PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN MANDATORY DISCLOSURE FINANCIAL STATEMENT : Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012.

(1)

No. Daftar FPEB : 429/UN.40.7.D1/LT/2013

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN MANDATORY DISCLOSURE FINANCIAL STATEMENT

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh

FITRI HANI PRATIWI 0906684

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN MANDATORY DISCLOSURE FINANCIAL STATEMENT

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012)

Oleh: Fitri Hani Pratiwi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

 Fitri Hani Pratiwi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

(4)

(5)

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN MANDATORY DISCLOSURE FINANCIAL STATEMENT

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012)

Fitri Hani Pratiwi

Pembimbing : Dr.Hj. Meta Arief, M.Si.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelengkapan mandatory

disclosure financial statement perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2012. Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, porsi saham publik, dan likuiditas) sebagai variabel independen terhadap kelengkapan mandatory

disclosure financial statement sebagai variabel dependen, pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif. Metode dengan menggunakan indeks wallace digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk meneliti kelengkapan mandatory disclosure

financial statement. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, sehingga diperoleh sampel dalam penelitian ini sebanyak 30

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Pengujian statistik yang digunakan adalah analisis regresi multiple dengan uji F dan uji t pada taraf signifikansi 5%. Perhitungan statistik tersebut dibantu

software SPSS V.16 for windows dan Microsoft Excel 2007.

Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata kelengkapan mandatory

disclosure financial statement pada perusahaan manufakur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2012 berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM No.Kep.347/BL/2012 sebesar 68,04% yang termasuk kategori sedang. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial statement

.

Kata Kunci: Karakteristik Perusahaan, Kelengkapan Mandatory Disclosure


(6)

THE EFFECT OF FIRMS CHARACTERISTICS ON THE COMPLETENESS MANDATORY DISCLOSURE FINANCIAL STATEMENT

(Study on Manufacturing Company Listed In Indonesia Stock Exchange For The Year of 2012 )

Fitri Hani Pratiwi

Advisor : Dr.Hj. Meta Arief, M.Si.

ABSTRACT

This study aims to examine the completeness of mandatory disclosure financial statements by listed manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange for the year of 2012. This study also examines the influence of firm characteristics (firm size, public shares, and liquidity) as independent variables towards completeness of mandatory disclosure financial statement as a dependent variable

The method used in this research is descriptive method verivikatif . indeks Wallace used as a tool for data collection to examine completeness of mandatory disclosure financial statement. Sample was collected using purposive sampling method and 30 by listed manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange for the year of 2012 are collected. Statistical test was done using multiple regression analysis and using F test and t-test with significant level at 5%. Statistical calculation are assisted by software SPSS V.16 for Windows and Microsoft Excel 2007 .

The results showed that the average completeness of mandatory disclosure financial statement by manufacturing listed in Indonesia Stock Exchange for the year of 2012 based Keputusan Ketua BAPEPAM No.Kep-347/BL/2012 is 68,04% which is classified as middle. This study also found that firm size have positive influence on completeness of mandatory disclosure financial statement.

Keywords : Firm Characteristics , Completeness of Mandatory Financial Disclosure Statement.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Kegunaan Penelitian ... 13

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 13

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

2.1 Teori Signalling ... 14

2.2 Teori Agensi ... 16

2.3 Laporan Keuangan Perusahaan ... 18

2.3.1 Definisi Laporan Keuangan ... 18

2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan ... 19

2.3.3 Komponen Laporan Keuangan ... 20

2.3.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ... 21

2.3.5 Pemakai Laporan Keuangan ... 22

2.4 Pengungkapan (Disclosure) ... 23

2.4.1 Definisi Pengungkapan ... 23

2.4.2 Tujuan Pengungkapan ... 25

2.4.3 Konsep Pengungkapan ... 27

2.4.4 Jenis Pengungkapan ... 28

2.4.5 Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan (Mandatory Disclosure Financial Statement) ... 29


(8)

2.5 Karakteristik Perusahaan ... 32

2.5.1 Ukuran Perusahaan ... 34

2.5.2 Porsi Saham Publik ... 35

2.5.3 Likuiditas ... 36

2.6 Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Mandatory Disclosure Financial Statement ... 37

2.6.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kelengkapan Mandatory Disclosure Financial Statement ... 37

2.6.2 Pengaruh Porsi Saham Publik Perusahaan terhadap Kelengkapan Mandatory Disclosure Financial Statement .. 39

2.6.3 Pengaruh Likuiditas Perusahaan terhadap Kelengkapan Mandatory Disclosure Financial Statement ... 40

2.7 Penelitian Terdahulu ... 41

2.8 Kerangka Pemikiran ... 46

2.9 Hipotesis ... 50

BAB III METODE PENELITIAN ... 52

3.1Desain Penelitian ... 52

3.2Operasionalisasi Variabel ... 53

3.3Populasi dan Sampel ... 59

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 60

3.5Jenis dan Sumber Data ... 61

3.6Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 61

3.6.1 Analisis Karakteristik Perusahaan ... 62

3.6.2 Analisis Kelengkapan Mandatory Disclosure ... 63

3.6.3 Uji Asumsi Klasik ... 64

3.6.3.1 Uji Normalitas ... 64

3.6.3.2 Uji Linieritas ... 65

3.6.3.3 Uji Multikolinieritas ... 65

3.6.3.4 Uji Heteroskedastisitas ... 66

3.6.4 Analisis Regresi Multiple ... 66


(9)

3.6.5.1 Uji F ... 67

3.6.5.2 Uji t ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

4.1 Gambaran Obyek Penelitian ... 71

4.1.1 Gambaran Umum Aktivitas Perusahaan Manufaktur ... 71

4.1.2 Risiko Perusahaan Manufaktur ... 74

4.1.3 Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur ... 76

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 77

4.2.1 Karakteristik Perusahaan Manufaktur ... 77

4.2.1.1 Ukuran Perusahaaan ... 80

4.2.1.2 Porsi Saham Publik ... 83

4.2.1.3 Likuiditas ... 86

4.2.2 Kelengkapan Mandatory Disclosure ... 89

4.3 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 97

4.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 97

4.3.1.1 Uji Normalitas ... 98

4.3.1.2 Uji Linieritas ... 98

4.3.1.3 Uji Multikolinieritas………101

4.3.1.4 Uji Heteroskedastisitas………102

4.3.2 Pengujian Hipotesis………..103

4.3.2.1 Analisis Regresi Multiple...103

4.3.2.2 Uji Keberartian Regresi………. 105

4.3.2.3 Uji t……….107

4.4 Pembahasan Hasil Penelititian………...109

4.4.1 Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Mandatory Disclosure Financial Statement………...109

4.4.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kelengkapan Mandatory Disclosure Financial Statement………...112 4.4.3 Pengaruh Porsi Saham Publik terhadap Kelengkapan Mandatory Disclosure Financial Statement………...113


(10)

4.4.4 Pengaruh Likuiditas terhadap Kelengkapan Mandatory

Disclosure Financial Statement………...115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...117

5.1 Kesimpulan………....117

5.2 Saran………...118

DAFTAR PUSTAKA………...120 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbedaan Perusahaaan Go Public dan Non Go Public ...3

Tabel 2.1 Klasifikasi Skala Usaha ...35

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ...44

Tabel 3.1 Item Mandatory Disclosure Financial Statement ...56

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel ...58

Tabel 3.3 Daftar Sampel yang Digunakan Dalam Penelitian ...60

Tabel 3.4 Sumber dan Jenis Data ...61

Tabel 4.1 Profil Perusahaan Sampel ...73

Tabel 4.2 Deskripsi Data Variabel Penelitian ...79

Tabel 4.3 Nilai Total Aset ...81

Tabel 4.4 Prosentase Porsi Saham Publik ...84

Tabel4.5 Nilai Current Ratio (Likuiditas) ...87

Tabel 4.6 Tingkat Kelengkapan Mandatory Disclosure ...91

Tabel 4.7 Kelengkapan Mandatory Disclosure per Kandungan ...96

Tabel 4.8 Uji Normalitas Data ...98

Tabel 4.9 Uji Multikolinieritas ...101

Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi Linier Multiple ...104

Tabel 4.11 Hasil uji statistik F ...106


(12)

