PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH : Studi Eksperimen di SMA IT As-Syifa Boarding School Subang.

(1)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN ………... i

ABSTRAK ………..…. ii

UCAPAN TERMA KASIH ……….... KATA PENGANTAR ……….. iv vi DAFTAR ISI ……… viii

DAFTAR TABEL ……… xi

DAFTAR GAMBAR ………... xii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ………..…

B.Rumusan Masalah ………

C.Tujuan Penelitian ………..

D.Manfaat Penelitian ………...

1 7 7 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Kemampuan Memecahkan Masalah Dimensi Kognitif yang

Komplek………....

B. Memecahkan Masalah dalam Pembelajaran

1. Pengertian Kemampuan Memecahkan Masalah ……….. 2. Indikator dalam Kemampuan Memecahkan Masalah …………... C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

1. Pengertian model Problem Based Learning ………

2. Langkah-langkah dalam Problem Based Learning ... 3. Keunggulan dan Kelemahan Problem Based Learning ………….. D.Masalah Kependudukan dalam Pembelajaran Geografi

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Geografi ………..… 2. Tujuan Pembelajaran Geografi ………...

3. Masalah Kependudukan ………..…

E. Penelitian Relevan ………

F. Hipotesis Penelitian ………..…

9

10 12

16 17 20

22 23 24 26 29

BAB III METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian ………..…

B.Populasi dan Sampel Penelitian ………...….

C. Definisi Operasional ………..……...…

30 32 33


(2)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D.Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpuan Data

1. Tes Kemampuan Memecahkan Masalah ……….…

2. Observasi ………

E. Prosedur Penelitian ………...

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas ………

2. Uji Homogenitas ……….

3. Uji Hipotesis ………

G. Alur Penelitian

……….. 35 42 42 43 44 45 46

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Lokasi SMA IT As-Syifa Boarding School ………

2. Sarana dan Prasarana ………... 3. Tenaga Pendidik dan Kependidikan ………

4. Peserta Didik ………...

5. Kurikulum ………...

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Kelas Ekperimen a. Proses Pembelajaran Pada Kelas Ekperimen ………..

b. Hasil Tes Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas Eksperimen

1) Mendefinisikan Masalah ………...

2) Mengidentifikasi Masalah ……….

3) Merumuskan Alternatif Solusi ……….. 4) Menentukan Solusi Terbaik ………..

5) Memecahkan Masalah ………...

2. Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Kelas Kontrol

a. Proses Pembelajaran Pada Kelas Kontrol ………... b. Hasil Tes Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas Kontrol

1) Mendefinisikan Masalah ………...

2) Mengidentifikasi Masalah ……….

3) Merumuskan Alternatif Solusi ……….. 4) Menentukan Solusi Terbaik ………..

5) Memecahkan Masalah ………...

C. Analisis Data Penelitian

1. Uji Normalitas ………...

2. Uji Homogenitas ……….………

3. Uji Hipotesis

a. Hipotesis 1 ………...

b. Hipotesis 2 ………...

c. Hipotesis 3 ………...

47 47 48 49 50 51 54 56 57 59 60 62 64 66 68 69 70 72 74 75 76 78


(3)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Hipotesis 4 ………...

e. Hipotesis 5 ………...

D. Pembahasan ………...

79 80 81

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan ………...

B. Rekomendasi ………...

89 90

DAFTAR PUSTAKA ……….. 93


(4)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan bagian dari pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Melalui pendidikan yang berkualitas maka akan terbentuk manusia yang berilmu, berahlak mulia, dan sehat. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadara dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Berdasarkan ungkapan tersebut jelas menyebutkan bahwa melalui pendidikan sumber daya manusia berkualitas akan terbentuk.

Mewujudkan tujuan pendidikan yang dicita-citakan agar membentuk sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas maka harus dilaksanakan sebaik-baiknya melalui rencana yang matang dan benar dalam implementasinya. Sehingga investasi pendidikan dalam membentuk generasi yang cerdas, berahlak mulia, dan memiliki keterampilan menjadi kekuatan bagi negara. Seperti yang diungkapkan Mulyasa (2013, hlm.13) bahwa pendidikan memegang peran yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Kurikulum 2013 bertujuan membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, dimana salah satunya membentuk manusia Indonesia yang memiliki kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kritis (Abidin, 2013, hlm.9). Kemampuan memecahkan masalah dalam proses pembelajaran yang bernuansa pendekatan ilmiah dapat dikemas melalui berbagai model pembelajaran seperti discovery/ Inquiry learning, problem based learning dan project based learning (Permendikbud No.65 Tahun 2013). Model pembelajaran yang mengarah kepada kemampuan memecahkan masalah dapat dikemas dalam model problem based


(5)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

learning. Kemampuan memecahkan masalah melalui problem based learning dapat menumbuh kembangkan peserta didik untuk terampil, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan diri (Hosnan, 2014, hlm.294).

Kemampuan memecahkan masalah merupakan kapasitas seseorang dalam proses pemikiran dan pencarian jalan keluar dari masalah. Menurut Paidi (2010, hlm.4) kemampuan memecahkan masalah dipandang perlu dimiliki peserta didik terutama SMA karena kemampuan ini dapat membantu peserta didik membuat keputusan yang tepat, cermat, sistematis, logis, dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Kemampuan memecahkan masalah melalui metode heuristika (sistematis) dilakukan dengan tahapan-tahapan dari mulai menyebutkan masalah, mengidentifikasi masalah, merumuskan berbagai alternatif solusi, dan menentukan solusi terbaik. Manfaat dari memecahkan masalah dengan heuristika membantu peserta didik mampu memecahkan masalah dengan cara yang sistematis sehingga solusi yang diperoleh akan lebih baik.

Kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran geografi diarahkan kepada kemampuan dalam mengidentifikasi penyebab dan dampak dari fenomena dan kejadian alam, serta menerapkan pengetahuan yang sesuai dengan bakat dan minat peserta didik dalam memecahkan masalah. Geografi memiliki karakteristik kajian ilmu yang menghubungkan antara alam dengan manusia dimana didalamnya terdapat interaksi antara keduanya. Pada tataran kompetensi yang harus dimiliki fungsi pendidikan dan pembelajaran geografi membina masyarakat yang akan datang untuk sadar akan kedudukannnya sebagai insan sosial terhadap kondisi dan masalah kehidupan yang dialaminya (Fairgrive dalam Sumaatmadja, 1996, hlm.16).

Berdasarkan sudut pandang objek kajian dalam geografi, permasalahan di muka Bumi tidak serta merta keseluruhannya dikaji, melainkan memiliki batasan-batasan. Hal yang terpenting dalam kajian geografi yakni menjadikan aspek manusia dan lingkungan sebagai objek penting dalam ruang. Seperti yang tersirat hasil seminar dan lokakarya kualitas guru geografi menurut Pasya (2006, hlm. 82) merumuskan bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dalam sudut kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa


(6)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

geografi melihat hubungan antara aspek fisik dan aspek sosial dipermukaan bumi sebagai bentuk keanekaragaman yang khas dan dampaknya terhadap kehidupan manusia. Salah satu kajian berkenaan dengan aktivitas manusia melalui sudut pandang geografi yaitu berhubungan dengan aktivitas penduduk ditinjau dari penyebarannya, interelasinya, dan deskripsinya. Sumaatmadja (1996, hlm. 60) mengungkapkan bahwa permasalah sosial yang terjadi di permukaan bumi dewasa ini, berpangkal dari penduduk, terutama disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan bahan-bahan kebutuhan hidup. Permasalahan penduduk tidak terlepas dari aspek keruangannya, sehingga erat sekali hubungannya dengan studi geografi.

Masalah kependudukan merupakan masalah yang kontekstual yang harus dipahami dan mampu diselesaikan oleh peserta didik sebagai anggota masyarakat yang merupakan bagian dari penduduk yang memanfaatkan lingkungan sebagai sarana memenuhi kebutuhan hidup. Pemanfaatan lingkungan oleh penduduk sebagai sarana pemenuh kebutuhan menjadikan titik awal adanya sebuah eksplorasi alam. Maka jika mencapai suatu titik keterbatasan alam dalam memenuhi kebutuhan penduduk maka disinilah bermula muncul masalah kependudukan, baik masalah yang muncul secara kualitas maupuan kuantitas kependudukan.

