PENYEDIAAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA LARUTAN ELEKTROLIT NONELEKTROLIT INOVATIF SESUAI KURIKULUM 2013 BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING.
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
Oleh :
Renata M.Hutagalung 4103131044
Program Studi Pendidikan Kimia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2014
(2)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia- Nya yang memberikan kesehatan dan nikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Skripsi berjudul Perbandingan Penyediaan Modul Inovatif Pembelajaran Kimia Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Sesuai Kurikulum 2013 Berbasis Model Pembelajaran Problem Based Learning. disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam Unimed.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi (PS) yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dr. Retno Dwi Suyanti,M.Si, Bapak Drs. Marudut Sinaga, M.Si, dan Bapak Dr. Mahmud, M.Sc, sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari penelitian sampai dengan selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Drs. Rahmat Nauli, M.Si selaku dosen pembimbing akademik (PA) dan kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Kimia FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis selama peruses perkuliahan. Ucapan terima kasih juga kepada guru-guru sekolah yang telah mendidik penulis sehingga penulis dapat memperoleh gelar Sarjana. Ucapan terima kasih kepada Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Staf Tata Usaha, Guru Kimia dan Siswa/i kelas XI SMA Negeri 7 Medan yang telah banyak membantu penulis selama proses penelitian berlangsung.
Secara khusus dan Teristimewa saya mengucapkan terima kasih kepada kedua Orang Tua saya Ir. Syahnan Hutagalung dan Meriani Tampubolon yang tak henti memberikan doa, kasih sayang, waktu, biaya hidup dan dukungan setiap
(3)
saat kepada penulis (kalian adalah orang tua yang terhebat didunia), sehingga saya dapat memperoleh gelar Sarjana. Terima kasih juga buat adik tersayang Arion Hutagalung dan Kesya Miranda Hutagalung. Ucapan terima kasih juga kepada Temen- temen saya yang selalu ada buat saya keluarga besar Nine icons (Yosi, Oca, Agus, Made, Jusni, Desny, Geta, Renata, Irma) yang telah memberikan dukungan/ motivasi dan semangat yang luar biasa.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada sahabat penulis yang selalu memberikan masukan tentang pembentukan skripsi ini Mhd. Syahrianda dan Magda Dwi. Begitu juga saya ucapkan terima kasih buat seluruh mahasiswa Kimia Ekstensi 2010 yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga kepada seluruh teman, kakak, abang dan saudara/i yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang selalu memberikan senyuman hangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi saya ini. Kiranya isi skripsi saya ini bermanfaat bagi kita semua dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan sains.
Medan, Agustus 2014 Penulis,
(4)
ii
PENYEDIAAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA LARUTAN ELEKTROLIT NONELEKTROLIT INOVATIF SESUAI KURIKULUM
2013 BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
Renata M. Hutagalung (NIM 4103331044) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dengan Menggunakan Modul dan pembelajaran Problem Based Learning dengan Menggunakan LKS dan Buku Teks. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 7 MEDAN yang terdiri dari 6 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling dengan mengambil 2 kelas dari 6 kelas yaitu kelas X 3 dan sebagai kelas eksperimen dan kelas X 1 sebagai kelas kontrol. Sampel penelitian kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing berjumlah 40 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda berjumlah 20 soal. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dengan Menggunakan Modul dan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan model pembelajaran Problem Based Learning dengan Menggunakan LKS dan Buku Teks. Dari hasil penelitian, untuk kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata pretest sebesar 40,75 ± 11,74 dan nilai rata-rata postest adalah 79,375 ± 9,28 sedangkan nilai rata-rata untuk kelas kontrol adalah 54,37 ± 13,40 dan nilai rata-rata postest adalah 73,875 ± 8,65. Nilai rata-rata gain kelas eksperimen diperoleh 0,61 dan nilai rata-rata gain untuk kelas kontrol dalah 0,43. Uji normalitas gain kelas eksperimen diperoleh χ 2 hitung = 7,18 dan χ 2 tabel = 11,07, untuk gain kelas kontrol diperoleh χ 2