DAFTAR GAMBAR

Grafik 1.1 Tingkat Kelengkapan Mandatory Financial Statement 2010 ...6

Grafik 1.2 Tingkat Kelengkapan Mandatory Financial Statement 2011 ...6

Gambar 2.1 Model Hubungan Antar Variabel ...50

Gambar 4.1 Ukuran Perusahaan dalam Laporan Keuangan ...82

Gambar 4.2 Porsi Saham Publik Perusahaan Manufaktur ...85

Gambar 4.3 Rasio Likuiditas Perusahaan Manufaktur ...88

Gambar 4.4 Tingkat Kelengkapan Mandatory Disclosure ...93

Gambar 4.5 Kelengkapan Mandatory Disclosure per Komponen ...96

Gambar 4.6 Hasil Uji Linieritas ...99

Gambar 4.7 Hasil Uji Linieritas ...100

Gambar 4.8 Hasil Uji Linieritas ...100


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi saat ini, peran pasar modal menjadi vital dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pasar modal memiliki masa depan yang gemilang, dikarenakan semakin lemahnya peranan perbankan sebagai institusi sumber pembiayaan, pasca krisis ekonomi tahun 1998. Di kawasan Asia Tenggara, pasar modal Indonesia berada pada fase menuju moderen dan belum bisa berdiri sejajar dengan pasar modal negara lain, khususnya di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Hal ini disebabkan ada banyak persoalan yang harus ditangani dalam pasar modal Indonesia, misalnya persoalan transparansi yang belum seratus persen dijalankan oleh emiten, pola pengawasan, penegakan hukum, dan lain sebagainya.

Pasar modal yang adil, teratur, dan efisien adalah pasar modal yang memberi perlindungan kepada investor publik terhadap praktik bisnis yang tidak sehat, tidak jujur, dan bentuk-bentuk manipulasinya (Suta, 2000:94). Efisiensi pasar modal ditunjang dengan pengungkapan (disclosure) yang memadai (Sutanto, 2012:2), melalui pengungkapan laporan perusahaan, mencakup laporan keuangan (financial statement) dan laporan tahunan (annual report).

Laporan keuangan tahunan merupakan media utama penyampaian informasi oleh manajemen kepada pihak-pihak yang berkepentingan di luar perusahaan, yang dikomunikasikan kepada pemegang saham, kreditor, dan


(14)

stakeholders lainnya berkaitan dengan kondisi keuangan dan informasi lainnya

sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi (Dibiyantoro, 2011:174). Laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan keuangan yang relevan, lengkap, dapat diperbandingkan, andal, serta dapat dipahami (Kartikahadi et al., 2012:49). Dengan demikian agar dapat memenuhi karakteristik kualitatif maka laporan keuangan harus disajikan sesuai standar akuntansi yang berlaku dan dilengkapi pengungkapan yang memadai. Pengungkapan yang memadai hanya dapat ditempuh melalui penerapan regulasi informasi yang baik.

Regulasi informasi di pasar modal, diatur oleh peraturan yang dikeluarkan oleh otoritas yang ditunjuk oleh pemerintah, yakni BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal). Berdasarkan UU Pasar Modal Pasal 69 Ayat 2, menyatakan bahwa BAPEPAM berwenang untuk menetapkan ketentuan akuntansi di bidang pasar modal. Dengan demikian emiten yang statusnya telah go public, wajib mentaati peraturan yang dikeluarkan BAPEPAM, terutama berkaitan dengan keterbukaan di bidang ekonomi melalui pengungkapan laporan keuangan, sebagai salah satu pilar penting dari prinsip good corporate governance demi melindungi kepentingan investor (Suta, 2000:157).

Dengan demikian, perusahaan yang telah go public memiliki tanggungjawab yang lebih dalam hal akuntabilitas dan transparansi terhadap masyarakat dibandingkan dengan perusahaan yang tidak go public (perusahaan tertutup). Berikut ini gambaran perbedaan yang paling mendasar antara perusahaan go public dan yang tidak go public dilihat dari berbagai aspek :


(15)

3

Tabel 1.1

Perbedaan Perusahaan Go Public dan Non Go Public

No. Aspek-aspek Perusahaan tidak go

public

Perusahaan go public

1. 2. 3. 4. 5. 6. Minimum disclosure requirements

Jumlah pemegang saham Kewajiban menyampaikan laporan

Pemisahan antara pemilik dan manajemen

Turn-over pemilikan saham

Tindakan manajemen Tidak mutlak Biasanya terbatas Tidak mutlak Bukan merupakan kebutuhan mendesak Rendah

Tidak selalu jadi perhatian masyarakat

Mutlak ditaati Lebih dari 300 orang Mutlak ditaati

Merupakan kebutuhan Tinggi

Menjadi perhatian masyarakat

Sumber : ( Suta. Menuju Pasar Modal Moderen. 2000:108)

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa perusahaan yang telah go public mempunyai tanggung jawab yang jauh lebih berat dan harus tunduk kepada peraturan-peraturan pasar modal yang dikeluarkan BAPEPAM. Dengan demikian status go public, akan menuntut perusahaan tersebut melakukan keterbukaan, sehingga perhatian berbagai pihak terhadap pelaporan keuangan yang dilakukan perusahaan akan semakin intens.

Isu transparansi dan pengungkapan laporan keuangan menjadi salah satu isu yang penting di Indonesia, hal ini sejalan dengan adanya sebuah survey yang dipublikasikan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI,2006), berdasarkan survey yang dilakukan oleh Price Waterhouse Coopers pada tahun 1999 yang dilakukan terhadap investor internasional di Asia yang menunjukkan bahwa posisi Indonesia berada pada salah satu yang terburuk di mata investor berkaitan dengan standar audit dan kepatuhan, akuntabilitas, kepada pemegang saham, serta standar pengungkapan dan transparansi (Utami et al., 2012:1).

Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) yakni pengungkapan minimum, sesuai diatur dalam regulasi yang berlaku berkaitan dengan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan (neraca, laporan


(16)

laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) sifatnya sukarela dan bergantung dari keinginan manajemen (Hendriksen, 2002:436).

Pengungkapan wajib (mandatory disclosure), merupakan suatu kewajiban yang wajib ditaati oleh perusahaan yang go public, khususnya bagi perusahaan manufaktur seiring pesatnya perkembangan perusahaan tersebut, karena perusahaan manufaktur memiliki basis investor yang lebih luas, Renders dan Gaeremynck (dalam Utami et al., 2012:3). Peraturan mandatory disclosure untuk perusahaan manufaktur telah diatur dalam Surat Edaran Ketua BAPEPAM No.SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002, berkaitan dengan item-item yang wajib diungkapkan dalam laporan keuangan. Tingkat kepatuhan pengungkapan wajib, dilihat melalui kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan. Faktanya, industri manufaktur belum menerapkan keterbukaan ekonomi sepenuhnya, melalui kelengkapan mandatory disclosure financial statement (Suta, 2000:159), sehingga ada indikasi bahwa perusahaan menyembunyikan informasi penting yang seharusnya diungkap (Prawinandi et al., 2012:1).

Informasi yang tidak diungkapkan ini dapat merugikan stakeholders, salah satunya kasus yang menimpa PT Petromine Energy Trading (anak perusahaan PT Bakrie&Brothers Tbk), yang tidak mencantumkan pendapatan dari penyediaan bahan bakar kepada AKR Corporindo senilai Rp1,370 triliun, dengan menggunakan beban pokok pendapatan sebesar Rp8,000 triliun, karena kasus ini PT Bakrie&Brothers dikenai sanksi senilai Rp4,000 miliar dari BAPEPAM (Prayogi, 2011:1).


(17)

5

Begitupun di tahun 2001 terjadi suatu skandal mark-up laba bersih dalam laporan keuangan yang dilakukan oleh salah satu perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI saat itu, yakni PT Kimia Farma. Dalam laporan keuangan tersebut perusahaan menaikkan nilai laba perusahaan dengan memanipulasi data, dengan menyebut perusahaan memperoleh laba sekitar Rp132,000 miliar padahal perusahaan hanya memperoleh laba sebesar Rp99,594 miliar, sehingga terjadi penggelembungan dana sebesar Rp32,668 miliar (Syahrul, 2002:1). Dengan demikian, menurut Imhoff tingginya kualitas informasi akan sangat berkaitan dengan tingkat kelengkapan.

