PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA LKS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASA LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X DI SMA.
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA
LKS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN
NONELEKTROLIT KELAS X DI SMA
Oleh:
Dani Tepira Sitepu
NIM 4102131003
Program Studi Pendidikan Kimia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
i
ii
RIWAYAT HIDUP
Dani Tepira Sitepu dilahirkan di Kabanjahe 18 Desember 1992. Ayah bernama
Teguh Sitepu dan ibu bernama Ratna Juita Tarigan dan merupakan anak ketiga
dari 4 oarng bersaudara. Pada tahun 1998, penulis masuk SD Negeri 1 Meranti
dan lulus pada tahun 2004.
Penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1
Meranti dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan sekolah
di SMA Negeri 1 Meranti hingga tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di
Jurusan Kimia pada Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat
dan penyertaanNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis
sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan
waktuyangtelah direncanakan. Skripsi berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning Dengan Media LKS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit Kelas X di
SMA” disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan
kimia di Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Agus Kembaren S.Si.,M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak
ilmu dan saran untuk memperbaiki skripsi ini. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Dr.Simson Tarigan M.Pd selaku dosen pembimbing
akademik selama penulis menjalani perkuliahan di Unimed yang telah banyak
membantu penulis untuk menjalani dan banyak memberikan saran untuk
keberlangsungan perkuliahan penulis. Ucapan terimakasih kepada Bapak
Prof.Dr.Albinus Silalahi, M.S, Bapak Prof.Dr.Ramlan Silaban, M.Si dan Ibu
Dra.Anna Juniar,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan nasihat,
saran, dan komentar dan perbaikan untuk melengkapi skripsi ini. Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada kepala sekolah SMA Negeri 1 Kabanjahe
Bapak Drs.Tomi Jaya dan wakilnya Bapak Jendakami Tarigan S.pd yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1
Kabanjahe. Serta kepada Ibu Dra.Rotua Tiarma L.N dan Bapak Drs.Supirman
Ginting yang telah membantu jalannya penelitian. Teristimewa lagi, penulis
sampaikan ucapan terimakasih kepada kedua orangtua yang luarbiasa, Ayahanda
Teguh Sitepu dan Ibunda Ratna Juita Tarigan, terimakasih untuk jerih payahnya
selama ini karena telah menjadi orangtua terbaik yang telah memberikan
dukungan moril dan materil kepada penulis hingga skripsi ini dapat selesai dengan
baik. Teristimewa juga penulis ucapkan terimakasih kepada kakak tersayang Rika
Yanida Sitepu, Ester Sitepu dan adik tersayang Robby Arnanda Sitepu yang telah
v
memberikan semangat dan dukungan demi terselesaikannya studi penulis. Tak
lupa untuk sahabat terkasih yang selalu ada Agnes sianturi, Arianto Purba,
Bambang Purba, Deasy Hardiani Sitanggang, Desi Tejawati Surbakti dan Melinda
Giovanny Siahaan. Begitu juga dengan teman-teman seperjuangnan Kimia Dik B
2010, terimakasih untuk empat tahun ini untuk partisipasi, dukungan, motivasi
serta doanya selama penyelesaian skripsi ini.
Penulis telah berupaya melengkapi skripsi ini dengan maksimal mungkin,
tetapi saya berharap kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi
ini. Saya berharap skripsi ini dapat berguna dan memberikan banyak kontribusi
untuk pengetahuan pembaca.
Medan,
Juli 2014
Penulis
Dani Tepira Sitepu
NIM. 4102131003
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pola Pikir Perumusan Kurikulum
10
Tabel 3.1 Perbedaan larutan Elektrolit dan Elektrolit Lemah
28
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian
36
Tabel 4.1 Rata-rata,Standar deviasi,Varians Data Pretes-Postes
40
Tabel 4.2 Hasil Perolehan Gain rata-rata Ekaperimen 1 dan eksperimen 2
50
Tabel 4.5 Distribusi Nilai Psikomotorik Siswa
52
Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Sampel
53
Tabel 4.7 Uji Homogenitas Data
54
Tabel 4.8 Uji Hipotesis Peningkatan Hasil Belajar
54
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Pembelajaran
16
Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian
34
Gambar 4.1 Diagram Hasil Belajar Siswa
42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus
63
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
67
Lampiran 3. Analisi Masalah Untuk kelas Eksperimen
90
Lampiran 4. Jawaban Analisis Masalah
94
Lampiran 5. LKS
96
Lampiran 6. Kisi-Kisi Instrumen test
104 ..................................................................................... 116
Lampiran 7. Instrumen Penelitian
105
118
Lampiran 8. Kunci Jawaban
117
Lampiran 9. Instrumen Yang Sudah Divalidkan
118
Lampiran 10 Kunci Jawaban Sesudah Divalidkan
123
Lampiran 11 Lembar observasi
124
Lampiran 12 Tabel Validasi
129
Lampiran 13 Perhitungan Validasi
130
Lampiran 14 Tabel Reliabilitas
133
Lampiran 15 Perhitungan Reliabilitas Tes
134
Lampiran 16 Tabel Tingkat Kesukaran
135
Lampiran 17 Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes
136
Lampiran 18 Tabel Daya Beda
137
Lampiran 19 Perhitungan Tabel Daya Beda
138
Lampiran 20 Tabulasi Data Nilai Siswa
139
Lampiran 21 Perhitungan Standar Deviasi, Varians Nilai Pretes-Postes
140
Lampiran 22 Perhitungan Uji Normalitas
141
Lampiran 23 Perhitungan Uji Homogenitas
145
