ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA HIGH DAN LOW ACHIEVERS PADA MATERI KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN BERDASARKAN PROSES PEMBELAJARAN DI SMA UNGGULAN KOTA PADANG.

(1)

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA HIGH DAN LOW

ACHIEVERS PADA MATERI KELARUTAN DAN HASILKALI

KELARUTAN BERDASARKAN PROSES PEMBELAJARAN

DI SMA UNGGULAN KOTA PADANG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Oleh: Monica Primasari

NIM. 1102499

KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA SEKOLAH LANJUTAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Monica Primasari, 2013

Analysis of High and Lo Achie ers’s Conceptual Understanding of

Solubility and Solubility Product Constant Based on The Learning

Process In An Excellent Senior High School in Padang

Oleh Monica Primasari

S.Pd Universitas Negeri Padang, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam

© Monica Primasari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Mengetahui:

Ketua Program Studi Pendidikan IPA

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M.Si. Pembimbing II

Dr. Sri Mulyani, M.Si. NIP. 196111151986012001


(4)

Monica Primasari, 2013

NIP. 195807121983032002

PERNYATAAN

“Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasilkali Kelarutan Berdasarkan Proses Pembelajaran Di SMA Unggulan Kota Padang” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.


(5)

v ABSTRAK

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasilkali Kelarutan Berdasarkan Proses Pembelajaran Di SMA Unggulan Kota Padang. Monica Primasari. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (2013).

Penelitian ini bermula dari kenyataan bahwa sebagian siswa potensial di sekolah unggulan tidak mampu mencapai hasil belajar Kimia di atas nilai KKM yang ditetapkan sekolah, hingga dapat dilabeli sebagai high-achievers (HA) dan low achievers (LA). Padahal, hasil belajar siswa adalah salah satu ukuran kualitas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, perlu dilakukan analisis terhadap pemahaman konsep siswa HA dan LA tersebut berdasarkan proses pembelajaran yang dialami. Pemahaman konsep siswa diteliti pada materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan, sementara proses pembelajaran ditinjau dari empat aspek, yaitu alur proses, interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran, partisipasi siswa, dan ekspektansi guru terhadap performa pembelajaran siswa HA dan LA. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dilakukan di salah satu SMA Unggulan di kota Padang. Subyek dari penelitian ini adalah 30 siswa HA dan LA di kelas unggulan dan reguler yang diajar oleh guru yang sama. Data pemahaman konsep siswa diperoleh melalui teknik tes berbentuk essay, sementara data proses pembelajaran diperoleh melalui teknik observasi dan perekaman, pemberian kuesioner, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pada enam dari sembilan konsep dalam materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan, pemahaman siswa HA lebih tinggi daripada siswa LA di kelas unggulan maupun reguler; 2) bentuk kesalahan siswa dalam menjawab soal pemahaman konsep berhubungan dengan proses pembelajaran yang dialami siswa di kelas; 3) alur proses pembelajaran di kedua kelas sama dalam aktivitas dan materi pembelajaran, namun berbeda dalam urutan dan durasi setiap aktivitas; 4) frekuensi interaksi guru dengan siswa HA lebih tinggi dibandingkan siswa LA dalam bentuk bertanya, berada dekat dengan siswa, meminta siswa melakukan tugas belajar, dan berdiskusi dengan siswa mengenai materi; 5) frekuensi interaksi yang diawali siswa HA lebih tinggi dibandingkan siswa LA pada setiap pertemuan, tetapi beda frekuensi antara kedua kelompok tersebut lebih sempit di kelas unggulan dibandingkan kelas reguler; 6) bentuk partisipasi siswa yang paling sering teramati adalah mencatat materi dan bertanya mengenai materi pelajaran. Dari analisis terhadap alur proses, interaksi, partisipasi siswa, dan ekspektansi guru terhadap performa siswa HA dan LA dalam pembelajaan, peneliti mengusulkan beberapa tindakan yang dapat


(6)

vi

Monica Primasari, 2013

dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan di masa yang akan datang.

Kata Kunci: Pemahaman konsep, High-achievers, Low-achievers, Proses Pembelajaran, Kelarutan, Hasilkali Kelarutan

ABSTRACT

Analysis of High and Low Achievers’s Conceptual Understanding of Solubility and

Solubility Product Constant Based on The Learning Process In An Excellent Senior High School in Padang. Monica Primasari. Science Education (2013).

This research was based on the reality that a number of potential students in excellent school couldn’t get good achievement in chemistry learning which is above the minimum standard of mastery, so that those students can be labeled as high achieves (HA) and low achievers (LA). In fact, students’ achievement is one way to measure the quality of learning process in school. Therefore, it is necessary to analyse those HA’s and LA’s conceptual understanding based on the learning process in school as a part of efforts to improve the quality of learning process. This research was focused on HA’s and LA’s understanding of Solubility and Solubility Product Constant based on the learning process at school in four aspects: the plot of learning process, learning interactions, students’s participation, and teacher’s expectation toward students’ performance. This research used qualitative approach and was conducted in one of excellent senior high schools in Padang in second semester of 2012/ 2013 academic year. The subjects of this research were HA’s and LA’s chosen from excellent and regular class who were taught by the same teacher. Data of student’s conceptual understanding were collected through essay test, while data of learning process were colleted through observation and video recording, questionaire, and interview. The research found that: 1) HA’s conceptual understanding for nine concepts in Solubility and Solubility Product Constant were in higher level than that of LA’s. This findings apply in both excellent and regular class; 2) students’ mistakes in answering conceptual test were related to the learning process in class; 3) the plots of learning process in both classes are same in terms of learning material and activities, but different in terms of order and duration of each learning activities; 4) the frequency of teacher’s interaction were higher toward HA’s than LA in both classes in the form of asking a question, proximity, asking student to do academic task, and talking about lesson; 5) the frequency of HA’s initiated interaction were higher than that of LA’s in both classes for every meeting, however the gap between groups in excellent class


(7)

vii

was narrower than that of regular class; 6) the most frequent forms of students participation are taking notes and asking about lesson. Based on the analysis of four aspects of learning process: the plot of learning process, learning interaction, students’ participation, and teacher’s expectation, some actions which teacher can integrate into teaching practice to improve the quality of learning process of Solubility and Solubility Product Constant in the future were recommended.

Keywords: conceptual understanding, high achievers, low achievers, learning process, solubility, solubility product constant


(8)

vii

Monica Primasari, 2013

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ………....……… i

KATA PENGANTAR ……….………..………... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….………... . iii

ABSTRAK ……….………..……….. v

ABSTRACT ………..………. vi

DAFTAR ISI ………..……... vii

DAFTAR TABEL ………. x

DAFTAR GAMBAR ……… xii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….… 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ……….. ... 4

C. Tujuan Penelitian………... ….… 6

D. Manfaat Penelitian ………. ….... 6

E. Penelitian yang Relevan……….. .….. 6

F. Penjelasan Istilah……….….….. 9

G. Struktur Organisasi………..….….. 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA…….……….…..…. 12

A. Belajar dan Teori Pembelajaran……….….…. 12

B. Hakikat dan Komponen Pembelajaran ……… .….. 15

1. Guru dan Praktik Pengajaran………..……….…... 16 2. Keberadaan Siswa High Achievers (HA) dan


(9)

viii

Low Achievers(LA) dalam Pembelajaran……….….. 19

C. Interaksi dalam Lingkungan Pembelajaran……….. 22

1. Interaksi Guru dengan Siswa dan Interaksi Siswa HA dan LA dalam pembelajaran……….………...… 24

2. Partisipasi Siswa HA dan LA dalam Pembelajaran………..….. … 26

3. Ekspekstansi Guru terhadap Performa Siswa HA dan LA dalam Pembelajaran……… 28

D. Karakteristik Pembelajaran Kimia Untuk Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan………..…. 30

1. Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan……….…………..…....…...…. 31

2. Pengaruh Ion Senama Terhadap Kelarutan ………….…….…...… 33

3. Prediksi Pembentukan Endapan………...…. .…. 34

E. Penilaian Pemahaman Konsep sebagai Hasil Belajar Siswa…... .…. 34

F. Kerangka Berpikir………. 37

BAB III METODE PENELITIAN……….…. .…. 39

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ………..…. .…. 40

B. Desain Penelitian ………..……… .…. 41

C. Data Peneliian……….……... ….. 42

D. Instrumen Penelitian ………. .. 42

E. Teknik Pengumpulan Data ……….……..….. 43

F. Teknik Analisis Data………..……….……..….. 46

G. Tahapan Penelitian…….……….……...…. 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….…………. 55

A. Pemahaman Konsep Siswa High Achievers dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan ……….…... … 55 B. Proses Pembelajaran Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan


(10)

ix

Monica Primasari, 2013

di SMA Unggulan ….………... …. 118

1. Alur Proses Pembelajaran di Kelas Unggulan dan Reguler……. 119

2. Interaksi Guru dan Siswa dalam Pembelajaran …….………….. 126

3. Partisipasi Siswa HA dan LA dalam Aktivitas Pembelajaran… . 132 4. Ekspektansi Guru terhadap Performa Siswa HA dan LA dalam Pembelajaran………... . 139

C. Hubungan Pemahaman Konsep Siswa HA dan LA pada Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan dengan Proses Pembelajaran Di Kelas……… 142

D. Upaya yang Dapat Dilakukan Guru Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan di SMA Unggulan……….. 181

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………..….. 193

A. Kesimpulan ………..………...… 193

B. Rekomendasi………... 195

DAFTAR PUSTAKA ………..………… 198


(11)

x

DAFTAR TABEL

3.1 Daftar Siswa yang Menjadi Subyek Penelitian ……….… .. 41 3.2 Pengelompokkan Pemahaman Konsep Siswa……….….. ... 48 3.3 Penentuan Kategori Skor Berdasarkan Kategori Jawaban Responden….… 49 4.1. Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjawab Soal Konsep Kelarutann…... 59 4.2. Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjawab Soal Konsep Larutan