Penelitian ini dilakukan atas dasar pentingnya peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah kependudukan karena peserta didik merupakan bagian dari komunitas masyarakat dalam skala lebih besar yang disebut sebagai penduduk. Sehingga masalah kependudukan merupakan masalah kontekstual dan faktual untuk diangkat dalam pembelajaran geografi. Sumaatmadja (1996, hlm.61-62) mengungkapkan bahwa manfaat dari mengkaji permasalah penduduk bagi peserta didik dalam proses pembelajaran geografi yaitu:

1. memberikan penjelasan tentang masalah-masalah geografi yang diakibatkan oleh kesenjangan antara faktor penduduk dengan sumber daya lingkungan;

2. membuka kesadaran peserta didik terhadap berbagai masalah sosial ataupun masalah geografi berupa kelaparan, pengangguran, dan lain-lain sebagai akibat kesenjangan antara pertumbuhan penduduk permukaan bumi dengan daya dukung lingkungan dalam menjamin kehidupan;


(7)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. membina sikap mental masyarakat secara positif terhadap masalah-masalah yang ditimbulkan oleh pertumbuhan, perilaku, dan tindakan penduduk; dan

4. membuka citra, penghayatan, dan kesadaran peserta didik terhadap permasalah kependudukan yang terjadi di dunia khususnya di tanah air indonesia.

Berdasarkan ungkapan Sumaatmadja mengenai manfaat belajar tentang kependudukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran geografi mengajak peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ilmu yang diperolehnya sebagai bagian dari penduduk Indonesia yang peka terhadap permasalahan sosial seperti kelaparan, kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk, kualitas pendidikan, angka kelahiran dan kematian, serta daya dukung manusia terhadap lingkungan, dan lain-lain.

Belajar tentang kependudukan merupakan bagian dari materi yang dikemas dalam pembelajaran geografi di kelas XI program peminatan ilmu-ilmu sosial pada semester ganjil. Kompetensi terkait dengan aspek pengetahuan yaitu menganalisis dinamika dan masalah kependudukan serta sumber daya manusia di Indonesia untuk pembangunan. Sedangkan untuk kompetensi keterampilan peserta didik diharapkan mampu menyajikan laporan observasi tentang dinamika dan masalah kependudukan serta sumber daya manusia di Indonesia dengan memperhatikan prinsip-prinsip geografi dalam bentuk makalah atau bentuk publikasi lainnya. Sedangkan untuk sikap spiritual dan sosial terintegrasi didalamya.

Belajar erat kaitannya dengan pembelajaran, dimana pembelajaran merupakan sistem yang dibangun atas komponen guru, fasiltas, kurikulum, perencanaan, pelaksanan, penilaian, dan lain-lain dimana didalamnya terdapat aktivitas belajar. Terkait dengan proses pembelajaran peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses disebutkan bahwa:

“Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.”


(8)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PP No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses di atas menitik beratkan kepada guru agar mampu menjalankan amanahnya dengan sebaik-baiknya melalui penyusunan rencana pembelajaran yang mengarah kepada partisipasi peserta didik aktif dan memfasiltasi peserta didik sesuai bakat dan minatnya.

Peran penting pembelajan geografi yaitu mengenalkan peserta didik pada lingkungan dengan terbekali kemampuan dalam memecahkan berbagai masalah lingkungan, sehingga menjadi bagian dari solusi berbagai masalah yang ada. Dalam kenyataannya berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi disekolah bahwa guru mata pelajaran geografi SMA IT As-Syifa Boarding School belum pernah membekali peserta didik untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah. Sedangkan menurut Sanjaya (2008, hlm.220-221) mengungkapkan bahwa kemampuan memecahkan masalah yang dikemas melalui pembelajaran dengan problem based learning memberikan manfaat: 1) membangun pemikiran kontruktif; 2) memiliki karakteristik kontekstual dengan kehidupan nyata peserta didik; 3) meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran; 4) materi pelajaran dapat terliputi dengan baik, dan 5) membekali peserta didik mampu memecahkan masalah dalam kehidupan nyata.

Faktor belum terbekalinya kemampuan memecahkan masalah pada peserta didik di SMA IT As-Syifa Boarding School disebabkan peserta didik sudah terbiasa melaksanakan pembelajaran yang tidak melibatkan peserta didik aktif apalagi harus menunjukan kemampuan memecahkan masalah, biasanya peserta didik langsung mendapatkan ilmu dari ceramah yang disampaikan guru melalui pengemasan pembelajaran ekspositori. Implementasi kurikulum 2013 melalui proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik menuntut peserta didik untuk membangun pemahamannya sendiri, namun kenyataannya peserta didik merasa enggan untuk mengikuti proses pembelajaran yang diintruksikan oleh guru, dengan tanda peserta didik kurang antusias.

Kemampuan memecahkan masalah merupakan bagian penting dalam membekali peserta didik terutama kemampuan peserta didik dalam menghadapi masalah yang ada disekitar lingkungannya. Kenyataanya pelaksanaan pembelajaran geografi di SMA IT As-Syifa belum sama sekali menggali kemampuan memecahkan masalah peserta didik, padahal sudah jelas betapa


(9)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pentingnya kemampuan ini kaitannya dengan manusia sebagai penghuni Bumi yang memanfaatkan ruang, sedangkan alam terbatas dalam menyediakan kebutuhan manusia.

Mengingat pentingnya kemampuan memecahkan masalah oleh peserta didik, maka pembelajaran geografi memiliki peran didalamnya yakni terkait dengan masalah kependudukan yang ditimbulkan akibat interaksi antara manusia dengan lingkungan. Pembelajaran geografi dalam masalah kependudukan membekali peserta didik sebagai problem solver, sehingga pembangunan akan terealisasi baik secara fisik maupun non fisik (kualitas sumber daya manusia). Inilah pentingnya mengkaji permasalah kependudukan dalam pembelajaran geografi karena akan membekali peserta didik untuk memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah.

Melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning memiliki keunggulan dapat membangun pemikiran kontruktif, pembelajaran dilaksanakan secara kontekstual dengan kehidupan nyata peserta didik sehingga berpengaruh terhadap minat dan motivasi dalam pembelajaran, dan membekali peserta didik mampu memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Sedangkan kemampuan memecahkan masalah merupakan bagian dari hasil pembelajaran yang perlu dimiliki oleh peserta didik sebagai sarana membentuk penduduk yang memiliki karakter problem solver bagi permasalah di lingkunganya. Agar terbekalinya kemampuan memecahkan masalah oleh peserta didik kelas XI pada program peminatan ilmu-ilmu sosial di SMA IT As-Syifa Boarding School yang dikemas melalui pembelajaran geografi dalam materi dinamika dan masalahan kependudukan. Maka berdasarkan ungkapan yang telah tersirat dalam latar belakang penelitian ini, penelitian yang dilakukan adalah

“Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Memecahkan


(10)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Rumusan Masalah

Pembelajaran geografi yang dilakukan untuk mengidentifikasi kemampuan memecahkan masalah, dalam penelitian ini menitik beratkan pada penerapan model pembelajaran yang dilakukan dan dikemas dalam pembelajaran geografi melalui materi masalah kependudukan dengan model problem based learning. Model pembelajaran yang direkomendasikan pada kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik untuk membentuk kemampuan memecahkan masalah oleh peserta didik yaitu dengan menggunakan model problem based learning. Indikator kemampuan memecahkan masalah dalam penelitian ini terdiri dari kemampuan peserta didik dalam mendefinisikan masalah, mengidentifikasi masalah, merumuskan alternatif solusi, dan menentukan solusi terbaik. Adapun rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan mendefinisikan masalah pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol?

2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan mengidentifikasi masalah pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol?

3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan merumuskan alternatif solusi pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol?

4. Apakah terdapat perbedaan kemampuan menetukan solusi terbaik pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol?

5. Apakah terdapat perbedaaan kemampuan memecahkan masalah pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Menganalisis perbedaan kemampuan mendefinisikan masalah pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

2. Menganalisis perbedaan kemampuan mengidentifikasi masalah pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

3. Menganalisis perbedaan kemampuan merumuskan alternatif solusi pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol.


(11)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Menganalisis perbedaan kemampuan kemampuan menetukan solusi terbaik pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

5. Menganalisis perbedaaan kemampuan memecahkan masalah pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Penulis paparkan manfaat penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan untuk peneliti dalam memahami model problem based learning dan kemampuan memecahkan masalah.

b. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bukti empiris mengenai penerapan model pembelajaran problem based learning dalam kemampuan memecahkan masalah pada matapelajaran geografi.

c. Memberikan informasi mengenai efektivitas penerapan model problem based learning pada matapelajaran geografi.

