PERANAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARANGEOGRAFI DALAM MENUMBUHKAN SIKAP DAN PERILAKU KERUANGAN PESERTA DIDIK SMA DI KABUPATEN MAJALENGKA.

(1)

PESERTA DIDIK SMA DI KABUPATEN MAJALENGKA

Oleh : ASTI NURLAELA

NIM (1103389)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PESERTA DIDIK SMA DI KABUPATEN MAJALENGKA

Oleh

Asti Nurlaela, S.Pd UPI Bandung, 2008

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Geografi

© Asti Nurlaela 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH

PEMBIMBING : Pembimbing I,

PROF. DR. GURNIWAN KAMIL PASYA, M.Si NIP. 19610323 198603 1 002

Pembimbing II

PROF. DR. WANJAT KASTOLANI, M.Pd NIP. 19620512 198703 1 002

Mengetahui Ketua Program Studi,

PROF. DR. Ir. DEDE ROHMAT, M. T NIP. 19640603 198903 1 001


(4)

(5)

PERANAN LINGKUNGAN

SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARANGEOGRAFI

DALAM MENUMBUHKAN SIKAP DAN PERILAKU KERUANGAN PESERTA DIDIK SMA DI KABUPATEN MAJALENGKA

Oleh :

ASTI NURLAELA (1103389), 2013

Pembimbing : Prof. DR. Gurniwan Kamil Pasya,M.Si dan Prof. DR. Wanjat Kastolani, M.Pd

Abstrak

Lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran geografi, karena lingkungan merupakan laboratorium geografi. Peserta didik diharapkan untuk belajar di luar kelas agar dapat memahami fenomena geografi yang nampak dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, lingkungan dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran geografi untuk menumbuhkan sikap dan perilaku keruangan peserta didik.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan analisis model multigroup sample. Penelitian ini dilakukan di SMA yang ada di Kabupaten Majalengka. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMA kelas XI IPS di Kabupaten Majalengka. Adapun sampel penelitian ini sebanyak 81 peserta didik. Metode pengambilan sampel penelitian ini adalah proportional random sampling. Data primer diperoleh dari hasil penyebaran alat ukur penelitian yang berupa kuesioner.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi memiliki hubungan yang signifikan terhadap sikap keruangan dengan dipengaruhi oleh kompetensi professional guru sebesar 14,1 %. Begitu juga dengan sikap berpengaruh terhadap perilaku keruangan peserta didik SMA kelas XI IPS di Kabupaten Majalengka sebesar 23,5%. Hal ini membuktikan teori hubungan antara sikap dan perilaku (teori postulat kontigensi tergantung) bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat tergantung pada situasi tertentu.

Kata kunci : Lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi, sikap dan perilaku keruangan


(6)

THE ENVIRONMENT IS AS LEARNING SOURCES OF GEOGRAPHY TO GROWING UP SPATIAL ATTITUDE AND SPATIAL BEHAVIOR

THE STUDENT OF SMA GRADE XI SOCIAL AT REGENCY OF MAJALENGKA

By :

ASTI NURLAELA (1103389), 2013

Guidance : Prof. DR. Gurniwan Kamil Pasya,M.Si

Prof. DR. Wanjat Kastolani, M.Pd

Abstract

The environment has an important role in geography’s learning. The student hoped to understand about the geography’s phenomena. The

environment can help the student to increase the understanding and hoped

increase the understanding and hoped can grow the student’s attitude and

behavior space.

This research used survey’s research with analysis multigroup

samples technique. The research is done at SMA grade XI social in this research around 81 students. The method of taking sample in this research was using proportional random sampling. Primer data was gotten measurement instrument research and questioner form.

The result of this research shows that the environment as the source

of geografphy’s learning has a role at the spatial attitude with influenced by

teachers professional competency in amount of 14,1 %. Same as the attitude influenced to the spatial behavior the student of SMA grade XI social at regency of Majalengka in amount of 23,5%. It prove correlation theory between attitude and behavior (teori postulat kontigensi tergantung) that correlation attitude and behavior so depended to the certain situation.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS……….. i

ABSTRAK……….. ii

KATA PENGANTAR……… iv

UCAPAN TERIMAKASIH……….. v

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL……… vii

DAFTAR GAMBAR……….. viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar belakang……….. 1

1.2Rumusan Masalah………. 9

1.3Tujuan penelitian……….. 10

1.4Manfaat penelitian……… 10

BAB II TINJAUAN TEORITIK 2.1 Kajian Pustaka………..……...…. 11

2.2 Hipotesis……… 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi, populasi, dan sampel……… 31

3.2 Desain Penelitian……….. 32

3.3 Metode penelitian ……… 33

3.4 Teknik pengumpulan data……… 33

3.5 Definisi Operasional………. 33

3.6 Teknik analisis data……….. 34

3.7 Validitas dan reliabilitas……… 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran sekolah sampel………. 43

4.2 Uji normalitas……… 44

4.3 Hasil penelitian……….. 45

4.4 Pembahasan ………. 61

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan……… 65

5.2 Rekomendasi………. 66

DAFTAR PUSTAKA………. 67

LAMPIRAN……… 71


(8)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar belakang Masalah

Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumberdaya manusia terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap tempat yang memiliki sejumlah populasi manusia pasti membutuhkan pendidikan. Perkembangan zaman sekarang ini, menuntut peningkatan kualitas individu. Sehingga dimanapun berada individu tersebut dapat digunakan setiap saat. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran pendidikan dalam pembentukan tingkah laku individu. Dalam hal ini, pendidikan di Indonesia terus diperhatikan dan ditingkatkan dengan berbagai cara. Namun kenyataannya, upaya pemerintah tersebut belum sepenuhnya berhasil. Jika dianalisis, usaha tersebut ternyata belum menekankan pada penyelenggaraan dan pelaksanaannya. Hal ini terlihat dari sebagian besar peserta didik didalam proses pembelajaran belum memiliki motivasi belajar yang optimal. Kurangnya motivasi belajar pada peserta didik disebabkan oleh pembelajaran yang disajikan selama ini cenderung tekstual. Selain itu, pembelajaran tekstual ini terkontaminasi oleh sistem lama yang lebih menekankan hafalan. Dengan demikian, peserta didik tidak memahami fakta-fakta dalam materi sehingga menimbulkan kebosanan pada peserta didik.

Melihat kondisi seperti ini, maka perlu diadakan strategi baru yang memanfaatkan lingkungan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut seiring dengan yang dikemukakan oleh Mohamad (2012 : 136), bahwa :

Penggunaan pendekatan lingkungan merupakan suatu terobosan baru untuk menghilangkan verbalisme dalam diri siswa serta mampu mengaplikasikan nilai-nilai sains yang terwujud pada kecintaan terhadap lingkungan dan kesediaan untuk menjaganya dari kerusakan. Disamping itu, siswa semakin termotivasi untuk belajar sambil menikmati keindahan dan keunikan alam sekitar.


