MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI SENAM FANTASI: Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di Paud Alfani Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2013-2014.

(1)

Dini Nurmalina Firsty, 201

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK

USIA DINI MELALUI SENAM FANTASI

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di Paud Alfani Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2013-2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh:

Dini Nurmalina Firsty

0904033

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

4

Dini Nurmalina Firsty, 201

NO DAFTAR : 22/PGPAUD/VI/2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI SENAM FANTASI

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B di Paud Alfani Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2013-2014)

Oleh

Dini Nurmalina Firsty

Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu

Pendidikan

©Dini Nurmalina Firsty 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

Dini Nurmalina Firsty, 201

LEMBAR PENGESAHAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI SENAM FANTASI

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B di PAUD Alfani Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2013-2014)

Oleh

Dini Nurmalina Firsty 0904033

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Rudiyanto, S.Pd., M.Si. NIP. 19740617 199903 1 003

Pembimbing II

I Gusti Komang Aryaprastya Agus. S.Pd., M. Hum. NIP. 19770312 200812 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Ocih Setiasih, M.Pd NIP. 19600707 198601 2 001


(4)

Dini Nurmalina Firsty, 201

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI SENAM FANTASI

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B di Paud Alfani Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2013-2014)

Dini Nurmalina Firsty 0904033

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan berdasarkan temuan masalah yang berkaitan dengan kemampuan motorik kasar anak di kelompok B PAUD Alfani, Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Permasalahan tersebut menuntut perlunya solusi baik berupa pendekatan, metode atau teknik pembelajaran untuk mengatasi masalah tersebut. Pembelajaran yang dikembangkan adalah pembelajaran kegiatan senam fantasi. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah diterapkan kegiatan senam fantasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas pada anak kelompok B PAUD Alfani sebanyak 14 orang anak. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan pelaksanaan tahapan diantaranya reduksi data, paparan data dan penyimpulan.Kondisi awal kemampuan motorik kasar anak di PAUD Alfani. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kemampuan motorik kasar anak yang sebelumnya belum bisa berlari dengan sikap yang benar, belum mampu memutar badan dengan benar, belum dapat melakukan ancang-ancang sebelum berlari dan melompat, belum mampu membungkukan pinggul, lutut dan pergelangan kaki, dan lain sebagainya. Namun setelah dilakukan kegiatan senam fantasi anak bisa melakukan kegiatan dengan benar walaupun sebelumnya harus dibimbing oleh guru tetapi lama kelamaan menjadi bisa melakukan kegiatan sendiri tanpa dibantu. Kemampuan motorik kasar belum banyak berkembang hal ini dibuktikan dari presentase setiap kategori. Kategori kurang (K) sebesar 71%, kategori cukup (C) 29%, dan kategori baik (B) 0%. Kemampuan motorik kasar anak mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran senam fantasi pada setiap katergori. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya presentase pada kategori baik. Kategori kurang sebanyak 0%. Kategori cukup sebanyak 14%. Kategori baik sebanyak 86%. Rekomendasi yang diberikan untuk guru yaitu kegiatan senam fantasi dapat dijadikan alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia dini.


(5)

Dini Nurmalina Firsty, 201

INCREASING ABILITY OF MOVEMENT FOR EARLY

CHILDHOOD THROUGH GYMNASTIC FANTASY

(Classroom Action Research on Group B in Paud Alfani District Kemang District of Bogor Academic Year 2013-2014)

Dini Nurmalina Firsty 0904033

ABSTRACT

This study was conducted based on the findings of the problems associated with gross motor abilities of early childhood children in group B Alfani, Kemang Subdistrict Bogor Regency. The problem requires the solution in the form of approaches, methods or learning techniques to overcome these problems. Learning is a learning activity developed fantasy gymnastics. Whereas the purpose of this study was to determine the child's gross motor skills improvement after implementation fantasy gymnastics activities. This study uses action research in early childhood education of children in group B Alfani many as 14 children. Data collection techniques used in this study is the observation, interviews, and documentation studies. The data analysis technique used is a qualitative data analysis including data reduction phases of implementation, exposure of data and beginning. Gross motor skills in early childhood child Alfani. Based on observations and interviews gross motor ability of children who previously have not been able to run with the right attitude, the agency has not been able to play properly, can not square off before running and jumping, yet capable of bending the hips, knees and ankles, and so forth . However, after the fantasy gymnastic activities children can do the activities correctly despite earlier should be guided by the teacher but could over time become their own activities without assistance. Gross motor skills undeveloped is evidence of the percentage of each category. Categories less (K) by 71%, enough category (C) 29%, and both categories (B) 0%. Gross motor skills a child has increased after learning gymnastics at every categories fantasy. This is evidenced by the increased percentage in both categories. Categories A total of 0%. Categories quite as much as 14%. Both categories as much as 86%. Recommendations are given to teachers, gymnastic activities can be used as an alternative fantasy of learning to improve the gross motor abilities of early childhood.


