Pengaruh model project based learning terhadap kemampuan analisis pada konsep Protista (quasi eksperimen pada siswa di SMA Negeri 87 Jakarta)

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH :

IRMA NURMALASARI 1111016100052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016


(2)

Kemampuan Analisis pada Konsep Protista disusun oleh Irma Nurmalasari,

NIM

1111016100052, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah

sebagai karya ilmiah yang berhak diujikan pada sidang munaqasah sesuai

ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Jakarta, 16Maret2076

Yang mengesahkan:

Pembimbing I Pembimbing

II

2 001

Env S Rosvidatun. S.Si. MA


(3)

Kemampuan Analisis pada Konsep Protista disusun oleh Irma Nurmalasari,

NIM 1111016100052,

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(FITK)

Universitas

Islam

Negeri

Syarif

Hidayatullah Jakarta,

dan

telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 10 Mei 2016 dihadapan dewan penguji. oleh karena itu, penulis memperoleh gelar sarjana

Sl

(S.pd) dalam bidang Pendidikan Biologi.

Jakafia,13 Mei 2016

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia ( Ketua Prodi Biologi) Dr. Yanti Herlanti. M.Pd

NIP. 197101 19200801 2 010 Penguji I

Dr. Ahmad So(van. M.Pd NIP. 19650115198703 1 020 Penguji

II

Dr. Yanti Herlanti. M.Pd NIP. 197101 19200801 2 010

Mengetahui:

Tanggal

V'

st

-1^ le


(4)

Saya yang bertandatangan di bawah ini,

Nama

Tempat/Tgl.Lahir NIM

Jurusan / Prodi Judul Skripsi

Irma Nurmalasari

Tangerang, 11 Juni 1994 1 1 1 1016100052

Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi

Pengaruh Model Project Based Learning terhadap

Kemampuan Analisis pada Konsep Protista

l. Baiq Hana Susanti, M.Sc

2.Eny S. Rosyidatun, S.Si, MA

Dosen Pembimbing

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan

saya bertanggungjawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Maret 2016


(5)

iv

terhadap Kemampuan Analisis pada Konsep Protista (Kuasi Eksperimen pada Siswa di SMAN 87 Jakarta). Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Project Based Learning terhadap kemampuan analisis pada konsep Protista. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi ekperimen dengan teknik pengambilan sampel yaitu

simple random sampling. Jumlah sampel sebanyak 69 siswa yang terdiri dari 35 siswa sebagai kelas eksperimen dan 34 siswa sebagai kelas kontrol. Penelitian dilakukan di SMAN 87 Jakarta pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 dengan kelas X MIA 3 sebagai kelas eksperimen dengan model Project Based Learning dan kelas X MIA 4 sebagai kelas kontrol dengan pendekatan saintifik. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu instrumen tes dan non tes. Instrumen tes berupa soal dalam bentuk uraian berjumlah 9 soal. Sedangkan instrumen non tes terdiri dari lembar observasi guru dan angket siswa. Teknik analisis data untuk uji normalitas menggunakan uji Liliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Fisher, dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan uji t. Hasil uji t diperoleh thitung sebesar 7,08 dan untuk ttabel pada taraf signifikansi (α = 0,05) sebesar 2,00.

Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima

dan hipotesis nol (Ho) ditolak, yang berarti rata-rata kemampuan menganalisis kelas eksperimen lebih besar dibanding rata-rata kemampuan menganalisis kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dari penerapan model Project Based Learning terhadap kemampuan menganalisis pada konsep Protista.

Kata kunci : Model Project Based Learning, Kemampuan Analisis, Konsep Protista.


(6)

v

Model toward Analytical Skill on the Concept of Protists (Quasi Experimental in SMAN 87 Jakarta). BA Thesis of Biology Education Program Study, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

The aim of this research study is to determine the influence of project based learning model toward analytical skill on the concept of Protists. The research method was used quasi experimental and the samples were taken by simple random sampling technique. The totals of samples were 69 students which consisted of 35 students as an experimental group and 34 students as a control group. This research was conducted at SMAN 87 Jakarta in academic year 2015/2016 with class X MIA 3 as an experimental class (class using the Project Based Learning model) and X MIA 4 as a control class (class using the scientific approach). The research instrument includes instrument test and non-test. The instrument test was an essay test consists of 9 questions. Meanwhile, instrument non-test consists of observation sheet for teacher and questionnaire for students. The technique of data analysis used in this research were the normality of the test through Liliefors test and the homogeneity of the test through Fisher test and continued by testing the hypothesis of the test through t-test. The result of data analysis using t-test show that the value of tcount was 7,08 and for ttable at the

significance level (α = 0,05) was 2,00. This show that tcount > ttable, then the

alternative hypothesis (Ha) was accepted and the null hypothesis (Ho) was rejected, which means the average experimental class analytical skill greater than the average of the control class analytical skill. It can be concluded that there was an influence of the implementation of Project Based Learning model toward analytical skill on the concept of Protists.

Keywords : Project Based Learning Model, Analytical Skill, Protists


(7)

vi

telah memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Model Project Based Learning terhadap Kemampuan Analisis pada Konsep Protista”. Shalawat beserta salam semoga

selalu tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus ikhlas penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus dosen Penasehat Akademik dan juga Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Eny S. Rosyidatun, S.Si, MA., Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan bermanfaat dan menjadi amal jariyah yang pahalanya tidak akan terputus.

6. Dr. Diana Vivanti S, M.Si., selaku Kaprodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang telah memberikan izin untuk


(8)

vii

telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut. Dan kepada Dra. Hermastuti M.R, selaku guru mata pelajaran Biologi kelas X di SMA Negeri 87 Jakarta yang telah memberikan arahan dan saran yang bermanfaat bagi penulis.

8. Seluruh staf dan siswa SMA Negeri 87 Jakarta, khususnya siswa kelas X MIA 3 dan X MIA 4 yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. 9. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, Bapak Mursid dan Ibu

Mariyanah serta saudara tersayang kakak Tety Murdiyanti dan adik Moh. Arif Rahman Hakim yang selalu mencurahkan kasih sayang, do‟a, semangat dan perhatian kepada penulis, semoga Allah memberikan umur yang panjang dan selalu melimpahkan kasih sayang kepada mereka semua. 10.Mereka yang tersayang, Muhamad Iqbal, Ade Faridah, Rakhil, Erna Sofyana, Uliyatul Fikriyyah, Retno Wahyuningtyas, Anisa Puteri, Fitri Fajriani, Lenny Shintiawati, dan Faramudita Dwi, yang telah setia mendengarkan keluh kesah penulis dan memberikan saran, semangat serta dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Teman-teman seperjuangan Pendidikan Biologi 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kerjasama, semangat dan dukungan selama proses perkuliahan.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca lainnya. Aamiin yaa Rabbal „Alamiin.

Jakarta, Februari 2016


(9)

viii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori ... 7

1. Hakikat Pembelajaran Konstruktivisme ... 7

2. Model Project Based Learning ... 8

a. Definisi Model Project Based Learning ... 8

b. Landasan Teori Model Project Based Learning ... 10

c. Karakteristik Model Project Based Learning ... 12

d. Prinsip-Prinsip Model Project Based Learning ... 14


(10)

f. Kelebihan Model Project Based Learning ... 17

g. Kendala dalam Model Project Based Learning ... 19

3. Kemampuan Menganalisis ... 19

a. Definisi Kemampuan Menganalisis ... 19

b. Hubungan Model Project Based Learning dengan Kemampuan Menganalisis ... 22

4. Pembelajaran Biologi ... 23

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 26

D. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Metode dan Desain Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel ... 30

D. Variabel Penelitian ... 31

E. Prosedur Penelitian ... 31

1. Tahap Persiapan Sebelum Penelitian ... 31

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 31

3. Tahap Penyelesaian Penelitian ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 32

G. Instrumen Penelitian ... 32

1. Tes ... 32

2. Angket ... 34

3. Observasi ... 34

H. Kalibrasi Instrumen ... 36

1. Uji Validitas ... 36

a. Tes ... 36

b. Non Tes ... 37

2. Uji Reliabilitas ... 38


(11)

4. Uji Daya Beda ... 39

I. Teknik Analisis Data ... 40

1. Uji Normalitas ... 40

2. Uji Homogenitas ... 41

3. Uji Hipotesis ... 41

4. Uji N-Gain ... 42

5. Pengolahan Angket Respon Siswa terhadap Model Project Based Learning ... 43

6. Pengolahan Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Project Based Learning ... 43

J. Hipotesis Statistik ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

1. Hasil Pretest dan Posttest ... 45

2. Kemampuan Analisis ... 47

3. Aspek Kemampuan Analisis ... 48

B. Data Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran dan Angket Siswa ... 49

1. Keterlaksanaan Sintaks Model Project Based Learning dalam Kegiatan Pembelajaran ... 49

2. Angket Respon Siswa terhadap Model Project Based Learning ... 51

C. Pengujian Prasyarat Analisis ... 53

1. Uji Normalitas ... 53

2. Uji Homogenitas ... 54

D. Pengujian Hipotesis ... 55

E. Pembahasan ... 56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64


(12)

DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN ... 71


(13)

xii

Tabel 2.1 Karakteristik Model Project Based Learning ... 13

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian di SMA Negeri 87 Jakarta ... 29