(9)

Dengan menggunakan pendekatan lingkungan, pembelajaran lebih menyenangkan dan terkesan melekat pada siswa di banding guru hanya bertindak sebagai penceramah. Pendekatan ini juga dapat memperkuat motivasi belajar siswa pada pembelajaran, khususnya pembelajaran sains karena mereka dihadapkan langsung dengan situasi yang konkret bahkan menjadi cambuk tersendiri untuk mengamati, mengidentifikasi, serta bereksperimen.

Seperti telah diketahui bahwa motivasi merupakann unsur penting dalam prosese pembelajaran dan dipandang sebagai dorongan mental untuk menggerakakkan sekaligus mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dan insentif. Kondisi kejiwaan inilah yang mengaktikan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap atau perilaku belajar individu. Adanya dorongan mental dalam diri siswa, secara otomatis akan berimbas langsung pada perilaku fisik siswa yang ditunjukkan ketika siswa mengamati, memperhatikan, berdiskusi, memecahkan masalah, dan mengadakan perbandingan antara buku teks dan kenyataan di lapangan, sampai pada waktu membuat kesimpulan akhir. Dapat dikatakan pula, kegiatan fisik dalam proses pembelajaran itu tidak berdiri sendiri-sendiri atau semata-mata karena kegiatan fisik, namun juga dalam waktu bersamaan memerlukan kegiatan mental. Dari hal tersebut, diketahui bahwa dorongan mental (motivasi) dan aktifitas fisik (keaktifan) akan berpengaruh langsung pada hasil belajar siswa. Diantara ketiganya, terdapat keterkaitan kuat karena hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar mengajar. Pada hakikatnya, hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar mengajar. Perubahan itu dapat berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap.

Dalam pembelajaran geografi, lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting. Karena dalam mempelajari ilmu geografi, seharusnya peserta didik tidak hanya belajar di dalam kelas. Tetapi, harus terjun ke lapangan untuk mengetahui fenomena-fenomena alam dan sosial yang nampak dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga peserta didik dapat mengambil makna dari pembelajaran geografi yang mempelajari hubungan timbal balik gejala-gejala


(10)

di muka bumi. Seperti definisi geografi yang di kemukakan dari hasil seminar lokakarya Ikatan Geografi Indonesia (IGI) di semarang pada 1988, bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.

Hal tersebut jelas, bahwa geografi adalah ilmu yang kompleks karena mengkaji semua gejala-gejala yang ada di muka bumi baik gejala alam maupun gejala sosial. Karena itu, buku-buku yang hanya menyajikan bacaan dan gambar dirasakan kurang memadai untuk ketercapaian tujuan pembelajaran geografi. Bahkan media pembelajaran audio visual yang disajikan dalam bentuk video pun belum bisa menumbuhkan motivasi belajar apalagi merubah sikap dan perilaku peserta didik. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan perilaku yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman baru ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini, lingkungan sebagai sistem kehidupan yang merupakan kesatuan ruang dengan segenap pengada (entity) baik pengada ragawi, abiotik atau benda (materi) maupun pengada insan, biotik atau makhluk hidup termasuk manusia dengan perilakunya, keadaan (tatanan alam), daya (peluang, tantangan, dan harapan) yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta kesejahteraan makhluk hidup lainnya dapat dijadikan sumber pembelajaran geografi agar tujuan pembelajaran geografi dapat tercapai. Sumaatmadja (1996 : 63) menyatakan :

Tujuan pembelajaran geografi selaras dengan pembelajaran lingkungan hidup yaitu mengembangkan keterampilan dans ikap dalam memahami dan menghargai hubungan timbal arah antara manusia dengan alam lingkungannya yang selanjutnya dapat membina kemampuan menghadapi dan mencari alternatif pemecahan masalah lingkungan yang terjadi dalam kehidupan.

Pada kurikulum SMA tahun 2004, dijelaskan bahwa fungsi pelajaran geografi adalah :

1. Mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola keruangan dan proses yang berkaitann


(11)

2. Mengembangkan keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi 3. Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan dan

sumberdaya serta toleransi terhadap keragaman budaya masyarakat.

Maryani (2007 : 107) mempertegas tujuan pendidikan geografi yang seharusnya menjadi tujuan dalam proses pembelajaran di sekolah. Melalui pembelajaran disekolah, peserta didik diharapkan tertanam nilai-nilai geografinya sehingga memiliki perilaku keruangan yang berbasis ekologi.

Tujuannya tiga aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap.Dalam aspek pengetahuan yang akan dikembangkan sangat relevan dengan tugas keilmuan yaitu memahami dan mengembangkan konsep dasar geografi yang berkaitan dengan ruang dan prosesnya. Sumberdaya alam peluang dan keterbatasannya, lingkungan sekitar dan wilayah negara/dunia. Keterampilan yang hraus dikembangkan adalah keterampilan seorang ilmuan yang mengamati, mengumpulkan, mencatat, menganalisis, sintesis, dan kecenderungan serta hasil interaksi geografi. sikap yang ingin dikembangkan sangat sesuai dengan tujuan pendidikan pada umumnya yaitu menimbulkan kesadaran akan fenomena geografis, mengembangkan sikap tanggung jawab terhadap kualitas lingkungan, mengembangkan kepekaan terhadap masalah, sikap toleransi terhadap perbedaan sosial budaya dan mewujudkan rasa cinta terhadap tanah air dan persatuan bangsa. Dalam pembelajaran geografi, peserta didik diharapkan mampu memanfaatkan, mengelola ruang/lingkungan dengan bijaksana. Untuk itu dalam pembelajaran geografi harus menekankan pembelajaran yang memiliki wawasan keruangan. Menurut sumaatmaja (1996 : 128) dengan kemampuan wawasan keruangan ini, manusia sebagai penghuni bumi dapat memperhitungkan daya dukung ruang muka bumi terhadap segala macam perkembangan sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan melainkan juga termasuk aspek sosial, politik, hukum,ekonomi, dan budaya. Wawasan keruangan mampu membuat peserta didik bijaksana dalam memanfaatkan lingkungan. Sehingga terjadi kelangsungan lingkungan yang berkelanjutan. Metode yang sangat baik untuk memperluas pengetahuan dan wawasan keruangan dalam pemanfaatan ruang adalah metode pembelajaran afektif keruangan. Sehingga peserta didik diarahkan untuk memiliki sikap yang baik dalam memanfaatkan ruang.