(6)

Dini Nurmalina Firsty, 201

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PERSEMBAHAN

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian... 7

C. Rumusan Masalah Penelitian... 8

D. Tujuan Penelitian... 9

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian... 9

F. Struktur Organisasi Skripsi... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Motorik Anak Usia Dini... 11

1. Konsep Perkembangan Motorik... 11

2. Jenis-Jenis Motorik dan Pengertiannya... 13

B. Unsur-Unsur Motorik Kasar... 14

C. Tujuan Perkembangan Motorik Anak... 15

D. Konsep Perkembangan Motorik Kasar... 15

1. Pengertian Perkembangan Motorik Kasar... 15

2. Tahap Perkembangan Motorik Kasar... 18

3. Faktor Penentu Keterampilan Motorik Kasar... 19

E. Konsep Senam Fantasi... 20

1. Pengertian senam... 20

2. Jenis-jenis Senam... 21

3. Pengertian Senam Fantasi... 22

4. Contoh Rangkaian Pembelajaran Senam Fantasi... 25

F. Penelitian terdahulu... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 28

B. Desain Penelitian... 28

C. Metode Penelitian... 31

D. Penjelasan Istilah... 32

E. Instrumen Penelitian... 34

F. Proses Pengembangan Instrumen... 37


(7)

Dini Nurmalina Firsty, 201

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... 45 1. Kondisi Objektif Kemampuan Motorik Kasar Anak di PAUD Alfani... 50 2. Pelaksanaan Senam Fantasi dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik

kasar Anak ... 49 a. Siklus Satu... 50 b. Siklus Dua... 65 3. Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Setelah Diterapkan

senam Fantasi... 80 B. Pembahasan... 82 1. Kondisi Objektif Kemampuan Motorik Kasar Anak di PAUD Alfani... 82 2. Pelaksanaan Senam Fantasi dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik

Kasar Anak... 83 3. Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Setelah Diterapkan

Senam Fantasi ... 85

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan... 88 B. Rekomendasi... 89

DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP


(8)

Dini Nurmalina Firsty, 201

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di PAUD Alfani yang beralamat di JL. Letkol Atang Senjaya, Patambran Kecamatan Kemang. Kabupaten Bogor Barat 14310. Lokasi penelitian ini dipilih karena proses penyelenggaraan pembelajaran khususnya motorik kasar masih belum optimal. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas B di PAUD Alfani tahun ajaran 2014-2015 yang berjumlah 14 anak.

B. Desain Penelitian

Menurut Lewin (1990, Aqib, 2009:21), pelaksanaan penelitian dalam satu siklus terdiri atas empat langkah yaitu: (1) perencanaan (Planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (Reflecting).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara prosedur biasanya meliputi beberapa siklus, yang disesuaikan dengan tingkat permasalahannya yang akan dipecahkan dan kondisi yang akan ditingkatkan (Mulyasa, 2011:70). Siklus pertama dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya apabila ditunjukan untuk mengulangi kesuksesan atau menguatkan hasil (Suhardjono, 2009: 74).

Ada beberapa model yang dapat diterapkan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) tetapi yang paling dikenal dan biasa digunakan adalah model yang dikemukakan oleh Kemis & Mc Taggart. Adapun model PTK dimaksud menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya), yang disajikan dalam bagan berikut:


(9)

Dini Nurmalina Firsty, 201

SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Gambar 3.1

Sumber: Arikunto (2013:137)

Perencanaaan

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

SIKLUS I

Perencanaaan

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

SIKLUS II

SIKLUS III

dst,..


(10)

30

Dini Nurmalina Firsty, 201

Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya sesudah langkah ke-4, lalu kembali ke-1 dan seterusnya. Meskipun sifatnya berbeda, langkah ke-2 dan ke-3 dilakukan secaran bersamaan jika pelaksana dan pengamat berbeda. Jika pelaksanaan, dengan cara mengingat-ingat apa yang sudah terjadi. Dengan kata lain, objek pengamatan sudah lampau terjadi.

Secara utuh, tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas seperti yang digambarkan dalam bagan, melalui tahapan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Kegiatan dimulai dengan cara mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kemampuan motorik kasar anak dan menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan dalam melakukan penelitian. Bahan yang disiapkan yaitu RKH (Rencana Kegiatan Harian), setting kelas, format observasi, serta media lain yang dilibatkan dalam proses pembelajaran.

2. Pelaksanaan

Perencanaan yang telah dibuat sebelumnya, dilaksanakan pada tahap tindakan ini. Menurut Arikunto (2009: 18) penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melihat kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan senam fantasi, aktivitas anak juga diperhatikan untuk melihat respon anak terhadap kegiatan senam fantasi dan melihat peningkatan kemampuan motorik kasar anak.

3. Pengamatan

Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan untuk mengobservasi berisi tentang pelaksaan tindakan dan rencana yang sudah dirancang dengan instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Data-data tersebut berkaitan dengan pelaksanaan senam fantasi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak yang sudah direncanakan dan dilaksanakan di dalam kelas.


