Sindanmgkerta

S 52 7,45 7,95 8,70 7,72 31,82 6

033 1.Padalarang N 422 1 02 8,08 8,09 7,54 7,79 31,50 7 017 Mutiara

Parongpong

S 21 7,49 8,85 7,70 7,25 31,20 8

011 Kahuripan S 37 7,75 7,31 7,68 8,51 31,25 9

050 Cahaya Bangsa

S 12 8,52 9,05 7,02 6,56 31,15 10

052 2.Cilakong N 213 7,58 7,32 7,90 8,11 30,91 11 035 3.Padalarang N 399 7,16 7,92 8,47 7,33 30,88 12

Sumber “ Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga Bandung Barat

Dari tabel di atas terlihat bahwa berdasarkan jumlah nilai hasil UN ternyata katagori sekolah Negeri (Mandiri,SSN atau SBI ) tidak bisa jadi jaminan bahwa sekolah tersebut akan baik hasil UN-nya, di lapangan ternyata bahkan swasta lebih baik. Mengapa demikian ? Inilah barang kali salah satu phenomena yang perlu mendapat jawaban. Penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh pada SMP 3


(7)

Padalarang sebagai lokasi penelitian, mengingat sekolah itu sudah status Sekolah Stantar Nasional (SSN).

Ada keterkaitan antara rendahnya nilai Ujian Nasional dengan profesional kerja guru, peran pengawas dan kepala sekolah sebagai supervisor yang bertugas membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah.

Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (5) menyatakan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya pada pasal 39 ayat (1) dinyatakan: Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah. No. 19 tahun 2005 pasal 39 ayat (1) dinyatakan: ”Pengawasan pada pendidikan formal dilaksanakan oleh pengawas satuan pendidikan”.

Surat Keputusan MENPAN Nomor 118 tahun 1996 yang diperbaharui dengan SK MENPAN Nomor 091/KEP/MEN.PAN/10/2001 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya dinyatakan: ”Pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwewenang untuk melakukan pengawasan pendidikan pada satuan pendidikan prasekolah, sekolah dasar, dan sekolah menengah” (pasal 1 ayat 1). Pada pasal 3 ayat (1) dinyatakan; ”Pengawas sekolah adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis dalam melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejumlah


(8)

sekolah tertentu yang ditunjuk/ditetapkan”. Pasal 5 ayat (1); tanggung jawab pengawas sekolah yakni: (a) melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan penugasannya dan; (b) meningkatkan kualitas proses belajar mengajar/bimbingan dan hasil prestasi belajar/bimbingan siswa dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Tanggung jawab pertama mengindikasikan pentingnya supervisi manajerial sedangkan tanggung jawab yang kedua mengindikasikan pentingnya supervisi akademik. Hal ini dipertegas lagi dalam PP No 19 tahun 2005 pasal 57 yang berbunyi; supervisi yang meliputi supervisi manajerial dan akademik dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas atau penilik satuan pendidikan. Supervisi manajerial meliputi aspek pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan, sedangkan supervisi akademik meliputi aspek-aspek pelaksanaan proses pembelajaran (penjelasan pasal 57). Pengawasan manajerial sasarannya adalah kepala sekolah dan staf sekolah lainnya, sedangkan sasaran supervisi akademik sasarannya adalah guru.

Ketentuan perundang-undangan di atas menunjukkan bahwa pengawas satuan pendidikan pada jalur sekolah adalah tenaga kependidikan profesional berstatus pegawai negeri sipil yang diangkat dan diberi tugas dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan baik pengawasan akademik maupun pengawasan manajerial pada satuan pendidikan yang ditunjuk.

Pengawasan akademik artinya membina guru dalam mempertinggi kualitas proses pembelajaran agar dapat meningkatkan mutu hasil belajar siswa. Aspek yang dibina adalah aspek-aspek yang terkait dengan proses


(9)

pembelajaran. Sedangkan pengawasan manajerial artinya membina kepala sekolah dan seluruh staf sekolah dalam mempertinggi mutu penyelenggaraan pendidikan terutama yang terkait dengan pengelolaan dan administrasi sekolah. Kegiatan utama setiap pengawas satuan pendidikan dalam melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial adalah; memantau, menilai, membina dan melaporkan. Memantau atau monitoring artinya melakukan pengamatan, pemotretan, pencatatan terhadap fenomena yang sedang berlangsung. Misalnya memantau proses pembelajaran, artinya mengamati, memotret, mencermati, mencatat berbagai gejala yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Menilai artinya memberikan harga atau nilai terhadap objek yang dinilai berdasarkan kriteria tertentu. Jadi setiap penilaian ditandai adanya kriteria, adanya obyek yang dinilai dan adanya pertimbangan atau (judgement). Hasil penilaian dijadikan bahan untuk pengambilan keputusan. Misalnya menilai kemampuan guru mengajar. Membina artinya memberikan bantuan atau bimbingan kearah yang lebih baik dan lebih berhasil. Tentunya sebelum membina pengawas harus mengetahui terlebih dahulu kelemahan atau kekurangan dari orang-orang yang dibinanya. Melaporkan artinya menyampaikan proses dan hasil pengawasannya kepada atasan baik secara lisan maupun secara tertulis dengan harapan laporan tersebut bisa ditindaklanjuti atasan baik berupa pembinaan selanjutnya maupun usaha lain untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Supervisi merupakan bagian dari fungsi administrasi pendidikan, yang dibahas dalam konteks ini adalah pengawasan pendidikan pada jalur sekolah yang dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan sebagai aparat fungsional,


(10)

pelaksanaan supervisi ditekankan pada pengawasan proses pembelajaran yang lebih dikenal dengan supervisi pendidikan ( Instructional supervision), Istilah ini disebut juga educational supervision yang mengacu pada misi utama organisasi pendidikan dalam sistem sekolah, yaitu yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan, ( Djaman Satori, 1887).

Mutu pendidikan dalam sistem sekolah menekankan pada proses dan hasil pembelajaran, karena sekolah merupakan tempat yang disediakan khusus bagi layanan pembelajaran ( a place for better learning), artinya mutu proses belajar mengajar merupakan acuan bagi pengembangan sekolah yang bermutu. Dengan demikian semakin jelas bahwa pengawasan pendidikan sebagai suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manajemen pendidikan, perlu diupayakan secara terus menerus ditingkatkan kualitas pelaksanaannya agar manajemen pendidikan yang mengutamakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan pendidikan menjadi daya dukung dalam pelaksanaan misi dan visi pendidikan nasional dalam menghadapi era globalisasi yaitu peningkatan produktifitas pendidikan.

Pengawasan menjadi bagian dari siklus dan dinamika manajemen pendidikan nasional hal ini tercantum dalam UUSPN Bab, XIX pasal 66 ayat 1 yang berbunyi: “ pemerintah, pemerintah daerah, dewan pendidikan dan komite sekolah / madrasah melakukan pengawasan atas penyelelnggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan masing-masing”. Ruang lingkup pengawsan pendidikan meliputi segala kegiatan yang bertujuan untuk mengindentifikasi, memantau, menilai dan melakukan diagnosis terhadap apa yang terjadi dalam proses pendidikan, mulai dari


(11)

lingkup sekolah (mikro) sampai lingkup nasional (makro). (Supriadi ,1997:35). Tujuan supervisi adalah menilai kemampuan guru sebagai pendidik dibidangnya masing-masing, dalam rangka membantu mereka melakukan perbaikan perbaikan , serta meningkatkan profesionalnya dengan menunjukan kekurangan dan kelemahan agar dapat diatasi dengan usaha sendiri.

Berbagai program yang direncanakan maupun yang sedang dilaksanakan, atau yang sudah selesai dikerjakan, memerlukan supervisi sebagai upaya untuk mengukur tingkat keberhasilan sasaran/ tujuan yang telah dicapai. Setiap gerak langkah irama kehidupan di dunia penidikan perlu mendapat supervisi pengawasan agar alur dan arahnya tetap sesuai dengan rencana yang ditetapkan, hal ini merupakan satu usaha dalam mengantisipasi penyimpangan yang mungkin terjadi sebagai akibat penurunan disiplin dan etos kerja.

Berdasarkan uraian di atas terlihat ada permasalahan yaitu; belum maksimalnya hasil pembelajaran siswa dilihat dari out-put lulusan berupa rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) . masih belum maksimalnya pembinaan kinerja guru-guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat.

Berkaitan dengan masalah di atas penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan Judul “ Implementasi Pembinaan Kinerja Guru pada SMP 3 Padalarang Kabupaten Bandung Barat”.