Belum Jenuh………..… 64 4.3. Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjawab Soal Konsep Larutan

Tepat Jenuh………...……… 69 4.4. Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjawab Soal Konsep Larutan

Lewat Jenuh………..…..…….. 74 4.5. Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menuliskan Persamaan Reaksi

Kesetimbangan Pada Konsep Tetapan Hasilkali Kelarutan………. 78 4.6. Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjawab Soal Penulisan Persamaan


(12)

xi

Monica Primasari, 2013

4.7. Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjawab Soal Menghitung Nilai Tetapan Hasilkali Kelarutan Senyawa CaSO4 Pada Konsep Tetapan

Hasilkali Kelarutan………. .. 89 4.8. Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjawab Soal Membandingkan

Kelarutan Molar AgCl dan Ag2CO3 Pada Konsep Tetapan Hasilkali

Kelarutan………... 90 4.9. Bentuk Kesalahan Siswa Dalam Menyimpulkan Data Kelarutan dan

Suhu Pada Soal Konsep Pengaruh Suhu terhadap Kelarutan….…………... 93 4.10.Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjelaskan Pengaruh Ion Senama

terhadap Kelarutan Ag2CrO4 dan CaCO3………..…..…. 95 4.11.Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjelaskan Pengaruh Penambahan

Ion Senama terhadap Kelarutan CaCO3dan AgCl……….………….. 97

4.12. Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjelaskan Pengaruh Perubahan pH

terhadap Kelarutan PbF2 dalam Larutan Jenuhnya………....…… 100 4.13.Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjelaskan Pengaruh Perubahan pH

air hujan terhadap Kelarutan CaCO3(patung presiden)………..…. 103 4.14.Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menggambarkan Diagram Tingkat

Molekuler Larutan PbF2 yang Ditambahkan sejumlah H+………...…. 107 4.15.Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menghitung Kelarutan L(OH)2 dan

Mg(OH)2 Pada Konsep Pengaruh pH terhadap Kelarutan………..….. 109 4.16.Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjelaskan Pengaruh Perbedaan pH

pelarut terhadap Kelarutan Mg(OH)2……….…. 111 4.17.Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memprediksi Pembentukan

Endapan Berdasarkan data Ksp Pada Konsep Reaksi Pengendapan……….. 114 4.18.Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memprediksi Pembentukan Endapan


(13)

xii

4.19.Pengkodean Konsep-konsep Materi Kelarutan dan Hasilkali

Kelarutan……….…..… 118 4.20.Pengkodean Aktivitas Pembelajaran Materi Kelarutan dan Hasilkali

Kelarutan di SMA Unggulan……… 119 4.21.Bentuk dan Frekuensi Interaksi Guru dengan Siswa HA dan LA

Kelas Unggulan dalam Pembelajaran……….……….. 127 4.22.Bentuk dan Frekuensi Interaksi Guru dengan Siswa HA dan LA Kelas

Reguler dalam Pembelajaran……….……….….. 129 4.23.Respon Siswa terhadap Kuesioner Keinginan Untuk Berpartisipasi

dalam Pembelajaran Kimia……….……….. 132 4.24.Bentuk dan Frekuensi Partisipasi Siswa HA dan LA Kelas Unggulan

dalam Pembelajaran Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan…..………. 136 4.25.Bentuk dan Frekuensi Partisipasi Siswa HA dan LA Kelas Reguler

dalam Pembelajaran Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan…..………. 137

DAFTAR GAMBAR

3.1 Diagram Alur Penelitian…...………..……….…. . 52 4.1. Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan Pada Konsep

Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan………... .. 55 4.2. Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Reguler Pada Konsep-konsep

Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan……… . 56 4.3. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan

dan Reguler Pada Konsep Kelarutan……… . 59 4.4. Ilustrasi percobaan penentuan kelarutan NaCl………. . 61


(14)

xiii

Monica Primasari, 2013

4.5. Ilustrasi Percobaan BaSO4 Berdasarkan Deskripsi Verbal yang

Diberikan Dalam Soal………..……….. 63 4.6. Diagram Tingkat Molekuler Larutan AgCl Pada Soal Konsep Larutan

Belum Jenuh………... 63 4.7. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan dan

Reguler Pada Konsep Larutan Belum Jenuh ………. 64 4.8. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan dan

Reguler Pada Konsep Larutan Tepat Jenuh………... 68 4.9. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan dan

Reguler Pada Konsep Larutan Lewat Jenuh………... 73 4.10. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan dan

Reguler dalam Menjawab Soal Penulisan Persamaan Reaksi

Kesetimbangan Dari Pelarutan Garam Sukar Larut………... 77 4.11. Soal Penulisan Persamaan Reaksi Kesetimbangan dan Persamaan

Tetapan Hasilkali Kelarutan dari Senyawa CaCO3……….. 81 4.12. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan dan

Reguler dalam Menuliskan Persamaan Tetapan Hasilkali Kelarutan…… 82 4.13. Hubungan Pemahaman Siswa Dalam Penulisan Persamaan Reaksi

Kesetimbangan dan Penulisan Persamaan Ksp………... 88 4.14. Tabel dan Grafik Hubungan Kelarutan dan Suhu Pada Soal Konsep

Pengaruh Suhu terhadap Kelarutan……… 92 4.15. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan dan

Reguler Pada Konsep Pengaruh Suhu Terhadap Kelarutan……… .. 93 4.16. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan dan

Reguler Pada Konsep Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan………. 95 4.17. Diagram Tingkat Molekuler Larutan CaCO3dan AgCl……….… 97


(15)

xiv

4.18. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan dan

Reguler Pada Konsep Pengaruh pH terhadap Kelarutan……… 100 4.19. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan dan

Reguler Pada Konsep Reaksi Pengendapan……… .. 114 4.20. Alur Proses Pembelajaran Pertemuan Pertama Materi Kelarutan dan

Hasilkali Kelarutan di kelas unggulan dan kelas reguler (Durasi dalam

menit, alur bergerak searah jarum jam)………. 120 4.22. Alur Proses Pembelajaran Pertemuan Kedua Materi Kelarutan dan

Hasilkali Kelarutan di kelas unggulan dan kelas reguler (Durasi dalam

menit, alur bergerak searah jarum jam)……… 122 4.23. Alur Proses Pembelajaran Pertemuan Ketiga Materi Kelarutan dan

Hasilkali Kelarutan di Kelas Unggulan dan Reguler (Durasi dalam

menit, alur bergerak searah jarum jam)………. 123 4.24. Alur Proses Pembelajaran Pertemuan Keempat Materi Kelarutan dan

Hasilkali Kelarutan di Kelas Unggulan dan Reguler (Durasi dalam

menit, alur bergerak searah jarum jam)………. 124 4.25. Alur Proses Pembelajaran Pertemuan Kelima Materi Kelarutan dan

Hasilkali Kelarutan di Kelas Reguler (Durasi dalam menit, alur bergerak searah jarum jam)……… .. 126 4.26. Frekuensi Interaksi yang Diawali Siswa HA dan LA Di Kelas Unggulan

dan Reguler per Pertemuan……… 131 4.27. Ilustrasi Langkah Percobaan Penentuan Nilai Ksp Ba(OH)2 dalam LKS

Siswa……… . 144

4.28. Soal Latihan Di Kelas Unggulan dan Reguler Pada Materi Hubungan


(16)

xv

Monica Primasari, 2013

4.29. Materi Konsep Kelarutan dalam Buku Teks yang Digunakan dalam

Pembelajaran………..………… 149 4.30. Suasana Pembelajaran Ketika Guru Akan Mendemonstrasikan Pelarutan

Garam Dapur………. 154 4.31. Suasana Pembelajaran Kelas Reguler Ketika Demonstrasi Sudah

Berlangsung Selama 15 Menit……….. 155 4.32. Persamaan Reaksi Kesetimbangan Yang Dituliskan Dalam

Pembelajaran Konsep Tetapan Hasilkali Kelarutan……….. 159 4.33. Persamaan Reaksi Kesetimbangan yang Dituliskan Siswa……….... 159 4.34. Persamaan Reaksi Kesetimbangan yang Dituliskan Siswa Di Papan

Tulis………. .. 161 4.35. Penyajian Konsep Tetapan Hasilkali Kelarutan dalam Buku Teks

Pembelajaran………... .. 162 4.36. Penulisan Persamaan Tetapan Hasilkali Kelarutan Menurut Buku Teks

Pembelajaran……….. 163 4.37. Materi Persamaan Tetapan Hasilkali Kelarutan dalam Pembelajaran

Di Kelas Reguler dan Unggulan……….. .. 164 4.38. Materi Pengaruh Ion Senama Terhadap Kelarutan yang Dipresentasikan

Siswa LA Kelas Unggulan……….... 168 4.39. Materi Pengaruh Ion Senama Terhadap Kelarutan Dalam Buku Teks

Pembelajaran……….. 169 4.40. Persamaan Reaksi yang Dituliskan Siswa Kelas Reguler Ketika

Mempresentasikan Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan………….. 170 4.41. Soal Latihan Siswa Kelas Reguler Untuk Materi Pengaruh Ion Senama

terhadap Kelarutan………. 171 4.42. Siswa Kelas Unggulan Mempresentasikan Pengaruh pH terhadap


(17)

xvi

Kelarutan Dengan Contoh Soal Perhitungan……… . 173 4.43. Soal Latihan Pada Pembelajaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kelarutan (Pengaruh pH)……….. . 175 4.44. Ilustrasi Percobaan yang Pada Konsep Reaksi Pengendapan………. 177 4.45. Soal-soal Pada LKS Praktikum Reaksi Pengendapan……… 177 4.46. Aplikasi Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan pada Reaksi


(18)

xvii

Monica Primasari, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Instrumen Penelitian

Lampiran A1. Validasi Kesesuaian Kompetensi Dasar, Indikator, dan

Definisi Konsep Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan……. 204 Lampiran A2. Validasi Kesesuaian Butir Soal dengan Indikator

