MODEL PELATIHAN IN-SERVICE BERBASIS KOMPETENSI DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME BABY SITTER.

(1)

ii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………. PERNYATAAN ……….. ABSTRAK ………... ABSTRACT ……… KATA PENGANTAR ………. UCAPAN TERIMA KASIH ………... DAFTAR ISI ………... DAFTAR TABEL ………... DAFTAR BAGAN ……….. DAFTAR LAMPIRAN ………...

i ii iii iv v vii xi xiii xv xvi BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ……….

B.Identifikasi Masalah ………

C.Pembatasan dan Perumusan Masalah ……….

D.Tujuan Penelitian ………

E.Definisi Operasional ………... F. Kegunaan Penelitian ………...

G.Kerangka Berpikir ………

1 8 12 14 15 17 19 BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakekat Pelatihan in-service berbasis kompetensi ………... 1. Konsep dan Karakteristik Pelatihan Berbasis Kompetensi ………. 2. Pengertian Pelatihan in-service berbasis kompetensi ……….. 3. Elemen-elemen dalam sistem pelatihan in-service berbasis kompetensi …… 4. Pengelolaan dan Model-Model Pelatihan ……… 5. Strategi dan pendekatan pembelajaran dalam pelatihan berbasis

Kompetensi ……….. B. Hakekat Kompetensi Baby Sitter Profesional ………..

1. Pengertian Kompetensi ……… 2. Definisi Baby Sitter Profesional ……….. 3. Standar Kompetensi Baby Sitter ………..

4. Unit Kompetensi ………..

5. Elemen Kompetensi ……….

6. Kriteria Unjuk Kerja ……… C. Hakekat Kurikulum Berbasis Kompetensi ……… 1. Konsep kurikulum berbasis kompetensi ……….. 2. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi ………... 3. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi ………...

21 21 26 27 31 38 65 65 69 75 76 77 78 79 79 80 81


(2)

iii

4. Penilaian berbasis kompetensi ………. D. Hakekat Perkembangan, Perawatan dan Pendidikan Anak Usia Dini …………..

1. Konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini ………... 2. Prinsip perawatan anak usia dini ………..

E. Hakekat Keluarga ………..

82 83 83 93 97 BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ………... B. Subjek dan Lokasi Penelitian ………... C. Pengembangan Alat Pengumpul Data ……….. D. Penyusunan dan Uji Coba Alat Pengumpul Data ………. E. Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian ………

F. Teknik Analisis Data ………

113 119 122 135 140 147 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ……….

1. Kondisi Empirik model-model pelatihan bagi penyiapan tenaga kerja baby sitter dan profesionalisme baby sitter………. 2. Model konseptual pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam

meningkatkan profesionalisme baby sitter………. 3. Implementasi model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam

meningkatkan profesionalisme baby sitter ……… 4. Efektivitas model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam

meningkatkan profesionalisme baby sitter ………

B. Pembahasan ………..

1. Kondisi Empirik model-model pelatihan dan profesionalisme

baby sitter ……….. 2. Model konseptual pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam

meningkatkan profesionalisme baby sitter ……… 3. Implementasi model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam

meningkatkan profesionalisme baby sitter ……… 4. Efektivitas model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam

meningkatkan profesionalisme baby sitter ……… 153 153 167 217 258 267 269 275 283 295 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ………..

B. Rekomendasi ………

300 302 DAFTAR PUSTAKA ……….. LAMPIRAN – LAMPIRAN ………... RIWAYAT HIDUP ……….

305 309 437


(3)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Perbandingan Pelatihan Tradisional dan Pelatihan Berbasis

Kompetensi ……….………. 2.2. Struktur Level Evaluasi Pelatihan Kirkpatriks ………... 2.3. JIT Instruction Learning Sequence ………. 2.4. Kriteria Program Berbasis Kompetensi ……….. 3.1. Penyebaran Subjek Penelitian ………. 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ……… 3.2 Kisi-kisi Instrumen (untuk mengungkapkan data model pelatihan dan profesionalisme baby sitter) ……… 3.4. Kisi-kisi instrumen (untuk mengungkapkan data kebutuhan kompetensi baby sitter untuk pengguna jasa) ……….. 3.5. Kisi-kisi instrumen (untuk mengungkapkan data kebutuhan kompetensi

baby sitter untuk akademisi dan praktisi pelatihan) ……….. 3.6. Kisi-kisi Instrumen (untuk mengungkapkan data kebutuhan kompetensi

baby sitter untuk baby sitter ………. 3.7. Kisi-kisi Instrumen (untuk mengungkapkan data kebutuhan kompetensi

baby sitter untuk lembaga pelatihan dan penyalur tenaga kerja

baby sitter) ……….. 3.8. Kisi-kisi instrumen pengungkap data persepsi model pelatihan (variable x) melalui angket ……… 3.9. Kisi-kisi alat pengungkap data profesionalisme baby sitter (variabel y) melalui penilaian unjuk kerja ……… 3.10. Validitas Item Variabel (X) ... 3.11. Validitas Item Variabel (Y) ...

24 35 64 68 121 124

126

127

128

128

129

130

130 138 139


(4)

v

3.12. Reliabilitas variabel (X) ………. 3.13. Reliabilitas variabel (Y) ………. 4.1. Karakteristik Model Pelatihan di tiga lembaga ……….. 4.2. Identifikasi Lingkungan Strategik Model-model Pelatihan Baby Sitter……. 4.3. Kesimpulan Analisis Faktor Internal (KAFI) ………. 4.4. Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal (KAFE) ……… 4.5. Struktur Kurikulum Unit Kompetensi Mendukung Perkembangan Anak (KOMPA) ……….. 4.6. Penyebaran Subjek Penelitian ……….. 4.7. Agenda Kegiatan Penyiapan Fasilitator Pelatihan Baby Sitter ……….. 4.8. Agenda Kegiatan Seleksi Fasilitator Pelatihan Baby Sitter ……….. 4.9. Profil Peserta Fasilitator ………. 4.10. Skenario Fasilitasi Baby Sitter oleh Fasilitator di Tempat Kerja ... 4.11. Jadwal Fasilitasi kepada Baby sitter di keluarga ………... 4.12. Persepsi Terhadap Model Pelatihan ……….. 4.13. Profesionalisme Baby Sitter ………... 4.14. Profesionalisme Baby Sitter ………...

139 140 157 167 169 171

209 221 228 229 233 242 245 259 260 265


(5)

vi

DAFTAR BAGAN

Bagan

1.1 Kerangka Berpikir ……….. 2.1 Model Pelatihan yang Berorientasi pada Kompetensi ... 2.2 The variables of Mastery Learning ……… 2.3 Tri Pusat Pendidikan ………... 4.1 Matriks SWOT Keterhubungan antar faktor………. 4.2 Model Konseptual Pelatihan In-Service Berbasis Kompetensi Dalam Meningkatkan Profesionalisme Baby Sitter ………... 4.3 Model Konseptual (Hasil Validasi) Pelatihan In-Service Berbasis Kompetensi Dalam Meningkatkan Profesionalisme Baby Sitter …….. 4.4 Peningkatan Persepsi terhadap Model Pelatihan ………... 4.5 Peningkatan Profesionalisme Baby Sitter ………. 4.6 Model Akhir Pelatihan In-Service Berbasis Kompetensi Dalam Meningkatkan Profesionalisme Baby Sitter ………..

19 37 50 107 173

181

199 260 261


(6)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kisi kisi Instrumen penelitian ………. 2. Standar Kompetensi Baby Sitter (SKKNI) ………. 3. Standar Kompetensi Baby Sitter (Certificate III) Australia ……… 4. Data Lembaga Latihan Kerja Baby Sitter di Jawa Barat ………. 5. Identifikasi Kebutuhan Pengguna Jasa Baby Sitter (Pedoman Wawancara) ………. 6. Angket Kebutuhan Pelatihan ………...………… 7. Hasil Studi Pendahuluan (Viena Rusmiati Hasanah) ……… 8. Analisa dan Pengembangan Standar Kompetensi Baby Sitter ………… 9. Validasi Standar Kompetensi ……….. 10. Struktur Kurikulum Model Pelatihan In-Service Berbasis

Kompetensi ……….. 11. Panduan bagi Fasilitator ……….. 12. Biodata Pendamping ……….... 13. Profil Keluarga ………... 14. Profil Baby Sitter ………... 15. Denah Lokasi Pendampingan………... 16. Contoh Format Kegiatan Harian Anak Asuh dan Rencana Stimulasi … 17. Contoh Format Instrumen Catatan Kegiatan Fasilitasi ……… 18. Format Jadwal Pendampingan ………. 19. Tahapan Pendampingan ……….. 20. Format Identifikasi Aspek Perkembangan (0-3 bln) - (5-6 tahun)…… 21. Materi Pelatihan Perkembangan Anak ……… 22. Soal Pre-Post Test ………... 23. Angket Persepsi tentang Model Pelatihan In-Service Berbasis

309 311 312 313 318 320 321 328 332 346 361 368 369 370 371 372 373 374 375 376 386 405


(7)

viii

Kompetensi ……….. 24. Kisi-Kisi Alat Pengungkap Data (unit KOMPA)………. 25. Rubrik Penilaian Unjuk Kerja ………. 26. Validitas Variabel X ………. 27. Validitas Variabel Y ………. 28. Skor Persepsi Model Pelatihan ……… 29. Skor Profesionalisme Baby Sitter ……….. 30. Akumulasi skor persepsi model pelatihan (Variabel X) ………. 31. Akumulasi skor profesionalisme baby sitter (Variabel Y) ………