(12)

Namun, seiring dengan keinginan tercapainya tujuan pembelajaran geografi tersebut nampaknya masih sangat sulit untuk terealisasi dengan baik. Hal ini, tidak terlepas dari peran guru yang masih kurang memiliki kompetensi professional dalam mengajar dan mengelola kelas. Kondisi seperti ini, terjadi di sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Majalengka, khususnya sekolah menengah atas (SMA). Dalam hal ini tim Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) memegang peranan penting sebagai wadah komunikasi guru dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik serta memajukan pendidikan di Indonesia. Tetapi, pada kenyataannya guru geografi SMA di Kabupaten Majalengka, hanya mengadakan MGMP ketika akan di laksanakan Ujian Nasional untuk membuat soal-soal Pra-Unas.

Seharusnya, hal yang paling penting untuk dilakukan dalam MGMP adalah mengadakan musyawarah yang berkaitan dengan profesinya sebagai pendidik dalam pelajaran geografi. Misalnya, membahas mengenai model, metode, dan media pembelajaran yang cocok untuk pelajaran geografi. Sehingga dengan musyawarah tersebut dapat membuahkan hasil yang lebih baik untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran geografi dan diharapkan dapat menumbuhkan sikap dan perilaku keruangan peserta didik, sesuai dengan objek kajiannya geografi selalu berkaitan dengan ruang (space). Karena itu, jika sikap dan perilaku keruangan telah tumbuh dalam diri siswa maka dapat di nyatakan bahwa pembelajaran geografi telah berhasil mencapai tujuan. Melakukan proses pembelajaran, jelas jauh lebih penting di bandingkan dengan mengolah soal-soal.

Selain itu, guru geografi di Kabupaten Majalengka kurang peka terhadap lingkungan disekitar dalam artian jarang mengungkap fenomena-fenomena alam dan sosial yang ada di Kabupaten Majalengka. Hal ini terbukti dengan banyak peserta didik yang kurang mengetahui potensi yang ada di daerah tempat tinggalnya. Kondisi peserta didik yang seperti itu dirasakan sangat memprihatinkan dan mata pelajaran geografi terkesan tidak berfungsi dengan baik. Sehingga menyebabkan kurangnya minat peserta didik dalam mempelajari geografi. Padahal jika di amati, Kabupaten Majalengka sangat


(13)

kaya akan fenomena alam maupun sosial yang layak untuk di jadikan sumber pembelajaran geografi. Menurut Musfiqon (2012 : 132) lingkungan yang dikategorikan dapat menjadi sumber belajar antara lain :

1. Masyarakat di sekeliling sekolah 2. Lingkungan fisik di sekitar sekolah

3. Bahan-bahan yang tersisa atau tidak terpakai dan bahan-bahan bekas yang bila di oleh dapat dimanfaatkan sebagai sumber dan media dalam pembelajaran, seperti : tutup botol, batu-batuan, kerang, kaleng bekas, bahan yang tersisa dari kayu dan sebagainya. 4. Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat

Dalam ungkapan tersebut, jelas bahwa lingkungan layak untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran setiap mata pelajaran. Begitu juga pada mata pelajaran geografi. Sudah seharusnya guru geografi yang berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar membawa peserta didik keluar untuk studi lapangan. Hal tersebut bertujuan untuk menjadikan proses pembelajaran lebih bermakna dan dengan peserta didik terlibat langsung di lapangan, maka peserta didik akan memahami lingkungan tempat tinggal mereka. Sehingga dapat menumbuhkan sikap dan perilaku keruangan pada peserta didik.

Untuk studi lapangan, guru tidak harus membawa peserta didik jauh dari sekolah, kondisi lingkungan di sekitar sekolah atau pun di daerah sendiri pun bisa dilakukan dengan syarat tempat yang dipilih sesuai dengan materi yang akan di bahas. Seperti halnya di Kabupaten Majalengka yang mempunyai beragam fenomena alam dan sosial. Meskipun wilayahnya sempit, tetapi karakteristik wilayahnya sangat mendukung untuk pembelajaran geografi.

Majalengka merupakan kabupaten kecil yang memiliki banyak tempat pendidikan. Di Kabupaten Majalengka terdapat 21 SMA yang tersebar diberbagai wilayah bagian, diantaranya wilayah bagian timur, selatan, tengah dan utara. Pembagian wilayah SMA yang tersebar memiliki topografi yang berbeda. Wilayah bagian tengah dan selatan, merupakan wilayah dataran tinggi sedangkan wilayah timur dan utara merupakan wilayah dataran rendah. Dengan topografi yang berbeda, keadaan alam yang berbeda, maka kebiasaan masyarakat pun akan berbeda. Dari kondisi tersebut, dapat kita cermati bahwa


(14)

perbedaan topografi, keadaan alam dan kebiasaan masyarakat merupakan bagian dari kajian pembelajaran geografi. Pengkajian lingkungan seperti itu sangat penting di bahas dalam proses pembelajaran geografi di sekolah sehingga sikap dan perilaku keruangan peserta didik dapat tumbuh karena mengetahui kondisi tempat tinggalnya. Jika sikap dan perilaku keruangan telah tumbuh, maka akan timbul rasa kepedulian terhadap lingkungan minimalnya peduli dengan keadaan di lingkungan sekitarnya.

Wilayah Kabupaten Majalengka bagian selatan merupakan daerah yang rawan bencana alam. Bencana alam yang sering terjadi adalah gempa bumi, gerakan tanah dan longsor. Fenomena alam yang menimbulkan bencana ini jelas merupakan kajian dari pelajaran geografi terdapat yang pada materi lithosfer. Begitu juga dengan angin kencang yang sering terjadi di wilayah bagian timur dan tengah, perbedaan suhu di daerah dataran tinggi dengan daerah dataran rendah, itu merupakan pembahasan pada materi atmosfer. Selain itu, kualitas air di daerah pegunungan yang berada di wilayah selatan dan daerah industri di wilayah bagian timur, curah hujan yang tidak merata di setiap wilayah bagian, pembahasan tersebut merupakan kajian dari materi hidrosfer. Bentuk muka bumi seperti gunung, pegunungan, patahan, sungai, lahan pertanian, perkebunan dan hutan semuanya ada di Kabupaten Majalengka. Sehingga sebenarnya guru geografi di Kabupaten Majalengka sangat mudah untuk mentransferkan ilmunya kepada peserta didik karena kondisi Kabupaten Majalengka sangat mendukung untuk keberhasilan dalam pembelajaran geografi.