Pemahaman Konsep Materi Kelarutan dan

Hasilkali Kelarutan……… 208 Lampiran A3. Soal Tes Essay Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan

Tahap I………... 220 Lampiran A4. Soal Tes Essay Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan

Tahap II……….. 222 Lampiran A5. Pedoman Pengelompokkan Pemahaman Konsep Siswa

Terhadap Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan

(Tes Tahap I)……… 226 Lampiran A6. Pedoman Pengelompokkan Pemahaman Konsep Siswa

Terhadap Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan

(Tes Tahap II)………... 236 Lampiran A7. Format Observasi Untuk Partisipasi dan Interaksi Siswa

dalam Pembelajaran Materi Kelarutan dan Hasikali

Kelarutan………... 249 Lampiran A8. Kuesioner Keyakinan Diri Siswa Untuk Berpartisipasi

dalam Pembelajaran Kimia………..… 250 Lampiran A9. Kuesioner Evaluasi Pengalaman Belajar Kimia Siswa untuk


(19)

xviii

Lampiran A10. Pedoman Wawancara dengan Siswa………..…………. 254 Lampiran A11. Pedoman Wawancara dengan Guru………..………. …. 256

Lampiran B. Data Penelitian

Lampiran B1. Penentuan Siswa yang Menjadi Subyek Penelitian di Kelas

Unggulan dan Kelas Reguler………. .. 258 Lampiran B2. Transkripsi Pembelajaran Materi Kelarutan dan Hasilkali

Kelarutan di Kelas Unggulan……… .. 261 Lampiran B3. Transkripsi Pembelajaran Materi Kelarutan dan Hasilkali

Kelarutan di Kelas Reguler……… .. 281 Lampiran B4. Alur Proses Pembelajaran Materi Kelarutan dan Hasilkali

Kelarutan di Kelas Unggulan dan Kelas Reguler…………... 307 Lampiran B5. Partisipasi dan Interaksi Siswa dalam Pembelajaran Materi

Kelarutan dan Hasikali Kelarutan……….. .. 313 Lampiran B6. Hasil Kuesioner Evaluasi Pengalaman Belajar Kimia Siswa

untuk Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan……….... 316 Lampiran B7. Hasil Kuesioner Keinginan Siswa Untuk Berpartisipasi dalam

Pembelajaran Kimia ……….. 320 Lampiran B8. Catatan Wawancara dengan Siswa……….………. .. 326 Lampiran B9. Catatan dan Transkrip Wawancara dengan Guru……….………. 334 Lampiran B10. Kategori dan Deskripsi Pemahaman Siswa HA dan LA

dalam Menjawab Soal Tes Pemahaman Konsep Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan dalam Kategori

Pemahaman Konsep……… .. 341 Lampiran B10. Pengelompokkan Pemahaman Konsep Siswa HA dan


(20)

xix

Monica Primasari, 2013


(21)

1

Monica Primasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas pembelajaran adalah target dari setiap satuan pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas tersebut, pihak sekolah berupaya memaksimalkan penyelenggaraan pembelajaran dari komponen-komponen yang terlibat di dalamnya. Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, komponen dalam suatu pembelajaran adalah pendidik (guru), peserta didik (siswa) dan sumber belajar. Ketiga komponen ini saling berinteraksi untuk membentuk suatu lingkungan yang mampu mendukung proses belajar. Untuk sekolah unggulan, komponen tersebut antara lain: siswa yang kompeten, guru yang sudah menyelesaikan S2, dan sarana pembelajaran yang cukup memadai seperti: gedung sekolah, laboratorium, perpustakaan, kurikulum, dan sebagainya (Ditjen Dikmandasmen, 2012: 11).

Salah satu konsekuensi yang melekat pada sekolah berstatus unggulan adalah seleksi yang kompetitif dalam penerimaan siswa. Siswa yang dapat mendaftar ke sekolah unggulan adalah siswa yang memenuhi sejumlah persyaratan untuk mengikuti seleksi multitahap. Sekolah unggulan yang pernah menyandang status sebagai sekolah RSBI di Kota Padang, Sumatera Barat menetapkan nilai rata-rata rapor 7,5 untuk lima mata pelajaran yaitu Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS sebagai syarat pendaftaran untuk mengikuti seleksi masuk. Jika syarat ini terpenuhi, maka siswa berhak mengikuti tes kemampuan akademik, psikotes, tes kemampuan bahasa Inggris, dan wawancara. Mengingat rumit dan kompetitifnya proses seleksi masuk sekolah unggulan, dapat dipastikan bahwa siswa yang masuk adalah siswa pilihan dengan kompetensi yang baik. Dengan kualitas input siswa yang baik ini, tentu saja diharapkan kualitas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah akan semakin baik pula.


(22)

2

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Standar Isi KTSP menetapkan bahwa salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah menengah atas adalah Kimia. Sebagai salah satu rumpun mata pelajaran IPA, pembelajaran Kimia menekankan pada proses berpikir siswa yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Sebagai suatu bidang ilmu, Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, energetika, dan dinamika zat (BSNP, 2006: 459). Kimia juga merupakan sebuah dunia yang penuh dengan fenomena dan aktivitas percobaan yang menarik serta pengetahuan yang bermanfaat untuk memahami bagian dunia baik yang alami maupun yang sudah diolah manusia (Chiu, 2005: 2). Namun, di sisi lain mata pelajaran Kimia juga mengandung sejumlah konsep abstrak yang menghendaki siswa meluangkan waktu untuk berusaha memahaminya (Wu & Foos, 2008: 3).

Hasil observasi di dua sekolah unggulan di Kota Padang pada tahun 2010– 2012 menunjukkan bahwa pembelajaran Kimia lebih menekankan pada proses transfer pengetahuan deklaratif mengenai konsep-konsep Kimia dan pengetahuan prosedural yang dibutuhkan untuk menjawab soal-soal perhitungan. Konsekuensi dari pembelajaran demikian adalah siswa lebih cenderung menghafal konten dari kedua pengetahuan tesebut dibanding memahaminya. Temuan lainnya adalah hasil belajar siswa dalam satu kelas untuk pembelajaran Kimia masih bervariasi dengan rentang nilai cukup besar; dan jumlah siswa yang berhasil melewati nilai KKM yaitu 80 masih sedikit (3–15%). Temuan mengenai hasil belajar ini menegaskan adanya heterogenitas dari pemahaman siswa terhadap materi Kimia.

Sehubungan dengan heterogenitas dalam hasil belajar tersebut, Zohar et al.,

(2001: 473) membagi siswa ke dalam dua kelompok, yaitu high achievers (HA) dan

low achievers (LA). Siswa HA adalah siswa yang secara umum belajar dengan baik di sekolah dan memperoleh hasil belajar yang tinggi. Sedangkan siswa LA adalah siswa yang tidak mampu belajar dengan baik di sekolah dan memperoleh hasil belajar yang rendah. Merujuk pada hasil observasi di atas, dapat disimpulkan bahwa di sekolah unggulan siswa masih terbagi ke dalam kelompok HA dan LA. Meski


(23)

3

Monica Primasari, 2013

pada awalnya siswa yang masuk ke dalam sekolah unggulan adalah siswa-siswa berprestasi dan potensial di sekolah sebelumnya, namun hasil belajar yang mereka peroleh dalam pembelajaran Kimia menunjukkan bahwa tidak semua siswa berprestasi tersebut berhasil mendapatkan hasil belajar yang baik. Dengan kata lain berdasarkan hasil belajar Kimia yang diperoleh, siswa-siswa potensial di SMA Unggulan tersebut dapat dikelompokan menjadi high-achivers dan low-achievers.

Siswa di SMA Unggulan dikelompokkan menjadi kelas XI unggulan dan reguler berdasarkan nilai rapor di kelas X. Dari hasil wawancara dengan beberapa guru di sekolah, tujuan pengelompokan ini adalah untuk menciptakan persaingan dengan level lebih tinggi bagi juara-juara di kelas X, dan dengan demikian menghomogenkan siswa di kelas reguler. Kelas unggulan berisi siswa yang meraih peringkat pertama hingga keempat di kelas, sementara kelas reguler berisi siswa dengan peringkat yang beragam. Studi pendahuluan dari penelitian ini menemukan bahwa baik di kelas unggulan maupun kelas reguler, siswa HA dan LA masih dapat ditemui meski jumlahnya tidak sama. Di kelas unggulan, hanya 11–19% siswa yang tidak mampu melewati KKM saat diberikan ulangan, sementara di kelas reguler 21– 25% siswa. Jika temuan ini dihubungkan dengan kenyataan bahwa siswa yang masuk ke sekolah tersebut adalah siswa yang mampu memperoleh hasi belajar sangat baik di SMP, maka terdapat suatu kesenjangan antara potensi siswa dengan pencapaian hasil belajar di SMA. Dengan kemampuan akademik yang sangat baik dan hampir merata, tentunya diharapkan siswa dapat mencapai hasil belajar yang baik pula dalam mata pelajaran Kimia.

Berdasarkan Standar Isi KTSP, salah satu materi dalam kurikulum Kimia SMA adalah Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan. Dilihat dari Kompetensi Dasarnya, setelah mempelajari materi tersebut siswa diharapkan dapat memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasilkali kelarutan. Reaksi pembentukan endapan merupakan proses yang sangat penting dalam bidang industri, kedokteran, dan kehidupan sehari-hari (Chang, 2005: 145). Beberapa proses tersebut antara lain: pembuatan Natrium karbonat (Na2CO3), penggunaan BaSO4


(24)

4

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali pada penembakan sinar-x, dan pelarutan email gigi. Untuk dapat memprediksi terbentuknya endapan, siswa harus memahami terlebih dahulu konsep-konsep yang terdapat dalam materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan. Oleh karena itu, pemahaman yang benar terhadap konsep-konsep dalam materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan sangat penting bagi siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan dalam kurikulum.