408 410 423 426 427 428 431 435 436


(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan mengenai perawatan dan pendidikan anak usia dini merupakan isu nasional dan internasional sehingga menempatkan sektor ini menjadi sektor yang sangat penting untuk diperhatikan. Banyak temuan dalam penelitian-penelitian terbaru, teori yang berkembang serta meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya memahami teori perkembangan manusia merupakan solusi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan sosial yang terjadi. Pemahaman mengenai teori perkembangan manusia membawa pada pemahaman akan pentingnya peranan pengalaman dan perawatan pada anak usia dini dalam mendukung perkembangan manusia. Beberapa penelitian mengenai anak usia dini menyatakan bahwa penanganan yang sungguh-sungguh dengan baik sejak usia dini dalam kehidupan, akan menjadi dasar dalam pembangunan manusia di masa yang akan datang hingga akhir hayat (Bloom dan Gershoff dalam Smidt & Smidt, 2010 :135)

Pada pertemuan dunia yang diselenggarakan di Dakkar, Senegal pada tahun 2000 dalam rangka memperingati ulang tahun ke-10 Pendidikan Untuk Semua (PUS), isu perawatan dan pendidikan anak usia dini kembali disuarakan. Isu mengenai perawatan dan pendidikan anak usia dini disoroti menjadi hal sangat penting dalam meningkatkan perkembangan dan belajar anak. Melalui pertemuan tersebut, dunia kembali menegaskan komitmennya terhadap Perawatan,


(9)

Pendidikan dan Perkembangan Anak Usia Dini (Early childhood development, care and education). Poin pertama dari enam poin tujuan umum pendidikan untuk semua yang diadopsi dari Forum Pendidikan Dunia untuk periode 2002-2015 menyebutkan bahwa “tujuan umum pendidikan untuk semua adalah memperluas dan memperbaiki perawatan dan pendidikan serta pengembangan anak usia dini secara komprehensif, khususnya anak yang paling rawan dan kurang beruntung” (UNESCO, 2002:53). Bahkan isu-isu mengenai perlindungan anak, menjadi sebuah isu yang sangat penting dalam proses interaksi keluarga, pengasuh, serta lembaga pelayanan yang berkaitan dengan keluarga dan anak (UNICEF, 2004:15, Health Service Executive, 2011:3)

Untuk menunjukkan komitmen tersebut, banyak negara yang bergabung pada Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang saat ini sudah memfokuskan pada peningkatan kualitas perawatan dan pendidikan anak usia dini dengan secara khusus menetapkan standar-standar, akreditasi serta pelayanan registrasi/pendaftaran untuk menjadi tuntunan dalam merawat dan mendidik anak pada tahun-tahun sebelum memasuki sekolah.

Di negara-negara maju seperti Amerika dan Australia, komitmen pada perawatan dan pendidikan anak usia dini secara umum sudah dapat terbangun dengan baik. Dalam hal ini, Amerika mendirikan lembaga khusus bernama

National Association for the Education of Young Children (NAEYC) yang memiliki misi untuk mempromosikan kebutuhan, hak-hak dan kesehatan anak-anak dengan fokus utama yaitu pada penyediaan pendidikan dan pelayanan serta penyediaan sumber-sumber sesuai dengan perkembangan anak. Keberadaan


(10)

organisasi-organisasi tersebut membantu dalam mengatur kualitas dari pelayanan pendidikan dan perawatan untuk anak-anak pada masa usia 0-8 tahun yang ada pada lingkup pendidikan formal, non formal maupun informal di Amerika Serikat.

Menunjukkan komitmen yang sama, Australia memiliki otoritas dalam perawatan anak yang terakreditasi secara nasional (National Child Care Accreditation Authority) dan sebuah kerangka kurikulum yang dapat diimplementasikan dan dibangun secara nasional, dikenal dengan nama Early Year Learning Framework (EYLF). Kerangka ini didesain untuk digunakan oleh para pendidik sebagai tuntunan profesional dalam mengembangkan program pendidikan yang berkaitan dengan anak usia dini. Kerangka pembelajaran anak usia dini EYLF menjadi kerangka kurikulum yang digunakan dalam berbagai

setting pendidikan dan berbagai pelayanan pada anak untuk mendukung dan memberikan pengalaman belajar dan hasil belajar yang konsisten dan sesuai dengan pembelajaran kontekstual bagi anak-anak.

Dalam konteks Indonesia, komitmen pemerintah pada pendidikan anak usia dini, ditunjukkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (USPN) Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 14 bahwa :

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Lebih jauh lagi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 58 Tahun 2009 sudah mengatur mengenai standar-standar untuk pendidikan anak usia dini bagi lingkup pendidikan formal, nonformal dan atau


(11)

informal. Kumpulan aturan standar ini terdiri atas empat kelompok, yaitu: (1) Standar tingkat pencapaian perkembangan; (2) Standar pendidik dan tenaga kependidikan; (3) Standar isi, proses, dan penilaian; dan (4) Standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Standar-standar yang ada menunjukkan komitmen yang dini dari pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini, meskipun berdasarkan hasil laporan dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan perawatan dan pendidikan anak usia dini di Indonesia pada tahun 2005, jangkauan dalam penyediaan pelayanan dan kualitasnya masih harus ditingkatkan kembali (Inklusif, 2005:74).

Pelayanan pendidikan anak usia dini di Indonesia dilakukan pada jalur formal, non formal dan informal. Perawatan pada bayi dan anak, paling banyak dilakukan di rumah yaitu pada keluarga sendiri. Meningkatnya jumlah angka wanita dalam dunia kerja, memberikan implikasi pada strategi dan kebutuhan seorang ibu pada tenaga kerja yang membantu urusan rumah tangganya termasuk tenaga dalam keperawatan anak di rumah dalam keluarga.

Berdasarkan data dari kementrian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak Republik Indonesia, dikatakan bahwa jumlah angkatan kerja perempuan, selama periode 2006-2008 jauh lebih besar dibandingkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja laki-laki. Jumlah angkatan kerja perempuan pada tahun 2006 mencapai 38,6 juta orang dan meningkat hingga 42,8 juta orang pada tahun 2008. Masuknya perempuan ke lapangan pekerjaan ini lebih


(12)

dikarenakan dorongan pemenuhan dan usaha untuk menambah penghasilan keluarga (Anak, 2009:83).

Jasa perawatan anak di rumah pada keluarga-keluarga di Indonesia, khususnya di daerah perkotaan, banyak yang menggunakan jasa baby sitter. Keluarga-keluarga muda ini, umumnya menggunakan jasa baby sitter di rumah mereka masing-masing untuk merawat bayi dan anak-anak mereka karena kedua orang tuanya harus bekerja di luar rumah. Di samping jenis keluarga-keluarga yang orang tuanya bekerja, ada pula keluarga yang tetap menggunakan jasa baby sitter di rumah mereka meskipun ibunya tidak bekerja, namun baby sitter

berfungsi untuk membantu dalam menjaga dan merawat anak-anak mereka. Kecenderungan fenomena yang saat ini terjadi mengakibatkan kebutuhan akan tenaga kerja untuk perawatan anak yang umumnya dilakukan di rumah-rumah adalah cukup besar. Ada daftar tunggu (waiting list) untuk kebutuhan pelayanan baby sitter sedangkan sangat sedikit tenaga yang ingin menjadi baby sitter apalagi yang telah memperoleh berbagai bentuk pendidikan dan pelatihan atau persiapan untuk perawatan anak di rumah. Kebutuhan keperawatan anak (Hasil studi pendahuluan, Oktober: 2009.terlampir) menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan keluarga di perkotaan terhadap tenaga kerja baby sitter adalah cukup tinggi. Sebagai contohnya, lembaga Muslimah Center Daarut Tauhiid di Bandung menyebutkan bahwa rata-rata dalam 1 hari ada sampai 100 telepon dari calon pengguna jasa yang membutuhkan tenaga baby sitter. Informasi yang sama, disampaikan pula oleh lembaga kursus baby sitter di Depok, Sumedang dan Bina Mandiri Dago di Bandung bahwa permintaan akan tenaga baby sitter senantiasa


(13)

ada dan seringkali keterbatasan stok tenaga. Keterbatasan tenaga baby sitter

tersebut memaksa calon pengguna jasa untuk mendaftar pada daftar tunggu (waiting list). Kebutuhan akan perawatan anak, khususnya tenaga baby sitter, menjadi masalah yang harus segera ditangani dan perlu segera dicarikan solusinya. Tentu saja, solusi tersebut harus segera dikembalikan pada masyarakat kita, jika ternyata ada kebutuhan tenaga kerja wanita untuk baby sitter dalam memberikan kontribusi pada dunia tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini seharusnya dapat menjadi solusi pula bagi tenaga pengangguran wanita yang berdasarkan data pada tahun 2009 adalah mencapai 4149 angkatan kerja (Anak, 2009).