2. Manfaat Paraktik

a. Penerapan model problem based learning memberikan variasi

pembelajaran sehingga tidak membosankan dalam proses

pembelajaran dan mengenalkan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran geografi kepada peserta didik.

b. Mengetahui efektifitas penerapan problem based learning dalam pembelajaran geografi, sehingga guru memperoleh gambaran ketika akan melaksanakan pembelajaran dengan model ini pada materi lain dalam matapelajaran geografi.

c. Memberikan masukan kepada sekolah dalam hal manajemen mengenai efektivitas penerapan model-model pembelajaran dalam kurikulum 2013 sehingga menjadi rujukan untuk diterapkan pada mata pelajaran yang lain.


(12)

30

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang dilandasi oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi (Sukmadinata, 2008, hlm.52). Sedangakan menurut Arikunto (2002, hlm.136) mengungkapkan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Berdasarkan pengertian yang telah diungkapkan mengenai pengertian metode penelitian, dapat disimpulkan metode penelitian adalah cara-cara atau tahapan ilmiah yang digunakan untuk mencapai tujuan pada suatu penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen (ekperimen semu). Eksperimen semu adalah penelitian yang mendekatan percobaan sesungguhnya dimana tidak mengadakan manipulasikan semua variabel yang relevan (Nazir, 1999, hlm. 87). Maksud dari eksperimen semu pada penelitian ini yakni kelas eksperimen dan kontrol tidak dimanipulasi dengan kata lain tidak diacak secara random dalam penentuannya, melainkan sesuai dengan keadaan kelas sesungguhnya.

A.Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-test only, non-equivalent control group design. Desain penelitian ini terdiri dari satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol yang dilakukan tes kemampuan memecahkan masalah setelah perlakuan. Adapun gambaran post-test only, non-equivalent control group design dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Desain Kuasi Eksperimen

Post-test Only, Non-Equivalent Control Group

Kelompok Perlakuan Post-Test

KE X1 Q1

KK Q2

Sumber: Gravetter & Lori, 2009, hlm.281


(13)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

KE = kelas eksperimen KK = kelas kontrol

X1 = perlakuan dengan PBL pada kelas ekperimen

Q1 = tes akhir (post-test) pada kelas eksperimen dengan model PBL

Q2 = tes akhir (post-test) pada kelas kontrol tanpa model PBL (Ekspositori)

Penelitian ini menggunakan dua kelompok kelas yaitu kelompok eksperimen di kelas XI peminatan ilmu-imu sosial 1 (IIS 1) dan kontrol di kelas XI peminatan ilmu-imu sosial 2 (IIS 2). Masing-masing kelompok hanya dilakukan post-test untuk diukur kemampuan memecahkan masalah. Kelas eksperimen menggunakan model PBL sedangkan kelas kontrol tidak diberi perlakuan dengan PBL. Menurut Danim dalam Istiqamah (2013, hlm.31) penelitian dengan menggunakan desain hanya tes diakhir perlakuan harus memiliki asumsi yang menyatakan bahwa sampel memiliki kesamaan data pada awal penelitian. Kecenderungan yang sama antara kelas ekperimen dengan kontrol diukur dari kemampuan kognitif ditunjukan dengan skor rata-rata nilai UTS semester ganjil tahun pelajaran 2014-2015 yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol (lihat tabel 3.2).

Kemampuan memecahkan masalah merupakan bagian dari kemampuan kognitif sehingga dalam menentukan kelas ekperimen dan kontrol mengacu kepada hasil kognitif dalam bentuk skor atau nilai siswa hasil tes kemampuan kognitif. Alasan lain yakni yang menjadi pertimbangan adalah kelas eksperimen (XI IIS 1) dan kelas kontrol (XI IIS 2) keduanya belum pernah melaksanakan pembelajaran dengan tes kemampuan memecahkan masalah. Selain itu jumlah peserta didik antara kelas ekperimen dan kelas kontrol memiliki jumlah yang hampir sama yakni kelas ekperimen berjumlah 24 peserta didik dan kelas kontrol berjumlah 25 peserta didik dan pembelajaran dilakukan oleh guru yang sama.


(14)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek dalam penelitian (Arikunto, 2002, hlm.108). Sedangkan menurut Sugiyono (2008, hlm.116) “populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pengertian tentang populasi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti berdasarkan karakteristik tertentu.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI pada semester ganjil tahun ajaran 2014-2015 di SMA IT As-Syifa Boarding School Subang yang mengikuti pembelajaran geografi baik di kelas IIS dan lintas minat dengan jumlah populasi 99 peserta didik yang tersebar dalam empat kelas.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2008, hlm.118) mengungkapkan bahwa: “sampel

adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Sejalan

dengan ungkapan Sugiyono. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelas XI peminatan ilmu-ilmu sosial (IIS) 1 dan kelas XI peminatan ilmu-ilmu sosial (IIS) 2. Pertimbangan dalam menentukan kedua kelas tersebut yakni berdasarkan data yang diperoleh mengenai rata-rata nilai ujian tengah semester (UTS) ganjil tahun pelajaran 2014-2015 pada mata pelajaran geografi maka diambil dua kelas dari empat kelas (dua kelas peminatan dan dua kelas lintas minat) yang dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun nilai UTS ganjil mata pelajaran geografi tahun pelajaran terdapat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Rata-rata nilai UTS Semester Ganjil Mata Pelajaran Geografi Tahun Pelajaran 2014-2015

Kelas Rata-Rata Nilai

UTS Geografi

Jumlah Peserta Didik

IIS 1 85,55 24

IIS 2 85,61 25

Lintas Minat Geografi 1 85,04 29

Lintas Minat Geografi 2 86,95 21


(15)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan tabel rata-rata nilai UTS yang diperoleh peserta didik, maka nilai yang mendekati adalah kelas IIS 1 dan IIS 2 sehinga dua kelas tersebut yang menjadi sampel penelitian. Kelas IIS 1 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 24 peserta didik dan kelas IIS 2 dengan jumlah 25 peserta didik sebagai kelas kontrol. Sehingga jumlah secara keseluruhan sampel dalam penelitian ini adalah 49 peserta didik.

C.Definisi Operasional

1. Model Problem Based Learning

Problem based learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam keterampilan memecahkan masalah. PBL menyajikan masalah sebagai proses pembelajaran, sehingga peserta didik memiliki keterampilan berfikir, mampu memecahkan masalah dan memiliki keterampilan bekerjasama dalam tim. Eggen dan Kauchak (2012, hlm.22) mengungkapkan bahwa PBL adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, penguasaan materi dan pengaturan diri. PBL yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dikemas dengan cara menyajikan berbagai permasalahan mengenai materi yang berhubungan dengan matapelajaran geografi dalam kajian masalah kuantitas dan kualitas kependudukan. Adapun tahapan dalam model PBL yaitu: 1) orientasi peserta didik terhadap masalah; 2) mengorganisasikan peserta didik untuk belajar; 3) membimbing penyelidikan secara individu atau kelompok; 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; dan 5) mengevaluasi dan menganalisis proses pemecahan masalah.

2. Kemampuan Memecahkan Masalah

Kemampuan memecahkan masalah adalah proses pemikiran dan pencarian jalan keluar dari masalah yang ada (Thobroni dan Arif, 2011, hlm.334). Menurut Pemecahan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masalah kependudukan yang dikemas dalam pembelajaran geografi. Adapun kemampuan memecahkan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini, yakni mengambil dari teori Chang (1998, hlm 6) yaitu 1) mendefinisikan masalah; 2) menganalisis


(16)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebab-dampak masalah; 3) identifikasi solusi yang memungkinkan; dan 4) pilih solusi terbaik. Penentuan empat indiktor tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa tujuan dari pembelajaran dalam materi kependudukan hanya sampai pada penentuan solusi terbaik. Dalam hal ini maka ranah kognitif saja yang tercakup dalam tujuan pembelajaran. Sedangkan untuk indikator menyusun rencana tindakan; dan mengimplementasi solusi dan mengevaluasi perkembangan tidak bisa diaplikasikan dalam proses pembelajaran khusus mengenai materi masalah kependudukan. Hal ini karena kompetensi dasar dalam masalah kependudukan tidak bermuara kepada terbentuknya kompetensi peserta didik dalam membuat perencanaan dan melaksanakan suatu tindakan atau program. Agar lebih jelas mengenai kemampuan memecahkan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:

a. Mendefinisikan masalah

Kemampuan mendefinisikan masalah merupakan pernyataan mengenai fakta-fakta permasalahan yang ada (Suprihartiningrum, 2012, hlm.224). Mengungkapkan fakta dari masalah yang ada dengan kata lain menyebutkan masalah yang mengandung isu konflik, hingga peserta didik memiliki kejelasan mengenai masalah yang akan dikaji.