B. Fokus Penelitian

Penelitian difokuskan pada pembinaan kinerja Guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat ditinjau dari kajian Implementasi


(12)

supervisi akademik yang dilakukan oleh Pengawas dan kepala sekolah. Adapun aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian ini adalah:

1. Aktivitas supervisi akademik oleh Pengawas dan Kepala Sekolah dalam pembinaan kinerja guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat

2. Teknik supervisi akademik yang digunakan pengawas dalam pembinaan kinerja guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat;

3. Pembinaan tugas pokok dan fungsi guru oleh pengawas pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat;

4. Hasil yang dicapai dari pembinaan kinerja guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat;

5. Masalah-masalah yang dihadapi dalam pembinaan kinerja guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat;

6. Pembinaan dan Follow-up yang dilakukan pengawas saat ini dalam rangka pembinaan kinerja guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus rumusan di atas dapat dirinci masalah-masalah khusus sebagai berikut:

1. Bagaimanaa aktivitas supervisi akademik oleh Pengawas dan Kepala Sekolah dalam pembinaan kinerja guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat ?


(13)

2. Bagaimana teknik supervisi akademik yang digunakan pengawas dalam pembinaan kinerja guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat ?

3. Bagaimana pembinaan tugas pokok dan fungsi guru oleh pengawas pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat? 4. Apakah hasil yang dicapai dari pembinaan kinerja guru pada SMP

3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat?

5. Masalah-masalah apa yang dihadapi dalam pebinaan kinerja guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat ?

6. Bagaimana pembinaan dan Follow-up yang dilakukan pengawas saat ini dalam rangka pembinaan kinerja guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat ?.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskrifsikan Implementasi pembinaan kinerja guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkap informasi yang berkaitan dengan :

1. Aktivitas supervisi akademik oleh Pengawas dan Kepala Sekolah dalam pembinaan kinerja guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat

2. Teknik supervisi akademik yang digunakan pengawas dalam pembinaan kinerja guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat;


(14)

3. Pembinaan tugas pokok dan fungsi guru oleh pengawas pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat;

4. Hasil yang dicapai dari pembinaan kinerja guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat;

5. Masalah-masalah yang dihadapi dalam pembinaan kinerja guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat;

6. Pembinaan dan Follow-up yang dilakukan pengawas saat ini dalam rangka pembinaan kinerja guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat.

E. Manfaat Penelitian

Aspek teoritis , penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi upaya pengembangan ilmu administrasi pendidikan, khususnya pengelolaan sumber daya pendidikan. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi penelitian lebih lanjut, terutama dalam upaya pembinaan kinerja guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat

Aspek operasional, penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa informasi dan solusi tentang implementasi supervisi akademik terhadap perbaikan mutu proses pembelajaran di sekolah dalam upaya pembinaan kinerja guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung–Barat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan sumber daya pengawas satuan pendidikan di masa datang khususnya di kabupaten Bandung-Barat.


(15)

F. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian, disini merupakan suatu model yang dijadikan acuan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitiannya. Lebih jauh Bogdan dan Bikilen ( dalam Moleong, (2002: 30) menyatakan bahwa paradigma penelitian adalah: “ kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir penelitian”. Sementara Nasution (1988:2) mengatakan pardigma adalah “ suatu perangkat kepercayaan nilai-nilai, suatu pandangan dunia sekitar”. Sejalan dengan itu pendapat Ziauddin Sardar ,(1986:339), menyatakan bahwa” paradigma digunakan untuk menunjukan konsepsi dasar seseorang mengenai satu aspek realitas tertentu”.

Paradigma diperlukan dalam suatu penelitian menurut Stuart, A schlegel, (1986:6) dalam suatu grounded research “ diperlukan paradigma, karena semua analisis harus berdasarkan berbagai ide yang diterapkan sebelumnya”. Berdasarkan kutipan-kutipan diatas peneliti menetapkan paradigma penelitian tentang “Inplementasi Supervisi Akademik oleh Pengawas dan Kepala sekolah dalam Pembinaan Kinerja Guru SMP di Bandung -Barat seperti tertera pada gambar .1.1. berikut ini:


(16)

(17)

G. Definisi Oprasional

1. Implementasi, dalam An Indonesian English Dictionari halaman 221, berarti pelaksanaan atau penerapan sesuatu hal. Jadi Implementasi yang dimaksud dalam judul Tesis ini adalah bagaimana pelaksanaan , penerapan

atau akativitas yang dilakukan oleh Pengawas dan Kepala sekolah dalam upaya membina guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung Barat.

2. Pembinaan adalah upaya peningkatan kompetensi khususnya guru-guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung Barat, yang dilakukan secara sitematis dan berkelanjutan.

3. Kinerja guru, merupakan suatu wujud prilaku guru yang berorientasi

Prestasi dalam menjalankan tugas dan fungsi guru terkait dengan perencanaan prosedeur dan evaluasi pembelajaran.

4. SMP 3 Padalarang, adalah Sekolah Menengah Pertama di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga kabupaten Bandung Barat, yang menjadi lokasi penelitian. Sekolah ini termasuk ke dalam katagori Sekolah Standar Nasional (SSN), dan pada tahun 2010 ini masuk ke dalam katagori Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI). Sekolah ini berdiri dibuka pada tahun Pelajaran 1985-1986 dengan nomor Statistik:02804167. Berlokasi di Jalan Babakan Loa kecamatan Padalarang kabupaten Bandung Barat.


(18)

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Naturalistik Kualitatif menurut Nasution, (1988 :12) mengemukakan bahwa :”penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahas dan taksiran mereka tentang dunia sekitarnya”. Dari ungkapan di atas menunjukan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti akan berfungsi sebagai instrumen penelitian yang harus turun ke lapangan dalam kurun waktu tertentu untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian, selanjutnya dikatakan bahwa penelitian kualitatif sering disebut metode naturalistik, metode penelitian semacam ini mempunyai karakteristik: (a) data langsung diambil dari seting alami, (b) penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling, (c) peneliti sebagai instrumen pokok, (d) lebih menekankan proses dari pada hasil , (e) analisis induktif , dan (f) mengutamakan makna dibalik data.

Karakteristik yang pertama, mengandung arti bahwa seorang peneliti mencari informasi atau menggali data langsung dari sumber data yang reperesentatif tanpa memberikan suatu treatment seperti yang biasa dilakukan dalam penelitian ekperimen. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar memperoleh suatu gambaran tentang penomena Implentasi Pembinaan Kinerja Guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat.

Karakteristik yang kedua, mengandung arti bahwa dalam menentukan sampel harus disesuaikan dengan tujuan penelitian, oleh karena itu banyaknya


(20)

sampel tergantung pada pertimbangan kelengkapan informasi yang dibutuhkan. Nasution, (1988:32-33) menjelaskan bahwa untuk memperoleh informasi sampling dapat diteruskan sampai dicapai redudancy keputusan atau kejenuhan, ini berarti dengan menggunakan responden selanjutnya tidak akan diperoleh lagi tambahan informasi baru yang bermakna.

Karakteristik ketiga , yaitu menempatkan peneliti sebagai instrumen pertama , rasional dari karakteristik ini adalah karena peneliti mempunyai adaptablitas yang tinggi. Dengan begitu senantiasa dapat terus menerus menyesuaikan diri terhadap situasi yang berubah-ubah serta bisa memperluas pertanyaan untuk memperoleh data secara rinci dan mendalam sesuai dengan tujuan penelitia. (Nasution, 1988:54-55).

Karakteristik keempat, mengandung makna terhadap penekanan proses dari pada produk, sehingga bersifat deskriftif analisis, berimplikasi bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih cenderung dalam bentuk kata-kata dari pada angka-angka dan hasil analisis berupa uraian ( Miles dan Hukerman ,1984:5)

Dua karakteristik terakhir, mengandung makna bahwa sampel penelitian kualitatif tidak didasarkan atas perhitungan statistik melainkan berdasarkan ketuntasan informasi yang diperlukan, oleh karena itu analisis tidak bertujuan untuk memperoleh generalisasi, akan tetapi data dianalisis secara induktif untuk dicari polanya , yang selanjutnya dicari makna dari pola tersebut. Dengan demikian hasil penelitian bersifat idiologis, mementingkan makna dalam konteks, ruang dan waktu. Aan Komariah, (2009: 219) mengatakan bahwa : “Pendekatan kualitatf merupakan suatu paradigma


(21)

penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa, prilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi “.

Untuk mencapai tujuan di atas peneliti akan mengkonsentrasikan perhatian dalam memahami prilaku, sikap, pendapat, persepsi dan sebagainya berdasarkan pandangan subjek yang diteliti.