Data melalui wawancara (Hasil studi pendahuluan, Oktober, 2009.terlampir) pada beberapa pengguna jasa yang mengambil jasa tenaga baby sitter, menunjukkan bahwa dari sekian banyak baby sitter yang telah bekerja, banyak yang telah memiliki level kompetensi yang luar biasa dalam kepengasuhan pada anak usia dini, namun banyak juga baby sitter yang berusia sangat muda, dengan latar belakang pendidikan yang rendah. Baby sitter yang ada, sebagian besar berasal dari keluarga yang miskin di daerah pedesaan yang sengaja diambil oleh agen-agen penyalur tenaga kerja dengan segera, dikarenakan kebutuhan tenaga kerja baby sitter yang cukup besar dan menjanjikan bagi keuntungan sebagian agen-agen penyalur tenaga kerja. Tenaga baby sitter yang dipekerjakan tersebut, terkadang memiliki keterampilan dalam keperawatan anak dan mampu memberikan perawatan yang berkualitas untuk bayi dan anak-anak. Sebaliknya, ada pula baby sitter yang tidak terbiasa dalam menggunakan dan mengoperasikan


(14)

peralatan rumah tangga di daerah perkotaan. Bahkan yang lebih ekstrim lagi, dari pemberitaan beberapa surat kabar dan televisi, ditemukan ada oknum tenaga baby sitter yang melakukan tindakan tidak pantas kepada anak asuhannya, seperti kasus

baby sitter yang memberi obat tidur, bertindak kasar dan bersikap tidak sesuai dengan etika dan kewajaran dalam keperawatan anak.

Hasil penelitian pada beberapa universitas di negara maju, Hudson (2010:48) merekomendasikan pentingnya pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dari penyedia jasa pengurusan anak di rumah khususnya pelatihan untuk memberikan pengetahuan mengenai perkembangan sosial emosi anak. Katz (2004 :66) memberikan pemahaman bahwa betapa pentingnya pelatihan yamg memberikan pengetahuan pada perkembangan, perawatan dan pendidikan anak usia dini bagi pemberi jasa layanan perawatan anak khususnya yang ada pada lingkup perawatan anak di rumah sehingga standar kompetensi yang dibangun bagi penyedia jasa layanan keperawatan anak tidak saja mengurusi aspek fisik anak, melainkan aspek non fisik seperti perkembangan anak yang dibangun melalui pengetahuan, pemahaman dan keyakinan pengurus anak harus pula dibangun sebagai dasar pemahaman dalam tindakan lebih lanjut pada anak.

Hasil penelitian tersebut diatas, apabila dikaitkan dengan kondisi saat ini yang terjadi di Indonesia, menurut peneliti memiliki relevansi dan masukan yang dapat menjadi solusi. Peneliti melihat dan menemukan bahwa pada satu sisi, rekruitmen untuk tenaga baby sitter di Indonesia sangat sulit serta pada proses persiapan baby sitter ini menghasilkan keluaran yang tidak memenuhi standar


(15)

baby sitter yang sudah bekerja di keluarga pengguna jasa pun acapkali mendapatkan kritik dan saran dari pengguna jasa melalui lembaga penyalur tenaga kerja tersebut. Pada sisi yang lain, masyarakat sangat kebingungan dan membutuhkan pekerja pengurus anak yang memiliki kompetensi dalam membantu merawat anak di rumah. Permasalahan ini perlu dikaji lebih lanjut untuk mendapatkan solusi dan pemecahannya.

B. Identifikasi Masalah

Saat ini perawatan anak di rumah belum sepenuhnya diatur oleh sebuah standar yang diakui dan dijalankan oleh berbagai pihak terkait. Khususnya yang dilakukan oleh tenaga perawat anak seperti baby sitter. Meskipun pemerintah telah menentukan seperangkat draft standar kompetensi baby sitter dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), namun standar ini belum diterapkan dan tidak diakui secara meluas dalam pelaksanaannya. Institusi-institusi yang menyediakan tenaga baby sitter melalui pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan, sangat bervariasi dalam penetapan kurikulum yang berkaitan dengan kompetensi baby sitter. Secara nasional, belum ada kurikulum dan pedoman pelatihan dalam penyiapan tenaga kerja baby sitter yang diakui berbagai pihak.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa meskipun saat ini Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) telah menyusun sebuah draft SKKNI untuk tenaga kerja baby sitter, namun standar tersebut belum menjadi acuan bagi para penyelenggara pelatihan baby sitter dalam menyusun kompetensi dan kurikulum


(16)

pelatihan. Lembaga pelatihan baby sitter seperti Muslimah Center Daarut Tauhiid, Bina Mandiri Dago, Yayasan Karya Bhakti Wijaya Kesuma, Jakarta, LPKS Pelita Husada Madiun Jatim, Yayasan Jasa Abadi, Jakarta dan Yayasan Ibu Gito Jakarta, tidak sepenuhnya mengikuti SKKNI dalam menyusun kurikulum dan melaksanakan pelatihan mereka. Lembaga-lembaga pelatihan baby sitter tersebut memiliki kurikulum dan materi pelatihan mereka masing-masing yang relatif cukup berbeda-beda. Seperti misalnya Lembaga Muslimah Center Daarut Tauhiid lebih mengembangkan materi orientasi diri, materi keagamaan, kesehatan dan gizi anak, psikologi, praktek langsung dan pembiasaan pada ibadah sesuai keislaman, sedangkan Lembaga Yayasan Karya Bhakti Wijaya Kesuma Jakarta memberikan materi kepribadian, etika, komunikasi, motivasi kerja, K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), Pendidikan anak usia dini, gizi dan kesehatan, serta magang, Lembaga seperti LPKS Pelita Husada Madiun Jatim, memberikan materi mengenai tumbuh kembang anak, komunikasi dengan anak, perawatan bayi normal usia 0-5 tahun, gizi dan diet anak, terapi pijat dan etika profesi. (terlampir) Lembaga-lembaga tersebut memiliki interpretasi yang berbeda-beda mengenai profil dan kompetensi baby sitter serta pendekatan yang sangat bervariasi dalam penyampaian materi pelatihan.

Belum diakui dan diterapkannya standar kompetensi baby sitter secara umum menyebabkan kurang terkoordinasi dan terkontrolnya lembaga-lembaga dalam memberikan pelayanan pada masyarakat khususnya dalam perawatan dan pendidikan anak usia dini untuk di rumah. Resikonya adalah apabila lembaga dan agen penyalur tenaga kerja yang mengerti akan tanggung jawab baby sitter dalam


(17)

memperhatikan perawatan dan kebutuhan perkembangan anak, serta ada perhatian untuk menangani pelatihan secara serius, tentunya lembaga akan menyelenggarakan program pelatihan yang efektif. Tetapi apabila lembaga pelatihan dan agen penyalur tenaga kerja ada yang kurang bertanggung jawab dan hanya menginginkan hasil yang cepat tentunya program pelatihan kurang efektif dan baby sitter dibiarkan menghadapi sendiri permasalahan di tempat kerjanya tersebut. Para agen penyalur yang tidak bertanggung jawab tersebut, cenderung hanya ingin mengambil keuntungan sesaat dari pembayaran biaya penyaluran tenaga kerja tersebut. Bervariasinya kurikulum, tentunya diikuti pula oleh beragamnya waktu penyelenggaraan pelatihan yang telah dilaksanakan yaitu mulai dari pelatihan singkat intensif yang hanya dilaksanakan tujuh hari sampai dengan masa pelatihan selama tiga bulan.

Dalam tahapan tindak lanjut dari proses penyaluran tenaga baby sitter, setiap lembaga penyalur tenaga kerja selayaknya memiliki program pembinaan bagi tenaga baby sitter yang sudah bekerja, meskipun banyak pula lembaga yang tidak sepenuhnya bertanggung jawab untuk mengurusi tenaga kerja baby sitter

yang telah disalurkannya. Data hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tahun 2010, melalui wawancara pada beberapa pengguna jasa dan pengelola di Lembaga Muslimah center Daarut Tauhiid dan Bina Mandiri Dago, didapatkan data bahwa acap kali pengguna jasa menunjukkan komplain dan ketidakpuasan terhadap tenaga baby sitter yang ditempatkan. Lembaga-lembaga tersebut sering mendapatkan kritik mengenai kompetensi baby sitter yang kurang memuaskan mitra pengguna jasa. Hasil wawancara dan pengumpulan angket (Hasil angket,


(18)

November 2010. Terlampir) dengan pengguna jasa, didapatkan data bahwa pengguna jasa berharap baby sitter mampu menunjukkan kompetensinya sebagai tenaga perawat anak dan pendidik yang profesional. Berbagai masukan yang didapatkan diantaranya adalah mereka berharap baby sitter mampu lebih kreatif dalam berinteraksi dengan anak, mampu bersikap dan berkomunikasi yang layak dengan anak, memiliki manajemen diri yang baik, dan sebagainya. Berbagai harapan tersebut, mengarah pada harapan bahwa baby sitter tidak hanya mengurus hal-hal yang bersifat fisik anak saja, namun juga dapat memiliki kompetensi yang dapat membangun aspek non-fisik anak.

