MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI PEMBELAJARAN TARI NUSANTARA : Penelitian Tindakan Kelas Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B Melalui Tari Yamko Rambe Di PAUD Cahaya Indonesia Kavling IPTN Jalan Nusantara I
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK
USIA DINI MELALUI PEMBELAJARAN TARI NUSANTARA
(
Penelitian Tindakan Kelas Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B Melalui Tari Yamko Rambe Di PAUD Cahaya Indonesia Kavling IPTN JalanNusantara I No. VII Cihanjuang – Cimahi, Tahun Ajaran 2013-2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh : Rini Handayani
1008079
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
(2)
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA
DINI MELALUI PEMBELAJARAN TARI NUSANTARA
(Penelitian Tindakan Kelas Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B Melalui Tari Yamko Rambe Di PAUD Cahaya Indonesia Kavling IPTN Jalan
Nusantara I No. VII Cihanjuang – Cimahi, Tahun Ajaaran 2013-2014)
Oleh
Rini Handayani
1008079
Sebuah skripsi yang diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu
Pendidikan
@ Rini Handayani
Universitas Pendidikan Indonesia
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
RINI HANDAYANI
1008079
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA
DINI MELALUI PEMBELAJARAN TARI NUSANTARA
(Penelitian Tindak an Kelas Dalam Meningk atk an Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B Melalui Tari Yamk o Rambe Di PAUD Cahaya Indonesia Kavling IPTN Jalan Nusantara I No. VII Cihanjuang – Cimahi,
Tahun Ajaran 2013-2014 )
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I
Ali Nugraha, M.Pd
NIP. 19680525 199802 1 001
Pembimbing II
I Gusti Komang Aryaprastya, M.Hum.
NIP. 19770312 200812 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Ocih Setiasih, M.Pd
NIP.19600707 198601 2 001
(4)
LEMBAR PENGESAHAN
RINI HANDAYANI
1008079
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA
DINI MELALUI PEMBELAJARAN TARI NUSANTARA
(Penelitian Tindakan Kelas Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B Melalui Tari Yamko Rambe Di PAUD Cahaya Indonesia Kavling IPTN Jalan Nusantara I No. VII Cihanjuang –
Cimahi, Tahun Ajaran 2013-2014)
Disetujui dan disahkan oleh:
Penguji I Penguji II
Rudiyanto, S. Pd., M. Si Dr. Aan Listiana, M. Pd
NIP. 19740617 199903 1003 NIP. 19720803 200112 2002
Penguji III
Leli Kurniawati, S. Pd., M. Mus
NIP. 132 252 248
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Ocih Setiasih, M.Pd
NIP. 19600707 198601 2 001
(5)
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA
DINI MELALUI PEMBELAJARAN TARI NUSANTARA
(Penelitian Tindakan Kelas Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B Melalui Tari Yamko Rambe Di PAUD Cahaya Indonesia Kavling IPTN Jalan Nusantara I No. VII Cihanjuang –
Cimahi, Tahun Ajaran 2013-2014)
RINI HANDAYANI 1008079
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan tentang kemampuan motorik kasar anak kelompok B PAUD Cahaya Indonesia, yaitu anak belum dapat melakukan gerakan berjinjit, engkle dengan seimbang, berlari dengan fase melayang, dan gerakan lainnya. Hal ini memerlukan penelitian supaya mendapatkan penyelesaian dan inovasi pembelajaran baru, baik dalam metode maupun teknik penyampaian materi pembelajarannya. Permasalahan tersebut menjadi dasar pemikiran dalam mengetahui kondisi obyektif kemampuan motorik kasar anak kelompok B PAUD Cahaya Indonesia, meneliti kemampuan anak pada saat melaksanakan pembelajaran motorik kasar melalui pembelajaran tari nusantara, dan mengetahui peningkatan kemampuan anak setelah diberikan stimulus berupa pembelajaran tari nusantara. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model John Elliot. Pada setiap siklus terdiri dari beberapa tindakan. Setiap tindakan terdiri dari tiga langkah yaitu perencanaan, perencanaan tindakan disertai observasi atau pengamatan dan refleksi.Teknik pengumpulan data penelitian ini melalui observasi, dokumentasi, dan catatan lapangan. Setelah melaksanakan dua siklus penelitian, diperoleh data peningkatan melalui persentase sebagai berikut: siklus I; kategori Baik 15%, Cukup 64%, Kurang 21%. Dan siklus II adalah: Baik 78%, Cukup 18%, Kurang 4%. Dengan peningkatan persentase dan kemampuan peserta didik tersebut, maka penelitian ini telah berhasil meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia dini melalui pembelajaran tari nusantara (tari yamko rambe).
(6)
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
IM P ROVING M OTOR ABILITIES OF EARLY CHILDHOOD THROUGH THE LEARNING OF TRADITIONAL DANCE
( Classroom Action Research in Developing Gross Motor Ability Children Through Dance Group B Yamko Rambe In light of early childhood Indonesia Jalan Nusantara I Plot No.
IPTN . Cihanjuang VII - Cimahi , School Year 2013-2014 )
Rini Handayani ˡ, Ali Nugraha ² , I Gusti Komang A.³ (Responsible Person)
Early Chilhood Education Teachers Study Program Faculty Of Science Education
Indonesian University of Education
ABSTRACT
This research is conducted based on the problem related to the motor abilities of children in group B PAUD Cahaya Indonesia in which they cannot yet do some moves such as tiptoe, balanced engkle, run with phase dript, and other moves. These problems require to be researched to reach some conclusions and discover a new innovative learning method. These problems are the basis to understand the objective condition of children in group B PAUD Cahaya Indonsia’s motor abilities, investigating children abilities in doing activities through traditional dance learning. The method used in this research is John Elliot’s action research. These are several actions on each cycle in this method each action consists of three steps : planning, planning with observation, and reflection. The technic used in data collection is done through observation, doormentation, and field notes. After conducting two research cycles, the data obtained is as follows ; before cycle : Good 14%, sufficient 35%, poor 51% ; Cycle I: Good 15%, sufficient 64%, poor 21% ; Cycle II : Good 78%, sufficient 18%, poor 4%. As the result shows an increasing of the percentage, this research has been successful in improving motor abilities of early childhood through traditional dance learning.