hitung = 5,19 dan dan χ 2 tabel = 11,07. Sehingga χ 2 hitung < χ 2 tabel maka data kedua kelas berdistribusi normal. Pada uji homogenitas, untuk gain diperoleh Fhitung = 1,028 dan Ftabel = 1,725, maka sampel homogen. Hasil uji t pihak kanan
diperoleh thitung= 2,6307 dan ttabel = 1,6671, sehingga Diperoleh thitung = 2,6307
berada pada daerah penolakan Ho di mana, thitung > ttabel (2,6307 > 1,6671) yang
berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada peningkatan hasil belajar siswa kelas kontrol. Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dengan menggunakan Modul Inovatif Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dapat meningkatkan hasil belajar siswa
(5)
CHEMISTRY LEARNING MODULE PROVIDING SOLUTIONS INNOVATIVE electrolyte nonelectrolyte COMPATIBLE MODEL-BASED
LEARNING CURRICULUM 2013 PROBLEM BASED LEARNING Renata M. Hutagalung (NIM 4103331044)
ABSTRACT
This study aims to determine the learning outcomes of students who are taught using a model of PBL (Problem Based Learning) Using Modules and learning Problem Based Learning by Using worksheets and text books. This study was an experimental study. The population in this study were all students of class X SMA Negeri 7 FIELD consists of 6 classes. Sampling was done with a random sampling technique to take 2 classes from grade 6 class X is 3 and the experimental class X and class 1 as the control class. The research sample experimental class and control class each of 40 people. The instrument used to determine student learning outcomes is an objective test in the form of multiple choice questions numbered 20. Treatment given to the experimental class learning model PBL (Problem Based Learning) Using Modules and treatment given to the control class learning model of Problem Based Learning by Using worksheets and text books. From the research, the experimental class to obtain an average value of 40.75 ± 11.74 pretest and posttest mean score was 79.375 ± 9.28 while the average value for the control class was 54.37 ± 13.40 and the average posttest score was 73.875 ± 8.65. The average value obtained experimental class gain of 0.61 and an average value for the gain control class dalah 0.43. Normality test experimental class gain obtained χ 2 = 7.18 and χ count 2 tables = 11.07, to gain control class count obtained χ 2 = 5.19 and and χ 2 = 11.07 table. So that χ 2 count <χ 2 table then both classes of data are normally distributed. In the homogeneity test, for a gain of F = 1.028 and obtained Ftable = 1.725, then the homogeneous sample. The results of the t test t = 2.6307 obtained the right and the table = 1.6671, t = 2.6307 thus obtained is in the region where the rejection of Ho, t count> t table (2.6307 > 1.6671) which means Ha received and Ho is rejected. Based on the above results, it can be concluded that it can be concluded that the improvement of student learning outcomes experimental class is higher than the increase in the control class student learning outcomes. Therefore, the use of learning models by using the Problem Based Learning Module Innovative Electrolytes and Nonelectrolytes can improve student learning outcomes
(6)
v
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 4
1.3. Batasan Masalah 4
1.4. Rumusan Masalah 4
1.5. Tujuan Penelitian 5
1.6. Manfaat Penelitian 6
1.6. Definisi Operasional 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1. Bahan Ajar 8
2.1.1. Pengertian Bahan Ajar 8
2.1.2. Ragam Bentuk Bahan Ajar 8
2.1.3. Modul Sebagai Bahan Ajar 9
2.2 Pengertian Modul 9
2.2.1.Tujuan dan Manfaat Penyusunan Modul 10
2.2.2. Prinsip – prinsip Penyusunan Modul Pembelajaran 11
2.2.3. Alur Penyusunan Modul 11
2.2.4. Format Modul 12
(7)
2.3.1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah 13 2.3.2. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah 15
2.4 Kurikulum 2013 17
2.5 Pembelajaran Kimia Pada Kurikulum 2013 17
2.6. Standard Buku Ajar Berdasarkan BSNP 19