Dalam pembelajaran, seluruh siswa berhak untuk memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep dalam materi dan guru berkewajiban membantu siswa dalam upaya tersebut. Namun, kenyataan adanya heterogenitas pemahaman siswa terhadap materi Kimia menunjukkan bahwa hak siswa tersebut belum terpenuhi dan guru belum sepenuhnya menunaikan kewajibannya. Jika kesenjangan antara hak siswa dan kewajiban guru ini tidak dihilangkan, maka dikhawatirkan akan selalu ada siswa yang tidak berhasil memahami konsep atau tidak berhasil memperoleh hasil belajar optimal, yang disebut low-achievers. Jika keberadaan siswa low-achievers ini tidak diatasi dengan baik oleh guru, maka kualitas penyelenggaraan pembelajaran Kimia di sekolah unggulan akan sulit untuk ditingkatkan.

Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai pembelajaran materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan, baik dalam hal penerapan model, strategi, dan metode pembelajaran maupun penyusunan instrumen penilaian hasil belajar siswa. Namun sejauh ini, belum ada penelitian yang menyelidiki proses pemahaman konsep siswa yang dihubungkan dengan proses pembelajaran materi tersebut di sekolah unggulan, khusunya siswa HA dan LA. Padahal, pemahaman mengenai pemahaman konsep yang diperoleh siswa berdasarkan proses pembelajaran yang terjadi adalah hal yang sangat penting bagi guru. Salah satu kepentingan tersebut berkaitan dengan upaya merancang pembelajaran yang dapat menjembatani kesenjangan antara hasil belajar dan potensi siswa. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pemahaman konsep siswa berdasarkan proses pembelajaran yang dialami siswa HA dan LA di sekolah unggulan pada materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan. Analisis terhadap temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam


(25)

5

Monica Primasari, 2013

menyusun rancangan pembelajaran yang mampu mengakomodasi keberadaan siswa

high- dan low-achievers di sekolah unggulan dalam pembelajaran Kimia.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaimanakah Pemahaman Konsep Siswa High dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan Berdasarkan Proses Pembelajaran Di SMA Unggulan Kota Padang? Dari masalah penelitian tersebut, peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pemahaman konsep siswa high- dan low-achievers pada materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan?

2. Bagaimanakah proses pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan di SMA Unggulan Kota Padang?

3. Bagaimanakah hubungan antara pemahaman konsep siswa high- dan low-achievers pada materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan dengan proses pembelajaran di kelas?

4. Bagaimanakah implikasi hasil analisis pemahaman konsep siswa

high-dan low-achievers terhadap strategi pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan?

Untuk membatasi masalah penelitian di atas, peneliti menetapkan batasan masalah yang diteliti sebagai berikut.

1. Memahami merupakan kemampuan berpikir untuk mengetahui sesuatu hal serta dapat melihatnya dari beberapa segi (Purtadi dan Sari, 2012: 3). Dalam konteks penelitian ini, sesuatu hal yang dimaksud adalah materi pembelajaran Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan yang mengandung konsep-konsep. Rosser (Dahar, 2012: 63) mendefinisikan konsep sebagai suatu abstraksi mental yang mewakili suatu kelas objek, kejadian, kegiatan atau hubungan yang mempunyai atribut sama. Maka dari itu, pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada


(26)

6

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali kemampuan berpikir siswa untuk menguasai konsep-konsep dalam materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan, yang mencakup elemen pokok dari konsep tersebut yaitu definisi, ciri-ciri, aplikasinya.

2. Proses pembelajaran dalam penelitian ini diteliti dari empat aspek, yaitu: alur proses pembelajaran, interaksi guru dengan siswa HA dan LA serta siswa HA dan LA di kelas, partisipasi siswa HA dan LA dalam pembelajaran, serta ekspektansi guru terhadap performa siswa HA dan LA dalam pembelajaran.

3. Partisipasi siswa HA dan LA dalam aktivitas pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan diukur dari frekuensi siswa tersebut melakukan setiap aktivitas pembelajaran seperti: memanggil guru, mencatat materi, mengerjakan soal latihan, bertanya, berdiskusi dengan teman sebangku, dan sebagainya.

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah unggulan melalui analisis terhadap pemahaman konsep siswa high dan low achievers pada materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan berdasarkan proses pembelajaran di SMA Unggulan.

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Guru Kimia di sekolah unggulan yang menjadi lokasi penelitian sebagai masukan dalam menyusun rancangan pembelajaran untuk pembelajaran Kimia, khususnya materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.

2. Pimpinan sekolah unggulan yang menjadi lokasi penelitian sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan terkait upaya peningkatan kualitas pembelajaran Kimia.


(27)

7

Monica Primasari, 2013

3. Komunitas peneliti bidang pendidikan Kimia sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjutan.

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai pembelajaran pada siswa low-achievers lebih umum dilakukan di tingkat sekolah dasar, sementara untuk tingkat sekolah menengah penelitian mengenai siswa tersebut telah dilakukan pada mata pelajaran Fisika dan Matematika. Salah satu penelitian mengenai siswa low-achievers adalah penelitian yang dilakukan oleh McCoach dan Siegle (2001) yang membandingkan karakteristik cara belajar siswa low-achievers dengan siswa high-achievers di sekolah menurut. Aspek karakter cara belajar yang dibandingkan dalam penelitian tersebut antara lain: sikap terhadap sekolah, sikap terhadap guru, penghargaan terhadap tujuan pembelajaran, motivasi, dan persepsi akademik pribadi.

Penelitian tersebut menemukan bahwa siswa high-achievers memperoleh skor yang lebih tinggi untuk kelima faktor tersebut. Artinya, siswa high-achievers

memiliki sikap lebih positif terhadap sekolah, guru, dan tujuan pembelajaran; memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi, serta memiliki persepsi akademik pribadi yang lebih baik dibandingkan siswa low achievers. Persepsi akademik pribadi merupakan kepercayaan diri siswa terhadap kemampuannya sehingga siswa tersebut ingin terlibat dalam aktivitas pembelajaran. Skor persepsi akademik pribadi siswa high achievers yang tinggi terwujud dalam keterlibatan siswa tersebut yang lebih aktif dari siswa low achievers dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Tingkat keaktifan siswa dalam aktivitas pembelajaran merupakan salah satu penentu hasil belajar siswa. Analisis lebih jauh dari temuan penelitian ini membenarkan bahwa dua dari lima faktor yang menentukan hasil belajar siswa adalah persepsi akademik pribadi dan motivasi.

Konstantapoulos dan Sun (2010) melakukan penelitian untuk mengetahui apakah siswa low achievers memperoleh manfaat lebih banyak dari praktek pengajaran guru yang efektif dibandingkan siswa high achievers. Hasilnya adalah


(28)

8

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali bahwa siswa low achievers tidak memperoleh manfaat lebih banyak dari guru yang efektif dibandingkan dengan siswa high achievers. Dengan kata lain, baik siswa high achievers maupun low achievers sama-sama memperoleh manfaat dari pengajaran guru yang efektif. Temuan penelitian ini menyiratkan bahwa pengajaran guru yang efektif dapat meningkatkan hasil belajar seluruh siswa, meskipun peningkatannya berbeda-beda.

Baker dan Crist (Peter, 1973) meneliti hubungan antara harapan guru dengan performa pembelajaran siswa. Penelitian tersebut menemukan bahwa harapan guru dapat mempengaruhi hasil belajar siswa secara signifikan. Temuan ini didukung oleh temuan Kususanto et al., (2012) yang mengemukakan bahwa terdapat hubungan linier antara harapan guru dengan sikap siswa terhadap sains. Harapan ini kemudian menyebabkan guru menunjukkan perilaku yang berbeda terhadap siswa di kelas.

Abuseji (2007) melakukan penelitian untuk melihat variabel yang terkait dengan guru dan siswa sebagai faktor penentu hasil belajar Kimia di tingkat sekolah menengah pertama di Afrika. Penelitian ini menetapkan tujuh variabel yang diprediksi mempengaruhi hasil belajar siswa. Empat dari tujuh variabel ini merupakan variabel yang berkaitan dengan guru, sedangkan tiga lainnya adalah variabel yang terkait dengan siswa. Hasilnya adalah empat faktor yang memiliki efek kausal secara signifikan pada hasil belajar siswa berasal dari guru, yaitu usia, gender, kualifikasi, dan pengalaman. Tiga variabel yang terkait dengan siswa (gender, kemampuan matematika dan kebiasaan belajar) tidak memberikan efek kausal yang begitu signifikan. Temuan tersebut menegaskan bahwa peranan guru terhadap hasil belajar siswa jauh lebih berpengaruh dibandingkan faktor-faktor lain yang terkait dengan siswa.

Penelitian mengenai interaksi guru dan siswa juga telah dilakukan di Arab Saudi oleh Dukmak (2009). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat interaksi guru dan siswa dalam berbagai setting pembelajaran. Setting yang dimaksud adalah heterogenitas kemampuan siswa di dalamnya. Hasilnya menunjukkan bahwa hampir


(29)

9

Monica Primasari, 2013

di semua setting pembelajaran, siswa high achievers berinteraksi secara lebih baik dibanding siswa low achievers. Berkaitan dengan gender, penelitian ini menemukan bahwa bentuk interaksi guru dengan siswa low achievers yang paling sering teramati adalah “meminta siswa melakukan tugas akademik” baik untuk siswa laki-laki maupun perempuan. Bentuk interaksi yang paling jarang bagi siswa perempuan

adalah “memberi penghargaan/ pujian” sedangkan bagi siswa laki-laki adalah

“kontak mata”.

Kususanto et al., (2012) melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara ekspektansi guru dengan sikap siswa jurusan IPA dan non-IPA terhadap pembelajaran sains. Hasilnya menunjukkan terdapat suatu korelasi signifikan antara ekspektansi guru dan persepsi siswa terhadap sikap guru di kelas. Karena siswa jurusan IPA meyakini bahwa guru mendukung mereka dalam belajar, mereka meyakini pula bahwa guru mengharapkan mereka memperoleh hasil belajar sains yang lebih tinggi.