(11)

Dini Nurmalina Firsty, 201

Pengamatan ini dilakukan untuk melihat bagaimana hasil dari pelaksanaan senam fantasi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelas B di PAUD Alfani. Dari hasil observasi persiklus, peneliti juga malakukan penilaian terhadap hasil kemampuan anak. Lembar observasi diisi sesuai dengan hasil yang didapatkan oleh anak pada tindakan I dan tindakan II pada setiap siklusnya. Peneliti menyediakan penilaian pada kategori baik (B) apabila anak melakukan kegiatan secara mandiri, kategori cukup (C) apabila anak masih memerlukan bantuan dalam melakukan kegiatan, dan kategori kurang (K) apabila anak belum mampu melakukan kegiatan dan masih memerlukan bimbingan.

4. Refleksi

Tahap selanjutnya adalah refleksi, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Istilah “refleksi” sebetulnya lebih tepat dikenakan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti dan subjek peneliti, untuk bersama-sama mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Tahap refleksi juga memiliki peranan yang sangat penting, karena hasil yang didapat dari penilaian ini bisa menjadi masukan yang akurat dan berpengaruh dalam penentuan langkah tindakan selanjutnya. Hasil refleksi, dapat menentukan apakah kemampuan motorik kasar anak sudah tercapai atau harus dilakukannya pengulangan dengan melakukan tahapan selanjutnya.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) di negeri asal yang berbahasa Inggris disebut dengan istilah Classroom Action Research, disingkat CAR. Penelitian tersebut muncul karena adanya kesadaran pelaku kegiatan yang merasa tidak puas dengan hasil kerjanya. Dengan didasari atas kesadaran sendiri, pelaku yang bersangkutan mencoba menyempurnakan pekerjaannya, dengan cara melakukan percobaan yang dilakukan berulang-ulang, proses diamati dengan sungguh-sungguh sampai mendapat proses yang dirasakan memberikan hasil yang lebih baik dari semula.


(12)

32

Dini Nurmalina Firsty, 201

Menurut Arikunto (2002) penelitian tindakan kelas bukan hanya mengetes sebuah perlakuan tetapi terlebih dahulu peneliti sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya suatu perlakuan, selanjutnya dalam penelitian tindakan ini peneliti langsung mencoba menerapkan perlakuan tersebut dengan hati-hati seraya mengikuti proses serta dampak perlakuan yang dimaksud.

Selanjutnya menurut Elliot (1991) dalam Arikunto (2002) penelitian tindakan kelas merupakan kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut. Senada dengan itu, Wallance, 1998 dalam Kunandar 2008, menyatakan penelitian tindakan kelas dilakukan dengan mengumpulkan data atau informasi secara sistematis tentang pembelajaran keseharian dan menganalisisnya untuk dapat membuat keputusan-keputusan mengenai pembelajaran yang dilakukan pada masa yang akan datang.

Terdapat karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Muslich (2009: 12) adalah sebagai berikut:

1. Masalah PTK berasal dari guru.

2. Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran. 3. PTK adalah penelitisn ysng bersifat kolaboratif.

4. PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.

5. PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan untuk memperbaiki, memecahkan masalah dan meningkatkan program pembelajaran di kelas.

D. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah yang dibuat oleh peneliti bertujuan membatasi istilah dalam penelitian. Untuk itu penjelasan istilah tersebut dipaparkan sebagai berikut:


(13)

Dini Nurmalina Firsty, 201

1. Kemampuan Motorik Kasar

Perkembangan motorik kasar meliputi perkembangan postur tubuh (posisi tubuh) dan lokomotor (gerakan). Kemampuan menggunakan otot-otot besar ini bagi anak usia tergolong pada kemampuan gerak dasar, kemampuan ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidupnya kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif. (Konstelnik, 1974:321).

a. Kemampuan Lokomotor

Kemampuan gerak lokomotor adalah gerakan berpindah tempat di tempat bagian tubuh tertentu bergerak atau berpindah tempat. Beberapa contoh dari gerakan lokomotor adalah: berjalan, berlari, dan meloncat, merayap, merangkak. (Konstelnik, 1974:321).

b. Kemampuan Nonlokomotor

Gerakan nonlokomotor adalah gerakan tidak berpindah tempat di mana sebagian gerak anggota tubuh tertentu saja yang digerakan namun tidak berpindah tempat, misalnya merentang, membungkuk, memutar, mengayun, menarik, mendorong, mengangkat. (Konstelnik, 1974:321).

c. Kemampuan Manipulatif

Gerak manipulatif adalah gerkan dimana ada sesuatu yang digerakan. Beberapa contoh dari gerakan manipulatif adalah: melempar, menangkap, melambungkan. (Konstelnik, 1974:321).

2. Senam Fantasi

Senam fantasi menurut cerita guru dan anak melakukan gerak-gerik seolah menjadi pelaku dalam sebuah cerita atau sedang mengalami suatu peristiwa. Dalam senam fantasi menurut cerita ini guru dan anak juga dapat mempergunakan alat-alat jika perlu, selanjutnya harus juga diperhatikan dalam kegiatan senam jangan terlalu banyak bercerita atau terlalu banyak percakapan dan gerakan senam menjadi sedikit.