2.6.1. Standard Kelayakan Isi Buku Kimia 19
2.6.2. Standard Kelayakan Bahasa Buku Pelajaran Kimia 20 2.6.3. Standard Kelayakan Penyajian Buku Pelajaran Kimia 20 2.6.4. Standard Kelakan Kegrafikaan Buku Pelajaran Kimia 21
2.7. Materi Ajar Larutan Elektrolit Nonelektrolit 22
2.7.1. Pengertian Larutan 22
2.7.2. Zat Terlarut 22
2.7.3. Zat Pelarut 24
2.7.4. Daya Hantar Listrik 24
2.7.5. Derajat Disosiasi dan Ionisasi 25
2.7.6. Larutan Elektrolit 27
2.7.7. Larutan Nonelektrolit 29
2.7.8. Elektolit Lemah dan Elektrolit Kuat 30
2.7.9. Aliran Listrik dalam Sirkuit 32
2.8. Kerangka Konseptual 34
2.9. Hipotesis Penelitian 36
BAB III METODE PENELITIAN 37
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 37
3.2. Populasi dan Sampel 37
3.3. Variabel Penelitian 37
3.4. Rancangan Penelitian 38
3.5. Instrumen Penelitian 39
3.5.1. Validitas Tes 39
3.5.1.1 Validitas item tes 40
(8)
vii
3.5.1.3. Daya Pembeda 41
3.5.2. Reliabilitas Tes 41
3.6. Prosedur Penelitian 42
3.7. Tehnik Analisis Data 48
3.7.1. Analisis penilaian Modul BSNP 48
3.7.1. Uji Normalitas 48
3.7.2. Uji Homogenitas 48
3.7.3. Uji Hipotesis 49
3.7.4. Uji Peningkatan Hasil Belajar 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Validasi Modul 51
4.1.1. Analisis Validasi modul oleh guru 51
4.1.1.1. Analisis Validasi modul oleh validator ahli 52
4.1.1.2. Perbandingan Validasi modul dengan buku teks 54
4.1.2. Tingkat Kepuasan modul 57
4.1.2.1. Tabulasi tingkat kepuasan modul 57
4.2. Hasil Penelitian 58
4.2.1.1. Analisis Data Instrumen Penelitian 59
4.2.1.2. Validitas Test 59
4.2.1.3. Reliabilitas Test 59
4.2.1.4. Tingkat Kesukaran Soal 59
4.2.1.5. Daya Pembeda Soal 60
4.2.2. Deskripsi Data Hasil Penelitian 60
4.2.2.1. Data Pretest Siswa 60
4.2.2.2. Data Posttest Siswa 60
4.2.2.3. Analisis Data Hasil Penelitian 61
4.2.2.4. Uji Normalitas 62
4.2.2.5. Uji Homogenitas 63
4.2.2.6. Uji Hipotesis 63
(9)
4.2.3. Ranah Kognitif Penelitian 66
4.2.3.1. perbandingan Ranah Kognitif 66
4.2.3.2. Peningkatan Hasil Belajar (Gain) Ranah Kognitif
Yang Terkembang 67
4.2.4. Analisis Afektif 69
4.2.4.1. Analisis Afektif Penelitian 69
4.2. Temuan Penelitian 70
4.3. Pembahasan 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 75
(10)
x
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Peran Guru Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah 13 Tabel 2.2. Larutan Elektrolit Lemah, Elektrolit kuat, dan Nonelektrolit 30
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 37
Tabel 4.1. Data Ringkas Hasil Pretes Siswa 51
Tabel 4.2. Data Ringkas Hasil Posttes Siswa 51
Tabel 4.3. Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians Data Pre-Tes dan
Post – Test 52
Tabel 4.4. Uji Normalitas 53
Tabel 4.5. Uji Homogenitas Sampel 53
Tabel 4.6. Uji Hipotesis Data Post – Test 54
Tabel 4.7. Peningkatan Hasil Belajar (Gain) 55
Tabel 4.8. Peningkatan Hasil Belajar Kimia
Siswa Kelas Eksperimen I Dan Eksperimen II 55
Tabel 4.9. Perbandingan Jumlah Rata-rata Ranah Kognitif
Eksperimen I dan Eksperimen II 57
Tabel 4.10. Gain Ranah Kognitif Eksperimen I dan Eksperimen II
Yang Terkembang 57
Tabel 4.11. Pertemuan rata-rata aktivitas Kelas Eksperimen I
dan Kelas Eksperimen II 59
Tabel 4.12. Hasil Tingkat Kepuasan siswa Oleh Modul
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit. 60
Tabel 4.13. Hasil Rentang Validasi Penilaian Modul Oleh Guru 62 Tabel 4.14. Hasil Rentang Validasi Penilaian Modul Oleh Validator Ahli 62 Tabel 4.15. Hasil Rentang Validasi Gabungan Penilaian Modul Oleh
Validator Ahli Dengan Penilaian Modul Oleh Guru 63 Tabel 4.16. Perbandingan Analisis Rentang Validasi Modul dengan
Buku Teks Kode A 64
Tabel 4.17. Perbandingan Analisis Rentang Validasi Modul dengan
Buku Teks Kode B 65
Tabel 4.18. Perbandingan Analisis Rentang Validasi Modul dengan
(11)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Keadaan Ion- ion Dalam Air 21
Gambar 3.1. Prosedur Pada Pengembangan dan Standarisasi
Modul Kimia di SMA 42
Gambar 3.2. Skema Rancangan Penelitian 45
Gambar 4.1. Hasil Belajar Siswa 52
Gambar 4.2. Grafik Perbandingan data kriteria Gain Kelas Eksperimen I
Dan Kelas Eksperimen II 56
Gambar 4.3. Grafik Rata – rata Gain Kelas Eksperimen I 58
Gambar 4.5. Grafik Rata – rata Gain Kelas Eksperimen II 58 Gambar 4.6. Grafik Perbandingan Rata – rata Gain
Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II 59
Gambar 4.6. Grafik Persentase Tingkat Kepuasan Siswa Oleh
Modul Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit 61 Gambar 4.7. Grafik Rentang Validasi OlehValidator Ahli 63 Gambar 4.8.Grafik Rentang Validasi Gabungan Penilaian Modul 64 Gambar 4.9. Perbandingan Rentang Validasi Penilaian
Modul dan Buku Teks Kode A 65
Gambar 4.10. Perbandingan Rentang Validasi Penilaian
Modul dan Buku Teks Kode B 66
Gambar 4.11. Perbandingan Rentang Validasi Penilaian
(12)
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus Mata Pelajaran Kimia 77
Lampiran 2 Rancangan Pembelajaran 80
Lampiran 3 LKS Analisis Masalah 107
Lampiran 4 LKS siswa 113
Lampiran 5 LKS Penelitian 114
Lampiran 6 Kunci Jawaban LKS Siswa 125
Lampiran 7 Kunci Jawaban LKS Penelitian 127
Lampiran 8 Instrumen Test Sebelum Divalidkan 130
Lampiran 9 Kunci Jawaban dan Kisi – Kisi Sebelum Divalidkan 136
Lampiran 10 Lembar Observasi 145
Lampiran 11 Angket Tingkat Kepuasan Menggunakan Modul 148
Lampiran 12 Instrument Test Penilaian BSNP 149
Lampiran 13 Instrumen Test Sesudah Divalidkan 163
Lampiran 14 Kunci Jawaban dan Kisi - Kisi Sesudah Divalidkan 168 Lampiran 15 Modul Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit 169
Lampiran 16 Data Validasi Instrumen Penelitian 170
Lampiran 17 Perhitungan Reabilitas Tes 171
Lampiran 18 Perhitungan Tingkat Kesukaran Test 174
Lampiran 19 Perhitungan Daya Pembeda Butir Test 176
Lampiran 20 Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen I 178 Lampiran 21 Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen II 180
Lampiran 22 Tabulasi Nilai 182
Lampiran 23 Uji Normalitas Data 189
Lampiran 24 Tabel Chi Kuadrat 195
Lampiran 25 Uji Homogenitas 296
Lampiran 26 Perhitungan Standar Deviasi 200
Lampiran 27 Pengujian Hipotesis 203
Lampiran 28 Tabel t 206
(13)
Lampiran 30 Data Gain 208
Lampiran 31 Peningkatan Hasil Belajar 213
Lampiran 32 Tabel Product Moment 215
Lampiran 33 Ranah Kognitif 216
Lampiran 34 Penilaian Aktivitas 225
Lampiran 35 Tabulasi Data Tingkat Kepuasan Modul 235
Lampiran 36 Tabulasi Penilaian BSNP Oleh Guru dan Validator Ahli 246
(14)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kurikulum merupakan ciri utama pendidikan disekolah, dengan kata lain kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan atau pengajaran. Pemerintah telah berusaha memperbaiki kurikulum, dari awalnya yang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 diberlakukan mulai tahun ajaran 2013 / 2014 dengan tujuan “untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia “.
Permasalahan yang timbul pada setiap perubahan kurikulum adalah persoalan sosialisasi dan implementasi. Dalam konteks implementasi kurikulum 2013, peserta didik diharapkan dapat memberi pengalaman proses pembelajaran yang tidak hanya meningkatkan pengetahuan saja, tetapi harus meningkatkan kreativitas, inovasi, berpikir kritis, dan berkarakter kuat, diantaranya bertanggung jawab, mandiri, toleran, produktif, bekerja sama, dan lain-lain, disamping dukungan kemampuan memanfaatkan informasi dan berkomunikasi (ginting , 2013).
Kimia sebagai salah satu mata pelajaran wajib peminatan bidang MIPA dalam kurikulum 2013 pembelajaran di Kelas X SMA merupakan ilmu yang kaya akan konsep yang bersifat abstrak. Kimia bukanlah pelajaran yang baru bagi siswa, namun seringkali dijumpai siswa-siswi yang menganggap materi kimia rumit dan sulit dipelajari, sehingga siswa sudah terlebih dahulu merasa kurang mampu untuk mempelajarinya.
Salah satu upaya yang dapat di lakukan oleh guru untuk mengurangi kejenuhan belajar pada siswa adalah dengan mengembangkan bahan ajar ke dalam berbagai bentuk bahan ajar. Bahan ajar memiliki banyak ragam atau bentuk. Untuk mengembangkan bahan ajar, guru dituntut untuk terus – menerus meningkatkan kemampuannya. Jika tidak memiliki kemampuan mengembangkan bahan ajar yang
(15)
Salah satu bahan ajar yang paling mudah di buat oleh guru adalah modul karena tidak menuntut alat yang mahal dan keterampilan yang tinggi. Modul merupakan salah satu dari ragam bentuk bahan ajar cetak. Bahan ajar cetak dapat berupa lembar kerja siswa (LKS), hand out, leaflet, wilchart, buku, modul, brosur, dan lain lain (Hamdani, 2011).