Berkaitan dengan draft standar kompetensi baby sitter yang telah disusun oleh LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi), yang selayaknya dapat menjadi acuan bagi berbagai pihak dalam menilai dan sekaligus menjadi acuan dalam penyelenggaraan pelatihan, peneliti melakukan analisa pada Agustus 2010, dengan membandingkan pada standar kompetensi baby sitter yang telah diakui secara internasional. Hasil analisa peneliti dan validasi dengan berbagai ahli, praktisi dan akademisi, (analisa dan validasi terlampir) bahwa draft standar kompetensi tersebut lebih banyak berhubungan pada aspek fisik dalam keperawatan anak, seperti kompetensi memberi makan dan minum, keamanan secara fisik, dan kesehatan dasar saja, misalnya kompetensi baby sitter dalam menjauhkan bayi dari benda atau/zat berbahaya, dan melayani kebutuhan susu dan makan bayi secara periodik. Menurut hemat peneliti, draft standar kompetensi yang ada, secara eksplisit belum menggambarkan muatan dan aspek yang menekankan pada aspek perkembangan dan pendidikan anak. Padahal seperti


(19)

yang kita ketahui bersama bahwa baby sitter adalah seseorang yang merawat dan mengasuh anak lahir sampai usia balita (0-5 tahun), baik pada saat orangtua atau walinya tidak berada ditempat maupun ada di tempat sehingga bidang kerja baby sitter adalah menangani anak usia dini yang berusia 0-5 tahun.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Hasil penelitian pendahuluan (hasil wawancara dan FGD (Forum Group Discussion).terlampir), diketahui data bahwa ada beberapa keterampilan yang perlu dimiliki oleh baby sitter untuk dapat meningkatkan performance mereka di tempat bekerja. Beberapa kompetensi tersebut diantaranya adalah kemampuan mengenai cara cepat disukai dan memahami anak, mampu mengajarkan kebiasaan yang baik pada anak, menghadapi kritik dari mitra dan lingkungan, dan keterampilan dalam berkomunikasi dengan anak apabila ingin memberitahu ketika anak itu salah. Sedangkan beberapa kebutuhan keterampilan dan pengetahuan yang perlu ditingkatkan pada baby sitter, berdasarkan harapan pengguna jasa adalah baby sitter dapat lebih kreatif dan berinisiatif, mampu menjaga kebersihan diri serta lingkungan, mampu mengajak dan menemani anak bermain sambil belajar sehingga anak dapat berkembang.

Beberapa kebutuhan akan peningkatan kompetensi baby sitter ini memberikan implikasi bahwa selayaknya baby sitter memperhatikan aspek lain di luar aspek perawatan fisik anak, yaitu memperhatikan aspek perkembangan pada kebutuhan anak secara non fisik dalam Katz, Lilian G.(Smidt & Smidt, 2010). Hal ini memberikan makna bahwa menjadi suatu keharusan bahwa dalam pengasuhan


(20)

pada anak, baby sitter perlu memenuhi kebutuhan stimulasi perkembangan dan pendidikan serta perawatan bagi anak usia dini dimana berdasarkan hasil penelitian bahwa masa usia dini (0-6 tahun/0-8 tahun) adalah masa golden age. Pada masa ini, anak mengalami perkembangan otak yang sangat dahsyat sehingga apa yang dipelajari pada usia ini menjadi fondasi pada perkembangan berbagai aspek pertumbuhan manusia sampai akhir hayat. Sehingga dapat kita pahami bahwa seharusnya baby sitter mampu mengimplementasikan perawatan dan program pendidikan sesuai dengan prinsip-prinsip perawatan dan pendidikan anak usia dini.

Prinsip-prinsip mengenai pendidikan anak usia dini sudah direfleksikan pada USPN No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 14, seperti yang sudah diungkapkan pada alinea sebelumnya. Hal ini memberikan implikasi bahwa selayaknya seorang

baby sitter pun dapat memberikan stimulasi yang tepat dalam membangun kapasitas fisik dan mental anak. Stimulasi dilakukan pada semua aspek perkembangan anak usia dini sehingga akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya.

Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud mengajukan sebuah model pelatihan bagi baby sitter yang memperhatikan prinsip-prinsip perkembangan, perawatan dan pendidikan anak usia dini. Model pelatihan yang akan dikembangkan adalah model pelatihan in-service berbasis kompetensi bagi baby sitter yang sedang bekerja di keluarga pengguna jasa untuk meningkatkan profesionalime mereka.


(21)

Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti merumuskan beberapa pertanyaan penelitian :

1. Bagaimana kondisi empirik model pelatihan dan profesionalisme baby sitter

yang ada pada beberapa lembaga pelatihan penyedia jasa baby sitter di Kota Bandung?

2. Bagaimana model konseptual pelatihan in-service berbasis kompetensi yang dapat meningkatkan profesionalisme baby sitter?

3. Bagaimana implementasi model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam meningkatkan profesionalisme baby sitter?

4. Bagaimana efektivitas model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam meningkatkan profesionalisme baby sitter?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pelatihan in-service bagi baby sitter berbasis kompetensi yang sesuai dengan prinsip perkembangan, perawatan dan pendidikan anak usia dini untuk meningkatkan profesionalisme baby sitter.

Atas dasar itu, maka tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan kondisi empirik dari model pelatihan yang saat ini dilaksanakan pada beberapa lembaga yang ada di kota Bandung dan profesionalisme baby sitter yang ada.

2. Mengkonstruk model konseptual pelatihan in-service berbasis kompetensi yang dapat meningkatkan profesionalisme baby sitter.


(22)

3. Mengimplementasikan model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam meningkatkan profesionalisme baby sitter.

4. Mengevaluasi keefektifan model pelatihan in-service dalam meningkatkan profesionalisme baby sitter.

E. Definisi Operasional

Berikut ini adalah beberapa terminologi yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini. Terminologi tersebut yaitu mengenai : 1) Model; 2) Pelatihan In-service Berbasis Kompetensi; 3) Profesionalisme baby sitter.

1. Model adalah abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh atau model adalah realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa bagian atau sifat dari kehidupan sebenarnya (Simarmata, 1983: ix-x). Dengan kata lain model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu hal yang akan dihasilkan. Dalam uraian selanjutnya istilah “model” digunakan untuk menunjukkan pengertian yang pertama yaitu sebagai kerangka konseptual. 2. Pelatihan In-service Berbasis Kompetensi (Competency Based In-service

Training) adalah suatu cara pendekatan pelatihan yang memiliki penekanan tujuan utamanya pada pencapaian kompetensi yang dibutuhkan tenaga kerja dalam meningkatkan pelayanan di bidang kerjanya tersebut (Judith S. Rycus, 2000). Dalam penelitian ini, pelatihan in-service adalah pelatihan yang ditujukan bagi baby sitter yang sudah dan sedang bekerja di keluarga pengguna jasa. Pelatihan in-service memiliki tingkat urgenitas (tingkat


(23)

kepentingan) yang sangat tinggi bagi masyarakat dan lembaga juga tenaga

baby sitter karena adanya kebutuhan akan peningkatan kompetensi bagi tenaga kerja yang ada. Pengertian kompetensi menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan: pasal 1 ayat 10, disebutkan bahwa “kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan”. Kompetensi harus dipandang secara terpadu dan holistik, dengan memfokuskan pada aplikasi dalam konteks tertentu, dari atribut-atribut yang ada pada seorang individu (pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai) (Tennant, 2006).

3. Profesionalisme Baby sitter adalah baby sitter yang sudah kompeten yaitu

baby sitter tersebut memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang sesuai dengan standar kompetensi yang sudah ditetapkan serta dapat melakukan sesuai dengan konteks dan situasi yang sesuai dengan kebutuhan tempat kerja. Adapun mengenai standar kompetensi yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah mix kompetensi yang dibangun sesuai dengan kebutuhan stakeholders (pengguna jasa, lembaga pelatihan dan kebutuhan lapangan) dengan mengacu pada standar kompetensi certificate III yang sudah diakui secara internasional di negara Australia, SKKNI dan Standar Pendidikan Anak Usia Dini dalam Permendiknas No.58 Tahun 2009.


(24)

F. Kegunaan Penelitian

Hasil temuan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam peningkatan profesionalisme baby sitter yang bekerja dalam situasi perawatan anak di dalam rumah. Secara spesifik kompetensi mereka akan merefleksikan pemahaman pada prinsip perkembangan, perawatan dan pendidikan anak usia dini. Tujuan pengembangan kompetensi baby sitter sebagai perawat anak di rumah adalah agar anak-anak yang memiliki banyak kesempatan, kaya akan pengalaman belajar dan stimulasi perkembangan di usia awal akan menghasilkan potensi yang jauh lebih optimal dalam perkembangan belajar danberdasarkan potensi anak yang perlu dikembangkan di masa-masa yang akan datang.

Penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat baik pada tataran teoritik maupun praktik. Adapun beberapa harapan kemanfaatan penelitian dalam tataran teoritik maupun praktik, adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritik manfaat penelitian ini adalah :

a. Mengembangkan dan mengaplikasikan teori dan konsep dalam keilmuan Pendidikan Luar Sekolah yang berkaitan dengan teori belajar dan pendekatan pembelajaran bagi orang dewasa dalam pelatihan, strategi dan pengelolaan pembelajaran, dan pengembangan kurikulum untuk pelatihan berbasis kompetensi.

b. Mengembangkan dan mengaplikasikan teori dan konsep dalam pengembangan kompetensi yang sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan, perawatan dan pendidikan anak usia dini.