(14)

34

Dini Nurmalina Firsty, 201 E. Instrumen Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi untuk mengumpulkan data. Sesuai dengan masalah yang diteliti maka kisi-kisi ini dibuat untuk melihat implementasi senam fantasi terhadap kemampuan motorik kasar anak. Dalam pembuatan instrumen ini, peneliti membuat kisi-kisi instrumen berdasarkan sumber pengembangan instrumen dari Kurikulum 2004 yang digambarkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Format Kisi-Kisi Instrumen

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui senam Fantasi

Variabel Sub

Variabel Indikator Butir Item

Teknik Pengumpulan Data Kemampuan motorik kasar Lokomotor (gerak berpindah tempat)

Berjalan Anak dapat berjalan ke samping kanan

Observasi, studi dokumentasi

Anak dapat berjalan ke samping kiri

Observasi, studi dokumentasi

Anak dapat berjalan di tempat

Observasi, studi dokumentasi

Berlari Anak dapat berlari di tempat

Observasi, studi dokumentasi Anak berlari ke

samping kanan

Observasi, studi dokumentasi Anak berlari ke

samping kiri

Observasi, studi dokumentasi Berjinjit Anak dapat

berjinjit ke depan

Observasi, studi dokumentasi


(15)

Dini Nurmalina Firsty, 201

Anak dapat berjinjit ke belakang

Observasi, studi dokumentasi

Meloncat Anak dapat meloncat dengan satu kaki dan mendarat dengan dua kaki

Observasi, studi dokumentasi

Anak dapat meloncat dengan dua kaki dan mendarat dua kaki

Observasi, studi dokumentasi

Anak dapat melomcat dengan dua kaki dan mendarat dengan satu kaki

Observasi, studi dokumentasi

Anak dapat meloncat dan mendarat dengan kaki secara bersirama

Observasi, studi dokumentasi

Merayap Anak merayap ke depan

Observasi, studi dokumentasi Merangkak anak dapat

merangkak ke depan

Observasi, studi dokumentasi

Non-lokomotor

Membungkuk Anak dapat membungkukan

Observasi, studi dokumentasi


(16)

36

Dini Nurmalina Firsty, 201

(gerak tanpa berpindah tempat)

badan 900

Merentang Anak dapat merentangkan kedua tangan

Observasi, studi dokumentasi

Memutar Anak dapat memutar tangan

Observasi, studi dokumentasi Anak dapat

memutarkan pergelangan kaki

Observasi, studi dokumentasi

Anak dapat mengayunkan kedua tangan

Observasi, studi dokumentasi

Mengayun Anak dapat mengayunkan tangan kanan

Observasi, studi dokumentasi

Anak dapat mengayunkan tangan kiri

Observasi, studi dokumentasi

Anak dapat menarik dengan kedua tangan

Observasi, studi dokumentasi

Menarik Anak dapat menarik dengan satu tangan

Observasi, studi dokumentasi

Anak dapat menarik dengan kedua tangan

Observasi, studi dokumentasi

Manipulatif Melempar Anak dapat melempar benda dengan kedua

Observasi, studi dokumentasi


(17)

Dini Nurmalina Firsty, 201

tangan Menangkap Anak dapat

menangkap objek ringan dengan satu tangan

Observasi, studi dokumentasi

F. Proses Pengembangan Instrumen

Prosedur pengembangan instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut (Margono, 2002: 157)

1. Menganalis Variabel Penelitian

Peneliti terlebih dahulu mengkaji variabel menjadi dimensi atau sub variabel, indikator serta item pertanyaan dengan rinci dan jelas sehingga dapat di ukur dan menghasilkan data yang diinginkan oleh peneliti. Pembuatan indikator, dalam hal ini indikator kemampuan motorik kasar, peneliti menggunakan teori atau konsep-konsep yang ada dalam pengetahuan ilmiah seorang ahli.

2. Menetapkan Jenis Instrumen

Langkah kedua, peneliti menetapkan jenis instrumen penelitian yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam pengumpulan data di lapangan, atau dengan kata lain instrumen tersebut digunakan untuk mengukur variabel, sub variabel atau indikator yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan teori. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dalam bentuk rating scale dan pedoman dokumentasi berupa foto pelaksanaan kegiatan senam fantasi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.

3. Menyusun Kisi-Kisi Instrumen

Peneliti menyusun kisi-kisi instrumen yang berisi lingkup variabel, sub variabel, indikator, butir item, teknik pengumpulan data dan sumber data.


(18)

38

Dini Nurmalina Firsty, 201

4. Membuat Instrumen Penelitian

Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun pada langkah sebelumnya. Peneliti kemudian membuat instrumen penelitian yang terdiri dari item atau pertanyaan yang mengacu pada indikator yang telah ditentukan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dalam bentuk ratting scale.

