ANALYSIS OF TEACHER INVOLVEMENT IN KKG AND IMPROVEMENT OF PEDAGOGIC COMPETENCE AND ITS IMPACT ON TEACHING PERFORMANCE QUALITY :Survey of Primary School Teachers in the District of West Metro.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

ABSTRACT... iv

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 12

1.3 Batasan Masalah... 13

1.4 Rumusan Masalah... 14

1.5 Tujuan Penelitian... 15

1.6 Manfaat Penelitian... 16

BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 16

2.1 Kelompok Kerja Guru (KKG)... 16

2.1.1 Organisasi KKG... 19

2.1.2 Program... 19

2.1.2.1 Kerangka Dasar dan Struktur Program Kegiatan KKG... 21

2.1.2.2 Struktur Program... 21

2.1.2.3 Kewajiban Anggota KKG... 22

2.1.2.4 Materi Kegiatan... 23

2.1.2.5 Kalender Kegiatan KKG... 23

2.1.3 Sumber Daya Manusia... 24

2.1.4 Sarana dan Prasarana... 24

2.1.5 Pengelolaan... 25

2.1.6 Pembiayaan... 25

2.1.7 Pemantauan dan Evaluasi... 25

2.2 Keterlibatan dalam Organisasi... 27

2.3 Kompetensi Guru... 32

2.3.1 Kompetensi Kepribadian... 46

2.3.2 Kompetensi Pedagogik... 47

2.3.3 Kompetensi Profesional... 49


(2)

2.4 Mutu Kinerja Mengajar... 50

2.5 Kerangka Pemikiran... 61

2.6 Hipotesis Penelitian... 64

BAB III. METODE PENELITIAN... 65

3.1 Objek Penelitian... 65

3.2 Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian... 65

3.2.1 Lokasi Penelitian... 65

3.2.2 Populasi... 66

3.2.3 Sampel... 67

3.3 Teknik Sampling... 67

3.4 Desain Penelitian... 68

3.5 Variabel Penelitian... 69

3.6 Definisi Operasional... 70

3.6.1 Keterlibatan Guru di KKG... 70

3.6.2 Kompetensi Pedagogik... 71

3.6.3 Kinerja Mengajar... 72

3.7 Instrumen Penelitian... 72

3.7.1 Kisi-Kisi Instrumen... 72

3.7.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 74

3.8 Teknik Pengumpulan Data... 79

3.8.1 Teknik Angket atau Kuesioner... 80

3.8.2 Studi Dokumentasi... 81

3.9 Teknik Analisis Data... 81

3.9.1 Uji Multikolinieritas... 82

3.9.2 Uji Heteroskedostisitas... 83

3.9.3 Uji Normalitas... 84

3.9.4 Uji Linieritas... 85

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 91

4.1 Hasil Penelitian... 91

. 4.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden... 91

4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian... 98

4.1.3 Uji Hipotesis... 107

4.1.3.1 Pengaruh Keterlibatan Guru di KKG terhadap Peningkatan Kompetensi Pedagogik... 107

4.1.3.2 Pengaruh Kompetensi Pedagogik terhadap Mutu Kinerja Mengajar... 108

4.1.3.3 Pengaruh Keterlibatan Guru di KKG terhadap Mutu Kinerja Mengajar melalui Peningkatan Kompetensi Pedagogik... 110

4.2 Pembahasan... 116

4.2.1 Gambaran Keterlibatan Guru di KKG di Kecamatan Metro Barat... 116

4.2.2 Gambaran Kompetensi Pedagogik Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Metro Barat... 119


(3)

4.2.3 Gambaran Kinerja Mengajar Guru Sekolah Dasar di

Kecamatan Metro Barat... 121

4.2.4 Pengaruh Keterlibatan Guru di KKG terhadap Peningkatan Kompetensi Pedagogik... 122

4.2.5 Pengaruh Kompetensi Pedagogik terhadap Mutu Kinerja Mengajar... 124

4.2.6 Pengaruh Keterlibatan Guru di KKG terhadap Mutu Kinerja Mengajar melalui Peningkatan Kompetensi Pedagogik... 128

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 130

5.1 Kesimpulan... 130

5.2 Rekomendasi... 132

DAFTAR PUSTAKA... 134


(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Standar Kompetensi Guru Kelas SD/MI... 39

Tabel 3.1 Data Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Metro Barat... 67

Tabel 3.2 Jumlah Guru Sekolah Dasar Yang Terambil Sebagai Sample... 68

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen... 73

Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Butir Soal Variabel Keterlibatan Guru... 76

Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Butir Soal Variabel Kompetensi Pedagogik... 77

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Butir Soal Variabel Kinerja Mengajar... 78

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen... 79

Tabel 3.8 Jenis Data dan Sumber Data... 80

Tabel 3.9 Multikolinieritas Variabel Keterlibatan (X) dan Pedagogik (Y)... 83

Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Uji Heteroskedostisitas... 84

Tabel 3.11 Rekapitulasi Hasil Uji Heteroskedostisitas... 85

Tabel 3.12 Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas... 86

Tabel 4.1 Perhitungan Skor Jawaban 81 Responden (Variabel X)... 99

Tabel 4.2 Perhitungan Skor Jawaban 81 Responden (Variabel Y) ... 102

Tabel 4.3 Perhitungan Skor Jawaban 81 Responden (Variabel Z)... 105

Tabel 4.4 Koefisien jalur, pengaruh langsung dan tidak langsung, pengaruh total, pengaruh keterlibatan (X) dan pedagogik (Y) terhadap kinerja mengajar (Z)... 115


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Ikhtisar Penjaminan Mutu di Indonesia... 2 Gambar 2.1 Struktur Organisasi KKG... 20 Gambar 2.2 Proses Peningkatan Mutu Pendidikan melalui Sistem Gugus.. 26 Gambar 2.3 Prestasi tergantung pada kombinasi usaha, kompetensi, dan keterampilan... 35 Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran... 63 Gambar 2.5 Paradigma Penelitian... 64 Gambar 3.1 Grafik Hubungan Linier antara Keterlibatan (X) dengan Kinerja (Z)... 87 Gambar 3.2 Grafik Hubungan Linier antara Kompetensi (Y) dengan Kinerja (Z)... 87 Gambar 3.3 Hubungan Struktur X terhadap Y (Model-2)... 90 Gambar 3.4 Hubungan Jalur X, Y, dan Z... 90 Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin Responden... 91 Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekuensi Karakteristik Status

Kepegawaian Responden... 92 Gambar 4.3 Grafik Distribusi Frekuensi Karakteristik Lama Mengajar Responden... 93 Gambar 4.4 Grafik Distribusi Frekuensi Karakteristik Pendidikan

Responden... 94 Gambar 4.5 Grafik Distribusi Frekuensi Karakteristik Latar Belakang Program Studi/Jurusan Responden... 95 Gambar 4.6 Grafik Distribusi Frekuensi Karakteristik Mataajar... 96 Gambar 4.7 Grafik Distribusi Frekuensi Karakteristik Pengalaman di KKG... 97 Gambar 4.8 Grafik Distribusi Frekuensi Karakteristik Peran KKG... 97 Gambar 4.9 Persentase Distribusi Skor Jawaban 81 Responden

(Variabel X)... 99 Gambar 4.10 Gambaran Variabel X dan Capaian Aspek-aspeknya...100 Gambar 4.11 Persentase Distribusi Skor Jawaban 81 Responden

(Variabel Y)...102 Gambar 4.12 Gambaran Variabel X dan Capaian Aspek-aspeknya...103


(6)

Gambar 4.13 Persentase Distribusi Skor Jawaban 81 Responden

Variabel Kinerja Mengajar (Z)... 105 Gambar 4.14 Gambaran Variabel Z dan Capaian Aspek-aspeknya... 106 Gambar 4.15 Hubungan Struktur X dan Y terhadap Z (Model- 1)... 116


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Penelitian... 138

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian... 139

Lampiran 3 Hasil Ujicoba Butir Soal Variabel Keterlibatan...148

Lampiran 4 Hasil Ujicoba Butir Soal Variabel Kompetensi Pedagogik..149

Lampiran 5 Hasil Ujicoba Butir Soal Variabel Kinerja Mengajar... 150

Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian...151

Lampiran 7 Uji Reliabilitas...161

Lampiran 8 Uji Asumsi...163

Lampiran 9 Uji Analisis Korelasi dan Regresi...167

Lampiran 10 Uji Analisis Jalur... 169


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak negara terhadap pengajaran dan pendidikan diterimanya dari Tuhan. Hak tersebut disebabkan karena kekuasaan yang menjadi milik negara untuk memajukan kesejahteraan umum, yang sudah menjadi tujuannya. Negara mempunyai hak dan kewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bagi semua warga negaranya.

Penjaminan mutu pendidikan adalah serentetan proses dan sistem yang saling berkaitan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data tentang kinerja dan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, program, dan lembaga pendidikan. Terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan diharapkan banyak pihak, terutama yang berkaitan langsung dengan pendidikan, akan mempercepat penerapan penjaminan mutu pendidikan di Indonesia.

Penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah di Indonesia berkaitan dengan pengkajian mutu pendidikan, analisis dan pelaporan mutu pendidikan, dan peningkatan mutu dan penumbuhan budaya peningkatan mutu yang berkelanjutan. Banyak hasil riset yang mengatakan bahwa sekolah merupakan pihak yang memberikan kontribusi terbesar pada proses dan hasil penjaminan mutu dan peningkatan mutu, sedangkan masyarakat, penyelenggara pendidikan, dan pemerintah daerah memberikan fasilitas dalam


(9)

pelaksanaan penjaminan mutu tersebut. Hubungan antar aspek utama dalam sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Ikhtisar Penjaminan Mutu Pendidikan di Indonesia Sumber: Depdiknas (2008)

Satuan pendidikan merupakan pelaksana penjaminan mutu memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut:

a. Melaksanakan proses penjaminan mutu guna mencapai delapan Standar Nasional Pendidikan.

b. Melakukan evaluasi diri sebagai dasar perencanaan program pemenuhan dan peningkatan mutu secara internal dan data dasar yang diperlukan oleh unit lain guna mendukung pemenuhan standar dan pengembangan mutu pendidikan.

Pen gk a j i a n M u tu Pen d i d i k an (P en gu mp u la n

Da t a )

An a li si s d a n Pe la p ora n

M u tu Pen d i d i k an St a n d a r

Na si on a l Pen d i d i k an Pen i n gk a t a n Mu t u

d a n Pen u mb uh a n B u d a ya Pen i n gk a t a n Mu t u


(10)

c. Menyediakan data bagi pihak lain guna kepentingan akreditasi, kebijakan peningkatan mutu pendidikan, fasilitasi, pemenuhan standar, perencanaan program, dan audit kinerja.

d. Menyusun pelaporan pemetaan mutu satuan pendidikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Mengacu kepada referensi di atas, Sekolah Dasar yang merupakan satuan pendidikan mempunyai tugas dan kewenangan untuk melakukan penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan, yang salah satunya melalui pemenuhan standar kompetensi pendidik. Kompetensi pendidik adalah salah satu standar yang ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yaitu tentang Standar Nasional Pendidikan yang merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ada delapan Standar Nasional Pendidikan yang pada saat ini merupakan program pemerintah kepada satuan atau program pendidikan yang dilakukan secara sistematis dan bertahap, yaitu Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Proses, Standar Pengelolaan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pembiayaan, Standar Penilaian. Dalam rangka pencapaian standar nasional pendidikan ini, telah pula dirancang dan dilaksanakan program evaluasi diri sekolah pada tiap-tiap satuan pendidikan yang ada di Indonesia saat ini.

Tenaga pendidik atau guru adalah salah satu sumber daya manusia yang dihasilkan dari pendidikan, yaitu pendidikan profesi guru. Sebagai salah satu aset yang sangat berperan dalam organisasi, dalam hal ini satuan pendidikan, karena


(11)

sangat mempengaruhi efektivitas, efisiensi, dan produktivitas organisasinya, guru sangat memerlukan pembinaan bagi keberlangsungan profesi dan peningkatan profesionalnya.

Guru Sekolah Dasar (SD) adalah suatu aset sumberdaya manusia yang dimiliki Indonesia karena jumlahnya yang besar pada tiap-tiap propinsi. Pembinaan terhadap guru SD sangatlah penting karena berhubungan erat dengan mutu kinerja guru itu sendiri. Salah satu kinerja yang perlu diperhatikan oleh guru yang langsung terjadi di dalam kelas adalah kinerja mengajarnya, hal ini mengingat guru SD mengelola pendidikan dasar bagi peserta didik, di mana pendidikan dasar yang akan diberikan merupakan pondasi dasar pengetahuan dan pengalaman bagi keberlanjutan pendidikan peserta didik ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Berkenaan dengan tujuan yang demikian, maka diperlukan guru yang mumpuni yang memiliki mutu atau kualitas kinerja mengajar yang tinggi dalam rangka nantinya mencapai keluaran Sekolah Dasar yang bermutu.

Peserta didik Sekolah Dasar mempunyai karakteristik yang berbeda dengan peserta didik pada jenjang sekolah menengah. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perkembangan anak usia Sekolah Dasar menurut Yusuf dan Sugandhi (2011:59) diantaranya:

a. Perkembangan fisik-motorik

Fase usia 7-12 tahun merupakan fase yang ditandai dengan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Masa ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik. Perkembangan fisik


(12)

yang normal merupakan faktor penentu (determinant factor) kelancaran proses belajar, baik dibidang pengetahuan atau keterampilan.

b. Perkembangan intelektual

Pada usia Sekolah Dasar, anak telah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif. Untuk mengembangkan daya nalar, daya cipta, atau kreativitas anak, maka kepada anak perlu diberikan peluang-peluang untuk bertanya, berpendapat, atau menilai (memberi kritik).

c. Perkembangan bahasa

Usia Sekolah Dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata. Pada awal masa ini anak telah mengenal sekitar 2500 kata, sedangkan pada masa akhir anak telah menguasai sekitar 5000 kata.

d. Perkembangan emosi

Pada usia sekolah, khususnya kelas IV-VI, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karenanya anak mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan ini didapat melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).

e. Perkembangan sosial

Artinya pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok,


(13)

tradisi, dan moral agama. Hal ini dapat dilihat dari perluasan hubungan, selain dengan para anggota keluarga juga dengan teman sebaya, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas.

f. Perkembangan kesadaran beragama

Pada masa usia Sekolah Dasar, kesadaran beragama anak ditandai dengan sikap keagamaan anak yang masih bersifat reseptif namun sudah disertai dengan pengertian, pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman kepada indikator-indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya. Berdasarkan dari keadaan dan karakteristik perkembangan anak Sekolah Dasar, maka dibutuhkan para pendidik yang sesuai dengan keadaan dan karakteristik perkembangan anak usia Sekolah Dasar selama proses pembelajaran. Oleh karena itu mutu mengajar guru sangat perlu diperhatikan guna menghasilkan lulusan yang bermutu pula.

Mutu kinerja mengajar seorang guru mensyaratkan beberapa kompetensi yang harus melekat dalam dirinya dan melihat keluaran (output) selama proses pembelajaran yang dilakukannya. Majid (Salmah, 2011:2) mengatakan standar kompetensi guru adalah “suatu ukuran atau yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan berperilaku layaknya seorang guru menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan.”

Pengadaan Kelompok Kerja Guru (KKG) yang merupakan bagian dari gugus sekolah sebagai wadah profesi bagi guru SD merupakan salah satu cara


(14)

menyediakan sarana dalam pembinaan kompetensi guru SD, salah satunya kompetensi pedagogik. Pembinaan yang dilakukan oleh wadah profesi guru (KKG) dimaksudkan untuk menuju kepada peningkatan kualitas kinerja mengajar guru di Sekolah Dasar, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara maksimal khususnya dalam hal ini kualitas dalam meletakkan pondasi pendidikan dasar bagi peserta didik yang nantinya merupakan keluaran Sekolah Dasar atau output Sekolah Dasar.

Data Renstra Kemendiknas menyebutkan bahwa pada tahun 2009 kondisi guru Sekolah Dasar yang berkualifikasi S-1/D4 berkisar 24.6% dan guru Sekolah Dasar yang bersertifikat berkisar 14%. Keadaan yang demikian secara tidak langsung mempengaruhi kualitas sumber daya manusia Indonesia, seperti yang dikutip oleh Human Development Index (HDI) tahun 2008 bahwa untuk propinsi Lampung, harapan hidup, angka literasi penduduk dan rata-rata tahun sekolah menempati angka 17 dari 33 propinsi. Berdasarkan hal ini, kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah adalah peningkatan kualifikasi dan sertifikasi pendidik serta peningkatan mutu lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan dan lulusannya. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah peningkatan kualitas guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik di sekolah.

Data lain yang dapat menjadi pertimbangan bagi usaha peningkatan mutu pendidikan adalah hasil studi internasional yang disebut sebagai insrumen untuk menguji kompetensi global menurut Hayat dan Yusuf (2010:7), yaitu:


(15)

a. PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study)

PIRLS merupakan studi dalam siklus lima tahunan yang telah dilaksanakan di Indonesi. Skor retata pada studi tahun 2009 sebagai berikut: 75.5 (Hongkong), 74.0 (Singapura), 65.1 (Thailand), 52.6 (Filipina), 51.7 (Indonesia). Studi ini melaporkan bahwa siswa Indonesia hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan karena mereka mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal bacaan yang memerlukan pemahaman dan penalaran.

Tahun 2006 menunjukkan bahwa skor retata literasi membaca siswa Indonesia adalah 407 untuk siswa secara keseluruhan yang terbagi atas skor rerata 417 untuk siswa perempuan dan skor 398 untuk siswa laki-laki. Hal ini berarti Indonesia termasuk negara yang prestasi membacanya berada di bawah retata negara peserta PIRLS 2006 secara keseluruhan, yaitu masing-masing 500, 510, dan 493. Posisi Indonesia berada pada posisi kelima dari urutan terbawah atau sedikit lebih tinggi dari Qatar (356), Kuwait (333), Maroko (326), dan Afrika Utara (304).

b. PISA (Programme for International Student Assessent).