(25)

c. Menemukan dan merekomendasikan temuan yang berkaitan dengan penyiapan tenaga pengasuh anak khususnya dalam lingkungan rumah dan masyarakat.

d. Memberikan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian di bidang pelatihan maupun bidang pengembangan kompetensi pendidik dan pengasuh anak usia dini.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan :

a. Kualitas pelatihan dalam penyiapan tenaga kerja baby sitter yang kompeten dan profesional.

b. Pelayanan lembaga penyalur tenaga kerja dalam memelihara (maintenance) dan melakukan upaya tindak lanjut untuk pembinaan baby sitter melalui pelatihan in-service.

c. Kontribusi dalam mengembangkan berbagai model pelatihan untuk penyiapan tenaga kerja pengasuh anak dalam lingkup diluar rumah sekalipun.

d. Informasi dan masukan bagi lembaga-lembaga yang terkait dan pejabat pembuat aturan dalam pelayanan anak dan pengambil keputusan tentang kebijakan yang berkaitan dengan isu perawatan anak di dalam rumah.


(26)

G. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran yang menjadi acuan penelitian digambarkan dengan bagan sebagai berikut :

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran dalam pelatihan yang

berbasis pada pengalaman dan penyelesaian masalah Kondisi Empirik

• Lembaga pelatihan baby sitter yang ada sangat bervariasi dalam penetapan kurikulum yang berkaitan dengan kompetensi baby sitter

• Belum ada kurikulum baku sesuai standar kompetensi yang diakui untuk baby sitter

• Kebutuhan yang cukup tinggi akan jasa perawatan anak dirumah

• Kompetensi baby sitter yang ada belum memenuhi harapan pengguna jasa

• Perawatan anak umumnya sebatas pada perawatan fisik anak dan perlu peningkatan kemampuan ke arah perawatan non fisik anak

Kajian Empirik dan Kajian Teoritik

Fokus kajian pada Model Pelatihan in-service Berbasis Kompetensi dalam meningkatkan Profesionalisme baby sitter

- Upaya menentukan standar

kompetensi, elemen dan kriteria unjuk kerja bagi baby sitter yang ideal

- Menentukan strategi dan pendekatan pembelajaran yang efektif dalam pelatihan

Pelatihan in-service bagi baby sitter berbasis kompetensi dalam meningkatkan

performance dalam

bekerja Kurikulum dan Strategi

Pembelajaran dalam pelatihan Standar Kompetensi berdasarkan gabungan (Mix competency)

dari SKKNI dan kebutuhan stakeholders (field

need dan ideal need) dengan mengacu pula pada

standar internasional yang

sudah diakui (Certificate III,

Terwujudnya anak-anak yang sehat fisik dan mental, kreatif dan positif

dalam mengembangkan potensi dirinya untuk kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut Meningkatkan profesionalisme baby sitter Baby sitter profesional yang kompeten sebagai mitra orang tua dalam

perawatan dan pendidikan anak


(27)

Penjelasan kerangka berpikir diatas adalah sebagai berikut :

1. Model pelatihan in-service berbasis kompetensi bagi baby sitter menjadi fokus dalam kajian penelitian dan pengembangan dalam menjawab permasalahan, yaitu kesenjangan antara kondisi empirik di lapangan dan kajian teoritis yang ada.

2. Pelatihan in-service berbasis kompetensi yang dilaksanakan menggunakan standar kompetensi yang merupakan mix-competency antara acuan standar internasional yang sudah diakui di Australia (Certificate III), SKKNI sertifikat I bidang tenaga baby sitter pemula dan standar pendidikan anak usia dini Permendiknas no. 58 tahun 2009.

3. Kegiatan pembelajaran dalam pelatihan in-service, ditujukan dalam pencapaian kompetensi warga belajar sesuai dengan standar kompetensi telah disusun. Fokus pengembangan pengetahuan dan keterampilan dalam pelatihan in-service ini akan disesuaikan dengan lack of performance/kebutuhan baby sitter dalam pekerjaan sebagai hasil identifikasi kebutuhan baby sitter di tempat bekerja.

4. Proses pembelajaran dalam pelatihan, dilakukan dengan strategi pembelajaran yang berbasis pada pengalaman (experential learning) dan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).

5. Hasil pembelajaran dalam pelatihan diharapkan akan meningkatkan

performance/penampilan baby sitter di tempat bekerja sesuai standar yang telah ditetapkan sehingga berdampak pada profesionalisme baby sitter.


(28)

113 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam meningkatkan kompetensi tenaga kerja perawatan anak di rumah dengan melalui model pelatihan in-service yang berbasiskan kompetensi sesuai pada prinsip-prinsip terkini mengenai perkembangan, perawatan dan pendidikan anak usia dini dalam meningkatkan profesionalisme baby sitter.

Penelitian ini apabila diklasifikasikan berdasarkan tujuan penelitian merupakan salah satu bentuk penelitian pengembangan (developmental research) atau research and development (R&D) (Gay, Mills, & Airasian, 2009). Penelitian ini pun berdasarkan klasifikasi metode menggunakan desain penelitian mixed-methods yaitu model QUAL-quan (yang melibatkan baik itu metode penelitian kualitatif maupun metode penelitian kuantitatif).

Bentuk penelitian ini dapat dikategorikan kepada bentuk penelitian eksperimen dengan quasi-experiment dalam bentuk time series design. karena penelitian ini akan melakukan suatu pengujian pada hipotesis yang menunjukkan hubungan sebab akibat, dengan melakukan treatment tertentu dan implementasi dari model pelatihan yang telah dikonstruk. Uji coba penelitian ini akan dilakukan setidaknya pada satu variabel bebas dan melakukan observasi efeknya pada satu atau lebih variabel.


(29)

Borg & Gall (1989) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai berikut:

Educational Research and development (R & D) is a process used to develop and validate educational products. The steps of this process are usually referred to as the R & D cycle, which consists of studying research findings pertinent to the product to be developed, developing the products based on these findings, field testing it in the setting where it will be used eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the filed-testing stage. In more rigorous programs of R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate that the product meets its behaviorally defined objectives.

Tujuan Research and Development (R&D) menurut Borg & Gall (1989), Richey (2009) yang juga diungkapkan dalam Gay, et al (2009) adalah bahwa tujuan dari penelitian ini dalam pendidikan bukan untuk memformulasikan atau menguji teori, namun untuk mengembangkan produk yang efektif untuk digunakan dalam lingkup pendidikan. Adapun mengenai produk yang dapat dihasilkan dari jenis penelitian ini adalah bahan materi pelatihan untuk guru, materi pembelajaran, paket tingkah laku yang harus dilakukan, materi media, dan sistem manajemen.

Fokus dari penelitian dan pengembangan (R&D) pada prinsipnya memiliki tujuan umum untuk menghasilkan pengetahuan, pemahaman dan prediksi. Dalam kerangka ini, penelitian pengembangan memiliki pengaruh yang bervariasi dalam hal sejauh mana kesimpulan tersebut dapat digeneralisasi atau spesifik secara kontekstual saja. Penelitian pengembangan juga dapat mengidentifikasi prinsip-prinsip desain yang baru, pengembangan dan evaluasi (Richey, 2009). Teknik penelitian dan pengembangan pun tidak hanya meluaskan metodologi empirik dari lapangan, namun juga memperluas substansi dari penelitian teknologi


(30)

pengajaran. Sehingga penelitian pengembangan dapat menjadi kendaraan yang penting di dalam usaha lapangan untuk meningkatkan pembelajaran dan kinerja/penampilan dari individu-individu dan organisasi-organisasi yang serupa.

Penelitian dan pengembangan dalam penelitian ini adalah untuk menemukan kebutuhan (ketimpangan dalam kompetensi yang dimiliki baby sitter

di dunia kerja dan harapan akan peningkatan kompetensi yang diharapkan) dengan mengembangkan sebuah produk berupa model pelatihan in-service untuk

baby sitter dalam menjawab kebutuhan tersebut.

Tahapan dalam penelitian dan pengembangan (R&D) dalam penelitian ini secara operasional mengikuti langkah-langkah yang disarankan oleh Borg dan Gall (1989:784-785) yaitu : ”1) research and information collecting; 2) planning; 3) develop preliminary form of product; 4) preliminary field testing; 5) main product revision; 6) main field testing; 7) operation product revision; 8)

operational field testing; 9) final product revision; 10) dissemination and implementation”.

Produk atau yang selanjutnya disebut model pada hakekatnya adalah visualisasi dari suatu konsep. Visualisasi tersebut dirumuskan melalui aktivitas pemikiran tertentu untuk melakukan konkritisasi atas fenomena abstrak. Konkritisasi yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang adalah berdasarkan pijakan pada pemikiran dari model tersebut. Dalam dunia rekayasa (engineering), model digunakan untuk keperluan interpretasi atas hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem pengkajian. Dalam pendidikan luar sekolah, model merupakan interpretasi atas fenomena yang terjadi


(31)

dalam penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah. Model tersebut dapat menjadi pola yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang untuk memperbaiki, meningkatkan, atau mengembangkan program pendidikan luar sekolah.

Tujuan penelitian dan pengembangan ini adalah mengembangkan dan mengevaluasi keefektifan model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam meningkatkan profesionalisme baby sitter. Evaluasi keefektifan pelatihan menurut pandangan pada umumnya merupakan bagian dari lingkaran program pelatihan dan memiliki peran kunci sebagai pengawasan kualitas dari lingkaran dengan menyediakan balikan pada :

a. Keefektifan dari metode yang digunakan

b. Pencapaian tujuan yang ditetapkan baik oleh pelatih maupun peserta pelatihan sesuai kebutuhan yang telah diidentifikasi baik dalam level organisasi maupun level individu.