b. Mengidentifikasi Masalah

Mengidentifikasi masalah erat kaitannya dengan kemampuan peserta didik dalam menyebutkan sebab dan dampak dari masalah yang ditemukan. Dimana sebab dan dampak yang disebutkan harus relevan dengan masalah yang ditemukan. Suprihatiningrum (2012, hlm.224) mengungkapkan bahwa mengidentifikasi masalah merupakan teknik untuk mempertimbangkan penyebab masalah dengan teknik mengeneralisasi beberapa ide (brainstorming) sehingga terbangun ide yang kreatif dan membangun setiap ide menjadi kesatuan.

c. Merumuskan Alternatif Solusi

Kemampuan membuat alternatif solusi melalui berfikir kemungkinan-kemuginan setiap solusi/ penyelesaian dari masalah yang ada. Pada tahap ini akan menstimulus peserta didik untuk berfikir kritis dan berargumen mengungkapkan kemungkinan solusi masalah yang ada (Sanjaya, 2008, hlm.218). Alternatif solusi merupakan hasil dari analisis kemungkinan pemecahan masalah yang sesuai


(17)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan pengetahuan yang dimiliki peserta didik. Pengetahuan yang diperoleh dari berbagai sumber informasi akan mempermudah pesera didik dalam membuat berbagai alternatif solusi. Menurut Eggen dan Kauchak (2012, hlm.310) pemecahan masalah akan berlangsung mulus jika peserta didik memiliki akses pada materi-materi yang dibutuhkan.

d. Menentukan Solusi Terbaik

Kemampuan menentukan solusi terbaik yakni pengambilan keputusan tentang solusi mana yang dipilih untuk penyelesian masalah. Menentukan solusi terbaik merupakan akhir dari pemecahan masalah secara heuristika (sistematis). Kemampuan yang akan ada pada peserta didik melalui tahapan ini adalah kecakapan dalam memilih solusi terbaik yang memungkinkan dapat dilakukan, serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan solusi yang dipilih, termasuk memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap keputusan. Kemampuan dalam menentukan solusi terbaik merupakan tahap metakognitif (thinking about out thingking) artinya merefleksi hasil pemikiran dan mengkritisi sehingga terjadi pemikiran yang konstruktif (Amir, 2013, hlm.32).

D.Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sitematis dan dipermudah (Arikunto, 2002, hlm.154). Dengan kata lain instrumen merupakan alat untuk mengukur variabel yang diteliti. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yakni tes uraian kemampuan memecahkan masalah, dan lembar observasi.

1. Tes Kemampuan Memecahkan Masalah

Tes merupakan alat bantu prosedur yang digunakan untuk untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2002, hlm.53). Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes subjektif yaitu tes dalam bentuk uraian yang berupa butir soal yang jawabannya diisi oleh peserta didik dengan gagasan-gagasan deksriptif dan argumentatif. Tes ini digunakan untuk mengukur pengetahuan peserta didik dalam


(18)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memecahkan masalah kependudukan. Menurut Kunandar (2013, hlm.209) mengungkapkan bahwa soal bentuk uraian dapat menilai berbagai kemampuan seperti mengemukakan pendapat, berfikir kritis, berfikir kreatif, dan pemecahan masalah. Indikator dari tes uraian untuk mengukur kemampuan memecahakan masalah dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Jumlah Butir Soal Kemampuan Memecahkan Masalah

Kemampuan Memecahkan Masalah

Masalah Kependudukan (Butir Soal) Jumlah Butir

Soal

A B C D E F

Mendefinisikan Masalah A.1 B.1 C.1 D.1 E.1 F.1 6

Mengidentifikasi Masalah A.2 B.2 C.2 D.2 E.2 F.2 6

Merumuskan Alternatif

Solusi A.3 B.3 C.3 D.3 E.3 F.3 6

Menentukan Solusi Terbaik A.4 B.4 C.4 D.4 E.4 F.4 6

Jumlah 4 4 4 4 4 4 24

Sumber: Oleh Peneliti, 2014 Keterangan:

A = masalah jumlah penduduk B = masalah pertumbuhan penduduk C = masalah kepadatan penduduk D = masalah pendidikan penduduk E = masalah kesehatan penduduk

F = masalah kemakmuran/ pendapatan penduduk

Berdasarkan tabel 3.3 jumlah butir soal uraian kemampuan masalah sebanyak 24 yang tersusun atas soal tes kemampuan memecahkan masalah kuantitatif dan kualitatif kependudukan yang tediri dari indikator mendefinisikan, mengidentifikasi, merumuskan alternatif solusi, dan menentukan solusi terbaik dari masalah. 24 soal tersebut disebar kepada enam kelompok sehingga setiap kelompok memperoleh dua tipe soal tes kemampuan memecahkan masalah kependudukan yang terdiri dari masalah kualitatif dan kuantitatif kependudukan. Agar lebih mempermudah gambaran pembagian soal dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini:


(19)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabe 3.4

Distribusi Soal Tes Kemampuan Memecahkan Masalah

Kelompok Tipe Soal Jumlah Soal Total

Kuantitatif Kualitatif Kuantitatif Kualitatif

Kelompok 1

Tipe Soal A Tipe Soal D

4 4 8

Masalah jumlah penduduk Masalah pendidikan penduduk Kelompok 2

Tipe Soal B Tipe Soal E

4 4 8

Masalah pertumbuhan penduduk Masalah kesehatan penduduk Kelompok 3

Tipe Soal C Tipe Soal F

4 4 8

Masalah kepadatan penduduk Masalah kemakmuran/ pendapatan penduduk Kelompok 4

Tipe Soal A Tipe Soal D

4 4 8

Masalah jumlah penduduk Masalah pendidikan penduduk Kelompok 5

Tipe Soal B Tipe Soal E

4 4 8

Masalah pertumbuhan penduduk Masalah kesehatan penduduk Kelompok 6

Tipe Soal C Tipe Soal F

4 4 8

Masalah kepadatan penduduk Masalah kemakmuran/ pendapatan penduduk Sumber: oleh penulis, 2014

Berdasarkan tabel di atas maka dapat simpulkan bahwa untuk mengetahui kemampuan memecahkan masalah kependudukan peserta didik di kelas eksperimen dan kontrol akan mendapatkan tes kemampuan memecahkan masalah kuantitatif dan kualitatif kependudukan yang tersusun atas indikator kemampaun mendefinisikan, kemampuan mengidentifikasi, kemampuan merumuskan alternatif solusi dan kemampuan menentukan solusi terbaik. Untuk Kisi-kisi instrumen kemampuan memecahkan masalah dapat dilihat lebih detail pada lampiran B.1.


(20)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam menentukan skor kemampuan memecahkan masalah, hasil yang diperoleh peserta didik harus dinilai berdasarkan ketentuan setiap aspek yang diperoleh peserta didik. Dalam memberikan alternatif skor untuk setiap pemecahan masalah dibuat secara kuantitatif. Tiap skor memiliki makna mewakili setiap jawaban peserta didik semakin besar skor yang diperoleh maka jawaban semakin lengkap atau sesuai kriteria penilaian. Untuk lebih jelas kriteria penilaian sebagai dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5

Pedoman penskoran Kemampuan Memecahkan Masalah

Kemampuan Memecahkan

Masalah

Skor 1 Skor2 Skor 3 Skor 4

Mendefinisikan Masalah

Menyebutkan hanya 1 masalah relevan

Menyebutkan 2 masalah relevan

Menyebutkan 3 masalah relevan

Menyebutkan

≥ 3 masalah

relevan Mengidentifika si Masalah Menyebutkan 1 sebab dan dampak dari permasalahan yang ada, namun tidak relevan dengan masalah Menyebutkan 1 sebab dan dampak yang relevan dengan masalah

Menyebutkan 2 sebab dan dampak dari permasalahan yang ada,

serta ≤ 2

relevan dengan masalah

Menyebutkan

≥ 3 sebab dan

dampak dari permasalahan yang ada,

serta ≤ 3

relevan dengan masalah. Merumuskan alternatif solusi Menyebutkan 1 solusi, namun tidak relevan dengan masalah Menyebutkan 1-2 alternatif solusi,

dan ≤ 2 solusi

tersebut relevan dengan masalah

Menyebutkan

≥3 alternatif solusi dan ≤ 3

solusi tersebut relevan dengan masalah

Menyebutkan

≥ 4 alternatif

solusi,

dan ≤ 4 solusi

tersebut relevan Menentukan rekomendasi terbaik Menentukan 1 solusi terbaik, tetapi bukan dari alternatif solusi yang disebutkan sebelumnya, dan tidak mengungkapkan alasan. Menentukan 1 solusi terbaik dari solusi alternatif, tetapi tidak mengungkapka n alasannya. Menentukan 1 solusi terbaik dari solusi alternatif, dan mengungkapk an alasan, tetapi alasan tersebut tidak relevan. Menentukan 1 solusi terbaik dari alternatif solusi, dan mengungkapk an alasan yang relevan

Sumber : Oleh Peneliti Tahun 2014

Untuk mengetahui kelayakan perangkat tes dalam pengambilan data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji validitas, relibilitas, dan tingkat kesukaran bitir soal.