Studi ini bertujuan meneliti secara berkala tentang kemampuan siswa usia 15 tahun (kelas IX dan X) dalam membaca, Matematika, dan IPA. Hasil studi mengungkapkan bahwa literasi membaca siswa Indonesia dapat digolongkan sangat rendah dibandingkan siswa seusia mereka yang ada di manca negara. Sebanyak 42 negara yang disurvai, Indonesia menduduki


(16)

peringkat ke-39 dengan retata nilai 371, sedikit diatas Albania (349) dan Peru (327).

Hasil studi PISA menunjukkan bahwa sebanyak 31.1% siswa Indonesia berada di bawah tingkat literasi-1, 37.6% berada pada tingkat literasi-1, 24.8% pada tingkat literasi-2, 6.1 % pada tingkat literasi-3, dan hanya 0.4% pada literasi-4, dan tidak ada yang meraih nilai pada tingkat literasi-5. Pada studi literasi membaca tahun 2006, Indonesia berada pada urutan ke-48 dengan skor 393.

Pada studi literasi Matematika tahun 2006 Indonesia berada pada posisi 50 dari 57 negara peserta dengan skor rata2 391 yang berarti ada kenaikan prestasi sebesar 31 poin dibandingkan dari tahun sebelumnya.

PISA 2006 yang berfokus pada literasi IPA dari 57 negara peserta, siswa Indonesia mencapai posisi ke-50 dengan skor rerata 393. Pada studi sebelumnya, siswa Indonesia berada pada kelompok bawah dengan nilai rata-rata 395. Dengan demikian pada literasi IPA malah mengalami penurunan pencapaian kendati tidak terlalu signifikan sebanyak 2 poin. Selain dari hasil-hasil yang dicapai oleh siswa, pendidikan guru juga masih rendah, hal ini didasarkan data Ditjen PMPTK hingga tahun 2007, terhimpun data guru-guru yang berkualifikasi S-1 (sarjana) pada masing-masing jenjang satuan pendidikan yaitu 16,57% pada guru SD, 61,31% pada guru SMP, 83,34% pada guru SMA, dan 77,53% pada guru SMK (Musfah, 2011:4).


(17)

Berdasarkan keterangan yang telah dipaparkan, perlu kiranya semua komponen yang ada dalam sistem pendidikan mengerahkan seluruh tenaga, waktu, dan dana untuk peningkatan mutu pendidikan di Indonesia khususnya mutu guru SD yang menjadi ujung tombak peletakan pondasi pendidikan dasar bagi peserta didik khususnya dan manusia Indonesia umumnya, sehingga tercapai tujuan pendidikan di Indonesia. Banyak belajar dari sejarah pendidikan bahwa diantara faktor yang berpotensi menurunkan mutu atau yang tidak mendukung peningkatn mutu adalah kebiasaan untuk berkompromi dengan mutu. Kendati kita sering berhadapan dengan situasi yang tidak banyak memberikan peluang kecuali berkompromi, untuk melangkah ke depan, mutu tetap harus diutamakan.

Beberapa permasalahan umum yang ada di Sekolah Dasar yang berkaitan dengan kinerja mengajar guru yakni:

a. Masih banyak guru yang kurang mampu menjabarkan kurikulum ke dalam proses pembelajaran.

b. Masih banyak guru yang kurang kreatif dan inovatif dalam penggunaan metode dan media belajar.

c. Masih banyak guru yang menggunakan sumber belajar hanya berupa buku saja (kurang variasi dalam menggunakan sumber-sumber belajar).

d. Masih banyak guru yang kurang disiplin dalam melaksanakan tugas.

e. Masih banyak sikap guru yang kurang menunjukkan keteladanan kepada anak didiknya atau pun masyarakat sekitar.

f. Masih banyak guru yang kurang dalam melakukan penelitian dan kajian kritis dalam latar belakang keilmuannya.


(18)

Indikator suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat sumber daya manusia yang ada didalamnya dan indikator sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. Semakin tinggi sumber daya manusianya, semakin baik tingkat pendidikannya dan sebaliknya. Keadaan ini sangat bergantung kepada mutu kinerja guru sebagai tenaga pendidik bagi anak bangsa (manusia).

Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, penulis bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul “Analisis Keterlibatan Guru di Kelompok Kerja Guru dan Kaitannya terhadap Peningkatan Kompetensi Pedagogik serta Dampaknya pada Mutu Kinerja Mengajar Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Metro Barat.”

1.2 Identifikasi Masalah

Guru sebagai suatu profesi menuntut profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. Tugas guru sebagai pendidik adalah meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik, sedangkan tugas guru sebagai pengajar adalah meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik, serta tugas guru sebagai pelatih adalah mengembangkan dan menerapkan keterampilan dalam kehidupan demi masa depan anak didik.

Kinerja mengajar seorang guru umumnya dipengaruhi oleh kompetensi dan motivasi yang ada pada dirinya dan terhadap apa yang telah dihasilkan dari kinerja mengajar yang dilakukannya. Selain itu beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja mengajar guru antara lain keterlibatan guru tersebut dalam


(19)

wadah profesi guru. Kita mengenal wadah profesi guru untuk guru Sekolah Dasar yang disebut dengan Kelompok Kerja Guru (KKG).

Proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru harus menjadi perhatian yang serius dalam usaha peningkatan prestasi siswa yang merupakan hasil yang dapat dilihat dari kinerja mengajar seorang guru. Ada beberapa penelitian yang mengatakan bahwa di sekolah-sekolah terbaik yang ada di dunia, kualitas pendidikan di sekolah-sekolah tidak akan melebihi kualitas guru-gurunya. Mc Kinsey dalam Sutresna (2011) membuktikan bahwa kualitas guru merupakan unsur yang sangat penting dibandingkan dengan yang lainnya.

1.3 Batasan Masalah

Pendidikan Sekolah Dasar merupakan pendidikan yang sangat penting bagi anak didik karena pada Sekolah Dasar ini dipancangkan/dibentuk pondasi dasar bagi anak didik untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, guru yang merupakan komponen yang utama di satuan pendidikan perlu mendapatkan sarana dan prasarana bagi penunjang peningkatan kinerja mengajarnya.

Pada realitanya usaha untuk mewujudkan tujuan ideal tentang kualitas kinerja mengajar guru ternyata banyak dihadapkan pada berbagai faktor. Kompleksnya faktor yang mempengaruhi mutu kinerja mengajar guru Sekolah Dasar mendasari pembatasan kajian dalam penelitian ini.

Berdasarkan kajian latar belakang masalah tentang penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan khususnya pencapaian standar kompetensi pendidik


(20)

dan mutu keluaran yang diinginkan, maka penulis membatasi variabel penelitian pada keterlibatan guru di KKG dan kaitannya dengan peningkatan kompetensi pedagogik yang mempengaruhi kinerja mengajar guru.

1.4 Rumusan Masalah

Kelompok Kerja Guru yang merupakan salah satu wadah profesi bagi guru untuk melakukan kegiatan diskusi dalam rangka peningkatan kompetensinya. Diskusi yang dilakukan nantinya akan secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja mengajar guru tersebut di dalam kelas, karena banyak ilmu dan pengalaman yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi yang didapat.

Untuk pengembangan profesi berkelanjutan bagi guru-guru, maka pemerintah, dalam hal ini instansi yang terkait secara langsung pada masalah ini perlu dengan serius menangani kualitas guru. Proses penilaian kerja guru harus benar-benar dilakukan dengan akuntabel dan transparan.

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana gambaran keterlibatan guru di KKG yang diukur berdasarkan persepsi gurunya?

b. Bagaimana gambaran kompetensi pedagogik guru Sekolah Dasar yang diukur dari persepsi gurunya didasarkan kepada pengalaman, pengetahuan, perasaannya selama proses belajar mengajar?

c. Bagaimana gambaran kinerja mengajar guru Sekolah Dasar yang diukur dari persepsi gurunya didasarkan kepada pengalaman, pengetahuan, dan perasaannya selama proses belajar mengajar?


(21)

d. Bagaimana pengaruh keterlibatan guru di KKG terhadap peningkatan kompetensi pedagogik?

e. Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogik terhadap mutu kinerja mengajar?

f. Bagaimana pengaruh keterlibatan guru di KKG terhadap mutu kinerja mengajar melalui peningkatan kompetensi pedagogik?

1.5 Tujuan Penelitian

Agar penelitian dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan serta memiliki arah yang jelas, maka penelitian ini memiliki tujuan, yakni:

a. Mengetahui gambaran mengenai keterlibatan guru di KKG yang ada di Kecamatan Metro Barat.

b. Mengetahui gambaran mengenai kompetensi pedagogik guru Sekolah Dasar di Kecamatan Metro Barat.

c. Mengetahui gambaran mengenai kinerja mengajar guru yang ada di Kecamatan Metro Barat.

d. Mengetahui pengaruh keterlibatan guru di KKG terhadap peningkatan kompetensi pedagogik guru Sekolah Dasar di Kecamatan Metro Barat. e. Mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik terhadap mutu kinerja

mengajar guru Sekolah Dasar di Kecamatan Metro Barat.

f. Mengetahui pengaruh keterlibatan guru di KKG terhadap kinerja mengajar guru melalui peningkatan kompetensi pedagogik.