B. Lokasi Dan Subjek Penelitian. 1. Lokasi Penelitian

Fokus penelitian ini adalah deskripsi aktivitas Pembinaan kinerja guru terhadap guru-guru pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat, melalui supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah . Lokasi penelitiannya dilaksanakan. di lingkungan SMP 3 Padalarang Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga kabupaten Bandung-Barat.

2. Subjek Peneltian

Adapun yang dijadikan subjek penelitian adalah beberapa orang pengawas , kordinator pengawas pada jenjang SMP, pejabat di lingkungan Dinas pendidikan pemuda olah raga Bandung-Barat, kepala sekolah, dan guru-guru SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung- Barat serta informan lain yang dipandang relevan untuk memberikan informasi atau komentar tentang suatu hal yang ditentukan secara Snow Ball sampling sesuai tujuan penelitian dan data yang diharapkan.

Dalam penelitian kualitatif, jumlah responden tidak ditentukan secara kaku sebelumnya, tetapi yang pokok dimulai dengan asumsi bahwa konteks


(22)

lebih penting dari pada jumlah. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dalam penelitian ini para pengawas , kordinator pengawas satuan pendidikan SMP, guru dan kepala sekolah SMP 3 Padalarang yang dipilih sebagai subjek penelitian, yaitu mereka yang dianggap sebagai nara sumber yang akan memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.

C. Jenis Data Penelitian

Jenis data yang diungkap dalam penelitian ini adalah bersifat Skematik, Narasi dan Uraian, juga menjelaskan data dari informan baik yang disampaikan secara lisan maupun data dokumen yang tertulis, prilaku subjek yang diamati di lapangan juga menjadi data dalam pengumpulan hasil penelitian ini, dan selanjutnya Djam’an Satori dan Aan Komariah, (2009:220) mendeskripsikan data yang diperoleh bisa didapat melalui :

1. Rekaman audio mapun vidio, dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan pihak yang dianggap sebagai sumber data, selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk trankip;

2. Catatan Lapangan, peneliti mencatat seluruh peristiwa yang benar-benar terjadi di lapangan sesuai dengan proses penulisan catatan lapangan; 3. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan berbagai sumber yang berhubungan

dengan masalah kondisi objektif, juga pendukung lainnya;

4. Photo-photo, yang mendukung kondisi objektif penelitian berlangsung. Dengan demikian data (informasi ) yang penulis peroleh selanjutnya dicatat sebagai catatan lapangan yang akan diolah selanjutnya.


(23)

D. Sumber Data Penelitian

Penelitian kualitatif mengharuskan peneliti berhubungan dengan sumber data dan menelaah situasi tempat mereka berprilaku atau bekerja dalam penelitian ini, objek apa yang ditelaah dan Siapa yang menjadi sumber data sangat tergantung pada teori yang digunakan. Goets dan Lecomple (1984) dalam Djam’an Satori (1987:143) mengungkapkan the content of theories determines with element, object or people in the the empirical world constitude the research, population or data sources”. Jelaslah elemen mana objek mana atau siapa yang merupakan sumber data atau populasi tergantung pada isi teori atau konsep yang digunakan.

Pihak-pihak yang sering dijadikan sumber data dalam suatu kegiatan penelitian lazim dikenal sebagai populasi dan sampel penelitian oleh karena itu dalam menentukan siapa yang menjadi populasi dan sampel penelitian perlu dilihat relevansi antara permasalahan yang diteliti dengan pihak mana yang dijadikan populasi dan sampel penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah Ruang Lingkup SMP 3 Padalarang Dinas Pendidikan Pemuda dan olahraga kabupaten Bandung-Barat, di dalamnya menyangkut pengawas, kordinator pengawas, guru dan kepala sekolah . Karena ruang lingkup birokrasi pendidikan begitu luas maka peneliti bermaksud mengambil Sampel: Pengawas Satuan pendidikan SMP, Guru-guru dan kepala sekolah SMP3 Padalarang kabupaten Bandung Barat dengan teknik “ Purposive sampling” yaitu cara pengambilan sampel yang didasarkan pada ciri spesifik yang dimiliki oleh sumber data sesuai tujuan penelitian.


(24)

1. Sumber data personal, meliputi koordinator pengawas, Pengawas SMP, subag kepegawaian, kepala sekolah dan guru SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung Barat dan stakeholder lainnya yang relevan dengan judul penelitian ini, (Daftar Nara sumber terlampir).

2. Sumber data berupa dokumentasi, yaitu data tentang perundang- undangan, peraturan pemerintah, peraturan mentri dan program kerja pengawas, program kerja kepala sekolah, dan administrasi kelengkapan mengajar guru yang relevan.

E. Teknik Pengambilan Sumber Informasi (Imforman)

Teknik pengambilan sumber informasi dalam penelitian kualitatif bersifat purposive dan snowball itu dapat digambarkan seperti gambar. 3.1. Berikut ini:

Informan pertama

Gambar 3.1 Proses penentuan sampel kualitatif, purposive snow ball Sumber; Djam’an Satori &Aan Komariah , Metodologi penelitian kualitatif (2009: 54

Pada gambar tersebut posisi A adalah informan pertama (pembuka Pintu) selanjutnya disarankan ke B dan C pada B dan C belum mendapatkan data lengkap, lalu disarankan ke D selanjutnya ke F ke G, H dan I setelah sampai J akhirnya jenuh, sehingga sampel sumber informasi (data) sudah mencukupi dan tidak perlu menambah sampel baru.

B

A

C D

F

E H J


(25)

Adapun teknik untuk mendapatkan informasi, penulis menggunakan 1. Purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang didasarkan atas

ciri spesifik dimilki oleh sumber data sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan demikian sampel penelitian tidak ditentukan sebelumnya secara pasti, tetapi penentuan sampel dilakukan selama penelitaian berlangsung ( emergen sampling design) menurut Nasution, (1992:29) itulah sampling dalam penelitian kualitatif merujuk pada pilihan peneliti mengenai aspek apa dari peristiwa apa dan siapa yang dijadikan fokus penelitian pada saat dan situasi tertentu;

2. Snowball sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan cara berantai, teknik pengambilan sampel yang dimulai dengan jumlah kecil kemudian membesar seperti bola salju yang menggelinding (Djam’an S dan Aan Komariah ,2009:48);

3. Triangulasi, yaitu mencocokkan kebenaran data dengan cara membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain, ( Nasution,1988:115). Dalam penelitian ini penulis melakukan triangulasi dengan cara: (1) membandingkan informasi atau data yang sama yang diperoleh melalui teknik observasi , wawancara, dan dokumen, (2) membandingkan informasi atau data yang sama yang diperoleh dari sumber pengawas dan guru, (3) membandingkan informasi atau data yang sama yang bersumber dari kepala sekolah dan guru.

F. Teknik Pengumpulan Informasi (Data)

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan informasi (data) dilalukan pada kondisi alamiah (natural setting), sumber informasi (data) primer, dan


(26)

teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi peranserta (partisipan observation), wawancara mendalam ( in depth interview) dan dokumentasi, (Sugiono 2007: 225). Selanjutnya ada empat teknik pengumpulan informasi (data) yang digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu :

Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian kualitatif, lebih luas dari interview, tidak terbatas hanya pada manusia saja, tetapi benda sekecil apapun dalam bentuk apapun dapat diamati melalui observasi langsung ke lapangan, (Aan Komariah, 2009:104). Observasi digunakan dalam teknik pengumpulan informasi (data) kualitatif karena suatu objek hanya dapat digunakan datanya apabila peneliti menyaksikan secara langsung.