5. Judgment Instrumen

Langkah selanjutnya, peneliti mengkonsultasikan instrumen yang telah dibuat dengan ahli, dalam hal ini dengan dua dosen yang ahli di bidang pendidikan anak usia dini. Judgement instrumen ini dilakukan untuk merivisi intrumen apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam pembuatannya, misalnya dengan membuang instrumen yang tidak perlu, mengganti item dalam masing-masing indikator, perbaikan isi atau redaksi dan lain sebagainya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi untuk melakukan pengumpulan data.

1. Observasi

Nasution (1988) dalam Arikunto menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda luar angkasa) dapat di observasi dengan jelas.

Marshall (1995) dalam Arikunto menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those

behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.


(19)

Dini Nurmalina Firsty, 201

Adapun format observasi yang digunakan peneliti dalam memperoleh data mengenai kemampuan motorik kasar anak.

a. Pedoman observasi kemampuan motorik kasar anak

Tabel 3.2

Pedoman Observasi Kemampuan Motorik Kasar Anak pada PAUD Alfani

NO INDIKATOR/ITEM KATEGORI

B C K 1 Anak dapat berjinjit ke depan

2 Anak dapat berjinjit ke belakang 3 Anak dapat berjalan ke samping kanan 4 Anak dapat berjalan ke samping kiri 5 Anak dapat berjalan di tempat 6 Anak dapat berlari di tempat

7 Anak dapat berlari ke samping kanan 8 Anak dapat berlari ke samping kiri

9 Anak dapat meloncat dengan satu kaki dan mendarat dengan dua kaki

10 Anak dapat meloncat dengan dua kaki dan mendarat dengan dua kaki

11 Anak dapat meloncat dengan dua kaki dan mendarat dengan satu kaki

12 Anak dapat meloncat dan mendarat dengan kaki yang sama secara beirama (hop)

13 Anak dapat merayap ke depan 14 Anak dapat merangkak ke depan 15 Anak dapat membungkukan badan 16 Anak dapat merentangkan kedua tangan 17 Anak dapat memutarkan tangan


(20)

40

Dini Nurmalina Firsty, 201

19 Anak dapat mengayunkan kedua tangan 20 Anak dapat mengayunkan tangan kanan 21 Anak dapat mengayunkan tangan kiri 22 Anak dapat menarik dengan kedua tangan 23 Anak dapat menarik dengan satu tangan

24 Anak dapat melempar benda dengan kedua tangan 25 Anak dapat menangkap objek ringan dengan satu tangan

Keterangan: B : baik C : cukup K : kurang

b. Pedoman observasi dengan daftar check list bagi aktivitas guru dalam pelaksanaan senam fantasi, diantaranya sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pedoman Observasi Aktivitas Guru Dalam Melaksanakan Kegiatan Senam Fantasi di PAUD Alfani

No Pertanyaan Ya Tidak Ket 1 Guru menyiapkan lingkungan belajar di kelas

2 Guru mempersiapkan media yang akan digunakan

3 Guru akan menjelaskan tentang tema dan kegiatan senam yang akan dilakukan 4 Guru mengkondisikan kelas

5 Guru melakukan pemanasan sebelum melakukan kegiatan

6 Guru melakukan senam fantasi menurut cerita 7 Guru selalu memberikan motivasi pada anak

ketika melakukan kegiatan

8 Guru melakukan refleksi setelah kegiatan senam


(21)

Dini Nurmalina Firsty, 201

9 Guru melakukan tanya jawab mengenai kegiatan yang dilakukan pada hari tersebut 10 Guru melakukan penilaian terhadap

pembelajaran dengan tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran

2. Wawancara

Susan Stainback (1988) dalam Arikunto mengemukakan bahwa:

“interviewing provide the researcher a means to go gain a deeper understanding

of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alon. Jadi dengan wawancara, maka penelitiakan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Esterberg (2002) dalam Arikunto mendefinisikan interview sebagai berikut:

“ a meeting of two person to exchange information and idea through question and

responses, resulting in communication and joint contruction of meaning about a

particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang yang bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Adapun pedoman wawancara akan ditunjukan kepada guru atau kepala sekolah untuk memperoleh data yang berkenaan dengan kemampuan motorik kasar anak. Peneliti menyiapkan beberapa pertanyaan yang dituangkan dalam format pedoman wawancara.

a. Tabel wawancara sebelum tindakan

Tabel 3.4

Pedoman Wawancara Sebelum Tindakan


(22)

42

Dini Nurmalina Firsty, 201

1 Bagaimana kemampuan motorik kasar anak pada kelompok B?

2 Pembelajaran seperti apa yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar anak?

3 Hambatan seperti apa yang ditemui dalam proses pembelajaran olahraga di sekolah? 4 Upaya apa yang dilakukan untuk menghadapi

hambatan yang kadang terjadi saat proses pembelajaran?

5 Media apa saja yang digunakan ketika pembelajaran olahraga berlangsung?

Tabel 3.5

Pedoman Wawancara Setelah Tindakan

No Pertanyaan Jawaban 1 Bagaimana kemampuan motorik kasar anak

di kelas B setelah dilakukan pembelajaran senam fantasi?