(22)

1.6 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan dan dirumuskan hasilnya, ada beberapa manfaat yang ingin dipetik, antara lain:

a. Bagi praktisi pendidikan terutama yang berhubungan langsung dengan pembinaan kompetensi pedagogik, hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan masukan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan kendala dalam program pembinaan guru SD melalui KKG, khususnya di Kecamatan Metro Barat, umumnya Propinsi Lampung bahkan penyelenggaraan pembinaan guru SD di Indonesia.

b. Bagi pengambil kebijakan bidang profesi guru (LPMP, Dinas Pendidikan Propinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota), hasil penelitian ini dapat mengungkapkan arti baru dan referensi bagi upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru SD melalui KKG khususnya, dalam rangka peningkatan kualitas guru SD yang dibutuhkan di lapangan, peningkatan mutu layanan pendidikan di tingkat SD, dan memenuhi tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat dirumuskan dalam suatu kebijakan sebagai upaya menyempurnakan pembinaan kemampuan profesional guru SD.

c. Bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu dan pemikiran tentang manajemen pendidikan khususnya penjaminan mutu pendidikan.


(23)

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian dapat dikatakan pula variabel penelitian, yaitu apa yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari lebih lanjut yang berkenaan dengan objek penelitian atau variabel tersebut, yang nantinya dapat ditarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari dari objek penelitian tersebut.

Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh keterlibatan guru di KKG dan kaitannya dengan peningkatan kompetensi pedagogik serta dampaknya pada mutu kinerja mengajar guru di Kecamatan Metro Barat.

Objek yang diteliti adalah keterlibatan guru yang meliputi partisipasi, kontribusi, tanggung jawab, dan kedisiplinan; kompetensi pedagogik yang meliputi karakteristik peserta didik, pengembangan kurikulum, perancangan pembelajaran, pemanfaatan TIK, potensi peserta didik, berkomunikasi, penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi, dan refleksi; serta kinerja mengajar meliputi merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan hubungan interpersonal. 3.2 Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Metro Barat, Kota Metro, Propinsi Lampung. Pemilihan lokasi ini karena dekat dengan tempat tugas dan tempat tinggal peneliti sehingga memudahkan nantinya melakukan kegiatan penelitian


(25)

tersebut. Kota Metro adalan salah satu kota di Propinsi Lampung yang mempunyai lima kecamatan, yaitu Kecamatan Metro Barat, Metro Timur, Metro Utara, Metro Selatan, dan Metro Pusat.

3.2.2 Populasi Penelitian

Penelitian adalah upaya sistematis dalam menemukan, menganalisis, dan menafsirkan bukti-bukti empiris untuk memahami gejala-gejala atau untuk menemukan jawaban tertentu dari suatu permasalahan yang terkait dengan gejala itu.

Sugiyono (2010:117) mendefinisikan “populasi yaitu sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.”

Populasi bukan hanya orang tapi benda-benda alam lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek itu.

Populasi pada penelitian ini adalah semua guru SD yang berada di wilayah Kecamatan Metro Barat Kota Metro, yaitu yang terdiri dari guru kelas, guru PAI (Pendidikan Agama Islam) dan guru PJOK (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan). Berikut adalah data guru SD dari dokumentasi gugus sekolah di Kecamatan Metro Barat.


(26)

Tabel 3.1 Data Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Metro Barat

No. Nama SD Guru Kelas Guru PAI Guru

PJOK

1 SDN 1 Metro Barat 11 2 2

2 SDN 2 Metro Barat 9 1 1

3 SDN 3 Metro Barat 9 1 1

4 SDN 4 Metro Barat 12 1 1

5 SDN 5 Metro Barat 9 2 2

6 SDN 6 Metro Barat 14 1 2

7 SDN 7 Metro Barat 10 2 1

8 SDN 8 Metro Barat 12 1 1

9 SDN 9 Metro Barat 11 1 1

10 SD Al Qur,an Metro Barat 8 1 1

Jumlah 105 13 13

Jumlah Populasi 131

Sumber: Gugus sekolah di Kecamatan Metro Barat 3.2.3 Sampel Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian sampel. Sugiyono (2010:118) menjelaskan bahwa “sampel adalah sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

3.3 Teknik sampling

Pada penelitian ini penentuan sampel menggunakan teknik sampling. Teknik sampling dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu probability sampling dan nonprobability sampling (Sugiyono, 2010: 118). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling yaitu teknik


(27)

pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Tecnic Random Sampling. Teknik ini digunakan karena populasi dianggap homogen sehingga setiap guru diberi peluang yang sama untuk dijadikan anggota sampel. Penentuan sampel menggunakan rumus yang dikemukakan Akdon (Salmah, 2011:127) yaitu:

n = Keterangan:

N = jumlah populasi n = jumlah sampel

d = presisi yang ditetapkan (dalam penelitian ini presisi yang ditetapkan sebesar 10%)

Jumlah guru yang terambil sebagai sampel dari tiap kelompok disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.2 Jumlah Guru Sekolah Dasar yang Terambil Sebagai Sampel

No. Nama Subpopulasi Jumlah Sampel

1 Guru Kelas 65

2 Guru PAI 8

3 Guru PJOK 8

Jumlah 81

Sumber: Data Olahan Penelitian Tahun 2012 3.4 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan tingkat eksplanasi asosiatif dan merupakan penelitian cross sectional (waktu ditentukan) serta menggunakan pendekatan kuantitatif.


(28)

Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2010:57). Ada tiga bentuk hubungan dalam penelitian asosiatif, yaitu hubungan simetris, kausal, dan hubungan interaktif/resiprokal/timbal balik. Pada penelitian ini menggunakan hubungan kausal, yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat, sehingga ada variabel yang mempengaruhi (keterlibatan guru di KKG dan kompetensi pedagogik) dan variabel yang dipengaruhi (kinerja mengajar).

Penelitian ini dilaksanakan dengan studi analitik dan pendekatan survey kepada guru Sekolah Dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Metro. Penelitian dengan pendekatan survey menurut Kerlinger (Salmah, 2011:23) adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar atau kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yaitu segala sesuatu yang berupa apa saja yang ditetapkan oleh peneliti yang dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan. Secara teori veriabel penelitian adalah atribut, sifat, nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi. Berdasarkan keterangan di atas variabel penelitian adalah atribut, sifat, nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.


(29)

Penelitian ini mempunyai tiga bentuk variabel, yaitu variabel variabel independen/bebas (variabel yang mempengaruhi) yaitu keterlibatan guru di KKG, variabel moderator (variabel yang mempengaruhi yang bersifat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat) yaitu kompetensi pedagogik, serta variabel dependen/terikat (variabel yang dipengaruhi) yaitu kinerja mengajar.

3.6 Definisi Operasional

Nazir (Winata, 2011: 72) menyatakan bahwa definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

3.6.1 Keterlibatan Guru

Keterlibatan yaitu derajat sejauhmana karyawan memusatkan perhatiannya terhadap pekerjaan. Keterlibatan kerja guru adalah proses partisipatif yang menggunakan seluruh kapasitas dirinya dan dirancang untuk mendorong peningkatan komitmen bagi suksesnya suatu organisasi (keterlibatan di KKG).

Beberapa unsur yang berkenaan dengan keterlibatan antara lain:

a. Partisipasi atau keikutsertaan mental, perasaan, dan jasmaniah: keterlibatan/partisipasi melibatkan segenap kapasitas diri di KKG.

b. Kesediaan memberi sesuatu sumbangan:

keterlibatan/partisipasi mendorong untuk memberikan sesuatu dengan kesukarelaan di KKG.


(30)

karena ada rasa menjadi anggota dan keinginan untuk meningkatkan kualitas dari organisasi (KKG).

d. Kehadiran/kedisiplinan:

semakin sering terlibat maka akan semakin sering hadir di KKG. 3.6.2 Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran. Ini mencakup konsep kesiapan mengajar yang ditunjukkan oleh penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengajar, meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelakasanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi pedagogik guru SD/MI antara lain:

a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang

pengembangan yang diampu.

d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.


(31)

h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 3.6.3 Kinerja Mengajar

Kinerja mengajar adalah pencapaian prestasi dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada guru sehubungan dengan interaksinya dengan anak didik selama proses belajar mengajar yang didasarkan atas empat kompetensi yang dimilikinya. Seperti yang disampaikan Kersner (1992) dan Davis (1971) dalam Salmah (2011:117) untuk mengukur kinerja mengajar guru digunakan indikator-indikator kinerja, yaitu pertama kemampuan manajerial. Termasuk dalam kemampuan ini yaitu perencanaan, pelaksanaan (pra pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, penutup), penilaian, dan tindak Lanjut; kedua kemampuan teknis. Termasuk dalam kemampuan ini yaitu komunikasi, kerjasama, keputusan, dan inisiatif.