(7)
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ...ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GRAFIK ...ix
DAFTAR DIAGRAM ... x
DAFTAR GAMBAR...xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 6
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian... 9
F. Sistematika Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN TEORI ... 11
A. Kemampuan Anak Usia Dini ... 11
1. Pengertian Motorik Kasar... 11
2. Tujuan Pembelajaran Motorik Kasar... 13
3. Konsep Pembelajaran Motorik Kasar... 14
B. Pembelajaran Tari Anak Usia Dini ... 17
1. Pengertian Seni Tari Anak Usia Dini ... 18
2. Tujuan Pembelajaran Tari Anak Usia Dini ... 19
3. Fungsi Seni Tari Untuk Anak Usia Dini ... 20
4. Karakteristik Tari Bagi Anak Usia Dini ... 20
(8)
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
1. Perkembangan Tari Nusantara ... 22
2. Jenis Tari Nusantara ... 24
3. Tari Nusantara Yang Berkembang di Tanah Papua ... 30
D. Penelitian Yang Relevan ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37
A. Lokasi Dan Subjek Penelian ... 37
B. Desain Penelitian... 37
C. Metode Penelitian ... 40
D. Definisi Operasional ... 41
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Hasil Penelitian 1. Kondisi Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B PAUD Cahaya Indonesia Sebelum diberikan Pembelajaran Tari Yamko Kambe ... 45
2. Penerapan Pembelajaran Tari Yamko Rambe dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B PAUD Cahaya Indonesia a. Proses Penerapan Pembelajaran Tari Nusantara Pada Siklus I ... 53
b. Proses Penerapan Pembelajaran Tari Nusantara Pada Siklus II ... 62
3. Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B PAUD Cahaya Indonesia setelah Diberikan Pembelajaran Tari Nusantara ... 72
B. Pembahasan 1. Kondisi Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B PAUD Cahaya Indonesia Sebelum diberikan Pembelajaran Tari Yamko Rambe ... 73
2. Penerapan Pembelajaran Tari Yamko Rambe dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B PAUD Cahaya Indonesia ... 74
3. Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B PAUD Cahaya Indonesia setelah Diberikan Pembelajaran Tari Nusantara ... 75
(9)
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara A. Kesimpulan ... 79 B. Saran... 80
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(10)
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
TABEL
2.1 Implementasi Pembelajaran Tari Nusantara dalam Meningkatkan Kemampuan
Motorik Dasar... 15
4.1 Profil Kepala Sekolah dan Pendidik PAUD ... 46
4.2 Profil Peserta Didik PAUD Cahaya Indonesia ... 47
4.3 Data Observasi Kemampuan Motorik Kasar Anak Pra Siklus ... 49
4.4 Hasil Observasi Awal Kemampuan Motorik Kasar Anak ... 50
4.5 Data Observasi Kemampuan Motorik Kasar Anak Siklus I... 51
4.6 Hasil Observasi Kemampuan Motorik Kasar Anak Siklus I ... 52
4.7 Data Observasi Kinerja Guru Pada Siklus I ... 56
4.8 Data Observasi Kemampuan Motorik Kasar Anak Siklus II ... 58
4.9 Hasil Observasi Kemampuan Motorik Kasar Anak Siklus II ... 60
4.10 Data Observasi Kinerja Guru Pada Siklus II ... 69
4.11 Perolehan Nilai Data Perbandingan Tiap Siklus ... 71
4.12 Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Pada Tiap Siklus .... 73
(11)
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
GRAFIK
4.14 Grafik Keseluruhan Kemampuan Motorik Kasar anak ... 79
DAFTAR DIAGRAM
(12)
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
4.1 Observasi Kemampuan Motorik Kasar Anak Pra Siklus ... 50
4.2 Persentase Kemampuan Motorik Kasar Anak Pra Siklus ... 52
4.3 Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Siklus I ... 58
4.4 Persentase Kemampuan Motorik Kasar Anak Siklus I ... 60
4.5 Observasi Kemampuan Motorik Kasar Anak Siklus II ... 66
(13)
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada rentang usia dari 0 sampai dengan usia 8 tahun (Solehudin, 1997 : 23). Dan usia ini juga disebut dengan golden age (usia emas) dimana anak akan berkembang dengan optimal semua aspek perkembangannya melalui stimulus yang tepat sesuai dengan Tingkat Pencapaian Perkembangannya. Banyak sekali anak-anak yang tidak optimal perkembangannya karena adanya stimulus yang kurang tepat dan optimal maka dari itu salah satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah bagaimana orang tua dan pendidik mengenal anak atau peserta didiknya supaya mendapatkan penanganan pendidikan yang tepat untuk dirinya.
Dan Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang diadakan sebagai dasar untuk lebih mematangkan anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya sebelum menuju ke jenjang pendidikan selanjutnya.
Seperti yang tercantum dalam Undang – Undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14 bahwa :
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Ada beberapa aspek perkembangan yang harus dirangsang secara optimal supaya anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan perkembangannya yaitu Aspek perkembangan moral keagamaan, social – emosi, kognitif, Bahasa, Seni, dan fisik – motorik
Motorik kasar merupakan keterampilan yang tanpa terasa sudah dilakukan sejak seorang anak dilahirkan, dari mulai gerakan yang sangat sederhana dan lemah
(14)
2
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
sampai pada gerakan yang kompleks dan kuat. Seiring dengan bertambahnya usia seorang anak akan pula bertambah keterampilan dan perkembangan motorik kasarnya.
Dalam kehidupan sehari-hari sebetulnya tanpa disadari semua orang sudah melakukan gerakan motorik kasar seperti memegang, menarik, mengulur, berjalan, berlari, menendang dan lain sebagainya. Di PAUD diberikan pembelajaran motorik kasar yang merupakan pembelajaran pengendalian gerakan tubuh melaui kegiatan yang terkoordinir antar beberapa hal yaitu : susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord (Richard Decaprio 2013 : 16)
Namun berdasarkan pengamatan yang ada di lapangan atau tepatnya di PAUD Cahaya Indonesia, pembelajaran motorik kasar yang dikategorikan juga sebagai kecerdasan kinestetik masih disampaikan tanpa aturan dan tujuan yang jelas dan tidak bisa disajikan sebagai hasil karya dengan keteraturan dan keindahan gerak diiringi irama musik yang bisa menyenangkan bagi anak. Dan kemampuan anak setelah pembelajaran motorik masih rendah, belum menunjukkan peningkatan. Hal ini akan sangat berbahaya bila dibiarkan karena akan menyebabkan anak tdak bisa menjalankan aktivitas motorik secara sempurna seperti misalnya: memegang pensil dengan baik, melakukan gerakan – gerakan dalam mengikuti pembelajaran dengan baik seperti melempar dan menangkap bola, engkle, bahkan mengendarai sepeda roda dua dan kegiatan lainnya.
Di PAUD Cahaya Indonesia pembelajaran motorik kasar untuk anak masih dilakukan dengan hanya mengembangkan aspek motorik kasarnya saja. Padahal sebenarnya kemampuan anak masih bisa lebih maksimal dan bisa menjadi satu hal yang dibanggakan atau bisa dilakukan dengan serangkaian gerak yang merangsang juga kemampuan lainnya seperti kemampuan atau perkembangan seni pada saat anak melakukan gerakan sesuai irama musik yang didengarnya, perkembangan bahasanya terlihat pada kemampuan anak melakukan perintah dalam melakukan gerakan, kognitifnya, anak berhitung pada waktu melakukan gerakan sebelum memakai musik, anak juga mengenal posisi, dan pada waktu anak melakukan gerakan dengan lentur dan teratur saat itu anak telah melakukan gerakan untuk merangsang keterampilan motorik kasarnya. Selain itu penilaian yang dilakukan pendidik juga belum terarah dan masih bersifat subjektif.
(15)
3
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
Banyak kegiatan yang dapat dikembangkan namun pendidik belum menyadari atau sudah tahu tapi tidak mengimplementasikan dalam pembelajaran terhadap peserta didik. Salah satu kegiatan yang dapat menstimulus keterampilan motorik kasar anak yaitu dengan memberikan pembelajaran tari.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Desfina (2005 : 4) bahwa “pengertian tari adalah gerak yang telah mengalami proses stilisasi sesuai dengan irama, sebagai ungkapan jiwa manusia yang di dalamnya terdapat unsur keindahan.” Kelenturan tubuh dan kemampuan anak bergerak sesuai irama merupakan salah satu potensi yang harus dikembangkan dalam diri anak sebagai kecerdasan kinestetiknya. Menari merupakan pilihan kegiatan yang tepat dan sesuai untuk Anak Usia Dini, sesuai dengan ungkapan yang terdapat pada jurnal yang ditulis oleh I Gusti Komang Aryaprastya (2010 : 476) bahwa :
Melalui kegiatan menari siswa dapat menuangkan ekspresi dirinya sesuai dengan tingkat perkembangan usia serta emosi, dengan demikian pembelajaran menjadi lebih menarik dan menggairahkan para siswa. Peranan pendidikan seni tari dalam pendidikan dapat menumbuhkembangkan daya apresiasi seni, kreatifitas, kognitif serta kepekaan inderawi, dan emosi serta memelihara keseimbangan mental peserta didik. Lebih jauh diharapkan peserta didik yang memiliki minat dan bakat di bidang seni tari dapat mengembangkan bakatnya dan meningkatkan kecerdasan kinestetiknya. Ketetapan gerak tari juga merangsang pertumbuhan motoric anak dalam menyelaraskan daya pikir yang sesuai dengan tingkat perkembangan motorik anak usia dini.