Realitanya, kepatuhan perusahaan manufaktur melalui kelengkapan

mandatory disclosure perusahaan manufaktur di Indonesia secara umum rata-rata

hanya berkisar 72,203% (Utami et al., 2012:13), kondisi ini mengisyaratkan belum sepenuhnya keterbukaan informasi melalui kelengkapan mandatory

disclosure financial statement dilakukan. Berikut ini grafik tingkat kelengkapan mandatory disclosure financial statement perusahaan manufaktur di Indonesia


(18)

Grafik 1.1

Tingkat Kelengkapan Mandatory Disclosure Financial Statement Tahun 2010

Sumber : Butar-butar (2011)

Grafik 1.2

Tingkat Kelengkapan Mandatory Disclosure Financial Statement Tahun 2011

Sumber : (data diolah)

Berdasarkan grafik 1.1 dapat diketahui bahwa tingkat kelengkapan

mandatory disclosure financial statement perusahaan manufaktur yang go public

60% 62% 72% 74% 60% 70% 79% 72% 59% 70%

66% 69% 70%

60% 59% 56% 82% 69% 62% 78% 72% 59% 60% 56% 60% 72% 78% 70% 70% 60% 75% 63% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% A A L I A IS A A K R A A L M I A N T M A S II A U T O B IS I B R A M B W P T B U D I C P IN D Y N A G G R M H M S P IN D F IN D R IN T P K A E F K L B F M A S A M Y O R C M N P A S R I S M C B S M G R S C C O U N IC T R S T C T B N T S P C U N V R

Tingkat Kelengkapan Mandatory Disclosure

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% A S II C P

IN GG…

IC B P IN D F IN T P K L B F S M G R U N V R K A E F T S P C IN D R A U T O BR A… S C C O B U D I U N IC A L M I S M C B A K R A A L I IN C O

Tingkat Kelengkapan Mandatory Disclosure Financial

Statement


(19)

7

tahun 2010, perusahaan dengan indeks tertinggi mengungkapkan sebesar 82% sementara perusahaan dengan indeks terendah mengungkapkan 55%. Sementara berdasarkan grafik 1.2 dapat diketahui bahwa tingkat kelengkapan mandatory

disclosure financial statement tahun 2011, perusahaan dengan indeks tertinggi

mengungkapkan 85% dan perusahaan dengan indeks terendah mengungkapkan 60,29%. Data faktual yang telah diteliti, dapat menyimpulkan bahwa tingkat kelengkapan mandatory disclosure financial statement perusahaan manufaktur khususnya yang telah go public, belum sepenuhnya melakukan prinsip transparansi berkaitan dengan regulasi yang ditetapkan oleh BAPEPAM, sesuai dengan Surat Edaran Ketua BAPEPAM No.SE-02/PM/ 2002, yang diperbaharui berdasarkan Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No.KEP-347/BL/2012, dimana seharusnya tingkat kelengkapannya diungkapkan sepenuhnya sebesar 100% sesuai pengungkapan minimum yang diatur oleh BAPEPAM, agar kepentingan investor dapat terlindungi melalui kelengkapan

mandatory disclosure financial statement. Selain itu isu mengenai kegiatan

pengungkapan yang dilakukan perusahaan baik yang sifatnya wajib maupun sukarela, menjadi suatu hal yang sangat esensial dalam praktik penerapan good

corporate governance.

Tingkat kelengkapan mandatory disclosure financial statement dari setiap perusahaan bervariasi diakibatkan oleh aspek kultural, legal system (pembuatan undang-undang) dan accounting system (Suta, 2000:158). Selain ketiga faktor tersebut kelengkapan mandatory disclosure financial statement juga dipengaruhi


(20)

oleh karakteristik suatu perusahaan (Subiyantoro, 1996; Fitriany, 2001; Baridwan et al., 2001; Hertanti, 2006:6; Almilia, 2007; Sihite, 2010:2).

Karakteristik perusahaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan kondisi internal suatu perusahaan, yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, SDM, dan keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangannya (Jogiyanto, 2000:89). Lang dan Lundhom (1994) dalam Subiyantoro (1996:3) menyatakan, dalam konteks laporan keuangan karakteristik perusahaan dibagi dalam tiga kategori yaitu variabel struktur (ukuran perusahaan dan kemampuan melunasi hutangnya), variabel kinerja (likuiditas perusahaan dan profitnya) dan variabel pasar (porsi saham publik, umur perusahaan, status perusahaan).

Menurut Munawir (2010:65) faktor yang mempengaruhi penyajian data dalam pengungkapan wajib laporan keuangan adalah perbedaan letak perusahaan, ukuran perusahaan, jumlah aktiva tetap, umur kekayaan perusahaan, struktur permodalan (porsi kepemilikan saham publik), perbedaan sistem dan prosedur akuntansi, serta kinerja keuangan perusahaan melalui rasio solvabilitas, likuiditas, dan rentabiltas.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai hubungan karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial statements. Subiyantoro (1996) melakukan penelitian mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan wajib laporan keuangan. Berdasarkan penelitian tersebut disimpulkan bahwa leverage, likuiditas, dan total aktiva memiliki pengaruh yang signifikan terhadap luas pengungkapan wajib.

Ainun dan Fuad (2000) melakukan penelitian mengenai analisis hubungan antara kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan struktur modal dan tipe kepemilikan perusahaan. Berdasarkan penelitian tersebut disimpulkan bahwa


(21)

9

pengungkapan laporan keuangan, sementara porsi saham publik tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan.

Marwata (2001), melakukan penelitian mengenai karakteristik perusahaan terhadap tingkat ungkapan sukarela pada laporan keuangan, penelitian ini tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan antara variabel leverage, likuiditas, basis perusahaan, umur perusahaan terhadap ungkapan sukarela dalam laporan tahunan.

Fitriani (2001) melakukan penelitian mengenai signifikansi perbedaan tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib adalah ukuran perusahaan, status perusahaan, jenis perusahaan, net profit margin, dan KAP. Sementara tingkat leverage dan likuiditas tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela.

Simanjuntak dan Widiastuti (2004), melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel kepemilikan perusahaan, porsi saham publik, profitabilitas, umur perusahaan, leverage dan likuiditas secara signifikan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan.

Bambang Irawan (2006) melakukan penelitian mengenai fakt0r-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, hasilnya menyatakan bahwa


(22)

secara simultan DER, Profitabilitas, porsi saham publik, ukuran perusahaan, umur perusahaan, OPM, NPM, ROE dan status perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Rahmawati et al (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahan, profitabilitas, leverage dan likuiditas terhadap kelengkapan laporan keuangan, hasilnya bahwa ukuran perusahaan dan likuiditas yang berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan.

Denny Indra Prasetya (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan likuiditas terhadap pengungkapan wajib pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hasilnya menyatakan bahwa ukuran perusahaan saja yang berpengaruh terhadap pengungkapan wajib.

Berdasarkan penelitian sebelumnya terdapat ketidakkonsistenan antara indikator yang digunakan sebagai proxy karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial statement perusahaan manufaktur, oleh karena itu memungkinkan dilakukannya penelitian lebih lanjut. Dengan demikian, penelitian ini berusaha untuk meneliti lebih dalam seberapa jauh faktor yang mempengaruhi kelengkapan mandatory disclosure financial statement perusahaan manufaktur. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena variabel independennya berfokus pada karakteristik perusahaan yang di proxy kan melalui ukuran perusahaan, porsi saham publik, dan likuiditas serta mengambil data perusahaan manufaktur tahun 2012.


(23)

11

Pengungkapan informasi melalui kelengkapan mandatory disclosure

financial statements menarik untuk dikaji berkaitan dengan kepatuhan emiten

terutama yang telah go public pada regulasi yang berlaku, demi melindungi kepentingan investor, hal ini dikarenakan perusahaan harus menerapkan prinsip

good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik, terutama

melalui transparansi laporan keuangan terhadap publik, selain itu juga penerapan

financial disclosure diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

 Memungkinkan peningkatan negara dari pajak, melalui praktik pelaporan yang sehat dan terbuka.

 Mempercepat perkembangan pasar modal.

Mempercepat terjadinya flow of fund (perputaran aliran dana) yang memang dibutuhkan oleh perekonomian kita.

 Merupakan bentuk pertanggungjawaban publik oleh setiap pengusaha kepada masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap

Kelengkapan Mandatory Disclosure Financial Statement (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Tahun 2012 di Bursa Efek Indonesia).

1.2 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari fenomena yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran karakteristik perusahaan yang meliputi ukuran

perusahaan, porsi saham publik, dan likuiditas pada perusahaan


(24)

2. Bagaimana gambaran kelengkapan mandatory disclosure financial

statement baik dari segi jumlah maupun kandungan, pada perusahaan

manufaktur tahun 2012 di Bursa Efek Indonesia.