Tabel 3.2 Desain Penelitian ... 30

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Analisis ... 32

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa terhadap Penerapan Model Project Based Learning ... 34

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks Model Project Based Learning ... 35

Tabel 3.6 Hasil Uji Validasi Soal Kemampuan Analisis ... 37

Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 38

Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda ... 40

Tabel 3.9 Kategori Nilai N-Gain ... 42

Tabel 3.10 Pemberian Skor Angket Respon Siswa terhadap Model Project Based Learning ... 43

Tabel 3.11 Kategori Respon Siswa terhadap Model Project Based Learning ... 43

Tabel 3.12 Kategori Keterlaksanaan Sintaks Model Project Based Learning ... 44

Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 45

Tabel 4.2 Skor Pretest, Posttest, dan N-Gain Kemampuan Analisis ... 47

Tabel 4.3 Skor Pretest, Posttest, dan N-Gain Aspek Kemampuan Analisis ... 48

Tabel 4.4 Keterlaksanaan Sintaks Model Project Based Learning ... 49

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Angket Siswa ... 51

Tabel 4.6 Data Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 54

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ... 54


(14)

xiii

Gambar 2.1 Taksonomi Bloom Revisi ... 20 Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ... 27 Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Persentase Tiap Butir Soal Pretest dan

Posttest ... 46 Gambar 4.2 Perbandingan Nilai N-Gain Kemampuan Analisis ... 57 Gambar 4.3 Nilai N-Gain Tiap Aspek Kemampuan Analisis ... 58


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Analisis ... 71

Lampiran 2 Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Kemampuan Analisis ... 92

Lampiran 3 Hasil Perhitungan Anates ... 95

Lampiran 4 Soal Pretest dan Posttest ... 99

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 102

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 123

Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 142

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol ... 145

Lampiran 9 Lembar Penilaian Artikel ... 152

Lampiran 10 Lembar Penilaian Presentasi Kelompok ... 154

Lampiran 11 Angket Respon Siswa ... 156

Lampiran 12 Skala Penilaian Angket Respon Siswa ... 158

Lampiran 13 Rekapitulasi Keterlaksanaan Model Project Based Learning ... 160

Lampiran 14 Rekapitulasi Hasil Angket Siswa ... 165

Lampiran 15 Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 168

Lampiran 16 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ... 170

Lampiran 17 Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 171

Lampiran 18 Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ... 173

Lampiran 19 Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 174

Lampiran 20 Uji Normalitas Posttest Kelas Ekperimen ... 176

Lampiran 21 Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 177

Lampiran 22 Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ... 179

Lampiran 23 Uji Homogenitas Pretest ... 180

Lampiran 24 Uji Homogenitas Posttest ... 181

Lampiran 25 Uji Hipotesis Pretest ... 182

Lampiran 26 Uji Hipotesis Posttest ... 183

Lampiran 27 Uji N-Gain ... 184


(16)

Lampiran 29 Lembar Kesesuaian Validasi Soal ... 187

Lampiran 30 Surat Bimbingan Skripsi ... 189

Lampiran 31 Surat Permohonan Izin Validasi ... 191

Lampiran 32 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 192

Lampiran 33 Surat Keterangan Riset ... 193


(17)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan diharapkan dapat memberi kontribusi dalam membentuk manusia yang berakhlak mulia, kreatif, mandiri, serta memiliki keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara untuk ikut berpartisipasi dalam meningkatkan kemajuan bangsa. Hal ini sesuai dengan fungsi Pendidikan Nasional yang tertera dalam Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab II pasal 3 yang menyatakan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, dan cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensial dirinya.2 Pendidikan tidak hanya berusaha untuk mencapai hasil belajar akan tetapi bagaimana cara memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri anak.

Pembelajaran biologi sebagai salah satu disiplin ilmu sains tidak hanya membelajarkan fakta, konsep, dan prinsip biologi kepada siswa, melainkan juga mengharapkan siswa untuk dapat berinkuiri ilmiah untuk membangun konsep sendiri melalui penjelajahan alam sekitar.3 Karena materi biologi

1

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, h. 3,

diakses dari http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf, pada tanggal 29 Maret 2016.

2

Ibid., h. 1.

3

Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah, h. 377, diakses dari http://sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/dokumen/Permendiknas%20


(18)

memiliki cakupan yang luas mengenai bagaimana mengenal diri sendiri, mengenal makhluk hidup di sekitar, mengetahui hubungan antar makhluk hidup dan hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya.

Pembelajaran biologi diarahkan untuk meningkatkan pemahaman siswa dan keterampilan siswa dalam menganalisis fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar dengan konsep materi biologi yang telah dimiliki. Di dalam proses pembelajaran, siswa dapat menggali kemampuan analisisnya sehingga mereka dapat menghubungkan dan menyimpulkan konsep yang sudah dipelajarinya dengan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar.

Hasil observasi pada saat Praktik Profesi Kegiatan Terpadu (PPKT), selama proses pembelajaran siswa belum terlatih untuk menganalisis masalah yang terjadi di lingkungan dan mengaitkannya dengan konsep materi yang telah dimiliki siswa. Hal ini karena siswa jarang diberikan soal-soal evaluasi pada jenjang kognitif C4, C5 dan C6. Sehingga siswa hanya memiliki kemampuan kognitif pada jenjang ingatan, pemahaman, dan aplikasi, sedangkan untuk kemampuan kognitif jenjang analisis, evaluasi dan mencipta kurang dikembangkan.

Rendahnya kemampuan analisis siswa Indonesia dapat dibuktikan dengan hasil Trends in Internastional Mathematics and Science Study (TIMSS) dan

Program for International Student Assessment (PISA). Penilaian TIMSS tahun 2011 diikuti oleh 600.000 siswa kelas VIII dari 63 negara. Untuk bidang sains, Indonesia berada di urutan ke-40 dengan skor 406 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor ini mengalami penurunan 21 angka dibandingkan TIMSS sebelumnya pada tahun 2007.4 Begitu pula dengan hasil PISA tahun 2009, Indonesia menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Sedangkan hasil PISA tahun 2012, Indonesia mengalami penurunan yaitu berada diposisi kedua terendah dengan skor 382.

4

Ester Lince Napitupulu, Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun, 2012,

diakses dari http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434/Prestasi.Sains.dan.Matematika.


(19)

Rendahnya hasil sains Indonesia pada TIMSS dan PISA diakibatkan karena karakteristik soal-soal yang diujikan dalam TIMSS dan PISA merupakan soal-soal yang menguji aspek penalaran dan pemecahan masalah (problem solving).5 Sehingga siswa yang memiliki kemampuan analisis rendah akan kesulitan untuk dapat menjawab soal-soal tersebut.

Kemampuan analisis yang masih rendah dan kurang aktifnya siswa merupakan masalah yang kadang terjadi dalam proses pembelajaran. Kemampuan analisis dibutuhkan untuk memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan analisis dapat diartikan sebagai kemampuan siswa untuk mengidentifikasi suatu masalah, melihat penyebab-penyebab dari masalah tersebut atau memberi argumen-argumen yang mendukung suatu pernyataan sehingga siswa dapat memberikan solusi dari masalah tersebut. Dengan kata lain, pembelajaran biologi sebagai salah satu ilmu sains merupakan suatu proses untuk menjadikan siswa berinkuiri dalam rangka menemukan solusi dari masalah nyata di kehidupan sehari-hari.

Permasalahan yang terjadi sampai saat ini adalah masih banyak guru-guru yang menggunakan pola mengajar yang tradisional yaitu mengajar dengan menggunakan metode ceramah dan bersifat satu arah yaitu guru berbicara dan siswa hanya mendengarkan. Hal ini akan membuat siswa cepat merasa bosan dan jenuh.6 Dengan demikian tugas guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran berupa hafalan, tetapi juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar dan mendapatkan pengalaman serta pemahaman atas informasi yang diperoleh dari penemuan atau eksperimen yang siswa lakukan. Sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan mengamati, mengidentifikasi, memecahkan masalah dan menganalisis.

5 Asep Sapa’at,

Kemana Arah Pendidikan Indonesia?, 2014, diakses dari http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/14/02/27/n1nns0-kemana-arah-pendidikan -indonesia, pada tanggal 28 Desember 2015.

6

Mubiar Agustin, Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran: Panduan untuk Guru,

Konselor, Psikolog, Orang Tua, dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Refika Aditama, 2014), Cet. 2, h. 17.


(20)

Salah satu upaya meningkatkan kemampuan analisis siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik, membantu siswa dalam memahami konsep materi dan membantu siswa menghubungkan konsep yang telah dimiliki dengan dunia nyata. Salah satu model pembelajaran yang sesuai yaitu dengan model Project Based Learning (PjBL). Model Project Based Learning memiliki potensi yang besar untuk memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa. Model ini merupakan salah satu pengembangan teori belajar konstruktivisme, dimana manusia sebagai pembelajar harus membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya. Dalam pembelajaran berbasis proyek siswa menjadi terdorong lebih aktif dalam belajar, guru hanya sebagai fasilitator, guru mengevaluasi produk hasil kinerja siswa meliputi outcome yang mampu ditampilkan dari hasil proyek yang dikerjakan.7

Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi untuk memberi pengalaman belajar yang menarik dan bermakna bagi siswa. Fokus pembelajaran terletak pada prinsip dan konsep dari suatu disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi kesempatan siswa untuk bekerja secara otonom dalam mengonstruksi pengetahuan dan untuk menghasilkan produk.8

Model Project Based Learning mengharuskan siswa untuk menghasilkan produk sebagai solusi dari permasalahan yang terjadi. Dengan demikian siswa harus menganalisis terlebih dahulu masalah yang terjadi di sekitarnya. Hal ini tentunya akan menambah daya pikir serta kemampuan siswa di kelas, seperti kemampuan menganalisis.