Lampiran 24 Data Gain Kelas Esperimen dan Kontrol
147
Lampiran 25 Pengujian Hipotesis peningkatan Hasil Belajar
150
Lampiran 26 Persentase Peningkatan Hasil Belajar
152
Lampiran 27 Uji Hipotesis Kemampuan Siswa
154
Lampiran 28 Tabel Aktivitas Belajar Individu
156
Lampiran 29 Perhitungan Uji Korelasi
161
Lampiran 30 Tabel Nilai-Nilai Produt Moment
164
Lampiran 31 Tabel Nilai kritis Distribusi Chi kuadrat
165
Lampiran 32 Tabel t
166
Lampiran 33 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F
167
Lampiran 34 Dokumentasi Penelitian
168
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpatisipasi aktif, serta memberikan uang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Pendidikan diselenggarakan dengan memberikan
keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam proses pembelajaran.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis
pada pencapaian kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk
mengarahkan peserta didik menjadi : a) manusia berkualitas yang mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, b) manusia yang
terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri dan c) warga negara yang demokratis, dan
bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis
kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Dr.Hamdani 2010)
Ilmu kimia juga berperan dan tidak bisa terlepas dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan praktikum yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,
mengapa dan bagaimana gejala- gejala alam, khususnya yang berkaitan dengan
zat. Ilmu kimia dibangun melalui perkembangan keterampilan-keterampilan
proses sains yang dimulai dari mengobservasi, menyusun hipotesis, sampai
dengan mengkomunikasikannya sehingga sebagian aspek kimia bersifat abstrak
yang kebenarannya dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga
rasionalitasnya dapat dirumuskan/ diformulasikan.Pelaksanaan pembelajaran saat
ini harus mengalami perubahan, di mana siswa tidak boleh lagi dianggap sebagai
2
obyek pembelajaran semata, tetapi harus diberikan peran aktif serta dijadikan
mitra dalam proses pembelajaran sehingga siswa bertindak sebagai agen
pembelajar yang aktif sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan mediator
yang kreatif (Sanjaya, 2006).
Secara umum hasil belajar yang rendah disebabkan oleh beberapa faktor
yang antara lain pembelajaran hanya pada buku paket, mengajar satu arah, guru
tidak menanamkan diskusi dua arah, budaya mencontek, banyaknya hapalanhapalan yang diberikan guru kepada siswa, metode mengajar guru yang kurang
tepat dengan materi yang diajarkan, kurang dilengkapi dengan praktek-praktek
yang berhubungan langsung dengan materi pelajaran, tidak digunakannya media
yang mendukung sehingga sulit untuk menstransfer pelajaran bagi siswa, dan
kegiatan belajarnya monoton atau tidak bervariasi. Kenyataan yang dihadapi oleh
guru di sekolah bahwa siswa sering tidak mampu dalam mempelajarinya
(Shakashiri, 1991/ Situmorang, 2001). Faktor yang cukup dominan menyebabkan
rendahnya minat siswa terhadap suatu pelajaran adalah saat pelaksanaan
pembelajaran diantaranya metode mengajar, model pembelajaran, dan media
pembelajaran.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunyono (2005) menunjukkan bahwa
rendahnya hasil belajar siswa disebabkan pada umumnya siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang menyangkut reaksi kimia dan
hitungan kimia, akibat rendahnya pemahaman konsep-konsep kimia dan
kurangnya minat siswa terhadap pelajaran kimia. Disamping itu, guru kurang
memberikan contoh- contoh konkrit tentang reaksi- reaksi yang ada dilingkungan
sakitar dan sering dijumpai siswa. Oleh sebab itu, diperlukan suatu usaha untuk
mengoptimalkan pembelajaran kimia dikelas dengan menerapkan model dan
metode yang terangkum dalam strategi yang tepat dan sesuai dengan materi yang
diajarkan.
Salah satu materi kimia yang berguna bagi kehidupan manusia adalah
materi sistem Larutan elektrolit dan nonelektrolit yang diajarkan pada siswa kelas
X SMA dengan standar kompetensi : menjelaskan sistem dan sifat Larutan
elektrolit dan nonelektrolit serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
3
Dengan mempelajari materi sistem Larutan elektrolit dan nonelektrolit, siswa
dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan menjadi produk yang
bermanfaat. Namun pada prakteknya, masih banyak siswa yang kesulitan dalam
mempelajari kimia yang terlihat dari rendahnya hasil belajar kimia siswa.
Permasalahan
tersebut
dapat
diatasi
dengan
menerapkan
model
pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa agar berperan aktif dalam proses
belajar mengajar di sekolah seperti model pembelajaran Problem Based Learning
yang dipadukan dengan pendekatan Scientific (Kemdikbud, 2013). Menurut
Permana dalam Fauziah (2013), melalui pembelajaran Problem Based Learning
peserta didik dituntut aktif untuk mendapatkan konsep yang dapat diterapkan
dengan jalan memecahkan masalah, peserta didik akan mengeksplorasi sendiri
konsep-konsep yang harus mereka kuasai, dan peserta didik diaktifkan untuk
bertanya dan berargumentasi melalui diskusi, mengasah keterampilan investigasi,
dan menjalani prosedur kerja ilmiah lainnya. Larutan elektrolit dan nonelektrolit
merupakan salah satu materi kimia yang memang dianggap cukup mudah dalam
proses pembelajarannya bagi siswa, namun guru jarang sekali menggunakan
media pembelajaran yang tepat didalam prosesnya, serta kurangnya minat dari
guru untuk menggunakan metode praktikum didalam proses pembelajarannya.