Selama ini pembelajaran motorik kasar pada anak hanya diberikan dalam bentuk permainan tanpa diiringi musik ataupun tanpa melakukan gerakan yang terarah dan bermakna. Dalam kegiatan menari potensi motorik kasar anak bisa terasah dengan lebih baik karena diberikan dengan pola aturan gerak yang jelas.
Seperti yang diungkapkan oleh Howard Gardner menari termasuk dalam Multiple Intellegence yaitu “Body Smart” (kecerdasan fisik/kinestetik). Pada dasarnya anak-anak menyukai musik dan menari. Menari bersama bisa mengasah kecerdasan fisik anak. Menari menuntut keseimbangan, keselarasan gerak tubuh, kekuatan dan kelenturan otot. Tidak hanya tangan dan kaki saja tetapi tubuhpun ikut bergerak. Dengan menari anak dapat mengekspresikan perasaannya, dan keluwesannya dalam bergerak.
(16)
4
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
Pendidikan seni, yakni seni tari, musik, rupa dan drama di sekolah taman kanak-kanak merupakan bagian dari proses pembentukan individu yang utuh sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan seni di taman kanak-kanak atau Pendidikan Anak Usia Dini bukan untuk membentuk siswa yang terampil menari, bermusik atau dengan kata lain bukan untuk menjadi seniman,melainkan membentuk pribadi yang apresiatif dan kreatif melalui pengalaman berolah seni. Pelajaran seni yang sebenarnya dapat membentuk pola pikir anak didik melalui penanaman pemahaman, menumbuhkan cita rasa yang indah dan sensitifitas, dengan harapan dimasa yang akan datang dapat terbentuk manusia yang berbudi pekerti luhur, kreatif,apresiatif, peka, dan mempunyai rasa keindahan sesuai dengan tujuan pendidikan.
Pendidikan seni, sebaiknya didasari oleh pengembangan aspek kognitif (kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa), afektif (perasaan) dan psikomotor melalui kegiatan dengan mengembangkan pemahaman, pengetahuan, penerapan ketrampilan bergerak, serta ketrampilan lainnya secara luas. Sebenarnya pendidikan seni tidak terkotak-kotak (tari terpisah dengan musik, dengan rupa, dan drama), namun bisa menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi. Ketika kita mengajarkan tari pada anak tentunya tidak akan terlepas dari rasa musikal, penjiwaan tokoh/ekspresei tertentu yang dibawakan, dan akan terkait pula dengan unsur-unsur rupa (busana,property dll). Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang digunakan adalah tubuh. Tari mendapat perhatian besar di masyarakat. Tari ibarat bahasa gerak merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal dan dapat dinikmati oleh siapa saja, pada waktu kapan saja.
Tanah air Indonesia yang kita cintai ini banyak sekali dan beragam suku bangsa, adat, dan kaya dengan budaya dan kesenian tradisionalnya, yang disebut juga dengan tari nusantara. Sudah selayaknya pendidik mengenalkan seni budaya yang telah ada sejak nenek moyang kita pada peserta didik dengan memberikan pembelajaran seni tari di PAUD. Bila ditinjau pengertiannya, Tari Nusantara adalah tari-tarian yang tumbuh dan terus berkembang sesuai dengan kelompok masyarakat pendukungnya. Tari Nusantara yang berasal dari berbagai daerah mempunyai
(17)
5
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
keunikan baik dalam segi bentuk gerak, penyajian, irama musik pengiring, maupun dalam rias dan busananya sesuai dengan fungsi tari tersebut.
Namun sangat disayangkan pendidik belum mengenalkan kekayaan seni tari tradisional atau tari nusantara itu dengan berbagai alasan diantaranya gerakannya susah untuk dipelajari anak, atau ada juga yang alasannya karena gengsi dan lebih memilih tari modern. Bila hal ini dibiarkan tanpa adanya pemberian pengertian dan penyadaran betapa pentingnya menghargai dan melestarikan budaya bangsa ini maka dikhawatirkan akan musnahnya nilai – nilai kebangsaan dan kebanggaan yang seharusnya ditanamkan sejak dini kepada masyarakat khususnya Anak Usia Dini yang akan menjadi cikal bakal serta generasi penerus bangsa.
Sebagai rasa kepedulian akan kebudayaan bangsa ini peneliti mencoba untuk memberikan pendekatan – pendekatan, yaitu salah satunya dengan merubah anggapan atau paradigma yang berkembang diantara pendidik PAUD, menumbuhkan keyakinan bahwa dengan mengkreasikan dan lebih menyederhanakan gerakan yang ada pada tarian tradisional bisa menjadi jalan keluar yang terbaik. Berkreasi atau menciptakan gerakan kreasi baru tanpa merubah maksud dan tujuan dari tarian tersebut dan tetap menggunakan jenis irama musik yang sama atau bahkan dirubah iramanya menjadi lebih dinamis supaya disenangi anak, akan lebih bijak daripada mengajarkan tarian yang berasal dari kebudayaan asing. Dan Peneliti mempunyai keyakinan dengan musik dalam kegiatan menari dapat menstimulasi gerakan dan mengembangkan koordinasi fisik serta pengendaliannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sheppard (2007 : 121) bahwa :
Musik Membantu perkembangan mental, meningkatkan kemampuan koordinasi pada tingkat tinggi, mendatangkan banyak kemampuan sosial, memberikan kreativitas dan pemahaman diri, serta bahkan dapat bermanfaat bagi kesehatan. Musik merupakan wadah yang baik untuk mengeksplorasi kreativitas alami karena secara alamiah menstimulasi rasa imajinasi dan keingintahuan anak.
Sebagai penunjang maka dipilihlah tari nusantara atau lebih tepatnya tari yamko rambe sebagai kegiatan dalam mengembangkan motorik kasar anak tersebut karena tarian ini gerakannya cukup dinamis dan sangat cocok untuk pembelajaran
(18)
6
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
motorik kasar bagi Anak. Gerakannya mudah dilakukan anak juga cukup dinamis juga sesuai untuk meningkatkan keterampilan motorik kasar anak. Dan karena itu peneliti mengambil judul:
“Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Pembelajaran Tari Nusantara.”
Dan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Dengan Pembelajaran Tari Yamko Rambe di PAUD Cahaya Indonesia, Kavling IPTN Jalan Nusantara VII No. I Cihanjuang – Cimahi.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka peneliti mengidentifikasi dan mempunyai batasan masalah penelitian sebagai berikut :
Pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Masih terdapat kekurangan stimulus – stimulus khususnya pada aspek perkembangan motorik kasar peserta didik. Pembelajaran yang berkenaan dengan motorik kasar masih berupa permainan yang hanya merangsang beberapa aspek perkembangan tanpa mengembangkan aspek perkembangan yang lainnya. Pembelajaran Motorik kasar disampaikan tanpa adanya keteraturan gerak dan arahan serta batasan yang jelas. Apalagi bila ditinjau dari segi estetisnya.
Masih kurangnya semangat kecintaan serta minat terhadap seni dan budaya bangsa dalam melestarikan seni khususnya seni tari nusantara pada Anak Usia Dini
Pendidik masih terpola dengan pembelajaran motorik yang tidak bisa dijadikan bahan pertunjukan atau tontonan.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimanakah upaya meningkatlan kemampuan motorik kasar Anak Usia Dini melalui pembelajaran tari nusantara dengan gerak kreasi baru pada tari Yamko Rambe.
(19)
7
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
Pada umumnya pembelajaran tari merupakan pembelajaran tambahan pada semua PAUD, ini disesuaikan dengan keadaan, usia, dan bakat pada anak. Dengan demikian ada beberapa masalah yang muncul dan menarik untuk dikaji diantaranya:
1). Bagaimana kondisi obyektif kemampuan motorik kasar anak kelompok B di PAUD Cahaya Indonesia?
2). Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tari supaya dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak di PAUD Cahaya Indonesia ?
3). Bagaimana peningkatan kemampuan motorik kasar peserta didik setelah diberikan pembelajaran tari Nusantara (tari yamko rambe) di PAUD Cahaya Indonesia?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran motorik peserta didik di PAUD Cahaya Indonesia.
2) Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran tari nusantara (tari yamko rambe) dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar peserta didik di PAUD Cahaya Indonesia. 3) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik kasar peserta didik setelah
diberikan pembelajaran tari nusantara (tari yamko rambe) di PAUD Cahaya Indonesia.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : 1. Mohammad Asrori (2007:15) menyatakan bahwa manfaat Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dapat dikaji dari beberapa pembelajaran dikelas. Manfaat yang terkait dengan komponen pembelajaran antara lain :
(20)
8
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas
c. Peningkatan profesionalisme guru
2. Sukayati (2008: 13) manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terkait dengan pembelajaran hampir sama dengan yang disampaikan oleh Mohammad Asrori antara lain mencakup hal-hal berikut:
a. Inovasi, dalam hal ini guru perlu selalu mencoba, mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu merencanakan dan melaksanakan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelas dan zaman.
b. Pengembangan kurikulum di tingkat kelas dan sekolah, PTK dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru untuk mengembangkan kurikulum. Hasil-hasil PTK akan sangat bermanfaat jika digunakan sebagai sumber masukan untuk mengembangkan kurikulum baik di tingkat kelas maupun sekolah.
c. Peningkatan profesionalisme guru, keterlibatan guru dalam PTK akan dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran. PTK merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas dan cara pemecahannya yang dapat dilakukan.
3. Rustam dan Mundilarto (2004) mengemukakan manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi guru, yaitu:
a. Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran b. Meningkatkan profesionalitas guru
c. Meningkatkan rasa percaya diri guru
d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. 4. Cole dan Knowles (Prendergast, 2002:3-4) manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
adalah dapat mengarahkan para guru untuk melakukan kolaborasi, refleksi, dan bertanya satu dengan yang lain dengan tujuan tidak hanya tentang program dan metode mengajar, tetapi juga membantu para guru mengembangkan hubungan-hubungan personal.
(21)
9
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
5. Noffke (Prendergast (2002:5), manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah dapat mendorong para guru melakukan refleksi terhadap praktek pembelajarannya untuk membangun pemahaman mendalam dan mengembangkan hubungan-hubungan personal dan sosial antar guru.
6. Whitehead (1993) manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah dapat memfasilitasi guru untuk mengembangkan pemahaman tentang pedagogik dalam rangka memperbaiki pembelajarannya.
7. Prendergast (2002) manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah :
a. Dapat membantu pengembangan kompetensi guru dalam menyelesaikan masalah pembelajaran mencakup kualitas isi, efisiensi, dan efektivitas pembelajaran, proses, dan hasil belajar siswa.
b. Peningkatan kemampuan pembelajaran akan berdampak pada peningkatan kompetensi kepribadian, sosial, dan profesional guru.pembelajaran.
Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan para pendidik PAUD bahwa ada potensi anak yang harus digali untuk mendukung proses pembelajaran sekaligus mempermudah pendidik dalam optimalisasi perkembangan anak. Mengingatkan kembali akan kayanya budaya bangsa khususnya tari nusantara yang lebih bagus dari budaya asing. Supaya anak lebih bangga dan mencintai budaya bangsanya sendiri. Memberikan saran dan pendapat pada para pendidik supaya terjadi adanya inovasi baru dalam pembelajaran.
F. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia dini melalui pembelajaran tari Nusantara adalah sebagai berikut :
1. BAB I : Pendahuluan
a. Latar Belakang Penelitian b. Identifikasi Masalah c. Rumusan Masalah
(22)
10
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara d. Tujuan Penelitian
e. Manfaat Penelitian f. Sistematika Penelitian
2. BAB II : Kajian Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian 3. BAB III : Metode Penelitian
a. Lokasi dan Subjek Penelitian b. Desain Penelitian
c. Metode Penelitian d. Definisi Operasional e. Instrumen Penelitian
f. Proses Pengembangan Instrumen g. Teknik Pengumpulan Data h. Analisis Data
4. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Pemaparan Data
b. Pembahasan Data
(23)
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Cahaya Indonesia yang terletak di Kavling IPTN, Jalan Nusantara VII No. I Cihanjuang – Cimahi. Subjek dalam penelitian adalah peserta didik yang ada di kelompok B yang berjumlah 10 orang. Terdiri dari 4 orang anak perempuan dan 6 orang anak laki-laki.
B. Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah berbentuk siklus, setiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Pada akhir pertemuan diharapkan tercapainya tujuan yang ingin dicapai yaitu dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia dini memalui pembelajaran tari nusantara.
Desain penelitian yang digunakan mengacu pada model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart yaitu model spiral, yang dalam pelaksanaannya merupakan proses pengkajian berdaur melalui empat tahap kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil refleksi pada siklus berikutnya merupakan bahan pertimbangan untuk perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.
Desain tindakan merupakan kegiatan yang disusun sebelum meningkatkan keterampilan motorik kasar melalui pembelajaran tari yamko rambe di PAUD Cahaya Indonesia Cihanjuang – Kota Cimahi. Didalamnya berisi bukti yang akan dijadikan rencana dan indikator keberhasilan pemecahan masalah, tindakan-tindakan untuk memperbaiki teknik, metode, dan media yang digunakan, serta rencana dan teknik pengolahan data.
Pelaksanaan tindakan dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak melalui pembelajaran tari yamko rambe.
(24)
38
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
Observasi merupakan kegiatan mengamati proses dan hasil dari pelaksanaan pembelajaran tari nusantara (Yamko Rambe) pada peserta didik yang berada di kelompok B PAUD Cahaya Indonesia Cihanjuang – Kota Cimahi. Pelaksanaan observasi waktunya bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan yang intinya diajukan untuk mengamati, merekam, dan mendokumentasikan setiap indicator dari proses dan hasil pelaksanaan tindakan maupun efek sampingnya.
Refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi, dan eksplanasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi selama tindakan dan pembelajaran tari yamko rambe di PAUD Cahaya Indonesia. Dalam penelitian tindakan kelas ini, digunakan model spiral Kemmis dan Taggart, yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang, berkelanjutan artinya semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasilnya.
S. Saud (1988:226)
(25)
39
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
Teori dan praktek pembelajaran tari yamko rambe, meliputi bentuk gerakan, pola lantai, latihan, dan menampilkan di depan kelas sebagai hasil akhir setelah melaksanakan latihan. Langkah – langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut :
1. Perencanaan Tindakan
a. Mengurus perizinan dari lembaga terkait dan Kepala Sekolah
b. Observasi dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran awal tentang kemampuan motoric kasar di PAUD Cahaya Indonesia.
c. Menyusun rencana penelitian yaitu dengan membuat siklus – siklus penelitian dengan prosedur, (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) Observasi, (4) Refleksi.
Tindakan dalam penelitian tindakan kelas disusun berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan, dan bertujuan untuk memperbaiki penyampaian materi pembelajaran motorik kasar anak dengan modifikasi kegiatan pembelajarannya. Adapun langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan I adalah sebagai berikut :
a) Membuat skenario pembelajaran b) Penentuan metode mengajar
c) Membuat alat evaluasi belajar untuk melihat peningkatan hasil belajar peserta didik
d) Membuat lembar observasi maupun catatan lapangan untuk melihat kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan mengembangkan modifikasi permainan.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan, peneliti berperan sebagai observer dan pelatih tari. Guru sebagai pelatih tari dalam pelaksanaan tindakan bertugas melaksanakan rencana tindakan kelas dalam pembelajaran motorik kasar melalui pembelajaran tari yamko rambe.