Kabupaten Majalengka juga mempunyai beberapa tempat wisata yang cocok di gunakan sebagai sumber pembelajaran geografi contohnya curug maja, situ talaga remis, dan gunung tilu. Ada juga beberapa tempat yang memiliki nilai-nilai kearifan lokal seperti taman makam prabu siliwangi. Selain itu, kehidupan sosial dan budaya masyarakat Kabupaten Majalengka pun menarik untuk menjadi topik pembahasan. Misalnya, masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan, kota, dan perindustrian. Pusat perbelanjaan atau


(15)

pasar yang tersebar di setiap kecamatan pun dapat di jadikan sebagai kajian geografi dalam pembahasan mobilitas penduduk.

Fenomena alam dan fenomena sosial tersebut, seharusnya di ketahui oleh peserta didik agar mereka mengetahui potensi yang ada di daerah tempat tinggalnya, masalah-masalah yang ada, sehingga ketika mempelajari geografi mereka dapat dengan sendirinya mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu peserta didik akan memahami pentingnya mempelajari ilmu geografi karena objek kajian geografi ternyata dekat sekali dengan kehidupan mereka yaitu lingkungan disekitarnya. Geography for life (1994 : 23), menyatakan “Geography is an integrative dicipline that enables student to

apply geography skills and knowledge to life situation of home, at work, and

in the community” dijelaskan pula orang perlu mempelajari geografi:

The existential reason, human want to understand the intristic nature of their home. Geography enable them to understand where they are, literally and figuratively

The ethical reason, earth is the only home that’s human know or are likely to know. Life is fragile, human are fragile. Geography provides knowledge of the earth physical and human system and of the interdependency of living things and physical environment The intelektual reason, geography captures the imagination. It

stimulates coriously about the world and the world diverse in habitants and place, as well as local, regional, and global issues The practical reason, with strong grasp of geography, people are

better equipped to solve issues at not only the local level but also at the global level.

Empat alasan itulah yang membuat geografi sangat penting untuk dipelajari oleh manusia. Untuk itu, cara yang paling strategis agar semua orang dapat mempelajari geografi yaitu dengan memasukkan geografi ke dalam kurikulum pendidikan formal. Sehingga pembelajaran geografi dapat di sampaikan dengan baik pada peserta didik khususnya peserta didik SMA dan tujuan pembelajaran geografi yang terdiri dari aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap pun akan tercapai.

Pada kenyataannya, mata pelajaran geografi dirasakan kurang menarik dan kurang bermakna bagi peserta didik SMA di Kabupaten Majalengka. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan sikap dan perilaku keruangan mereka yang


(16)

tidak terbentuk. Contoh kecilnya, mereka tidak peka dengan lingkungan sekitarnya. Dalam kehidupan sehari-harinya mereka cenderung merusak atau mencemari lingkungan daripada melestarikan atau pun memanfaatkannya. Peserta didik masih bersikap acuh dengan pelestarian lingkungan disekolah, contohnya membuang sampah sembarang tanpa memikirkan dampaknya dan masih menggunakan alat transportasi yang menimbulkan polusi. Peserta didik sering terlambat datang ke sekolah karena berbagai alasan karena mereka tidak dapat memperhitungkan antara lokasi, jarak, dan keterjangkauan dari rumah ke sekolah. Hal-hal seperti itu lah yang terjadi pada peserta didik SMA di Kabupaten Majalengka. Karena itu, penelitian ini ingin membahas mengenai pengaruh konsep pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi yang dimaksudkan agar peserta didik tertarik untuk mempelajari geografi lebih dalam. Sehingga pembelajaran geografi dapat tersampaikan dengan baik dalam artian bukan hanya meningkatkan minat belajar dan meningkatkan hasil belajar tetapi juga dapat merubah sikap dan perilaku keruangan peserta didik SMA di Kabupaten Majalengka.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka dapat di rumuskan beberapa masalah diantaranya adalah :

1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi dengan sikap keruangan peserta didik SMA di Kabupaten Majalengka?

2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi dengan perilaku keruangan peserta didik SMA di Kabupaten Majalengka?

3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara sikap keruangan dengan perilaku keruangan peserta didik SMA di Kabupaten Majalengka?


(17)

Setiap penelitian, tentunya memiliki tujuan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi dalam menumbuhkan sikap keruangan peserta didik SMA di Kabupaten Majalengka

2. Penelitian ini betujuan mengidentifikasi pengaruh lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi dalam menumbuhkan perilaku keruangan peserta didik SMA di Kabupaten Majalengka

1.4Manfaat Penelitian

Selain memiliki tujuan, penelitian juga harus bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Begitu juga dengan penelitian ini diharapkan dapat:

1. Menjadi referensi dalam melakukan pembelajaran geografi di sekolah dalam menumbuhkan sikap dan perilaku peserta didik dengan mengguunakan lingkungan sebagai sumber belajar

2. Dijadikan sebagai pengembangan teori yang berkaitan dengan geografi perilaku.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi, populasi dan sampel penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Majalengka yang memiliki 21 SMA yang terdiri dari 16 SMA negeri dan 5 SMA swasta. Adapun yang memiliki kelas IPS berjumlah 18 sekolah. SMA negeri 1 dan 2 Majalengka terdapat di kawasan perkotaan yang terdapat di Kabupaten Majalengka bagian tengah. SMA negeri 1 kadipaten, kasokandel, jatiwangi, leuwi munding, sumberjaya SMA alhidayah dan almizan terdapat di Kabupaten Majalengka bagian timur, SMA negeri 1 jatitujuh dan ligung terdapat di Kabupaten Majalengka utara, SMA negeri 1 rajagalu, sukahaji, talaga, cikijing, bantarujeg, maja, sinangwangi, SMA prakarya sindang dan darul amanah terdapat di Kabupaten Majalengka bagian selatan.

3.1.2 Populasi dan sampel

Menurut Arikunto (1998 : 115)”populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMA kelas XI IPS di Kabupaten Majalengka. Metode pengambilan sampel penelitian adalah dengan proportional random sampling dengan mengambil secara acak SMA yang akan dijadikan sampel, lalu membuat proporsi masing-masing jumlah sampel di SMA sesuai dengan peserta didik SMA kelas XI IPS yang ada di sekolah tersebut. Pengambilan sampel ini berdasarkan rumus Taro Yamane (dalam Riduwan, 2012 : 44)

n =


(19)