Sehingga siswa hanya sekedar mengetahui tanpa dapat menerapkannya dalam
kehidupansehari-hari.
Selaras dengan hakikat ilmu kimia, tujuan mata pelajaran kimia di SMA
(Sekolah Menengah Atas) ditemukan rendahnya penguasaan ilmu kimia yang
bersifat abstrak, sehingga diduga berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa
pada pembelajaran ilmu kimia itu sendiri. Selama ini siswa lebih banyak mencatat,
dan pada waktu penilaian dilakukan hanya berpedoman pada catatan yang ada
sebagai catatan yang diberika kepada siswa. Penelitian ini akan dilakukan di
sekolah SMA Negeri 1 Kabanjahe, dimana minat siswa untuk belajar kimia
tergolong sedang dilihat dari ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 65%, dengan
KKM 72
.
Berdasarkan pengalaman yang di dapat peneliti pada masa Pelatihan
Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) 2013 di SMA dan observasi serta diskusi
4
dengan guru kimia SMA Negeri 1 kabanjahe, yaitu bapak Supirman Ginting
menyatakan bahwa satu kesulitan yang seringkali dihadapi guru adalah ketika
merancang kegiatan pembelajaran kimia yang memuat konsep abstrak. Sehingga
membuat siswa terkadang susah untuk memahami materi tersebut. Hal ini
mengakibatkan nilai mata pelajaran kimia menjadi rendah, yaitu memiliki rata-rata
65, dimana seharusnya nilai yang harus dicapai adalah di atas nilai rata-rata KKM
yakni 72. Selain itu metode belajar yang digunakan masih metode ceramah, tanya
jawab, dan diskusi. Untuk itu pelajaran kimia harus diajar dengan cara yang lebih
menarik lagi dengan menggunakan pendekatan yang menghubungkan pelajaran
dengan kehidupan sehari-hari
.
Penelitian yang dilakukan oleh Haeruddin (2008) dengan judul “Penerapan
model Problem Based Learning dengan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran kimia untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI MAN 2
Model PALU” menunjukkan bahwa secara umum siswa mengalami peningkatan
hasil belajar, dimana daya serap klasikal yang diperoleh telah mencapai daya serap
ideal yaitu 81,72% (daya serap ideal ≥ 75%) dan juga ketuntasan belajar klasikal
79,31% dengan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 82. Hal ini menunjukkan
bahwa penerapan pembelajaran Problem Based Learning melalui pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar. Namun seperti yang diketahui
bahwa kurikulum 2013 saat ini sudah melibatkan pendekatan scientific didalam
proses pembelajarannya
.
Berdasarkan hasil penelitian Sunarji (2009) yang berjudul “Penerapan
Pembelajaran model Problem Based Learning untuk meningkatkan motivasi dan
kemampuan pemecahan masalah ilmu statistika disekolah” juga menunjukkan
bahwa dari siklus I ke siklus II kemampuan siswa dalam pemecahan masalah
meningkat sebesar 17,20%, ketuntasan dalam pemecahan masalah mengalami
peningkatan sebesar 35% dan siswa yang belum tuntas dalam pemecahan masalah
mengalami penurunan sebesar 35%. Jadi penerapan pembelajaran model Problem
Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan
masalah ilmu statistika
.
Dalam materi yang diluar ilmu kimia, penelitian yang berjudul
5
“implementasi Problem Based Learning terhadap hasil belajar biologi ditinjau dari
Intelligence Quotient (IQ) oleh Ida Bgs Nym Semara Putra (2012) menunjukkan
bahwa model pembelajaran Problem Based Learning memberikan pengaruh
terhadap
hasil
belajar
biologi
siswa.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
membandingkan pengaruh Problem Based Learning dengan siswa yang memiliki
IQ rendah dengan IQ yang tinggi, dmana didapat bahwa Problem Based Learnig
lebih baik penerapannya untuk siswa yang memiliki IQ yang tinggi. Untuk siswa
yang memiliki IQ rendah, hasil belajarnya lebih baik dengan menggunakan
pembelajaran langsung. Tetapi dalam penelitian ini, tidak ada media yang
mendukung serta materi yang diajarkan juga bersifat universal sehingga data yang
diperoleh tidak signifikan
.
Untuk penggunaan media LKS sendiri dilihat dari penelitian Dyah Permata
sari (2013) dengan judul Uji coba pembelajaran IPA dengan LKS sebagai
penunjang media virtual phet untuk melatih keterampilan proses pada materi
hukum arcimedes menunjukkan bahwa 81% siswa lebih mudah mengerti dengan
materi yang diajarkan dengan media LKS deibandingkan dengan tanpa
menggunakan media LKS tersebut. Namun dalam penelitian ini LKS hanya
dijadikan
sebagai
pendukung
dari
media
virtual
phet
itu
sendiri.
Dari beberapa penelitian diatas didapat bahwa penggunaan model
pembelajaran Problem Based Learning dan media LKS memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Namun kurikulum yang digunakan belum kurikulum
2013. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dipaparkan
dalam latar belakang di atas penulis ingin menggabungkan hasil penelitian tersebut
dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Dengan Menggunakan media LKS Terhadap Hasil belajar Siswa Pada Pokok
Bahasan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit kelas X Di SMA ”
1.2 Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang masalah yang disusun penulis, maka ruang
lingkup masalah yang akan diidentifikasi pada penelitian adalah sebagai berikut:
6
1.