(26)
40
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara 3. Tahap Pengamatan (Observasi)
Pengamatan dalam tindakan kelas ini bertujuan untuk mendapatkan informasi atau keterangan mengenai proses pembelajaran dengan tari yamko rambe. Pengamatan tersebut mengacu pada lembar pedoman observasi kinerja guru dan aktivitas siswa yang telah disediakan. Informasi hasil pengamatan yang terkumpul adalah data mengenai pelaksanaan tindakan dan hal-hal yang perlu dioptimalkan berdasarkan data atau informasi tersebut.
4. Tahap Refleksi
Langkah ini merupakan analisis-sintesis, interpestasi, dan eksplanasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan, setiap informasi yang didapatkan akan dikaji dan difahami bersama oleh praktisi dan peneliti. Informasi yang terkumpul perlu diuraikan, dicari kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya, dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, dikaitkan kategori yang relevan, melalui proses refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang tajam untuk menentukan tindakan berikutnya atau siklus kedua, kegiatan refleksi dibawah ini meliputi hal-hal yang tercantum di bawah ini.
1. Mendiskusikan langkah selanjutnya dari hasil data yang diperoleh
2. Mengecek dari data yang telah terkumpul dari pengamatan hasil observasi yang berdasarkan format hasil kinerja guru dan kemampuan siswa.
3. Penyusunan kembali rencana pelaksanaan pembelajaran dengan mengacu pada hasil analisis tindakan sebelumnya.
Siklus penelitian akan dihentikan apabila kriteria keberhasilan penelitian 70% telah memenuhi skor baik.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sesuai dengan
pendapat Wardhani (2009:34) adalah “ Penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa akan meningkat “. Secara prosedur penelitian tindakan kelas ditentukan oeh suatu kajian reflektif diri secara inovatif, partisipasi diri, kolaboratif terhadap latar alamiah dan implikasi dalam suatu tindakan. Dengan
(27)
41
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
demikian classroom action research (PTK) adalah upaya untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi guru serta dapat dipecahkan secara kolaboratif dengan teman sejawat untuk mencapai peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran yang dihadapinya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007 : 3)
mendefinisikan bahwa, “ Metodologi kualitatif prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati “.
Dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan pendekatan kualitatif, berdasarkan pendapat Moleong (2007 : 5), yaitu sebagai berikut :
Pertama, menyesuaikan metode lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda : kedua metode ini menyajikan secara langsung hakikat berhubungan antara peneliti dengan responden, dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Penelitian Kualitatif mempunyai sejumlah ciri yang dapat membedakan dari pendekatan lainnya dalam mengolah data sesuai dengan karakteristik pendekatan kualitatif tersebut. Menurut pendapat Moleong (2007 : 4-8) karakteristik pendekatan kualitatif adalah :
Latar ilmiah, manusia sebagai instrumen, metode kualitatif, analisis secara induktif, teori dasar, deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, ada batas yang ditentukan oleh fokus, adanya kriteria khusus untuk keabsahan kata, desain yang bersifat sementara, hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.
Pendekatan kualitatif menurut Mc Milan dan Schumacher (Wardhani 2009 : 44) mengatakan bahwa
Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian. Dengan penelitian kualitatif ini peneliti akan menggambarkan dan menganalisis setiap individu dalam kehidupan dan pemikirannya.
D. Penjelasan Istilah
Dalam menghindari penafsiran yang salah mengenai pembelajaran dengan tari yamko rambe, penulis paparkan definisi dari istilah-istilah yang dipergunakan :
(28)
42
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
1. Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan anak dalam melakukan gerakan- gerakan seperti : anak dapat berjalan dengan seimbang, anak dapat berjalan maju pada garis lurus, anak dapat berlari seimbang tanpa jatuh, anak dapat melakukan melompat ke depan, dan ke samping,anak dapat berlari dan melompat, anak dapat mengkoordinasikan gerakan anggota tubuh lainnya misalnya dalam gerakan tangan mengangkat dan menurunkan tombak.
2. Tari yamko rambe adalah : merupakan tarian yang berasal dari papua, tarian ini cukup atraktif dan dinamis, mengisahkan tentang orang-orang pedalaman atau suku primitive papua yang sedang berburu binatang di dalam hutan.Seperti telah diketahui bersama bahwa mata pencaharian sebagian suku primitive adalah berburu. Berburu juga merupakan kegiatan sehari-hari bagi para pria maupun wanita di papua. Dari mulai pagi hari para lelaki dan wanita suku primitive papua pergi ke hutan untuk berburu. Mereka bergotong royong menangkap dan mengolah binatang hasil buruan. Perburuan diawali dengan mempersiapkan peralatan seperti tombak, yang akan digunakan berburu. Kekeluargaan di kalangan suku primitive papua membuat mereka selalu hidup dengan damai, semua mereka jalani dengan senang, bahkan saat perburuan mereka berhasil mereka berteriak gembira. Binatang dari hasil buruan kemudian di bawa pulang dan diolah untuk dimakan bersama dengan seluruh keluarga yang berada di lingkungan pedalaman tersebut.
Pemilihan kegiatan pembelajaran motorik kasar berupa tari yamko rambe disebabkan anak dimotivasi untuk melakukan gerakan dengan lincah, dinamis, dan bersemanga Hal lain yang memperkuat peneliti untuk menjadikan tarian dari daerah Papua menjadi obyek penelitian dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak adalah kedinamisan dari musik maupun gerakan-gerakannya yang seluruhnya dapat memenuhi kriteria sesuai dengan indikator dan tahapan pencapaian perkembangan anak dalam meningkatkan kemampuan motorik kasarnya. Menari merupakan pilihan kegiatan yang tepat dan sesuai untuk Anak Usia Dini, sesuai dengan ungkapan yang terdapat pada jurnal yang ditulis oleh I Gusti Komang Aryaprastya (2010 : 476) bahwa :
Melalui kegiatan menari siswa dapat menuangkan ekspresi dirinya sesuai dengan tingkat perkembangan usia serta emosi, dengan demikian pembelajaran menjadi lebih menarik dan menggairahkan para siswa. Peranan
(29)
43
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
pendidikan seni tari dalam pendidikan dapat menumbuhkembangkan daya apresiasi seni, kreatifitas, kognitif serta kepekaan inderawi, dan emosi serta memelihara keseimbangan mental peserta didik. Lebih jauh diharapkan peserta didik yang memiliki minat dan bakat di bidang seni tari dapat mengembangkan bakatnya dan meningkatkan kecerdasan kinestetiknya. Ketetapan gerak tari juga merangsang pertumbuhan motorik anak dalam menyelaraskan daya pikir yang sesuai dengan tingkat perkembangan motorik anak usia dini.
Seperti yang diungkapkan oleh Howard Gardner bahwa:
menari termasuk dalam Multiple Intellegence yaitu “Body Smart” (kecerdasan fisik/kinestetik). Pada dasarnya anak-anak menyukai musik dan menari. Menari bersama bisa mengasah kecerdasan fisik anak. Menari menuntut keseimbangan, keselarasan gerak tubuh, kekuatan dan kelenturan otot. Tidak hanya tangan dan kaki saja tetapi tubuhpun ikut bergerak. Dengan menari anak dapat mengekspresikan perasaannya, dan keluwesannya dalam bergerak.