Salah satu masalah yang dihadapi siswa adalah masalah-masalah yang terjadi di lingkungan. Kompleksitas permasalahan lingkungan tidak cukup

7 I Wayan Santyasa, “Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Berbasis Proyek, dan

Orientasi NOS”, Makalah Disampaikan dalam Seminar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri

2 Semarapura, 27 Desember 2006, h. 12, diakses dari

http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/indrya/Model%20Pembelajaran%20Menulis/COLLABORATI VE_MODEL__PROJECT_BASED__DAN_ORIENTASI_NOS.pdf, pada tanggal 16 Januari 2016.

8

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual


(21)

diajarkan pada siswa dengan metode ceramah yang bersifat teacher-centered learning, namun diajarkan menggunakan metode yang lebih berpusat pada siswa (student-centered learning). Salah satunya menggunakan model Project Based Learning.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Pengaruh Model Project Based Learning terhadap Kemampuan Analisis”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, yaitu sebagai berikut:

1. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan menganalisis siswa.

2. Para siswa belum terlatih untuk menganalisis bagaimana cara menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar.

3. Kemampuan analisis yang dimiliki siswa masih rendah. Hal ini berdasarkan hasil TIMSS dan PISA.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini akan mengkaji pengaruh model pembelajaran terhadap kemampuan menganalisis siswa, untuk mendapatkan gambaran yang jelas maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalahnya sebagai berikut:

1. Tahapan model Project Based Learning yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menurut Educational Technology Division Ministry of Education. 2. Kemampuan yang diukur yaitu kemampuan menganalisis siswa pada mata

pelajaran Biologi.

3. Mata pelajaran Biologi dibatasi pada konsep Protista.

4. Siswa yang menjadi subjek penelitian yaitu siswa kelas X semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 di SMA Negeri 87 Jakarta.


(22)

D. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model Project Based Learning mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan analisis?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Project Based Learning terhadap kemampuan analisis.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagi guru, dapat dijadikan alternatif model pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sains di Indonesia. 2. Bagi sekolah, dengan mengembangkan model-model pembelajaran yang

lebih inovatif, kreatif, dan menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan mutu kinerja guru dan kemampuan para siswanya.

3. Bagi penulis, dapat mengetahui pengaruh model Project Based Learning

terhadap kemampuan analisis.

4. Bagi para peneliti, dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian sejenis dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan sains di Indonesia.


(23)

7 A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan yang harus dilakukan oleh siswa. Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberikan makna tentang hal yang sedang dipelajari. Tetapi yang paling menentukan keberhasilan proses belajar adalah niat belajar siswa, sementara peranan guru dalam belajar konstruktivistik yaitu membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransfer pengetahuan yang telah dimiliki, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.1

Konstruktivisme memandang bahwa pembelajaran merupakan proses membangun pengetahuan yang dilakukan individu. Dalam pembelajaran terjadi interaksi antara apa yang sedang diajarkan dengan apa yang sudah diketahui. Konstruktivisme memandang penting faktor pengalaman siswa yang berupa pengetahuan dan keyakinan yang dibawa siswa ke dalam pembelajaran yang cenderung membentuk miskonsepsi. Oleh karena itu, guru berperan dalam menghubungkan (linking), memonitor (monitoring) dan mengarahkan (directing) proses membangun pengetahuan, sementara siswa mengenali (recognise), memadukan (integrate), memperluas (extend), mengevaluasi (evaluate) dan merekonstruksi konsepsinya.2

Aliran konstruktivisme memahami belajar sebagai suatu proses pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh siswa dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar, hal ini tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain.

1

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2010), h. 41.

2

Tatang Suratno, “Konstruktivisme, Konsepsi Alternative dan Perubahan Konseptual

dalam Pendidikan IPA”, Jurnal Pendidikan Dasar, No. 10, 2008, h. 1, diakses dari

http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_10-Oktober_2008/ Konstruktivisme,_Konsepsi_Alternatif_dan_Perubahan_Konseptual_dalam_Pendidikan_IPA.PDF, pada tanggal 4 Januari 2016.


(24)

Dengan kata lain, guru ataupun buku teks bukan satu-satunya sumber informasi dalam pembelajaran. Siswa memiliki banyak sumber informasi yang dapat mereka gunakan untuk belajar.

Ciri-ciri dari sistem pembelajaran konstruktivisme, yaitu: (a) memandang sebuah kegagalan atau keberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat sebagai interpretasi yang berbeda yang harus dihargai; (b) kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan, kontrol belajar dipegang oleh peserta didik; (c) tujuan pembelajaran menekankan pada penciptaan pemahaman, yaitu menuntut aktivitas kreatif-produktif dalam konteks nyata.3 Diharapkan siswa yang dihasilkan dari sistem pembelajaran konstruktivisme adalah siswa yang mempunyai pengetahuan secara bermakna, aktivitas belajar dalam konteks nyata, menekankan pada proses, menuntut pemecahan suatu masalah, dan menekankan proses evaluasi yang merupakan bagian dari belajar. Prinsip dasar dalam pembelajaran konstruktivisme adalah siswa harus aktif membangun pengetahuan dan keterampilannya.

Berdasarkan penjelasan para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar menurut teori konstruktivisme merupakan suatu proses dimana siswa membangun pengetahuannya karena adanya pengalaman-pengalaman baru dalam hidupnya. Pengalaman tersebut dapat terjadi melalui interaksi antara siswa dengan fenomena dan lingkungan belajarnya di sekolah maupun masyarakat. Di dalam teori pembelajaran konstruktivisme, guru harus menyediakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan proses pembelajaran yang bermakna.

2. Model Project Based Learning

a. Definisi Model Project Based Learning

Model Project Based Learning memiliki beberapa definisi, salah satunya menurut Educational Technology Division Ministry of Education yang mengemukakan bahwa:

3

Mubiar Agustin, Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran: Panduan untuk Guru,

Konselor, Psikolog, Orang Tua, dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Refika Aditama, 2014), Cet. 2, h. 92.


(25)

Project-based Learning (PBL) is a model for classroom activity that shifts away from the usual classroom practices of short, isolated, teacher-centred lessons. PBL learning activities are long-term, interdisciplinary, student-centred, and integrated with real-world issues and practices.4

Pernyataan ini mengemukakan bahwa Project Based Learning

merupakan model pembelajaran dengan aktivitas belajar yang bersifat

student-centered dan terkait dengan isu-isu dunia nyata.

Model Project Based Learning merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang dilakukan melalui pengerjaan proyek dalam jangka waktu tertentu melalui langkah-langkah sebagai berikut: persiapan/perencanaan, pelaksanaan, pembuatan laporan dan mengkomunikasikan hasil kegiatan serta evaluasi.5

Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek tersebut memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri.6 Dengan kata lain, Project Based Learning

merupakan strategi belajar mengajar yang melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat atau lingkungan.

Permasalahan yang dikaji dalam model Project Based Learning

merupakan masalah yang kompleks dan membutuhkan penguasaan

4

Educational Technology Division Ministry of Education, Project Based Learning

Handbook “Educating the Millennial Learner”, 2006, p. 3, diakases dari http://www. moe.edu.my/btp/wp-content/uploads/2011/07/Project%20Based%20Learning%20Handbook/2% 2 0-%20Project%20Based%20Learning%20Handbook.pdf, pada tanggal 26 Februari 2016.

5 Stevani Endah Purworini, “Pembelajaran Berbasis Proyek Sebagai Upaya

Mengembangkan Habit of Mind Studi Kasus di SMP Nasional KPS Balikpapan”, Jurnal

Pendidikan Inovatif, 1, 2006, h. 17, diakses dari https://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-1-no-2-stevani-endah-purworini.pdf, pada tanggal 4 Januari 2016.

6


(26)

berbagai konsep atau materi pelajaran dalam upaya penyelesaiannya. Dalam hal ini, siswa dilatih untuk melakukan analisis terhadap permasalahan, kemudian melakukan eksplorasi, mengumpulkan informasi, interpretasi, dan penilaian dalam mengerjakan proyek yang terkait dengan permasalahan yang dikaji.7

Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa agar siswa dapat memahami suatu konsep ataupun prinsip dengan melakukan investigasi dan mencari suatu solusi yang relevan serta dapat diimplementasikan dalam sebuah proyek, sehingga siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna. Project Based Learning memiliki proses pembelajaran yang panjang dan melibatkan siswa secara aktif, dimulai dari merancang, membuat dan menampilkan sebuah proyek yang dikerjakan. Produk yang dihasilkan terkait dengan sebuah penyelesaian masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat.

b.Landasan Teori Model Project Based Learning

Project Based Learning dilandasi pada teori yang dipaparkan oleh beberapa ahli, di antaranya:

1) Jean Piaget dan Lev Vygotsky

Teori dari model Project Based Learning yang pertama yaitu teori konstruktivisme.