Pembelajaran yang belum berhasil menciptakan suasana belajar yang aktif
bagi siswa, dimana guru masih menjadi pusat pembelajaran
2.
Media yang diterapkan dalam proses belajar mengajar masih kurang efektif
3.
Pembelajaran kimia yang melibatkan aktifitas siswa masih kurang
4.
Hasil belajar kimia siswa berdasarkan nilai KKM masih rendah.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah
diungkapkan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Apakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
Problem Based Learning dengan media LKS lebih baik dari hasil belajar
siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional dengan media LKS
pada pokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X di SMA tahun
ajaran 2013/2014 yang menggunakan kurikulum 2013?
2.
Apakah ada korelasi yang positif dan signifikan antara kemampuan berfikir
kognitif, kognitif dan psikomotorik terhadap peningkatan hasil belajar siswa?
1.4 Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini dibatasi masalahnya
yaitu:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Problem
Based Learning dengan menggunakan media LKS
2. Materi yang diajarkan pada penelitian ini adalah larutan Elektrolit dan
Nonelektrolit di kelas X SMA tahun ajaran 2013/2014 yang menggunakan
kurikulum 2013.
3. Hasil belajar siswa yang diukur adalah hasil belajar kimia yang terdiri hasil
belajar afektif dan psikomotorik siswa
7
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah:
1.
Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran Problem Based Learning dengan media LKS lebih baik dari
hasil belajar siswa yang diajarkan pembelajaran konvensional dengan media
LKS pada pokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X di SMA
Negeri 1 Kabanjahe.
2.
Untuk mengetahu Apakah ada korelasi yang positif dan signifikan antara
kemampuan
berfikir
kognitif,
kognitif
dan
psikomotorik
terhadap
peningkatan hasil belajar siswa
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1.
Sebagai masukan kepada semua pihak yang terkait dengan kegiatan
pembelajaran, terutama guru kimia, dalam rangka meningkatkan hasil belajar
siswa
2.
Sebagai masukan kepada para peneliti yang ingin melakukan penelitianpenelitian lebih lanjut dibidang pembelajaran terutama pembelajaran kimia.
3.
Menambah hasanah ilmiah/data ilmiah dibidang pembelajaran kimia.
1.7 Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam menafsirkan istilah, maka perlu
diberikan defenisi operasional sebagai berikut:
1.
Problem Based Learning
Merupakan pelaksanaan pembelajaran berangkat dari sebuah kasus tertentu
dan kemudian dianalisis lebih lanjut berguna untuk ditemukan pemecahan
masalahnya, dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Umumnya model pembelajaran
8
Problem Based Learning ini membantu siswa menemukan masalah yang
berkeitan dengan kehidupan sehari-hari.
2.
Media LKS (Lembar Kerja Siswa)
Merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran. Secara umum, LKS
merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung
pelaksanaan Rencana Pembelajaran (RP). Lembar kerja siswa berupa lembaran
kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan pertanyaan yang
harus dijawab oleh siswa)
3.
Pembelajaran konvensional
Merupakan model pembelajaran dimana guru aktif sementara siswa pasif
dalam menerima pelajaran. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran biasa,
guru lebih sering menyajikan pelajaran dalam bentuk buku, guru lebih banyak
berbicara pada saat menerangkan materi pelajaran, contoh-contoh soal, ceramah,
uraian dan latihan.
4.
Larutan elektrolit dan nonelektrolit
Merupakan salah satu materi kimia yang cukup sering ditemukan konsepnya
dalam kehidupan sehari hari. Dimana larutan elektrolit adalah larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan nonelektrolit adalah larutan yang
tidak dapat menghantarkan arus listrik.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan yaitu :
1. Hasil belajar kimia siswa yang di ajar menerapkan model pembelajaran
Problem Based Learning lebih tinggi daripada hasil belajar kimia siswa yang
di ajar dengan pembelajaran konvensional. Pada kelas Eksperimen 1 terjadi
peningkatan hasil belajar 78,28% sedangkan pada kelas Eksperimen 2
peningkatan yang terjadi lebih rendah yaitu 64,75%.
2. Pencapaian psikomotorik siswa pada kelas eksperimen 1 menunjukkan nilaia
yang lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen 2. Dimana untuk kelas
eksperimen 1 sendiri diperoleh rata-rata nilai afektif siswa adalah 89,70
sementara kelas kontrol 80,39. Sedangkan untuk capaian nilai afektif siswa
siswa kelas eksperimen 1 dipertemuan 1 adalah 64,16 dan dipertemuan 2
adalah 84,93 sedngakan kelas eksperimen 2 yang hanya dilihat dari
pertemuan 2 nilai yang diperoleh adalah 77,45
5.2.
Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas
maka penulis menyarankan hal-hal berikut
1. Adanya pengembangan dan tindak lanjut dalam pengembangan inovasi
pembelajaran kimia pada materi-materi kimia lainnya.
2. Bagi guru dan calon guru, menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning dapat mempermudah pencapaian tujuan instruksional dan
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, khususnya mata
pelajaran kimia.
3. Perlunya para guru dan calon guru memanfaatkan kemajuan teknologi
untuk melihat perkembangan yang terjadi guna meningkatkan kreativitas
dalam mendesain pembelajaran.
59
4. Mahasiswa yang lain dapat mengadakan penelitian lanjutan tentang
Problem Based Lerning dan diharapkan menggunakan dua kelas dengan
sekolah yang berbedasebagai studi pembandingan untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik dan perbedaan peningkatan hasil belajar yang lebih
signifikan.