Penelitian lain terkait low achievers adalah mengenai hubungan antara keyakinan guru terhadap siswa low achievers dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa tersebut yang dilakukan Zohar et al. (2001). Penelitian ini menemukan 45% dari 40 guru yang menjadi subyek penelitian meyakini bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak cocok untuk siswa low achievers. Keyakinan seperti ini didasari pandangan bahwa tugas-tugas kognitif dalam pembelajaran tersusun dalam urutan yang hirarkis, mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Guru yang memiliki keyakinan seperti ini meyakini bahwa tugas kognitif yang membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak cocok untuk siswa low achievers.

Dari penelitian terdahulu terlihat bahwa penelitian terhadap siswa low achievers masih bersifat umum dan tidak dikhususkan pada proses pembelajaran di bidang studi tertentu. Sejauh ini telah ditemukan bahwa guru memegang peran yang sangat penting dalam merancang pembelajaran dan membangun interaksi dalam lingkungan pembelajaran. Selain itu juga telah ditemukan bahwa tingkat harapan


(30)

10

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali guru terhadap siswa low achievers mempengaruhi pola interaksi guru tersebut yang dapat berujung pada pengaruh terhadap hasil belajar siswa low-achievers. Bertolak dari penelitian terdahulu, penulis bermaksud melakukan penelitian terhadap pemahaman konsep siswa high dan low achievers pada materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan berdasarkan proses pembelajaran di SMA unggulan.

F. Penjelasan Istilah

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini antara lain diuraikan sebagai berikut.

1. Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti secara keseluruhan (Hasan, 2003: 43).

2. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar (UU No. 20 tentang Sispenas, 2003: 2).

3. Sekolah unggulan dalam penelitian ini mengacu pada sekolah yang baru saja melepas status sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Dengan kata lain, sekolah unggulan yang dimaksud disini adalah sekolah atau madrasah yang sudah memenuhi standar nasional pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu anggota

Organization for Economic Development (OECD) dan/ latar negara tertentu yang mempunyai keunggulan dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum internasional (www.dikdas.kemendiknas.go.id, 2011). 4. Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini dirumuskan dari

definisi memahami (Purtadi dan Sari, 2012: 3) dan definisi konsep (Rosser dalam Dahar, 2012: 63), yaitu kemampuan berpikir siswa untuk menguasai konsep-konsep dalam materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan, yang


(31)

11

Monica Primasari, 2013

mencakup elemen pokok dari konsep tersebut yaitu definisi, ciri-ciri, aplikasinya.

5. Low achievers adalah label yang diberikan kepada siswa yang tidak mampu memberdayakan potensi yang dimiliki dalam mencapai hasil belajar yang maksimal (Lehr dan Harris, 1988: 9); siswa yang seharusnya “dapat

melakukan lebih baik” dari yang diperoleh saat ini (underachievers) (McCoach dan Siegle, 2001: 71); atau siswa yang tidak mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar yang rendah (Zohar et al., 2001: 472). Pelabelan siswa LA dalam penelitian ini mengikuti Zohar et al., (2001: 472) yaitu siswa yang hasil belajarnya berada dalam 27% urutan terbawah. 6. High achievers adalah siswa yang mampu memberdayakan potensi yang

dimiliki dalam mencapai hasil belajar yang optimal (Lehr dan Harris, 1988: 9), atau siswa yang mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar tinggi (Zohar et al., 2001: 472). Pelabelan siswa HA dalam penelitian ini mengikuti Zohar et al., (2001) yaitu siswa yang hasil belajarnya berada dalam 27% urutan teratas.

G. Struktur Organisasi

Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi pendahuluan, yang terdiri terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian yang relevan, penjelasan istilah, dan struktur organisasi. Bab II berisi kajian pustaka, yang mencakup kajian mengenai belajar dan teori pembelajaran, hakikat dan komponen pembelajaran, interaksi dalam lingkungan pembelajaran, karakteristik pembelajaran Kimia untuk materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan, dan penilaian pemahaman konsep sebagai hasil belajar siswa. Bab III berisi Metode Penelitian, yang mencakup lokasi dan subyek penelitian, desain penelitian, data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan tahapan penelitian. Bab IV berisi Hasil dan Pembahasan, yang mencakup pemahaman konsep siswa HA dan LA kelas unggulan dan reguler terhadap materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan; analisis


(32)

12

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali proses pembelajaran dari empat aspek, yaitu alur proses, interaksi guru dan siswa, partisipasi siswa, dan ekspektasi guru terhadap performa siswa HA dan LA dalam belajar; analisis hubungan pemahaman konsep siswa dengan proses pembelajaran yang dialami di kelas melalui bentuk kesalahan yang ditemukan pada jawaban siswa; dan upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Bab V berisi Kesimpulan dari hasil analisis temuan penelitian dan Rekomendasi bagi pihak sekolah, guru, dan peneliti di bidang pendidikan Kimia.


(33)

40

Monica Primasari, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Unggulan yang terletak di tengah Kota Padang, dengan subyek sebagai berikut:

1. Siswa

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Unggulan kota Padang yang dilabeli sebagai high-achievers (HA) dan low-achievers (LA). Sekolah unggulan yang dipilih sebagai lokasi penelitian menggunakan sistem

ability grouping, atau pengelompokkan rombongan belajar siswa berdasarkan kemampuan akademiknya. Berdasarkan hasil belajar kelas X, siswa yang meraih peringkat pertama hingga keempat dikumpulkan dalam satu kelas unggulan. Siswa lainnya kemudian disebar ke dalam enam kelas IPA dan satu kelas IPS. Oleh karena itu, sesuai dengan konteks penelitian ini yang melibatkan siswa HA, kelas unggulan ditetapkan sebagai kelas subyek penelitian.

Selanjutnya, kelas reguler ditentukan berdasarkan kesamaan guru Kimia yang mengajar di kelas unggulan, yaitu guru MZ. Siswa kelas unggulan dan kelas reguler tersebut adalah siswa yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 di salah satu SMA unggulan kota Padang. Selanjutnya pada masing-masing kelas, siswa dilabeli HA dan LA berdasarkan rata-rata hasil ulangan harian pertama dan ujian mid-semester genap tahun akademik 2012/ 2013. Setelah siswa diurutkan dari nilai rata-rata tertinggi, HA ditentukan sebagai siswa yang masuk dalam batas 27% teratas, dan LA adalah siswa dalam batas 27% terbawah. Penentuan ini merujuk pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Zohar dan Dori (2003).

Siswa kelas reguler berjumlah 28 orang, dengan demikian jumlah siswa HA dan LA di kelas ini adalah masing-masing 8 orang. Sementara siswa kelas unggulan berjumlah 26 orang, dengan demikian jumlah siswa HA dan LA


(34)

41

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali masing-masingnya adalah 6 orang. Dalam pengolahan data, nama siswa HA dan LA disimbolkan dengan huruf dan angka yang menunjukkan kelas dan nomor urut absen mereka di kelas masing-masing. Siswa kelas unggulan diberi simbol SU, sementara siswa di kelas reguler diberi simbol SR. Label high-achievers

selanjutnya akan disingkat menjadi HA, dan low-achievers menjadi LA. Berikut adalah daftar siswa yang menjadi subyek penelitian.

Tabel 3.1. Daftar siswa yang menjadi subyek penelitian No. Kelas Unggulan Kelas Reguler

HA LA HA LA

1. SU22 SU8 SR4 SR8

2. SU9 SU17 SR1 SR22

3. SU13 SU23 SR7 SR17

4. SU1 SU7 SR27 SR24

5. SU14 SU20 SR11 SR25

6. SU19 SU4 SR15 SR14

7. SU18 SU26 SR3 SR10

8. - - SR21 SR2

2. Guru Kimia yang mengajar di kelas yang ditetapkan sebagai kelas subyek penelitian, yaitu guru MZ.

B.Desain Penelitian

Pemilihan metode penelitian yang akan digunakan berhubungan dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan. Fokus penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana proses pembelajaran dan pemahaman konsep siswa high- dan low-achievers dilihat dari interaksi siswa tersebut dengan guru, dengan siswa lainnya, dan dari partisipasi siswa tersebut dalam proses pembelajaran materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Proses belajar merupakan proses kompleks yang tidak bisa dipisahkan dari konteks yang menyertainya. Proses belajar juga tidak dapat dijelaskan melalui perhitungan statistik. Untuk dapat memahami proses tersebut sebagaimana terjadi dalam latar alamiahnya, maka digunakanlah pendekatan kualitatif.


(35)

42

Monica Primasari, 2013

Strategi penelitian yang digunakan dalam upaya memahami proses pembelajaran siswa tersebut adalah naturalistic inquiry (Basrowi dan Suwandi, 2008: 22) yang dicirikan oleh penyajian keadaan yang sebenarnya tanpa melebih-lebihkan fakta dan ketepatannya. Penekanan strategi ini ada pada kealamiahan

setting penelitian dimana peneliti tidak melakukan manipulasi apapun terhadap objek penelitian. Temuan strategi inkuiri naturalistik diharapkan dapat memberikan gambaran atau deskripsi detail yang dapat menjawab masalah-masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini. Selain pada proses pembelajaran, pendekatan kualitatif juga digunakan dalam mengumpulkan dan menganalisis data pemahaman konsep siswa terhadap materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan.

C.Data Penelitian

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut.

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini antara lain:

a. Video rekaman dan foto pelaksanaan pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan di kelas.

b. Data frekuensi interaksi guru dengan siswa HA dan LA, interaksi serta partisipasi siswa HA dan LA dalam pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan.

c. Catatan wawancara dengan siswa dan guru Kimia.

d. Tanggapan siswa terhadap praktik pengajaran guru dalam pembelajaran Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan.

e. Hasil uji pemahaman konsep siswa untuk materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan.