Alwasilah C (2002:221) menjelaskan :

…peneliti dapat melakukan teknik observasi apabila; (1) peristiwa itu dapat diobservasi langsung, (2) diperlukan sudut pandang baru terhadap peristiwa itu, (3) manakala responden tidak bersedia atau tidak ungkin diwawancara.. Sementara Bungin, (Aan Komariah, 2009:107) mengatakan teknik observasi memiliki kreteria sebagain berikut : (1) pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara serius, (2) pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, (3) pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian,dan (4) pengamatan dapat dicek atau dikontrol mengenai keabsahannya.(Aan Komaria , 2009:120) yaitu:

1. Observasi deskripsi peneliti melakukan penjelajahan secara umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat,didengar


(27)

dan dirasakan,semua direkam dan menghasilkan informasi (data) yang belum tertata;

2. Observasi reduksi atau terfokus, yaitu tahapan observasi dimana peneliti telah melakukan analisis taksonomi, dan analisis sub katagori sehingga dapat menemukan fokus;

3. Observasi terseleksi, pada tahap ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya sudah lebih rinci.

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi (data) yang digali dari sumber langsung melalui percakapan atau tanya jawab, (Djaman Satori dan Aan Komariah 2009:130).Wawancara mendalam dilakukan dalam konteks observasi partisipasi, peneliti terlibat secara intensif dengan setting penelitian terutama pada keterlibatannnnya dalam kehidupan informan. Mc.Millan & Schumaker (2001:443) menjelaskan “ Wawancara mendalam adalah Tanya jawab yang terbuka untuk memperoleh data tentang maksud hati partisipan , isi hati dan perasaannya tentang kejadian dalam hidupnya”. Sedangkan wawancara bertahap tidak dilakukan secara interaktif (terlibat kangsung) dalam kehidupan informan , melainkan dilakukan secara terjadwal,terpadu dengan pertanyaan-pertanyaan pokok, atau disebut wawancara dengan merujuk pada pokok-pokok wawancara.

Dokumen adalah catatan kejadian yang sudah lampau yang dinyatakan dalam bentuk lisan,tulisan dan karya bentuk, (Aan Komariah, 2009:148) .Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara,dapat berupa catatan, gambar, atau karya monumental dari seseorang.


(28)

Adapun teknik pengumpulan informasi (data) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Observasi, teknik ini dilakukan peneliti untuk memperoleh sejumlah informasi dalam kaitannya dengan konteks masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas dan kepala sekolah dalam pembinaan kinerja guru pada

SMP Padalarang kabuapten Bandung-Barat.

b. Wawancara, dilakukan secara mendalam dan sistematik kepada Korwas, Pengawas, Subag kepegawain, kepala sekolah, dan guru-guru SMP 3 Padalarang Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga kabupaten Bandung- Barat, untuk mendapatkan informasi berbagai aspek kegiatan pembinaan kinerja guru melalui supervisi akademik. c. Studi dokumentasi, dilakukan secara mendalam dan kritis terhadap

semua dokumen yang relevan dengan kegiatan pembinaan kinerja guru melalui supervisi akademik pada guru SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung Barat. Studi dokumen ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang pedoman dan aturan yang dijadikan dasar pembinaan kinerja guru melalui supervisi akademik.

G. Teknik Analisis Informasi (Data)

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip).


(29)

Analisis data dalam penelitian kualitatif berbeda dengan analisis data dalam penelitian kuantitatif. Analisis data kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan. Tujuan akhir analisis data kualitatif adalah memperoleh makna, menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep serta mengembangkan hipotesis atau teori baru. Analisis data kualitatif adalah proses mencari serta menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya sehingga mudah dipahami agar dapat diinformasikan kepada orang lain (Bogdan, 1984). Analisis data penelitian kualitatif dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dikaji sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan untuk disampaikan kepada orang lain.

Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai sejak sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis data dilanjutkan pada saat peneliti berada di lapangan sampai peneliti menyelesaikan kegiatan di lapangan. Sebelum peneliti memasuki lapangan, analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder. Analisis data diarahkan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian yang ditentukan sebelum peneliti memasuki lapangan masih bersifat sementara. Fokus penelitian ada kemungkinan mengalami perubahan atau berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

Ketika peneliti mulai memasuki kegiatan lapangan untuk mengumpulkan data, peneliti melanjutkan analisis data. Misalnya, ketika peneliti melakukan wawancara analisis dilakukan terhadap informasi hasil wawancara. Apabila


(30)

jawaban tersebut dirasakan belum memuaskan, peneliti melanjutkan wawancara dengan mengajukan pertanyaan lanjutan sampai diperoleh data yang memuaskan. Miles and Huberman (1984 ), Sugiono (2007: 197) mengemukakan bahwa :” aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh”. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data (data reducation), penyajian data (data display), serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/ verification).

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya, kedalam suatu pola katagori dan situasi uraian dasar, (Moleong ,1989: 112). Analisis data ini dilakukan mengikuti prosedur sebagimana disarankan oleh Nasution, (1988:129-130) yaitu: (1) reduksi data, (2) display data, dan (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi.

1. Reduksi data, dilakukan unuk menelaah kembali seluruh catatan lapangan yang diperoleh melalui wawancara observasi dan dekomentasi kemudian dirangkum. Reduksi data adalah proses analisis untuk memilih, memusatkan perhatian, meyederhanakan, mengabstraksikan serta mentransformasikan data yang muncul dari catatan-catatan lapangan, Patilima (2005), Surya Dharma, (2008:14). “Mereduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema dan pola, serta membuang yang dianggap tidak perlu.” Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan mempermudah peneliti


(31)

melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di lapangan, jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Untuk itulah, peneliti melakukan reduksi data dengan cara sebagai berikut: (a) Memilih data yang dianggap penting, (b) Membuat kategori data, (c) Mengelompokkan data dalam setiap kategori.

2. Display data. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori, diagram alur (flow chart), dan lain sejenisnya. Penyajian data dalam bentuk-bentuk tersebut akan memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk mencapai tujuan penelitian. Display data, yaitu menampilkan susunan yang lebih sistematik dari kesimpulan rangkuman reduksi data, setelah display data dapat terlihat dengan jelas dan tersusun secara sistematik .

3. Menarik kesimpulan, berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data. Kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung tahap


(32)

pengumpulan data berikutnya. Proses untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut sebagai verifikasi data. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti konsisten dengan kondisi yang ditemukan saat peneliti kembali ke lapangan maka kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dan verifikasi, selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan sehingga data yang terkumpul mempunyai makna tertentu. Untuk lebih memantapkan kesimpulan maka dilakukan verifikasi dengan member check dan audit data (trail). Analisis data dengan model interaktif dilakukan sesudah pengumpulan data yang dilakukan menggunakan kalimat-kalimat, dalam bentuk matrik, table dan sebagainya. Semua diatur sedemikian rupa sehingga merupakan kesatuan data yang telah dikumpulkan dan siap diadakan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini, analisis data penulis lakukan sebagai berikut : a. Setiap informasi (data) yang diperoleh, baik melalui observasi,

wawancara, studi dokumen, langsung dianalisis;

b. Penganalisaan yang dilakukan setiap selesai pengumpulan data, diikuti dengan interpretasi dan elaborasi untuk menemukan makna yang terkandung di dalamnya;

c. Membuat katagorisasi dan sub.katagori data sehingga data mentah yang terkumpul dapat ditranformasikan secara sistematis menjadi sub katagori yang dapat dicandrakan menurut karakteristiknya. Di sini dibuat batas setiap sub. katagori untuk keperluan analisis berikutnya.


(33)

Proses unitisasi ini dilakukan bukan saja setelah data terkumpul semua, akan tetapi dilakukan pula selama proses pengumpulan data;

d. Mengadakan trianggulasi, yaitu membandingkan informasi (data) yang sama yang diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan data (observasi, wawancara studi dokumen ), disamping membandingkan informasi (data) yang sama yang diperoleh dari berbagai sumber;

e. Mengadakan member check, dengan pengawas, kepala sekolah dan guru sebagi sumber utama informasi (data) dalam penelitian ini. Kegiatan member check ini penulis lakukan setiap selesai mengadakan observasi dan wawancara dengan responden. Sedangkan member check terakhir dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara keseluruhan; f. Mengadakan diskusi dengan teman-teman sejawat dalam usaha menguji

validitas data terkumpul;

g. Memberikan tafsiran sebagai usaha menemukan makna yang terkandung dan diperoleh dalam penelitian ini secara terus menerus sejak saat pengumpulan data di lapangan sampai selesai pengumpulan informasi (data) di lapangan selesai pengumpulan data secara keseluruhan.

H. Keabsahan Informasi Data

Dalam penelitian kualitatif temuan atau data, dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Kebenaran realitas dalam penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal tetapi jamak dan tergantung pada kemampuan peneliti mengkontruksi fenomena yang diamati, serta dibentuk dalam diri seorang


(34)

sebagai hasil proses mental tiap individu dengan latar belakangnya. Oleh karena itu jika ada lima orang peneliti dengan latar belakang berbeda meneliti objek yang sama akan mendapatkan lima temuan dan semuanya dinyatakan valid jika yang ditemukan tersebut tidak berbeda dengan apa yang terjadi sesungguhnya pada objek yang diteliti. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji validitas internal (credibility), validitas eksternal (transferability), reliabilitas ( dependability) dan objektivitas (conformability).

1. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.