LKS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN
NONELEKTROLIT KELAS X DI SMA
Oleh:
Dani Tepira Sitepu
NIM 4102131003
Program Studi Pendidikan Kimia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
i
ii
RIWAYAT HIDUP
Dani Tepira Sitepu dilahirkan di Kabanjahe 18 Desember 1992. Ayah bernama
Teguh Sitepu dan ibu bernama Ratna Juita Tarigan dan merupakan anak ketiga
dari 4 oarng bersaudara. Pada tahun 1998, penulis masuk SD Negeri 1 Meranti
dan lulus pada tahun 2004.
Penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1
Meranti dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan sekolah
di SMA Negeri 1 Meranti hingga tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di
Jurusan Kimia pada Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat
dan penyertaanNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis
sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan
waktuyangtelah direncanakan. Skripsi berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning Dengan Media LKS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit Kelas X di
SMA” disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan
kimia di Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Agus Kembaren S.Si.,M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak
ilmu dan saran untuk memperbaiki skripsi ini. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Dr.Simson Tarigan M.Pd selaku dosen pembimbing
akademik selama penulis menjalani perkuliahan di Unimed yang telah banyak
membantu penulis untuk menjalani dan banyak memberikan saran untuk
keberlangsungan perkuliahan penulis. Ucapan terimakasih kepada Bapak
Prof.Dr.Albinus Silalahi, M.S, Bapak Prof.Dr.Ramlan Silaban, M.Si dan Ibu
Dra.Anna Juniar,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan nasihat,
saran, dan komentar dan perbaikan untuk melengkapi skripsi ini. Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada kepala sekolah SMA Negeri 1 Kabanjahe
Bapak Drs.Tomi Jaya dan wakilnya Bapak Jendakami Tarigan S.pd yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1
Kabanjahe. Serta kepada Ibu Dra.Rotua Tiarma L.N dan Bapak Drs.Supirman
Ginting yang telah membantu jalannya penelitian. Teristimewa lagi, penulis
sampaikan ucapan terimakasih kepada kedua orangtua yang luarbiasa, Ayahanda
Teguh Sitepu dan Ibunda Ratna Juita Tarigan, terimakasih untuk jerih payahnya
selama ini karena telah menjadi orangtua terbaik yang telah memberikan
dukungan moril dan materil kepada penulis hingga skripsi ini dapat selesai dengan
baik. Teristimewa juga penulis ucapkan terimakasih kepada kakak tersayang Rika
Yanida Sitepu, Ester Sitepu dan adik tersayang Robby Arnanda Sitepu yang telah
v
memberikan semangat dan dukungan demi terselesaikannya studi penulis. Tak
lupa untuk sahabat terkasih yang selalu ada Agnes sianturi, Arianto Purba,
Bambang Purba, Deasy Hardiani Sitanggang, Desi Tejawati Surbakti dan Melinda
Giovanny Siahaan. Begitu juga dengan teman-teman seperjuangnan Kimia Dik B
2010, terimakasih untuk empat tahun ini untuk partisipasi, dukungan, motivasi
serta doanya selama penyelesaian skripsi ini.
Penulis telah berupaya melengkapi skripsi ini dengan maksimal mungkin,
tetapi saya berharap kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi
ini. Saya berharap skripsi ini dapat berguna dan memberikan banyak kontribusi
untuk pengetahuan pembaca.
Medan,
Juli 2014
Penulis
Dani Tepira Sitepu
NIM. 4102131003
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pola Pikir Perumusan Kurikulum
10
Tabel 3.1 Perbedaan larutan Elektrolit dan Elektrolit Lemah
28
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian
36
Tabel 4.1 Rata-rata,Standar deviasi,Varians Data Pretes-Postes
40
Tabel 4.2 Hasil Perolehan Gain rata-rata Ekaperimen 1 dan eksperimen 2
50
Tabel 4.5 Distribusi Nilai Psikomotorik Siswa
52
Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Sampel
53
Tabel 4.7 Uji Homogenitas Data
54
Tabel 4.8 Uji Hipotesis Peningkatan Hasil Belajar
54
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Pembelajaran
16
Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian
34
Gambar 4.1 Diagram Hasil Belajar Siswa
42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus
63
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
67
Lampiran 3. Analisi Masalah Untuk kelas Eksperimen
90
Lampiran 4. Jawaban Analisis Masalah
94
Lampiran 5. LKS
96
Lampiran 6. Kisi-Kisi Instrumen test
104 ..................................................................................... 116
Lampiran 7. Instrumen Penelitian
105
118
Lampiran 8. Kunci Jawaban
117
Lampiran 9. Instrumen Yang Sudah Divalidkan
118
Lampiran 10 Kunci Jawaban Sesudah Divalidkan
123
Lampiran 11 Lembar observasi
124
Lampiran 12 Tabel Validasi
129
Lampiran 13 Perhitungan Validasi
130
Lampiran 14 Tabel Reliabilitas
133
Lampiran 15 Perhitungan Reliabilitas Tes
134
Lampiran 16 Tabel Tingkat Kesukaran
135
Lampiran 17 Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes
136
Lampiran 18 Tabel Daya Beda
137
Lampiran 19 Perhitungan Tabel Daya Beda
138
Lampiran 20 Tabulasi Data Nilai Siswa
139
Lampiran 21 Perhitungan Standar Deviasi, Varians Nilai Pretes-Postes
140
Lampiran 22 Perhitungan Uji Normalitas
141
Lampiran 23 Perhitungan Uji Homogenitas
145
Lampiran 24 Data Gain Kelas Esperimen dan Kontrol
147
Lampiran 25 Pengujian Hipotesis peningkatan Hasil Belajar
150
Lampiran 26 Persentase Peningkatan Hasil Belajar