Sesuai dengan hasil observasi dan wawancara dengan guru yang mengajar di SMA Negeri 7 Medan bahwa salah satu permasalahan siswa dalam pembelajaran yakni kurangnya sumber belajar dan kemalasan siswa untuk mencari sumber belajar lainnya dari artikel atau jurnal penelitian ketika siswa sudah tidak mengerti materi dan tidak memiliki sumber belajar lain selain buku pegangan siswa, maka siswa tersebut cenderung malas membahas materi tersebut lebih dalam.
Menurut Ramdani dan Iwan dini (2011) bahwa Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Mindjet Manager Sebagai Alternatif Materi Pembelajaran Kimia Organik II terhadap media yang dikembangkan 42,35% menilai sangat baik, 49,26% menilai baik, 8,39% menilai cukup dan tidak ada responden yang menilai buruk.
Sementara menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh pitriya ningtiyas (2012) yang berjudul penggunaan metode kooperatif tipe TGT dilengkapi dengan modul dan LKS ditinjau dari aktivitas siswa, menyatakan bahwa metode kooperatif tipe TGT menggunakan modul dengan nilai rata – rata 79,69 lebih baik dari pada metode kooperatif tipe TGT menggunakan LKS dengan nilai rata – rata 70,78.
Penerapan strategi pembelajaran ini bertumpu pada penyelesaian masalah atau Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM). Dalam penerapan strategi ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topic masalah, walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesikan masalah secara sistematis dan logis (sanjaya, 2006).
(16)
Hal ini telah dibuktikan oleh hasil penelitian yang di lakukan oleh Mona Charif (2010) mengenai “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Sikap Dan Prestasi Akademik Siswa Sekolah Menengah” bahwa penerapan pendekatan pembelajaran berbasis masalah telah meningkatkan prestasi dan sikap siswa. Penelitian ini mendorong para guru untuk menerapkan metode pembelajaran berbasis masalah dalam mengajar konsep-konsep sains khususnya kimia untuk siswa sekolah menengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 81% murid yang di ajarkan menggunakan model pembelajaran PBL memiliki peningkatan pada kemampuan kooperatifnya.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Wardani, dkk (2009), yang berjudul peningkatan hasil belajar siswa melalui pendekatan ketrampilan proses sains berorientasi problem – based learning bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada III siklus, yakni : siklus I dengan skor 65,21 dengan persentase 67,5% ; siklus II skor siswa naik menjadi 75,88 dengan persentase 70%; siklus III skor siswa meningkat menjadi 85,05 dengan persentase 90%.
Merujuk pada penelitian diatas disertai adanya berbagai pendapat tentang hasil penelitian, penulis ingin mengembangkan modul pembelajaran kimia kelas X SMA semester II sesuai kurikulum 2013 pada pokok bahasan Larutan Elektolit dan Non Elektrolit yang didalamnya di integrasikan inovasi pembalajaran baik berupa media, metode, dan atau model pembelajaran, dan melakukan penelitian terhadap hasil belajar dengan judul “Penyediaan Modul Pembelajaran Kimia Larutan
Elektrolit Nonelektrolit Inovatif Sesuai Kurikulum 2013 Berbasis Model Pembelajaran Problem Based Learning”.
1.2. Identifikasi Masalah
(17)
2. Minimnya inovasi dalam penerapan maupun metode dalam pengajaran kimia
3. Penyajian materi yang rumit, kurang menarik, dan monoton dan
membosankan.
4. Pemahaman siswa yang rendah terhadap konsep yang diajarkan.
5. Buku teks yang dirancang lebih fokus pada pemberian pengetahuan.
1.3. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan penelitian maka masalah dibatasi sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di kelas X SMAN 7 MEDAN.
2. Materi penelitian larutan elektrolit dan nonelektrolit.
3. Penelitian dilakukan dengan pengembangan modul inovatif larutan
elektrolit dan nonelektrolit sesuai dengan Kurikulum 2013.
4. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL).
1.4. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan batasan masalah yang telah dikemukan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penilaian guru kimia tentang buku teks kimia untuk kelas
X pada materi Larutan Elektolit dan Non Elektrolit?
2. Bagaimanakah penilaian dari guru terhadap modul pembelajara kimia
inovatif yang dikembangkan pada materi Larutan Elektolit dan Non Elektrolit sesuai Kurikulum 2013?
3. Bagaimana hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan
menggunakan modul kimia inovatif dibandingkan dengan hasil belajar kimia siswa dengan menggunakan buku teks pada materi Larutan Elektolit dan Non Elektrolit?