3. Bagaimana pengaruh karakteristik perusahaan berupa ukuran perusahaan, terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial statement.

4. Bagaimana pengaruh karakteristik perusahaan berupa porsi saham publik, terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial statement.

5. Bagaimana pengaruh karakteristik perusahaan berupa likuiditas terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial statement.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini pada dasarnya untuk memperoleh jawaban dan informasi atas masalah yang telah diidentifikasikan dalam rumusan masalah, adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik perusahaan yang meliputi

ukuran perusahaan, porsi saham publik, dan likuiditas pada perusahaan

manufaktur tahun 2012.

2. Untuk mengetahui gambaran kelengkapan mandatory disclosure financial

statement baik dari segi jumlah maupun kandungan, pada perusahaan

manufaktur tahun 2012 di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan berupa ukuran

perusahaan, terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial statement.


(25)

13

4. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan berupa porsi saham

publik, terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial statement.

5. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan berupa likuiditas terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial statement.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki kegunaan atau manfaat bagi beberapa pihak, khusunya penulis sendiri, terutama dalam pengembangan dan penerapan ilmu yang dimiliki penulis, selama mengikuti perkuliahan. Kegunaan penelitian ini terbagi atas :

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu Akuntansi Keuangan dan Manajemen Keuangan, berkaitan dengan pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan mandatory

disclosure financial statement perusahaan manufaktur. Hasil dari penelitian ini

juga diharapkan dapat digunakan sebagai literatur dalam penelitian selanjutnya bagi para akademisi, maupun praktisi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan bagaimana perhatian para emiten terutama perusahaan manufaktur yang telah go public terhadap regulasi yang berlaku, berkaitan dengan kelengkapan mandatory

disclosure financial statement, yang dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan

dengan menghitung faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan. Dengan demikian, diharapkan penelitian ini dapat


(26)

dijadikan sumber bagi investor dalam mempertimbangkan keputusan ekonomi di pasar modal.


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan penelitian, harus didasarkan dan melalui prosedur ilmiah, berdasarkan keilmuan. Menurut Sugiyono (2011:2), metode penelitian adalah sebagai berikut :

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dilakukan secara ilmiah berdasarkan prinsip keilmuan untuk memperoleh data yang valid, reliable, dan objektif, dengan tujuan untuk ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan datanya menjadi suatu pengetahuan, sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan serta mengantisipasi masalah.

Metode penelitian sebagai suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu, jelas menjadi unsur yang penting dalam penelitian, karena melalui metode ini merupakan sarana dan upaya dalam pengumpulan data. Pengumpulan datnya dilakukan secara rasional (masuk akal), empiris (dapat diamati panca indera), dan sistematis (logis). Untuk itu maka metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif.

Menurut Sugiyono (2011: 147), “Analisis deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”. Penggunaan metode ini dilakukan, karena penelitian ini digunakan hanya pada sampel, dimana hasilnya hanya berlaku pada sampel dan bukan pada populasi. Sementara itu metode verifikatif digunakan untuk menguji ulang


(28)

berdasarkan penelitian sebelumnya. Metode verifikatif dilakukan untuk menguji kebenaran atau teori yang telah ada bukan menciptakan teori baru. Menurut Iqbal Hasan (2010:11) bahwa “penelitian yang bertujuan verifikatif yaitu menguji kebenaran sesuatu dalam bidang yang telah ada sebelumnya”.

Desain penelitian merupakan kerangka kerja untuk merinci hubungan-hubungan antara variabel yang terkait dengan kajian tersebut (Umar, 2005:5). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal, yakni dengan menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. Dengan demikian, dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk membuktikan adanya pengaruh karakteristik perusahaan sebagai variabel independen, terhadap

mandatory disclosure financial statement sebagai variabel dependen. Periode

waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu tahun, dengan banyak perusahaan (Cross Section ).

Adapun tahun yang dipilih adalah tahun 2012, mengingat penulis ingin melihat konsistensi penelitian terdahulu, dengan data terbaru, yakni tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang berusaha menguji teori–teori yang telah ada sebelumnya, sehingga dilakukan pengujian hipotesis.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2011:38), variabel penelitian adalah “segala sesuatu yang berbentuk apa saja, yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. variabel–variabel dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut :


(29)

54

a. Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tiga variabel, diantaranya ukuran perusahaan (X1), porsi saham publik (X2),

dan likuiditas (X3).

1) Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan berkaitan dengan besar kecilnya suatu perusahaan, yang dihitung berdasarkan nilai total asetnya.

2) Porsi Saham Publik

Porsi saham publik mencerminkan prosentase struktur permodalan yang dimiliki oleh publik (masyarakat). Variabel ini diukur dengan membagi antara prosentase jumlah saham yang dimiliki masyarakat (publik) dengan total saham yang dimiliki perusahaan dan dilambangkan dengan PUB.

3) Likuiditas

Rasio likuiditas mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Variabel ini diukur dengan rasio lancar (Current Ratio), yang menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban lancar.

b. Variabel dependen dalam penelitian ini diberi simbol Y, yakni kelengkapan mandatory disclosure financial statement yang merupakan seberapa besar kelengkapan pengungkapan wajib yang dipublikasikan perusahaan terkait dengan aturan yang dikeluarkan BAPEPAM, melalui Surat Keputusan Ketua BAPEPAM No.347/BL/2012 tanggal 25 Juni 2012, yang berjumlah 73 item, dihitung melalui indeks Wallace.Adapun


(30)

kriteria kelengkapan pengungkapan dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut :

1) Memberi skor pengungkapan secara dikotomi, apabila perusahaan mengungkapkan suatu item maka diberi nilai 1, apabila perusahaan tidak mengungkapkan item tersebut diberi nilai 0.

2) Skor yang dimiliki perusahaan dijumlahkan untuk mendapatkan skor total.

3) Menghitung indeks kelengkapan mandatory disclosure financial

statement dengan membagi skor yang diperoleh perusahaan dengan

jumlah semua butir pengungkapan yang seharusnya dipenuhi. Berikut ini merupakan item yang wajib diungkapkan dalam laporan keuangan


(31)

56

Tabel 3.1

Daftar Item Mandatory Disclosure Financial Statement No.KEP-347/BL/2012 Tanggal 25 Juni 2012 Komponen Laporan

Keuangan Item

Neraca : Aset

Aset Lancar

1. Kas dan Setara Kas 2. Piutang Usaha

3. Aset Keuangan Lancar Lainnya 4. Persediaan

5. Pajak Dibayar Dimuka 6. Biaya Dibayar Dimuka

7. Aset tidak lancar (kelompok lepasan yang dimiliki untuk dijual)

Aset Tidak Lancar

1. Piutang Pihak Berelasi Non-Usaha 2. Aset Keuangan Tidak Lancar Lainnya 3. Investasi Pada Perusahaan Asosiasi 4. Properti Investasi

5. Aset Tetap

6. Aset Tak Berwujud 7. Aset Pajak Tangguhan

Liabilitas

Liabilitas Jangka Pendek

1. Utang Usaha 2. Beban Akrual 3. Utang Pajak

4. Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Pendek 5. Bagian Lancar atas Liabilitas Jangka

Panjang yang akan jatuh tempo dalam 1 tahun

6. Liabilitas Keuangan Jangka Pendek Lainnya

7. Liabilitas atas Pembayaran Berbasis Saham Jangka Pendek

8. Provisi Jangka Pendek

9. Liabilitas Terkait Aset/Kelompok Lepasan yang dimiliki untuk dijual

Liabilitas Jangka Panjang

1. Utang bank dan lembaga keuangan lain 2. Utang pihak berelasi non-usaha

3. Utang sewa pembiayaan 4. Utang obligasi

5. Sukuk

6. Obligasi konversi

7. Liabilitas keuangan jangka panjang lainnya


(32)

8. Liabilitas atas pembayaran berbasis saham jangka panjang

9. Liabilitas imbalan kerja jangka panjang 10.Liabilitas pajak tangguhan

11.Utang subordinasi 12.Provisi jangka panjang.