152
Lampiran 27 Uji Hipotesis Kemampuan Siswa
154
Lampiran 28 Tabel Aktivitas Belajar Individu
156
Lampiran 29 Perhitungan Uji Korelasi
161
Lampiran 30 Tabel Nilai-Nilai Produt Moment
164
Lampiran 31 Tabel Nilai kritis Distribusi Chi kuadrat
165
Lampiran 32 Tabel t
166
Lampiran 33 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F
167
Lampiran 34 Dokumentasi Penelitian
168
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpatisipasi aktif, serta memberikan uang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Pendidikan diselenggarakan dengan memberikan
keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam proses pembelajaran.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis
pada pencapaian kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk
mengarahkan peserta didik menjadi : a) manusia berkualitas yang mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, b) manusia yang
terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri dan c) warga negara yang demokratis, dan
bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis
kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Dr.Hamdani 2010)
Ilmu kimia juga berperan dan tidak bisa terlepas dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan praktikum yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,
mengapa dan bagaimana gejala- gejala alam, khususnya yang berkaitan dengan
zat. Ilmu kimia dibangun melalui perkembangan keterampilan-keterampilan
proses sains yang dimulai dari mengobservasi, menyusun hipotesis, sampai
dengan mengkomunikasikannya sehingga sebagian aspek kimia bersifat abstrak
yang kebenarannya dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga
rasionalitasnya dapat dirumuskan/ diformulasikan.Pelaksanaan pembelajaran saat
ini harus mengalami perubahan, di mana siswa tidak boleh lagi dianggap sebagai
2
obyek pembelajaran semata, tetapi harus diberikan peran aktif serta dijadikan
mitra dalam proses pembelajaran sehingga siswa bertindak sebagai agen
pembelajar yang aktif sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan mediator
yang kreatif (Sanjaya, 2006).
Secara umum hasil belajar yang rendah disebabkan oleh beberapa faktor
yang antara lain pembelajaran hanya pada buku paket, mengajar satu arah, guru
tidak menanamkan diskusi dua arah, budaya mencontek, banyaknya hapalanhapalan yang diberikan guru kepada siswa, metode mengajar guru yang kurang
tepat dengan materi yang diajarkan, kurang dilengkapi dengan praktek-praktek
yang berhubungan langsung dengan materi pelajaran, tidak digunakannya media
yang mendukung sehingga sulit untuk menstransfer pelajaran bagi siswa, dan
kegiatan belajarnya monoton atau tidak bervariasi. Kenyataan yang dihadapi oleh
guru di sekolah bahwa siswa sering tidak mampu dalam mempelajarinya
(Shakashiri, 1991/ Situmorang, 2001). Faktor yang cukup dominan menyebabkan
rendahnya minat siswa terhadap suatu pelajaran adalah saat pelaksanaan
pembelajaran diantaranya metode mengajar, model pembelajaran, dan media
pembelajaran.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunyono (2005) menunjukkan bahwa
rendahnya hasil belajar siswa disebabkan pada umumnya siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang menyangkut reaksi kimia dan
hitungan kimia, akibat rendahnya pemahaman konsep-konsep kimia dan
kurangnya minat siswa terhadap pelajaran kimia. Disamping itu, guru kurang
memberikan contoh- contoh konkrit tentang reaksi- reaksi yang ada dilingkungan
sakitar dan sering dijumpai siswa. Oleh sebab itu, diperlukan suatu usaha untuk
mengoptimalkan pembelajaran kimia dikelas dengan menerapkan model dan
metode yang terangkum dalam strategi yang tepat dan sesuai dengan materi yang
diajarkan.
Salah satu materi kimia yang berguna bagi kehidupan manusia adalah
materi sistem Larutan elektrolit dan nonelektrolit yang diajarkan pada siswa kelas
X SMA dengan standar kompetensi : menjelaskan sistem dan sifat Larutan
elektrolit dan nonelektrolit serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
3
Dengan mempelajari materi sistem Larutan elektrolit dan nonelektrolit, siswa
dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan menjadi produk yang
bermanfaat. Namun pada prakteknya, masih banyak siswa yang kesulitan dalam
mempelajari kimia yang terlihat dari rendahnya hasil belajar kimia siswa.
Permasalahan
tersebut
dapat
diatasi
dengan
menerapkan
model
pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa agar berperan aktif dalam proses
belajar mengajar di sekolah seperti model pembelajaran Problem Based Learning
yang dipadukan dengan pendekatan Scientific (Kemdikbud, 2013). Menurut
Permana dalam Fauziah (2013), melalui pembelajaran Problem Based Learning
peserta didik dituntut aktif untuk mendapatkan konsep yang dapat diterapkan
dengan jalan memecahkan masalah, peserta didik akan mengeksplorasi sendiri
konsep-konsep yang harus mereka kuasai, dan peserta didik diaktifkan untuk
bertanya dan berargumentasi melalui diskusi, mengasah keterampilan investigasi,
dan menjalani prosedur kerja ilmiah lainnya. Larutan elektrolit dan nonelektrolit
merupakan salah satu materi kimia yang memang dianggap cukup mudah dalam
proses pembelajarannya bagi siswa, namun guru jarang sekali menggunakan
media pembelajaran yang tepat didalam prosesnya, serta kurangnya minat dari
guru untuk menggunakan metode praktikum didalam proses pembelajarannya.