3.7 Instrumen Penelitian 3.7.1 Kisi-kisi Instrumen

Penelitian memerlukan sekumpulan data dan informasi yang sesuai yang nantinya dapat dipergunakan untuk menjawab masalah penelitian atau menguji hipotesis dan akhirnya untuk mengambil keputusan.

Menurut Sugiyono (2010:147): “Penelitian pada dasarnya adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial ataupun alam.” Oleh karena itu


(32)

dalam penelitian memerlukan alat ukur yang baik yang dinamakan instrumen penelitian.

Instrumen pada penelitian ini berupa daftar angket yang berisi sejumlah pertanyaan/pernyataan tentang ketiga variabel penelitian dengan indikator-indikatornya, yang meminta jawaban. Instrumen dibuat berdasarkan kisi-kisi instrumen yang telah dirancang sebelumnya.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen

Variabel Aspek Indikator Nomor

Item Keterlibatan

Guru

Keterlibatan Tingkat keterlibatan di KKG 1-4 13-16 Kontribusi Tingkat kontribusi di kegiatan

KKG

5-8 17-20 Tanggung

jawab

Tingkat tanggung jawab di KKG

9-10 21-22 Kedisiplinan Tingkat kedisiplinan di KKG 11-12 23-24 Kompetensi Pedagogik Karakteristik peserta didik Mempelajari karakteristik peserta didik 1-2 Pengembangan kurikulum

Memilih materi terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran

3-5

Perancangan pembelajaran

Menyelenggarakan

pembelajaran yang mendidik

6-10

Pemanfaatan TIK

Memanfaatkan TIK dalam pembelajaran

11-12

Potensi peserta didik

Menyediakan kegiatan untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik

13-14

Berkomunikasi Berkomunikasi efektif, empatik, dan santun dalam interaksi pembelajaran


(33)

Penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar Mengembangkan instrumen penilaian 17-20 Pemanfaatk\an hasil penilaian dan evaluasi

Menggunakan hasil penilaian dan evaluasi untuk merancanng remedial dan pengayaan

21-23

Refleksi Melakukan tindakan reflektif untuk perbaikan dan

pengembangan pembelajaran 24-25 Kinerja Mengajar Prosedur pembelajaran (classroom procedure):

a. Merencana kan pembelajar an

• Persiapan pembelajaran

1-2

b. Melaksanak an

pembelajar an

• Pembukaan pembelajarn

• Kegiatan inti

• Penutupan

3-6 7-14 15-17 c. Mengevalu

asi

pembelajar an

• Evaluasi pembelajaran

• Tindak lanjut

18-20 21-22 Hubungan antar pribadi (interpersonal skill)

• Komunikasi 23-25

Sumber: Data Olahan Penelitian Tahun 2012 3.7.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Pada penelitian, data merupakan unsur yang sangat penting karena merupakan pengembangan dan gambaran dari variabel yang diteliti dan fungsinya sebagai pembentukan hipotesis, sehingga benar atau tidaknya penelitian


(34)

tergantung dari mutu data yang di dapat. Hal ini secara tidak langsung juga berhubungan dengan baik tidaknya instrumen yang digunakan pada saat pengumpulan data tersebut. Syarat yang harus dimiliki oleh sebuah instrumen yang baik adalah valid dan reliabel.

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang akan diukur dalam suatu penelitian (Nasution, 2003:22). Instrumen yang valid adalah instrumen yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk menguji validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan pengujian validitas konstrak, yang mengkorelasikan skor yang diperoleh dari masing-masing item dengan jumlah skor yang diperoleh dari semua pertanyaan/item dalam instsrumen (skor total instrumen). Korelasi antara masing-masing skor dengan skor totalnya harus signifikan.

Rumus yang digunakan dalam mengukur validitas instrumen adalah rumus korelasi product moment, yang dikemukakan oleh Pearson yang tertera di bawah ini. Pada penelitian ini validitas data diproses dengan aplikasi SPSS 17.0.

= ∑ –(∑ ∑

∑ 2 ∑ 2 ∑ 2 ∑ 2 Keterangan:

= besarnya koefisien korelasi n = jumlah responden

X = skor variabel X Y = skor variabel Y

Nasution (2003:22) menyatakan bahwa reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur atau instrumen penelitian dapat dipercaya


(35)

atau diandalkan dalam kegiatan penelitian. Jika suatu instrumen digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukurannya relatif konsisten, maka alat ukur tersebut reliabel.

Untuk menguji reliabilitas instrumen penelitian dilakukan dengan Internal Consistency dengan teknik belah dua (split half). Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan bantuan aplikasi SPPS 17.0.

Hasil analisis validitas dari masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Butir Soal Instrumen Keterlibatan Guru

Nomor

Soal Nilai r hitung

Nilai r tabel

(5%) Keterangan

1 0.643 0.361 Valid

2 0.601 0.361 Valid

3 0.720 0.361 Valid

4 0.697 0.361 Valid

5 0.652 0.361 Valid

6 0.223 0.361 Tidak valid

7 0.781 0.361 Valid

8 0.635 0.361 Valid

9 0.580 0.361 Valid

10 0.575 0.361 Valid

11 0.517 0.361 Valid

12 0.777 0.361 Valid

13 0.594 0.361 Valid

14 0.583 0.361 Valid

15 0.678 0.361 Valid

16 0.582 0.361 Valid


(36)

18 0.838 0.361 Valid

19 0.809 0.361 Valid

20 0.724 0.361 Valid

21 0.666 0.361 Valid

22 0.594 0.361 Valid

23 0.791 0.361 Valid

24 0. 667 0.361 Valid

Sumber: Data Olahan PenelitianTahun 2012

Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Butir Soal Instrumen Kompetensi Pedagogik

Nomor

Soal Nilai r hitung

Nilai r tabel

(5%) Keterangan

1 0.491 0.361 Valid

2 0.409 0.361 Valid

3 0.627 0.361 Valid

4 0.665 0.361 Valid

5 0.506 0.361 Valid

6 0.538 0.361 Valid

7 0.452 0.361 Valid

8 0.426 0.361 Valid

9 0.115 0.361 Tidak valid

10 0.673 0.361 Valid

11 0.105 0.361 Tidak valid

12 0.586 0.361 Valid

13 0.513 0.361 Valid

14 0.677 0.361 Valid

15 0.363 0.361 Valid

16 0.519 0.361 Valid

17 0.456 0.361 Valid

18 0.526 0.361 Valid


(37)

20 0.616 0.361 Valid

21 0.489 0.361 Valid

22 0.478 0.361 Valid

23 0.530 0.361 Valid

24 0.443 0.361 Valid

25 0.600 0.361 Valid

Sumber: Data Olahan Penelitian Tahun 2012

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Butir Soal Instrumen Kinerja Mengajar Nomor

Soal Nilai r hitung

Nilai r tabel

(5%) Keterangan

1 0.074 0.361 Tidak valid

2 0.577 0.361 Valid

3 0.365 0.361 Valid

4 0.705 0.361 Valid

5 0.671 0.361 Valid

6 0.660 0.361 Valid

7 0.799 0.361 Valid

8 0.627 0.361 Valid

9 0.660 0.361 Valid

10 0.538 0.361 Valid

11 0.654 0.361 Valid

12 0.511 0.361 Valid

13 0.692 0.361 Valid

14 0.577 0.361 Valid

15 0.499 0.361 Valid

16 0.534 0.361 Valid

17 0.731 0.361 Valid

18 0.474 0.361 Valid

19 0.042 0.361 Tidak valid

20 0.382 0.361 Valid


(38)

22 0.310 0.361 Tidak valid

23 0.365 0.361 Valid

24 0.691 0.361 Valid

25 0.725 0.361 Valid

Sumber: Data Olahan Penelitian Tahun 2012

Berdasarkan uji validitas terhadap data sampel ujicoba, untuk variabel keterlibatan guru dengan jumlah butir soal semula 24 butir, setelah dilakukan uji validitas maka butir soal nomor 6 dinyatakan tidak valid. Pada variabel kompetensi pedagogik dengan jumlah butir soal 25 butir, setelah dilakukan uji validitas maka butir soal nomor 9 dan 11 dinyatakan tidak valid. Sedangkan untuk variabel kinerja mengajar dengan jumlah butir soal 25 butir, setelah dilakukan uji validitas maka dinyatakan soal nomor 1, 19, dan 22 dinyatakan tidak valid.

Selain dilakukan uji validitas, juga dilakukan uji reliabilitas pada instrumen yang akan digunakan untuk penelitian. Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan bantuan aplikasi SPSS 17.0, maka didapat hasil bahwa semua instrumen dinyatakan reliabel. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

No. Instrumen Hasil Uji Reliabilitas

1 Keterlibatan Guru 0.754

2 Kompetensi Pedagogik 0.745

3 Kinerja Mengajar 0.835

Sumber: Data olahan Tahun 2012 3.8 Teknik Pengumpulan Data

Mengumpulkan data berarti mencatat peristiwa/kejadian, mencatat karakteristik elemen, atau mencatat nilai variabel (Supranto, J., 2009:50). Pada


(39)

penelitian ini mengumpulkan data yaitu mencatat nilai variabel. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data secondary. Sumber data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada semua guru SD yang berada di wilayah Kecamatan Metro Barat Kota Metro. Sedangkan data secondary pada penelitian ini diperoleh dari dokumentasi yang ada di gugus sekolah di Kecamatan Metro Barat.