Ekuitas

1. Modal saham

2. Tambahan modal disetor

3. Selisih transaksi dengan pihak pengendali 4. Saham treasuri

5. Saldo laba

6. Pendapatan komprehensif lainnya 7. Kepentingan non-pengendali

Laporan Laba Rugi :

1. Pendapatan usaha 2. Beban pokok penjualan 3. Laba (rugi) kotor 4. Beban usaha 5. Pendapatan lainnya 6. Beban lainnya 7. Biaya keuangan

8. Bagian laba (rugi) dari entitas asosiasi 9. Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan 10.Beban (penghasilan) pajak

11.Laba (rugi) periode berjalan dari operasi yang dilanjutkan

12.Laba (rugi) periode berjalan dari operasi yang dihentikan setelah pajak

13.Laba (rugi) periode berjalan 14.Pendapatan komprehensif lain 15.Pajak penghasilan terkait

16.Pendapatan komprehensif lain periode berjalan setelah pajak

17.Total laba (rugi) komprehensif periode berjalan

18.Laba (rugi) periode berjalan yang dapat diatribusikan

19.Total laba (rugi) periode berjalan yang dapat diatribusikan

20.Laba (rugi) per saham dilusian

Laporan Perubahan Modal

1. Total laba (rugi) komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara terpisah jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan non pengendali

2. Pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara retrospektif yang


(33)

58

diperkenankan oleh SAK untuk setiap komponen ekuitas

3. Rekonsiliasi antara jumlah yang tercatatpada awal dan akhir periode untuk setiap komponen ekuitas secara terpisah.

Laporan Arus Kas

1. Arus kas dari aktivitas operasi 2. Arus kas dari aktivitas investasi 3. Arus kas dari aktivitas pendanaan

Catatan atas Laporan Keuangan

1. Gambaran umum perusahaan

2. Dasar pengukuran/penyusunan laporan keuangan

3. Informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan

4. Ikhtisar kebijakan akuntansi 5. Pengungkapan lainnya

TOTAL 73 ITEM

Untuk lebih memahami mengenai variabel bebas dan variabel terikat, maka berikut ini operasionalisasi variabelnya:

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Skala

Karakteristik Perusahaan

Ukuran Perusahaan

Total Aset :

 Total aset

Rasio

Likuiditas Current Ratio:  Aktiva lancar

 Hutang lancar

Rasio

Porsi Saham Publik

Porsi Saham Publik :

 Jumlah saham publik

 Total saham

Rasio Kelengkapan Mandatory Disclosure Financial Statement

Indeks mandatory disclosure dalam laporan keuangan

Jumlah mandatory

disclosure dalam LK

 Jumlah pengungkapan yang seharusnya sesuai dengan No.Kep.347/BL/2012.


(34)

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2011:80).

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 yang berjumlah 138 perusahaan.

Sementara sampel merupakan “bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2011:81). Untuk itu sampel dalam

penelitian ini diambil berdasarkan teknik purposive sampling, hal ini dilakukan agar sampel yang diperoleh dapat mewakili populasi sehingga terdapat kriteria spesifik yang ditentukan. Adapun kriterianya yakni :

a. Perusahaannya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang sahamnya aktif diperdagangkan selama tahun 2012. b. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan tahun 2012. c. Perusahaan menerbitkan data lengkap berkaitan dengan variabel yang akan

digunakan dalam penelitian.

d. Perusahaan tersebut haruslah yang memiliki laba.

Dari kriteria tersebut diperoleh sampel sebanyak 30 perusahaan dari populasi yang ada. Berikut daftar perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.


(35)

60

Tabel 3.3

Daftar Sampel yang Digunakan Dalam Penelitian

No. Kode Nama Perusahaan

1. ASII Astra International Tbk.

2. CPIN Chaeron Phokpand Indonesia Tbk.

3. GGRM Gudang Garam Tbk.

4. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

5. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.

6. INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

7. KLBF Kalbe Farma Tbk.

8. SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk.

9. UNVR Unilever Indonesia Tbk.

10. KAEF Kimia Farma Persero Tbk.

11. TSPC Tempo Scan Pasific Tbk.

12. INDR Indorama Synthetichs Tbk.

13. AUTO Astra Otoparts Tbk.Dynaplast Tbk.

14. BRAM Indo Kordsa Tbk.

15. SCCO Sucaco Tbk.

16. BUDI Budi Acid Jaya Tbk.

17. UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk.

18. ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk.

19. SMCB Holcim Indonesia Tbk.

20. AKR AKR Corportindo Tbk.

21. AALI Astra Agro Lestari Tbk.

22. INCO Vale Tbk.

23. AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.

24. ANTM Aneka Tambang (persero) Tbk.

25. BISI Bisi International Tbk.

26. BWPT BW Plantation Tbk.

27. CTBN Citra Tubindo Tbk.

28. HMSP HM Sampoerna Tbk.

29. TRST Trias Sentosa Tbk.

30. MYOR Mayora Indah Tbk.

Sumber : Bursa Efek Indonesia 3.4 Teknik Pengumpulan Data

“Kualitas data hasil penelitian dipengaruhi oleh dua faktor, yakni kualitas instrument penelitian dan kualitas pengumpulan data” (Sugiyono, 2011:137). Dengan demikian diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat, agar data yang


(36)

diperoleh valid, reliabel, dan objektif. Pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan studi dokumentasi, dengan mengumpulkan data sekunder yang diperlukan. Data sekunder diperoleh dari sumber secara tidak langsung (Sugiyono, 2011:225). Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengunduh laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur di situs resmi Bursa Efek Indonesia.

3.5 Jenis dan sumber data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder, sehingga teknik pengumpulan data yang digunakan berupa dokumentasi. Dengan demikian, karena sumber yang digunakan berupa data sekunder, maka jenis dan sumber data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4

Sumber dan Jenis Data

No Sumber Data Jenis Data

1

Laporan Keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2012

Sekunder

2

Indeks laporan keuangan diperoleh dari butir-butir kelengkapan laporan keuangan berdasarkan Surat Keputusan Ketua BAPEPAM No.Kep-347/BL/2012

Sekunder

3.6 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian kali ini dibagi beberapa bagian, yakni analisis data karakteristik perusahaan, indeks kelengkapan pengungkapan wajib, uji asumsi klasik, analisis regresi multiple, uji F dan uji t dihitung melalui alat bantu yakni SPSS V.16 for Windows dan MS Excel 2007 :


(37)

62

3.6.1 Analisis Karakteristik Perusahaan

a. Melakukan perhitungan ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan dalam penelitian ini, dihitung melalui nilai total aset yang dimiliki oleh perusahaan, dikarenakan nilai total aset perusahaan memiliki besaran yang nilainya jutaan bahkan miliaran rupiah, maka nilai total aset sebagai proxy ukuran perusahaan perlu disederhanakan dengan mengkonversi data ke dalam logaritma natural dengan bantuan software

MS Excel 2007. “Sebab secara matematis variabel ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural total aset” (Goyal, dalam Sembiring, 2012:3).

Rumus :

(Benardi dkk, 2009:10)

b. Melakukan perhitungan rasio porsi saham publik, dengan rumus sebagai berikut :

(Mujiyono dan Nany, 2006:25)

c. Melakukan perhitungan likuiditas, dengan menghitung current ratio dengan rumus sebagai berikut :

(Harahap, 2007:301)

Ukuran Perusahaan = Ln Total Aset

PUB =

X 100%

Rasio Lancar =


(38)

3.6.2 Analisis kelengkapan Mandatory Disclosure Financial Statement

Penelitian ini menggunakan indeks pengungkapan yang dirumuskan Imhoff (1992), dengan menggunakan indeks Wallace. Indeks kelengkapan

mandatory disclosure financial statement didasarkan atas Surat Keputusan Ketua

BAPEPAM No.347/BL/2012 yang terdiri dari lima komponen, yakni neraca terdiri atas 42 item, laporan laba rugi terdiri atas 20 item, laporan perubahan ekuitas terdiri atas 3 item, laporan arus kas terdiri atas 3 item, dan catatan atas laporan keuangan terdiri atas 5 item. Total dari semua item tersebut adalah 73 item dengan kisaran nilai pengungkapan 0%-100%, dengan kategori rentang menurut Sudjana (2003:152) sebagai berikut :

Rentang (%) = skor maksimum – skor minimum = 100%-0%

=100%

Panjang kelas = rentang (%) : jumlah kelas = 100% : 4

= 25%

Sehingga diperoleh kategori sebagai berikut : 0% – 25% = Sangat Rendah

25% - 50% = Rendah 50% - 75% = Sedang 75% - 100% = Tinggi >100% = Sangat Tinggi


(39)

64

Indeks Mandatory Disclosure Financial Statement dihitung dengan mekanisme yang dikemukakan Wallace et al (dalam Purwandari, 2012:39).

a. Memberi poin 1 terhadap item yang terdapat dalam laporan keuangan tahunan suatu emiten.

b. Memberi poin 0 apabila item yang diharuskan tidak tersaji dalam laporan keuangan tahunan suatu emiten.

c. Skor yang diperoleh tiap perusahaan sampel kemudian dijumlahkan. Kemudian skor total dibagi 73, sehingga diperoleh indeks untuk pengolahan data. Angka indeks dihitung sebagai berikut :

x100%

Keterangan :

n = jumlah butir pengungkapan yang terpenuhi

k = jumlah butir pengungkapan yang seharusnya dipenuhi total 73 item.