2. Data Sekunder


(36)

43

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali a. Hasil akhir seleksi masuk siswa kelas X SMA unggulan Kota

Padang.

b. Nilai ulangan Kimia siswa pada semester genap tahun ajaran 2012/ 2013.

c. Buku teks Kimia yang digunakan siswa dalam pembelajaran di Kelas.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian ini antara lain:

1. Handycam sebagai alat perekam proses pembelajaran

2. Format observasi untuk interaksi guru dengan siswa HA dan LA, interaksi serta partisipasi siswa HA dan LA dalam pembelajaran (Lampiran A7).

3. Pedoman wawancara untuk guru dan siswa (Lampiran A10 dan A11). Wawancara dengan guru dilakukan untuk mendapatkan data profil siswa dan ekspektansi guru mengenai performa siswa HA dan LA dalam pembelajaran. Wawancara dengan siswa dilakukan untuk mendapatkan tanggapan siswa mengenai pengalaman mengikuti pembelajaran Kimia di sekolah.

4. Kuesioner keyakinan diri siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran Kimia. Kuesioner ini bertujuan untuk melihat aspek yang mempengaruhi keinginan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran Kimia. Kuesioner yang digunakan merupakan hasil modifikasi dari kuesioner yang dikembangkan oleh Tuan et al., (2005) (Lampiran A8).

5. Kuesioner untuk melihat tanggapan siswa terhadap praktik pengajaran guru selama pembelajaran (Lampiran A9).


(37)

44

Monica Primasari, 2013

6. Tes essay yang diberikan dalam dua tahap untuk melihat pemahaman konsep siswa mengenai materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan (Lampiran A3 dan A4).

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi penelitian adalah pengamatan sistematis dan terencana yang diniatkan untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan realibilitasnya (Alwasilah, 2009: 211). Observasi dipilih sebagai teknik pengumpulan data disebabkan karena teknik inilah yang paling baik untuk menjawab fokus penelitian berupa bagaimana suatu proses terjadi (Fraenkel dan Wallen, 2006: 449). Alasan lainnya adalah teknik ini sangat cocok digunakan untuk mengumpulkan data mengenai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa selama pembelajaran. Selama observasi, peneliti dapat mencatat setiap kejadian yang berlangsung pada keadaan yang sebenarnya (Basrowi dan Suwandi, 2008: 95).

Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai complete observer, dimana pengamat tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan apapun yang diamati (Fraenkel dan Wallen, 2006: 450). Teknik observasi yang dilakukan terbagi dua, yaitu terfokus dan terstruktur. Observasi terstruktur dilakukan untuk mengamati pola interaksi guru dengan siswa HA dan L, serta interaksi dan partisipasi siswa HA dan LA dalam aktivitas pembelajaran. Sementara observasi terfokus dilakukan untuk mengamati alur proses pembelajaran. Baik observasi terfokus maupun terstruktur dilakukan dengan bantuan format observasi. Pola interaksi dan partisipasi yang dimuat dalam format observasi merupakan format yang dirujuk dari penelitian yang dilakukan Dukmak (2009). Untuk mengurangi efek atau bias


(38)

45

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali yang disebabkan oleh subjektifitas pengamat, maka dalam kegiatan observasi dibantu teknologi perekaman untuk dokumentasi proses pembelajaran.

2. Analisis Dokumen

Alwasilah (2009: 155) mengemukakan bahwa dokumen adalah barang tertulis yang tidak dipersiapkan secara sengaja atas permintaan peneliti. Dalam penelitian ini, dokumen yang dimaksud adalah hasil tes seleksi masuk siswa. Analisis dokumen dilakukan sejak sebelum tahap kegiatan lapangan untuk kepentingan memperoleh informan/ subyek penelitian, pemilihan kelas sampel, pelabelan siswa high- dan low-achievers, dan analisis proses pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan.

3. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara sebagai pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan yang diberikan (Basrowi dan Suwandi, 2008: 127). Wawancara adalah teknik yang efektif yang dapat digunakan peneliti untuk memverifikasi kesan-kesan yang ditangkap selama observasi (Fraenkel dan Wallen, 2006: 455). Dalam penelitian ini, wawancara akan dilakukan kepada guru dan siswa setelah pembelajaran selesai diamati. Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara disusun berdasarkan hasil studi pendahuluan dan observasi.

4. Kuesioner

Terdapat dua kuesioner yang diberikan kepada subyek penelitian dalam penelitian ini. Kuesioner pertama adalah untuk mengetahui keyakinan diri siswa dalam berpartisipasi dalam pembelajaran Kimia. Kuesiner ini dimodifikasi dari kuesioner untuk melihat motivasi siswa dalam pembelajaran sains yang dikembangkan oleh Tuan et al., (2005). Pemberian kuesioner ini didasari hasil kajian literatur yang menyatakan bahwa siswa HA dan LA memiliki perbedaan


(39)

46

Monica Primasari, 2013

dalam hal keyakinan pada diri sendiri untuk berpartisipasi dalam pembelajaran (Lampiran A8). Kuesioner kedua adalah untuk melihat pendapat siswa HA dan LA mengenai praktik pengajaran guru dalam pembelajaran yang mereka alami. Kuesioner ini diperoleh dari Cullingford (1995). Kuesioner pertama diberikan di tengah jadwal observasi, sementara kuesioner kedua diberikan di akhir pembelajaran.

5. Tes Essay

Tes essay yang digunakan dalam penelitian ini dirancang mengacu pada kompetensi dasar dan indikator pembelajaran materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Lampiran 1 dan 2). Pemilihan bentuk essay ini didasarkan pertimbangan bahwa bentuk tes ini sangat baik digunakan untuk mengukur hasil belajar yang sifatnya kompleks seperti: kemampuan menjelaskan hubungan sebab akibat, menjelaskan penerapan prinsip dan prosedur, memberikan argumen yang relevan serta membuat kesimpulan yang valid (Gronlund dan Linn, 1990: 215). Kemampuan yang dapat diukur dengan tes esai tersebut sesuai dengan indikator pemahaman yang akan diteliti.

Tes pemahaman konsep disusun dan divalidasi oleh tujuh ahli terlebih dahulu sebelum digunakan. Validasi dilakukan dengan bantuan tiga orang dosen dan empat guru SMA. Tes yang sudah divalidasi kemudian dibagi sedemikian rupa agar dapat dilaksanakan dalam dua tahap. Pertimbangan pembagian ini adalah karena jumlah soal tes yang cukup banyak dan tidak memungkinkan untuk diselesaikan siswa dalam satu kali pelaksanaan tes. Dasar pembagian soal tes adalah batas materi pembelajaran yang didiskusikan dengan guru. Dari diskusi dengan guru tersebut ditetapkan bahwa tes pertama terdiri dari lima soal dan tes kedua terdiri dari sepuluh soal.


(40)

47

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif mencakup nilai seleksi masuk siswa, nilai hasil belajar di kelas X dan semester ganjil kelas XI, frekuensi aktivitas siswa dalam berpartisipasi mengikuti kegiatan pembelajaran, dan respon siswa terhadap kedua kuesioner yang diberikan. Data kualitatif dalam penelitian ini mencakup hasil tes pemahaman konsep siswa, transkripsi rekaman proses pembelajaran, catatan observasi, serta rekaman wawancara dengan guru dan siswa. Analisis data kualitatif tersebut menggunakan teknik yang berbeda dengan analisis data kuantitatif. Bogdan dan Baiken (Basrowi & Suwandi, 2008: 193) menyatakan bahwa teknik analisis data dalam penelitian kualitatif pada dasarnya adalah upaya untuk mengorganisasikan data, memilah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mengadakan sintesis, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, lalu membuat keputusan apa yang dapat diambil. Sehubungan dengan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian data ini, maka teknik analisis untuk masing-masing data instrumen tersebut adalah sebagai berikut.

1. Transkripsi Data Rekaman Pembelajaran

Seluruh video rekaman pembelajaran ditranskripsi dan diperhalus untuk memperoleh teks dasar dari proses pembelajaran yang diamati. Teks dasar ini kemudian digunakan dalam tahap pengkodean (coding) untuk memperoleh data aktivitas pembelajaran, interaksi guru dengan siswa HA dan LA, interaksi siswa HA dan LA, serta partisipasi siswa HA dan LA dalam pembelajaran.

2. Pengkodean Data Hasil Observasi

Pengkodean dilakukan terhadap data hasil observasi, baik yang terstruktur maupun yang terfokus. Proses ini dilakukan dengan menyusun sebuah skema pengkodean (coding scheme), yaitu serangkaian kategori yang digunakan peneliti untuk mencatat frekuensi terjadinya tindakan-tindakan tertentu dari manusia yang


(41)

48

Monica Primasari, 2013

diteliti (Fraenkel dan Wallen, 2006: 453). Pada penelitian ini, pengkodean terhadap data hasil observasi dilakukan untuk aspek-aspek berikut.

 Alur proses dan aktivitas pembelajaran di kelas yang dikodekan menurut urutan terjadinya aktivitas dan durasi berlangsungnya.  Interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa HA dan LA, dan

interaksi siswa HA dan LA dalam pembelajaran.

 Partisipasi siswa HA dan LA dalam setiap aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan guru.

3. Analisis Horizontal dan Pengelompokkan Pemahaman Konsep Siswa Analisis horizontal adalah analisis data berdasarkan segmen-segmen tertentu dalam instrumen untuk seluruh individu (Zohar et al., 2001: 476). Teknik analisis ini digunakan terhadap jawaban siswa dalam menjawab soal-soal konsep materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan. Analisis ini dilakukan dengan cara jawaban seluruh subyek penelitian per soal yang diujikan. Berdasarkan analisis terhadap jawaban seluruh siswa tersebut, pemahaman konsep siswa terhadap materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan dikelompokkan ke dalam derajat pemahaman yang dikembangkan oleh Abraham et. al (1992: 112) yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2. Pengelompokkan Pemahaman Konsep Siswa

No. Kriteria Tingkat

Pemahaman

Kategori Pemahaman 1. Tidak ada jawaban/ kosong,

menjawab saya tidak tahu.