Tabel 3.1

Jumlah populasi penelitian

No Nama sekolah Jumlah peserta

didik kelas IPS

1 SMAN 1 MAJALENGKA 141

2 SMAN 2 MAJALENGKA 158

3 SMAN 1 KASOKANDEL 109

4 SMAN 1 JATITUJUH 64

5 SMAN 1 JATIWANGI 183

6 SMAN 1 LEUWIMUNDING 134

7 SMAN 1 RAJAGALUH 136

8 SMAN 1 SUKAHAJI 75

9 SMAN 1 TALAGA 168

10 SMAN 1 CIKIJING 48

11 SMAN 1 BANTARUJEG 87

12 SMAN 1 KADIPATEN 78

13 SMAN 1 LIGUNG 88

14 SMAN 1 SUMBERJAYA 57

15 SMAN 1 MAJA 162

16 SMAN 1 SINDANGWANGI 53

17 SMA PGRI 1 MAJALENGKA 106

18 SMA PRAKARYA SINDANG 25

Total

SMA Negeri 1741

SMA Swasta 131

Total Keseluruhan 1872

Sumber : Dinas pendidikan Kabupaten Majalengka

Tabel 3.2 Jumlah sampel

No Nama sekolah Jumlah peserta

didik IPS kelas XI

Jumlah sampel

1 SMAN 1 MAJALENGKA 141 30

2 SMAN 1 TALAGA 168 30

3 SMAN 1 KASOKANDEL 109 21

Total 418 81


(20)

3.2 Desain penelitian

Penelitian ini terdiri dari 4 variabel, yaitu variable laten peranan lingkungan (X1), variabel moderator kemampuan pendidik mengelola kelas

(X2), variabel antara dan sikap keruangan (Y1) dan perilaku keruangan (Y2).

Berikut ini merupakan penjabaran mengenai variabel.

Variable (X1) atau variabel independen adalah peranan lingkungan

sebagai sumber pembelajaran, dalam hal ini lingkungan yang digunakan adalah lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan akan efektif untuk di jadikan sebagai sumber pembelajaran geografi karena pengaruh dari kompetensi professional guru. Maka kompetensi professional guru di jadikan variabel moderator (X2). Kompetensi professional guru akan mempengaruhi

sikap keruangan peserta didikik, sikap keruangan peserta didik merupakan variabel antara (Y1) karena sebelum seseorang melakukan suatu tindakan atau

keputusan diperlukan sikap terlebih dahulu. Setelah dapat menentukan sikap, maka akan di dapatkan suatu keputusan atau perilaku keruangan peserta didik. Karena itu, perilaku peserta didik dijadikan variabel (Y2) atau variabel

dependen. Berikut ini adalah hubungan antar variabel.

Variabel independen Variabel antara Variabel dependen

Variabel moderator

Gambar 3.3 Hubungan antar variabel Variabel Y1

Sikap keruangan peserta didik

Variabel Y2 Perilaku keruangan

peserta didik Variabel X1

Lingkungan sebagai sumber pembelajaran

geografi

Variabel X2

Kompetensi professional


(21)

3.3 Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan menggunakan teknik analisis model multigroup sampel. Model multigroup sampel adalah adalah melibatkan satu variable moderator ke dalam model yang di uji. Menurut kusnendi (2008 : 19) variable moderator adalah variable independen kedua atau ketiga yang dapat mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variable eksogen dan endogen. Metode survey dilakukan untuk pengujian konstruk yang sudah ada sebelumnya. Menurut singarimbun (1992 : 1). Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner dan tes sebagai alat pengumpul data yang pokok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Musianto, (2002 : 125) “Pendekatan kuantitatif ialah pendekatan yang dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus, dan kepastian data numerik”.

3.4 Definisi operasional

1. Lingkungan sebagai sumber belajar adalah segala kondisi di luar diri siswa dan guru baik berupa fisik maupun non fisik yang dapat menjadi perantara agar pesan pembelajaran tersampaikan kepada siswa secara optimal. Lingkungan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kondisi fisik maupun non fisik.

2. Sikap keruangan adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afektif), pemikiran (kognisi), dan predisposisi (konatif), tindakan seseorang terhadap lingkungan.

3. Perilaku keruangan adalah keputusan dan tindakan manusia yang dilakukan berdasarkan atas konfirmasi hasil pengamatan yang terkait dengan lingkungan.


(22)

3.5 Teknik pengumpulan data

Penelitian ini memperoleh data primer dari hasil penyebaran alat ukur penelitian yang berupa instrument kuesioner. Instrument kuesioner dipakai untuk mengukur variable. Independen, variabel moderator, variabel antara, dan variabel dependen. Setiap variabel di ukur dengan menggunakan rating scale, menurut Azwar (2007 : 128) “Ratting scale, yang sering kali digunakan untuk berbagai dimensi psikologis sering kali diperlakukan seolah-olah sebagai skala interval meskipun mereka mempresentasikan skala ordinal.

Tabel 3.3

Kisi-kisi instrument penelitian

No Variabel Indikator No soal

1 Lingkungan sebagai sumber pembelajaran Lingkungan fisik Lingkungan sosial Fenomena alam Fenomena sosial 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 11,12,13,14,15,16,17 21,22,23,24 25,36,27,28 2 Kompetensi

professional guru Kompetensi akademik Kompetensi pedagogic Kompetensi kepribadian Kompetensi sosial 1,2,3,4,5,6 7,8,9,10,11,12,13,14,15 21,22,23,24,25 27,28,29,30

3 Sikap keruangan Afektif

Kognitif Konatif

1,2,3,4,5 6,7,8,9,10 11,12,13,14,15

4 Perilaku keruangan Sikap keruangan peserta didik

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, 11,12,13,14,15


(23)

3.6 Teknik analisis data

Penelitian ini menggunakan analisis jalur model multigroup sample. Analisis jalur model multigroup sample adalah melibatkan satu variabel moderator ke dalam model yang di uji. Menurut kusnendi (2008 : 19) variable moderator adalah variable independen kedua atau ketiga yang dapat mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variable eksogen dan endogen. Uji validitas dengan menggunakan korelasi item total (item total correlation). Uji reliabilitas dengan menggunakan koefisien alpha cronbach. Uji validitas adalah kemampuan instrumen penelitian mengukur dengan tepat atau benar apa yang hendak di ukur. Uji reliabilitas adalah keajegan, kemantapan, atau kekonsistenan suatu instrument penelitian mengukur apa yang di ukur. Menurut kusnendi (2008 : 94 )Uji validitas korelasi item total (ri) di definisikan sebagai berikut :

] ]

Keterangan :

X = skor setiap item Y = skor total

n = banyaknya observasi

Menurut Azwar (2003 : 88) uji reliabilitas dengan menggunakan koefisien alpha cronbach, di definisikan sebagai berikut :

( )

Keterangan : K = jumlah item

Si2 = jumlah variansi setiap item St2 = variansi skor total


(24)

3.7 Validitas dan reliabilitas

Berdasarkan penelitian pendahuluan terhadap 30 orang untuk menguji kelayakan kuesioner penelitian diperoleh hasil validitas dan reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.4