Kredibilitas , adalah ukuran kebenaran data yang dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian,

(Aan Komariah 2009:165). Kredibilitas mempersoalkan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya , untuk mmenuhi kriteria ini dilakukan pengamatan yang kontinu. Dengan pengamatan yang kontinu atau terus menerus, peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam ( S.Nasution, 1988:115). Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan secara kontinu dalam kurun waktu kurang lebih 4 bulan, sehingga penulis dapat memberikan deskripsi secara terinci terhadap aspek-aspek yang diamati. Berikut upaya peningkatan kepercayaan terhadap data hasil penelitian:


(35)

a. Perpanjangan Pengamatan, dilakukan dengan jalan mengadakan wawancara ulang terhadap nara sumber,sehingga menjadi lebih akrab,lebih terbuka dan saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan.

b. Meningkatkan Ketekunan, maksudnya melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematik. Dengan meningkatkan ketekunan, peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang ditemukan itu salah atau tidak sehingga dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

c. Triangulasi , diartikan sebagai pengujian keabsahan data yang diperoleh dari berbagai sumber, berbagai metode, dan berbagai waktu. Oleh karenanya terdapat teknik pengujian keabsahan data melalui triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi waktu. Triangulasi sebagai teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek pada sumber yang sama tetapi dengan teknik berbeda. Misalnya data yang diperoleh melalui wawancara kemudian dicek dengan data hasil observasi, atau hasil analisis dokumen sehingga diperoleh data yang sama. Untuk mendapatkan informasi yang kredibel maka peneliti perlu melakukan trianggulasi dari sumber informan, trianggulasi dari teknik pengumpulan data, dan trianggulasi waktu, (Aan Komariah, 2009:170). Dalam penelitian ini, penulis melakukan triangulasi dengan cara (1) membandingkan informasi (data) yang sama yang diperoleh melalui teknik observasi ,


(36)

teknik wawancara,dan dokumen, (2) membandingkan informasi (data) yang sama yang diperoleh (bersumber dari pengawas ,kepala sekolah dan guru, (3) membandingkan informasi (data) yang sama yang bersumber dari kepala sekolah dan guru.

d. Member Check , adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada sumber datanya. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian data yang ditemukan dengan data yang diberikan oleh sumber data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh sumber data maka data tersebut valid, akan tetapi bila tidak disepakati perlu dilakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data. Member check dilakukan setelah pengumpulan data selesai, setelah mendapat temuan, atau setelah memperoleh kesimpulan. Tujuan member check ialah agar informasi yang diperoleh dalam penelitian sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh informan, apabila para informen telah menyepakati data berarti data tersebut valid sehingga semakin kredibel. Dalam penelitian ini penulis mengadakan member check terhadap informasi (data) yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Korwas. pengawas sekolah, kepala Sekolah dan guru, dan informan lain yang relevan.

2. Uji Transferability

Transferability pada penelitian kualitatif berkenaan dengan pertanyaan, hingga dimana penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Transferability tergantung pada pemakai, manakala hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain. Oleh karena itu, peneliti


(37)

harus membuat laporannya dengan uraian yang rinci, jelas, sistematik sehingga dapat dipercaya. Dengan demikian pembaca menjadi jelas dan memutuskan dapat atau tidaknya hasil penelitian tersebut diaplikasikan ditempat lain.

Transferability, yaitu nilai tranfer dalam penelitian berkenaan dengan petanyaan: “ sejauh manakah hasil penelitian tersebut dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi lain,” (Nasution 1988:119). Selanjutnya dikataan oleh Djaman Satori & Aan Komariah ,(2009:173):

Untuk mendapatkan derajat transferabilitas yang tinggi tergantung pada kemampuan peneliti mengangkat makna-makna esensial temuan penelitiannya dan melakukan refleksi serta analisis krisis yang ditujukan dalam pembahasan penelitian .

Bagi peneiliti kualitatif transferabilitas tergantung pada sipemakai yakni sampai manakah hasil penelitian ini dapat digunakan dalam konteks dan situasi tertentu, karena itu transferabilitas hasil penelitian ini tergantung pada pengawas, dan kepala sekolah sebagai pelaksana supervisi akademik disekolah. Dalam hal ini penulis hanya melihat transferabilitas sebagai suatu kemungkinan teranfer aplikasinya tergantung pada yang berkopenten dalam pelaksanaan supervisi akademik di sekolah.

3. Uji Dependability

Uji dependability dilakukan melalui audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi seorang peneliti tidak melakukan proses penelitian yang sebenarnya tetapi peneliti tersebut dapat memberikan data. Oleh karena itu harus dilakukan uji dependability. Pengujian dependability biasanya dilakukan oleh tim auditor independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melaksanakan penelitian. Jika peneliti tidak mempunyai


(38)

atau tidak mampu menunjukkan aktivitasnya di lapangan maka dependabilitas penelitiannya patut diragukan. Peneliti harus mampu membuktikan bahwa seluruh rangkaian proses penelitian mulai dari menentukan fokus/ masalah, memasuki lapangan, mengumpulkan data, menganalisis data, sampai membuat suatu kesimpulan benar-benar dilakukan

Dependabilitas, disebut juga audit kebergantungan ,yang menunjukan bahwa penelitian memilki sifat ketaatan dengan menunjukan konsistensi dan stabilitas data atau temuan yang dapat direfleksi. Dalam kaitan ini penulis selalu mendapatkan arahan dari Dosen pembimbing, di dalam melakukan aktivitas penelitian dari mulai : (1) menentukan masalah, (2) memasuki lapangan,( 3) menentukan sumber data, (4) melakukan analisis data, (5) melakukan uji keabsahan data, (5) membuat kesimpulan, dan (6) menyususn laporan yang menggambarkan seluruh proses penelitian, sejak pra-survey, penyusunan desain penelitian sampai pengolahan dan penafsiran data sebagaimana mestinya.

4. Uji Confirmability

Uji confirmability mirip dengan uji dependability sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Uji confirmability berarti menguji hasil penelitian. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability-nya.

Confirmability, yaitu kepastian atau audit, kepastian bahwa data yang diperoleh dapat diperolah, dapat dilacak kebenarannya dan sumber informasinya jelas , (DjamanS dan Aan Komariah,2009:167). Sedangkan Lincoln dan Guba, (1985:19) mengatakan “berkaitan dengan confirmabilitas


(39)

kebenaran penelitian naturalistic bisa ditunjukan dengan proses Audit Trail “. Trail, artinya jejak yang dapat diikuti atau dilacak, sedangkan audit artinya pemeriksaan terhadap ketelitian yang melahirkan keyakinan.

Agar dapat dilakukan proses audit trail dalam penelitian ini, maka penulis berusaha menyusun dan menyimpan : (1) data mentah yang diperoleh hasil observasi, wawancara dan studi dokumenter, (2) hasil analisis data berupa rangkuman, konsep-konsep, dan sebagainya, (3) hasil sintesis data, seperti; tafsiran, konsep-konsep dan sebagainya, dan (4) catatan mengenai proses yang digunakan, yaitu tentang metodologi, desain, strategi, prosedur dan sebagainya.


(40)

BAB V

P E M B A H A S A N

A. Aktivitas Supervisi Akademik

1. Aktivitas Supervisi Akademik oleh pengawas

Berdasarkan analisis hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas sekolah lebih menekankan pada penilaian dan pembinaan professional kinerja guru terkait dengan kemampuan guru dalam membuat perencanaan program pembelajaran, prosedur pembelajaran, hubungan inter-personal guru dan siswa, dan peningkatan kemampuan (ability dan Skills) guru secara umum. Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas disamping untuk membantu kebutuhan guru secara rutin , juga sering dilakukan dengan maksud untuk menilai kinerja guru yang akan diusulkan angka kredit kenaikan pangkat, yang akan di sertifikasi atau pada guru-guru yang sudah disertifikasi untuk diusulkan tunjangan profesinya.

\ Informasi ini penting untuk diungkapkan karena pada prinsifnya supervisi akademik adalah upaya memberi bantuan atau pembinaan terhadap kekurangan ,kelemahan atau kesulitan yang dialami guru dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga core business pendidikan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Identifikasi permasalah yang dihadapi guru dalam menjalankan tugas proses kegiatan pembelajaran di kelas ( Edukasi ) akan menyangkut lima hal yaitu ; (1) dalam perencanan program pembelajaran, (2) prosedur pembelajaran, (3) strategi pembelajaran, (4) hubungan inter-personal, dan (5)


(41)

media pembelajaran.( Surya Dharma, 2008 : 14) Jadi permasalahan itulah yang dijadikan bahan untuk menentukan perencanaan program kerja kegiatan pembinaan kinerja guru melalui supervisi akademik terhadap guru-guru khususnya pada SMP 3 Padalarang kabupaten Bandung-Barat

Program supervisi akademik oleh pengawas disusun merujuk kepada indetifikasi permasalahan yang dihadapi guru berdasarkan analisis hasil pengawasan tahun sebelumnya dan analisis lingkungan strategis yang sering disebut analisis SWOT, selanjutnya dituangkan dalam program Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) dalam bentuk program semester.