Tidak ada respon

Tidak Memahami 2. Mengulang pernyataan, menjawab

tapi tidak berhubungan dengan pertanyaan atau tidak jelas.

Tidak memahami


(42)

49

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali 3. Menjawab dengan penjelasan

tidak logis.

Miskonsepsi Miskonsepsi 4. Jawaban menunjukkan ada konsep

yang dikuasai tetapi ada pernyataan yang menunjukkan miskonsepsi.

Memahami sebagian dengan miskonsepsi 5. Jawaban menunjukkan hanya

sebagian konsep dikuasai tanpa ada miskonsepsi.

Miskonsepsi Memahami

6. Jawaban menunjukkan konsep dipahami dengan semua penjelasan benar.

Memahami konsep

Selain pengelompokan pemahaman siswa ke dalam beberapa tingkatan tersebut, bentuk kesalahan siswa dalam menjawab soal juga dianalisis untuk menemukan miskonsepsi yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan tersebut. Analisis terhadap bentuk kesalahan ini kemudian dihubungkan dengan proses pembelajaran yang dialami siswa untuk menemukan kemungkinan penyebab timbulnya miskonsepsi pada siswa.

4. Analisis Data Kuesioner

Siswa yang menjadi subyek penelitian ini diberikan dua kuesioner yang menggunakan skala Likert. Skala Likert tersebut memiliki lima pilihan respon, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Punya Pendapat (TPP), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Respon Sangat Setuju diberi skor 5 sementara respon Sangat Tidak Setuju diberi skor 1. Jumlah skor masing-masing siswa dirata-ratakan per kelompok siswa HA dan LA, kemudian rata-rata skor tersebut diinterpretasikan berdasarkan pengelompokan yang terdapat dalam Sugiyono (2005: 135) sebagai berikut.

Tabel 3.3. Penentuan Kategori Skor Berdasarkan Kategori Jawaban Responden


(43)

50

Monica Primasari, 2013

1. 1,00 – 1,80 Sangat tidak baik 2. 1,81 – 2,60 Baik

3. 2,61 – 3,40 Cukup 4. 3,41 – 4,20 Tidak Baik 5. 4,21 – 5,00 Sangat tidak baik G.Tahapan Penelitian

Bogdan (Basrowi dan Suwandi, 2008: 84) mengemukakan bahwa tahapan dalam penelitian kualitatif dibagi menjadi tiga, yaitu tahap pralapangan, tahap kegiatan lapangan, dan tahap analisis intensif.

1. Tahap Pralapangan

a. Menyusun rancangan penelitian

Penyusunan rancangan penelitian didasarkan pada latar belakang masalah kemudian alasan melakukan penelitian. Kemudian kajian terhadap literatur yang berkaitan dengan masalah tersebut dilakukan untuk mendapatkan pemahaman dasar mengenai masalah yang diteliti. Pada penyusunan rancangan penelitian juga dilakukan pemilihan setting penelitian, penentuan jadwal dan rancangan teknik pengumpulan dan analsis data.

b. Memilih lokasi penelitian dan mengurus perizinan Lokasi penelitian adalah SMA N 10 Padang.

c. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih informan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian.

Setelah izin penelitian diperoleh, maka peneliti mulai menetapkan subyek penelitian berdasarkan analisis dokumen dan diskusi dengan guru Kimia di sekolah yang bersangkutan.

2. Tahap Kegiatan Lapangan

a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri

Suatu penelitian pendahuluan telah dilakukan untuk memahami karakteristik subyek dan lokasi penelitian. Studi pendahuluan pertama


(44)

51

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali dilakukan bulan Juli 2012 untuk memahami karakteristik sekolah dan siswa, serta penyelenggaraan pembelajaran secara umum di sekolah. Studi pendahuluan kedua dilakukan bulan April 2012 tepat sebelum pengumpulan data dilakukan untuk menentukan subyek penelitian. Studi pendahuluan kedua memberi informasi mengenai jumlah dan denah tempat duduk siswa, sarana pendukung lingkungan fisik kelas dan hasil belajar siswa pada ulangan dan semester sebelumnya. Dari hasil studi pendahuluan kedua, peneliti mulai mempersiapkan instrumen penelitian yang diperlukan, seperti soal tes, format observasi, kuesioner, dan format wawancara.

b. Memasuki lapangan (Pengumupulan Data)

Pada tahap memasuki lapangan, peneliti mengumpulkan data dengan cara observasi, tes, pemberian kuesioner dan wawancara. Observasi proses pembelajaran dilakukan sesuai jadwal di sekolah yang menjadi lokasi penelitian. Observasi kemudian diikuti dengan kegiatan wawancara dan pemberian kuesioner. Wawancara dilakukan terhadap beberapa orang siswa sebagai subyek penelitian dan guru terkait proses pembelajaran yang diamati, sementara kuesioner diberikan kepada seluruh siswa yang menjadi subyek dari penelitian ini.

c. Pengorganisasian data.

Data dikelompokkan menurut jenis dan kegunaannya dalam menjawab rumusan masalah dan pertayaan penelitian yang ditetapkan.

3. Tahap Analisis Intensif

Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik yang telah ditetapkan, yaitu analisis horizontal, pengkodean, dan analisis longitudinal.

a. Analisis horizontal dilakukan terhadap data pemahaman siswa mengenai konsep-konsep dalam materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan untuk menentukan tingkat pemahaman siswa. Analisis ini dilakukan dengan cara memeriksa kesesuaian jawaban setiap siswa per soal dengan panduan


(45)

52

Monica Primasari, 2013

pengelompokan pemahaman siswa yang telah disiapkan (lampiran A5 dan A6). Tingkat pemahaman setiap siswa per soal tersebut kemudian diolah menjadi tingkat pemahaman per kelompok siswa (HA dan LA) per soal. Terakhir, tingkat pemahaman masing-masing kelompok siswa per soal tersebut diolah menjadi tingkat pemahaman siswa per kelompok per konsep materi. Dari analisis horizontal terhadap data pemahaman siswa ini diperoleh tingkat pemahaman siswa HA dan LA di kelas unggulan dan reguler per konsep dalam materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan.

b. Pengkodean (Coding)

Pengkodean dilakukan terhadap data penelitian berupa: 1) Hasil observasi pembelajaran (transkripsi dan rekaman)

Salah satu aspek pembelajaran yang diobservasi adalah alur proses pembelajaran yang terjadi. Berdasarkan transkripsi dan rekaman pembelajaran, seluruh aktivitas yang terjadi dalam seluruh pertemuan di kelas unggulan dan kelas reguler. Setiap aktivitas pembelajaran tersebut kemudian dikodekan dan dicatat durasinya. Aktivitas pembelajaran yang terjadi setiap pertemuan di kelas unggulan dan kelas reguler kemudian dibandingkan untuk melihat perbedaan proses pembelajaran yang berlangsung di kedua kelas tersebut.

2) Pemahaman siswa terhadap konsep-konsep materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan.

Pengkodean juga dilakukan terhadap bentuk-bentuk kesalahan yang ditemukan pada siswa HA dan LA dalam menjawab soal pemahaman konsep yang diberikan melalui analisis horizontal.

c. Analisis longitudinal

Analisis longitudinal dilakukan terhadap hasil pengkodean alur proses pembelajaran yang terjadi di kelas reguler dan unggulan per pertemuan untuk melihat perbedaan proses pembelajaran di kedua kelas tersebut.


(46)

53

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali d. Analisis hubungan pemahaman konsep siswa HA dan LA dengan proses

pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan yang dialami. e. Perumusan upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan.

Untuk lebih jelasnya, alur penelitian yang dilaksanakan disajikan dalam diagram berikut ini.

Wawancara dengan wakil kurikulum, guru BK, dan guru Kimia Analisis dokumen (Hasil tes seleksi masuk siswa, hasil ulangan sebelumnya dan hasil belajar Kimia di semester sebelumnya)

Penentuan dan pelabelan subyek penelitian menjadi HA dan LA

Validasi instrumen tes essay dan panduan pengelompokkan pemahaman konsep siswa

Penyusunan instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data Penentuan data yang dibutuhkan dalam penelitian

Penetapan fokus penelitian dan perumusan masalah penelitian Studi literatur tentang:

 Teori-teori belajar yang digunakan dalam memandang proses pembelajaran.

 Penelitian yang relevan terkait pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan, keberadaan siswa high-dan low-achievers dalam pembelajaran, dan ekspektansi guru terhadap performa belajar dari kedua kelompok siswa tersebut.

 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan untuk kelas XI dalam kurikulum KTSP,  Analisis konsep dan kesesuaian konsep dengan indikator

pembelajaran.

Studi pendahuluan mengenai proses pembelajaran Kimia sehari-hari di SMA N 10 Padang


(47)

54

Monica Primasari, 2013

Analisis longitudinal terhadap aktivitas dan alur pembelajaran yang terjadi di kelas reguler dan unggulan berdasarkan skema pengkodean Validasi skema pengkodean alur pembelajaran

Pengkodean seluruh aktivitas pembelajaran yang terjadi di kelas unggulan dan reguler

Analisis proses pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan di kelas reguler dan unggulan

Transkripsi rekaman pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan di kelas unggulan dan reguler

Tes Tahap II mengenai seluruh konsep dalam materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan

Tes Tahap I mengenai konsep Kelarutan, Larutan Belum Jenuh, Larutan Tepat Jenuh, Larutan Lewat Jenuh, dan Tetapan Hasilkali Kelarutan.