Validasi instrument lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi

No. Item

Koefisien Validitas

Titik

Kritis Keterangan

1 0,610

0,300

Valid

2 0,552 Valid

3 0,510 Valid

4 0,596 Valid

5 0,688 Valid

6 0,346 Valid

7 0,566 Valid

8 0,133 Tidak

9 0,566 Valid

10 0,378 Valid

11 0,647 Valid

12 0,760 Valid

13 0,605 Valid

14 0,407 Valid

15 0,657 Valid

16 0,227 Tidak

17 0,595 Valid

18 0,455 Valid

19 0,490 Valid

20 0,274 Tidak

21 0,575 Valid

22 0,402 Valid

23 0,313 Valid

24 0,574 Valid

25 0,472 Valid


(25)

No. Item

Koefisien Validitas

Titik

Kritis Keterangan

27 0,755 Valid

28 0,376 Valid

Untuk item lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi dengan 28 item pernyataan dapat dilihat nilai koefisien validitas antara 0,133 dan 0,760. Terdapat 24 item yang memiliki nilai koefisien validitas lebih besar dari nilai batas atau kriteria validnya suatu item yaitu 0,300. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 24 item tersebut sudah valid. Sedangkan terdapat 4 item yang memiliki nilai koefisien validitas lebih kecil dari nilai batas atau kriteria validnya suatu item yaitu 0,300. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 4 item tersebut tidak valid. Berikut ini hasil perhitungan koefisien reliabilitas.

Koefisien Reliabilitas

Titik

Kritis Keterangan

0,895 0,700 Reliabel

Nilai koefisien reliabilitasnya (0,895) di atas standar yang ditetapkan yaitu 0,700. Nilai koefisien reliabilitasnya (0,895) menunjukkan kuesioner tersebut mempunyai keandalan yang baik dalam mengukur lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi. Dengan demikian, kuesioner lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi sudah layak dipergunakan untuk penelitian dengan membuang item yang tidak valid.

a. Kompetensi Profesional Guru

Tabel 3.5


(26)

No. Item

Koefisien Validitas

Titik

Kritis Keterangan

1 0,501

0,300

Valid

2 0,879 Valid

3 0,386 Valid

4 0,695 Valid

5 0,400 Valid

6 0,405 Valid

7 0,362 Valid

8 0,546 Valid

9 0,526 Valid

10 0,621 Valid

11 0,315 Valid

12 0,806 Valid

13 0,705 Valid

14 0,757 Valid

15 0,353 Valid

16 0,655 Valid

17 0,678 Valid

18 0,585 Valid

19 0,364 Valid

20 0,659 Valid

21 0,380 Valid

22 0,293 Tidak

23 0,430 Valid


(27)

No. Item

Koefisien Validitas

Titik

Kritis Keterangan

25 0,214 Tidak

26 0,637 Valid

27 0,497 Valid

28 0,616 Valid

29 0,346 Valid

30 0,401 Valid

Untuk item kompetensi profesional guru dengan 30 item pernyataan dapat dilihat nilai koefisien validitas antara 0,214 dan 0,879. Terdapat 28 item yang memiliki nilai koefisien validitas lebih besar dari nilai batas atau kriteria validnya suatu item yaitu 0,300. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 28 item tersebut sudah valid. Sedangkan terdapat 2 item yang memiliki nilai koefisien validitas lebih kecil dari nilai batas atau kriteria validnya suatu item yaitu 0,300. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 2 item tersebut tidak valid. Berikut ini hasil perhitungan koefisien reliabilitas.

Koefisien Reliabilitas

Titik

Kritis Keterangan

0,914 0,700 Reliabel

Nilai koefisien reliabilitasnya (0,914) di atas standar yang ditetapkan yaitu 0,700. Nilai koefisien reliabilitasnya (0,914) menunjukkan kuesioner tersebut


(28)

mempunyai keandalan yang baik dalam mengukur kompetensi profesional guru. Dengan demikian, kuesioner kompetensi profesional guru sudah layak dipergunakan untuk penelitian dengan membuang item yang tidak valid.

b.Sikap Keruangan

Tabel 3.6

Validasi instrument sikap keruangan

No. Item

Koefisien Validitas

Titik

Kritis Keterangan

1 0,371

0,300

Valid

2 0,155 Tidak

3 0,300 Valid

4 0,494 Valid

5 0,584 Valid

6 0,714 Valid

7 0,468 Valid

8 0,442 Valid

9 0,509 Valid

10 0,311 Valid

11 0,562 Valid

12 0,515 Valid

13 0,660 Valid

14 0,538 Valid


(29)

Untuk item sikap keruangan dengan 15 item pernyataan dapat dilihat nilai koefisien validitas antara 0,155 dan 0,714. Terdapat 14 item yang memiliki nilai koefisien validitas lebih besar dari nilai batas atau kriteria validnya suatu item yaitu 0,300. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 14 item tersebut sudah valid. Sedangkan terdapat 1 item yang memiliki nilai koefisien validitas lebih kecil dari nilai batas atau kriteria validnya suatu item yaitu 0,300. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 1 item tersebut tidak valid. Berikut ini hasil perhitungan koefisien reliabilitas.

Koefisien Reliabilitas

Titik

Kritis Keterangan

0,824 0,700 Reliabel

Nilai koefisien reliabilitasnya (0,824) di atas standar yang ditetapkan yaitu 0,700. Nilai koefisien reliabilitasnya (0,824) menunjukkan kuesioner tersebut mempunyai keandalan yang baik dalam mengukur sikap keruangan. Dengan demikian, kuesioner sikap keruangan sudah layak dipergunakan untuk penelitian dengan membuang item yang tidak valid.

c. Perilaku Keruangan

Tabel 3.7

Validasi instrument perilaku keruangan

No. Item

Koefisien Validitas

Titik

Kritis Keterangan

1 0,352

0,300

Valid

2 0,472 Valid


(30)

4 0,255 Tidak

5 0,327 Valid

6 0,667 Valid

7 0,505 Valid

8 0,405 Valid

9 0,472 Valid

10 0,642 Valid

11 0,631 Valid

12 0,466 Valid

13 0,611 Valid

14 0,290 Tidak

15 0,568 Valid

Untuk item perilaku keruangan dengan 15 item pernyataan dapat dilihat nilai koefisien validitas antara 0,255 dan 0,667. Terdapat 13 item yang memiliki nilai koefisien validitas lebih besar dari nilai batas atau kriteria validnya suatu item yaitu 0,300. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 13 item tersebut sudah valid. Sedangkan terdapat 2 item yang memiliki nilai koefisien validitas lebih kecil dari nilai batas atau kriteria validnya suatu item yaitu 0,300. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 2 item tersebut tidak valid. Berikut ini hasil perhitungan koefisien reliabilitas.