Tabel 3.8 Jenis Data dan Sumber Data

JENIS DATA SUMBER DATA

Tanggapan Responden tentang Keterlibatan Guru di KKG

Seluruh guru yang menjadi anggota sampel

Tanggapan Responden tentang Kompetensi Pedagogik

Seluruh guru yang menjadi anggota sampel

Tanggapan Responden tentang Kinerja Mengajar

Seluruh guru yang menjadi anggota sampel

Sumber: Data Olahan Penelitian Tahun 2012

Teknik pengumpulan data merupakan alat-alat pengukuran yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian (Nasution, 2003:20). Data yang dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan, dan berbagai ragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian.

Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang utama, yakni teknik angket dan studi dokumen.

3.8.1 Teknik Angket atau Kuesioner

Menurut Sugiyono (2010:199) angket atau kuesioner merupakan “suatu teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau


(40)

pernyataan kepada responden untuk dijawabnya.” Akdon dan Sahlan Hadi (Salmah, 2011:129) kuesioner atau angket terdiri dari dua jenis yaitu ‘angket berstruktur (angket tertutup) dan angket yang tidak berstruktur (angket terbuka).’

Bentuk angket yang digunakan pada penelitian ini adalah bentuk angket tertutup yang berisikan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang sudah tersedia. Menurut Akdon dan Sahlan Hadi (Salmah, 2011:129) angket tertutup adalah ‘angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberi tanda silang (X) atau tanda checklist (√).

Informasi atau data yang ingin dikumpulkan melalui angket yang bersifat self evaluation ini sesuai dengan variabel-variabel penelitian, yaitu keterlibatan guru di KKG, kompetensi pedagogik, dan kinerja mengajar.

3.8.2 Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan sebagai cara mengumpulkan data dengan memperlajari dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai narasumber resmi baik di lokasi penelitian atau di instansi lain yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Pada penelitian ini dokumen yang diperlukan antara lain data guru Sekolah Dasar yang ada di gugus sekolah yang berada di wilayah Kecamatan Metro Barat.

3.9 Teknik Analisis Data

Menurut Satori dan Komariah (2011:391) bahwa untuk penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, maka analisis data merupakan kegiatan


(41)

yang dilakukan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Mengolah data menurut Suprant (2009:50) adalah melakukan kegiatan untuk mendapatkan data ringkasan berbentuk angka berdasarkan data mentah dengan menggunakan rumus tertentu. Sehingga kegiatan dalam analisis data yang dapat dilakukan adalah:

a. Mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden b. Mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden c. Menyajikan data tiap variabel yang diteliti

d. Melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah

e. Melakukan perhitungan untuk melakukan pengujian hipotesis yang diajukan.

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan statistik inferensial, yaitu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisa data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.

Sebelum melakukan uji analisis regresi lebih lanjut, maka dilakukan uji prasyarat analisis regresi bagi data yang akan digunakan untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis. Uji statistik yang digunakan sebagai uji prasyarat pada penelitian ini antara lain:

3.9.1 Uji Multikolinieritas

Artinya ada korelasi linier yang tinggi diantara dua atau lebih variabel bebas. Multikolinieritas diuji dengan menghitung nilai VIF (Varience Inflating Factor). Bila nilai VIF lebih kecil dari 5 maka tidak terjadi multikolinieritas atau non multikolinieritas.


(42)

Hipotesis yang digunakan untuk menguji korelasi linear diantara variabel bebas tersebut adalah:

Ho=Tidak terjadi multikolinieritas (non multilinieritas) Ha= Terjadi multikolinieritas

Jika VIF lebih kecil dari 5 maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya non multikolinearitas.

Jika VIF lebih besar dari 5 maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya terjadi multikolinearitas.

Hasil perhitungan dengan menggunakan aplikasi SPSS 17.0 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.9 Multikolinearitas Variabel Keterlibatan (X) dan Pedagogik (Y)

Sumber: Data Olahan Penelitian Tahun 2012

Output SPSS 17.0 dapat dilihat bahwa nilai VIF semua variabel bebas (keterlibatan = 1.804 dan pedagogik = 1.804) disifati non multikolinearitas karena nilai VIF lebih kecil dari 5 atau dapat dikatakan berdasarkan hipotesis maka Ho diterima.

3.9.2 Uji Heteroskedostisitas

Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana masing-masing kesalahan pengganggu mempunyai varian yang berlainan. Uji ini menggunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman. Bila sig lebih besar dari 0.05 maka persamaan regresinya non heteroskedastisitas atau homoskedastisitas.

No Variabel VIF Keterangan

1 Keterlibatan (X) 1.804 Non Multikolinieritas


(43)

Sebelum melakukan uji heteroskidastisitas, bisa mempersiapkan hipotesis sebagai berikut:

Ho=Tidak terjadi heteroskedastisitas (homosdedastisitas) Ha=Terjadi heteroskedastisitas

Jika α = 0.05 lebih besar dari signifikansi hasil korelasi maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya terjadi hetereoskedastisitas.

Jika α = 0.05 lebih kecil dari signifikansi hasil korelasi maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak terjadi heteroskedostisitas (homoskedostisitas).

Hasil uji heteroskedostisitas disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Uji Heteroskedostisitas

No. Variabel Sig Keterangan

1 Keterlibatan (X) 0.067 Homoskedostisitas

2 Pedagogik (Y) 0.586 Homoskedostisitas

Sumber: Data Olahan Penelitian Tahun 2012

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa variabel yang diuji (keterlibatan = 0.067 dan pedagogik = 0.586) tidak mengandung heteroskedostisitas karena α = 0.05 lebih kecil dari signifikansi hasil korelasi, maka Ho diterima dan Ha ditolak. 3.9.3 Uji Normalitas

Untuk mengetahui residual model regresi yang diteliti berdistribusi normal atau tidak, maka digunakan uji normalitas. Uji ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika sig lebih dari 0.05 maka asumsi normalitas terpenuhi.

Hipotesis yang bisa dibuat adalah: Ho=Data berdistribusi normal Ha=Data tidak berdistribusi normal


(44)

Jika α = 0.05 lebih besar dari signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya data tidak berdistribusi normal.

Jika α = 0.05 lebih kecil dari signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya data berdistribusi normal.

Setelah melakukan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan aplikasi SPSS.17, maka didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 3.11 Rekapitulasi Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

No. Variabel Sig Keterangan

1 Keterlibatan (X) 0.651 Berdistribusi normal

2 Pedagogik (Y) 0.541 Berdistribusi normal

3 Kinerja Mengajar (Z) 0.581 Berdistribusi normal Sumber: Data Olahan Penelitian Tahun 2012

Pada hasil signifikansi uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat bahwa dihasilkan keterlibatan = 0.651, pedagogik = 0.541, dan kinerja = 0.581. Ketiga nilai ini lebih besar dari 0.05, artinya Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat dikatakan untuk data tiga variabel yang ada pada penelitian ini adalah berdistribusi normal.

3.9.4 Uji Linearitas

Pengujian linieritas perlu dilakukan untuk mengetahui model yang dibuktikan merupakan model linier atau tidak dan menguji kelinieran variabel bebas terhadap variabel terikat. Bila sig kurang dari 0.05 maka asumsi linieritas terpenuhi. Penyajikan dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho=Model regresi berbentuk linier Ha=Model regresi tidak berbentuk linier


(45)

Jika α = 0.05 lebih besar dari signifikansi F, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya model regresi berbentuk linier.

Jika α = 0.05 lebih kecil dari signifikansi F, maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya model regresi tidak berbentuk linier.

Berdasarkan perhitungan dengan SPSS 17.0 dengan menggunakan curve estimation, dapat dilihat hasil sebagai berikut:

Tabel 3.12 Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas

No. Variabel Sig Keterangan

1 Keterlibatan (X) terhadap Kinerja

Mengajar (Z) 0.000 Linier

2 Pedagogik (Y) terhadap Kinerja

Mengajar (Z) 0.000 Linier

Sumber: Data Olahan Penelitian Tahun 2012

Pada hasil signifikansi uji linieritas dapat dilihat bahwa dihasilkan signifikansi linieritas keterlibatan terhadap kinerja sebesar 0.000 dan signifikansi linieritas pedagogik terhadap kinerja sebesar 0.000. Kedua nilai ini lebih kecil dari 0.05, artinya Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat dikatakan model regresi berbentuk linier.


(46)

Untuk memperjelas hasil SPSS17.0, dapat dilihat dari grafik ini.

Gambar 3.1 Grafik Hubungan Linier antara Keterlibatan (X) dengan Kinerja (Z)

Sumber: Data Olahan Penelitian Tahun 2012

Gambar 3.2 Grafik Hubungan Linier antara Pedagogik (Y) dengan Kinerja (Z)


(47)

Selanjutnya dengan terpenuhinya uji prasyarat ini, maka dilanjutkan dengan uji korelasi dan regresi untuk menjawab hipotesis yang diajukan. Korelasi adalah hubungan antara dua variabel atau lebih. Antara dua variabel dinamakan bivariate correlation, sedangkan lebih dari dua variabel dinamakan multivariate correlation, sedangkan analisis regresi adalah adalah alat untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi antar variabel.