Kriteria yang akan dievaluasi adalah sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan untuk menjadi capaian dalam pelatihan in-service berbasis kompetensi bagi baby sitter.

Desain penelitian mixed-methods mengkombinasikan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan menggabungkan data kualitatif maupun kuantitatif dalam sebuah studi. Tujuan dari penelitian mixed methods adalah untuk membangun sinergisitas dan kekuatan yang ada antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif (Gay, et al., 2009), seperti diungkapkan oleh Krathwohl dalam Gay, et al (2009) bahwa penelitian adalah sebuah kreativitas, artinya


(32)

janganlah mengkotakkan pemikiran kita pada pendekatan tertentu yang khusus. Peneliti selayaknya secara kreatif mengkombinasikan seluruh elemen dari metode yang ada baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk mendapatkan pemikiran terbaik dalam studi yang ingin dilakukannya.

Creswell dalam Gay, et al (2009) mengungkapkan tiga tipe umum dari desain penelitian mixed methods. Ketiga tipe tersebut yaitu : Model QUAL-Quan, Model QUAN-Qual dan Model QUAN-QUAL. Penelitian ini lebih mengembangkan tipe penelitian Model QUAL-Quan juga dikenal dengan desain

mixed-methods eksploratori. Artinya penelitian pada prinsipnya didominasi oleh penelitian kualitatif baik pendekatan maupun data, namun pendekatan kuantitatif dipergunakan untuk mendukung tujuan penelitian dalam pengolahan data statistik mengenai hasil score test yang diterapkan pada saat evaluasi sebelum, sesudah dan masa pelatihan oleh fasilitator di keluarga.

Keefektifan dari model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam meningkatkan profesionalisme baby sitter ini akan diuji dengan menggunakan memberikan pre-test sebelum mengikuti pelatihan serta tes berseri yang dilakukan dalam lingkup tempat bekerja pada saat proses dan sesudah pelatihan. Tes yang diberikan adalah berupa tes tertulis dan tes unjuk kerja yang akan dilakukan penilaiannya oleh dua orang penilai yaitu penilai dari unsur fasilitator dan penilai dari keluarga pengguna jasa. Keefektifan pelatihan pun akan dilakukan dengan mengevaluasi sistem secara keseluruhan (Systemic evaluation approach) dari berbagai komponen pelatihan (Bramley, 1996)


(33)

Menurut Bramley, tujuan umum dari evaluasi secara sistem adalah untuk membuktikan (Proving), meningkatkan (Improving), dan pembelajaran (Learning). Membuktikan mengandung arti bahwa evaluasi program pelatihan harus menunjukkan sebagai hasil akhirnya bahwa sesuatu telah terjadi/mengalami perubahan sebagai hasil dari pelatihan atau aktivitas pengembangan tersebut.

Meningkatkan mengandung makna bahwa pelatihan telah menunjukkan bahwa program saat ini dan program yang akan dilaksanakan serta berbagai aktivitasnya menjadi lebih baik dan mengalami peningkatan dibandingkan yang terjadi pada saat ini. Pembelajaran menunjukkan bahwa evaluasi menjadi bagian dari proses dimana pelatihan tersebut berjalan sehingga evaluasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran dan yang akan membangun pelatihan/pembelajaran itu sendiri. Evaluasi dalam penelitian ini secara sistem diharapkan dapat membuktikan keefektifan model pelatihan, meningkatkan kompetensi yang dilatihkan dan menjadikan pembelajaran dalam pelaksanaan pelatihan ke depan.

Berdasarkan beberapa pemahaman mengenai konsep metodologi dan pendekatan tersebut diatas, secara garis besar dan pada prinsipnya tahapan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 3 langkah besar yaitu Studi pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap evaluasi.

Adapun yang dilaksanakan dalam studi pendahuluan meliputi tahapan studi eksplorasi mengenai kondisi penyelenggaraan pelatihan di berbagai lembaga dan kompetensi baby sitter yang dihasilkan. Berdasarkan data yang ada dievaluasi dan dilakukan analisa SWOT sehingga menghasilkan fokus kajian yang menjadi kebutuhan masyarakat.


(34)

Tahap pengembangan meliputi desain model konseptual mengenai model pelatihan in-service berbasis kompetensi bagi baby sitter, validasi desain model, perbaikan desain model, uji coba model, revisi model, uji coba pemakaian dan revisi model.

Pada tahap evaluasi dilakukan kegiatan evaluasi yang pada penelitian ini dilakukan pengujian dengan quasi eksperimen, time series desain. Pada desain ini, tes dilakukan dalam beberapa fase pelatihan dengan membuat tes di setiap fase. Evaluasi tersebut meliputi evaluasi sebelum pelatihan, evaluasi proses pelatihan dan evaluasi setelah pelatihan. Bentuk evaluasi yang dilakukan adalah berupa pre-test dan post pre-test hasil pembelajaran baik melalui tes tertulis maupun tes unjuk kerja, lembar format balikan 'Happy sheets', reaksi verbal dan kuesioner setelah pelatihan. Bentuk lain dari evaluasi adalah dilakukan observasi dan wawancara untuk mengukur tingkah laku peserta pelatihan (Kirkpatrik, Jim:2007) Keefektifan pelatihan dapat dilihat dari fluktuasi capaian hasil korelasi model pelatihan dengan kompetensi baby sitter, baik itu yang terjadi di dalam setiap fase maupun antar fase pelatihan yang dilaksankan. Keefektifan model ditunjukkan dengan adanya perubahan kompetensi dari setiap fasenya dan secara keseluruhan pelatihan yang dilaksanakan.

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kota Bandung dan sebagai populasi penelitiannya adalah baby sitter yang sudah bekerja di keluarga pengguna jasa, yang dalam jumlahnya adalah masuk pada kategori populasi tidak terbatas


(35)

(populasi infinit). Hal ini dapat dikatakan karena berdasarkan studi pendahuluan di dinas tenaga kerja, dinas pendidikan dan dinas sosial, tidak dapat ditemukan data yang akurat mengenai berapa jumlah lembaga penyalur tenaga baby sitter, maupun tenaga baby sitter yang bekerja di keluarga. Pada umumnya, baby sitter

atau pengasuh anak yang bekerja di keluarga, meliputi dua sumber yaitu baby sitter yang bekerja melalui pelatihan dan penyaluran dari lembaga penyalur tenaga kerja maupun baby sitter yang secara sengaja dicari oleh keluarga atas pertimbangan keluarga dan bekerja untuk mengurus anak. Kenyataan ini menjadikan total populasi yang ada adalah masuk pada kategori populasi tidak terbatas.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu salah satu teknik dalam non-probability sampling. Teknik ini adalah dengan melakukan penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu yang menjadi penentu dari jumlah sampel dalam penelitian ini adalah pertimbangan mengenai baby sitter yang mendapatkan dukungan dari keluarga. Penelitian ini akan melibatkan baby sitter yang sudah bekerja di keluarga pengguna jasa sehingga baby sitter yang mendapat dukungan keluarga dan menjadi subjek dari penelitian ini meliputi 10 orang baby sitter yang memberikan pengasuhan untuk 10 anak di 8 keluarga.

Baby sitter yang menjadi subjek penelitian berasal dari lembaga penyalur tenaga kerja yang berasal dari 3 lembaga penyalur yang ada di kota Bandung dan sudah bekerja di keluarga serta baby sitter yang bukan dari lembaga penyalur. Karakteristik lembaga pelatihan dan penyalur tersebut adalah pertama, ketiga


(36)

lembaga tersebut merupakan lembaga yang telah konsisten dalam 7 tahun terakhir telah menyalurkan tenaga baby sitter, kedua, lembaga tersebut direferensikan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bandung, ketiga, lembaga-lembaga tersebut dianggap memiliki kinerja, kepercayaan dan reputasi yang baik di masyarakat. Ketiga lembaga tersebut adalah Lembaga Pelatihan dan Kursus (LPK) Bina Mandiri, Lembaga Muslimah Center Daarut Tauhiid, dan LPK Mutiara Bandung. Sedangkan baby sitter yang tidak dari lembaga, adalah baby sitter yang telah bekerja di keluarga pengguna jasa sebagai baby sitter lebih dari 1 tahun.

Tabel 3.1

Penyebaran Subjek Penelitian Asal Baby

sitter

Jumlah Baby

sitter

Jumlah Fasilitator

Jumlah Keluarga Pengguna Jasa Lembaga LPK Bina

Mandiri (1 orang)

1 orang 1 keluarga LPK Mutiara

(1 orang)

1 keluarga

Muslimah Center Daarut Tauhiid

(2 orang)

1 orang 2 keluarga

Bukan lembaga

6 orang 3 orang 4 keluarga

Jumlah 10 orang 5 orang 8 keluarga

Peneliti akan melakukan ujicoba model pada 10 orang baby sitter yang berasal dari lembaga penyalur tenaga dan kelompok baby sitter yang tidak dari lembaga. Subjek penelitian secara keseluruhan memiliki karakteristik yang sama dalam hal yaitu dalam hal jenis kelamin yaitu perempuan. Meskipun karakteristik subjek penelitian akan relatif berbeda dalam aspek :


(37)

1. Lama bekerja 2. Tingkat Pendidikan

3. Lembaga asal yang berimplikasi pada materi pelatihan yang pernah didapat 4. Usia

Ukuran keefektifan pelatihan akan dilihat pada korelasi dari model pelatihan yang dilaksanakan (variable X) dan profesionalisme baby sitter (variable Y) dalam beberapa fase pelatihan. Metode penelitian yang dilaksanakan merupakan bagian dari penelitian eksperimen yaitu quasi eksperimen dalam bentuk time series design.