Konstruktivisme yang menjelaskan bahwa individu membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan dan pengetahuan yang didapat masing-masing individu berbeda. Jadi, dengan cara melakukan penyelidikan, percakapan atau kegiatan, seseorang belajar membangun pengetahuan baru dengan mengaitkan pengetahuan yang telah diketahuinya.8

7

Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 172.

8

Michael M Grant, Getting a Grip on Project Based-Learning: Theory, Cases, and

Recommendations, Meridian a Middle School Computer Technologies Journal, Vol. 5, 2002, p. 2,

diakses dari https://www.ncsu.edu/meridian/win2002/514/project-based.pdf, pada tanggal 26


(27)

Piaget mengemukakan bahwa anak-anak lahir membawa potensi rasa ingin tahu dan terus-menerus berusaha untuk memahami dunia sekitarnya. Pada semua tahap perkembangan, kebutuhan anak untuk memahami lingkungan akan memotivasi anak untuk menyelidiki dan membangun pengetahuannya. Piaget mengemukakan bahwa terdapat tiga tahap dalam proses belajar, antara lain: (1) asimilasi, yaitu proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam pikiran anak; (2) akomodasi, yaitu penyusunan struktur kognitif ke dalam situasi yang baru; dan (3) ekuilibrasi, yaitu penyesuaian antara asimilasi dan akomodasi. Vygotsky mengemukakan “Dalam upaya memahami pengalaman baru, seseorang akan mengaitkan pengetahuan yang didapat dengan pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya dan akan membangun makna yang baru”. 9

Kesimpulan dari uraian tersebut adalah teori konstruktivisme beranggapan bahwa seseorang membangun sendiri pengetahuannya. Piaget mengemukakan bahwa perkembangan anak dalam belajar melalui 3 tahap, yaitu: asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Dimana ketiga proses tersebut sangat penting dalam perkembangan kognitif anak. Sedangkan menurut Vygotsky interaksi sosial dengan orang lain akan menambah pengalaman dan mengembangkan intelektual siswa.

2) John Dewey

Teori pendukung lainnya berasal dari gagasan John Dewey tentang “learning by doing”,10 yaitu proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan-tindakan tertentu sesuai dengan tujuannya, terutama proses penguasaan anak tentang bagaimana melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Dewey memandang sekolah dapat mencerminkan

9

Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu: untuk

Meningkatkan Profesionalitas Guru, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), Cet. 2, h. 12-13.

10


(28)

masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk penyelidikan kehidupan nyata dan pemecahan masalah.11

3) Jorome Bruner

Teori penemuan atau dikenal dengan Discovery Learning yang dikemukakan oleh Bruner merupakan model pembelajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur disiplin ilmu, siswa aktif dalam proses pembelajaran dan pembelajaran sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi. Bruner juga mendeskripsikan proses pada saat siswa dibantu untuk menuntaskan suatu masalah tertentu yang melampaui kemampuan perkembangan siswa itu melalui bantuan guru atau orang yang lebih menguasai masalah itu.12

Terdapat tiga bentuk penyajian materi ajar, yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Penyajian dalam bentuk enaktif memperhatikan pengalaman langsung, penyajian ikonik dapat dalam bentuk tiruan, sedangkan penyajian secara simbolik yaitu dalam bentuk simbol, rumus, atau kata-kata.13

Dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran konstruktivisme siswa yang membangun pengetahuannya, guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator, sehingga siswa berpikir dan memecahkan masalah secara mandiri. Kecuali masalah tersebut melampaui kemampuan siswa, maka guru harus membantu siswa menuntaskan masalah tersebut.

c. Karakteristik Model Project Based Learning

Fokus pembelajaran pada model Project Based Learning terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas yang lain, sehingga memberi kesempatan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam

11

Rusmono, Op. Cit., h. 12.

12

Ibid.,h. 15.

13

Nuryani Rustaman, dkk, Strategi Pembelajaran Biologi, (Jakarta: Universitas Terbuka,


(29)

mengkonstruksi pengetahuan dan mencapai tujuan akhir untuk menghasilkan produk nyata.

Project Based Learning memiliki empat karakteristik yang merupakan ciri yang membedakan model ini dengan model pembelajaran lain. Karakteristik tersebut disajikan dalam Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1. Karakteristik Model Project Based Learning

Karakteristik utama Project Based Learning

I. ISI: Memuat gagasan orisinil 1. Masalah kompleks

2. Siswa menemukan hubungan antar gagasan yang diajukan 3. Siswa berhadapan pada masalah yang ill-defined

4. Pertanyaan cenderung mempersoalkan masalah pada dunia nyata

II. KONDISI: Mengutamakan otonomi siswa 1. Melakukan inquiry dalam konteks masyarakat

2. Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efisien 3. Siswa belajar penuh dengan kontrol diri

4. Mensimulasikan kerja secara professional

III. AKTIVITAS: Investigasi kelompok kolaboratif 1. Siswa berinvestigasi selama periode tertentu 2. Siswa melakukan pemecahan masalah kompleks

3. Siswa memformulasikan hubungan antar gagasan orisinilnya untuk membangun keterampilan yang baru

4. Siswa menggunakan teknologi otentik dalam memecahkan masalah 5. Siswa melakukan umpan balik mengenai gagasan mereka

berdasarkan respon ahli atau dari hasil tes

IV. HASIL: Produk nyata

1. Siswa menunjukkan produk nyata berdasarkan hasil investigasi mereka

2. Siswa melakukan evaluasi diri

3. Siswa responsive terhadap segala implikasi dari kompetensi yang dimilikinya

4. Siswa mendemonstrasikan kompetensi sosial, manajemen pribadi, regulasi belajarnya.14

Berdasarkan pada beberapa karakteristik dalam tabel 2.1, maka dapat disimpulkan bahwa Project Based Learning memiliki karakteristik yang

14


(30)

membedakannya dengan model pembelajaran lain, seperti fokus pada permasalahan dunia nyata, melakukan investigasi untuk memecahkan masalah, dan menghasilkan produk nyata sebagai solusi dari sebuah masalah.

d. Prinsip-Prinsip Model Project Based Learning

Model Project Based Learning memiliki beberapa prinsip, yaitu

Centrality, Driving question, Constructive investigation, Autonomy, dan

Realism.15

Centrality atau keterpusatan, memiliki makna bahwa kerja proyek dalam model Project Based Learning merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Dalam Project Based Learning, proyek merupakan strategi pembelajaran. Melalui proyek tersebut siswa belajar konsep-konsep inti disiplin ilmu.

Driving question atau berfokus pada pertanyaan atau masalah, pembelajaran dengan model Project Based Learning berfokus pada pertanyaan atau masalah yang mampu memotivasi dan menumbuhkan kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran.

Constructive investigation atau investigasi konstruktif, yaitu proyek harus disesuaikan dengan kemampuan siswa dan proyek yang dijalankan harus memberikan keterampilan pengetahuan baru bagi siswa.

Autonomy atau otonomi, pada model Project Based Learning aktivitas siswa sangat penting. Siswa sebagai pemberi keputusan dan berperan sebagai pencari solusi (problem solver).

Realism atau realisme, kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional.

Lima prinsip yang telah dipaparkan tersebut harus ada dalam model

Project Based Learning, karena prinsip itulah yang menunjukkan bahwa

15

John W. Thomas, a Review of Research on Project-Based Learning, p. 3, diakses dari


(31)

model Project Based Learning mengutamakan aktivitas siswa dalam menghimpun konsep dan pengetahuannya.

e. Langkah-Langkah Model Project Based Learning

Pelaksanaan Project Based Learning dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut didasarkan pada tahap pembelajaran konstruktivisme.

Langkah-langah Project Based Learning menurut Educational Technology Division Ministry of Education, yaitu sebagai berikut: 1) Start with the Essential Question, pembelajaran dimulai dengan pertanyaan yang esensial, yaitu pertanyaan yang dapat mengeksplorasi pengetahuan awal siswa. Dan pertanyaan tersebut dapat melibatkan siswa secara aktif dalam masalah yang akan diatasi oleh siswa; 2) Design a Plan for the Project, perencanaan proyek yang dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan siswa dalam menentukan aturan pengerjaan proyek tersebut. Pada tahap ini, guru membimbing siswa dalam menentukan judul yang tepat dengan materi dan permasalahannya; 3) Create a Schedule, tahap ini merupakan tahap dimana guru dan siswa menyusun jadwal kegiatan dalam pengerjaan proyek. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini, diantaranya membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, membuat deadline

penyelesaian proyek, dan membantu siswa untuk dapat mengatur waktu; dan d) Membantu siswa untuk menyusun jadwal tugas-tugas; 4) Monitor the Students and the Progress of the Project, pada tahap ini guru bertanggung jawab untuk memonitor atau mengontrol perkembangan siswa selama melakukan proyek. Untuk mempermudah proses monitoring, guru harus membuat rubrik untuk menilai perkembangan kinerja kelompok dan menilai hasil proyeknya; 5) Assess the Outcome, dilakukan

penilaian produk akhir siswa. Penilaian bertujuan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar dan tujuan pembelajaran. Penilaian ini juga dapat membantu guru untuk menyusun strategi pembelajaran berikutnya agar lebih efektif; dan 6) Evaluate the Experience, pada tahap


(32)

terakhir ini guru bersama dengan siswa melakukan evaluasi atau refleksi terhadap aktivitas dan produk akhir dari proyek yang sudah dilakukan.16

Terdapat tahap evaluasi atau refleksi pada tahapan akhir pembelajaran. Guru meminta siswa untuk mengungkapkan pengalamannya selama melakukan tugas proyek. Hal ini penting agar seluruh siswa mengetahui apa saja pengalaman dan kendala yang dihadapi teman-temannya. Selain itu, dilakukan juga diskusi untuk mengevaluasi kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhir pembelajaran siswa mengetahui apa kekurangan dalam kegiatan proyek yang telah dikerjakan. Hal ini dapat menumbuhkan motivasi serta keingintahuan siswa untuk terus mencoba dan menemukan hal yang baru.