Koefisien Reliabilitas

Titik

Kritis Keterangan


(31)

Nilai koefisien reliabilitasnya (0,844) di atas standar yang ditetapkan yaitu 0,700. Nilai koefisien reliabilitasnya (0,844) menunjukkan kuesioner tersebut mempunyai keandalan yang baik dalam mengukur perilaku keruangan. Dengan demikian, kuesioner perilaku keruangan sudah layak dipergunakan untuk penelitian dengan membuang item yang tidak valid.


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 KESIMPULAN

Hubungan antar variabel ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian telah terjawab dalam bab pembahasan dan hasil penelitian. Lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi memiliki hubungan langsung dan tidak langsung dalam menumbuhkan sikap dan perilaku keruangan peserta didik. Secara langsung, Lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap keruangan. Begitu juga dengan sikap keruangan memiliki hubungan langsung dengan perilaku keruangan.

Secara tidak langsung, lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap dan perilaku keruangan dengan dipengaruhi oleh kompetensi professional guru. Namun, pengaruh kompetensi professional guru tidak kuat dalam mempengaruhi peranan lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi terhadap sikap dan perilaku keruangan. Berdasarkan hal diatas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru yang diduga akan memiliki pengaruh yang besar terhadap sikap dan perilaku keruangan peserta didik dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi ternyata tidak terbukti. Masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku keruangan peserta didik selain menggunakan lingkungan sebagai sumber pembelajaran dengan melalui kompetensi profesional guru. Hal ini membuktikan teori hubungan antara sikap dan perilaku (teori postulat kontigensi tergantung) bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat tergantung pada situasional tertentu.

Lingkungan memiliki peranan dalam proses pembelajaran geografi yang menjadi salah satu hal yang cukup penting karena akan sangat mempengaruhi sikap dan perilaku keruangan peserta didik. Peserta didik diarahkan untuk berpikir tingkat tinggi dan juga berpikir kritis sehingga akan peka terhadap karakteristik ruang dimana mereka tinggal. Lingkungan sekolah merupakan faktor eksternal yang cukup berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan perilaku keruangan.


(33)

5.2 REKOMENDASI

Rekomendasi pertama ditujukan kepada pengambil kebijakan, rendahnya peranan lingkungan dalam membentuk sikap dan perilaku keruangan dapat dijadikan dasar dalam pembuatan kurikulum geografi yang mampu membentuk sikap dan perilaku keruangan.

Selanjutnya, rekomendasi ditujukan kepada sekolah untuk menata dengan baik lingkungan sekitarnya agar dapat dijadikan sebagai sumber belajar bagi peserta didik.

Rekomendasi untuk peneliti lain, terkait dengan penelitian ini. Peranan lingkungan sebagai sumber pembelajaran terhadap sikap dan perilaku keruangan rendah meskipun telah di dukung oleh kompetensi professional guru. Sehingga hal tersebut memberikan kesempatan peneliti lain untuk meneliti variabel lain yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku keruangan peserta didik.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, maman. Geografi perilaku suatu pengantar studi tentang

persepsi lingkungan. Jakarta : depdikbud

Arjana, gusti bagus. 2013. Geografi lingkungan. Jakarta : PT. raja grafindo persada

Asrori, mohamad. 2009. Psikologi pembelajaran. Bandung : CV. Wacana prima

Bintarto. 1975. Pengantar geografi pembangunan. Yogyakarta : fakultas geografi UGM

Dahar, ratna willis. 2006. Teori-teori belajar dan pembelajaran. Jakarta : Erlangga

Emzir, 2010. Metodologi penelitian pendidikan, Jakarta :Raja grafindo persada

Furqon, 2002. Statistika terapan untuk penelitian. Bandung : alfabeta

Hendriyani, Yeni. 2005. Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber

Belajar. Bandung: IPA UPI Bandung.

Jauhar Mohammad. 2011. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai

Konstruktivistik.Jakarta, Pustaka Karya.

Kusnendi, 2008. Model-Model Persamaan structural. Bandung : Alfabeta Kauchak, Donald. 2009. Methods for teaching. Yogyakarta : pustaka pelajar Keraf, sonny. 2010. Etika lingkungan hidup. Jakarta : kompas media

nusantara

Morgan, R.F. 1974, Education For The Environment. Longman

Purnomo, heri. 2012. Pemodelan dan simulasi untuk pengelolaan adaptif

sumberdaya alam dan lingkungan. Bogor : IPB press

Rachmawati, yeni. 2010. Pengelolaan lingkungan belajar. Jakarta : kencana prenada media grup


(35)

Rosnenty, Raja. 2010. Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber

Belajar IPS Terhadap Penguasaan Konsep Dan Kepedulian Lingkungan Pada Peserta Didik Sekolah Dasar. Prodi IPS, UPI

Bandung..

Setiawan Iwan,2008. Isu-Isu Lingkungan Global, Jurnal Geografi, UPI Bandung.

Slameto, 1998.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta, Bina Aksara.

Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta

Sumaatmadja, Nursid.1996. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa

Keruangan. Bandung: Alumni.

Sumaatmadja, Nursid.1998. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara

Sumaatmadja, Nursid. 1998. Manusia dalam konteks sosial, budaya, dan

lingkungan hidup. Bandung : CV. Alfabeta.

Sumarmi, 2012. Model-model pembelajaran Geografi. Malang : Aditya Media Publishing

Uno, Hamzah. 2012. Metode pembelajaran PAILKEM. Bandung : CV.Alfabeta

UPI.2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.

Yani Ahmad. 2009. Media Pembelajaran untuk Pendidikan Lingkungan


(1)

Asti Nurlaela, 2013

Penerapan Lingkungan Sebagai Pembelajaran Geografi Dalam Menumbuhkan Sikap Dan Perilaku Keruangan Peserta Didik SMA Di Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4 0,255 Tidak

5 0,327 Valid

6 0,667 Valid

7 0,505 Valid

8 0,405 Valid

9 0,472 Valid

10 0,642 Valid

11 0,631 Valid

12 0,466 Valid

13 0,611 Valid

14 0,290 Tidak

15 0,568 Valid

Untuk item perilaku keruangan dengan 15 item pernyataan dapat dilihat nilai koefisien validitas antara 0,255 dan 0,667. Terdapat 13 item yang memiliki nilai koefisien validitas lebih besar dari nilai batas atau kriteria validnya suatu item yaitu 0,300. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 13 item tersebut sudah valid. Sedangkan terdapat 2 item yang memiliki nilai koefisien validitas lebih kecil dari nilai batas atau kriteria validnya suatu item yaitu 0,300. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 2 item tersebut tidak valid. Berikut ini hasil perhitungan koefisien reliabilitas.