(21)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Validitas Soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Analisis yang digunakan untuk mengetahui validitas instrumen digunkan analisis statistik degan bantuan program SPSS 16. Setelah melakukan uji coba instrumen kepada 17 responden kelas 12 IPS, nilai r tabel dengan df=17 adalah 0,389. Jika nilai corrected item-total correlation > 0,389 maka item soal valid, sedangkan jika < 0,389 maka soal tidak valid. Untuk mengetahui klasifikasi validitas digunakan kriteria pada tabel 3.6 sebagai berikut:

Tabel 3.6 Klasifikasi Validitas

Koofisien Korelasi Kriteria Validitas

0,81-1,00 Sangat Tinggi

0,61-0,80 Tinggi

0,41-0,60 Cukup

0,21-0,40 Rendah

0,00-0,21 Sangat Rendah

Sumber: Arikunto, 2002: 146

Hasil perhitungan corrected item-total correlation dengan bantuan program SPSS 16 untuk setiap item dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas Butir Soal

Masalah Kependudukan

Jumlah Penduduk

( A)

Pertumbuhan Penduduk

(B)

Kepadatan Penduduk

( C )

Pendidikan (D)

Kesehatan (E)

Kemakmuran ( F )

Kemampuan Mendefinisikan Masalah

Nomor Butir Soal A.1 B.1 C.1 D.1 E.1 F.1

Corrected Item-Total

Correlation 0.463 0.473 0.504 0.764 0.478 0.604

Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Klasifikasi Validitas Cukup Cukup Cukup Tinggi Cukup Tinggi

Kemampuan Mengidentifikasi Masalah

Nomor Butir Soal A.2 B.2 C.2 D.2 E.2 F.2

Corrected Item-Total

Correlation 0.772 0.524 0.578 0.728 0.671 0.459

Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Klasifikasi Validitas Tinggi Cukup Cukup Tinggi Tinggi Cukup

Kemampuan Merumuskan Alternatif Solusi

Nomor Butir Soal A.3 B.3 C.3 D.3 E.3 F.3


(22)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Correlation

Validitas Valid Valid Drop Valid Valid Valid

Klasifikasi Validitas Cukup Cukup Tinggi Tinggi Tinggi

Kemampuan Menentukan Solusi Terbaik

Nomor Butir Soal A.4 B.4 C.4 D.4 E.4 F.4

Corrected Item-Total

Correlation 0.557 0.431 0.414 0.888 0.343 0.776

Validitas Valid Valid Valid Valid Drop Valid

Klasifikasi Validitas Cukup Cukup Cukup Tinggi Tinggi

Sumber: Hasil Pengolahan Validitas Soal, 2014

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16 untuk validasi soal kemampuan mendefinisikan masalah dan mengidentifikasi masalah seacara keseluruhan valid. Sedangkan untuk kemampuan merumuskan alternatif solusi pada butir soal C.3 (merumuskan alternatif solusi masalah kepadatan penduduk) tidak valid dan kemampuan menentukan solusi terbaik butir soal E.4 (menentukan solusi terbaik masalah kesehatan) tidak valid sehingga kedua soal tersebut diperbaiki.

b. Reliabilitas Soal

Uji reliabilitas bertujuan agar data yang dihasilkan dapat dipercaya, karena uji ini dimaksud untuk melihat konsistensi instrument. Uji relibilitas dalam penelitian ini menggunakan analisis dengan bantuan program SPSS 16. Dalam analisi dengan SPSS harus memperhatikan nilai crombach’s alpha. Metode yang digunakan dalam pengambilan keputusan pada uji reliabilitas biasanya menggunakan batas 0,6. Reliabiltas kurang dari 0,6 kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan 0,8 adalah baik (Priyatno, 2010, hlm.32). Untuk mengetahui kriteria tingkatan reliabilitas instrument dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.8

Klasifikasi Nilai Reliabilitas

Koofisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,81-1,00 Sangat Tinggi

0,61-0,80 Tinggi

0,41-0,60 Cukup

0,21-0,40 Rendah

0,00-0,21 Sangat Rendah

Sumber: Arikunto, 2002, hlm. 150

Hasil perhitungan dengan SPSS 16 menujukan nilai crombach’s alpha 0,927 (hasil perhitungan di lampiran C.1) maka instrumen dalam penelitian ini memiliki reliabilitas sangat tinggi, karena 0,927 >0,6.


(23)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran butir soal merupakan proposi keseluruhan peserta didik yang menjawab benar pada butir soal tersebut (Arikunto, 2008, hlm.198). Uji ini penting agar suatu perangkat soal tidak didominasi oleh soal yang mudah, sedang, atau sukar saja. Tingkat kesukaran soal dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

Keterangan:

SA = jumlah skor kelompok atas

SB = jumlah skor kelompok bawah

IA = jumlah skor ideal kelompok atas

IB = jumlah skor ideal kelompok bawah

Nilai TK yang diperoleh dapat dinterpretasikan untuk menentukan tingkat kesukaran dengan kriteria dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut ini:

Tabel 3.9

Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Nilai P Kriteria

0,00 Sangat Sukar

0,00< P ≤ 0,30 Sukar

0,31<P ≤ 0,70 Sedang

0,71<P≤ 1, 00 Mudah

1, 00 Sangat Mudah

Sumber: Arikunto, 2008, hlm.200

Berdasarkan analisis taraf kesukaran untuk tiap butir soal, diperoleh hasil perhitungan untuk taraf kesukaran pada tabel 3.10 di bawah ini :

Tabel 3.10

Rekapitulasi Taraf Kesukaran

Kateori Taraf Kesukaran Nomor Soal Jumlah Soal

Sangat Mudah A.1, A.2, B.4, C.1, C.2, C.4 dan

E.3

7

Mudah A.3, A.4, B.1, B.2, C.3, D.1, D.2,

D.3, D.4, E.1, E.2, F.1 dan F.2

15

Sedang B.3 dan F.3 2


(24)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bedasarkan tabel di atas soal didominasi oleh tingkat soal yang mudah terlihat 15 soal, soal sangat mudah 7 soal, dan soal sedang 2 soal. Hasil perhitungan dapat di lihat pada lalampiran C.2.

2. Observasi

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman atau lembar observasi (Kunandar, 2013. Hlm.121). Lembar observasi digunakan untuk melihat dan mengamati keberlangsungan penerapan model dalam pembelajaran pada proses pembelajaran. Lembar observasi pada penelitian ini digunakan mengacu kepada tahapan-tahapan dalam pembelajaran PBL melalui pendekatan saintifik.

Observasi dilakukan pada penelitian ini mengacu kepada lembar observasi yang sudah disediakan. Observasi dilakukan selama dua kali pertemuan yang dimulai dari awal hingga akhir pembelajaran. Lembar observasi terdiri dari poin-poin yang berhubungan dengan aktifitas pembelajaran dengan menggunakan PBL. Instrumen observasi yang digunakan dapat dilihat pada lampiran B.4.

E.Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan tahapan yang harus dilalui dalam proses penelitian, prosedur dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Menentukan kemampuan memecahkan masalah pada kajian masalah kependudukan sebagai fokus penelitian.

b. Melakukan studi literatur terhadap buku, laporan penelitian, jurnal mengenai kemampuan memecahkan masalah kependudukan dan model PBL. Menganalisis kurikulum geografi kelas XI yang berkaitan dengan kompetensi dasar pada materi kependudukan.

c. Menentukan hipotesis yang dijadikan sebagai acuan jawaban penelitian. d. Menyusun instrumen penelitian yang meliputi penyusunan kisi-kisi soal

kemampuan memecahkan masalah kependudukan. Serta melakukan judgment kepada ahli.