Terdapat 9 tahapan pada model Project Based Learning, yaitu: 1) Guru mempersiapkan suatu set untuk melakukan proyek yang relevan dengan kehidupan sehari-hari; 2) Siswa mendesain proyek yang akan dikerjakan; 3) Siswa mendiskusikan dan mengumpulkan informasi yang mendukung proyek; 4) Guru dan siswa mendiskusikan kriteria untuk mengevaluasi proyek; 5) Siswa mengumpulkan alat dan bahan yang diperlukan untuk mengerjakan proyek; 6) Siswa membuat proyek; 7) Siswa mempersiapkan diri untuk presentasi proyek yang telah dikerjakan; 8) Siswa mempresentasikan proyek masing-masing; dan 9) Siswa melakukan refleksi proses dan evaluasi proyek berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.17

Menurut Malaysia Ministry of Education ada empat dasar dalam melaksanakan model Project Based Learning, diantaranya: 1) Membuat kelompok dari tiga atau lebih siswa untuk bekerjasama dalam sebuah proyek dalam waktu yang telah ditentukan; 2) Memperkenalkan siswa dengan proyek yang akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan awal yang dapat memancing siswa untuk belajar lebih lanjut dan mengarahkan

16

Educational Technology Division Ministry of Education, Op. Cit., p. 22-25.

17

Andi Stix and Frank Hrbek, Chapter 11: The Nine Steps of Project Based Learning,

2014, p. 166, diakses dari http://www.ascd.org/publications/books /106031/chapters/ The_Nine_


(33)

mereka untuk membuat proyek; 3) Susun kalender penyelesaian proyek, mulai dari membuat rancangan, mewujudkan proyek, sampai presentasi produk atau memamerkannya; dan 4) Memberikan penilaian dan umpan balik atas pengerjaan proyek dan produk yang dibuat.18

Berdasarkan beberapa tahapan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa secara umum Project Based Learning meliputi tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tahap perencanaan merupakan tahap dimana siswa mempersiapkan proyek, merancang proyek, dan mencari informasi yang mendukung; tahap pelaksanaan yaitu siswa mengatur jadwal kegiatan dan membuat proyek; tahap evaluasi, merupakan tahap akhir ketika siswa melakukan presentasi produk kemudian guru mengevaluasi kekurangan agar siswa dapat memperbaikinya. Pada tahap ini dilakukan refleksi oleh guru bersama dengan siswa untuk saling berbagi pengalaman masing-masing.

f. Kelebihan Model Project Based Learning

Beberapa keutamaan yang diperoleh dengan menerapkan model

Project Based Learning, yaitu sebagai berikut: 1) Melibatkan siswa dalam permasalahan dunia nyata yang kompleks, yang membuat siswa dapat mendefinisikan isu atau permasalahan yang bermakna bagi dirinya; 2) Membutuhkan proses inkuiri, penelitian, keterampilan merencanakan, berpikir kritis, dan keterampilan menyelesaikan masalah dalam upaya membuat proyek; 3) Melibatkan siswa dalam belajar menerapkan pengetahuan dan keterampilan dengan konteks yang bervariasi ketika bekerja membuat proyek; 4) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar dan melatih keterampilan interpersonal ketika bekerja sama dalam kelompok dan orang dewasa; 5) Memberikan kesempatan pada siswa untuk melatih keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup dan bekerja (mengalokasikan waktu, bertanggungjawab, belajar melalui pengalaman, dan lain sebagainya); dan 6) Mencakup aktivitas refleksi yang

18


(34)

mengarahkan siswa untuk berpikir kritis tentang pengalaman dan menghubungkan pengalaman tersebut pada standar belajar.19

Penggunaan model PjBL dapat memberikan keuntungan bagi siswa, guru, dan perkembangan kualitas sekolah, seperti yang disebutkan berikut: 1) Mempersiapkan siswa berada dalam dunia kerja yang sebenarnya; 2) Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, dan mendorong kemampuan siswa untuk melakukan pekerjaan penting; 3) Menghubungkan pembelajaran di sekolah dengan dunia nyata. Dengan melaksanakan proyek siswa tidak hanya menghafal fakta, namun juga menghubungkan dan berpikir bagaimana mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya ke dalam kehidupan sehari-hari; 4) Memberikan kesempatan kolaboratif untuk membangun pengetahuan. Pembelajaran kolaboratif memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan yang akan diperlukan di tempat kerja; 5) Meningkatkan kemampuan-kemampuan komunikasi dan sosial; 6) Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah; 7) Memberikan kesempatan untuk berkontribusi ke sekolah atau komunitasnya; 8) Meningkatkan keterampilan siswa untuk menggunakan informasi dengan beberapa disiplin ilmu yang dimiliki; 9) Meningkatkan kepercayaan diri siswa; dan 10) Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan teknologi dalam belajar.20

Keuntungan dari model PjBL yaitu dapat memberikan siswa pengalaman yang sangat berharga, meningkatkan motivasi serta minat siswa dalam belajar. Siswa juga dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berpikir kritis, kemampuan mengatur sebuah proyek dan kemampuan lainnya yang akan dibutuhkan siswa dalam dunia kerja. PjBL menghubungkan materi di kelas dengan kehidupan sehari-hari, sehingga akan membuat siswa lebih banyak mengingat pengetahuan ketika mereka melakukan proyek. Dengan adanya proyek,

19

Sani, Op. Cit., h. 176-177.

20

Jennifer Railsback, Project Based-Instruction: Creating Excitement for Learning, 2002,

p. 9-10, diakses dari http://educationnorthwest.org/sites/default/files/projectbased.pdf, pada


(35)

siswa dilatih untuk menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi daripada menghafal fakta-fakta.

g. Kendala dalam Model Project Based Learning

Model PjBL juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya: 1) membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk; 2) membutuhkan biaya yang cukup banyak; 3) membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar; 4) membutuhkan fasilitas, bahan, dan alat yang memadai; 5) tidak sesuai untuk siswa yang mudah menyerah dan tidak memiliki pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan; 6) kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok.21

Kekurangan ini dapat diatasi oleh guru dengan cara memaksimalkan pemanfaatan fasilitas yang ada atau bisa dengan cara mendesain proyek sesuai dengan keadaan siswa, kelas, dan sekolah masing-masing. Dalam hal ini, peran guru menjadi sangat penting agar pembelajaran yang dilakukan dapat tetap bermakna dan memberi motivasi kepada siswa walaupun dalam kondisi yang kurang memadai.

3. Kemampuan Analisis

a. Definisi Kemampuan Analisis

Kemampuan analisis merupakan kemampuan awal yang perlu dikembangkan untuk mencapai kemampuan berpikir kritis.22 Hal serupa ditegaskan dengan pernyataan bahwa salah satu elemen yang harus selalu ada dalam kemampuan bernalar kritis ini adalah kemampuan analisis.23 Karakteristik yang terdapat pada orang yang berpikir kritis, salah satunya yaitu dapat menganalisis berbagai pendapat dan bias.

21

Sani, Op. Cit., h. 177-178.

22

Sandra Atikasari, Wiwi Isnaeni, Andreas Priyono Budi Prasetyo, “Pengaruh Pendekatan

Problem-Based Learning dalam Materi Pencemaran Lingkungan terhadap Kemampuan Analisis”,

Unnes Journal of Biology Education, 1 (3), 2012, h. 18, diakses dari http://journal.unnes.ac.id/artikel_sju/pdf/ujbe/1496/1443, pada tanggal 29 Maret 2016.

23

Patrisius Istiarto Djiwandono, Kemampuan Analisis Sebagai Bekal Bernalar Kritis, 2013,

h. 1, diakses dari https://www.academia.edu/4005152 /KEMAMPUAN_ANALISIS_ SEBAGAI_


(36)

Kemampuan analisis merupakan kemampuan dasar bagi siswa untuk dapat berpikir kritis dan termasuk salah satu kemampuan kognitif tingkat tinggi yang penting untuk dikuasai siswa dalam pembelajaran. Adapun tingkatan dimensi kognitif menurut taksonomi Bloom revisi, kemampuan menganalisis berada pada tingkatan keempat (C4) setelah mengingat, memahami, dan mengaplikasikan. Urutan taksonomi Bloom revisi dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1. Taksonomi Bloom Revisi

Berdasarkan gambar 2.1, dapat dilihat bahwa analyzing (analisis) dalam ranah kognitif berada di jenjang keempat (C4) setelah mengingat, memahami, dan mengaplikasikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa jika siswa bisa melakukan analisis terhadap suatu konsep atau pengetahuan, maka seharusnya siswa juga telah bisa menghafal, memahami, dan mengaplikasikan konsep atau pengetahuan tersebut.