C. Pengembangan Alat Pengumpul Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data untuk menganalisis kebutuhan kompetensi, data untuk melihat keefektifan pelatihan dan data pencapaian kompetensi sesuai standar kompetensi dari peserta pelatihan di tempat kelas dan ditempat bekerja. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan dari responden, informan, dan pengamatan langsung dalam penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data untuk melengkapi data primer yang dapat berupa dokumen-dokumen lembaga yang berkaitan, maupun hasil pengolahan data statistik dalam pengukuran hasil pembelajaran yang dibutuhkan untuk dapat mengungkap hasil penelitian ini.

Dalam metode penelitian dan pengembangan dengan pendekatan kualitatif jenis instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara ataupun angket


(38)

sederhana dan juga melakukan observasi serta pengumpulan dokumen. Metode pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data dibagi menjadi tiga, yaitu melalui wawancara, angket (kuisioner), dan observasi (Sugiyono, 2008). Berikut metode pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara lain:

1. Angket digunakan untuk mengetahui kebutuhan kompetensi dan materi pelatihan untuk pelatihan in-service dari tenaga kerja baby sitter.

2. Wawancara digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar warga belajar, sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran yang tersedia baik oleh lembaga penyelenggara ataupun masyarakat, juga untuk mencari informasi mengenai pendapat, harapan, sikap serta keyakinan yang dimiliki oleh warga belajar dan keluarga pengguna jasa.

3. Observasi dan dokumentasi dipergunakan untuk mendukung kegiatan wawancara. Pedoman observasi dan dokumentasi diperlukan oleh peneliti sebagai panduan bagi peneliti mengenai informasi atau data apa saja yang perlu diobservasi dan didokumentasikan. Dalam tataran observasi, penelitian ini menuntut tercapainya kompetensi yang diharapkan melalui pelatihan ini, sehingga akan disusun pula instrument berupa angket kriteria unjuk kerja bagi

baby sitter.

Secara keseluruhan alat pengungkap data dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(39)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

NO PERTANYAAN

PENELITIAN

VARIABEL INDIKATOR

VARIABEL

BENTUK INSTRUMEN

1 Bagaimana kondisi empirik model pelatihan dan

profesionalisme

baby sitter yang ada pada

beberapa lembaga pelatihan penyedia jasa

baby sitter di kota Bandung ?

Model pelatihan - Rekruitmen

- Pemateri

- Bahan belajar

- Kurikulum

- Lama waktu

- Ragi Belajar

- Dokumen dan pedoman wawancara (model pelatihan) Profesionalisme baby sitter - Pengetahuan - Keterampilan - Sikap - Nilai-nilai - Pedoman wawancara, FGD (skenario), Angket (kompetensi)

2 Bagaimana model konseptual pelatihan in-service berbasis kompetensi yang dapat meningkatkan profesionalisme

baby sitter?

Model Konseptual Pelatihan In-service Berbasis Kompetensi - Standar Kompetensi - Materi/Bahan ajar - Pemateri - Rekruitmen warga belajar

- Metode dan teknik

- Tempat

- Penyiapan tutor dan pendamping

- Media

pembelajaran

- Perangkat evaluasi (Tes tulis dan tes unjuk kerja)

- Dokumen dan analisa mix competency (standar kompetensi)

- Angket untuk validasi standar kompetensi - Memilih kompetensi yang akan dilatihkan dalam pelatihan

- Menyusun materi dan menentukan pemateri untuk pelatihan, pendekatan, metode dan teknik

- Validasi model pelatihan dan seluruh komponennya 3 Bagaimana

implementasi model pelatihan

in-service berbasis kompetensi Implementasi model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam - Persiapan - Perencanaan - Pelaksanaan - Evaluasi

- Tindak Lanjut

- Tes tertulis untuk calon peserta

- Check list

performance untuk pengguna jasa


(40)

dalam

meningkatkan profesionalisme

baby sitter?

meningkatkan profesionalisme

baby sitter?

dengan pengguna jasa tingkat performance peserta

- Angket dalam proses pelatihan untuk

mengobservasi peserta, pemateri, panitia

- Post test, tertulis

- Penilaian unjuk kerja

4 Bagaimana keefektifan model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam meningkatkan profesionalisme

baby sitter?

Persepsi model pelatihan in-service berbasis kompetensi (variabel X)

a.Sikap fasilitator b.Materi pelatihan c.Waktu pelatihan d.Metode pelatihan

- Angket persepsi (20 item) Profesionalisme baby sitter (variabel Y) Standar Kompetensi yang akan dicapai

- Angket rubrik unjuk kerja baby sitter oleh fasilitator

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini secara rinci dikemukakan sebagai berikut :

1. Alat Pengungkap Data Model Pelatihan dan Profesionalisme Baby Sitter Untuk dapat mengungkap model-model pelatihan baby sitter yang ada serta sejauhmana profesionalisme baby sitter yang ada, maka dilakukan kegiatan wawancara dan observasi serta studi dokumentasi pada beberapa lembaga pelatihan baby sitter yang ada di beberapa tempat di Jawa Barat. Adapun alat yang digunakan dikembangkan berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut :


(41)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen untuk mengungkapkan data model pelatihan dan profesionalisme baby sitter

ASPEK INDIKATOR SUMBER

DATA

ALAT Model pelatihan - Rekruitmen

- Pemateri

- Bahan belajar

- Kurikulum

- Lama waktu

- Ragi Belajar

Pengelola pelatihan, Baby sitter, dan keluarga pengguna jasa Pedoman Wawancara Angket

Profesionalisme baby sitter

Persepsi dan harapan dalam kompetensi yang seharusnya dilaksanakan: - Pengetahuan - Keterampilan - Sikap - Nilai-nilai Pengelola pelatihan, Baby sitter dan keluarga pengguna jasa Pedoman Wawancara Angket FGD (Forum Grup Discuss)

2. Alat Pengungkap Data Kebutuhan kompetensi baby sitter di masyarakat dan Pengembangan Standar Kompetensi Mix bagi baby sitter

Untuk dapat mengembangkan Model Pelatihan In-service Berbasis Kompetensi dalam meningkatkan profesionalisme baby sitter ini pada tahap awal perlu dilakukan semacam analisis kebutuhan mengenai kompetensi yang akan ditetapkan menjadi tujuan dari pelatihan. Pada tahapan pengembangan kompetensi dalam in-service training, dikemukakan dalam (Weatherman, 1976), dimana pelatihan in-service mengalami beberapa tahapan penting yang meliputi : a) menilai kebutuhan kompetensi, tahapan ini meliputi deskripsi pekerjaan bersamaan dengan analisis kenyataan secara lokal dan nasional; b) memspesifikasikan kompetensi, tahapan ini meliputi menyusun pernyataan kompetensi dan memberikan laporan dilapangan sejauh mana pentingnya


(42)

kompetensi ini dalam pekerjaan; c) menjelaskan komponen-komponen kompetensi, tahapan ini ditentukan elemen kompetensi, urutan dan kriteria unjuk kerja sebagai performance yang harus ditunjukkan dalam pekerjaan; d) mengidentifikasi prosedur pencapaian kompetensinya, dimana pada tahapan ini ditentukan isi, metode, materi dari program pelatihan; e) membangun penilaian, meliputi proses menspesifikkan kriteria dan ukuran dari kompetensi yang akan dilihat/dinilai. Ini adalah tahapan yang paling penting dalam mendesain program pelatihan berbasis kompetensi.

Dalam mengungkap data mengenai kebutuhan kompetensi, maka peneliti mengembangkan alat pengungkap data untuk subjek penelitian keluarga pengguna jasa, praktisi dan akademisi dalam pelatihan, baby sitter, dan lembaga pelatihan dan penyalur tenaga kerja baby sitter berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut :

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen untuk mengungkapkan data kebutuhan kompetensi baby sitter untuk Pengguna Jasa

ASPEK INDIKATOR ALAT

Persepsi awal Alasan menggunakan jasa

baby sitter

Pemilihan lembaga Kriteria pemilihan baby

sitter

Bidang pekerjaan yang diharapkan

Pedoman Wawancara

Kenyataan Kesesuaian kriteria baby sitter

Kesesuaian bidang kerja yang dilakukan Peran keluarga untuk baby

sitter

Pedoman Wawancara

Harapan Kompetensi yang perlu ditingkatkan Harapan pada lembaga

Solusi

Pedoman Wawancara Angket Standar Kompetensi mix


(43)

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen untuk mengungkapkan data

kebutuhan kompetensi baby sitter untuk akademisi dan praktisi pelatihan

ASPEK INDIKATOR ALAT

Persepsi awal Standar Kompetensi Acuan kurikulum pelatihan

Sertifikasi

Kompetensi baby sitter (Pengetahuan, Keterampilan, Sikap, Nilai) Materi pelatihan (Jenis, Kedalaman,

Strategi penyampaian

Rekruitmen (Usia, Sistem rekruitmen, Kriteria)