(25)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Melakukan uji coba instrumen (tes kemampuan memecahkan masalah kependudukan) sebagai alat yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian.

f. Melakukan analisis butir soal terkait validitas dan reliabilitasnya.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) di kelas ekperimen dan kontrol yang sesuai dengan tahapan pembelajaran.

b. Memberikan post-test/ tes akhir kepada peserta didik pada kelas ekperimen dan kelas kontrol dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan memecahkan masalah antara kelas ekperimen dengan kelas kontrol.

3. Tahap Analisis Data

a. Melakukan tabulasi data dan analisis secara statistik deskriptif dengan penyajian data melalui tabel, grafik, gambar.

b. Melakukan analisis statistik untuk melihat perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kontrol apakah terjadi perbedaan yang signifikan dalam kemampuan memecahkan masalah

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses pengelompokan data berdasarkan variabel dan respon, mentabulasi data berdasarkan variabel dan seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2008, hlm.142). Analisis data dalam penelitian merupakan tahapan dalam proses untuk mendapat gambaran hasil penelitian mengenai pengaruh model PBL terhadap kemampuan memecahkan masalah oleh peserta didik. Data yang dianalisis berasal dari tes kemampuan memecahkan masalah dalam bentuk uraian yang diisi oleh peserta didik. Tahapan kerja analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Penggunaan statistik parametris mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal (Sugiyono, 2008,hlm.241). Oleh karena itu sebelum pengujian hipotesis dengan uji-t maka harus dilakukan


(26)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengujian normalitas data. Pada penelitian ini uji normalitas data dilakukan dengan bantuan SPSS 16 dengan menggunakan uji kolmogorov smirnov.

Untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak adalah dengan cara memperhatikan bilangan Sig pada kolom kolmogorov smirnov. Kriteria penentuan data berdistribusi normal adalah:

a. menentukan taraf signifikansi uji α = 0,05

b. bandingkan angka Sig dengan taraf signifikansi yang diperoleh. - Jika Sig yang diperoleh > α, maka data berdisrditribusi normal. - Jika Sig yang diperoleh < α, maka data tidak berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji kesamaan dua varians (homogenitas) digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut homogen, yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. Menurut Arikunto (2002, hlm.321) tujuan menggunakan uji homogenitas menjadi sangat penting apabila penelitian bermaksud melakukan generalisasi untuk hasil penelitian serta data hasil penelitiannya diambil dari kelompok-kelompok terpisah yang berasal dari satu populasi. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS 16 menggunakan uji levene tes dengan memperhatikan bilangan pada (Sig) Based on Mean. Untuk menetapkan homogenitas digunakan pedoman berikut:

a. Menentukan taraf signifikansi uji α = 0,05

b. Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.

- Jika Sig > α, maka sampel berasal dari data yang berdistribusi normal. - Jika Sig < α, maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi

normal.

Setelah dilakukan uji homogenitas dan normalitas, tahap selanjutnya akan dialakukan uji t (uji hipotesis). Ketentuan jenis uji t yang digunakan tergantung pada hasil normalitas dan homogenitas karena syarat dari uji parametrik mengharuskan data berdistribusi normal dan homogen, jika kedua syarat tidak terpenuhi maka analisis yang digunakan adalah non parametrik.


(27)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t. Analisis statistik menggunakan uji-t dipakai untuk menguji perbedaan atau kesamaan dua kelompok yang berbeda dengan prinsip membandingkan rata-rata (mean) kedua kelompok tersebut (Hasan, 2004, hlm.143). Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 16 dengan analisis independen sampel t test jika data berdistribusi normal dan homogen. Independen sampel t test atau uji sampel bebas digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata dari dua kelompok data atau sampel yang independen (Priyatno, 2010, hlm.93). Sedangkan jika data tidak berdistribusi normal maka digunakan analisis non parametrik dengan analisis mann-whitney yang bertujuan membedakan dua median kelompok independen dengan data tidak berdistribusi normal (Sujarweni, 2007, hlm.40).


(28)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G.Alur Penelitian

Pengumpulan Data

Analisis Data Tahap Analisis dan

Pelaporan

Kesimpulan Tahap Pelaksanaan

Tahap Persiapan

Memilih masalah penerapan model problem based learning terhadap kemampuan memecahkan masalah kependudukan

Studi kepustakaan model problem based learing dan kemampuan memecahkan masalah

Pembuatan Instrumen Penelitian

Uji Validitas dan Reliabilitas

Tidak Valid Valid

Merumusakan Masalah dan Hipotesis

Penelitian

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Proses penerapan model Problem Based Learning

Proses pembelajaran Ekpositori (ceramah dan diskusi)


(29)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Model problem based learning (PBL) berpengaruh terhadap kemampuan memecahkan masalah. Terbukti berdasarkan hasil analisis dan pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan setelah proses pembelajaran dengan menggunakan model PBL peserta didik di SMA IT As-Syifa Boarding School pada kelas ekperimen mampu memecahkan masalah lebih baik daripada kelas kontrol. Secara khusus berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini maka kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut:

1. Tidak terdapat perbedaan kemampuan mendefinisikan masalah antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis yang menunjukan bahwa Ho diterima, artinya kemampuan mendefinisikan masalah kelas ekperimen dengan menggunakan model PBL sama dengan kelas kontrol yang menggunakan model ekpositori. Kemampuan mendefinisikan masalah merupakan aspek kognitif dalam pemahaman yang tergolong dalam tingkan kognitif rendah (C1), sehingga peluang kemudahan untuk mendefinisikan masalah dapat dicapai oleh kelas ekperimen dan kelas kontrol.

2. Terdapat perbedaan kemampuan mengidentifikasi masalah antara kelas ekperimen dengan kelas kontrol. Hal ini diperkuat dengan hasil analisis yang membuktikan bahwa Ho ditolak, artinya kelas ekperimen dengan menggunakan model PBL memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi masalah lebih tinggi dari kelas kontrol yang menggunakan model ekpositori. Tinginya kemampuan mengidentifikasi masalah pada kelas ekperimen dipicu dari pemanfaatan sumber belajar yang beragam sehingga mempermudah dalam penelusuran sebab dan dampak masalah (identifikasi masalah).

3. Terdapat perbedaan kemampuan merumuskan alternatif solusi antara kelas ekpeimen dengan kelas kontrol. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis yang menunjukan bahwa Ho ditolak. Kemampuan merumuskan alternatif solusi masalah pada kelas ekperimen dengan menggunakan model PBL lebih tinggi


(30)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari kelas kntrol yang menggunakan model ekpositori, artinya bahwa model PBL dengan memanfaatkan sumber belajar yang beragam terutama pemanfaatan internet akan mempermudah dalam merancang berbagai alternatif solusi masalah.

4. Tidak terdapat perbedaan kemampuan menentukan solusi terbaik antara kelas ekperimen dengan kelas kontrol. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis yang menunjukan bahwa Ho diterima, artinya bahwa kemampuan menentukan solusi terbaik antara kelas ekperimen dengan menggunakan model PBL sama dengan kelas kontrol yang menggunakan model ekspositori. Kemudahan dalam menentukan solusi terbaik dipengaruhi dari kemudahan dalam merumuskan alternatif solusi.

5. Terdapat perbedaan kemampuan memecahkan masalah antara kelas ekperimen dengan kelas kontrol. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis yang membuktikan bahwa Ho ditolak, artinya kemampuan memecahkan masalah antara kelas ekperimen dengan menggunakan model PBL lebih tinggi dari kelas kontrol yang menggunakan model ekpositori. Kemampuan memecahkan masalah yang dipicu dari adanya kemudahan dalam memperoleh dan memanfaatkan sumber belajar yang beragam saat mengidentifikasi dan merumuskan alternatif solusi akan memberikan kontribusi dalam membekali peserta didik untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah.

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa model PBL berpengaruh terhadap kemampuan memecahkan masalah. Ada beberapa rekomendasi yang dapat diberikan terkait implementasi model PBL terhadap kemampuan memecahkan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Perlu adanya penelitian lanjutan yang mengidentifikasi pengaruh model PBL terhadap kemampuan memecahkan masalah dalam kemampuan mendefinisikan dan menentukan solusi terbaik. Kemampuan mendefinisikan masalah merupakan langkah awal untuk menentukan solusi masalah yang baik, dan kemampuan mendefinisikan masalah akan menentukan kemudahan tahap


(31)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berikutnya dalam memecahkan masalah. Membekali kemampuan

mendefinisikan masalah kepada peserta didik dapat dilakukan dengan cara menyusun pertanyaan masalah dan membuat tujuan yang diharapkan. Sedangkan untuk kemampuan menentukan solusi terbaik pada peserta didik dapat dilakukan dengan cara menentukan kriteria solusi yang ingin dicapai. Berdasarkan acuan kriteria tersebut selanjutnya ditentukan solusi terbaik sesuai kriteria yang ada.