3.6.3 Uji Asumsi Klasik 3.6.3.1Uji Normalitas

Penelitian ini menggunakan data yang skalanya berbentuk rasio, sehingga analisis data menggunakan statistik parametrik. Dengan demikian, diperlukan adanya uji normalitas, seperti yang dikemukakan Ghozali (2012:160), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel penggangu dan variabel residual memiliki distribusi normal. Alat uji yang digunakan adalah dengan uji grafik histogram dan analisis statistik dengan One Sample Kolmogrov–


(40)

Smirnov. Dasar pengambilan keputusan melalui probabilitas (asymptotic signification), yakni :

a. Jika  value  0,05 maka data berdistribusi normal. b. Jika  value  0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

3.6.3.2Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah variabel independen dan variabel dependen memiliki hubungan yang linear secara signifikan atau tidak. Adapun cara untuk mengetahuinya adalah dengan menggunakan diagram Scatter

Plot dengan dibantu oleh software spss ver 16 for Windows.

3.6.3.3Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Ini perlu dilakukan karena model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2012:105). Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi melalui Variance Inflation Factor (VIF), dihitung dengan rumus sebagai berikut :

 Jika VIF  10 maka variabel bebas memiliki persoalan multikolineritas dengan variabel bebas lainnya.

 Jika VIF  10 maka variabel bebas tersebut tidak mempunyai persoalan multikolinearitas.

VIF =


(41)

66

3.6.3.4Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2012:139). Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas, ditunjukkan dengan grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Jika terdapat pola tertentu dalam grafik, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Akan tetapi, jika tidak membentuk pola yang jelas atau menyebar di atas dan bawah angka nol berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. Dasar pengambilan keputusan (Ghozali, 2012:139) :

 Jika ada pola tertentu pada grafik, seperti titik-titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

 Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.6.4 Analisis Regresi Multiple

Analisis regresi digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan variabel bebas, karena variabel bebas dalam penelitian ini lebih dari satu, maka analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi multiple. Analisis regresi multiple dihitung melalui persamaan regresi linier multiple sebagai berikut :


(42)

Y = +

(Sudjana, 2003 : 76)

Keterangan :

Y = Variabel Dependen

, = Variabel Independen

= Konstanta

= Koefisien Regresi

e = Eror

3.6.5 Rancangan Pengujian Hipotesis

3.6.5.1Uji Statistik F (Uji Keberartian Regresi)

Uji F digunakan untuk menguji keberartian regresi, sebagaimana yang dikemukakan Sudjana (2003 : 90) bahwa :

Menguji keberartian regresi linier multiple ini dimaksudkan untuk meyakinkan diri apakah regresi (berbentuk linier) yang didapatkan berdasarkan penelitian ada artinya bila dipakai untuk membuat kesimpulan mengenai hubungan sejumlah peubah yang sedang dipelajari.

Rumus Uji F :


(43)

68

Dengan :

JK (Reg) = JK (s) = ∑

Hipotesis yang digunakan adalah :

 maka regresi tidak berarti.

maka regresi berarti.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel melalui derajat kebebasan (dk) = (n-k-1), maka kriteria keputusannya adalah sebagai berikut:

 Jika F-hitung  F-tabel, maka akan ditolak (regresi berarti), sehingga variabel independen memiliki tingkat keberartian terhadap variabel dependen.

 Jika F-hitung  F-tabel, maka akan diterima (regresi tidak berarti), sehingga variabel independen tidak memiliki tingkat keberartian terhadap variabel dependen.

3.6.5.2 Uji Statistik t-test

Uji statistik t-test digunakan untuk menguji keberartian koefisien regresi, atau menguji tingkat signifikansi pengaruh masing–masing variabel independen terhadap variabel dependen.

Uji statistik t-test yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian satu pihak, dengan α sebesar 5%, dan perhitungannya dibantu software SPSS V.16


(44)

(Sudjana, 2003 : 31) Ket :

= Koefisien regresi

= kesalahan baku koefisien regresi multiple b Hipotesis statistik yang digunakan :

a) : =0 :Karakteristik perusahaan berupa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial statement.

: 0 : Karakteristik Perusahaan berupa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Kelengkapan mandatory disclosure financial statement.

b) : 0 : Karakteristik Perusahaan berupa porsi saham publik tidak berpengaruh terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial statement.

: 0: Karakteristik Perusahaan berupa porsi saham publik berpengaruh positif terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial statement.

c) : 0 : Karakteristik Perusahaan berupa likuiditas tidak berpengaruh terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial statement.

: 0 : Karakteristik perusahaan berupa likuiditas berpengaruh positif terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial statement.


(45)

70

Setelah diperoleh t-statistik atau t-hitung, kemudian bandingkan dengan distribusi student-t dengan taraf signifikansi 5%, kemudian membuat taraf keputusan, dengan menggunakan kaidah keputusan keberartiannya :

1. Apabila > akan ditolak.


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis, seperti yang telah diuraikan dalam bab IV, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil perhitungan berkaitan dengan variabel karakteristik perusahaan, diperoleh hasil bahwa rata-rata ukuran perusahaan dalam perusahaan sampel dilihat dari skala usahanya tergolong kedalam kategori besar. Sementara itu rata-rata porsi saham yang dimiliki, cenderung lebih kecil sehingga akses publik terhadap informasi terbatas. Kinerja keuangan perusahaan sampel rata-rata tinggi, sehingga menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan manufaktur tersebut.

2. Berdasarkan hasil perhitungan, terhadap 30 laporan keuangan tahunan perusahaan, dengan menggunakan indeks Wallace mengenai kelengkapan

mandatory disclosure financial statement, diperoleh bahwa rata-rata

pengungkapan wajibnya berkisar 68,04% sehingga tergolong ke dalam kategori sedang dan masih jauh dari apa yang diharapkan berdasarkan aturan BAPEPAM No.347/BL/2012. Sedangkan dari segi isi (content), kelengkapan mandatory disclosure financial statement, pada perusahaan sampel paling banyak dilakukan pada komponen laporan arus kas (98,89%), catatan atas laporan keuangan (97,34%), laporan perubahan ekuitas (96,67%), laporan laba rugi (76,17%), dan neraca (56,43)%.


(47)

118

3. Berdasarkan penelitian ini diketahui, bahwa terdapat pengaruh positif dari ukuran perusahaan terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial

statement. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan

merupakan pemicu utama dalam variasi praktik kelengkapan mandatory

disclosure financial statement pada perusahaan manufaktur.

4. Hasil uji statistik tidak membuktikan adanya pengaruh porsi saham publik terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial statement. Dengan demikian, hal ini jauh dari dugaan bahwa porsi saham publik memiliki pengaruh. Hal ini dimungkinkan karena pada umumnya pemilik saham publik hanya investor kecil yang tidak memiliki otoritas informasi keuangan maupun non-keuangan. Sehingga porsi saham publik bukanlah pemicu kelengkapan mandatory disclosure financial statement.

5. Hasil uji statistik tidak membuktikan adanya pengaruh likuiditas terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial statement. Dengan demikian, hal ini jauh dari dugaan bahwa likuiditas memiliki pengaruh, hal ini dimungkinkan karena pada umumnya perusahaan dengan likuiditas yang tinggi memiliki kinerja keuangan yang kuat. Sehingga dalam hal ini aspek kinerja keuangan bukanlah pemicu kelengkapan mandatory disclosure

financial statement. 5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(48)

1. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu mengevaluasi dan mengontrol laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan (emiten), agar perusahaan terdorong untuk memberikan pengungkapan yang lebih lengkap sehingga dapat memberikan manfaat bagi para pemakainya.

2. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu mengeluarkan peraturan mengenai peningkatan porsi saham yang dapat dimiliki publik, demi mendorong investasi dan membatasi besarnya otoritas manajemen dalam informasi keuangan maupun non-keuangan.