Selain itu peneliti mengambil tari yamko rambe karena gerakan-gerakannya cukup mudah dilakukan anak dan sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang lincah, bergerak atraktif dan cukup dinamis. Untuk mengakomodir, menunjang serta mengasah dan menstimulasi kecerdasan kinestetik atau kemampuan motorik kasar anak tersebut maka sangat tepat bila tari yamko rambe merupakan tarian nusantara yang dipilih dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia dini.t. Diharapkan setelah melakukan gerakan yang ada pada tarian ini anak akan lebih berkembang motorik kasarnya dengan optimal. Adapun tahap pemberian materi gerakan tari yamko melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a. Guru mempersiapkan peralatan penunjang pembelajaran tari yamko rambe, seperti : cd, laptop, speaker.
b. Guru mengkondisikan anak-anak dan membentuk kelompok-kelompok kecil, hal ini dimaksudkan supaya lebih mudah mengarahkan anak dalam melakukan gerakan tarian.
c. Anak-anak yang sudah terbentuk kelompok kecil mulai di panggil setiap kelompok sementara yang lain berada di area bermain.
d. Gerakan tarian diberikana secara bertahap dan belum mengikuti pola lantai. e. Memberikan gerakan demi gerakan dengan hitungan atau ketukan, belum
(30)
44
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
f. Setelah agak lancer baru menggunakan musik dan melakukan gerakan tarian dengan mengikuti pola lantai.
g. Gerakan diberikan dengan didahului peserta didik melihat video suku pedalaman irian berburu
h. Gerakan yang ada pada video itu diaplikasikan dalam gerakan tarian yamko rambe, sehingga secara tidak langsung peserta didik juga tergali kemampuan imajinasi dan kreativitasnya.
i. Guru mengarahkan dan memberi penguatan dalam memotivasi peserta didik supaya lebih semangat.
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya :
1. Observasi
Observasi dalam penelitian ini merupakan cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran tari yamko rambe dan kemampuan peserta didik dalam mengembangkan motorik kasarnya. Agar observasi yang dilakukan oleh guru sesuai dan mengacu pada indikator yang telah diterapkan.
Teknik observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data aktivitas yang dilakukan guru dan peserta didik selama proses pembelajaran melalui pembelajaran tari yamko rambe untuk mengetahui sejauh mana peningkatan yang terlihat pada peserta didik.
2. Catatan Lapangan
Catatan lapangan dibuat oleh peneliti yang melakukan penelitian atau observasi, berbagai aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa, mungkin juga hubungan orang tua siswa, iklim sekolah, leadership kepala sekolah, demikian pula kegiatan lain dari
(31)
45
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
penelitian ini seperti aspek orientasi, perencanaan, diskusi, dan refleksi, semuanya dapat dibaca kembali dari catatan lapangan ini (Rochiati, W. 2008 : 125).
Catatan lapangan ini berisi rekaman perkembangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran digunakan untuk menjaring data yang dilihat, didengar, dan diamati untuk menentukan hasil analisis. Catatan lapangan sama halnya dengan pedoman observasi digunakan untuk mengumpulkan data sesuai dengan tuntutan tujuan yang hendak dicapai yaitu kinerja guru dan aktivitas anak selama proses pembelajaran tari yamko rambe. Catatan lapangan ini juga dapat merefleksikan tindakan yang telah dilakukan peneliti, apabila tidak mencapai target maka perlu dilakukan tindakan berikutnya. (Tampak pada lampiran- lampiran).
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan mendalami berbagai dokumen yang berkaitan dengan penerapan pembelajaran tari yamko rambe dan kemampuan motorik kasar. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kemampuan motorik kasar anak sebelum pembelajaran tari yamko rambe (Pra Siklus), pada saat pelaksanaan dan penerapan tari yamko rambe yaitu pada siklus I, dan siklus II. Foto-foto kegiatan pembelajaran motorik kasar melalui Tari Yamko Rambe dari mulai pra siklus, pelaksanaan siklus I dan hingga pelaksanaan siklus II yang menggambarkan setiap gerakan yang dilakukan oleh anak-anak, sehingga dapat jelas terlihat kondisi kemampuan anak pada pra siklus, kemampuan anak saat penerapan pembelajaran motorik kasar melalui tari yamko rambe pada siklus I dan siklus II, dan perubahan yang terjadi pada setiap tahapan penelitian tersebut. (Tampak pada lampiran-lampiran)
(32)
46
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
4. Kisi-Kisi Pemgembangan Instrumen
Berikut adalah pemaparan dalam tabel 3.5 yang merupakan kisi-kisi pengembangan instrumen pada pembelajaran tari yamko rambe untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar peserta didik di PAUD Cahaya Indonesia (Tampak pada Lampiran I)
(33)
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian merupakan serangkaian proses yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu penyelesaian dan kesimpulan atas permasalahan yang ada dengan harapan dapat menghasilkan perubahan dan perbaikan pada kegiatan pembelajaran pada waktu yang akan datang. Berikut ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelompok B di PAUD Cahaya Indonesia tentang meningkatkan motorik kasar melalui pembelajaran tari yamko rambe.
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia dini melalui pembelajaran tari nusantara (tari yamko rambe) pada kelompok B di PAUD Cahaya Indonesia maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Bila dilihat secara menyeluruh, keadaan obyektif kemampuan motorik kasar anak kelompok B di PAUD Cahaya Indonesia belum berkembang secara optimal. Hal ini disebabkan adanya strategi dan metode pembelajaran yang kurang tepat. Pengulangan kegiatan yang membuat anak menjadi jenuh dan bosan, sehingga anak lebih tertarik untuk melakukan kegiatan lain dan menjadi tidak fokus saat mengikuti pembelajaran. Akhirnya tujuan dari pembelajaran tidak tercapai, yang ditandai dengan ketidak mampuan peserta didik melakukan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan pengembangan motorik kasarnya seperti: tidak dapat melakukan gerakan berjinjit dengan baik, gerakan engkle tidak dapat dilakukan dengan keseimbangan, melakukan gerakan berlari tanpa adanya fase melayang, belum dapat melakukan gerakan turning dengan sempurna, tidak melakukan gerakan melempar dan menangkap dengan baik. Sehingga hasil pembelajaran tidak memenuhi tingkat pencapaian perkembangan yang seharusnya.
2. Solusi yang tepat supaya motorik kasar anak berkembang optimal adalah dengan memberikan pembelajaran tari yamko rambe yang dinamis dan dapat mengeksplor seluruh kemampuan gerak anak kelompok B di PAUD Cahaya Indonesia. Pembelajaran tari yamko rambe diawali dengan memberikan stimulus gerak memakai hitungan yang diberikan secara bertahap dimulai dari gerakan yang paling mudah sampai pada gerakan yang cukup sulit. Setelah anak memahami dan dapat melakukan gerakan dengan baik, langkah selanjutnya anak dikenalkan dan melakukan gerakan dengan diiringi musik pengiring yamko rambe. Kegiatan pembelajaran tari yamko rambe ini terdiri dari dua siklus, adapun prosedur pada setiap siklusnya yaitu membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan kegiatan, melakukan observasi dan melakukan refleksi. Tema pembelajaran pada siklus I dan siklus II sama yaitu tanah airku dengan sub tema kebudayaan Papua (tari yamko rambe). Skenario pembelajaran dimulai dengan memperlihatkan film
(34)
79
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
tentang tanah Papua, adat istiadat, budaya dan tariannya. Kemudian anak diajak untuk mempraktekan gerakan tarian Papua (yamko rambe) sesuai petunjuk dan melalui bimbingan serta arahan dari pendidik. Pada siklus II peserta didik diajak untuk bercakap tentang kebudayaan papua, dan melakukan lagi gerakan tarian sampai anak benar-benar menguasai dan dapat melakukan gerakan tarian dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3. Kemampuan motorik kasar anak kelompok B di PAUD Cahaya Indonesia setelah diberikan pembelajaran tari yamko rambe menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang dilakukan selama dua siklus, aktivitas pada kegiatan pembelajaran pendidik dengan peserta didik dalam kelas menjadi lebih meningkat. Disamping itu setelah diakumulasikan dari pra siklus hingga siklus kedua peningkatan pencapaian indikator kemampuan motorik kasar anak mencapai kategori Baik (B)
B. Rekomendasi
Rekomendasi diberikan sebagai saran dan masukan yang positif untuk peningkatan mutu dan kualitas pembelajaran sehingga tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berikut ini peneliti sampaikan rekomendasi yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan motorik kasar anak melalui pembelajaran tari nusantara (tari yamko rambe pada kelompok B di PAUD Cahaya Indonesia sesuai dengan pembahasan yang disimpulkan diatas, terdapat beberapa hal yang menjadi catatan yaitu:
1. Bagi Guru
a. Pada proses kegiatan belajar sebaiknya tidak monoton dengan materi pembelajaran dan kegiatan yang sama dan diulang-ulang karena akan membuat anak menjadi jenuh, bosan serta tidak bersemangat. Alangkah baiknya jika guru mencari metode-metode dengan strategi pembelajaran yang bervariasi dan atraktif sehingga lebih diminati dan menyenangkan bagi peserta didik.
b. Pola Interaksi pada saat menyampaikan materi pembelajaran merupakan hal yang penting untuk diperhatikan supaya pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan harapan dan tujuan pembelajaran.
c. Guru harus lebih kreatif dalam menciptakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan dan menyenangkan bagi peserta didik.