2. Peserta didik harus dibekali sumber informasi, data atau referensi yang bervariasi dalam proses pembelajaran yang dikemas melalui model PBL dalam memecahkan masalah. Hal ini berkaitan dengan pemrosesan informasi dalam tahap pengumpulan data sebagai solusi dari masalah. Guru harus memfasilitasi sumber belajar yang akan digunakan oleh peserta didik sebelum pembelajaran dilakukan. Sarana yang ada disekolah dapat dimanfaatkan seperti perpustakaan, majalah, koran, dan internet. Atau bahkan guru mempersiapkan modul-modul yang memuat tentang materi yang berkaitan dengan masalah yang akan dicari solusinya.

3. PBL tidak dirancang untuk membantu guru dalam menyampaikan informasi dengan jumlah besar kepada peserta didik, sehingga diharapkan guru tidak menuntut peserta didik dalam menguasai setumpuk materi melainkan lebih mengarah pada terbekalinya kemampuan memecahkan masalah.

4. Mengingat pembelajaran dengan menggunakan PBL dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, hendaknya guru mengidentifikasi kompetensi dalam mata pelajaran geografi yang bermuara pada keampuan peserta didik untuk mampu memecahkan masalah. Selanjutnya guru menerapkan model PBL dalam proses pembelajaran geografi yang bemuara pada kompetensi memecahkan masalah. Dengan terbekalinya kemampuan memcahkan masalah peserta didik akan mampu berpikir kontruktif, berpikir sistematis, berpikir kritis, kreatif, dan solutif.

5. Penelitian yang dilakukan belum terlalu bervariasi dalam mengukur kemampuan peserta didik, diharapkan untuk peneliti selanjutnya mampu mengukur pengaruh model pembelajaran PBL tidak hanya terhadap


(32)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah melainkan untuk berpikir kritis, berpikir sistematis, dan mampu menumbuhkan kreatifias peserta didik, serta berpikir kontruktif. Sehingga diharapkan dengan adanya penelitian lanjutan, bukti empiris akan keunggulan PBL dapat dibuktikan. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya mengemas pembelajaran tidak hanya dengan PBL dalam menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah.

6. Perlu adanya penelitian lanjutan yang mengukur kemampuan memecahkan masalah secara utuh dari mulai 1) mendefinisikan masalah; 2) menganalisis sebab-dampak masalah; 3) mengidentifikasi solusi yang memungkinkan; 4) pilih solusi terbaik; 5) susun rencana tindakan; dan 6) mengimplementasi solusi dan mengevaluasi perkembangan. Dalam pembelajaran geografi dapat dilakukan pada kajian matereri yang mengharuskan peserta didik untuk melakukan sebuat tindakan dan melakukan evaluasi dari tindakan tersebut. Hal ini dapat dilakukan pada materi potensi geografis untuk energi alternatif dengan cara membuat/ mempraktekan energi alternatif sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan memecahkan masalah yang memerlukan tahap penyusunsn rencana dan evaluasi pelaksanaan sangat berhubungan dengan kompetensi peserta didik dalam hal praktikum geografi.


(33)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Rujukan Buku

Abdurachim, I. (1985). Pengantar Masalah Penduduk. Alumni: Bandung. Abidin, Y. (2013).Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum

2013. Bandung: Refika Aditiya

Amir, T. (2013).Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Arikuto.S. (2002).Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arends, R. (2008). Learning To Teach.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Chang, R.Y. (1998). Step By Step Problem Solving.Jakarta: Pustaka

Binaman Pressindo

Eggen & Kauchak.(2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: Indeks

Gravetter, F.J & Lori A.F. (2009).Research Metods For The BehaviorSciencs 4. USA: Wadswort.

Hasan, B. (2004). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor:Ghalia Indonesia

Kunandar.(2013). Penilaian Autentik Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta: Rajawali Pers

Mulyasa.(2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Nazir.(1999).Metode Penelitian. Jakarta: Gahlia Indonesia.

Pasya, G.K. 2006.Geografi Pemahaman Konsep dan Metodologi. Bandung:Buana Nusantara.

Priyatno, D.(2010). Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media.

Robbins. (1996). Prilaku Organisasi. Jakarta: Salemba


(34)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ruseffendi.(1991).Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito

Sagala, S. (2013).Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sanjaya.(2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group

Schunk, D.H. (2012). Learning Theories.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Somantri, L & Nuruh H. (2013).Advanced Laerning Geography

2.Bandung: Grafindo Media Pratama.

Sternberg, R. (2008). Cognitive Psikology.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sumaatmadja, N. (1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Bandung:

Bumi Aksara.

Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Alumni: Bandung.

Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sujarweni, W. (2007).Panduan Mudah Menggunakan SPSS dan Contoh

Penleitian Bidang Ekonomi. Yogyakata: Ardana Media.

Sukmadinata.(2008). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya

Suprihartiningrum.(2012). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Ar-Ruzz Media Thobroni M&Arif M. (2011).Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Ar-Ruzz

Media

Wardiatmoko, K. (2013). Geografi untuk SMA/MA Kelas XI.Erlangga: Jakarta.

Wijaya, T. (2009).Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta:Universitas Atmajaya

Yani, A. (2013).Mindset Kurikulum 2013. Bandung: Alfabeta.

Rujukan Tesis

Istiqamah, S. (2013).Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Studen Team Achievment (STAD) Terhadap SikapBelajar Matermatika. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(35)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rehalat, A.(2012). Penerapan pendekatan probelem based learning dalam membentuk sikap mahasisiwa tentang penyelesaian konflik sosial. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sutisna, A. (2011). Pengaruh penerapan metode probelem based learning terhadap hasil belajar peserta didik. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Takkidin. (2010). Dampak pembelajaran berbasis masalah terhadap peningkatan penguasaan konsep IPS dalam kemampuan memecahkan masalah sosial peserta didik. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Wadud.(2012). Pembelajaran Dengan Model PBL Berbantuan WEB untuk

Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah dan Berpikir Kreatif Siswa Tentang Lingkungan. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rujukan Departemen atau Lembaga Pemerintahan

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.(2013). Dokumen Kurikulum 2013 Lampiran D-1. Jakarta: Kemendibud.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Permendikbud No 65 Tahun 2013. Jakarta: Kemendibud

Kementrian Pendidikan Nasional.(2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Tahun 2003.Jakarta: Redaksi Sinar Grafika

Rujukan dari Internet

Kompas Online.(2014). Rapor Merah Kualitas Kesehatan

Indonesia.[Online]. Diakses

darihttp://health.kompas.com/read/2014/10/ 08/074000423/ Rapot.Merah.Kualitas.Kesehatan.Indonesia

Paidi.(2010). Kemampuan Memecahkan Masalah.[Online].Diakses dari http:staff.uny.ac.id/sites/default/files/132048519/ArtikelSemna s FMIPA2010 UNY.pdf


(36)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Republika Online.(2014). Tiap Tahun Jumlah Penduduk Indonesia Bertambah Empat Juta.[Online].Diakses dari http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabeknasionl/ 14/05/01/n4uwpk-tiap-tahun-jumlah-penduduk-indonesia-bertambah- empat-juta.

TempoOnline.(2011). Penduduk Indonesia Masuk Peringkat 4 Dunia.[Online].Diaksesdarihttp://www.tempo.co/read/news/

2011/07/14/173346495/Penduduk-Indonesia-Masuk-Peringkat-4-Dunia.

Tempo Online.(2014). Kepadatan Penduduk Bisa Sebabkan Banjir Jakarta.[Online].Diakses dari http://www.tempo.co/ read/news/2014/01/20/083546390/Kepadatan-Penduduk-Bisa-Sebabkan-Banjir-Jakarta. [Online

Tempo Online.(2013). Mutu Pendidikan Indonesia

Rendah.[Online].Diakses dari

http://www.tempo.co/read/news/2013/12/

06/173535256/Mutu-Pendidikan-Indonesia-Terendah-diDunia. Tempo Online.(2014). Dua Pertiga Penduduk Indonesia Hidup Miskin.[Online].Diakses darihttp://www.tempo.co/read/


(1)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berikutnya dalam memecahkan masalah. Membekali kemampuan mendefinisikan masalah kepada peserta didik dapat dilakukan dengan cara menyusun pertanyaan masalah dan membuat tujuan yang diharapkan. Sedangkan untuk kemampuan menentukan solusi terbaik pada peserta didik dapat dilakukan dengan cara menentukan kriteria solusi yang ingin dicapai. Berdasarkan acuan kriteria tersebut selanjutnya ditentukan solusi terbaik sesuai kriteria yang ada.