Pelaksanaan tes pemahaman konsep siswa mengenai materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Wawancara dengan guru dan siswa HA dan LA

Observasi terstruktur untuk mengamati interaksi antara guru dengan siswa HA dan LA, interaksi dan partisipasi siswa dalam aktivitas pembelajaran di kelas

Observasi terfokus untuk mengamati proses pembelajaran siswa HA dan LA

Pengumpulan data melalui observasi pembelajaran di kelas sampel dan wawancara


(1)

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Berdasarkan Proses Pembelajaran Di SMA Unggulan Kota Padang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, M.R., Grzybowski, E.B., Renner, J.W., and Marek, E.A. (1992).

“Understanding and Misunderstanding of Eight Graders of Five Chemistry Concepts Found in Textbooks”. Journal of Research In Science Teaching. 29, 2, 105 – 120.

Abuseji, F.A. (2007). “Student Teacher Related Variables as Determinants Of Secondary School Students Academic Achievement In Chemistry”.

Jurnal Pendidikan.32, 3 – 18.

Alwasilah, A.C. (2009). Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya

Arifin, M. (1995). Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press

Baharuddin dan Wahyuni, E.N. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Bucat, R. (2005). “Implication Of Chemistry Education Reseacrh For Teaching Practice: Pedogical Content Knowledge as A Way Forward”. Chemical Education International. 6, (1).

Chang, R. (2005). Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti. Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Chiu, M. (2005). “A National Survey Of Students Conceptions In Chemistry In Taiwan”. Chemical Education International. 6. (1).

Cullingford, C. (1995). The Effective Teacher. Great Britain, Whiltshire: Redwook Books, Trowbridge.


(2)

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Berdasarkan Proses Pembelajaran Di SMA Unggulan Kota Padang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Danili, E. dan Reid, N. (2006). “Cognitive factors that can potentially affect

pupils‟ test performance”. Chemistry Education Research and Practice,

7,(2), 64-83.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2003). Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. [Online]. Tersedia:

http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf [24 November 2011] .

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. JICA. (2009). Buku Petunjuk Guru Untuk Pembelajarn Yang Lebih Baik. Jakarta: Depdikbud.

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Landasan Pentahapan Perintisan SBI. [Online]. Tersedia: Error! Hyperlink reference not valid. [25 September 2012]

Donovan, S. dan Bransford, D.J. (Eds) (2005). How Students Learn Science in The Classroom. Washington: National Academic Press.

Dukmak, S. (2009). “Ability Grouping adn Teacher-Student Interaction Among High and Low Achieving Students in Middle Primary Schools in The United Arab Emirates”. Journal of Faculty of Education. (26), 1-30. Duschl, R.A. et al. (Eds) (2007). Taking Science To School: Learning and

Teaching Science in Grades K-8. Washington: The National Academic Press.

Dwija, T. (2012). Metabolisme. [Online]. Tersedia: http://tisna-dj.blogspot.com/2012/05/metabolisme.html. [22 Januari 2013]

Fraenkel, J.R. dan Wallen, N.E. (2006). How To Design And Evaluate Research In Education. (Sixth Ed). New York: McGraw-Hill Companies.

Gabel, D. (1999). “Improving teaching and learning through chemistry education research: A look to the future”. Journal of Chemical Education. 76, 548-553.


(3)

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Berdasarkan Proses Pembelajaran Di SMA Unggulan Kota Padang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gronlund, N.E. dan Linn, R.L. (1990). Measurement and Evaluation In Teaching. (Sixth Ed). New York: Macmillan Publishing Company

Holbrook, J. (2005). “Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical Education International. 6, (1).

Huba, M.E. dan Freed, J.E. (2000). Comparison of Teacher-centered versus

Learner-centered Paradigm. [online]. Tersedia:

http://www.assessment.uconn.edu/.../TeacherCenteredVsLearnerCentered /pdf [22 November 2011]

Jong, O. D. (2005). “Research and Teaching Practice in Chemical Education: Living Apart Or Together?”.Chemical Education International. 6, (1). Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Kebijakan Sekolah Bertaraf

Internasional. [Online]. Tersedia: http://dikdas.kemdiknas.go.id/docs/ Kebijakan-SBI.pdf[25 September 2012]

Kerfoot, B. (2009). “Managing Learning in Science”, dalam Teaching Science. London: Sage Publication.

Kerfoot, B. (2009). “Managing Learning: Measuring Learning”, dalam Teaching Science. London: Sage Publication.

Konstantapoulos, S., and Sun, M. (2010). Do Low Achievers Benefit From Teacher? [Online]. Tersedia: http://www.eale.nl/Conference2010/ Programme/PapersPostersessions%20I/add128637_6skcmcgPBk.pdf [29 November 2011].

Krathwohl, D.R. dan Anderson, L.W. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kususanto, P., Fui, C.S., Lan, L.H. (2012). Teachers Expectancy and Students‟

Attitude Toward Science. Journal of Education and Learning. 6, (2). 87- 98

Lehr, J.B. dan Harris, H.W. (1988). At Risk, Low-Achieving Students In The Classroom. Washington: National Education Association Professional Library.


(4)

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Berdasarkan Proses Pembelajaran Di SMA Unggulan Kota Padang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Liu, R., Qiau, X. and Liu, Y. (2011). “A Paradigma Shift of Learner-centered Teaching Style: Reality or Illusion”. Arizona Working Paper in SLAT. 13, 77-91.

Marno. Idris, M. (2010). Strategi dan Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz media.

Matlin, W. M. (2007). Cognitive Psychology. (Seventh ed.). United States of America: John Wiley & Sons.

Mbajiorgu, N. dan Reid, N. (2006). “Factors Influencing Curriculum Development In Chemistry. A Physical Scince Practice Guide.

Edinburgh: The Higher Education Physical Science Centre.

McCoach, B. dan Siegle, D. (2001). “A Comparison of High-achievers‟ and Low-achievers‟ attitudes, perceptions, and motivations”. Dalam Academic Exchange 2001. [online]. Tersedia: http://www.gifted.uconn.edu/siegle/ Publications/AEQComparisonOfAchievers.pdf [29 November 2011]. Milrood, R. (2002). “Teaching Heterogeneous Class”. English Language

Teaching Journal. 56, (2), 128-136.

Peter, J. (1973). “Teacher Expectancies and Teacher Classroom Behavior. Dalam Research in Review” [Online], tersedia: Error! Hyperlink reference not valid. [29 November 2011].

Purtadi, S., Sari, P.L. (2012). “Analisis Miskonsepsi Konsep Laju dan Kesetimbangan Kimia Pada Siswa”. Makalah. [Online]. Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/ [13 Juni 2013]

Safree, Md.A., Yasin, Md. and Dzulkifli, M.A. (2009). “Differences in Psychological Problems Between Low and High Achieving Students”.

The Journal of Behavioral Science. 4, (1), 49-58.

Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Scardamalia, M. dan Bereiter, C. (2011). Knowledge Building. In Encyclopedia of Education. Second Ed. New York: McMillan Reference.


(5)

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Berdasarkan Proses Pembelajaran Di SMA Unggulan Kota Padang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Schuman, L. (1996). Perspective On Instruction. [Online]. Tersedia: http://edweb.sdsu.edu/courses/edtec.540/perspective/perspective.html [3 Desember 2011].

Shambaugh, N. dan Magliaro, S.G. (2006). Instructional Design: A Systematic Approach for Reflective Practice. United States of America: Pearson Education.

Sheehan, M. (2010). Identification of Difficult Topics In The Teaching and Learning of Chemistry in Irish High Schools and The Development of An Intervention Programme To Target Some Of The Difficulties. Disertasi pada Department of Chemical and Environmental Science University of Umerick, Irlandia. Tidak Diterbitkan.

Sirhan, Ghassan. (2007). “Learning Difficulties In Chemistry: An Overview”.

Turkish Science Education. 4, (2), 2-20.

Smith, M.K. et al. (2010). Teori Pembelajaran Dan Pengajaran: Mengukur Kesuksesan Anda Dalam Proses Belajar Dan Mengajar Bersama Psikolog Pendidikan Dunia. Yogyakarta: Mirza Media Pustaka.

Snehi, N. (2011). “Improving Teaching-Learning Process In Schools: A Challenge For The 21st Century”. Learning Community. 2,(1), 1-12. Sudjana, N. (2012). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sumarna, O., et al. (2006). Kimia Untuk SMA/ MA Kelas XI. Bogor: CV. Regina

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar dan Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

______________. (2002). Proses Belajar dan Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta


(6)

Monica Primasari, 2013

Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Berdasarkan Proses Pembelajaran Di SMA Unggulan Kota Padang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Talanquer, Vicente. (2011). “Macro, Submicro, and Symbolic: The Many Faces of Chemistry „Triplet‟”. International Journal of Science Education. 33, 2, 179 – 195.

Thomas, J. (2009). “Teaching Different Abilities; teaching different pupils”,

dalam Teaching Science. London: Sage Publication.

Wirth, K.R., Perkins, D. (2005). Learning to Learn. Course Materials. [Online]. Tersedia: http://www.macalacester.edu/gedagy/wirth/ coursematerials.pdf [20 November 2011]

Wright, S.P., Horn, P.N., and Sanders, W.L. (1997). “Teacher and Classroom Context Effects On Students Achievement: Implications for Teacher Evaluation”. Journal Of Personnel Evaluation In Education. 11, (1), 57-67.

Wu, C. and Foos, J. (2008). “Making Chemistry Fun To Learn”. Literacy Education And Computer Education Journal (LICEJ). 1, (1), 3-7

Zohar, A., Degani, A. and Vaakim, E. (2001). “Teachers‟ Belief About Low-Achieving Students and Higher-order Thinking”. Teaching and Teacher Education. 17, 469-485.

Zohar, A. and Dori, Y.J. (2003). “Higher-Order Thinking Skills adn Low-Achieving Students: Are They Mutually Exclusive?”. The Journal Of Learning Science.12, (2), 145-181.