2 Pernahkah sebelumnya dalam pembelajaran ibu menggunakan senam fantasi?

3 Bagaimana pendapat ibu terhadap pembelajran untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak dengan menggunakan senam fantasi?

4 Adakah kendala yang muncul selama proses pembelajaran menggunakan aktivitas senam fantasi?

5 Apakah dengan pembelajaran senam fantasi tujuan kemampuan motorik kasar anak


(23)

Dini Nurmalina Firsty, 201

dapat tercapai?

3. Studi dokumentasi

Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan berupa foto-foto untuk merekam peristiwa-peristiwa atau kegiatan dalam setiap siklus pembelajaran, aktivitas kegiatan anak belajar, serta cara guru mengajar pembelajaran senam fantasi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Selain kegiatan pembelajaran, peneliti juga mengumpulkan dokumen-dokumen bahan laporan penelitian.

H. Teknik pengolahan dan Analisis Data

Menurut Sanjaya (2011: 106) menganalisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.

Sugiyono (2009:246) aktivitas dalam analisis data interaktif, yaitu: 1. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, fokus pada hal yang penting, dicari tema dan polanya, meringkas dan mengubah bentuk data mentah pada catatan lapangan.

2. Paparan data

Macam-macam data PTK yang telah direduksi perlu dijelaskan dengan tertib dan rapi dengan menggunakan narasi


(24)

44

Dini Nurmalina Firsty, 201

Dalam menarik kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang diambil pada akhir siklus satu. Data hasil observasi setiap butir aspek yang diamati selama dua siklus dihiting dengan menggunakan table distribusi frekwensi.


(25)

Dini Nurmalina Firsty, 201

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang aktivitas senam fantasi dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak yang dilakukan di PAUD Alfani Bogor. Dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kondisi objektif kemampuan motorik kasar anak di PAUD Alfani sebelum tindakan masih rendah. Sebagian anak sering merasa bosan jika pembelajaran motorik kasar sedang berlangsung karena anak hanya melakukan perintah guru saja, tanpa anak diajak untuk bereksplorasi dengan kemampuannya sendiri. Pembelajarannya pun terbatas dengan menggunakan permainan luar ruangan atau outdoor. Hal ini ditandai dengan data sebelum tindakan,hal ini dibuktikan dengan hasil kemampuan motorik kasar anak yang berada pada kategori kurang (K) sebanyak 71%, dalam kategori baik (B) sebanyak 29% sedangkan kategori baik (B) sebanyak 0%. Selain itu gerakan-gerakan yang dilakukan oleh anak masih banyak yang belum benar dan masih harus memerlukan bimbingan dari guru.

2. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada dua siklus dimana setiap siklus melakukan dua tindakan. Setiap siklus terdiri dari perencanaan RPP, setting kelas dan format observasi penilaian anak dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran senam fantasi di kelas kemudian pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru kelas untuk melihat apakah kemampuan motorik kasar anak sudah tercapai atau belum yang terakhir adalah refleksi, pada refleksi siklus satu dilihat bahwa kemampuan motorik kasar anak belum tercapai dan guru juga belum mampu menguasai anak secara sepenuhnya maka diputuskan untuk melanjutkan pada siklus dua. Kemudian pada refleksi di siklus dua kemampuan motorik kasar anak sudah tercapai dan guru pun sudah bisa mengontrol anak dengan benar, selain itu juga kemampuan motorik kasar


(26)

89

Dini Nurmalina Firsty, 201

anak sudah tercapai karena sebelum penelitian ini sudah distimulus oleh guru kelas. Hal ini dilihat dari hasil kemampuan motorik kasar anak yang berada pada kategori kurang (K) sebanyak 14%, pada kategori cukup (C) sebanyak 65%, sedangkan pada kategori baik (B) sebanyak 21%. Dilihat dari data yang ada maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik kasar anak dapat terstimulus dengan baik dibandingkan dengan data pada pra siklus.

3. Peningkatan kemampuan motorik kasar anak melalui senam fantasi. Dampak dari pembelajaran senam fantasi terlihat dari anak yang sudah bisa berlari dengan sikap benar, sudah bisa melakukan ancang-ancang sebelum berlari, sudah bisa melompat dengan awalah dan tolakan yang benar, anak sudah bisa membungkukan badan, pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Hal tersebut di buktikan dari hasil data pada siklus dua tindakan satu dan tindakan dua. Kemampuan motorik kasar anak yang berada pada kategori kurang (K) sebesar 0%, pada kategori cukup (C) sebanyak 14%, dan pada kategori baik sebanyak 86%. Hal tersebut membuktikan bahwa kemampuan motorik kasar anak sudah jauh berkembang baik dibanding dengan data pada pra siklus dan siklus 1.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil pembahasan yang disimpulkan di atas, maka terdapat banyak hal yang menjadi catatan sebagai bahan rekomendasi dan bagi pihak-pihak terkait antara lain:

1. Bagi Guru

a. Guru hendaknya dapat menstimulasi perkembangan kemampuan motorik kasar anak melalui pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan kesempatan bagi anak untuk berpartisipasi melalui kegiatan yang menarik, salah satunya dengan kegiatan senam fantasi

b. Guru hendaknya dapat mengoptimalkan penerapan senam fantasi dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak, misalnya dengan membuat cerita yang lebih menarik yang dapat meningkatkan minat anak untuk mengikuti kegiatan.