Menurut Ridwan (2010:1) analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Seewall Wright. Path analysis diartikan oleh Bohrnstedt bahwa ‘a technique for estimating the effect’s a set of independent variables has on a dependent variable from a set of observed correlations, given a set of hypothesized causal asymetric relation among the variables.’

Tujuan utama path analysis adalah untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen) (Maruyama, 1998:16 dalam Riduwan (2010:1).

Rumusan masalah penelitian dalam kerangka path analysis berkisar pada apakah variabel eksogen berpengaruh terhadap variabel endogen; berapa besar pengaruh kausal langsung, kausal tidak langsung, kausal total maupun simultan seperangkat variabel eksogen terhadap variabel endogen.

Manfaat model path analysis adalah penjelasan terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang diteliti; prediksi nilai variabel terikat berdasarkan nilai variabel bebas dan prediksi dengan path analysis ini bersifat


(48)

kualitatif; faktor diterminan yaitu penentuan variabel bebas mana yang berpengaruh dominan terhadap variabel terikat, juga dapat digunakan untuk menelusuri mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat; pengujian model, menggunakan teori triming, baik untuk uji reliabilitas konsep yang sudah ada ataupun pengembangan konsep baru.

Asumsi yang mendasari path analysis adalah hubungan antar variabel adalah bersifat linier dan adaptif dan bersifat normal; hanya sistem aliran kausal ke satu arah artinya tidak ada arah kausalitaas yang berbalik; variabel terikat minimal dalam skala ukur interval (ratio); menggunakan sampel probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel; observed variables diukur tanpa keslahan (instrumen valid dan reliabel) artinya variabel yang diteliti dapat diobsevasi secara langsung; model yang dianalisis dispesifikasikan (diidentifikasikan) dengan benar berdasarkan teori dan konsep yang relevan artinya model teori yang

dikaji atau diuji dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang mampu menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti.

Pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis jalur pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Hipotesis Model-1: Keterlibatan guru dalam kegiatan KKG dan peningkatan kompetensi pedagogik berkontribusi secara simultan terhadap mutu kinerja mengajar guru.


(49)

Bentuk diagram koefisien jalur Model-1

Gambar 3.3 Hubungan Struktur X dan Y tehadap Z (Model-1) Sumber: Data Olahan Penelitian Tahun 2012

b. Hipotesis Model-2: Keterlibatan guru dalam kegiatan KKG berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi pedagogik

Struktur Model-2: Y = ρyx X + ρy + ρyɛ2 Bentuk Diagram Koefisien Jalur Model-2

Gambar 3.4 Hubungan Struktur X tehadap Y (Model-2) Sumber: Data Olahan Penelitian Tahun 2012

ɛ2 ɛ1

X Y Z

ρyx ρzy

ρzx

ρy ρz

ρy

ɛ2

X Y


(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Tingkat keterlibatan guru di Kelompok Kerja Guru untuk Kecamatan Metro Barat secara umum ‘sangat tinggi’, terutama dalam hal keterlibatan/partisipasi, tanggung jawab, dan kedisiplinan/kehadiran. Sedangkan pada tingkat kontribusi hanya mencapai katagori ‘tinggi’. Namun demikian ini berarti keterlibatan guru di KKG dapat menunjang mutu kinerja mengajarnya.

b. Kompetensi pedagogik guru Sekolah Dasar di Kecamatan Metro Barat yang merupakan salah satu dari standar pendidik, secara umum telah diterapkan dan dilakukan oleh guru Sekolah Dasar di kelasnya. Perbandingan aspek-aspek pada kompetensi pedagogik didapatkan bahwa penilaian hasil dan proses pembelajaran mempunyai rata-rata paling tinggi. Penilaian hasil dan proses merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh guru seperti pengayaan dan remedial. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dikemukakan sebelum memulai suatu materi.

c. Kinerja mengajar yang merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru pada proses pembelajaran secara umum berkatagori ‘sangat tinggi’,


(51)

terutama dalam hal merencanakan pembelajaran, pra pembelajaran, kegiatan inti, penutupan, dan komunikasi. Sedangkan untuk aspek tindak lanjut hanya mencapai katagori ‘tinggi’. Namun demikian hal ini dapat dikatakan bahwa mutu kinerja mengajar memang ditunjang oleh keterlibatan guru dalam kegiatan KKG dan kompetensi pedagogiknya. d. Keterlibatan guru di Kelompok Kerja Guru untuk Kecamatan Metro Barat

secara individual berpengaruh positif terhadap peningkatan kompetensi pedagogik.

e. Peningkatan kompetensi pedagogik secara individual berpengaruh positif terhadap kinerja mengajar guru di Kecamatan Metro Barat.

f. Keterlibatan guru di Kelompok Kerja Guru berpengaruh positif terhadap mutu kinerja mengajar melalui peningkatan kompetensi pedagogik. Berdasarkan hubungan jalur ini dapat dikatakan bahwa keterlibatan guru yang intens dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru terhadap peningkatan kompetensi berdampak pula pada mutu kinerja mengajar guru Sekolah Dasar di Kecamatan Metro Barat. Pengaruh keterlibatan guru di Kelompok Kerja Guru terhadap mutu kinerja mengajar akan lebih signifikan jika melalui keterpengaruhan yang ada pada kompetensi pedagogik jika dibandingkan dengan pengaruh langsung keterlibatan guru dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru terhadap mutu kinerja mengajar tanpa peningkatan kompetensi pedagogik.


(52)

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan di atas maka rekomendasi yang dapat diberikan antara lain:

a. Bagi guru sekolah dasar di Kecamatan Metro Barat untuk terus meningkatkan kesadarannya akan pentingnya KKG sebagai wadah profesi bagi guru, terutama pada aspek kontribusi karena pada aspek ini mendapatkan rata-rata paling rendah dibandingkan dengan aspek yang lain. Peningkatan aspek kontribusi ini dapat dilakukan dengan cara memberikan pandangan oleh narasumber bahwa pengimbasan hasil kegiatan KKG kepada rekan sejawat, yaitu pelaporan hasil kegiatan dalam bentuk dokumen atau diskusi kembali pada KKG sekolah sangat penting bagi terwujudnya mutu mengajar.

b. Peningkatan kompetensi pedagogik bagi guru sekolah dasar di Kecamatan Metro Barat perlu ditingkatkan terutama pada aspek pemanfaatan TIK. Upaya peningkatan ini dapat dilakukan antara lain pendidikan dan pelatihan TIK, sehingga para guru dapat meng-up date ilmu pengetahuan dan keterampilan dengan media digital, misalnya internet.

c. Kepekaan guru sekolah dasar di Kecamatan Metro Barat dalam kinerja mengajar, terutama pada aspek tindak lanjut perlu diasah kembali agar dapat melihat kembali apakah yang harus dilakukan oleh para guru setelah mendapatkan hasil akhir dari evaluasi proses dan hasil pembelajaran. Cara yang dapat ditempuh antara lain dengan mengadakan in house training di


(53)

KKG sekolah berkenaan dengan pemanfaatan hasil evaluasi proses dan hasil pembelajaran.

d. Bagi para peneliti yang ingin mengembangkan penelitian serupa, diharapkan dapat menambah variabel-variabel lain, misalnya variabel motivasi atau manajer (kepala sekolah). Selain dari penambahan variabel, pada bagian kinerja mengajar para peneliti yang ingin mengembangkan penelitian ini dapat pula membuat persepsi kinerja mengajar dari pihak siswa, kepala sekolah, atau teman sejawat.


(54)

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, Ibrahim. (2009). Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: Dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi. Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara. _______________. (2009). Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Sekolah

Dasar. Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.

Damarstuti, L.M. (2008). Analisis Variabel Antecedent bagi Keyakinan Diri (Self efficacy) yang Berpengaruh pada Motivasi Pra Pelatihan (Studi Guru di SMA Negeri se-Kota Semarang. Tesis Magister pada Undip Semarang. Depdiknas (2010). Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional

2010-2014. Indonesia, Jakarta.

_________. (2008). Penilaian Kinerja Guru. Indonesia, Jakarta: Gaung Persada Press.

_________. (2008). Sistem Penjaminan dan Peningkatan Mutu Pendidikan (SP2MP). Indonesia, Jakarta.

_________. (2007). Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta.

Dharma, Surya. (2010). Manajemen Kinerja (Falsafah Teori dan Penerapannya). Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hayat, Bahrul dan Yusuf, Suhendra. 2010. Benchmark Internasional Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Indrawijya, A. Ibrahim. (2010). Teori, Perilaku, dan Budaya Organisasi. Indonesia, Bandung: Refika Aditama.

Karjono. (2005). Pengaruh Etos Kerja Mahasiswa dan Keterlibatan dalam Organisasi KOPMA terhadap Sikap Kewirausahaan. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Kartiningsih. (2007). Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Keterlibatan Kerja terhadap Komitmen Organisasi dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan. Tesis Magister pada Undip Semarang.