Sehingga siswa hanya sekedar mengetahui tanpa dapat menerapkannya dalam
kehidupansehari-hari.
Selaras dengan hakikat ilmu kimia, tujuan mata pelajaran kimia di SMA
(Sekolah Menengah Atas) ditemukan rendahnya penguasaan ilmu kimia yang
bersifat abstrak, sehingga diduga berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa
pada pembelajaran ilmu kimia itu sendiri. Selama ini siswa lebih banyak mencatat,
dan pada waktu penilaian dilakukan hanya berpedoman pada catatan yang ada
sebagai catatan yang diberika kepada siswa. Penelitian ini akan dilakukan di
sekolah SMA Negeri 1 Kabanjahe, dimana minat siswa untuk belajar kimia
tergolong sedang dilihat dari ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 65%, dengan
KKM 72
.
Berdasarkan pengalaman yang di dapat peneliti pada masa Pelatihan
Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) 2013 di SMA dan observasi serta diskusi
4
dengan guru kimia SMA Negeri 1 kabanjahe, yaitu bapak Supirman Ginting
menyatakan bahwa satu kesulitan yang seringkali dihadapi guru adalah ketika
merancang kegiatan pembelajaran kimia yang memuat konsep abstrak. Sehingga
membuat siswa terkadang susah untuk memahami materi tersebut. Hal ini
mengakibatkan nilai mata pelajaran kimia menjadi rendah, yaitu memiliki rata-rata
65, dimana seharusnya nilai yang harus dicapai adalah di atas nilai rata-rata KKM
yakni 72. Selain itu metode belajar yang digunakan masih metode ceramah, tanya
jawab, dan diskusi. Untuk itu pelajaran kimia harus diajar dengan cara yang lebih
menarik lagi dengan menggunakan pendekatan yang menghubungkan pelajaran
dengan kehidupan sehari-hari
.
Penelitian yang dilakukan oleh Haeruddin (2008) dengan judul “Penerapan
model Problem Based Learning dengan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran kimia untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI MAN 2
Model PALU” menunjukkan bahwa secara umum siswa mengalami peningkatan
hasil belajar, dimana daya serap klasikal yang diperoleh telah mencapai daya serap
ideal yaitu 81,72% (daya serap ideal ≥ 75%) dan juga ketuntasan belajar klasikal
79,31% dengan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 82. Hal ini menunjukkan
bahwa penerapan pembelajaran Problem Based Learning melalui pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar. Namun seperti yang diketahui
bahwa kurikulum 2013 saat ini sudah melibatkan pendekatan scientific didalam
proses pembelajarannya
.
Berdasarkan hasil penelitian Sunarji (2009) yang berjudul “Penerapan
Pembelajaran model Problem Based Learning untuk meningkatkan motivasi dan
kemampuan pemecahan masalah ilmu statistika disekolah” juga menunjukkan
bahwa dari siklus I ke siklus II kemampuan siswa dalam pemecahan masalah
meningkat sebesar 17,20%, ketuntasan dalam pemecahan masalah mengalami
peningkatan sebesar 35% dan siswa yang belum tuntas dalam pemecahan masalah
mengalami penurunan sebesar 35%. Jadi penerapan pembelajaran model Problem
Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan
masalah ilmu statistika
.
Dalam materi yang diluar ilmu kimia, penelitian yang berjudul
5
“implementasi Problem Based Learning terhadap hasil belajar biologi ditinjau dari
Intelligence Quotient (IQ) oleh Ida Bgs Nym Semara Putra (2012) menunjukkan
bahwa model pembelajaran Problem Based Learning memberikan pengaruh
terhadap
hasil
belajar
biologi
siswa.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
membandingkan pengaruh Problem Based Learning dengan siswa yang memiliki
IQ rendah dengan IQ yang tinggi, dmana didapat bahwa Problem Based Learnig
lebih baik penerapannya untuk siswa yang memiliki IQ yang tinggi. Untuk siswa
yang memiliki IQ rendah, hasil belajarnya lebih baik dengan menggunakan
pembelajaran langsung. Tetapi dalam penelitian ini, tidak ada media yang
mendukung serta materi yang diajarkan juga bersifat universal sehingga data yang
diperoleh tidak signifikan
.
Untuk penggunaan media LKS sendiri dilihat dari penelitian Dyah Permata
sari (2013) dengan judul Uji coba pembelajaran IPA dengan LKS sebagai
penunjang media virtual phet untuk melatih keterampilan proses pada materi
hukum arcimedes menunjukkan bahwa 81% siswa lebih mudah mengerti dengan
materi yang diajarkan dengan media LKS deibandingkan dengan tanpa
menggunakan media LKS tersebut. Namun dalam penelitian ini LKS hanya
dijadikan
sebagai
pendukung
dari
media
virtual
phet
itu
sendiri.
Dari beberapa penelitian diatas didapat bahwa penggunaan model
pembelajaran Problem Based Learning dan media LKS memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Namun kurikulum yang digunakan belum kurikulum
2013. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dipaparkan
dalam latar belakang di atas penulis ingin menggabungkan hasil penelitian tersebut
dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Dengan Menggunakan media LKS Terhadap Hasil belajar Siswa Pada Pokok
Bahasan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit kelas X Di SMA ”
1.2 Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang masalah yang disusun penulis, maka ruang
lingkup masalah yang akan diidentifikasi pada penelitian adalah sebagai berikut:
6
1.