Informasi ini sangat strategis untuk diungkap, mengingat analisis SWOT merupakan bentuk analisis yang harus dilakukan dalam rangkaian penyusunan perencanaan yang efektif dan efisien. Analisis lingkungan strategis baik internal maupun ekternal merupakan langkah pengumpulan data baik yang mendukung maupun yang dapat menghambat dari suatu tujuan yang mau dicapai melalui perencanaan kegiatan tersebut.

Rencana kerja kepengawasan akademik merupakan salah satu tugas pokok pengawas yang ditujukan untuk memberikan penilaian, pembantuan dan pembinaan terhadap permasalahan, kebutuhan dan kesulitan guru dalam menjalankan tugas pokonya yaitu pelaksanaan program pembelajaran yang berkualitas di dalam kelas. Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) disusun sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dialami guru-guru pada sekolah tertentu. Oleh karenanya Rencana kepengawasan akademik ini disusun dalam bentuk program semester yang berbeda antara satu sekolah dengan sekolah yang lain. Rencana kerja kepengawasan akademik disusun oleh


(42)

pengawas Satuan Pendidikan dalam bentuk Program Kegiatan Semesteran berupa jadwal supervisi kunjungan kelas dengan fokus yang di supervisi menyangkut ruang lingkup tugas pokok dan fungsi guru dalam hal : Program perencanaan pembelajaran,prosedur pelaksanaan pembelajaran, penilaian, kemampuan (ability) , dan hubungan inter-personal guru dengan siswa.

Pelaksanaan supervisi akdemik oleh pengawas dilakukan dengan tiga tahap yaitu ; pertama melakukan pra-supervisi akademik, kedua pelaksanaan kunjungan kelas, dan tahap akhir resume pembahasan hasil kunjungan kelas. Informasi ini penting diungkap mengingat prinsif pelaksanaan supervisi akademik harus demokratis, dimana titik tekan supervisi akdemik demokratis adalah aktif dan koopratif ,( Dodd.1972 dalam Surya Dharma 2008:14). Supervisi akdemik harus melibatkan guru yang dibinanya secara aktif dari mulai persiapan perencanaan dan dalam pelaksanaanya. Tanggung jawab perbaikan program akademik bukan hanya pada supervisor melainkan juga pada guru. Oleh sebab itu, program supervisi akademik sebaiknya direncanakan, dikembangkan dan dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan guru, kepala sekolah, dan pihak lain yang terkait di bawah koordinasi pengawas sebagai supervisor.

Supervisi kunjungan kelas oleh pengawas dilaksanakan dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga diperoleh informasi yang diperlukan dalam rangka pembinaan professional kinerja guru. Tujuan supervisi akademik melalui kunjungan kelas adalah semata-mata menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah mereka di dalam kelas. Melalui kunjungan kelas guru-guru dibantu melihat dengan jelas masalah-masalah yang


(43)

mereka alami, menganalisisnya secara kritis dan mendorong mereka untuk menemukan alternatif pemecahannya.

Ada beberapa criteria supervisi akademik kunjunga kelas yang baik diantaranya : (1) memilki tujuan tertentu, (2) mengungkap aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru, (3) menggunakan instrumen yang tepat, (4) terjadi interaksi supervisor dan guru, dan (5) ada tindak lanjut, (Nana Sujana 2003:36.)

Resume dilakukan dengan maksud untuk mengungkap aspekaspek kekurangan dan kelebihan yang terjadi ketika proses pembelajaran berlangsung. Informasi ini strategis diungkapkan karena, prinsif supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan, tranparan, objektif, demokratis dan bersifat pembantuan dan pembinaan. Sehingga segala temuan berupa kekurangan, permasalahan dan kesulitan yang dialami guru dalam menjalankan proses pembelajaran terhadap anak dididk di kelas harus diungkapkan. Kemudian secara bersama-sama antara pengawas sebagai supervisor dan guru mencari solusi pemecahan permasalahan tersebut yang merupakan bentuk tindak lanjut dari kegiatan supervisi akademik tersebut. Peran pengawas sebagai supervisor dalam memecahkan permasalahan guru dalam pembelajaran hanyalah sebagai motivator dan infirator saja yang harus mendorong dan mengarahkan guru agar dapat menemukan solusi permasalahannya sendiri tanpa merasa didikte oleh pengawas. Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan prilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran, inilah yang dimaksud dengan karakteristik esensial supervisi akademik. Sehungan dengan ini, janganlah diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa


(44)

diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan prilaku guru. Karena menurut Glikman,(1981:134) mengatakan “ Tidak ada satupun prilaku supervisi akademik yang baik dan cocok bagi semua guru”.

Tegasnya tingkat kemampuan, kebutuhan, minat, dan kematangan professional serta karakteristik personal guru lainnya harus dijadikan dasar pertimbangan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program supervisi akademik oleh para pengawas.

2. Aktivitas Supervisi Akademik oleh Kepala Sekolah

Berdasarkan analisis hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah lebih menekankan pada upaya peningkatan sumber daya manusia yaitu tenaga pendidik (guru ), terkait dengan peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru, peningkatan professional pengelolaan proses pembelajaran oleh guru, dan menciptakan adanya penjaminan mutu (quality assurance) sesuai dengan standar nasional pendidikan dalam rangka tercapainya core buissnes pendidikan di sekolah secara efektif dan efisien, melalui ; penyusunan program pengembangan kinerja guru, mengadakan kunjungan kelas secara berkala, menindak lanjuti temua-temuan dan mencitakan penjaminan mutu di sekolah sebagai bentuk akontabilitas publik.

Program pengembangan kinerja guru pada SMP 3 Padalarang telah tertuang dalam program Rencana Strategis (RENTRA) pengembangan sekolah yang mengacu pada Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Dimana sasaran pengembangan kinerja guru mencakup peningkatan kualifikasi dan kompetensi, profesinal pengelolaan pembelajaran, peningkatan abilitas dan


(45)

kreatifitas guru dalam menunjang suksesnya program Sekolah Setandar Nasional (SSN) serta peningkatan budaya disiplin. Program pengembangan kinerja guru yang disusun sekolah lebih komprehensif menyangkut aspek-aspek yang dapat dinilai dengan Daftar Penilaian Pekerjaan (DP3) bagi guru terutama yang bersetatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Serta yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi guru dalam hal pengelolaan pembelajaran, khusus yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan guru dalam hal kegiatan pembelajaran diprogramkan dalam bentuk Jadwal kunjungan kelas (class visit).

Program kunjungan kelas ini demaksudkan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kesulitan guru dalam proses pembelajaran yang bisa menyangkut pada prosedur, metode, media dan prilaku mental serta psikologi guru dan anak, (Surya Dharma 2007 :12). Manfaat secara langsung bagi guru dari kegiatan kunjungan kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah bahwa permasalahan dan kebutuhan guru akan langsung teridentifikasi sehingga bisa ditindak lanjuti oleh kepala sekolah terutama yang terkait dengan sumber dana dan fasilitas yang diperlukan. Sedangkan yang terkait dengan metode dan skills guru bisa ditindak lanjuti dengan pembinaan melalui pelatihan.

Tindak lanjut supervisi akademik oleh kepala sekolah sangat penting dilakukan karena kepala sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar untuk membantu segala permasalahan dan kebutuhan guru dalam mensukseskan proses pembelajaran yang bermutu di sekolah. Segala sumber daya, dana dan fasilitas kesemuanya harus difokuskan untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Identifikasi permasalah guru – guru dalam kaitan pembelajaran harus


(46)

dijadikan bahan utama masukan dalam pembuatan kebijakan dan program kerja kepala sekolah baik terkait dengan peningkatan mutu SDM, maupun terkait dengan upaya peningkatan mutu hasil belajar siswa.