(18)
4. Bagaimana ranah kognitif yang akan ditingkatkan dengan menggunakan modul kimia inovatif pada materi Larutan Elektolit dan Non Elektrolit?
5. Bagaimanakah perbandingan tingkat aktivitas kegiatan pembelajaran
siswa pada kedua kelas?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui penilaian guru tentang buku teks kimia untuk kelas X pada
materi Larutan Elektolit dan Non Elektrolit.
2. Mengetahui bagaimana penilaian dari guru pengembangan modul
kimia Larutan Elektolit dan Non Elektrolit berdasarkan Kurikulum 2013
3. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
menggunakan modul kimia inovatif dibandingkan tanpa menggunakan modul kimia inovatif pada materi Larutan Elektolit dan Non Elektrolit.
4. Mengetahui ranah kognitif yang akan dikembangkan dengan
menggunakan modul kimia inovatif pada materi Larutan Elektolit dan Non Elektrolit.
5. Perbandingan tingkat aktivitas kegiatan pembelajaran siswa pada
kedua kelas.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi guru : memberikan informasi untuk menggunakan sistem
pengajaran modul dalam pembelajaran kimia, khusunya pada materi Larutan Elektolit dan Non Elektrolit.
(19)
pada materi pembelajaran Larutan Elektolit dan Non Elektrolit.
3. Bagi peneliti : untuk memperoleh pengalaman langsung dalam
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan modul dalam pembelajaran kimia, khususnya pada materi Larutan Elektolit dan Non Elektrolit.
1.7. Defenisi Operasional
Modul adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai yang diharapkan kompetensi sesuai dengan tingkat kerumitan. (Deni, 2007).
Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) merupakan cara memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk memperhatikan, menelaah dan berpikir tentang suatu masalah untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya untuk memecahkan masalah (Majid, 2008).
Hasil belajar merupakan hasil dari interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar (Munawar, 2009).
Inovatif adalah usaha seseorang dengan mendayagunakan pemikiran, kemampuan imajinasi, berbagai stimulan, dan individu yang mengelilinginya dalam menghasilkan produk baru, baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya (Mulyasa, 2013).
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Mulyasa, 2013).
(20)
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini adalah:
1. Penilaian guru kimia atas materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit yang
ada di buku-buku teks kimia kelas X masih belum memadai, karena mempunyai kelebihan dan kekurangan pada isi, bahasa, penyajian dan kegrafikan sehingga perlu disusun modul yang inovatif. Dimana hasil penilaian rentang validitas modul lebih tinggi daripada rentang validitas buku teks (3,44 > 3,04), yang artinya modul lebih valid dari pada buku teks.
2. Modul pembelajaran inovatif Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
merupakan modul yang memenuhi standar sebagai media pembalajaran dan sesuai dengan kurikulum 2013 serta berdasarkan hasil penilaian tiga guru kimia dari berbagai sekolah di kota Medan yang memberikan rataan penilaian validitas modul pada kisaran 3,26 – 4,00, tepatnya pada angka 3,44 yang berarti modul valid, tidak perlu revisi, dan layak digunakan.
3. Modul pembelajaran inovatif memberi peningkatan hasil belajar yang
lebih tinggi dibandingkan dengan buku teks kimia pada pembelajaran stoikiometri. Rata – rata hasil belajar siswa di kelas eksperimen adalah (79,375) lebih tinggi dari pada kelas kontrol (73,875). Hal ini juga didukung oleh penggunaan model pembelajaran yang dapat diintegrasikan pada modul pembelajaran inovatif adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sehingga dapat mempermudah penyampaian konsep yang telah disusun di dalam modul.
4. Ranah kognitif yang paling terkembang dari antara kedua kelas terdapat pada C3 dikelas eksperimen dengan selisih nilai paling tinggi yaitu sebesar 0,675.
5. Tingkat aktivitas pada kelas eksperimen lebih tinggi (85,05) dari pada tingkat aktivitas Kelas kontrol (77,75).
(21)
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan :
1. Sebelum menggunakan buku atau modul sebagai media pembelajaran,
seharusnya guru terlebih dahulu memeriksa isi buku atau modul yang akan digunakan, sehingga apabila ada kesalahan atu kekurangan baik dari segi urutan materi serta dalam hal kebenaran konsep, dapat diperbaiki sebelum disampaikan kepada siswa.
2. Modul pembelajaran inovatif untuk pengajaran Larutan Elektrolit dan
Nonelektrolit perlu direkomendasikan untuk digunakan dalam proses belajar mengajar karena dari hasil penelitian yang telah dilakukan, modul kimia sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan modul
pembelajaran inovatif agar menganalisis lebih banyak buku pelajaran kimia dan dilakukan secara bersamaan dengan guru di tempat penelitian. Dan disarankan untuk mengembangkan modul pembelajaran inovatif pada pokok bahasan kimia yang lain agar dapat dijadikan sebagai studi perbandingan guna untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya mata pelajaran kimia.