Pembelajaran yang belum berhasil menciptakan suasana belajar yang aktif
bagi siswa, dimana guru masih menjadi pusat pembelajaran
2.
Media yang diterapkan dalam proses belajar mengajar masih kurang efektif
3.
Pembelajaran kimia yang melibatkan aktifitas siswa masih kurang
4.
Hasil belajar kimia siswa berdasarkan nilai KKM masih rendah.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah
diungkapkan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Apakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
Problem Based Learning dengan media LKS lebih baik dari hasil belajar
siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional dengan media LKS
pada pokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X di SMA tahun
ajaran 2013/2014 yang menggunakan kurikulum 2013?
2.
Apakah ada korelasi yang positif dan signifikan antara kemampuan berfikir
kognitif, kognitif dan psikomotorik terhadap peningkatan hasil belajar siswa?
1.4 Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini dibatasi masalahnya
yaitu:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Problem
Based Learning dengan menggunakan media LKS
2. Materi yang diajarkan pada penelitian ini adalah larutan Elektrolit dan
Nonelektrolit di kelas X SMA tahun ajaran 2013/2014 yang menggunakan
kurikulum 2013.
3. Hasil belajar siswa yang diukur adalah hasil belajar kimia yang terdiri hasil
belajar afektif dan psikomotorik siswa
7
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah:
1.
Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran Problem Based Learning dengan media LKS lebih baik dari
hasil belajar siswa yang diajarkan pembelajaran konvensional dengan media
LKS pada pokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X di SMA
Negeri 1 Kabanjahe.
2.
Untuk mengetahu Apakah ada korelasi yang positif dan signifikan antara
kemampuan
berfikir
kognitif,
kognitif
dan
psikomotorik
terhadap
peningkatan hasil belajar siswa
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1.
Sebagai masukan kepada semua pihak yang terkait dengan kegiatan
pembelajaran, terutama guru kimia, dalam rangka meningkatkan hasil belajar
siswa
2.
Sebagai masukan kepada para peneliti yang ingin melakukan penelitianpenelitian lebih lanjut dibidang pembelajaran terutama pembelajaran kimia.
3.
Menambah hasanah ilmiah/data ilmiah dibidang pembelajaran kimia.
1.7 Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam menafsirkan istilah, maka perlu
diberikan defenisi operasional sebagai berikut:
1.
Problem Based Learning
Merupakan pelaksanaan pembelajaran berangkat dari sebuah kasus tertentu
dan kemudian dianalisis lebih lanjut berguna untuk ditemukan pemecahan
masalahnya, dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Umumnya model pembelajaran
8
Problem Based Learning ini membantu siswa menemukan masalah yang
berkeitan dengan kehidupan sehari-hari.
2.
Media LKS (Lembar Kerja Siswa)
Merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran. Secara umum, LKS
merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung
pelaksanaan Rencana Pembelajaran (RP). Lembar kerja siswa berupa lembaran
kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan pertanyaan yang
harus dijawab oleh siswa)
3.
Pembelajaran konvensional
Merupakan model pembelajaran dimana guru aktif sementara siswa pasif
dalam menerima pelajaran. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran biasa,
guru lebih sering menyajikan pelajaran dalam bentuk buku, guru lebih banyak
berbicara pada saat menerangkan materi pelajaran, contoh-contoh soal, ceramah,
uraian dan latihan.
4.
Larutan elektrolit dan nonelektrolit
Merupakan salah satu materi kimia yang cukup sering ditemukan konsepnya
dalam kehidupan sehari hari. Dimana larutan elektrolit adalah larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan nonelektrolit adalah larutan yang
tidak dapat menghantarkan arus listrik.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan yaitu :
1. Hasil belajar kimia siswa yang di ajar menerapkan model pembelajaran
Problem Based Learning lebih tinggi daripada hasil belajar kimia siswa yang
di ajar dengan pembelajaran konvensional. Pada kelas Eksperimen 1 terjadi
peningkatan hasil belajar 78,28% sedangkan pada kelas Eksperimen 2
peningkatan yang terjadi lebih rendah yaitu 64,75%.
2. Pencapaian psikomotorik siswa pada kelas eksperimen 1 menunjukkan nilaia
yang lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen 2. Dimana untuk kelas
eksperimen 1 sendiri diperoleh rata-rata nilai afektif siswa adalah 89,70
sementara kelas kontrol 80,39. Sedangkan untuk capaian nilai afektif siswa
siswa kelas eksperimen 1 dipertemuan 1 adalah 64,16 dan dipertemuan 2
adalah 84,93 sedngakan kelas eksperimen 2 yang hanya dilihat dari
pertemuan 2 nilai yang diperoleh adalah 77,45
5.2.
Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas
maka penulis menyarankan hal-hal berikut
1. Adanya pengembangan dan tindak lanjut dalam pengembangan inovasi
pembelajaran kimia pada materi-materi kimia lainnya.
2. Bagi guru dan calon guru, menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning dapat mempermudah pencapaian tujuan instruksional dan
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, khususnya mata
pelajaran kimia.
3. Perlunya para guru dan calon guru memanfaatkan kemajuan teknologi
untuk melihat perkembangan yang terjadi guna meningkatkan kreativitas
dalam mendesain pembelajaran.
59
4. Mahasiswa yang lain dapat mengadakan penelitian lanjutan tentang
Problem Based Lerning dan diharapkan menggunakan dua kelas dengan
sekolah yang berbedasebagai studi pembandingan untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik dan perbedaan peningkatan hasil belajar yang lebih
signifikan.