3. Penelitian selanjutnya hendaknya menambahkan variabel lain yang dapat mewakili karakteristik perusahaan yang berpengaruh terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial statement, seperti umur perusahaan, status kepemilikan manajerial, jenis KAP dan lain sebagainya. 4. Penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan sampel penelitian yang lebih besar dan menggunakan data time series, agar hasil penelitian lebih akurat dan mampu menggambarkan fenomena yang sebenarnya.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Belkoui, dan Riahi, Ahmed. (2011). Teori Akuntansi Edisi 5 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat

Chariri, A dan Ghozali, I. (2003). Teori Akuntansi. Semarang: UNDIP

Ghozali, I. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS 20. Cetakan IV. Semarang: UNDIP

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2007). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Iqbal, Hasan. (2010). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Halim. (2005). Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat

Hanafi, Mamduh M., dan Halim, Abdul., (2007). Analisis Laporan Keuangan,

Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Harahap, S.S. (2007). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Harahap, S.S. (2007). Teori Akuntansi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Hendriksen, Eldon. S dan Vabreda, Michael. F. (2002). Teori Akunting. Edisi Kelima Buku 2. Jakarta : Interaksara

Jogiyanto, Hartono. (2000). Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, Yogyakarta: BPFE UGM

Kartikahadi, H., Sinaga, R.U., Syamsul, M., Siregar, S.V., (2012). Akuntansi

Keuangan berdasarkan SAK berbasis IFRS. Jakarta : Salemba Empat

Munawir, S. (2010). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta Richard, T. George. (2010). Business Ethics. Amerika: Pearson

Riyanto, Bambang. (2008). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE UGM


(50)

Sudjana. (2003). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung : Tarsito

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suta, I Putu Gede Ary. (2000). Menuju Pasar Modal Moderen. Jakarta: Yayasan SAD Satria Bakti

Suwardjono. (2005). Teori Akuntansi : Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE

Tim Pertimbangan Pembimbingan Skripsi. (2013). Pedoman Operasional

Penulisan Skripsi. Bandung : Pendidikan Akuntansi.

Umar, H. (2005). Desain Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Weygant, Kieso, Kimmel. (2007). Accounting Principal 8th Edition. Asia : John

Wiley &Sons.

Sumber Jurnal :

Akhtaruddin, M., M.A.A. Hossain, M. Hossain dan L. Yao. (2009). “Corporate Governance and Voluntary Disclosure in Corporate Annual Reports of Malaysian Listed Firms”, Journal of Applied Management Accounting

Research 7 (1): 1-20

Al-Akra, M., I.A. Eddie dan M.J. Ali. (2010). “The Influence of The Introduction of Accounting Disclosure Regulation on Mandatory Disclosure Compliance: Evidence from Jordan”, The British Accounting Review(42): 170–186

Benardi, M. Sutrisno, dan Assih, P. (2009). “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan dan Implikasinya terhadap Asimetri Informasi (Studi Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek

Indonesia”.

Dibiyantoro. (2011). “Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Mandatory Disclosure Financial Statement pada Perusahan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI”, Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi

(JENIUS) Vol 1 no 2

Jensen, Michael C. and Meckling, William H. (1976). “Theory of Firm

Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics Vol 3. PP 82-136


(51)

122

Maryati dan Dwinurti, T. (2012). “Analisis Pengaruh Good Corporate

Governance, Kesempatan Tumbuh, dan Ukuran Perusahaan Terhadap

Kinerja Keuangan”.

Mujiyono dan Nany, M. (2006). “Pengaruh Leverage, Likuiditas, dan Saham Publik Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan.

Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol.6, No.1 P.23-28

Naim, Ainun dan Rakhman, Fuad. (2000). “Analisis Hubungan Antara

Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal

dan Tipe Kepemilikan Perusahaan”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 15

Nugraheni, B Linggar Yekti., Oct. Digdo Hartomo dan Lucia Hary Patwoto.

(2002). “ Analisis Faktor-faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Kelengkapan Laporan Keuangan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol VIII Renders, A. dan A. Gaeremynck. (2005). “Legal and Voluntary Investor

Protection and Early IFRS-adoption: A Study of European Companies”,

De Economist 1 (155): 49–72

Sembiring, A.A. (2012). “Pengaruh Klasifikasi Industri dan Ukuran Perusahaan terhadap Risiko Bisnis Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

BEI”. Jurnal Manajemen Vol.1 No.1 P.1-6

Simanjuntak, Binsar dan Widiastuti, Lucy. (2004). “Fator-faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada

Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.7, No.3 Hal 351-366, September 2004.

Sudarmadji, A.M dan Lana Sularto. (2007). “Pengaruh Ukuran Perusahaan,

Profitabilitas, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary

Disclosure Laporan Keuangan Tahunan”, Jurnal PESAT Vol 2. Jakarta:

Universitas Gunadarma

Sutanto, F.D. (2012). “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Tingkat Pengungkapan Intelectual Capital di Dalam Laporan Tahunan”.

Sumber Makalah :

Almilia, Luciana Spica dan Ikka Retrinasari. (2007). “Analisis Pengaruh

Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ”,


(52)

Fitriani. (2001). “Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan

Wajib dan Sukarela Pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Makalah dipresentasikan dalam

Simposium Nasional Akuntansi IV

Marwata. (2001).”Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas

Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di

Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IV

Prawinandi, et al. (2012). “Peran Struktur Corporate Governance dalam Tingkat

Kepatuhan Mandatory Diclosure Konvergensi IFRS”, Simposium

Nasional Akuntansi

Utami, W.D., Suhardjanto, D., dan Hartoko, S., (2012). “Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Wajib dan Kaitannya dengan Mekanisme Good Corporate Governance : Investigasi dalam Konvergensi IFRS di Indonesia”, makalah dalam Seminar Nasional Akuntansi.

Sumber Skripsi dan Tesis:

Irawan, Bambang. (2006). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan

Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Sarjana

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

Ivanna. (2006). Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Pada

Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Medan:

Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Fatimah, Nurul. (2013). Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Tingkat

Pengungkapan Intellectual Capital (Studi Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ45 Tahun 2012. Skripsi. Bandung: Program

Sarjana Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia

Prasetya, D.Indra. (2011). Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas,

Leverage, dan Profitabilitas terhadap mandatory disclosure. Skripsi.

Semarang: Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Purwandari, Arum. (2012). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Struktur

Kepemilikan, dan Status Perusahaan terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia. Skripsi. Semarang:

Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Subiyantoro, Edi. (1996). Hubungan Antara Kelengkapan Laporan Keuangan

dengan Karakteristik Perusahaan Publik. Tesis Master. Yogyakarta:


(53)

124

Supriadi, D.A. (2010). Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI. Skripsi. Jakarta: Program Sarjana Fakultas

Ekonomi UPN Veteran.

Sumber Dokumen :

Surat Keputusan Ketua BAPEPAM No.6/PM/2000. (2000). Tentang Penyajian

Laporan Keuangan Perusahaan Publik Yang Terdaftar di BEI. Jakarta:

BAPEPAM

Surat Edaran Ketua BAPEPAM No.SE-02/PM/2002. Tentang Pedoman

Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Manufaktur. Jakarta: BAPEPAM

Surat Keputusan Ketua BAPEPAM No.Kep-347/BL/2012. Tentang Pedoman

Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di BEI. Jakarta: BAPEPAM

Sumber Internet – Berita Online :

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). (2006). How is the

Indonesian Corporate Governance Condition in Reality?.[Online].

Tersedia: http://www.fcgi.or.id/corporate-governance/articles.html. [22 Februari 2013]

Prayogi, W.E. (2011). Bapepam Telusuri Salah Catat Laporan Keuangan Bakrie&Brothers.[online].Tersedia:

http://finance.detik.com/read/2011/05/02/183124/1630743/6/bapepam-telusuri-salahcatat-laporan-keuangan-bakriebrothers. [20 Juni 2013] Syahrul, Y. 2002. Bapepam: Kasus Kimia Farma Merupakan Tindak Pidana.

[Online].Tersedia:http://www.tempo.co.id/hg/ekbis/2002/11/04/brk,20021 104-36 ,id.html. [25 Mei 2013]


(1)

119

1. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu mengevaluasi dan mengontrol laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan (emiten), agar perusahaan terdorong untuk memberikan pengungkapan yang lebih lengkap sehingga dapat memberikan manfaat bagi para pemakainya.

2. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu mengeluarkan peraturan mengenai peningkatan porsi saham yang dapat dimiliki publik, demi mendorong investasi dan membatasi besarnya otoritas manajemen dalam informasi keuangan maupun non-keuangan.

3. Penelitian selanjutnya hendaknya menambahkan variabel lain yang dapat mewakili karakteristik perusahaan yang berpengaruh terhadap kelengkapan mandatory disclosure financial statement, seperti umur perusahaan, status kepemilikan manajerial, jenis KAP dan lain sebagainya. 4. Penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan sampel penelitian yang lebih besar dan menggunakan data time series, agar hasil penelitian lebih akurat dan mampu menggambarkan fenomena yang sebenarnya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Belkoui, dan Riahi, Ahmed. (2011). Teori Akuntansi Edisi 5 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat

Chariri, A dan Ghozali, I. (2003). Teori Akuntansi. Semarang: UNDIP

Ghozali, I. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS 20. Cetakan IV. Semarang: UNDIP

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2007). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Iqbal, Hasan. (2010). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Halim. (2005). Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat

Hanafi, Mamduh M., dan Halim, Abdul., (2007). Analisis Laporan Keuangan,

Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Harahap, S.S. (2007). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Harahap, S.S. (2007). Teori Akuntansi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Hendriksen, Eldon. S dan Vabreda, Michael. F. (2002). Teori Akunting. Edisi Kelima Buku 2. Jakarta : Interaksara

Jogiyanto, Hartono. (2000). Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, Yogyakarta: BPFE UGM

Kartikahadi, H., Sinaga, R.U., Syamsul, M., Siregar, S.V., (2012). Akuntansi

Keuangan berdasarkan SAK berbasis IFRS. Jakarta : Salemba Empat

Munawir, S. (2010). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta Richard, T. George. (2010). Business Ethics. Amerika: Pearson

Riyanto, Bambang. (2008). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE UGM


(3)

121

Sudjana. (2003). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung : Tarsito

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suta, I Putu Gede Ary. (2000). Menuju Pasar Modal Moderen. Jakarta: Yayasan SAD Satria Bakti

Suwardjono. (2005). Teori Akuntansi : Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE

Tim Pertimbangan Pembimbingan Skripsi. (2013). Pedoman Operasional

Penulisan Skripsi. Bandung : Pendidikan Akuntansi.

Umar, H. (2005). Desain Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Weygant, Kieso, Kimmel. (2007). Accounting Principal 8th Edition. Asia : John

Wiley &Sons. Sumber Jurnal :

Akhtaruddin, M., M.A.A. Hossain, M. Hossain dan L. Yao. (2009). “Corporate Governance and Voluntary Disclosure in Corporate Annual Reports of Malaysian Listed Firms”, Journal of Applied Management Accounting

Research 7 (1): 1-20

Al-Akra, M., I.A. Eddie dan M.J. Ali. (2010). “The Influence of The Introduction of Accounting Disclosure Regulation on Mandatory Disclosure Compliance: Evidence from Jordan”, The British Accounting Review(42): 170–186

Benardi, M. Sutrisno, dan Assih, P. (2009). “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan dan Implikasinya terhadap Asimetri Informasi (Studi Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”.

Dibiyantoro. (2011). “Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Mandatory Disclosure Financial Statement pada Perusahan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI”, Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi

(JENIUS) Vol 1 no 2

Jensen, Michael C. and Meckling, William H. (1976). “Theory of Firm Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics Vol 3. PP 82-136


(4)

Maryati dan Dwinurti, T. (2012). “Analisis Pengaruh Good Corporate Governance, Kesempatan Tumbuh, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan”.

Mujiyono dan Nany, M. (2006). “Pengaruh Leverage, Likuiditas, dan Saham Publik Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan.

Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol.6, No.1 P.23-28

Naim, Ainun dan Rakhman, Fuad. (2000). “Analisis Hubungan Antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 15

Nugraheni, B Linggar Yekti., Oct. Digdo Hartomo dan Lucia Hary Patwoto. (2002). “ Analisis Faktor-faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Kelengkapan Laporan Keuangan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol VIII Renders, A. dan A. Gaeremynck. (2005). “Legal and Voluntary Investor

Protection and Early IFRS-adoption: A Study of European Companies”,

De Economist 1 (155): 49–72

Sembiring, A.A. (2012). “Pengaruh Klasifikasi Industri dan Ukuran Perusahaan terhadap Risiko Bisnis Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Jurnal Manajemen Vol.1 No.1 P.1-6

Simanjuntak, Binsar dan Widiastuti, Lucy. (2004). “Fator-faktor Yang

Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.7, No.3 Hal 351-366, September 2004.

Sudarmadji, A.M dan Lana Sularto. (2007). “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan”, Jurnal PESAT Vol 2. Jakarta:

Universitas Gunadarma

Sutanto, F.D. (2012). “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Tingkat Pengungkapan Intelectual Capital di Dalam Laporan Tahunan”.

Sumber Makalah :

Almilia, Luciana Spica dan Ikka Retrinasari. (2007). “Analisis Pengaruh

Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ”,


(5)

123

Fitriani. (2001). “Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan

Wajib dan Sukarela Pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Makalah dipresentasikan dalam

Simposium Nasional Akuntansi IV

Marwata. (2001).”Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas

Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di

Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IV

Prawinandi, et al. (2012). “Peran Struktur Corporate Governance dalam Tingkat

Kepatuhan Mandatory Diclosure Konvergensi IFRS”, Simposium

Nasional Akuntansi

Utami, W.D., Suhardjanto, D., dan Hartoko, S., (2012). “Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Wajib dan Kaitannya dengan Mekanisme Good Corporate Governance : Investigasi dalam Konvergensi IFRS di Indonesia”, makalah dalam Seminar Nasional Akuntansi.

Sumber Skripsi dan Tesis:

Irawan, Bambang. (2006). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan

Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Sarjana

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

Ivanna. (2006). Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Pada

Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Medan:

Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Fatimah, Nurul. (2013). Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Tingkat

Pengungkapan Intellectual Capital (Studi Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ45 Tahun 2012. Skripsi. Bandung: Program

Sarjana Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia

Prasetya, D.Indra. (2011). Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas,

Leverage, dan Profitabilitas terhadap mandatory disclosure. Skripsi.

Semarang: Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Purwandari, Arum. (2012). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Struktur

Kepemilikan, dan Status Perusahaan terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia. Skripsi. Semarang:

Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Subiyantoro, Edi. (1996). Hubungan Antara Kelengkapan Laporan Keuangan

dengan Karakteristik Perusahaan Publik. Tesis Master. Yogyakarta:


(6)

Supriadi, D.A. (2010). Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI. Skripsi. Jakarta: Program Sarjana Fakultas

Ekonomi UPN Veteran. Sumber Dokumen :

Surat Keputusan Ketua BAPEPAM No.6/PM/2000. (2000). Tentang Penyajian

Laporan Keuangan Perusahaan Publik Yang Terdaftar di BEI. Jakarta:

BAPEPAM

Surat Edaran Ketua BAPEPAM No.SE-02/PM/2002. Tentang Pedoman

Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Manufaktur. Jakarta: BAPEPAM

Surat Keputusan Ketua BAPEPAM No.Kep-347/BL/2012. Tentang Pedoman

Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di BEI. Jakarta: BAPEPAM

Sumber Internet – Berita Online :

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). (2006). How is the

Indonesian Corporate Governance Condition in Reality?.[Online].

Tersedia: http://www.fcgi.or.id/corporate-governance/articles.html. [22 Februari 2013]

Prayogi, W.E. (2011). Bapepam Telusuri Salah Catat Laporan Keuangan Bakrie&Brothers.[online].Tersedia:

http://finance.detik.com/read/2011/05/02/183124/1630743/6/bapepam-telusuri-salahcatat-laporan-keuangan-bakriebrothers. [20 Juni 2013] Syahrul, Y. 2002. Bapepam: Kasus Kimia Farma Merupakan Tindak Pidana.

[Online].Tersedia:http://www.tempo.co.id/hg/ekbis/2002/11/04/brk,20021 104-36 ,id.html. [25 Mei 2013]


Dokumen yang terkait

Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap voluntary disclosure perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 44 114

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Leverage terhadap Mandatory Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 47 109

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Leverage terhadap Mandatory Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 2 109

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Leverage terhadap Mandatory Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Leverage terhadap Mandatory Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Leverage terhadap Mandatory Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Leverage terhadap Mandatory Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 14

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Leverage terhadap Mandatory Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Leverage terhadap Mandatory Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 33

Pengaruh Struktur Dewan Terhadap Voluntary Disclosure Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 100