Koefisien Reliabilitas

Titik

Kritis Keterangan


(2)

Asti Nurlaela, 2013

Penerapan Lingkungan Sebagai Pembelajaran Geografi Dalam Menumbuhkan Sikap Dan Perilaku Keruangan Peserta Didik SMA Di Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nilai koefisien reliabilitasnya (0,844) di atas standar yang ditetapkan yaitu 0,700. Nilai koefisien reliabilitasnya (0,844) menunjukkan kuesioner tersebut mempunyai keandalan yang baik dalam mengukur perilaku keruangan. Dengan demikian, kuesioner perilaku keruangan sudah layak dipergunakan untuk penelitian dengan membuang item yang tidak valid.


(3)

Asti Nurlaela, 2013

Penerapan Lingkungan Sebagai Pembelajaran Geografi Dalam Menumbuhkan Sikap Dan Perilaku Keruangan Peserta Didik SMA Di Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 KESIMPULAN

Hubungan antar variabel ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian telah terjawab dalam bab pembahasan dan hasil penelitian. Lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi memiliki hubungan langsung dan tidak langsung dalam menumbuhkan sikap dan perilaku keruangan peserta didik. Secara langsung, Lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap keruangan. Begitu juga dengan sikap keruangan memiliki hubungan langsung dengan perilaku keruangan.

Secara tidak langsung, lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap dan perilaku keruangan dengan dipengaruhi oleh kompetensi professional guru. Namun, pengaruh kompetensi professional guru tidak kuat dalam mempengaruhi peranan lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi terhadap sikap dan perilaku keruangan. Berdasarkan hal diatas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru yang diduga akan memiliki pengaruh yang besar terhadap sikap dan perilaku keruangan peserta didik dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi ternyata tidak terbukti. Masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku keruangan peserta didik selain menggunakan lingkungan sebagai sumber pembelajaran dengan melalui kompetensi profesional guru. Hal ini membuktikan teori hubungan antara sikap dan perilaku (teori postulat kontigensi tergantung) bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat tergantung pada situasional tertentu.

Lingkungan memiliki peranan dalam proses pembelajaran geografi yang menjadi salah satu hal yang cukup penting karena akan sangat mempengaruhi sikap dan perilaku keruangan peserta didik. Peserta didik diarahkan untuk berpikir tingkat tinggi dan juga berpikir kritis sehingga akan peka terhadap karakteristik ruang dimana mereka tinggal. Lingkungan sekolah merupakan faktor eksternal yang cukup berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan perilaku keruangan.


(4)

Asti Nurlaela, 2013

Penerapan Lingkungan Sebagai Pembelajaran Geografi Dalam Menumbuhkan Sikap Dan Perilaku Keruangan Peserta Didik SMA Di Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5.2 REKOMENDASI

Rekomendasi pertama ditujukan kepada pengambil kebijakan, rendahnya peranan lingkungan dalam membentuk sikap dan perilaku keruangan dapat dijadikan dasar dalam pembuatan kurikulum geografi yang mampu membentuk sikap dan perilaku keruangan.

Selanjutnya, rekomendasi ditujukan kepada sekolah untuk menata dengan baik lingkungan sekitarnya agar dapat dijadikan sebagai sumber belajar bagi peserta didik.

Rekomendasi untuk peneliti lain, terkait dengan penelitian ini. Peranan lingkungan sebagai sumber pembelajaran terhadap sikap dan perilaku keruangan rendah meskipun telah di dukung oleh kompetensi professional guru. Sehingga hal tersebut memberikan kesempatan peneliti lain untuk meneliti variabel lain yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku keruangan peserta didik.


(5)

Asti Nurlaela, 2013

Penerapan Lingkungan Sebagai Pembelajaran Geografi Dalam Menumbuhkan Sikap Dan Perilaku Keruangan Peserta Didik SMA Di Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, maman. Geografi perilaku suatu pengantar studi tentang

persepsi lingkungan. Jakarta : depdikbud

Arjana, gusti bagus. 2013. Geografi lingkungan. Jakarta : PT. raja grafindo persada

Asrori, mohamad. 2009. Psikologi pembelajaran. Bandung : CV. Wacana prima

Bintarto. 1975. Pengantar geografi pembangunan. Yogyakarta : fakultas geografi UGM

Dahar, ratna willis. 2006. Teori-teori belajar dan pembelajaran. Jakarta : Erlangga

Emzir, 2010. Metodologi penelitian pendidikan, Jakarta :Raja grafindo persada

Furqon, 2002. Statistika terapan untuk penelitian. Bandung : alfabeta

Hendriyani, Yeni. 2005. Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber

Belajar. Bandung: IPA UPI Bandung.

Jauhar Mohammad. 2011. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai

Konstruktivistik.Jakarta, Pustaka Karya.

Kusnendi, 2008. Model-Model Persamaan structural. Bandung : Alfabeta Kauchak, Donald. 2009. Methods for teaching. Yogyakarta : pustaka pelajar Keraf, sonny. 2010. Etika lingkungan hidup. Jakarta : kompas media

nusantara

Morgan, R.F. 1974, Education For The Environment. Longman

Purnomo, heri. 2012. Pemodelan dan simulasi untuk pengelolaan adaptif

sumberdaya alam dan lingkungan. Bogor : IPB press

Rachmawati, yeni. 2010. Pengelolaan lingkungan belajar. Jakarta : kencana prenada media grup


(6)

Asti Nurlaela, 2013

Penerapan Lingkungan Sebagai Pembelajaran Geografi Dalam Menumbuhkan Sikap Dan Perilaku Keruangan Peserta Didik SMA Di Kabupaten Majalengka

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rosnenty, Raja. 2010. Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber

Belajar IPS Terhadap Penguasaan Konsep Dan Kepedulian Lingkungan Pada Peserta Didik Sekolah Dasar. Prodi IPS, UPI

Bandung..

Setiawan Iwan,2008. Isu-Isu Lingkungan Global, Jurnal Geografi, UPI Bandung.

Slameto, 1998.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta, Bina Aksara.

Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta

Sumaatmadja, Nursid.1996. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa

Keruangan. Bandung: Alumni.

Sumaatmadja, Nursid.1998. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara

Sumaatmadja, Nursid. 1998. Manusia dalam konteks sosial, budaya, dan

lingkungan hidup. Bandung : CV. Alfabeta.

Sumarmi, 2012. Model-model pembelajaran Geografi. Malang : Aditya Media Publishing

Uno, Hamzah. 2012. Metode pembelajaran PAILKEM. Bandung : CV.Alfabeta

UPI.2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.

Yani Ahmad. 2009. Media Pembelajaran untuk Pendidikan Lingkungan