(27)

Dini Nurmalina Firsty, 201

2. Bagi Sekolah

a. Sekolah diharapkan dapat menyediakan fasilitas-fasilitas bermain anak yang dapat menstimulasi perkembangan kemampuan motorik kasar anak. b. Sekolah hendaknya mengikutsertakan pendidik untuk mengikuti

pelatihan demi meningkatkan profesionalisme pendidik terutama dalam pemilihan materi, metode, serta media pembelajaran.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian secara lebih mendalam lagi terhadap penerapan kegiatan senam fantasi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.

b. Penelitian ini masih dalam ruang lingkup terbatas, sehingga masih banyak aspek lain yang belum terungkap. Peneliti berharap penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut, di antaranya untuk aspek pengembangan motorik halus, seni, dan berbagai aspek yang dapat dikembangkan, sehingga memberikan kontribusi ilmu baik untuk mahasiswa maupun pendidik anak usia dini.


(1)

42

1 Bagaimana kemampuan motorik kasar anak

pada kelompok B?

2 Pembelajaran seperti apa yang dilakukan

untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar anak?

3 Hambatan seperti apa yang ditemui dalam

proses pembelajaran olahraga di sekolah?

4 Upaya apa yang dilakukan untuk menghadapi

hambatan yang kadang terjadi saat proses pembelajaran?

5 Media apa saja yang digunakan ketika

pembelajaran olahraga berlangsung?

Tabel 3.5

Pedoman Wawancara Setelah Tindakan

No Pertanyaan Jawaban

1 Bagaimana kemampuan motorik kasar anak

di kelas B setelah dilakukan pembelajaran senam fantasi?

2 Pernahkah sebelumnya dalam pembelajaran

ibu menggunakan senam fantasi?

3 Bagaimana pendapat ibu terhadap

pembelajran untuk meningkatkan

kemampuan motorik kasar anak dengan menggunakan senam fantasi?

4 Adakah kendala yang muncul selama

proses pembelajaran menggunakan aktivitas senam fantasi?

5 Apakah dengan pembelajaran senam fantasi


(2)

dapat tercapai?

3. Studi dokumentasi

Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan berupa foto-foto untuk merekam peristiwa-peristiwa atau kegiatan dalam setiap siklus pembelajaran, aktivitas kegiatan anak belajar, serta cara guru mengajar pembelajaran senam fantasi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Selain kegiatan pembelajaran, peneliti juga mengumpulkan dokumen-dokumen bahan laporan penelitian.

H. Teknik pengolahan dan Analisis Data

Menurut Sanjaya (2011: 106) menganalisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.

Sugiyono (2009:246) aktivitas dalam analisis data interaktif, yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, fokus pada hal yang penting, dicari tema dan polanya, meringkas dan mengubah bentuk data mentah pada catatan lapangan.

2. Paparan data

Macam-macam data PTK yang telah direduksi perlu dijelaskan dengan tertib dan rapi dengan menggunakan narasi


(3)

44

Dalam menarik kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang diambil pada akhir siklus satu. Data hasil observasi setiap butir aspek yang diamati selama dua siklus dihiting dengan menggunakan table distribusi frekwensi.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang aktivitas senam fantasi dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak yang dilakukan di PAUD Alfani Bogor. Dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kondisi objektif kemampuan motorik kasar anak di PAUD Alfani sebelum tindakan masih rendah. Sebagian anak sering merasa bosan jika pembelajaran motorik kasar sedang berlangsung karena anak hanya melakukan perintah guru saja, tanpa anak diajak untuk bereksplorasi dengan kemampuannya sendiri. Pembelajarannya pun terbatas dengan menggunakan permainan luar ruangan atau outdoor. Hal ini ditandai dengan data sebelum tindakan,hal ini dibuktikan dengan hasil kemampuan motorik kasar anak yang berada pada kategori kurang (K) sebanyak 71%, dalam kategori baik (B) sebanyak 29% sedangkan kategori baik (B) sebanyak 0%. Selain itu gerakan-gerakan yang dilakukan oleh anak masih banyak yang belum benar dan masih harus memerlukan bimbingan dari guru.

2. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada dua siklus dimana setiap siklus melakukan dua tindakan. Setiap siklus terdiri dari perencanaan RPP, setting kelas dan format observasi penilaian anak dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran senam fantasi di kelas kemudian pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru kelas untuk melihat apakah kemampuan motorik kasar anak sudah tercapai atau belum yang terakhir adalah refleksi, pada refleksi siklus satu dilihat bahwa kemampuan motorik kasar anak belum tercapai dan guru juga belum mampu menguasai anak secara sepenuhnya maka diputuskan untuk melanjutkan pada siklus dua. Kemudian pada refleksi di siklus dua kemampuan motorik kasar anak sudah tercapai dan guru pun sudah bisa mengontrol anak dengan benar, selain itu juga kemampuan motorik kasar


(5)

89

anak sudah tercapai karena sebelum penelitian ini sudah distimulus oleh guru kelas. Hal ini dilihat dari hasil kemampuan motorik kasar anak yang berada pada kategori kurang (K) sebanyak 14%, pada kategori cukup (C) sebanyak 65%, sedangkan pada kategori baik (B) sebanyak 21%. Dilihat dari data yang ada maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik kasar anak dapat terstimulus dengan baik dibandingkan dengan data pada pra siklus.

3. Peningkatan kemampuan motorik kasar anak melalui senam fantasi. Dampak

dari pembelajaran senam fantasi terlihat dari anak yang sudah bisa berlari dengan sikap benar, sudah bisa melakukan ancang-ancang sebelum berlari, sudah bisa melompat dengan awalah dan tolakan yang benar, anak sudah bisa membungkukan badan, pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Hal tersebut di buktikan dari hasil data pada siklus dua tindakan satu dan tindakan dua. Kemampuan motorik kasar anak yang berada pada kategori kurang (K) sebesar 0%, pada kategori cukup (C) sebanyak 14%, dan pada kategori baik sebanyak 86%. Hal tersebut membuktikan bahwa kemampuan motorik kasar anak sudah jauh berkembang baik dibanding dengan data pada pra siklus dan siklus 1.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil pembahasan yang disimpulkan di atas, maka terdapat banyak hal yang menjadi catatan sebagai bahan rekomendasi dan bagi pihak-pihak terkait antara lain:

1. Bagi Guru

a. Guru hendaknya dapat menstimulasi perkembangan kemampuan motorik

kasar anak melalui pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan kesempatan bagi anak untuk berpartisipasi melalui kegiatan yang menarik, salah satunya dengan kegiatan senam fantasi

b. Guru hendaknya dapat mengoptimalkan penerapan senam fantasi dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak, misalnya dengan membuat cerita yang lebih menarik yang dapat meningkatkan minat anak untuk mengikuti kegiatan.


(6)

2. Bagi Sekolah

a. Sekolah diharapkan dapat menyediakan fasilitas-fasilitas bermain anak yang dapat menstimulasi perkembangan kemampuan motorik kasar anak.

b. Sekolah hendaknya mengikutsertakan pendidik untuk mengikuti

pelatihan demi meningkatkan profesionalisme pendidik terutama dalam pemilihan materi, metode, serta media pembelajaran.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian secara lebih mendalam lagi terhadap penerapan kegiatan senam fantasi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.

b. Penelitian ini masih dalam ruang lingkup terbatas, sehingga masih banyak aspek lain yang belum terungkap. Peneliti berharap penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut, di antaranya untuk aspek pengembangan motorik halus, seni, dan berbagai aspek yang dapat dikembangkan, sehingga memberikan kontribusi ilmu baik untuk mahasiswa maupun pendidik anak usia dini.


Dokumen yang terkait

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN KREATIF PADA ANAK KELOMPOK B Mengembangkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Kreatif Pada Anak Kelompok B TK Az Zahra Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen Tahun 2013/2014.

0 2 18

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN KREATIF PADA ANAK KELOMPOK B Mengembangkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Kreatif Pada Anak Kelompok B TK Az Zahra Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen Tahun 2013/2014.

0 3 8

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI KELOMPOK B MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DI PAUD ALAMANDA TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 0 21

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM L penelitian Tindakan Kelas pada kelompok B TK. Karisma.Kec. Caringin Kab. Garut Tahun Ajaran 2013-2014.

1 19 26

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN CLAY : Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di RA Nurul Falah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

0 3 35

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI PEMBELAJARAN TARI NUSANTARA : Penelitian Tindakan Kelas Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B Melalui Tari Yamko Rambe Di PAUD Cahaya Indonesia Kavling IPTN Jalan Nusantara I

2 5 38

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA CRAYON : Penelitian tindakan kelas pada kelompok b di ra al ihsan 1 kecamatan bungbulang kabupaten garut tahun ajaran 2013/2014.

0 3 38

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERJALAN DI ATAS PAPAN TITIAN : Penelitian Tindakan Kelas pada kelompok B TK Al-Hidayah Kec. Bungbulang Kab. Garut Tahun ajaran 2013-2014.

0 2 24

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERJALAN DI ATAS PAPAN TITIAN : Penelitian Tindakan Kelas pada kelompok B TK Al-Hidayah Kec. Bungbulang Kab. Garut Tahun ajaran 2013-2014.

0 0 15

PENGGUNAAN PERMAINAN EGRANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK DI PAUD HARAPAN BUNDA :Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok B PAUD Harapan Bunda Tahun Pelajaran 2013/2014:.

0 0 32