Penjaminan mutu (quality assurance) merupakan hal yang wajar diberikan oleh sekolah setandara Nasional mengingat bahwa sekolah yang efektif dituntut untuk mengembangkan pola penjaminan mutu sebagai upaya memberikan kepuasan kepada pelanggan (customer). Dalam proses pendidikan, jaminan kepuasan layanan belajar-mengajar diukur dari kepentingan kastemer pendidikan, yang terdiri dari kastemer internal dan ekternal (Sallis, 1997:147). Kastemer internal meliputi guru dan staf pendukung, sedangkan kastemer ekternal yang utama adalah siswa dan skundernya adalah orang tua dan pemerintah sebagai pelaku investasi pendidikan kastemer tertier yaitu pasaran kerja. Pemerintah dan masyarakat sebagai pengguna hasil investasi pendidikan, (Djam’anSatori,2008:16). Sedangkan dampak yang lebih luas dari adanya jaminan mutu pembelajaran ini bagi siswa dan masyarakat (customer) yaitu terciptanya suatu kepuasan dan kepercayaan sehingga pada gilirannya berdampak pada kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah ini pada akhirnya sekolah menjadi paporit bagi masyarakat sekitarnya.

B. Teknik - Teknik Supervisi Akademik

Berdasarkan analisis hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas supervisi akademik yang dilakukan pengawas adalah menggunakan teknik supervisi individu meliputi : kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan


(47)

individu dan menilai diri sendiri, serta teknik supervisi kelompok. Teknik supervisi individu yaitu pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu berdifat perorangan sedangkan supervisi kelompok diberikan kepada sejumlah guru yang diidentifikasi memilki permasalahan yang sama.

Supervisi kunjungan kelas merupakan teknik supervisi yang sistematis dengan metode kerja secara ilmiah yang diawali dengan perencanaan, identifikasi permasalahan, pembahasan permasalahan, memilih alternatif solusi dan terahir tindak lanjut.

Observasi kelas, ini penting dikemukakkan mengingat data yang diperoleh ketika observasi perlu dibandingkan dengan alat ukur yang telah dirumuskan secara jelas. Observasi kelas secara sederhana berarti melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak, selanjutnya bandingkan dengan standar yang ada pada instrument, kemudian identifikasi yang tidak cocoknya dan inilah sebetulnya yang dimaksud masalah yang perlu dicarikan solusinya.

Pertemuan individu dalam rangka supervisi yang dilakukan oleh pengawas terhadap guru idealnya dilakukan secara empat mata, santai, dialog dan diskusi setelah pengawas mengetahui permasalahan, kesulitan guru tersebut terkait dengan proses pembelajaran mata pelajaran yang diampunya. Teknik ini sangat membuka peluang diskusi pemecahan masalah guru dalam meningkatkan professional kinerjanya lebih jelas dan gamblang karena bisa secara langsung bisa diperoleh solusinya. Dalam percakapan individu ini diharapkan supervisor (pengawas) harus bisa mengembangkan segi-segi posistif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, dan


(48)

memberikan pengarahan terhadap hal-hal yang masih meragukan sehingga terjadi kesepakatan konsep tentang situasi pembelajaran yang sedang dihadapi. Jenis percakapan individu yang tepat adalah percakapan individu yang dilaksanakan setelah pengawas (supervisor) melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas, (Swearingen (1961) dalam Surya Dharma , 2008:24).

Teknik menilai diri sendiri ini termasuk tugas yang tidak mudah bagi guru dalam mengukur kelemahan atau keberhasilan dalam proses pembelajaran yang dia lakukan sendir. Penilaian diri sendiri memberikan gambaran informasi secara objektif kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metode pengajarannya dalam mempengaruhi murid, (House, 1973) dalam (Surya Dharma 2008: 25 ).

Teknik supervisi kelompok ini cukup banyak, sehingga perlu dipahami bahwa tidak ada satu jenis teknik pun yang cocok untuk segala situasi dan kondisi, artinya teknik tertentu cocok untuk guru A tetapi tidak akan cocok dengan guru B. Oleh karena itu Pengawas harus mampu menetapkan teknik mana yang sekiranya mampu membina ketemapilan pembelajaran seorang guru.

Seorang pengawas selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap teknis dan sifat atau kepribadian , sehingga teknik supervisi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan guru. Lucio dan Mc Neil (1979:29) menyarankan agar pengawas mempertimbangkan enam faktor kepribadian guru yaitu : kebutuhan guru, minat guru, bakat guru , temperamen guru, sikap guru, dan


(49)

sifat-sifat somatik guru didalam melaksankan program pembinaan atau supervisi akademik dalam meningkatkan kinerja guru.

C. Pembinaan Tugas Pokok dan Fungsi Guru

Berdasarkan analisis hasil penelitian menunjukan bahwa pembinaan terhadap tugas pokok dan fungsi guru oleh pengawas sekolah terkait dengan penilaian kemampuan belajar siswa, penilaian kinerja guru, dan strategi pembinaannya.

Penilaian kemampuan belajar siswa membicarakan masalah jenis penilaian yang digunakan oleh guru baru berupa penilaian formatif dan sumatif tanpa melakukan tes diagnostik, alat penilaian kemajuan belajar siswa sudah menggunakan tes tulis, tes lisan, tes perbuatan dan penilaian non-tes, standar penilaian kemajuan belajar siswa belum dikembangkan dan prosedur pensekoran penilaian.

Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil tindakan perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Misalnya dengan melakukan perubahan dalam strategi mengajar, memberikan bimbingan dan bantuan belajar kepada siswa. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses pembelajaran. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang dicapai siswa


(50)

merupakan akibat dari proses pembelajaran yang ditempuhnya (pengalaman belajarnya). Sejalan dengan pengertian diatas maka fungsi penilaian adalah sebagai berikut: (a) alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran, (b) umpan balik bagi perbaikan proses pembelajaran,dan (c) dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dengan demikian mengacu kepada fungsi diatas maka jenis penilaian yang bervariatif perlu dilakukan oleh guru.

Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu berupa tes dan bukan tes (non-test). Tes bisa terdiri atas tes lisan (menuntut jawaban secara lisan), tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Sedangkan bukan tes (non test) sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala penilaian, sosiometri, dan studi kasus, (Nana Sujana, 2006 : 23).Tes hasil belajar ada yang sudah dibakukan (standardized test), ada pula yang dibuat guru, yakni tes yang tidak baku. Pada umumnya penilaian hasil belajar di sekolah menggunakan tes buatan guru untuk semua bidang studi/mata pelajaran. Tes baku, sekalipun lebih baik dari pada tes buatan guru, masih sangat langka sebab membuat tes baku memerlukan beberapa kali percobaan dan analisis dari segi reliabilitas dan validitasnya. Kemampuan seorang guru didalam melakukan penilaian kemajuan belajar siswa dapat tercermin dari sejauhmana pemahaman dan penerapan konsep penilaian dalam praktek proses pembelajaran sehari-hari, sehingga dalam kontek ini bisa dijadikan salah satu indikator professional kinerja guru.


(51)

Standar Penilaian Acuan Norma (PAN) memilki keuntungan dan kelemahan, keuntungannya adalah dapat diketahui prestasi kelompok atau kelas sekaligus dapat diketahui keberhasilan pembelajaran bagi semua siswa. kelemahannya adalah kurang meningkatkan kualitas hasil belajar. Jika nilai rata-rata kelompok atau kelasnya rendah, misalnya skor 40 dari seratus, maka siswa yang memperoleh nilai 45 (di atas rata-rata) sudah dikatakan baik, atau dinyatakan lulus, sebab berada di atas rata-rata kelas, padahal skor 45 dari maksimum skor 100 termasuk rendah. Sedangkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) mengacu pada tujuan pembelajaran atau kompetensi yang harus dikuasai siswa, derajat keberhasilan siswa dibandingkan dengan tujuan atau kompetensi yang seharusnya dicapai atau dikuasai siswa bukan dibandingkan dengan prestasi kelompoknya. Dalam penilaian ini ditetapkan kriteria minimal harus dicapai atau dikuasai siswa. Kriteria minimal yang biasa digunakan adalah 80% dari tujuan atau kompetensi yang seharusnya dikuasai siswa. Makin tinggi kriteri-anya makin baik mutu pendidikan yang dihasilkan.

Surya Dharma, (2008 : 12) dalam Modul TOT kepengawasan menjelaskan: Standar penilaian acuan patokan berbasis pada konsep belajar tuntas atau mastery learning. Artinya setiap siswa harus mencapai ketuntasan belajar yang diindikasikan oleh penguasaan materi ajar minimal mencapai kriteria yang telah ditetapkan .