Proses-proses kognitif yang termasuk dalam ranah kemampuan analisis, yaitu membedakan (differentiating), mengorganisasikan (organizing), dan mengatribusikan (attributing).

Membedakan (differentiating), yakni melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah konsep. Sehingga siswa dapat menentukan bagian mana saja yang termasuk dalam materi pelajaran yang relevan. Pada pembelajaran sains, tujuannya ialah menentukan tahapan pokok dalam cara kerja sesuatu. Contohnya siswa


(37)

diminta untuk menggambarkan proses terjadinya petir dan kemudian diperinci menjadi tahapan pokok.

Mengorganisasikan (organizing), yakni melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen ini membentuk sebuah struktur yang koheren. Siswa mula-mula mengidentifikasi elemen-elemen yang relevan kemudian menentukan sebuah struktur yang terbentuk dari elemen tersebut. Pada pembelajaran sains, siswa belajar menganalisis laporan-laporan penelitian berdasarkan 4 poin, yaitu hipotesis, metode, data dan kesimpulan kemudian siswa diminta untuk membuat garis besar tentang laporan penelitian tersebut.

Mengatribusikan (attributing), yakni ketika siswa dapat menentukan sudut pandang, pendapat, nilai, atau tujuan dibalik komunikasi atau informasi. Contohnya ketika siswa diberi informasi, siswa dapat menentukan sudut pandang atau tujuan penulis.24

Pengembangan kemampuan menganalisis bertujuan untuk: 1) membedakan fakta dari opini; 2) menghubungkan kesimpulan dengan pertanyaan-pertanyaan pendukungnya; 3) membedakan materi yang relevan dari yang tidak relevan; 4) menghubungkan ide-ide; 5) menangkap asumsi-asumsi yang tidak dikatakan dalam perkataan; 6) membedakan ide-ide pokok dari ide-ide-ide-ide turunannya atau menentukan tema-tema puisi atau musik; 7) menemukan bukti pendukung tujuan pengarang.25

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan analisis merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa. Kategori dimensi kognitif tersebut saling terkait, sehingga kemampuan analisis tidak mungkin dicapai oleh siswa apabila siswa tidak menguasai aspek-aspek kognitif sebelumnya, seperti pengetahuan, pemahaman dan

24

Lorin W Anderson, David R Krathwohl (eds), Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,

Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terjemahan dari A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives

oleh Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 121-124.

25


(38)

aplikasi. Selain itu, kemampuan analisis juga dapat digunakan sebagai dasar untuk siswa memecahkan suatu permasalahan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa kecerdasan analisis merupakan komponen pertama dari kecerdasan kesuksesan. Kecerdasan analisis melibatkan arah sadar proses mental dalam menemukan sebuah pemecahan masalah dengan berpikir secara mendalam. Diaplikasikannya kemampuan analisis dalam memecahkan masalah yaitu dengan enam langkah, sebagai berikut: 1) pengenalan masalah; 2) pendefinisian masalah; 3) perumusan strategi pemecahan masalah; 4) representasi informasi; 5) alokasi sumber daya; dan 6) monitoring dan evaluasi.26

b. Hubungan Model Project Based Learning dengan Kemampuan Analisis

Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk memecahkan masalah sehari-hari dan bekerja dalam tim atau kelompok.27 Untuk dapat memecahkan masalah, siswa dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, salah satunya yaitu kemampuan menganalisis.

Kemampuan analisis termasuk problem solving skills yang sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah baik yang kompleks terstruktur maupun tidak terstruktur. Dalam menyelesaikan masalah siswa dituntut menggabungkan konsep yang sudah diperoleh dan mengkonstruksi pengetahuan barunya. Lundeberg menyatakan bahwa “menyelesaikan masalah membutuhkan pembelajar yang berpikir kritis, analisis, menggunakan kognitif, reflektif dan mengambil keputusan. Kemampuan

26

Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21; Kritik MI, EI, SQ, AQ & Successful

Intelligence Atas IQ, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 257.

27Lindawati, Siska Desy Fatmariyanti, Arif Maftukhin, “

Penerapan Model Pembelajaran

Project Based Learning untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa MAN I Kebumen”, Jurnal Radiasi, Vol 3, No 1, 2013, h. 43, diakses dari http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/radiasi /article/download/649/625, pada tanggal 29 Maret 2016.


(39)

menganalisis yang dikembangkan akan membantu siswa mencapai prestasi yang maksimal”.28

Kesimpulan berdasarkan uraian tersebut yaitu kemampuan analisis sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Menganalisis dapat digunakan untuk memecahkan masalah sehingga siswa dapat menemukan alternatif solusi bagi masalah tersebut. Kemampuan analisis yang dikembangkan akan membantu siswa mencapai hasil belajar yang maksimal.

4. Pembelajaran Biologi

Pelajaran IPA mencakup bahan kajian tentang biologi merupakan mata pelajaran yang dapat menanamkan dan mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai ilmiah kepada siswa. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.29

Pembelajaran biologi mengajak siswa untuk mengenal alam sekitar. Guru dapat melakukannya dengan pemberian pengalaman kepada siswa. Dalam kegiatan ini siswa dilatih untuk mencari tahu dan melakukan eksperimen, untuk mengembangkan kemampuannya, salah satunya yaitu kemampuan analisis.

Selama kegiatan mencari tahu siswa mengembangkan proses keterampilan penyelidikan, seperti mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan

28Median Agus Priadi, Suciati Sudarisman, Suparmi, “

Pembelajaran Biologi Model PBL

Menggunakan Eksperimen Laboratorium dan Lapangan Ditinjau dari Kemampuan Berfikir Analisis dan Sikap Peduli Lingkungan”, Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS,

2012, h. 325, diakses dari http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/article/view/1097/718,

pada tanggal 29 Maret 2016.

29

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:


(40)

informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya.30

Masalah yang dapat diberikan kepada siswa salah satunya mengenai lingkungan. Masalah lingkungan merupakan masalah yang kompleks. Kompleksitas permasalahan lingkungan tidak cukup diajarkan dengan metode ceramah yang bersifat teacher-centered learning, namun harus diajarkan dengan metode yang bersifat konstruktivisme sehingga siswa membangun sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman langsung. Siswa dapat mengaitkan konsep yang telah dimiliki dengan fenomena di lingkungan sekitar, sehingga siswa dapat menemukan pemecahan masalah secara mandiri dan juga mendapatkan pembelajaran yang lebih bermaknadan menarik.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Belum ditemukan penelitian yang mengukur pengaruh model PjBL terhadap kemampuan menganalisis siswa. Tetapi terdapat beberapa hasil penelitian yang relevan sebagai sumber kajian pustaka, diantaranya:

1. Hasil penelitian oleh Dini, menunjukkan bahwa thitung > ttabel atau 2,79 > 2,00.

Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 95% hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara skor rata-rata

post-test kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek dalam konsep bunyi berpengaruh terhadap hasil belajar fisika dibandingkan dengan kelas kontrol dengan pembelajaran pendekatan konvensional.31

2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh S. Atikasari, dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan Problem Based Learning

berpengaruh positif terhadap kemampuan analisis siswa.32 Kelas dengan

30

Ibid., h. 48.

31Dini Rahmawati, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Hasil Belajar

Fisika Siswa”, Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011, h. 62-63.

32


(41)

pembelajaran PBL lebih bisa beradaptasi dengan tipe soal yang memacu kemampuan analisisnya.33

3. Berdasarkan hasil penelitian Pardjono dan Wardaya, bahwa pembelajaran berbasis pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan kognitif tingkat tinggi siswa berupa kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi dan juga dapat meningkatkan keaktifan siswa. Kemampuan analisis siswa meningkat akibat dari penggunaan pembelajaran berbasis pemecahan masalah. Jumlah siswa yang mengalami peningkatan kemampuan ini 12 orang atau 33,3%.34

4. Berdasarkan hasil penelitian P. Arimbawa, disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan MPBP dan konvensional (F = 166,788; p < 0,05). Nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah IPA kelompok MPBP yaitu 58,33 dengan kategori cukup sedangkan konvensional yaitu 41,20 dengan kategori kurang.35

5. Berdasarkan hasil penelitian Dewi, disimpulkan bahwa Project Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar, kemampuan berpikir kritis dan kognitif serta melatih kreativitas siswa. Dengan pembelajaran berbasis proyek siswa menjadi mandiri dalam belajar, memotivasi dan melatih siswa untuk bekerjasama dalam tim, serta memunculkan ide-ide kreatif, yang pada akhirnya dari proyek ini siswa menghasilkan produk yang dapat menunjukkan pemikiran mereka secara kritis. Dengan demikian maka pembelajaran secara kontekstual melalui pembelajaran proyek dapat membantu pemahaman siswa

33

Ibid., h. 21.

34 Pardjono dan Wardaya, “

Peningkatan Kemampuan Analisis, Sintesis, dan Evaluasi

Melalui Pembelajaran Problem Solving”, Cakrawala Pendidikan, Th. XXVIII, No. 3, November

2009, h. 267-268, diakses dari https://core.ac.uk/download/files/335/11061713.pdf, pada tanggal 5

Januari 2016.

35

P. Arimbawa, I W. Sadia, dan I N. Tika, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek

(MPBP) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah IPA Sehari-hari Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa”, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program

Studi IPA, Vol. 3, 2013, h. 9-10, diakses dari


(42)

dan meningkatkan kemampuan kognitif mulai dari menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan mencipta.36

6. Berdasarkan penelitian Asri Widowati, dapat diambil kesimpulan bahwa kreativitas mahasiswa dalam membuat media pembelajaran Biologi dapat dikembangkan dengan baik melalui penerapan pendeketan Project Based Learning (PBL). Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya delapan kelompok yang kreativitasnya berkategori baik, dan empat kelompok berkategori cukup.37

7. Berdasarkan hasil penelitian Milla, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh sigifikan (F= 6,39, db= 1, p= 0,01) dalam penerapan model PjBL (project based learning) pada materi pengelolaan lingkungan terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas VII di SMP negeri 2 balung serta terdapat perbedaan yang signifikan (F= 6,89, db= 39,06, p=0,00; F= 3,87, db= 39,33, p= 0,00) dalam penerapan model PjBL dengan model konvensional pada materi pengelolaan lingkungan terhadap kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar afektif.38

C. Kerangka Berpikir

Penerapan model Project Based Learning diharapkan efektif untuk dapat meningkatkan kemampuan menganalisis berdasarkan kajian teori yang telah

36Dewi Insyasiska, Siti Zubaidah dan Herawati Susilo, “Pengaruh

Project Based Learning

terhadap Motivasi Belajar, Kreativitas, Kemampuan Berpikir Kritis, dan Kemampuan Kognitif

Siswa Kelas X Mata Pelajaran Biologi di SMAN 1 Batu”, Tesis Progam Pascasarjana UM, 2013,

diakses dari http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/24805, pada tanggal 31

Maret 2016.

37 Asri Widowati dan Sukarni Hidayati, “Pengembangan Kreativitas Mahasiswa dalam

Pembuatan Media pada Mata Kuliah TPB dengan Pendekatan Project Based Learning”, Makalah

dipresentasikan dalam Seminar Nasional Jurdik Biologi tema “Biologi, Lingkungan, dan Pembelajarannya” Pada Hari Sabtu, 4 Juli 2009 di FMIPA UNY, h. 9, diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132319972/Pengembangan%20Kreativitas%20Mahasiswa

%20dalam%20Pembuatan%20Media%20Semnas%20Bio%20FMIPA%20UNY%20200.pdf, pada

tanggal 29 Maret 2016.

38

Milla Minhatul Maula, “Pengaruh Model PjBL (Project Based Learning) terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pengelolaan Lingkungan”,

Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Jember, 2014, h. 9, diakses dari http://repository.unej.ac.id/ bitstream

/handle/123456789/59880/Milla%20Minhatul%20Maula%20-%20100210103089_1.pdf? sequenc


(43)

diuraikan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan kerangka berpikir yang disajikan pada Gambar 2.2 berikut ini:

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berpikir

Pembelajaran biologi merupakan pembelajaran yang kompleks. Dalam pembelajaran biologi siswa tidak hanya sekedar menghafal istilah maupun fakta-fakta, tetapi juga mengaitkan konsep materi biologi dengan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar. Karena pada hakikatnya, biologi merupakan pelajaran yang mengajak siswa untuk mengenal diri sendiri, makhluk hidup lainnya, hubungan antar makhluk hidup dan hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya.

Siswa dilatih kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk dapat mengaitkan informasi yang telah diketahuinya dengan permasalahan yang terjadi di sekitar. Kemampuan menganalisis merupakan kemampuan dasar untuk siswa dapat

Rendahnya kemampuan analisis siswa

Kurang optimalnya penerapan model pembelajaran yang dapat melatih dan mengembangkan kemampuan analisis siswa serta

pembelajaran masih bersifat teacher centered. Pembelajaran IPA di sekolah

Pembelajaran dimulai dengan suatu permasalahan dimana siswa

diminta untuk memecahkan masalah tersebut dan merancang sebuah proyek untuk ditampilkan

diakhir pembelajaran Membutuhkan model

pembelajaran yang dapat melatih kemampuan analisis siswa dan

bersifat student centered

Model Project Based Learning

Kemampuan menganalisis siswa meningkat


(44)

memecahkan suatu permasalahan. Untuk dapat meningkatkan kemampuan analisis, maka dibutuhkan model pembelajaran yang tepat. Salah satunya dengan model Project Based Learning, yaitu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk membuat sebuah proyek yang berkaitan dengan permasalahan di lingkungan sekitar. Dengan pembelajaran ini, siswa merancang sebuah proyek, mengelola informasi yang dikumpulkan untuk dapat menyusun proyek realistis dan mencapai hasil akhir yaitu menciptakan sebuah produk.

Dengan menggunakan model Project Based Learning diharapkan siswa mendapatkan proses pembelajaran yang lebih bermakna, suasana belajar yang efektif dan kondusif, sehingga hasil belajar dan kemampuan menganalisis siswa dapat meningkat.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Terdapat pengaruh model Project Based Learning


(45)

29 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 87 Jakarta yang berlokasi di Jl. Mawar II, Bintaro. Adapun waktu penelitian yaitu pada semester ganjil tanggal 18 November – 14 Desember 2015 tahun ajaran 2015/2016. Jadwal penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian di SMA Negeri 87 Jakarta

No Hari, Tanggal Kegiatan

1 Rabu, 18 November 2015 Pretest konsep Protista di kelas kontrol dan kelas eksperimen

2 Kamis, 19 November 2015

Pertemuan 1 di kelas eksperimen tentang materi ciri umum Protista dan ciri-ciri, habitat, reproduksi, klasifikasi serta peranan Protista mirip hewan (protozoa)

3 Jum’at, 20 November 2015

Pertemuan 1 di kelas kontrol tentang materi ciri umum Protista dan ciri-ciri, habitat, reproduksi, klasifikasi serta peranan Protista mirip hewan (protozoa) 4 Kamis, 26 November 2015

Pertemuan 2 di kelas eksperimen tentang materi ciri-ciri, habitat, reproduksi, klasifikasi serta peranan Protista mirip tumbuhan (algae)

5 Jum’at, 27 November 2015

Pertemuan 2 di kelas kontrol tentang materi ciri-ciri, habitat, reproduksi, klasifikasi serta peranan Protista mirip tumbuhan (algae)

6 Kamis, 3 Desember 2015

Pertemuan 3 di kelas eksperimen tentang materi ciri-ciri, habitat, reproduksi, klasifikasi serta peranan Protista mirip jamur

7 Jum’at, 4 Desember 2015

Pertemuan 3 di kelas kontrol tentang materi ciri-ciri, habitat, reproduksi, klasifikasi serta peranan Protista mirip jamur

8 Senin, 14 Desember 2015 Posttest konsep Protista di kelas kontrol dan kelas eksperimen


(46)

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen

(eksperimen semu). Dalam penelitian quasi eksperimen tidak dilakukan randominasi untuk memasukkan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melainkan menggunakan subjek yang sudah ada sebelumnya. Dalam metode quasi eksperimen, kelompok kontrol tidak berfungsi secara penuh untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1

Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design, adapun desain penelitiannya dapat dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2. Nonequivalent Control Group Design2

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O3 X2 O4

Keterangan:

O1 dan O3 : Pretest (tes awal) yang diberikan sebelum dikenai perlakuan

(diberikan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen).

X1 : Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan model

Project Based Learning.

X2 : Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.

O2 dan O4 : Posttest (tes akhir) yang diberikan setelah proses belajar mengajar

berlangsung (pada kelas eksperimen dan kelas kontrol).

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.3 Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 87 Jakarta, sedangkan populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas X MIA SMA Negeri 87 Jakarta.

1

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011),

Cet. 13, h. 77.

2

Ibid, h. 79.

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka


(1)

Man

I

Kebumen", Jurnal Radiasi,

Vol3. No

1,

2013,h.43,

diakses dari

http ://eiournal.umowr. ac.idlindex.p

\ I

W

hp lr adtasil articlel downlo adl 6 49 I 62 5, pada tanggal 29 Maret 2016. 28 Median Agus Priadi, Suciati

Sudarisman, Suparmi,

"Pernbelajaran

Biologi

Model

PBI

Menggunakan Eksperimen

Laboratoriurr dan Lapangan Ditinjau dari Kemanlpuan

Berfikir

Analisis dan Sikap Peduli

Lingkungan",

SeminarNasional

IX

Pendidikan

Biologi

FKIP UNS, 2012, h. 325, diakses dari

hUCa urnat.n<ip. uns. ac.

pl pro sbto I articie I vi ew I I 097 / 7 1 8, pada tanggal 29 Maret 201 5.

?

29

Ztifiani,

Tonih

Feronika,

dan

Kinkin Suartini,

Strategi

Pembelajaran

Sains,

(Jakarta:

Lembaga Penelitian

UIN

Syarif

Hi<iayatullah, 2009), h. 48

?

\^

30 rbid.,

h.48.

r

\

31

Dini

Rahmawali, "Pengaruh Model

Panbelajaran

tserbasis

Proyek

telhadap

Hasil

Belajar

Fisika

Sisrva",

Slwipsi

Program

Studi

Pendidikan

Biologi

Jurusan

Pendidikan

Ilmu

Pengeiahuan

Alam

Fakultas

Ilmu

Tarbiyah

dan Keguruan Universitas

Islatr

Negeri

Syarif

Hidayatullah, J akarta, 2011,

h.62-63.

32 Atikasari, Op.

Cit., h.24.

?

JJ

Ibid.,h.2t.

v


(2)

Analisis, Sintesis, dan Evaluasi

Melalui

P embelaj aran Problern Solving", Calcrawala Pendidikan, Th.

XXVIII,

No. 3, November 2009, h. 267, diakses dari

https ://core. ac.uk/download/fi les/3 3

5 / I 10617 13.pdf , pada tanggal 5 Januari 2015.

35 P. Arimbawa, I

W.

Sadia, dan I N. Tika, "Pengaruh Model

Pembelaj aran Berbasis Proyek (MPBP) terhadap Kem ampuan Pemecahan N,Iasalah IPA Sehari-hari

Ditinjau

dari Motivasi Berprestasi Siswa", e-Journal Program Pascasa4' ana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA,

Vol. 3,2013,h.9-1C,

diakses dari http ://pasca.undiksha.ac.idle-j ournal/iniiex.php/j

urnaljp

a/arti cl e /viewF 1lel 852/ 507, pada tanggal 29 Maret 2016.

7

!a-

/l

I

ut^

I

I I I I

--l

I

L

I

36 Dewi Insyasiska, Siti Zubaidah dan Herawati Susilo, "Pengar.rh proj ect

B a s e d L e a'inin

g

terhadap Motivasi Belajar, Kreativitas, Kemampuan

Berpikir Kritis,

dan Kernampuan

Kognitif

Siswa Kelas

X

Mata Pelajaran

Biologi di SMAN

1

Batu",

Zesls Progam Pascasarjana UI|d,2013, diakses dari

btbiruarya-i lmiah. um. ac. idlindex.phi-r,/di sertasi/ article I view I 2480 5, pada tanggal 3 1 Maret 2016.


(3)

J/

Pembelajararnya" Pada

Hari

Sabtu,

4

Juli

2009 di

FMIPA

LII\IY, h. 9,

diakses dari

http ://staff.unlr. ac. idlsites/default/fi I

e s I I 3 23 I 9 9 7 2 I P engemb an gan%o2}

Kreativitas%2 OMahasi swa%2Odala

MPlenW

mnas%2 OBio %2 OFMIPA%2

0tINy

o/o20200.pdf

, pada tangg al 29

Maret

20t6.

</

/

No

BAB

III

ME'fODOLOGI

PENELITIAN

Pembimbins

Paraf

I

Pembimbins

2

1

Sugiyono,

Metode

Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan

R&D,

(Bandrpg; Alfabeta, 2011), Cet. 13,

h.77.

C/

2

Ibid,h.lg.

?

'r!,-J Suharsimi Arikunto, Pros edur

P enelitian : Suaht P endekatan

Praktik,

(Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2013),h.173.

r

\

Ll-=

4

Ibid.,h.

t74.

?

5 Sugiyono, Op. Cit.,

h.

102.

?

L/\ 6

Ibid.,h.

t42.

?

!

"./'

7

Zainal Arifin,

Evaluasi

Pembelajaran:

Prinsip,

Teloik,

Prosedur,

(Bandung:

PT

Rernaja Rosdakarya, 2010), Cet.

2,h.

1 53.

?

8 Sukardi, Metodolo

gi

P enelitian P endidikan : Komp etens

i

dan

Praktinya, (Jakarta: PT

Bumi

Aksara, 2013), Cet. 13,

h.122.

\

it-.


(4)

Penelitian,

(Yogyakarta:

Graha

Ilmu,20I2),h.

177.

r/

10 Ngalim Purwanto,

Prinsip-Prinsip

Dan

Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2013), Cet. 18, h. 139.

r

i

\^

t1

Sukardi, Op.

Cit.,h.

123.

O.

l2

Lampiran

29,h.187.

v

13 Lampiran 3, h. 98.

q/

\

t4

Arikunto,

Op. Cit., h. 221.

q'

\TL

15 Syofian Siregar, Statistika D es icrip

tif

untuk P eneliti an : Dilengkapi Perhitungan

Manual

dan Aplikas, ^tPS^l Yersi 17,

(Jakarta: PT Raja Grafindo persada,

20ll),

Cet.2,h.

ll6.

V

16

Ibid.,h.

t75.

r

t1

Nana Sudjana, Penilaian

Hasil

Proses Belajar Mengajar,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2012), Cet.

17,h.

137.

v

\h,-18 Lampiran

3,h.97.

?

t9

Arifin, Op.Cit.,h.

133.

c.

U==

20 Lampiran

3,h.97.

9.

2t

Sudjana, Metoda Statis tika, (Bandung: Tarsito, 2009),

h.

466-467.

?

\9---22 rbid.,

h.250.

r

23

Ibid.,h.23g.

v

ln

24

Yanti

Herlanti, Tanya Jawab S eputar P enelitian P endidikan

Sains,2006,h.

71, diakses dari http ://dhetik.weebl),. com/uplo ads/8/

I I 1 I 5 I 8 I 1 5 637 / tany a-jaw ab

-s eputar-p eneliti an-p endidikan.p

dl

pada tanggal 1 Maret 2016.

v

\ t1/' I ')v

I


(5)

25

Richard

R Hake,

AnaLyzing

ChangelGain

Scores,

diakses

dari http ://www.physics.indiana.

edl/-sd

i/AnalyzingChange-Gain.pdf,

pada

tanggal11 Maret 2016.

r

\

itr

No

BAB

IV

HASIL PENELITIAN

DAN PEMBAHASAN

Paraf

Pembimbins

1

Pembimbine

2

1 Lampiran 15,

h.

168-169.

I

2

Lampiran

19,

h.

i74-175.

9/

C

)L

J Lampiran 17,

h.

17 I

-t72.

?

4

Lampiran

21,h.

117 -778.

t/

\-.

5 Lampiran 27,

h.

1 84-1 85.

1/

6 Lampiran 28,

h.

186.

7 Lampiran 13,

h.

160-164.

9.

,

\t-a

U

8 Lampiran 14,

h.

165-166.

Y

9 Lampiran

76,h.770.

*

1

10 Lampiran

18,h.773.

?

11 Lampiran

20,h.176.

C/

l^

12 Lampiran

22,h.779.

?

13 Lampiran

23,h.180.

/

,h

14 Lampiran

24,h.I81.

?

\

15 Lampiran

25,h.182.

k

t

16 Lampiran

26,h.183.

{

17

Erica Baker,

et al., Project

Based

Learning Model:

Relevant

Learning

for

2l't

Century, 2017, p.

l,

diakses

dari

http ://www.fi

shwildlife.orelfiles/Co

7

nEd -Proj ect-b as ed-Learni n

gL-Model.pdl

pada

tanggal

1

Maret 2076.

18 Atikasari, Op. Crt., h.18.

V

I9

N. K.

D. Karina,

I. W.

Sadia, dan I.

W.

Suastra, "Pengaruh Model

Pembelajaran Berbasis Proyek

Terhadap Kemampuan P emecahan

[9-"

\

t

\


(6)

\j--Program Pascasarj ana Universitas Pendidikan Ganesha, Program

studi

IPA,

Yol4,2074,h.

g, diakses dari

http ://pasca. undiksha. ac.

idle-i ournal/index.php/jurnal_ipalarticle /81i0, pada tanggal 14 Januari 20L6.

,P

20 Ghokan Bas, Investigating the Effect of Project-Based Learning on Student's Acadernic

Achievement and Attitudes towards English Lesson, The Online

Journal of Netu Horizons in Education,

Vol

1,

2077,p.2,

diakses dari

http ://www.tojned.net/pdf/toinedvO

I i0a-0 1 .pdf, pada tanggal 29

Maret

2016.

Y

2t

Ibid.,p.9.

(-22

San,

Op.

Cit.,h.l75

7

\|"

23 Median Agus Priadi,

Op.Cit.,h.

326.

r

Pembimbing

I

Yang

Mengesahkan;

Jakarta,

16Maret2016

Pembimbing

II

S

RNidatun.

S.Si,

MA

NIP.

19750924 200604

2

001 2 001


Dokumen yang terkait

Pengaruh Model guided discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi (quasi eksperimen di SMAN 72 Jakarta Utara)

5 19 165

Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia siswa Pada Konsep Termokimia: Eksperimen di SMA Negeri 3 Tengerang Selatanl

0 11 133

Pengaruh problem based learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa pada konsep cahaya bernuansa nilai ( penelitian Quasi eksperimen di SMPTN 7 Tangerang)

4 21 71

Pengaruh Penggunaan Media Gambar Kartun Terhadap Hasil Belajar Ips Pada Siswa Kelas Viii Smp Al-Amanah, Setu Tangerang Selatan

2 23 191

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN SISWA : Quasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Membukukan Jurnal Penyesuaian di SMK Negeri 3 Bandung.

0 1 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI : Studi Quasi Eksperimen di SMA Negeri 2 Subang.

1 6 59

PENGARUH MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

0 1 45

PENGARUH MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBANTU INSTAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 8 SURAKARTA.

2 4 17

PENGARUH MODEL PROJECT BASED LEARNING TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM PERNAPASAN PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 NGEMPLAK.

0 0 2