(35)
80
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
d. Guru lebih bersemangat dalam memberikan materi pembelajaran sehingga memberi energi positif dan memotivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
e. Berikan perhatian secara menyeluruh dan perbaiki kekeliruan yang dilakukan peserta didik saat itu juga, supaya peserta didik memahami tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran yang disampaikan dengan hasil yang memuaskan.
2. Bagi Peserta didik
a. Perlu diberikan pemahaman pentingnya pembelajaran motoric kasar, supaya lebih termotivasi dalam belajar
b. Peserta didik sebaiknya membawa bekal yang cukup supaya lebih enejik dan bersemangat saat melakukan kegiatan pembelajaran
c. Lebih fokus pada saat pembelajaran berlangsung.
3. Bagi Sekolah
a. Memfasilitasi dengan sarana dan prasarana yang memadai pada peneliti supaya penelitian dapat dilaksanakan dengan baik.
b. Membekai guru dengan seminar dan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kuaifikasi guru, sehingga menambah wawasan dan pengetahuan.
c. Mendukung usaha guru dalam menunjukkan kreatifitasnya agar selalu menghasilkan metode dan strategi pembelajaran yang lebih menarik dan atraktif
4. Bagi peneliti selanjutnya
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk perbandingan sekaigus landasan penelitian dan menghasilkan inovasi baru dalam pengembangan strategi pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan kemampuan motorik kasar peserta didik.
b. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi ataupun acuan bagi peneliti lain yang terus dikembangkan melalui sumber-sumber yang lebih variatif sehingga lebih memperkaya keilmuan pada pemberian materi pembelajaran motorik kasar.
(36)
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
DAFTAR PUSTAKA
Alexy, P. dan Hafianti, D. (2001). Ayo Menari. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Metode Paradigma Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Arikunto, S. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S. dkk (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Aryaprasetya, I. (2011). Pendidikan Seni Tari Anak Usia Dini Melaui Stimulus Berkreasi Tari Nusantara, Jurnal 1(3), hlm 475-479.
A. Sugiarto dan Priyana Lasa (1992). Pendidikan Seni Tari Jilid 1 dan 2. Semarang: Media Karya.
Caturwati, E. (2008). Tari Anak-Anak dan permasalahannya. Bandung: Sunan Ambu STSI Press.
Decaprio R. (2013). Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik Di Sekolah, Jakarta : Diva Press
Desfina (2005). Belajar Seni Tari Untuk Anak Usia TK, Bandung: UPI Press Bandung
Dibia, W. dkk. (2006). Tari Komunal , Jakarta : LPSN
Dirjen Olah Raga Depdiknas. (2002). Model Pengembangan Motorik Anak Prasekolah, Jakarta: Direktorat Olahraga Masyarakat Dirjen Olahraga Depdiknas
Dibia, W. dkk (2006). Tari Komunal Jakarta : LPSN
Helms & Turner (1994). Exploring Child Behavior. New York: Holt Rinehartand Winston
Hurlock, E (1998). Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga
Kamtini dan Tanjung. (2005). Bermain Gerak dan Lagu di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: DIRJEN DIKTI
Kodariah, L (2012). Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Ucing Baledog Pada Skripsi FIP UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
Komalasari, H. (1998). Aplikasi Tari pendidikan Sebagai Upaya Pembinaan Kreativitas Siswa Kelas 2 SD Negeri VIII Kecamatan Cicalengka Kab. DT II Bandung Skripsi S1 pada FPBS UPI: tidak diterbitkan
(37)
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara Komalasari, H. (2011). Tari Pendidikan Sebagai Pendekatan Untuk Pengajaran Tari Di Taman Kanak-Kanak. Jurnal 1(3). hlm. 465-474
Kunandar (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Muhaibin. (1997). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:PT Remaja Rosdakarya
Moleong, Lexy.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nurihsan, J. dan Agustin. M. Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja: Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung:
PT. Refika Aditama
Ratna. (2011). Jenis Tari Primitif. [Online] Tersedia
http://buratna.blogspot.com/2011/08/jenis-tari-primitifhtml.
Sedyawati, E. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : PT. Sinar Harapan Sedyawati, E. dkk. (2001). Ayo Menari. Jakarta : PT. Grasindo.
Sekarningsih F. dkk. (2006). Pendidikan Seni Tari Dan Drama. Bandung : UPI Press
Sheppard, P. (2007). Music Makes Your Child Smarter. Jakarta: Gramedia
Soedarsono, (2002). Seni Pertunjukan Indonesia Diera Globalisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Solehudin, M. (2002). Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. Bandung: FIP UPI Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sujiono, Y. (2009). Konsep Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks
Suryabrata, S. (2008). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Uno, H.,dkk. (2011). Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta: Bumi Aksara Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
Wibisono, T. (2001). Pendidikan Seni Tari. Surabaya: Insan Cendekia
Wiriaatmadja, Rochiati, (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
(38)
Rini Handayani, 2014
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia D ini Melalui Pembelajaran Tari Nusantara
Yulianti, P. dkk. (1990). Tari Pendidikan. Jakarta: Departemen Tari, Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta
Yusuf, S. (2005). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian merupakan serangkaian proses yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu penyelesaian dan kesimpulan atas permasalahan yang ada dengan harapan dapat menghasilkan perubahan dan perbaikan pada kegiatan pembelajaran pada waktu yang akan datang. Berikut ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelompok B di PAUD Cahaya Indonesia tentang meningkatkan motorik kasar melalui pembelajaran tari yamko rambe.
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia dini melalui pembelajaran tari nusantara (tari yamko rambe) pada kelompok B di PAUD Cahaya Indonesia maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Bila dilihat secara menyeluruh, keadaan obyektif kemampuan motorik kasar anak kelompok B di PAUD Cahaya Indonesia belum berkembang secara optimal. Hal ini disebabkan adanya strategi dan metode pembelajaran yang kurang tepat. Pengulangan kegiatan yang membuat anak menjadi jenuh dan bosan, sehingga anak lebih tertarik untuk melakukan kegiatan lain dan menjadi tidak fokus saat mengikuti pembelajaran. Akhirnya tujuan dari pembelajaran tidak tercapai, yang ditandai dengan ketidak mampuan peserta didik melakukan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan pengembangan motorik kasarnya seperti: tidak dapat melakukan gerakan berjinjit dengan baik, gerakan engkle tidak dapat dilakukan dengan keseimbangan, melakukan gerakan berlari tanpa adanya fase melayang, belum dapat melakukan gerakan turning dengan sempurna, tidak melakukan gerakan melempar dan menangkap dengan baik. Sehingga hasil pembelajaran tidak memenuhi tingkat pencapaian perkembangan yang seharusnya.