2. Peserta didik harus dibekali sumber informasi, data atau referensi yang bervariasi dalam proses pembelajaran yang dikemas melalui model PBL dalam memecahkan masalah. Hal ini berkaitan dengan pemrosesan informasi dalam tahap pengumpulan data sebagai solusi dari masalah. Guru harus memfasilitasi sumber belajar yang akan digunakan oleh peserta didik sebelum pembelajaran dilakukan. Sarana yang ada disekolah dapat dimanfaatkan seperti perpustakaan, majalah, koran, dan internet. Atau bahkan guru mempersiapkan modul-modul yang memuat tentang materi yang berkaitan dengan masalah yang akan dicari solusinya.

3. PBL tidak dirancang untuk membantu guru dalam menyampaikan informasi dengan jumlah besar kepada peserta didik, sehingga diharapkan guru tidak menuntut peserta didik dalam menguasai setumpuk materi melainkan lebih mengarah pada terbekalinya kemampuan memecahkan masalah.

4. Mengingat pembelajaran dengan menggunakan PBL dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, hendaknya guru mengidentifikasi kompetensi dalam mata pelajaran geografi yang bermuara pada keampuan peserta didik untuk mampu memecahkan masalah. Selanjutnya guru menerapkan model PBL dalam proses pembelajaran geografi yang bemuara pada kompetensi memecahkan masalah. Dengan terbekalinya kemampuan memcahkan masalah peserta didik akan mampu berpikir kontruktif, berpikir sistematis, berpikir kritis, kreatif, dan solutif.

5. Penelitian yang dilakukan belum terlalu bervariasi dalam mengukur kemampuan peserta didik, diharapkan untuk peneliti selanjutnya mampu mengukur pengaruh model pembelajaran PBL tidak hanya terhadap


(2)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah melainkan untuk berpikir kritis, berpikir sistematis, dan mampu menumbuhkan kreatifias peserta didik, serta berpikir kontruktif. Sehingga diharapkan dengan adanya penelitian lanjutan, bukti empiris akan keunggulan PBL dapat dibuktikan. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya mengemas pembelajaran tidak hanya dengan PBL dalam menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah.

6. Perlu adanya penelitian lanjutan yang mengukur kemampuan memecahkan masalah secara utuh dari mulai 1) mendefinisikan masalah; 2) menganalisis sebab-dampak masalah; 3) mengidentifikasi solusi yang memungkinkan; 4) pilih solusi terbaik; 5) susun rencana tindakan; dan 6) mengimplementasi solusi dan mengevaluasi perkembangan. Dalam pembelajaran geografi dapat dilakukan pada kajian matereri yang mengharuskan peserta didik untuk melakukan sebuat tindakan dan melakukan evaluasi dari tindakan tersebut. Hal ini dapat dilakukan pada materi potensi geografis untuk energi alternatif dengan cara membuat/ mempraktekan energi alternatif sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan memecahkan masalah yang memerlukan tahap penyusunsn rencana dan evaluasi pelaksanaan sangat berhubungan dengan kompetensi peserta didik dalam hal praktikum geografi.


(3)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Rujukan Buku

Abdurachim, I. (1985). Pengantar Masalah Penduduk. Alumni: Bandung. Abidin, Y. (2013).Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum

2013. Bandung: Refika Aditiya

Amir, T. (2013).Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Arikuto.S. (2002).Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arends, R. (2008). Learning To Teach.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Chang, R.Y. (1998). Step By Step Problem Solving.Jakarta: Pustaka

Binaman Pressindo

Eggen & Kauchak.(2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: Indeks

Gravetter, F.J & Lori A.F. (2009).Research Metods For The

BehaviorSciencs 4. USA: Wadswort.

Hasan, B. (2004). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam

Pembelajaran Abad 21. Bogor:Ghalia Indonesia

Kunandar.(2013). Penilaian Autentik Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta: Rajawali Pers

Mulyasa.(2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Nazir.(1999).Metode Penelitian. Jakarta: Gahlia Indonesia.

Pasya, G.K. 2006.Geografi Pemahaman Konsep dan Metodologi.

Bandung:Buana Nusantara.

Priyatno, D.(2010). Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data

Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media.

Robbins. (1996). Prilaku Organisasi. Jakarta: Salemba


(4)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ruseffendi.(1991).Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang

Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito

Sagala, S. (2013).Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sanjaya.(2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group

Schunk, D.H. (2012). Learning Theories.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Somantri, L & Nuruh H. (2013).Advanced Laerning Geography

2.Bandung: Grafindo Media Pratama.

Sternberg, R. (2008). Cognitive Psikology.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sumaatmadja, N. (1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Bandung:

Bumi Aksara.

Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis

Keruangan. Alumni: Bandung.

Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sujarweni, W. (2007).Panduan Mudah Menggunakan SPSS dan Contoh

Penleitian Bidang Ekonomi. Yogyakata: Ardana Media.

Sukmadinata.(2008). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Remaja

Rosdakarya

Suprihartiningrum.(2012). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Ar-Ruzz Media Thobroni M&Arif M. (2011).Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Ar-Ruzz

Media

Wardiatmoko, K. (2013). Geografi untuk SMA/MA Kelas XI.Erlangga: Jakarta.

Wijaya, T. (2009).Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta:Universitas Atmajaya

Yani, A. (2013).Mindset Kurikulum 2013. Bandung: Alfabeta.

Rujukan Tesis

Istiqamah, S. (2013).Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Studen

Team Achievment (STAD) Terhadap SikapBelajar Matermatika. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan


(5)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rehalat, A.(2012). Penerapan pendekatan probelem based learning dalam

membentuk sikap mahasisiwa tentang penyelesaian konflik sosial. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sutisna, A. (2011). Pengaruh penerapan metode probelem based learning

terhadap hasil belajar peserta didik. Sekolah Pascasarjana,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Takkidin. (2010). Dampak pembelajaran berbasis masalah terhadap

peningkatan penguasaan konsep IPS dalam kemampuan memecahkan masalah sosial peserta didik. Sekolah

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Wadud.(2012). Pembelajaran Dengan Model PBL Berbantuan WEB untuk

Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah dan Berpikir Kreatif Siswa Tentang Lingkungan. Sekolah

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rujukan Departemen atau Lembaga Pemerintahan

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.(2013). Dokumen Kurikulum

2013 Lampiran D-1. Jakarta: Kemendibud.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Permendikbud No 65

Tahun 2013. Jakarta: Kemendibud

Kementrian Pendidikan Nasional.(2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Tahun 2003.Jakarta: Redaksi Sinar Grafika

Rujukan dari Internet

Kompas Online.(2014). Rapor Merah Kualitas Kesehatan

Indonesia.[Online]. Diakses

darihttp://health.kompas.com/read/2014/10/ 08/074000423/ Rapot.Merah.Kualitas.Kesehatan.Indonesia

Paidi.(2010). Kemampuan Memecahkan Masalah.[Online].Diakses dari http:staff.uny.ac.id/sites/default/files/132048519/ArtikelSemna s FMIPA2010 UNY.pdf


(6)

Tuti Rina Lestari, 2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Republika Online.(2014). Tiap Tahun Jumlah Penduduk Indonesia

Bertambah Empat Juta.[Online].Diakses dari http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabeknasionl/ 14/05/01/n4uwpk-tiap-tahun-jumlah-penduduk-indonesia-bertambah- empat-juta.

TempoOnline.(2011). Penduduk Indonesia Masuk Peringkat 4 Dunia.[Online].Diaksesdarihttp://www.tempo.co/read/news/

2011/07/14/173346495/Penduduk-Indonesia-Masuk-Peringkat-4-Dunia.

Tempo Online.(2014). Kepadatan Penduduk Bisa Sebabkan Banjir

Jakarta.[Online].Diakses dari http://www.tempo.co/ read/news/2014/01/20/083546390/Kepadatan-Penduduk-Bisa-Sebabkan-Banjir-Jakarta. [Online

Tempo Online.(2013). Mutu Pendidikan Indonesia

Rendah.[Online].Diakses dari

http://www.tempo.co/read/news/2013/12/

06/173535256/Mutu-Pendidikan-Indonesia-Terendah-diDunia. Tempo Online.(2014). Dua Pertiga Penduduk Indonesia Hidup

Miskin.[Online].Diakses darihttp://www.tempo.co/read/