(22)
77
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, (1999), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi aksara, Jakarta. Charif, mona., (2010), The Effects Of Problem Based Learning In
Chemistry Education On Middle School Students’ Academic Achievement And Attitude, Master of Education Lebanese American University,
American.
Deni,(2007), Definisi Modul (http://pena-deni.blogspot.com/2007/07/modul.html) Ginting, tiwa., (2013), Laporan Implementasi Kurikulum 2013 (Makalah), Medan. Hamdani, (2011), Strategi Belajar Mangajar, Pustaka Setia, Medan.
Iwan, (2011), Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Mindjet Manager Sebagai Alternative Materi Pembelajaran Kimia Organic II, Journal Chemical of UNM, 12(1) : 44 – 53.
Majid, abdul, (2005), Perencanaan Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Justina, sandri, muchtaridi., (2007), Kimia SMA/MA Kelas X, Yudhistira, Jakarta. Justina, sandri, muchtaridi., (2006), Kimia SMA/MA Kelas XI, Yudhistira, Jakarta. Mulyasa, H.E., (2013), Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Munawar, indra., (2009), Hasil Belajar Pengertian dan Defenisi
(http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html).
Ningtiyas, pitriya., (2012), Pengembangan Metode Kooperatif tipe TGT Dilengkapi Modul dan Lks Ditinjau Dari Aktivitas Siswa, Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika IKIP PGRI Madiun, 3(1) : 51 – 58. Prastowo, (2010), Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, UNY Press,
Yogyakarta.
Rahayu, iman., (2009), Praktis Belajar Kimia Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Pusat Perbukuan, Jakarta.
Sanjaya, (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan, Kencana Predana Media Group, Bandung.
(23)
Silitonga, P.M, (2011), Metodologi Penelitian Pendidikan, FMIPA UNIMED, Medan.
Silitonga, P.M, (2011), Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA UNIMED, Medan.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Yamin, martinis., (2013), Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, GP Press Group, Jakarta.
Wardani, sri., (2009), Peningkatan hasil belajar siswa melalui pendekatan
keterampilan proses sains berorientasi problem based instruction, Jurnal Inovasi Pensisikan Kimia FMIPA UNS. 3(1) : 391 – 399.
(1)
4. Bagaimana ranah kognitif yang akan ditingkatkan dengan menggunakan modul kimia inovatif pada materi Larutan Elektolit dan Non Elektrolit?
5. Bagaimanakah perbandingan tingkat aktivitas kegiatan pembelajaran siswa pada kedua kelas?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui penilaian guru tentang buku teks kimia untuk kelas X pada materi Larutan Elektolit dan Non Elektrolit.
2. Mengetahui bagaimana penilaian dari guru pengembangan modul kimia Larutan Elektolit dan Non Elektrolit berdasarkan Kurikulum 2013
3. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan modul kimia inovatif dibandingkan tanpa menggunakan modul kimia inovatif pada materi Larutan Elektolit dan Non Elektrolit. 4. Mengetahui ranah kognitif yang akan dikembangkan dengan menggunakan modul kimia inovatif pada materi Larutan Elektolit dan Non Elektrolit.
5. Perbandingan tingkat aktivitas kegiatan pembelajaran siswa pada kedua kelas.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi guru : memberikan informasi untuk menggunakan sistem pengajaran modul dalam pembelajaran kimia, khusunya pada materi Larutan Elektolit dan Non Elektrolit.
(2)
3. Bagi peneliti : untuk memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan modul dalam pembelajaran kimia, khususnya pada materi Larutan Elektolit dan Non Elektrolit.
1.7. Defenisi Operasional
Modul adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai yang diharapkan kompetensi sesuai dengan tingkat kerumitan. (Deni, 2007).
Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) merupakan cara memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk memperhatikan, menelaah dan berpikir tentang suatu masalah untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya untuk memecahkan masalah (Majid, 2008).
Hasil belajar merupakan hasil dari interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar (Munawar, 2009).
Inovatif adalah usaha seseorang dengan mendayagunakan pemikiran, kemampuan imajinasi, berbagai stimulan, dan individu yang mengelilinginya dalam menghasilkan produk baru, baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya (Mulyasa, 2013).
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Mulyasa, 2013).