2. Solusi yang tepat supaya motorik kasar anak berkembang optimal adalah dengan memberikan pembelajaran tari yamko rambe yang dinamis dan dapat mengeksplor seluruh kemampuan gerak anak kelompok B di PAUD Cahaya Indonesia. Pembelajaran tari yamko rambe diawali dengan memberikan stimulus gerak memakai hitungan yang diberikan secara bertahap dimulai dari gerakan yang paling mudah sampai pada gerakan yang cukup sulit. Setelah anak memahami dan dapat melakukan gerakan dengan baik, langkah selanjutnya anak dikenalkan dan melakukan gerakan dengan diiringi musik pengiring yamko rambe. Kegiatan pembelajaran tari yamko rambe ini terdiri dari dua siklus, adapun prosedur pada
setiap siklusnya yaitu membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan
kegiatan, melakukan observasi dan melakukan refleksi. Tema pembelajaran pada siklus I dan siklus II sama yaitu tanah airku dengan sub tema kebudayaan Papua (tari yamko rambe). Skenario pembelajaran dimulai dengan memperlihatkan film
(2)
79
tentang tanah Papua, adat istiadat, budaya dan tariannya. Kemudian anak diajak untuk mempraktekan gerakan tarian Papua (yamko rambe) sesuai petunjuk dan melalui bimbingan serta arahan dari pendidik. Pada siklus II peserta didik diajak untuk bercakap tentang kebudayaan papua, dan melakukan lagi gerakan tarian sampai anak benar-benar menguasai dan dapat melakukan gerakan tarian dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3. Kemampuan motorik kasar anak kelompok B di PAUD Cahaya Indonesia setelah diberikan pembelajaran tari yamko rambe menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang dilakukan selama dua siklus, aktivitas pada kegiatan pembelajaran pendidik dengan peserta didik dalam kelas menjadi lebih meningkat. Disamping itu setelah diakumulasikan dari pra siklus hingga siklus kedua peningkatan pencapaian indikator kemampuan motorik kasar anak mencapai kategori Baik (B)
B. Rekomendasi
Rekomendasi diberikan sebagai saran dan masukan yang positif untuk peningkatan mutu dan kualitas pembelajaran sehingga tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berikut ini peneliti sampaikan rekomendasi yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan motorik kasar anak melalui pembelajaran tari nusantara (tari yamko rambe pada kelompok B di PAUD Cahaya Indonesia sesuai dengan pembahasan yang disimpulkan diatas, terdapat beberapa hal yang menjadi catatan yaitu:
1. Bagi Guru
a. Pada proses kegiatan belajar sebaiknya tidak monoton dengan materi
pembelajaran dan kegiatan yang sama dan diulang-ulang karena akan membuat anak menjadi jenuh, bosan serta tidak bersemangat. Alangkah baiknya jika guru mencari metode-metode dengan strategi pembelajaran yang bervariasi dan atraktif sehingga lebih diminati dan menyenangkan bagi peserta didik.
b. Pola Interaksi pada saat menyampaikan materi pembelajaran merupakan hal yang penting untuk diperhatikan supaya pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan harapan dan tujuan pembelajaran.
c. Guru harus lebih kreatif dalam menciptakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan dan menyenangkan bagi peserta didik.
(3)
80
d. Guru lebih bersemangat dalam memberikan materi pembelajaran sehingga
memberi energi positif dan memotivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
e. Berikan perhatian secara menyeluruh dan perbaiki kekeliruan yang dilakukan peserta didik saat itu juga, supaya peserta didik memahami tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran yang disampaikan dengan hasil yang memuaskan.
2. Bagi Peserta didik
a. Perlu diberikan pemahaman pentingnya pembelajaran motoric kasar, supaya lebih termotivasi dalam belajar
b. Peserta didik sebaiknya membawa bekal yang cukup supaya lebih enejik dan bersemangat saat melakukan kegiatan pembelajaran
c. Lebih fokus pada saat pembelajaran berlangsung.
3. Bagi Sekolah
a. Memfasilitasi dengan sarana dan prasarana yang memadai pada peneliti supaya penelitian dapat dilaksanakan dengan baik.
b. Membekai guru dengan seminar dan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kuaifikasi guru, sehingga menambah wawasan dan pengetahuan.
c. Mendukung usaha guru dalam menunjukkan kreatifitasnya agar selalu
menghasilkan metode dan strategi pembelajaran yang lebih menarik dan atraktif
4. Bagi peneliti selanjutnya
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk perbandingan sekaigus landasan penelitian dan menghasilkan inovasi baru dalam pengembangan strategi pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan kemampuan motorik kasar peserta didik.
b. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi ataupun acuan bagi peneliti lain yang terus dikembangkan melalui sumber-sumber yang lebih variatif sehingga lebih memperkaya keilmuan pada pemberian materi pembelajaran motorik kasar.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Alexy, P. dan Hafianti, D. (2001). Ayo Menari. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Metode Paradigma Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Arikunto, S. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S. dkk (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Aryaprasetya, I. (2011). Pendidikan Seni Tari Anak Usia Dini Melaui Stimulus Berkreasi Tari Nusantara, Jurnal 1(3), hlm 475-479.
A. Sugiarto dan Priyana Lasa (1992). Pendidikan Seni Tari Jilid 1 dan 2. Semarang: Media Karya.
Caturwati, E. (2008). Tari Anak-Anak dan permasalahannya. Bandung: Sunan Ambu STSI Press.
Decaprio R. (2013). Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik Di Sekolah, Jakarta : Diva Press
Desfina (2005). Belajar Seni Tari Untuk Anak Usia TK, Bandung: UPI Press Bandung
Dibia, W. dkk. (2006). Tari Komunal , Jakarta : LPSN
Dirjen Olah Raga Depdiknas. (2002). Model Pengembangan Motorik Anak Prasekolah, Jakarta: Direktorat Olahraga Masyarakat Dirjen Olahraga Depdiknas
Dibia, W. dkk (2006). Tari Komunal Jakarta : LPSN
Helms & Turner (1994). Exploring Child Behavior. New York: Holt Rinehartand Winston
Hurlock, E (1998). Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga
Kamtini dan Tanjung. (2005). Bermain Gerak dan Lagu di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: DIRJEN DIKTI
Kodariah, L (2012). Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Ucing Baledog Pada Skripsi FIP UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
Komalasari, H. (1998). Aplikasi Tari pendidikan Sebagai Upaya Pembinaan Kreativitas Siswa Kelas 2 SD Negeri VIII Kecamatan Cicalengka Kab. DT II Bandung Skripsi S1 pada FPBS UPI: tidak diterbitkan
(5)
Komalasari, H. (2011). Tari Pendidikan Sebagai Pendekatan Untuk Pengajaran Tari Di Taman Kanak-Kanak. Jurnal 1(3). hlm. 465-474
Kunandar (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Muhaibin. (1997). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:PT Remaja Rosdakarya
Moleong, Lexy.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nurihsan, J. dan Agustin. M. Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja: Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung:
PT. Refika Aditama
Ratna. (2011). Jenis Tari Primitif. [Online] Tersedia
http://buratna.blogspot.com/2011/08/jenis-tari-primitifhtml.
Sedyawati, E. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : PT. Sinar Harapan Sedyawati, E. dkk. (2001). Ayo Menari. Jakarta : PT. Grasindo.
Sekarningsih F. dkk. (2006). Pendidikan Seni Tari Dan Drama. Bandung : UPI Press
Sheppard, P. (2007). Music Makes Your Child Smarter. Jakarta: Gramedia
Soedarsono, (2002). Seni Pertunjukan Indonesia Diera Globalisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Solehudin, M. (2002). Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. Bandung: FIP UPI Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sujiono, Y. (2009). Konsep Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks
Suryabrata, S. (2008). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Uno, H.,dkk. (2011). Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta: Bumi Aksara Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
Wibisono, T. (2001). Pendidikan Seni Tari. Surabaya: Insan Cendekia
Wiriaatmadja, Rochiati, (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
(6)
Yulianti, P. dkk. (1990). Tari Pendidikan. Jakarta: Departemen Tari, Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta
Yusuf, S. (2005). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya