KONTRIBUSI PEMAHAMAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU KERUANGAN PESERTA DIDIK SMA NEGERI DI KOTA BANDUNG.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………...…… i

HALAMAN PERSETUJUAN ……….……….. iii

ABSTRAK ……….. iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERNYATAAN ...………. vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Definisi Operasional ... 12

F. Asumsi Penelitian ... 13

G. Hipotesis ... 14

H. Metode Penelitian ... 15

I. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 16

BAB II KAJIAN MATERI A. Landasan teori ... 17


(2)

1. Hakikat Geografi ... 17

2. Hakikat Peserta Didik ... 27

a. Pemahaman keruangan ... 29

b. Sikap keruangan ... 37

c. Perilaku Keruangan ... 42

B. Kerangka Pemikiran ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 49

B. Lokasi Penelitian ... 50

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 51

D. Variabel Penelitian ... 59

E. Intrumen Penelitian ... 60

1. Validitas ... 62

2. Reliabilitas ... 65

3. Daya Pembeda ... 67

4. Tingkat Kesukaran ... 68

F. Teknik Pengumpulan Data ... 71

G. Teknik Analisis Data ... 72

H. Alur Penelitian ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ... 75

1. Gambaran Umum Subjek penelitian ... 75

2. Deskripsi Hasil penelitian ... 80


(3)

iii

4. Uji Hipotesis ... 87

B. Pembahasan ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 100

1. Kesimpulan Umum ... 100

2. Kesimpulan Khusus ... 101

B. Rekomendasi ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Operasional pemahaman ... 37

3.1. Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Bandung Berdasarkan Rayon ... 51

3.2. Jumlah Peserta Didik SMAN Kota Bandung Kelas XI di Sekolah Sampel Tahun 2011 ... 57

3.3. Jumlah Sampel Peserta Didik SMA Kelas XI di Kota Bandung Tahun 2011 ... 58

3.4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 61

3.5. Hasil Validasi Soal ... 63

3.6. Hasil Validitas Kuesioner Sikap Keruangan ... 64

3.7. Hasil Validitas Kuesioner Perilaku keruangan ... 65

3.8 Interpretasi Daya Pembeda ... 68

3.9. Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 69

3.10. Ringkasan Uji Instrumen Penelitian ... 69

3.11. Pedoman Interpretasi Hubungan Antar variabel Penelitian ... 73

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 80

4.2. Distribusi Frekuensi Pemahaman Keruangan ... 81

4.3. Distribusi Frekuensi Sikap Keruangan ... 83

4.4. Distribusi Frekuensi Perilaku Keruangan ... 85

4.5. Uji Normalitas terhadap variabel Perilaku keruangan Peserta Didik ... 87

4.6. Hasil Uji Homogenitas terhadap Variabel Perilaku Keruangan ... 87

4.7. Korelasi Pemahaman dan Sikap terhadap Perilaku Keruangan Peserta Didik ... 88


(5)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Peta Administrasi Kota Bandung ... 7

2.1. Bagan Teori Tindakan Beralasan ... 41

2.2. Model Proses Motivasi Dasar ... 46

2.3. Model Konseptual Sederhana Tentang Manusia dan Persepsinya, Keputusan, dan Perilakunya dalam Ruang Menurut Gold ... 48

3.1. Peta Persebaran SMAN di Kota Bandung ... 53

3.2. Peta Persebaran Sampel Penelitian ... 55

3.3. Bagan Keterikatan Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... 60

3.4. Bagan Alur Penelitian ... 74

4.1. Histogram Pemahaman Keruangan ... 82

4.2. Histogram Sikap Keruangan ... 84


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Intrumen Penelitian ... 107

2. Validitas Pemahaman Keruangan (X1) ... 111

3. Validitas Sikap Keruangan (X2) ... 117

4. Validitas Perilaku Keruangan (Y) ... 121

5. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda ... 125

6. Uji Reliabilitas Spearmen Brown ... 127

7. Data Hasil Survei Pemahaman Keruangan (X1) ... 129

8. Data Hasil Survei Sikap Keruangan (X2) ... 137

9. Data Hasil Survei Perilaku Keruangan (Y) ... 145

10.Frekuensi Hasil Penelitian ... 152

11.SK Pembimbing ... 156


(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah antara perilaku peserta didik yang tidak efisien dalam menyikapi tata ruang Kota Bandung sehingga menjadi penting diteliti tentang kontribusi pemahaman dan sikap keruangan terhadap perilaku keruangan peserta didik SMA Negeri di Kota Bandung. Pada subpokok bahasan berikutnya, diajukan beberapa pertanyaan penelitian yang dimaksudkan agar penelitian ini menjadi fokus pada pokok permasalahan yang akan dibahas. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk peserta didik, guru dan peneliti selanjutnya, serta untuk dijadikan pertimbangan dan wacana bagi pengambil kebijakan.

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial saling membutuhkan, selalu berinteraksi satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya. Hal itu terjadi karena manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan, manusia melakukan mobilitas baik pergerakan fisik manusia, gagasan, maupun barang. Pada era globalisasi ini pergerakan tersebut tidak hanya lokalit, tapi juga antara desa dan kota, antarpulau bahkan antarbenua. Dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan mudah, interaksi global telah berjalan dengan cepat sehingga berdampak pada persaingan hidup di berbagai bidang.

Aplikasi ilmu pengetahuan, dapat menciptakan teknologi, menggunakan teknologi. Dampak positif dari penggunaan teknologi dapat dirasakan, antara lain di bidang (a) Pendidikan


(8)

berupa sarana komputer, laptop, kamus elektronik, infokus, internet, email, dan sebagainya. (b) Kedokteran berupa peralatan pendeteksi penyakit, alat penyembuhan elektronik, peralatan operasi, dan sebagainya. (c) Komunikasi berupa telepon genggam dengan berbagai fasilitas, internet, email, yahoo Massenger, satelit, dan sebagainya. (d) Olah raga berupa peralatan olah raga yang modern, dan praktis. (e) Kebumian berupa echo sounder, early warning system, satelit untuk mitigasi bencana dan sumberdaya alam, dan sebagainya.

Dampak positif dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah dirasakan oleh semua negara sehingga kemajuan di berbagai bidang terasa bermanfaat secara global. Jadi, globalisasi merupakan aplikasi dari IPTEK, dengan demikian tuntutan ilmu, wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap harus kuat karena tanpa kesiapan ilmu pengetahuan dan mental, globalisasi dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi negara-negara yang tidak siap menerima perubahan, terutama bagi negara berkembang. Jika kesiapan ini tidak kuat akan menimbulkan

culturalag atau culturalshock, oleh karena itu untuk menghindari dampak negatif tersebut diperlukan kemelekan pengetahuan dan teknologi. Konsekuensi dari semakin meningkatnya IPTEK sebagai sarana pemenuhan kebutuhan manusia adalah terjadinya eksploitasi sumberdaya alam berlebihan yang berdampak negatif bagi kehidupan manusia itu sendiri, seperti penggundulan hutan yang berdampak pada pemanasan global, banjir, longsor, banjir bandang, dan sebagainya, penggalian barang tambang yang berdampak pada kerusakan ekosistem lingkungan sekitarnya, penggunaan tenaga nuklir yang beresiko pada kebocoran nuklir yang sangat membahayakan kesehatan manusia, penggunaan bahan-bahan seperti freon dan Cloroflurocarbon (CFC) yang dapat menyebabkan berlubangnya lapisan ozon, pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak memperhatikan pada kelanjutan ketersediaan sumberdaya alam itu sendiri.

Untuk menjawab tantangan global dan dampaknya tersebut, dibutuhkan manusia yang berpendidikan, kreatif, inovatif sehingga memiliki skill untuk bersaing


(9)

3 secara global terutama dengan negara-negara maju. Hal itu sesuai dengan UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sejalan dengan fungsi pendidikan nasional tersebut, pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial mengemban tugas dalam menciptakan manusia yang memiliki kualitas, berpendidikan tinggi yang sertai dengan sikap dan perilaku yang dapat meningkatkan harkat martabat bangsa di mata dunia. Menurut . Maryani (2009) “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mempunyai tugas mulia dan menjadi fondasi penting bagi pengembangan intelektual, emosional, kultural, dan sosial peserta didik, yaitu mampu menumbuhkembangkan cara berfikir, bersikap, dan berperilaku yang bertanggungjawab selaku individu, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia”.

Dampak globalisasi terjadi akibat adanya interaksi antara manusia dan alam, oleh karena itu diperlukan ilmu pengetahuan berwawasan global dan relevan dengan masalah tersebut, yaitu mata pelajaran geografi. Menurut Maryani (2009: 42) : “Pemahaman tentang globalisasi dan kesiapan dalam menghadapi globalisasi perlu wawasan global. Semua itu dapat diperoleh dari permbelajaran geografi yang senantiasa melihat bumi sebagai objek materialnya, secara terintegrasi antara alam dan manusia”.

Geografi memiliki ruang lingkup kajian meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer, sehingga Geografi memiliki peranan penting untuk mengkaji masalah-masalah global. Dalam buku Geography for life (1994) yang dikutip dari Maryani (2009) terdapat empat alasan mengapa setiap orang ( termasuk peserta didik ) perlu mempelajari geografi, yaitu :


(10)

(1) Alasan Eksistensi (the existensial reason) : semua makhluk hidup termasuk didalamnya manusia yang hidup dalam satu planet biru yang kecil yaitu bumi. Manusia perlu memahami rumah dimana mereka hidup dan tinggal, geografi dapat memberikan pemahaman di mana mereka, bagaimana bumi itu, dengan segala potensi dan keterbatasannya. (2) Alasan etika (the ethical reason) : sampai saat ini atau sejauh yang kita ketahui, bumilah satu-satunya planet tempat tinggal manusia dapat hidup. Bumi adalah planet yang mudah rusak (fragile), demikian pula dengan kehidupan manusia tidaklah abadi. Geografi memberikan pengetahuan tentang bumi, baik secara fisik/alami maupun kehidupan yang ada didalamnya. Manusia dan alam mempunyai saling ketergantungan membentuk suatu system. Pengetahuan-pengetahuan itu menjadi dasar untuk mengembangkan minat dan etika bagaimana bumi/alam/lingkungan harus dimanfaatkan. (3) Alasan intelektual (the intellectual reason) : geografi mengembangkan imajinasi dan keterampilan berfikir. Keunikan dan keragaman muka bumi baik secara fisik maupun kehidupannya mendorong rasa ingin tahu, mengembangkan penemuan dan penelitian. Pemahaman tentang tempat-tempat di berbagai permukaan (parochialism) dan etnosentrisme. Dengan mengamati berbagai keragaman, keunikan, kesamaan, tempat dapat mengembangkan kecerdasan manusia dalam berperilaku dalam ruang/tempat, sehingga dapat mengambil suatu keputusan secara bijak. (4) Alasan praktis (the practical reason) : Pengetahuan tentang bumi, ruang, tempat dengan berbagai potensi dan kendalanya, dapat mengembangkan keterampilan dalam mengelola, memanfaatkan, dan mengambil suatu keputusan yang berhubungan dengan perilaku keruangan dan pengembangan wilayah, serta mampu memanfaatkan informasi-informasi geografi seperti daerah potensial dalam penyebaran penyakit, mengidentifikasi daerah pasar, pusat produksi, pusat pertumbuhan ekonomi, dan sebagainya.

Peranan Geografi yang berkaitan dengan masalah geosfer selaras dengan fungsi dan tujuan pembelajaran geografi yang berhubungan dengan aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Fungsi Pembelajaran Geografi berdasarkan kurikulum 2004 antara lain (a) Mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola keruangan dan proses yang berkaitan. (b) Mengembangkan keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan Geografi. (c) Menumbuhkan sikap, kesadaran, dan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan sumber daya serta toleransi terhadap keragaman sosial - budaya masyarakat. Sedangkan tujuan pembelajaran Geografi bagi peserta didik berdasarkan kurikulum KTSP tahun 2008 Mata pelajaran Geografi yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan memahami pola spasial, lingkungan dan kewilayahan serta proses yang berkaitan, peserta didik juga mampu menguasai keterampilan dasar dalam


(11)

5 memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikannya dan menerapkan pengetahuan geografi, serta dapat menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan memanfaatkan sumber daya alam secara arif dan memiliki toleransi terhadap keragaman budaya masyarakat.

Manusia sebagai penghuni planet bumi yang sampai saat ini diyakini satu-satunya planet yang dihuni oleh makhluk hidup, senantiasa mengalami pertumbuhan jumlah penduduk sedangkan luas permukaan bumi relatif tetap. Dengan disertai ilmu pengetahuan, kebutuhan dan kepuasan manusia selalu diusahakan agar terpenuhi, berupa ketersediaan sarana dan prasarana yang menyebabkan semakin banyaknya perubahan penggunaan lahan dari lahan alami menjadi hasil budaya berupa bangunan maupun eksploitasi dan ekplorasi sumber daya alam. Hal ini menyebabkan terganggunya keseimbangan alam.

Dampak globalisasi dalam ruang lingkup yang lebih kecil dirasakan oleh peserta didik berupa tantangan keruangan secara lokal, yaitu perubahan tata ruang di lingkungannya akibat dari pergerakan manusia dalam pemenuhan kebutuhannya. Perencanaan tata ruang sangat diperlukan untuk kenyamanan penduduknya, terutama ruang publik yang dapat menjadi daya tarik masyarakat untuk memanfaatkannya. Kepadatan penduduk berhubungan dengan pembangunan penataan ruang kota, karena pertumbuhan penduduk yang cepat akan mendorong pertumbuhan pembangunan sedangkan ruang kota sifatnya relatif tetap.

Geografi mengajarkan bagaimana beradaptasi dengan perubahan-perubahan di permukaan bumi, dalam hal ini perubahan tata ruang kota. Tata ruang kota, dalam penelitian ini memfokuskan tata ruang kota di Kota Bandung yang diperuntukan sebagai lokasi ruang publik seperti tempat perbelanjaan, taman kota, mall dan sarana hiburan kota yang merupakan ruang publik yang banyak diminati oleh masyarakat,


(12)

khususnya peserta didik. Letak, jarak, dan keterjangkauan pada lokasi ruang publik akan sangat berpengaruh terhadap minat peserta didik untuk menggunakan ruang publik tersebut. Ruang publik akan menjadi tempat yang dituju oleh peserta didik setelah melaksanakan rutinitas sekolah setiap harinya. Pemilihan lokasi ruang publik akan berhubungan dengan konsep ruang berupa lokasi, jarak dan keterjangkauan. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman konsep ruang bagi peserta didik dalam aplikasi perilaku keruangan. Disisi lain, sistem pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran geografi, masih berfokus pada pembelajaran untuk transfer pengetahuan dan belum sampai pada internalisasi aplikasi pemahaman konsep dalam perilaku keruangan peserta didik.

Kota Bandung merupakan suatu wilayah yang memiliki pertumbuhan pembangunan yang lebih cepat dibandingkan wilayah sekitarnya dan mempengaruhi pembangunan di wilayah sekitarnya. Jadi, Bandung merupakan pusat pertumbuhan, karena Kota Bandung merupakan Ibu Kota Jawa Barat. Sebagai pusat pemerintahan tingkat propinsi, Kota Bandung menjadi daya tarik urbanisasi penduduk. Oleh karena itu dalam penelitian ini Kota Bandung dijadikan lokasi penelitian karena Kota Bandung sebagai Ibukota Propinsi Jawa Barat menjadi pusat pertumbuhan. Kota Bandung secara administrasi memiliki luas 16.730 ha. Secara administrasi wilayah Kota bandung digambarkan pada peta berikut ini :


(13)

7 Gambar 1.1 : Peta Administrasi Kota Bandung


(14)

Kota Bandung sebagai pusat pertumbuhan menjadi daya tarik penduduk luar daerah maupun luar pulau untuk datang ke Kota Bandung, hal itu menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk baik dari kelahiran maupun pendatang dari luar daerah yang menambah beban Kota Bandung, sehingga berdampak pula pada tuntutan untuk membangun sarana dan prasarana publik, berupa jalan, perumahan, pasar, mall, sarana olah raga, sarana rekreasi, taman kota dan sebagainya, dengan demikian Kota Bandung mengalami perubahan tata ruang yang cukup cepat. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk maka meningkat pula aktivitas masyarakat, hal ini menyebabkan kemacetan lalu lintas yang berdampak pada (1) Waktu tempuh perjalanan ke tempat tujuan menjadi lebih lama sehingga terjadi pemborosan waktu yang sia-sia. (2) Pemborosan penggunaan bahan bakar. (3) Meningkatnya polusi udara. (4) Kerugian dan pemborosan biaya distribusi bagi dunia industri, bisnis, perdangangan dan sebagainya. (5) Secara psikologis, dapat menambah tingkat emosi seseorang. Oleh karena itu, dalam pemanfaatan sarana dan prasarana, diperlukan kecerdasan keruangan agar perilaku peserta didik dilihat dari aspek lokasi, jarak dan keterjangkauan menjadi efektif sehingga hemat dalam memanfaatkan waktu maupun biaya. Agar menciptakan peserta didik yang memiliki kecerdasan keruangan, dalam tujuan standar kompetensi Geografi yang pertama di kelas X pada silabus KTSP yaitu memahami konsep, pendekatan, prinsip dan aspek geografi. Permasalahan yang terjadi di lapangan adalah kendala waktu pembelajaran yang singkat , yaitu satu jam pelajaran setiap minggunya atau hanya 45 menit, guru harus mampu mengadakan proses pembelajaran sampai standar kompetensi tersebut tercapai, hal ini menjadi tantangan bagi guru geografi di tingkat SMA, oleh karena itu kemampuan pemahaman keruangan peserta didik dan sejauhmana aplikasi pemahaman keruangan peserta didik menjadi daya tarik untuk diteliti.


(15)

9 Perilaku keruangan peserta didik tidak hanya dipengaruhi oleh pemahaman keruangan tetapi dipengaruhi pula oleh sikap, karena sikap merupakan kecenderungan berperilaku pada seseorang. Sikap peserta didik mendapat pengaruh internal maupun eksternal. Dasar mental sebagai salah satu pembentuk sikap menurut Sumatmadja (1997: 1), meliputi : dorongan ingin tahu (sense of curiosity), minat (sense of interest), dorongan ingin melihat kenyataan (sense of reality), dorongan ingin menemukan sendiri hal-hal dan gejala-gejala dalam kehidupan (sense

of discovery). Para psikolog kognitif menitikberatkan pada perubahan internal yang

kemudian dapat menyebabkan perubahan dalam berperilaku. Perubahan internal terjadi melalui proses pembelajaran. Menurut Winkel (1996: 354) “Belajar di sekolah menghasilkan perubahan pada peserta didik ; perubahan itu meliputi hal-hal yang bersifat internal seperti pemahaman dan sikap, serta mencakup mencakup hal yang bersifat eksternal, seperti keterampilan motorik”.

Secara psikologis, peserta didik tingkat SMA memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dalam mengenal lebih jauh jatidirinya dengan menyalurkan energinya berupa aktivitas selain sekolah di luar jam sekolah, berupa berkumpul dengan temannya, berbelanja, olah raga, rekreasi kota dan sebagainya dengan menggunakan fasilitas berupa sarana publik. Kegiatan tersebut termasuk kedalam perilaku keruangan.

Seberapa jauh kontribusi pemahaman keruangan dan sikap terhadap perilaku keruangan peserta didik Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Bandung menjadi daya tarik untuk meneliti permasalahan ini, maka dalam penelitian ini diberi judul : “Kontribusi Pemahaman dan Sikap terhadap Perilaku Keruangan Peserta Didik SMA Negeri di Kota Bandung”


(16)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ingin dipecahkan melalui penelitian ini dikemukakan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimanakah pemahaman keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung? b. Bagaimanakah sikap keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung?

c. Bagaimanakah perilaku keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung? d. Berapa besar kontribusi pemahaman terhadap perilaku keruangan peserta

didik SMAN di Kota Bandung ?

e. Berapa besar kontribusi sikap terhadap perilaku keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Menganalisis pemahaman keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung. b. Menganalisis sikap peserta didik SMAN di Kota Bandung terhadap tata ruang

Kota Bandung.

c. Mengidentifikasi perilaku keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung. d. Menganalisis kontribusi pemahaman keruangan terhadap perilaku keruangan

peserta didik SMAN di Kota Bandung.

e. Menganalisis kontribusi sikap keruangan terhadap perilaku keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung.


(17)

11

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas, manfaat hasil penelitian diharapkan sebagai berikut :

a. Bagi peserta didik diharapkan :

1) Meningkatkan pemahaman keruangan peserta didik.

2) Peserta didik dapat mengaplikasikan pemahaman keruangan terhadap perilaku keruangannya.

3) Peserta didik memiliki kematangan dalam mengambil keputusan untuk melakukan pergerakan aktivitas sehingga membentuk perilaku keruangan.

4) Dengan aplikasi pemahaman keruangan terhadap perilaku keruangan peserta didik, diharapkan setiap aktivitas peserta didik menjadi efektif. b. Bagi guru dan peneliti selanjutnya diharapkan :

1) Bermanfaat sebagai bahan dan sumber belajar dalam pengembangan pembelajaran geografi.

2) Guru dapat mengevaluasi perilaku keruangan peserta didik yang secara psikologis dapat memahami karakter dan sikap peserta didik.

3) Bermanfaat sebagai bahan dan wacana pengembangan penelitian lebih lanjut.

c. Bagi pengambil kebijakan diharapkan :

1) Pengambil kebijakan dapat memahami pola penggunaan sarana publik oleh peserta didik SMAN di Kota Bandung.

2) Bermanfaat sebagai wacana bagi perencanaan dan pengembangan tata ruang kota Bandung, khususnya ruang publik.


(18)

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

Pemahaman adalah suatu proses mental terjadinya adaptasi dan transformasi ilmu pengetahuan (Gardner, 1999). Dalam penelitian ini pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman keruangan, dengan tendesinya pada pemahaman konsep keruangan. Pemahaman keruangan adalah kemampuan siswa dalam domain kognitif yang terutama berkenaan dengan pengertian, interpretasi dan aplikasi konsep ruang.

Keruangan merupakan terjemahan dari spatial yang berarti mengenai tempat atau mengenai ruang , yang dimaksud dengan ruang adalah bagian permukaan bumi yang meliputi daratan (litosfer), air (hidrosfer) dan lapisan udara (atmosfer), (Sumaatmadja, 1988:11). Lebih lanjut yang dimaksud ruang menurut Norris dan Haring (1980: 5) “Terrestrial space refers to the three dimensional area centered

on the earth’s surface in which all material things are cantained”. Aspek

keruangan dalam penelitian ini meliputi : Lokasi, Jarak, dan Keterjangkauan. Keruangan yang dimaksudkan penulis dalam penelitian ini adalah suatu keadaan tata ruang yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik SMAN di Kota Bandung. Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek (Notoatmodjo, 2007: 142). Sikap keruangan merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap dinamika tata ruang yang ada di lingkungannya.

Perilaku adalah segala tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,


(19)

13 tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, bermain, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007: 133).

Perilaku keruangan adalah tanggapan yang mencakup perasaan dan pikiran yang

kemudian memunculkan tindakan atau perilaku dalam kaitannya dengan ruang melalui suatu proses pengalaman tertentu ( Barliana, 2008), sedangkan yang dimaksud dengan perilaku keruangan dalam penelitian ini adalah tindakan yang mencakup kegiatan berkumpul, bermain dan belanja.

Peserta didik menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 pasal 1 Tahun 1989 adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

F. Asumsi Penelitian

Lokasi, jarak dan keterjangkauan merupakan unsur – unsur keruangan yang ada di lingkungan kehidupan sehari-hari masyarakat, dimana segala aktivitasnya selalu berhubungan dengan unsur-unsur tersebut. Dengan padatnya penduduk dan tingginya aktivitas penduduk, terutama di kota, maka diperlukan kecerdasan ruang agar dalam melakukan aktivitasnya tidak terganggu oleh masalah lalu lintas berupa kemacetan yang dapat menghabiskan waktu sia-sia dan menyebabkan pula tingginya polusi udara sehingga dapat menganggu kesehatan. Agar aktivitas masyarakat lebih efisien dan efektif diperlukan kecerdasan ruang dalam pemilihan lokasi beraktivitas.

Dalam penelitian ini memfokuskan objek penelitian kepada peserta didik, karena kecerdasan keruangan dapat diperoleh melalui pendidikan. Geografi merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang konsep ruang, sehingga melalui


(20)

proses pembelajaran geografi peserta didik dapat memahami tentang keruangan. Dengan pemahaman keruangan tersebut, diharapkan peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperolehnya sehingga dapat mengatasi masalah keruangan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Dipilihnya Kota Bandung sebagai lokasi penelitian, karena Kota bandung merupakan ibu kota provinsi yang menjadi pusat pertumbuhan sehingga aktivitas masyarakatnya lebih tinggi dibandingkan kota sekitarnya. Dengan demikian sangat berpotensi timbulnya masalah keruangan.

G. Hipotesis Penelitian

Perilaku merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Setiap tindakan manusia selalu didasarkan oleh suatu alasan, hal itu sesuai dengan teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein yang mengemukakan bahwa sikap mempengaruhi suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan. Teori ini didasarkan atas tiga asumsi, pertama; bahwa manusia umumnya melakukan sesuatu dengan cara-cara yang masuk akal, kedua; bahwa manusia dalam melakukan sesuatu mempertimbangkan semua informasi yang diketahuinya, ketiga; bahwa secara eksplisit maupun implisit manusia memperhitungkan implikasi dari tindakan yang mereka lakukan. Terkait dengan penelitian ini, asumsi tersebut dapat menjadi dasar hipotesis bahwa peserta didik dalam berperilaku keruangan mempertimbangkan pengetahuannya tentang keruangan yang mereka peroleh ketika dalam pembelajaran geografi di kelas, kemudian dengan pemahaman keruangan tersebut peserta didik melakukan aktifitasnya di luar sekolah dengan mengambil sikap


(21)

15 untuk mempertimbangkan perilakunya dengan unsur-unsur lokasi, jarak, dan keterjangkauan.

Adapun hipotesis yang akan penulis ajukan pada penelitian ini, adalah : a. Ho = “Tidak terdapat kontibusi antara pemahaman terhadap perilaku

keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung”.

Hi = ”Terdapat kontribusi antara pemahaman terhadap perilaku keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung”.

b. Ho = “Tidak terdapat kontribusi antara sikap terhadap perilaku keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung”.

Hi = ”Terdapat kontribusi antara sikap terhadap perilaku keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung”.

H. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa koesioner penelitian dan tes. Pengumpulan informasi diambil dari sampel peserta didik SMAN di Kota Bandung yang diwakili oleh masing-masing dua sekolah dari setiap rayon yang ada di Kota Bandung, sehingga seluruhnya terdiri dari 10 sekolah. Teknik pengolahan data dengan menggunakan pendekatan kuantatif, sedangkan teknik analisis dengan menggunakan deskriptif analisis. Instrumen penelitian terdiri dari dua variabel bebas (X1 dan X2) dan satu variabel terikat (Y).


(22)

I. Lokasi dan Sampel Penelitian

Kota Bandung dipilih sebagai lokasi penelitian. Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Kota Bandung sebanyak 27 SMAN. Penelitian ini mengkaji tentang keruangan sehingga pemilihan SMAN dipilihn berdasarkan lokasi pembagian rayon. Pemisahan lokasi berdasarkan rayon di Kota Bandung menjadi 5 rayon, yaitu rayon utara, rayon timur, rayon barat, rayon selatan, dan rayon tenggara. Setiap rayon dipilih 2 sekolah sehingga total sekolah yang dijadikan sampel menjadi 10 sekolah. Sampel diambil dari peserta didik di kelas XI pada setiap sekolah yang dipilih tersebut.


(23)

49

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dibahas mengenai metode penelitian yang digunakan serta alasan digunakannya metode tersebut. Pada subpokok bahasan selanjutnya dijelaskan asumsi dari pemilihan lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian yang digambarkan pada peta, intrumen penelitian, teknik penelitian yang digunakan dan disertai alasan dari penggunaan teknik tersebut, serta analisis penelitian dengan menyajikan rumus-rumus yang digunakan dalam penelitian ini.

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei karena pengambilan data dengan cara mengumpulkan informasi dari sampel peserta didik berdasarkan pengetahuan, sikap, dan pengalamannya sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan tes. Setelah data diperoleh kemudian diolah secara statistik kemudian hasilnya dijelaskan secara deskriptif dan pada akhir penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis. Menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif. Sugiyono (2009:11) menyatakan bahwa penelitian asosiatif adalah penelitian yang mencari hubungan antar satu atau beberapa variabel dengan variabel lainnya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam mencari data dari populasi


(24)

dan sampel, karena hasil dari penelitian ini yang berupa angka-angka akan diolah secara statistik.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di kota Bandung, dengan asumsi :

1. Bandung merupakan Ibu Kota Propinsi Jawa Barat dengan morfologi yang datar sehingga menjadi daya tarik urbanisasi penduduk, tidak hanya satu propinsi tetapi menjadi daya tarik penduduk secara nasional. Dengan demikian tingkat pertumbuhan penduduk menjadi tinggi dan menyebabkan tingkat aktivitas penduduk menjadi tinggi, hal ini mendorong pembangunan kota yang cepat di berbagai aspek.

2. Bandung yang memiliki pembangunan kota yang cepat memerlukan perencaaan tata ruang kota yang matang karena tuntutan pembangunan harus memiliki penempatan yang sesuai dengan perencanaan tata ruang wilayah. Pembangunan tata ruang yang cepat tersebut menjadi daya tarik penelitian karena akan menciptakan pola aktivitas penduduk yang disebut dengan perilaku ruang.

3. Bandung merupakan kota pendidikan. Pembangunan kota Bandung yang dilengkapi oleh berbagai sarana menjadi menimbulkan minat peserta didik untuk memilih lokasi aktivitasnya. Hal ini menjadi daya tarik untuk dilakukan penelitian tentang perilaku peserta didik SMAN di Kota Bandung.


(25)

51

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang dalam penelitian ini menggunakan area sampling (Cluster Sampling). Menurut Sugiyono (2007: 65) “teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas”. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu menentukan daerah yang akan diteliti, kemudian tahap kedua menentukan obyek yang akan diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMA Negeri di kota Bandung yang terdiri dari 27 SMA. Berikut daftar SMAN di Kota Bandung :

Tabel 3.1

Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Bandung Berdasarkan Rayon

No Nama Sekolah Alamat Rayon

1 SMA Negeri 1 Jl. Ir. Juanda 39

Bandung Utara 2 SMA Negeri 3 Jl. Belitung 8

3 SMA Negeri 5 Jl. Belitung 8

4 SMA Negeri 14 Jl. Yudhawastu Pramuka IV 5 SMA Negeri 19 Jl. Dago Pojok

6 SMA Negeri 20 Jl. Citarum 213 7 SMA Negeri 2 Jl. Cihampelas 173

Bandung Barat 8 SMA Negeri 4 Jl. Gardujati 20

9 SMA Negeri 6 Jl. Pasirkaliki 151 10 SMA Negeri 9 Jl. LMU Suparmin 11 SMA Negeri 13 Jl. Raya Cibeureum 52 12 SMA Negeri 15 Jl. Sarimanis I


(26)

No Nama Sekolah Alamat Rayon 13 SMA Negeri 10 Jl. Cikutra 77

Bandung Timur 14 SMA Negeri 16 Jl. Mekarsari 81

15 SMA Negeri 24 Jl. Raya Ujungberung 27 16 SMA Negeri 26 Jl. Sukaluyu desa Cibiru 17 SMA Negeri 27 Jl. Usman Bin Afan 18 SMA Negeri 7 Jl. Lengkong Kecil 53

Bandung Selatan 19 SMA Negeri 11 Jl. Kembar Baru 23

20 SMA Negeri 17 Jl. Caringin Bbk Ciparay 21 SMA Negeri 18 Jl. Madesa Situgunting 22 SMA Negeri 8 Jl. Selontongan 3

Bandung Tenggara 23 SMA Negeri 12 Jl. Sekejati Kiaracondong

24 SMA Negeri 21 Jl. Rancasawo Ciwastra 25 SMA Negeri 22 Jl. Rajamatri Kulon 17A 26 SMA Negeri 23 Jl. Malangbong Raya 27 SMA Negeri 25 Jl. Batu Raden VII no 21


(27)

53

Gambar 3.1. Peta Persebaran SMAN di Kota Bandung

5


(28)

Berdasarkan peta di atas, dapat terlihat secara geografis SMA-SMA Negeri di Kota Bandung terbagi ke dalam lima rayon, yaitu rayon Bandung utara, rayon Bandung timur, rayon Bandung barat, rayon Bandung selatan, dan rayon Bandung tenggara. Pengambilan sampel disesuaikan dengan pembagian rayon, hal ini didasarkan karena penelitian ini berkaitan dengan keruangan. Sampel peserta didik diambil berdasarkan pembagian rayon di Kota Bandung tersebut, antara lain:

1. Bandung Utara, diwakili oleh SMAN 19 dan 20 Bandung.

2. Bandung Timur, diwakili oleh SMAN 10 dan SMAN 16 Bandung. 3. Bandung Barat, diwakili oleh SMAN 4 dan 9 Bandung.

4. Bandung Selatan, diwakili oleh SMAN 11 dan SMAN 17 Bandung. 5. Bandung Tenggara, diwakili oleh SMAN 22 dan SMAN 25 Bandung.

Peta persebaran sampel SMAN di Kota Bandung disajikan pada peta 3.2 berikut ini :


(29)

55

Gambar 3.2. Peta Persebaran Sampel Penelitian

5


(30)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI pada SMA Negeri di Kota Bandung. Pengambilan sampel peserta didik kelas XI didasarkan pada :

1. Berdasarkan perkembangan psikologi individu Piaget, perserta didik di bangku SMA berada pada periode operasional formal, dimana peserta didik telah memiliki kemampuan mengoperasionalkan kaidah-kaidah formal sehingga khususnya dalam perilaku keruangan, mereka telah menggunakan pertimbangan pemahamannya terhadap materi keruangan yang telah diberikannya dalam pembelajaran geografi.

2. Peserta didik mendapat materi konsep keruangan pada waktu kelas X dan kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, setelah satu tahun mengaplikasikannya maka cukup untuk menjadi objek penelitian.

3. Peserta didik telah berada pada usia cukup untuk memiliki SIM sehingga berkeleluasaan berperilaku keruangan dengan beraktivitas di luar sekolah dengan membawa kendaraan sendiri.

Dengan pertimbangan tersebut, selanjutnya peneliti mendata jumlah peserta didik kelas XI dari sepuluh sampel sekolah sebagai berikut :


(31)

57

Tabel 3.2

Jumlah Peserta Didik SMAN Kelas XI di Sekolah Sampel Bandung Tahun 2011

No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik

1 SMA Negeri 4 332

2 SMA Negeri 9 410

3 SMA Negeri 10 446

4 SMA Negeri 11 412

5 SMA Negeri 16 480

6 SMA Negeri 17 335

7 SMA Negeri 19 410

8 SMA Negeri 20 296

9 SMA Negeri 22 401

10 SMA Negeri 25 320

JUMLAH 3842

Sumber : Data hasil survei

Rumus untuk menghitung populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut :

s =

². . .

². .

² dengan dk = 1, taraf tingkat kesalahan bisa 1%, 5%, 10% P = Q = 0,5

d = 0,05


(32)

Berdasarkan penggunaan rumus tersebut, dengan jumlah populasi sebesar 3842 peserta didik maka di dapat hasil jumlah sampel 319 peserta didik. Kemudian untuk memudahkan dalam pengumpulan data dengan jumlah sampel 319 tersebut, maka ditentukan jumlah masing-masing sampel dari setiap SMAN di Kota Bandung secara proporsional dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

= Dimana:

ni = Jumlah sampel menurut stratum n = Jumlah sampel keseluruhannya Ni = Jumlah populasi menurut stratum N = Jumlah populasi seluruhnya

Tabel 3.3

Jumlah Sampel Peserta Didik SMAN Kelas XI di Kota Bandung Tahun 2011

No Nama Sekolah Penentuan

Sampel

Jumlah Siswa

1 SMA Negeri 4 332/3842 x 319 28

2 SMA Negeri 9 410/3842 x 319 34

3 SMA Negeri 10 446/ 3842 x 319 37

4 SMA Negeri 11 412/ 3842 x 319 34

5 SMA Negeri 16 480/3842 x 319 40

6 SMA Negeri 17 335/3842 x 319 28

7 SMA Negeri 19 410/ 3842 x 319 34


(33)

59

No Nama Sekolah Penentuan

Sampel

Jumlah Siswa

9 SMA Negeri 22 401/3842 x 319 33

10 SMA Negeri 25 320/3842 x 319 26

JUMLAH 319

Sumber : Data hasil survei

D. Variabel Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diteliti, berikut ini penulis memperjelas variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian ini. Variabel bebas yang diangkat dalam penelitian ini diambil berdasarkan pemikiran bahwa variabel tersebut akan memiliki kontribusi terhadap variabel terikat. Untuk lebih jelasnya variabel-variabel dalam penelitian ini dirinci sebagai berikut:

1. Variabel Independen sering disebut variabel bebas, stimulus, prediktor adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu pemahaman keruangan (X1) dan sikap keruangan (X2).

2. Variabel Dependen sering juga disebut variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel independen. Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini yaitu perilaku keruangan (Y). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut:


(34)

Variabel Bebas ( X1) Pemahaman Keruangan

Variabel Y Perilaku Keruangan Variabel (X2)

Sikap Keruangan

Gambar 3.3. Bagan Keterikatan Variabel Bebas dan Variabel Terikat

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga instrumen pengukur, yaitu pemahaman keruangan (X1), sikap keruangan (X2), dan perilaku keruangan (Y). Dalam instrumen penelitian ini ditentukan indikator dan aspek setiap variabelnya yaitu :

1. Pemahaman keruangan (X1)

Indikator pemahaman terdiri dari: translasi, interpretasi dan ekstrapolasi. Sedangkan aspek yang akan diteliti tentang keruangan, dibatasi pada aspek lokasi, jarak, dan keterjangkauan.

2. Sikap keruangan (X2)

Indikator sikap keruangan yang maksud adalah perasaan mendukung

(favourable) terhadap tata ruang dan perasaan tidak mendukung

(unfavourable) terhadap tata ruang. Aspek tata ruang yang akan diteliti pada

penelitian ini, dibatasi pada pemilihan lokasi berdasarkan jarak dan keterjangkauan.


(35)

61

3. Perilaku keruangan (Y)

Indikator perilaku peserta didik adalah pemilihan lokasi berdasarkan jarak dan keterjangkauan dalam beraktivitas. Aspek yang diteliti adalah intensitas aktivitas peserta didik dalam pemilihan lokasi berdasarkan jarak dan keterjangkauan.

Rancangan instrumen dijabarkan berdasarkan kisi-kisi pada tabel 3.4 berikut ini :

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No Variabel Indikator Aspek No Soal

1 Pemahaman Keruangan Translasi Interpretasi Ekstrapolasi Lokasi Jarak Keterjangkauan 1,2,3,6,7,11,13 5,8,9,17,19,20 4,10,12,14,15,16,18 2 Sikap

Keruangan Mendukung (positif) Menolak (negatif) Pemilihan Lokasi berdasarkan jarak Pemilihan Lokasi berdasarkan keterjangkauan 1,3,5,7,9 2,4,6,8,10

3 Perilaku Keruangan Aktivitas pemilihan lokasi berdasarkan jarak Intensitas kegiatan peserta didik dalam pemilihan lokasi berdasarkan jarak 1,4,5,6,7,8,10,11


(36)

Aktivitas pemilihan lokasi berdasarkan keterjangkauan Intensitas kegiatan peserta didik dalam pemilihan lokasi berdasarkan jarak keterjangkauan 2,3,9,12,13,14,15

Selanjutnya instrumens tersebut diuji validitas dengan cara menganalisis tingkat kesukaran dan daya pembeda serta reliabilitasnya.

1. Validitas

a. Pemahaman Keruangan

Uji validitas pemahaman keruangan dilakukan untuk mengetahui ukuran kesahihan butir soal yang digunakan sebagai instrumen untuk mengambil data pada saat penelitian. Uji ini sangat penting agar diperoleh data yang valid pada saat penelitian. Menurut Arikunto (2006:168) validitas tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Untuk mengetahui validitas item dari tes, digunakan teknik kolerasi “Pearson’s Product Moment”.

Adapun rumusannya sebagai berikut :

(((( ))))(((( ))))

((((

)))) (((( ))))

{{{{

2 2

}}}}

{{{{

((((

2

)))) (((( ))))

2

}}}}

xy y y n x x n y x y x n r

−−−− −−−− −−−− ====

(Sugiyono, 2007: 228) dengan : rxy = koefisien kolerasi antara variabel x dan y


(37)

63

x = skor peserta didik pada butir item yang diuji validitasnya y = skor total yang diperoleh peserta didik

Validitas soal pemahaman keruangan yang telah dilakukan terhadap 140 peserta didik disajikan pada tabel 3.6 sebagai berikut :

Tabel 3.5. Hasil Validasi Soal

No No Item r hitung r tabel Keterangan

1. 1 0,456 0,167 Valid

2. 2 0,230 0,167 Valid

3. 3 0,288 0,167 Valid

4. 4 0,306 0,167 Valid

5. 5 0,315 0,167 Valid

6. 6 0,368 0,167 Valid

7. 7 0,446 0,167 Valid

8. 8 0,337 0,167 Valid

9. 9 0,071 0,167 Tidak Valid

10. 10 0,171 0,167 Valid

11. 11 0,431 0,167 Valid

12. 12 0,380 0,167 Valid

13. 13 0,385 0,167 Valid

14. 14 0,220 0,167 Valid

15. 15 0,407 0,167 Valid

16. 16 0,336 0,167 Valid

17. 17 0,242 0,167 Valid

18. 18 0,346 0,167 Valid

19. 19 0,134 0,167 Tidak Valid

20. 20 0,417 0,167 Valid

Sumber : diolah dari data primer

Hasil perhitungan untuk validitas soal, menunjukan hanya terdapat dua soal yang tidak valid, yaitu nomor 9 dan 19. Soal yang tidak valid, tidak


(38)

layak untuk diujicobakan, oleh karena dua nomor tersebut di buang. Sehingga jumlah soal uji instrumen untuk variabel X1 menjadi 18 soal.

b. Sikap Keruangan

Uji validitas untuk variabel sikap keruangan (X2) menggunakan koefisien produk moment. Setelah diolah melalui program SPSS versi 16. Berdasarkan hasil uji validitas untuk variabel sikap keruangan (X2) dinyatakan semua valid karena lebih kecil dari 0,713 sehingga instrumen variabel X2 tetap 10 soal. Berikut tabel hasil validitas sikap keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung :

Tabel 3.6. Hasil Validitas Kuesioner Sikap Keruangan

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

y1 18.8857 7.296 .544 .654

y2 18.0429 7.423 .515 .661

y3 18.5714 8.304 .277 .710

y4 18.5071 8.611 .221 .712

y5 18.7357 7.520 .454 .674

y6 y7 y8 18.0643 18.5624 18.0520 7.543 8.314 7.547 .404 .288 .410 .686 .701 .688

y9 18.3500 7.711 .389 .689

y10 17.9929 7.834 .430 .680

Sumber : diolah dari data primer

c. Perilaku keruangan

Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan produk moment untuk variabel perilaku keruangan (Y) dinyatakan semua valid karena cronbach alpha lebih kecil dari 0,717 sehingga instrumen variabel Y tetap 15.


(39)

65

Berikut tabel hasil validitas perilaku keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung :

Tabel 3.7. Hasil Validitas Kuesioner Perilaku keruangan

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

y1 31.1357 11.571 .475 .678

y2 30.9286 13.261 .289 .715

y3 30.8429 12.349 .346 .699

y4 30.8786 12.539 .304 .705

y5 31.7143 12.637 .258 .713

y6 y7 30.8000 31.6143 12.017 12.537 .362 .240 .697 .710

y8 30.9286 12.038 .416 .688

y9 30.8286 11.798 .531 .673

y10 y11 y12 y13 31.1071 30.7276 31.1987 31.1828 11.492 11.780 11.300 12.225 .494 .520 .510 .312 .675 .670 .681 .698

y14 31.2143 12.472 .286 .709

y15 31.1214 12.597 .324 .702

Sumber : diolah dari data primer

2. Reliabilitas

a. Pemahaman Keruangan

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan suatu perangkat tes yang digunakan sebagai instrumen pada suatu penelitian. Suatu perangkat tes yang baik merupakan perangkat yang menghasilkan skor yang tidak berubah-ubah atau ajeg. Menurut Syambasri (2001: 58) reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten (tidak berubah-ubah).


(40)

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan Uji Spearman Brown menunjukkan nilai r hitung sebesar 0,393 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), dapat disimpulkan data tersebut sudah reliabel.

b. Sikap keruangan

Dalam penelitian ini, untuk menentukan reliabilitas sikap keruangan digunakan rumus alpha cronbach sebagai berikut :

        −       −

=

2

2 11 1 1 t i n n r σ σ

(Arikunto, 2003: 109) dengan :

11

r = koefisien reliabilitas perangkat tes

2

i

σ = jumlah varians skor tiap-tiap item

2

t

σ = varians total n = jumlah siswa

Menurut Kusnendi (2008:111) bahwa “apabila koefisien reliabilitas konstruk tidak kurang dari 0,70 diindikasikan model pengukuran variabel laten reliabel”. Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan Program SPSS versi 16 menunjukkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,713, karena nilai tersebut lebih besar dari 0,70 (0,713 > 0,70) dapat disimpulkan data tersebut sudah reliabel.

c. Perilaku Keruangan

Uji validitas untuk variabel perilaku keruangan (Y) menggunakan koefisian alpha cronbach. Setelah diolah melalui program SPSS versi 16


(41)

67

menunjukan nilai cronbach alpha sebesar 0,717, karena nilai tersebut lebih besar dari 0,70 (0,717 > 0,70) dapat disimpulkan data tersebut sudah reliabel.

3. Daya Pembeda

Uji daya pembeda dilakuan untuk mengetahui kemampuan suatu soal untuk membedakan antara kemampuan peserta didik pada kelompok atas (peserta didik berkemampuan tinggi) dan kemampuan peserta didik pada kelompok bawah (peserta didik berkemampuan rendah). Arikunto (1991: 213) mengemukakan bahwa daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dan peserta didik yang bodoh (berkemampuan rendah). Untuk menghitung daya pembeda tiap item soal, menggunakan rumus:

% 100

x I

S S DP

A B

A

= (Karno, 1996: 15)

keterangan :

DP = indek daya pembeda item satu butir soal tertentu SA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah SB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = jumlah skor ideal salah satu kelompok atas atau bawah

Nilai daya pembeda (DP) yang diperoleh, kemudian diinterpretasikan pada kategori berikut ini :


(42)

Tabel 3.8. Interpretasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Kriteria

Negatif - 0,20 Dibuang 0,20 - 0,30 Revisi

0,30 – 0,40 Cukup Baik

DP > 0,40 Baik

4. Tingkat Kesukaran

Uji tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal, uji ini penting agar dalam suatu perangkat soal tidak didominasi oleh soal mudah atau sukar saja. Arikunto (1991: 210) menyatakan bahwa bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Selanjutnya Karno (1999: 16) menjelaskan untuk menghitung taraf kemudahan dipergunakan rumus :

% 100 x I I

S S TK

B A

B A

+ +

= (Karno, 1996 : 16) dengan : St = jumlah skor kelompok atas

SA = jumlah skor kelompok atas

SB = jumlah skor kelompok bawah IA = jumlah skor ideal kelompok atas IB = jumlah skor ideal kelompok bawah

Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran tiap item soal tiap tahap dilakukan dengan interpretasi pada tabel berikut :


(43)

69

Tabel 3.9. Interpretasi Tingkat Kesukaran Tingkat

Kesukaran Kriteria

TK < 0,25 % Sukar 0,25 % - 0,75 % Sedang TK > 0,75 % Mudah

Pengujian instrumen penelitian dilakukan dengan menyediakan 20 butir soal untuk tes pemahaman keruangan (X1) yang terkait dengan materi konsep keruangan yang diteliti, yaitu lokasi, jarak dan keterjangkauan. Adapun ringkasan hasil uji instrumen dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut ini :

Tabel 3.10. Ringkasan Uji Instrumen Penelitian

No No Soal

Nilai Kesukaran

Tingkat Kesukaran

Daya

Pembeda Ket

1 1 0,53 SEDANG 0,63 BAIK

2 2 0,63 SEDANG 0,42 BAIK

3 3 0,82 MUDAH 0,26 REVISI

4 4 0,39 SEDANG 0,47 BAIK

5 5 0,58 SEDANG 0,32 CUKUP

6 6 0,50 SEDANG 0,58 BAIK

7 7 0,45 SEDANG 0,58 BAIK

8 8 0,79 MUDAH 0,32 CUKUP

9 9 0,29 SEDANG 0,05 DIBUANG

10 10 0,76 MUDAH 0,26 REVISI

11 11 0,58 SEDANG 0,74 BAIK


(44)

No No Soal

Nilai Kesukaran

Tingkat Kesukaran

Daya

Pembeda Ket

13 13 0,61 SEDANG 0,58 BAIK

14 14 0,45 SEDANG 0,37 CUKUP

15 15 0,53 SEDANG 0,53 BAIK

16 16 0,66 SEDANG 0,68 BAIK

17 17 0,42 SEDANG 0,42 BAIK

18 18 0,74 SEDANG 0,42 BAIK

19 19 0,24 SUKAR 0,16 DIBUANG

20 20 1,05 MUDAH 0,53 BAIK

Sumber : Data survei primer

Hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukan bahwa soal yang diujikan rata-rata menunjukan tingkat kesukaran sedang terdapat 15 soal, yaitu nomor 1, 2, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, dan 18, sedangkan soal yang menunjukan tingkat kesukaran mudah terdapat 4 soal, yaitu nomor 3, 8, 10 dan 20, soal yang menunjukan tingkat kesukaran dengan kategori sukar hanya nomor 19. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata tingkat kesukaran soal kategori sedang.

Hasil perhitungan tingkat daya pembeda menunjukan bahwa terdapat kategori soal dengan daya pembeda baik sebanyak 13 soal yaitu nomor 1, 2, 4, 6, 7, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, dan 20. Soal yang memiliki daya pembeda cukup terdapat pada nomor 5, 8, dan 14. Sedangkan soal yang disarankan untuk direvisi adalah nomor 3 dan 10, dua soal yang masuk pada kategori dibuang, yaitu soal no 9 dan 19.


(45)

71

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data guna menjawab masalah dan membuktikan hipotesis penelitian, dalam penelitian ini instrumen yang digunakan sebagai berikut:

1. Tes

Tes dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman keruangan peserta didik. Soal yang diujikan sebanyak 18, mencakup pemahaman konsep lokasi, jarak, dan keterjangkauan.

2. Kuesioner/Angket

Kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden) yang berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden, selain itu responden mengetahui informasi yang diminta. Kuesioner/angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran skala sikap dengan memodifikasi model Likert untuk sikap dan perilaku keruangan peserta didik.

3. Studi literatur

Yaitu penelitian dengan jalan mempelajari buku-buku, literatur dan peraturan-peraturan pemerintah dan peraturan daerah yang ada kaitannya dengan materi penelitian.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode survei. Metode survei yaitu metode yang pengambilan datanya berdasarkan jawaban dari objek penelitian. Objek penelitian dalam penyusunan tesis ini yaitu seluruh peserta didik SMA Negeri di Kota Bandung yang dilaksanakan melalui


(46)

angket/kuesioner penelitian. Berdasarkan cara menjawab , menggunakan jenis kuesioner tertutup, dimana responden memilih jawaban yang telah disediakan. Metode survei membedah dan menguliti serta mengenal masalah - masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam metode survei juga dilakukan evaluasi serta perbandingan-perbandingan terhadap hal-hal telah yang dikerjakan.

G. Teknik analisis Data

Teknik analisis dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis korelasi product moment pearson . Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier (searah bukan timbal balik) antara dua variabel atau lebih. Koefisien korelasi adalah derajat hubungan variabel-variabel dinyatakan dalam satu indeks.

Rumus Korelasi Product Moment Pearson :

(((( ))))(((( ))))

((((

)))) (((( ))))

{{{{

2 2

}}}}

{{{{

((((

2

)))) (((( ))))

2

}}}}

xy y y n x x n y x y x n r

−−−− −−−− −−−− ==== Dimana :

r adalah koefisien korelasi product moment Pearson n adalah banyaknya pasangan pengamatan

x adalah jumlah pengamatan variabel x (pemahaman keruangan dan sikap terhadap tata ruang)

y adalah jumlah pengamatan variabel y (perilaku keruangan) (Sugiyono, 2007: 228)


(47)

73

Tabel 3.11. Pedoman Interpretasi Hubungan Antarvariabel Penelitian

Interval koefisien Tingkat hubungan

0,00 – 0,199 0,20 - 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat (Sugiyono, 2008: 257)

Setelah mengetahui hubungan antar variabel dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment, selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menghitung koefesien determinasi, yaitu teknik pengujian hipotesis yang berfungsi untuk mengetahui seberapa besar faktor yang mempengaruhi hubungan antar variabel. Adapun rumus yang digunakan adalah :

cd = r2 x 100 % Keterangan :

Cd = Koefesien determinasi


(48)

H. Alur Penelitian

Alur penelitian tergambar pada bagan berikut ini :

Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Studi Literatur

Penyusunan Instrumen Penentuan Subjek Penelitian

Validasi Instrumen

Hasil Validasi Pelaksanaan Penelitian

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan Pembahasan


(49)

100

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini, disajikan kesimpulan umum dan kesimpulan khusus dari hasil penelitia, serta rekomendasi bagi guru dengan tujuan agar tingkat pendidikan di Indonesia lebih baik, rekomendasi bagi pengambil kebijakan dengan tujuan agar pembangunan selalu memperhatikan kebermanfaatan dan kelestarian lingkungan alam, dan rekomendasi bagi para peneliti dengan tujuan dapat meneruskan penelitian ini dengan melihat kelemahan yang ada.

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam pembentukan perilaku peserta didik. Besar kecilnya pengaruh pendidikan terhadap perilaku peserta didik ditentukan dari proses pembelajaran. Penggunaan model, metode, dan strategi pembelajaran memberikan peran yang sangat besar terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu, model, metode, dan strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan materi dan kemampuan peserta didik. Pemahaman tentang lokasi, jarak, dan keterjangkauan yang merupakan unsur-unsur keruangan harus ditingkatkan karena unsur-unsur tersebut langsung dirasakan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

Penguatan pemahaman dan sikap sangat penting karena dapat mempengaruhi perilaku keruangan peserta didik. Sebagian besar kehidupan peserta didik di luar jam pelajaran yaitu di lingkungan tempat peserta didik tinggal dan bersosialisasi ikut serta mempengaruhi perilaku keruangannya.


(50)

2. Kesimpulan khusus

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan. Pertama, pemahaman keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung berada pada kategori sedang dengan jumlah responden 134 (42%). Pemahaman keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung perlu ditingkatkan dengan memperhatikan komponen-komponen yang menunjang peningkatkatan proses pembelajaran berupa penggunaan model pembelajaran yang digunakan agar dapat membangun minat belajar dan penguatan pemahaman, penyediaan jam pelajaran perlu ditambah agar peserta didik dengan waktu yang cukup dan tenang dapat memahami dan memaknai keruangan sehingga dapat mengaplikasikan pemahaman keruangannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dengan tingkat pemahaman yang tinggi, peserta didik dapat berperilaku keruangan secara efisien dan efektif. Kedua, dengan memperhatikan komponen kognitif, afektif, dan konatif, sikap keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung berada pada kategori netral dengan jumlah responden 215 (67,4%). Dengan kata lain, mereka memiliki sikap positif atau mendukung terhadap penilaian keruangan yang ada di lingkungannya. Ketiga, intensifitas perilaku keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung berada pada kategori sedang dengan jumlah responden 193 (60,5%). Dengan demikian peserta didik dalam beraktivitas mempertimbangkan hal-hal yang berhubungan dengan pemilihan lokasi. Keempat, terdapat korelasi yang positif antara pemahaman keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung dengan perilaku keruangan (0,140), dengan kontribusi yang sangat rendah (1,96%). Dengan demikian, terdapat faktor lain yang mempengaruhi perilaku keruangan mereka. Kelima, terdapat korelasi yang positif antara sikap dengan perilaku keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung (0,187), dengan


(51)

102

kontribusi yang rendah (3,5%). Dengan demikian, terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap peserta didik terhadap perilaku keruangan.

B. Rekomendasi

1. Bagi Guru

a. Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh pemahaman sangat rendah, oleh karena itu direkomendasikan agar bagi pendidik agar menyesuaikan model pembelajaran yang digunakan dengan materi dan ketersediaan waktu agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.

b. Rendahnya nilai pengaruh pemahaman terhadap perilaku keruangan membuktikan perlunya penguatan terhadap pemahaman keruangan peserta didik. Oleh karena itu, direkomendasikan agar ditingkatkan penguatan pemahaman keruangan peserta didik sehingga dalam berperilaku keruangan tidak mudah dipengaruhi oleh informasi negatif yang datang dari lingkungan luar.

c. Rendahnya nilai pengaruh sikap terhadap perilaku keruangan menunjukan banyaknya pengaruh yang dapat mengubah persepsi dan pengambilan keputusan dalam berperilaku. Aspek lokasi, jarak, dan keterjangkauan merupakan unsur-unsur lingkungan geografi yang ada dan langsung berhubungan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Maka diperlukan penguatan terhadap sikap keruangan agar perilaku keruangan peserta didik tidak mudah terpengaruh dari informasi lain yang dapat menyebabkan pemilihan lokasi tidak efektif dan efesian.


(52)

2. Untuk Para Pengambil Kebijakan

a. Dengan rendahnya pemahaman dan sikap keruangan, agar perilaku keruangan tetap baik, maka perlu diperhatikan pemerataan pembangunan sarana dan prasarana publik yang menjadi pilihan peserta didik untuk memanfaatkannya agar aktivitas mereka dapat efisien dan efektif, tidak terjebak atau menyebabkan kemacetan yang berdampak pada ketidaknyaman, polusi udara, polusi suara, dan penghamburan waktu karenanya.

b. Sikap keruangan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, maka perhatikan hubungan pembangunan sarana dan prasarana publik dengan kesesuaian lahan dan faktor lingkungan sosial ekonomi disekitarnya, serta mempertimbangkan orientasi nilai guna untuk masyarakat.

3. Bagi Para Peneliti

a. Antara pemahaman keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung dengan perilaku terdapat korelasi yang positif, dengan kontribusi yang sangat rendah. Dengan demikian, terdapat faktor lain yang mempengaruhi perilaku keruangan mereka sehingga hal ini harus diteliti. Jadi, faktor lain yang mempengaruhi perilaku keruangan tersebut merupakan celah untuk diteliti lebih lanjut.

b. Antara sikap keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung dengan perilaku keruangan terdapat korelasi yang positif, dengan kontribusi yang rendah. Dengan demikian, terdapat faktor lain yang mempengaruhi perilaku keruangan mereka yang harus diteliti. Faktor lain yang mempengaruhi perilaku keruangan tersebut merupakan celah untuk diteliti lebih lanjut.


(53)

101

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abler Ronald, Adams S John, Gould Peter. (1977). Spatial Organitation :The

Geographer’s View Of The Word. London. Prentice-Hall international, Inc.

Abdurachman, Maman. (1988). Geografi Perilaku. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Abdurahman, Maman. (1985). Hubungan antara penggunaan peta geografis dengan image keruangan dan pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang berkaitan

dengan arah, jarak, letak, luas, dan bentuk

.

Desertasi. Bandung. UPI.

Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saefuddin. (2010). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Barliana, Syaom M. (2008). Kontribusi Lingkungan Binaan dan Perilaku Spasial

Komikasi Penghuni Perumahan serta Implikasinya bagi Pendidikan IPS.

Desertasi. Bandung. UPI.

Bruner, J. (1978). The Process of Educational Technology (terjemahan). Cambridge : Harvard University.

Depdiknas,Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD,. (2007). Pedoman penyusunan KTSP SD. Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan.

Fishbein, M & Ajzen, I. (1975). Beliefs, Attitude, Intention and Behavior: An

Introduction to Theory and Reseach. Philippines: Addison-Wesley Publishing

Company, INC.

Gardner, H. 1999. The dicipline mind: What all students should understand. New York: Simon & Schuster Inc.

Hartinah, Siti,. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Bandung. Refika Aditama. Koestoer Hendro Raldi.(2001). Dimensi Keruangan Kota, Teori dan kasus. Jakarta

UI-Press.


(54)

Longworth, N. 1999. Making lifelong learning work: learning cities for a learning

century. London: Kogan page imited.

Makmun, Syamsuddin, Abin. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Mar’at. (1982). Sikap Manusia : Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta. Ghalia Indonesia

Maryani, Enok. (2009) . Kompilasi Pendidikan Geografi Dalam Konteks IPS. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.

Mustaqim, W, Abdul,. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rireka Cipta.

National Geography Standart (1994), Geography for Life, Geography Education sandards Proyect Developed on behalf of the american Geographical Society. Ngalim, Purwanto,. (2001). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi pengajaran.

Bandung. Remaja Rosdakarya.

Norris,R.E., Haring, L.L., (1980), Political Geography, Columbus. Charles E. Merril Publishing Company.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Prormosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta.

Piaget, Jean,. (2003). Translated by Malcolm Piercy and D.E Barlyne The Psychology

of Intelligence. London and New york. Routledgen Classics.

Sadyohutomo, Mulyono.(2009). Manajemen Kota dan Wilayah. Jakarta. Bumi Aksara.

Sagala, Syaiful. (2004). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta. Sarwono, Wirawan, Sarlito (1992)., Psikologi Lingkungan. Jakarta. Grasindo.

Sax,G. (1980). Principles of educational and Psychological Measurement and

Evaluation, 2nd edition, Belmon:Wadsworth Publishing Company.

Silberman, L, Melvin. (2009). Active Learning. Bandung. Nusamedia.

Sudjana, Nana. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Suharyono. M, Amien. (1994). Pengantar Filsafat Geografi. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(55)

106 Sumatmadja, Nursid. (1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta. Bumi

Aksara.

Sumaatmadja, Nursid. (1988). Geografi Pembangunan. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sumaatmadja, Nursid. (1988). StudiGeografi. Bandung. Alumni.

Sukmadinata, Syaodith, Nana. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Uno, B, Hamzah. (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta. Bumi Aksara. Walmsley D.J, Lewis G.J. (1984). Human Geography. New York. Longman.

Geography For Life. (1994).

Winkel.W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta. Grasindo. W. Gulo., (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo

Internet

Pak Guru Ian,. (2010). Pengertian Pemahaman. diakses pada tanggal 17 desember 2010 melalui http://ian43.wordpress.com/2010/12/17/pengertian-pemahaman/ Prayudho, BJ. Teori Lokasi. Diakses melalui

http://prayudho.wordpress.com/2009/11/05/teori-lokasi/

Santyasa I Wayan. Pengembangan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Bagi Siswa Sma Dengan Pemberdayaan Model Perubahan

Konseptual Berseting Investigasi Kelompok. diakses melalui

http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/PENGEMBANGAN_PEMAHAMA N_KONSEP.pdf

Syakira, (2009), Konsep perilaku. Dapat diakses melalui http://syakira-blog.blogspot.com/2009/01/konsep-perilaku.html . Diunduh pada 18 Januari 2009.

Wenning, C. J. (2006). A pramework for teaching the nature of science. Journal of

Physics Teacher Education Online. 3(3). 3-10. Available at:


(1)

2. Kesimpulan khusus

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan. Pertama, pemahaman keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung berada pada kategori sedang dengan jumlah responden 134 (42%). Pemahaman keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung perlu ditingkatkan dengan memperhatikan komponen-komponen yang menunjang peningkatkatan proses pembelajaran berupa penggunaan model pembelajaran yang digunakan agar dapat membangun minat belajar dan penguatan pemahaman, penyediaan jam pelajaran perlu ditambah agar peserta didik dengan waktu yang cukup dan tenang dapat memahami dan memaknai keruangan sehingga dapat mengaplikasikan pemahaman keruangannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dengan tingkat pemahaman yang tinggi, peserta didik dapat berperilaku keruangan secara efisien dan efektif. Kedua, dengan memperhatikan komponen kognitif, afektif, dan konatif, sikap keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung berada pada kategori netral dengan jumlah responden 215 (67,4%). Dengan kata lain, mereka memiliki sikap positif atau mendukung terhadap penilaian keruangan yang ada di lingkungannya. Ketiga, intensifitas perilaku keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung berada pada kategori sedang dengan jumlah responden 193 (60,5%). Dengan demikian peserta didik dalam beraktivitas mempertimbangkan hal-hal yang berhubungan dengan pemilihan lokasi. Keempat, terdapat korelasi yang positif antara pemahaman keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung dengan perilaku keruangan (0,140), dengan kontribusi yang sangat rendah (1,96%). Dengan demikian, terdapat faktor lain yang mempengaruhi perilaku keruangan mereka. Kelima, terdapat korelasi yang positif antara sikap dengan perilaku keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung (0,187), dengan


(2)

kontribusi yang rendah (3,5%). Dengan demikian, terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap peserta didik terhadap perilaku keruangan.

B. Rekomendasi 1. Bagi Guru

a. Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh pemahaman sangat rendah, oleh karena itu direkomendasikan agar bagi pendidik agar menyesuaikan model pembelajaran yang digunakan dengan materi dan ketersediaan waktu agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.

b. Rendahnya nilai pengaruh pemahaman terhadap perilaku keruangan membuktikan perlunya penguatan terhadap pemahaman keruangan peserta didik. Oleh karena itu, direkomendasikan agar ditingkatkan penguatan pemahaman keruangan peserta didik sehingga dalam berperilaku keruangan tidak mudah dipengaruhi oleh informasi negatif yang datang dari lingkungan luar.

c. Rendahnya nilai pengaruh sikap terhadap perilaku keruangan menunjukan banyaknya pengaruh yang dapat mengubah persepsi dan pengambilan keputusan dalam berperilaku. Aspek lokasi, jarak, dan keterjangkauan merupakan unsur-unsur lingkungan geografi yang ada dan langsung berhubungan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Maka diperlukan penguatan terhadap sikap keruangan agar perilaku keruangan peserta didik tidak mudah terpengaruh dari informasi lain yang dapat menyebabkan pemilihan lokasi tidak efektif dan efesian.


(3)

2. Untuk Para Pengambil Kebijakan

a. Dengan rendahnya pemahaman dan sikap keruangan, agar perilaku keruangan tetap baik, maka perlu diperhatikan pemerataan pembangunan sarana dan prasarana publik yang menjadi pilihan peserta didik untuk memanfaatkannya agar aktivitas mereka dapat efisien dan efektif, tidak terjebak atau menyebabkan kemacetan yang berdampak pada ketidaknyaman, polusi udara, polusi suara, dan penghamburan waktu karenanya.

b. Sikap keruangan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, maka perhatikan hubungan pembangunan sarana dan prasarana publik dengan kesesuaian lahan dan faktor lingkungan sosial ekonomi disekitarnya, serta mempertimbangkan orientasi nilai guna untuk masyarakat.

3. Bagi Para Peneliti

a. Antara pemahaman keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung dengan perilaku terdapat korelasi yang positif, dengan kontribusi yang sangat rendah. Dengan demikian, terdapat faktor lain yang mempengaruhi perilaku keruangan mereka sehingga hal ini harus diteliti. Jadi, faktor lain yang mempengaruhi perilaku keruangan tersebut merupakan celah untuk diteliti lebih lanjut.

b. Antara sikap keruangan peserta didik SMAN di Kota Bandung dengan perilaku keruangan terdapat korelasi yang positif, dengan kontribusi yang rendah. Dengan demikian, terdapat faktor lain yang mempengaruhi perilaku keruangan mereka yang harus diteliti. Faktor lain yang mempengaruhi perilaku keruangan tersebut merupakan celah untuk diteliti lebih lanjut.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abler Ronald, Adams S John, Gould Peter. (1977). Spatial Organitation :The Geographer’s View Of The Word. London. Prentice-Hall international, Inc. Abdurachman, Maman. (1988). Geografi Perilaku. Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan.

Abdurahman, Maman. (1985). Hubungan antara penggunaan peta geografis dengan image keruangan dan pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan arah, jarak, letak, luas, dan bentuk

.

Desertasi. Bandung. UPI.

Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saefuddin. (2010). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Barliana, Syaom M. (2008). Kontribusi Lingkungan Binaan dan Perilaku Spasial Komikasi Penghuni Perumahan serta Implikasinya bagi Pendidikan IPS. Desertasi. Bandung. UPI.

Bruner, J. (1978). The Process of Educational Technology (terjemahan). Cambridge : Harvard University.

Depdiknas,Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD,. (2007). Pedoman penyusunan KTSP SD. Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan.

Fishbein, M & Ajzen, I. (1975). Beliefs, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Reseach. Philippines: Addison-Wesley Publishing Company, INC.

Gardner, H. 1999. The dicipline mind: What all students should understand. New York: Simon & Schuster Inc.

Hartinah, Siti,. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Bandung. Refika Aditama. Koestoer Hendro Raldi.(2001). Dimensi Keruangan Kota, Teori dan kasus. Jakarta

UI-Press.


(5)

Longworth, N. 1999. Making lifelong learning work: learning cities for a learning century. London: Kogan page imited.

Makmun, Syamsuddin, Abin. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Mar’at. (1982). Sikap Manusia : Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta. Ghalia Indonesia

Maryani, Enok. (2009) . Kompilasi Pendidikan Geografi Dalam Konteks IPS. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.

Mustaqim, W, Abdul,. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rireka Cipta.

National Geography Standart (1994), Geography for Life, Geography Education sandards Proyect Developed on behalf of the american Geographical Society. Ngalim, Purwanto,. (2001). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi pengajaran.

Bandung. Remaja Rosdakarya.

Norris,R.E., Haring, L.L., (1980), Political Geography, Columbus. Charles E. Merril Publishing Company.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Prormosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta.

Piaget, Jean,. (2003). Translated by Malcolm Piercy and D.E Barlyne The Psychology of Intelligence. London and New york. Routledgen Classics.

Sadyohutomo, Mulyono.(2009). Manajemen Kota dan Wilayah. Jakarta. Bumi Aksara.

Sagala, Syaiful. (2004). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta. Sarwono, Wirawan, Sarlito (1992)., Psikologi Lingkungan. Jakarta. Grasindo.

Sax,G. (1980). Principles of educational and Psychological Measurement and Evaluation, 2nd edition, Belmon:Wadsworth Publishing Company.

Silberman, L, Melvin. (2009). Active Learning. Bandung. Nusamedia.

Sudjana, Nana. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Suharyono. M, Amien. (1994). Pengantar Filsafat Geografi. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(6)

Sumatmadja, Nursid. (1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta. Bumi Aksara.

Sumaatmadja, Nursid. (1988). Geografi Pembangunan. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi. Bandung. Alumni.

Sukmadinata, Syaodith, Nana. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Uno, B, Hamzah. (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta. Bumi Aksara. Walmsley D.J, Lewis G.J. (1984). Human Geography. New York. Longman.

Geography For Life. (1994).

Winkel.W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta. Grasindo. W. Gulo., (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo

Internet

Pak Guru Ian,. (2010). Pengertian Pemahaman. diakses pada tanggal 17 desember 2010 melalui http://ian43.wordpress.com/2010/12/17/pengertian-pemahaman/ Prayudho, BJ. Teori Lokasi. Diakses melalui

http://prayudho.wordpress.com/2009/11/05/teori-lokasi/

Santyasa I Wayan. Pengembangan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Bagi Siswa Sma Dengan Pemberdayaan Model Perubahan Konseptual Berseting Investigasi Kelompok. diakses melalui http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/PENGEMBANGAN_PEMAHAMA N_KONSEP.pdf

Syakira, (2009), Konsep perilaku. Dapat diakses melalui http://syakira-blog.blogspot.com/2009/01/konsep-perilaku.html . Diunduh pada 18 Januari 2009.

Wenning, C. J. (2006). A pramework for teaching the nature of science. Journal of Physics Teacher Education Online. 3(3). 3-10. Available at: http://www.phy.ilstu. edu/ jpteo