(3)
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini adalah:
1. Penilaian guru kimia atas materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit yang ada di buku-buku teks kimia kelas X masih belum memadai, karena mempunyai kelebihan dan kekurangan pada isi, bahasa, penyajian dan kegrafikan sehingga perlu disusun modul yang inovatif. Dimana hasil penilaian rentang validitas modul lebih tinggi daripada rentang validitas buku teks (3,44 > 3,04), yang artinya modul lebih valid dari pada buku teks.
2. Modul pembelajaran inovatif Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit merupakan modul yang memenuhi standar sebagai media pembalajaran dan sesuai dengan kurikulum 2013 serta berdasarkan hasil penilaian tiga guru kimia dari berbagai sekolah di kota Medan yang memberikan rataan penilaian validitas modul pada kisaran 3,26 – 4,00, tepatnya pada angka 3,44 yang berarti modul valid, tidak perlu revisi, dan layak digunakan. 3. Modul pembelajaran inovatif memberi peningkatan hasil belajar yang
lebih tinggi dibandingkan dengan buku teks kimia pada pembelajaran stoikiometri. Rata – rata hasil belajar siswa di kelas eksperimen adalah (79,375) lebih tinggi dari pada kelas kontrol (73,875). Hal ini juga didukung oleh penggunaan model pembelajaran yang dapat diintegrasikan pada modul pembelajaran inovatif adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sehingga dapat mempermudah penyampaian konsep yang telah disusun di dalam modul.
4. Ranah kognitif yang paling terkembang dari antara kedua kelas terdapat pada C3 dikelas eksperimen dengan selisih nilai paling tinggi yaitu sebesar 0,675.
5. Tingkat aktivitas pada kelas eksperimen lebih tinggi (85,05) dari pada tingkat aktivitas Kelas kontrol (77,75).
(4)
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan :
1. Sebelum menggunakan buku atau modul sebagai media pembelajaran, seharusnya guru terlebih dahulu memeriksa isi buku atau modul yang akan digunakan, sehingga apabila ada kesalahan atu kekurangan baik dari segi urutan materi serta dalam hal kebenaran konsep, dapat diperbaiki sebelum disampaikan kepada siswa.
2. Modul pembelajaran inovatif untuk pengajaran Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit perlu direkomendasikan untuk digunakan dalam proses belajar mengajar karena dari hasil penelitian yang telah dilakukan, modul kimia sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan modul pembelajaran inovatif agar menganalisis lebih banyak buku pelajaran kimia dan dilakukan secara bersamaan dengan guru di tempat penelitian. Dan disarankan untuk mengembangkan modul pembelajaran inovatif pada pokok bahasan kimia yang lain agar dapat dijadikan sebagai studi perbandingan guna untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya mata pelajaran kimia.
(5)
77
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, (1999), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi aksara, Jakarta. Charif, mona., (2010), The Effects Of Problem Based Learning In
Chemistry Education On Middle School Students’ Academic Achievement And Attitude, Master of Education Lebanese American University,
American.
Deni,(2007), Definisi Modul (http://pena-deni.blogspot.com/2007/07/modul.html) Ginting, tiwa., (2013), Laporan Implementasi Kurikulum 2013 (Makalah), Medan. Hamdani, (2011), Strategi Belajar Mangajar, Pustaka Setia, Medan.
Iwan, (2011), Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Mindjet Manager Sebagai Alternative Materi Pembelajaran Kimia Organic II, Journal Chemical of UNM, 12(1) : 44 – 53.
Majid, abdul, (2005), Perencanaan Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Justina, sandri, muchtaridi., (2007), Kimia SMA/MA Kelas X, Yudhistira, Jakarta. Justina, sandri, muchtaridi., (2006), Kimia SMA/MA Kelas XI, Yudhistira, Jakarta. Mulyasa, H.E., (2013), Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Munawar, indra., (2009), Hasil Belajar Pengertian dan Defenisi
(http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html).
Ningtiyas, pitriya., (2012), Pengembangan Metode Kooperatif tipe TGT Dilengkapi Modul dan Lks Ditinjau Dari Aktivitas Siswa, Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika IKIP PGRI Madiun, 3(1) : 51 – 58. Prastowo, (2010), Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, UNY Press,
Yogyakarta.
Rahayu, iman., (2009), Praktis Belajar Kimia Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Pusat Perbukuan, Jakarta.
Sanjaya, (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan, Kencana Predana Media Group, Bandung.
(6)
Silitonga, P.M, (2011), Metodologi Penelitian Pendidikan, FMIPA UNIMED, Medan.
Silitonga, P.M, (2011), Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA UNIMED, Medan.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Yamin, martinis., (2013), Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, GP Press Group, Jakarta.
Wardani, sri., (2009), Peningkatan hasil belajar siswa melalui pendekatan
keterampilan proses sains berorientasi problem based instruction, Jurnal Inovasi Pensisikan Kimia FMIPA UNS. 3(1) : 391 – 399.