Jika siswa belum mencapai kriteria tersebut siswa belum dinyatakan berhasil dan harus menempuh ujian kembali. Karena itu penilaian acuan patokan sering disebut stándar mutlak. Dalam sistem ini guru tidak perlu menghitung nilai rata-rata kelas sebab prestasi siswa tidak dibandingkan dengan prestasi kelompoknya. Melalui sistem penilaian acuan patokan sudah dapat dipastikan prestasi belajar


(52)

siswa secara bertahap akan lebih baik sebab setiap siswa harus mencapai kriteria minimal yang telah ditentukan. Namun sistem ini menuntut guru bekerja lebih keras sebab setiap guru harus menyediakan remedial bagi siswa yang belum memenuhi stándar yang telah ditentukan. Sistem penilaian ini tepat digunakan baik untuk penilaian formatif maupun penilaian sumatif.

Untuk tidak membingungkan masyarakat terutama orang tua murid maka perlu di berikan rambu-rambu kepada pihak sekolah untuk bisa mensosialisasikan kepada guru tentang teknik penskoran hasil penilaian kemajuan belajar siswa tersebut agar tidak terjadi pemahaman yang salah dari masyarakat. Apalagi masyarakat kebanyakan masih awam dan masih banyak yang menganggap nilai dibawah 6,0 atau 60 adalah jelek (merah).

Penilaian kinerja guru mencakup sejauhmana guru professional dalam merencanakan program pembelajaran, profesional dalam melaksankan prosedur pembelajaran, professional dalam mengevaluasi hasil pembelajaran, dan memilki kemampuan (ability ) dan keterampilan (skills) dalam proses pembelajaran dan memahami karakteristik anak.

Tahapan perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap Yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),yang merupakan penjabaran lebih rinci dan spesifik dari silabus, ditandai oleh adanya komponen-komponen : Identitas RPP, tujuan pembelajaran, Langkah-langkah kegiatani, Sumber pembelajaran,dan Penilaian. Di dalam


(53)

menyusun Rencana Program Pembelajaran, guru terlebih dahulu harus melakukan pemetaan Setandar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terkait dengan pemilihan materi apa yang cocok untuk mencapai indikator dari kompetensi dasar yang telah ditentukan, metode apa yang akan diperaktekan dan media alat peraga apa yang cocok digunakan, berapa lama waktu dibutuhkan, dan bagaimana mengevaluasinya. Selain itu kemampuan guru dalam menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang baik dapat dilihat dari pemahamannya terhadap fungsi kompetensi dasar yaitu sebagai batasan kompetensi minimal yang harus disampaikan kepada siswa, sedangkan tujuan pembelajaran harus mengacu kepada Stándar Kelulusan (SKL) masing-masing mata pelajaran. Penilaian kinerja guru terkait dengan kempuan dan keterampilan dalam hal pembuatan Rencana program pembelajaran merupakan suatu penilaian yang terintegrasi secara utuh dengan Proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran dengan menggunakan format : Alat Penilaian Kinerja Guru (APKG).

Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembejaran. Semua tugas tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam pelaksanaanya menuntut kemampuan guru. Guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan, seperti yang dikemukakan oleh R. Ibrahim dan Nana S. Sukmadinata (1993: 74) yang menyatakan bahwa:


(1)

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ametambun , (1981) Supervisi Pendidikan, Penuntun bagi para penilik,pengawas ,kepala sekolah dan guru, Suri,Bandung.

Alfonso,Firth,Neville (1981) Instructional supervision a behavioral sytem, Boston allyn and Bacon lnc

Bogdan,RC dan Bicklen (1982) Quality research for education, Ally and Bacon lnc

Departemen Pendidikan Nasional, (1993) Booklet penyuluhan / publikasi wajib belajar Pendidkan Dasar , Dirjen Dikdas men ,jakarata

……. ( 1996) SK Menpan nomor 118 tentang Tupoksi Pengawas sekolah, jakarta’

…….(1995) Pedoman kerja pelaksanaan Supervisi Depdikbud, Jakarta.

…….(1998), Kepmendikbud RI Nomor 020/U/1998 Petunjuk teknis Jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya. …….( 2005) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang standar nasional

pendidikan,Jakarta

……..(2007) Permen Diknas Nomor. 12 tentankompetensi pengawas tahun 2005, Jakarta

……..(2008) Permendiknas nomor 73 tentang sertifikasi guru dan pengawas satuan pendidikan.

……..(2009 ) permendiknas nomor 39 tentang ketentuan jam mengajar guru dan jumlah sekolah binaan wajib bagi pengawas

Dunkin. J. Michael. (1987). Teaching and Teacher Education. New York. Pergoman Press.

... (2002). Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Puskur, Balitbang Diknas.


(3)

...(2004). Pedoman Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Dikmenum. E. Mulyasa. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Engkoswara, (1987) Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Depdikbud, Dirjen Dikti proyek pengembangan lembaga pendidikan,Jakarta. Gunawan Undang,(1996) peningkatan mutu Proses Belajar mengajar

Sekolah dasar, Siger tengah,Bandung

Glickman,Cd (1995) supervison of instructionsl, Boston, Sllyn and Bacon lnc

Glickman , Carl.AD , (1981),Development supervision (alternative Practice for Helping Teacher Improve Intruktion) Virginia ASCD

Haris,BM , (1970) Supervision Behavior in Education 2nd ed Englewood cliffs,Prentice Hall ins.

http://www.sasked.gov.sk.ca./docs/policy/app.oach/index.html.(Instructional Approch, a Framework for Profesional Practice).

http://www.idss.com.au. (Kerangka Kerja Monitoring dan Evaluasi)

Kustimi. (2003). Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Membina Ke-mampuan Mengajar Guru. Tesis. UPI Bandung.

Mulyoatmodjo, Darmo. 1980. Micro Teaching. Jakarta: Proyek

Moleong.J.Lexy,(1989), Metodologi Penelitian kualitatif, BandungRemaja Rosda Karya

Nawawi,Hadari, (1985), Administrasi Personal untuk penningkatan produktivitas kerja, gunung Agung,Jakarta

Nugroho Susanto.(2000). Pelaksanaan Penilaian Jabatan Fungsional Guru. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Nasution, (1996), Metode, Penelitian Naturalistik Kualitatif,Tarsito Bandung Nordiawan Deddy, (2006), Akuntansi Sektor Publik,Salemba Empat jakarta Olivia Peter F, (1984), Supervision For Today’S School,New York,longman


(4)

Pidarta , Made, (1985), Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Surabaya, sarana press.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Stan-dar Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Reigeluth. M. Charles. 1983. Instructional Design, Theories and Models. London: Lowrence Erlbaum Associaties Publisher.

Rusman. (2006). Pendekatan dan Model Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. .

Sallis Edward (1994) Total Quality management of Education, London, kogan page limited.

Sergiovanni, ( 1987) The principalship A reflective practice perpective, Boston; allyn and Bacon lnc.

Sergiovanni, ( 1982) Supervison of Teaching, Alexandria Association for supervision an curriculum Developmen.

Supandi, (1986) Administrasi dan supervise pendidikan, Bina Aksara, Jakarta.

Satori Djam’an (1989) Pengembangan Model Supervisi Disertasi Doktor SPS IKIP Bandung.

…… (1994) Pelaksanaan gugus Kendali mutu pendidikan, Fisip IKIP Bandung.

…… (1997) Supervisi klinis, makalah pada penataran pengawas sekolah, Bandung.

……. (1999) Pengawas sekolah dan Pengelolaan sekolah, makalah Diklat calon pengawas sekolah, Bnadung.

.…… (2001) Pengawasan pendidikan di sekolah, malakah Bandung Satori,Djam’an dan Aan Komariah, (2009), Metodologi penelitian


(5)

Suhardan ,Dadang,(2008) Supervisi Profesional.Bandung Alpabeta Sugiyono, (2007) , Memahami penelitian kualitatif; Bandung Alpabeta Suminah,Siti, (1992), Pendekatan Supervisi terhadap

GurusebagaFungsiKepala sekolah Dalam meningkatkan PBM di Kela (Tesis) PPS-IKIP Bandung

Sutisna, Oteng ,( 1993), dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional,bandung, Angkasa.

Sahertian, Piet A.(2008), Konsep dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Rineka Cipta,jakarta.

Sudarwan , Danim ,(2006), Visi baru manajemen Sekolah, Jakarta,Bumi Aksara

Surya,Muhamad. (2005). Psikologi Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudjana,Nana. (2000). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

... (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Uzer Usman,Muhamad.(1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Toharuddin,Toto. (2002). Kinerja Profesional Guru. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Tim Penulis Akta IV. (2007). Pengajaran Mikro dan Keterampilan Mengajar Terbatas. Bandung: FIP Universitas Pendidikan Indonesia.

Undang- Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 …….. Undang-Undang Sisdiknas No, 20 tahun 2003

…….. Undang-Undang No.14 tahun 2007 Tentang guru dan Dosen Depdiknas, Jakarta.


(6)