(56)

Miftah. (2011). Pembinaan Profesional Melalui Supervisi Pengajaran. [Online]. Tersedia:

http://miftah19.wordpress.com/2011/04/07/pembinaan-profesional-melalui-supervisi-pengajaran/ [1 Februari 2012].

Moeheriono. (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Indonesia: Bogor: Ghalia Indonesia.

Mulyasa, E. (2009). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Indonesia, Bandung: Remaja Rosdakarya. Musfah, J. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru: Malalui Pelatihan dan

Sumber Belajar Teori dan Praktik. Indonesia: Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Muslim, Sri Banun. 2009. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru. Indonesia, Bandung: Alfabeta.

Nasution, S. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.

Nugrawati. (2010). Pembinaan Kemampuan Kompetensi Profesional Guru SD (Studi Kualitatif tentang Pembinaan Kemampuan Profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi). Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

PGRI Lebak. (2009). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru. [Online]. Tersedia: http://pgri-lebak.org/berita/95-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kinarja-guru.html [1 Februari 2012].

Purwanto, Ngalim. (2009). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Indonesia, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Rahman, M.A. (2011). Kesalahan-kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Indonesia, Jogjakarta: DIVA Press.

Riduan dan Kuncoro, Engkos A. (2010). Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analysis. Indonesia, Bandung: Alfabeta.

Rini, Sapto. (2010). Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Terhadap Proses Belajar Siswa dan Dampaknya pada Hasil Belajar Siswa di Kota Palembang. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sallis, Edward. (2011). Menejemen Mutu Terpadu Pendidikan. Alih bahasa Ahmad Ali Riyadi. Indonesia, Jogjakarta: IRCiSoD.


(57)

Salmah. (2011). Kontribusi Peningkatan Kegiatan Kelompok Kerja Guru dan Motivasi Berprestasi terhadap Mutu Kinerja Mengajar Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Mangunreja. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Satori, D dan Komariah, A. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Indonesia, Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Indonesia, Bandung: Alfabeta.

Supranto, J. (2009). The Power of Statistics untuk Pemecahan Masalah. Indonesia, Jakarta: Salemba Empat.

Sutresna. (2010). Kontribusi Akreditasi Pada Pencitraan Pelanggan (Studi SMA di Kota Bandar Lampung). Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tim Penyusun. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Indonesia, Jakarta. _________. (2009). Undang-undang Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta.

_________. (2005). Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta.

_________. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

_________. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

UNDP. (2008). Human Development Index. [Online]. Tersedia:

http://hdrstats.undp.org/in/countries/profile/IDN.html. 5 Juni 2012.

Usman, Huzaini. (2010). Manajemen: Teori, Praktek, Riset Pendidikan. Indonesia, Jakarta: Gaung Persada Press.

Usman, Moh. Uzer . (2009). Menjadi Guru Profesional. Indonesia, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Widodo, Joko. (2007). Learning Organozation. Indonesia, Malang: Bayu Media Publishing.


(58)

Winata. (2011). Perbandingan Mutu Manajemen Sekolah Layaan Pembelajaran di SMK (Studi Komparatif pada Bebebrapa Sekolah yang Berstatus ISO dan BAN-S/M di Kabupaten Lebak). Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Yamin, Martinis. dan Maisah . (2010). Standarisasi Kinerja Guru. Indonesia, Jakarta: Gaung Persada Press.

Yuniarsih, Tjutju. dan Suwatno. (2009). Menejemen Sumberdaya Manusia. Indonesia, Bandung: Alfabeta.

Yusuf L.N, Syamsu dan Sugandhi, Nani.M. (2011). Perkembangan Peserta Didik. Indonesia, Jakarta: Rajawali Press.


(1)

pembelajaran.

d. Bagi para peneliti yang ingin mengembangkan penelitian serupa, diharapkan dapat menambah variabel-variabel lain, misalnya variabel motivasi atau manajer (kepala sekolah). Selain dari penambahan variabel, pada bagian kinerja mengajar para peneliti yang ingin mengembangkan penelitian ini dapat pula membuat persepsi kinerja mengajar dari pihak siswa, kepala sekolah, atau teman sejawat.


(2)

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, Ibrahim. (2009). Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: Dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi. Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara. _______________. (2009). Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Sekolah

Dasar. Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.

Damarstuti, L.M. (2008). Analisis Variabel Antecedent bagi Keyakinan Diri (Self efficacy) yang Berpengaruh pada Motivasi Pra Pelatihan (Studi Guru di SMA Negeri se-Kota Semarang. Tesis Magister pada Undip Semarang. Depdiknas (2010). Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional

2010-2014. Indonesia, Jakarta.

_________. (2008). Penilaian Kinerja Guru. Indonesia, Jakarta: Gaung Persada Press.

_________. (2008). Sistem Penjaminan dan Peningkatan Mutu Pendidikan (SP2MP). Indonesia, Jakarta.

_________. (2007). Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta.

Dharma, Surya. (2010). Manajemen Kinerja (Falsafah Teori dan Penerapannya). Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hayat, Bahrul dan Yusuf, Suhendra. 2010. Benchmark Internasional Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Indrawijya, A. Ibrahim. (2010). Teori, Perilaku, dan Budaya Organisasi. Indonesia, Bandung: Refika Aditama.

Karjono. (2005). Pengaruh Etos Kerja Mahasiswa dan Keterlibatan dalam Organisasi KOPMA terhadap Sikap Kewirausahaan. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Kartiningsih. (2007). Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Keterlibatan Kerja terhadap Komitmen Organisasi dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan. Tesis Magister pada Undip Semarang.


(4)

135

Miftah. (2011). Pembinaan Profesional Melalui Supervisi Pengajaran. [Online].

Tersedia:http://miftah19.wordpress.com/2011/04/07/pembinaan-profesional-melalui-supervisi-pengajaran/ [1 Februari 2012].

Moeheriono. (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Indonesia: Bogor: Ghalia Indonesia.

Mulyasa, E. (2009). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Indonesia, Bandung: Remaja Rosdakarya. Musfah, J. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru: Malalui Pelatihan dan

Sumber Belajar Teori dan Praktik. Indonesia: Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Muslim, Sri Banun. 2009. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru. Indonesia, Bandung: Alfabeta.

Nasution, S. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.

Nugrawati. (2010). Pembinaan Kemampuan Kompetensi Profesional Guru SD (Studi Kualitatif tentang Pembinaan Kemampuan Profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi). Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

PGRI Lebak. (2009). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru. [Online]. Tersedia:http://pgri-lebak.org/berita/95-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kinarja-guru.html [1 Februari 2012].

Purwanto, Ngalim. (2009). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Indonesia, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Rahman, M.A. (2011). Kesalahan-kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Indonesia, Jogjakarta: DIVA Press.

Riduan dan Kuncoro, Engkos A. (2010). Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analysis. Indonesia, Bandung: Alfabeta.

Rini, Sapto. (2010). Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Terhadap Proses Belajar Siswa dan Dampaknya pada Hasil

Belajar Siswa di Kota Palembang. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Sallis, Edward. (2011). Menejemen Mutu Terpadu Pendidikan. Alih bahasa Ahmad Ali Riyadi. Indonesia, Jogjakarta: IRCiSoD.


(5)

Salmah. (2011). Kontribusi Peningkatan Kegiatan Kelompok Kerja Guru dan Motivasi Berprestasi terhadap Mutu Kinerja Mengajar Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Mangunreja. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Satori, D dan Komariah, A. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Indonesia, Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Indonesia, Bandung: Alfabeta.

Supranto, J. (2009). The Power of Statistics untuk Pemecahan Masalah.

Indonesia, Jakarta: Salemba Empat.

Sutresna. (2010). Kontribusi Akreditasi Pada Pencitraan Pelanggan (Studi SMA di Kota Bandar Lampung). Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tim Penyusun. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Indonesia, Jakarta. _________. (2009). Undang-undang Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta.

_________. (2005). Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta.

_________. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

_________. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

UNDP. (2008). Human Development Index. [Online]. Tersedia: http://hdrstats.undp.org/in/countries/profile/IDN.html. 5 Juni 2012.

Usman, Huzaini. (2010). Manajemen: Teori, Praktek, Riset Pendidikan.

Indonesia, Jakarta: Gaung Persada Press.

Usman, Moh. Uzer . (2009). Menjadi Guru Profesional. Indonesia, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Widodo, Joko. (2007). Learning Organozation. Indonesia, Malang: Bayu Media Publishing.


(6)

137

Winata. (2011). Perbandingan Mutu Manajemen Sekolah Layaan Pembelajaran di SMK (Studi Komparatif pada Bebebrapa Sekolah yang Berstatus ISO dan BAN-S/M di Kabupaten Lebak). Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Yamin, Martinis. dan Maisah . (2010). Standarisasi Kinerja Guru. Indonesia, Jakarta: Gaung Persada Press.

Yuniarsih, Tjutju. dan Suwatno. (2009). Menejemen Sumberdaya Manusia.

Indonesia, Bandung: Alfabeta.

Yusuf L.N, Syamsu dan Sugandhi, Nani.M. (2011). Perkembangan Peserta Didik. Indonesia, Jakarta: Rajawali Press.