Kuesioner Pedoman Wawancara

Kenyataan Pelaksanaan pelatihan (Kesesuaian dengan perencanaan, Waktu, Sarana prasarana, Praktek kerja, Pemantauan

(monev))

Kuesioner Pedoman Wawancara

Harapan Kompetensi ideal baby sitter Kuesioner Pedoman Wawancara Angket Standar

Kompetensi

Tabel 3.6

Kisi-kisi Instrumen untuk mengungkapkan data kebutuhan kompetensi baby sitter untuk Baby sitter

ASPEK INDIKATOR ALAT

Hasil Pelatihan Proses pelatihan Peningkatan kemampuan

Pedoman Wawancara Permasalahan di

lapangan

Tuntutan lapangan kerja Permasalahan

Pedoman Wawancara Harapan peningkatan

kompetensi

Kompetensi yang perlu ditingkatkan

Pedoman Wawancara Angket Standar


(44)

Tabel 3.7

Kisi-kisi Instrumen untuk mengungkapkan data kebutuhan kompetensi baby sitter untuk

Lembaga pelatihan dan penyalur tenaga kerja baby sitter

ASPEK INDIKATOR ALAT

Komponen penyelenggaraan pelatihan

Perencanaan Pelaksanaan

Evaluasi

Dokumen Pedoman wawancara Profil baby sitter keluaran

lembaga

Input Output Outcome

Dokumen Pedoman wawancara Komplain dari pengguna

jasa

Kompetensi baby sitter

Kelembagaan

Dokumen Pedoman wawancara Angket Standar

Kompetensi Solusi terhadap komplain Mekanisme penanganan Dokumen

Pedoman wawancara

Data-data tersebut diatas, bertujuan untuk mengeksplorasi mengenai kebutuhan- kebutuhan kompetensi baby sitter di lapangan. Data tersebut kemudian akan dilakukan analisis gabungan dan kompilasi kompetensinya dengan Standar kompetensi bagi baby sitter yang sudah berlaku internasional dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia bagi baby sitter. Kompilasi dari standar kompetensi yang ada dan kebutuhan masyarakat, ditetapkan menjadi standar kompetensi yang dikembangkan dalam penelitian ini.

3. Alat Pengungkap Data Pelaksanaan Model Pelatihan

Untuk dapat melihat keterlaksanaan model pelatihan dengan baik, maka ditentukan variable X sebagai persepsi tentang model pelatihan yang meliputi kisi-kisi instrumen sebagai berikut :


(45)

Tabel 3.8

Kisi-kisi instrumen pengungkap data

persepsi model pelatihan (variable X) melalui angket

Variabel Indikator Item

Persepsi model pelatihan (X)

Sikap fasilitator 1-5,7,9 7 Materi pelatihan 6,8,19-20 4

Waktu pelatihan 11,15 2

Metode pelatihan 10, 12-14, 16-18

7

Jumlah 20

4. Alat Pengungkap data pencapaian Profesionalisme Baby sitter

Untuk dapat mengukur dan menilai serta memperhatikan profesionalisme

baby sitter diukur melalui ketercapaian kompetensi baby sitter sesuai standar yang telah ditetapkan. Untuk kepentingan tersebut maka disusun alat berupa angket kriteria unjuk kerja bagi baby sitter sesuai dengan standar kompetensi yang dilatihkan. Berikut adalah kisi-kisi penyusunan alat pengumpul data yang berkaitan dengan data profesionalisme baby sitter (variable Y).

Tabel 3.9

Kisi-kisi alat pengungkap data profesionalisme baby sitter (variable Y)

melalui penilaian unjuk kerja

Kompetensi Dasar Indikator No Item

Mengetahui pola

perkembangan anak dan perbedaan-perbedaan kemampuan anak pada tingkat usia yang berbeda serta mampu memberikan pendampingan yang tepat dan membangun sesuai tingkat perkembangan anak sehingga anak terbangun

kemandiriannya

- Memberikan dorongan pada setiap anak sesuai tingkatan usianya.

- Menggunakan bahasa yang tepat dalam kompleksitas bahasa dan kehangatannya - Menunjukkan komunikasi yang relevan dengan ketertarikan dan kapabilitas anak - Menunjukkan harapan


(46)

pada tingkah laku anak yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. - Menunjukkan strategi

dan pengelolaan tingkah laku

pengasuhan yang tepat dengan tingkat pemahaman anak. - Menunjukkan intensitas pendampingan yang disesuaikan dengan kemampuan dari perkembangan anak. - Menunjukkan tipe

pendampingan pada anak untuk meningkatkan perkembangan akan kemandirian anak - Menunjukkan komunikasi yang respek pada anak, merespon anak dan mengikuti anak Mengetahui pola

perkembangan fisik anak serta mampu

menyediakan pengalaman yang tepat melalui

kegiatan rutin dalam permainan, stimulasi alat mainan dan peralatan lain yang tepat dalam

mendukung

perkembangan fisik anak

- Menunjukkan aktivitas rutin harian yang dijadikan kesempatan untuk melatih dan mempraktekkan keterampilan/skill fisik anak - Menunjukkan aktivitas menggunakan

peralatan bermain dan mainan untuk

membangun keterampilan /skill fisik anak.

9-10 2

Mengetahui bagaimana mendukung anak dalam membangun persahabatan

- Mengikuti bersama anak berbagai kegiatan dan


(47)

dengan teman, cara memberi pemahaman pada anak akan aturan di masyarakat/lingkungan sekitar serta mampu mengkondisikan interaksi anak pada lingkup satu teman, interaksi dengan lingkup kelompok kecil dan interaksi dengan lingkup kelompok besar

acara yang secara budaya dilakukan di lingkungan

masyarakat - Menyediakan

kesempatan pada anak untuk interaksi dengan satu teman, interaksi dalam kelompok kecil dan interaksi dengan kelompok lebih besar. - Melakukan

komunikasi yang tepat menjadi model/contoh untuk anak.

- Memberikan pemahaman akan perbedaan, melalui penilaian dan respek ketika dalam berbicara mengenai anak dan dengan anak. Mengetahui tentang

pengembangan konsep diri, percaya diri, dan mengatasi emosi anak serta mampu

menyediakan kesempatan pada anak untuk

mengambil keputusan dan menunjukan perhatian pribadi

- Memberikan kesempatan pada individu anak dan kelompok anak untuk dapat mengambil keputusan selama ada pada lingkungan yang aman

- Menunjukkan usaha dan upaya menghargai, mendukung dan

mengapresiasi anak. - Menunjukkan

perhatian penuh pada anak

- Menunjukkan perhatian pada

perasaan anak dengan merespon secara terbuka dan penuh respek.

15-18 4

Mengetahui bagaimana bahasa dapat terbentuk /terbangun pada anak

- Memberikan dukungan pada anak untuk dapat mengekspresikan diri


(48)

sehingga mampu berinteraksi melalui berbahasa yang tepat dengan anak dan menyediakan pengalaman yang tepat untuk perkembangan bahasa anak

secara verbal/lisan - Memberikan

pengalaman-pengalaman agar anak dapat mengungkapkan berbagai bentuk bahasa. Mengetahui pentingnya kreativitas dan mengetahui cara menyediakan kesempatan pada anak untuk

mengekspresikan kreativitas dengan memberikan

pendampingan dalam bermain dalam imaginasi, drama, melukis,

menggambar, bermain malam (playdough), menari, musik, puisi dan menulis komposisi lagu.

- Memberikan berbagai kesempatan pada anak untuk menggunakan seluruh rasa mereka - Memberikan dukungan pada anak-anak untuk mengekspresikan

imajinasi dan kreativitas dalam interaksi bermain mereka

- Memberikan berbagai pengalaman yang mendukung anak agar dapat mengeksplorasi dan mengekspresikan diri. - Menyediakan sumber peralatan dan alat yang tepat sehingga dapat memudahkan anak mengembangkan aktivitas kreatif.

21-24 4

Mengetahui bagaimana kognisi dapat terbentuk dan mampu menyediakan pengalaman dan pengkondisian untuk memberi dukungan lingkungan untuk stimulasi dalam perkembangan kognisi anak - Memberikan lingkungan dan kesempatan-kesempatan agar dapat memberikan stimulasi perkembangan kognitif

- Memberikan dukungan agar anak dapat

mengeksplorasi dan menyelesaikan permasalahan dengan peralatan dan

pengalaman mereka yang beraneka ragam.

25-26 2

Mengetahui pentingnya menanamkan pemahaman agama/spiritual sejak

- Mendukung keluarga dalam melaksanakan ritual keagamaan


(49)

dini dan mampu

menciptakan lingkungan keagamaan dalam kehidupan sehari-hari

secara proporsional - Mendukung anak

untuk melakukan kegiatan berdoa - Memperkenalkan anak

pada ciptaan Tuhan - Melatih anak untuk

memperhatikan sesama dengan empati

Jumlah 30

5. Alat Pengungkap Data Keefektifan Model Pelatihan

Menurut Kirkpatriks bahwa untuk melihat keefektifan pelatihan ada 4 level evaluasi dalam pelatihan, yang ditunjukkan pada struktur dibawah ini, yaitu :

a. Evaluasi pada level reaksi

Evaluasi reaksi adalah bagaimana peserta pelatihan merasakan pelatihan atau pengalaman belajar peserta. Alat pengungkap data untuk memperoleh data mengenai reaksi, dikembangkan dalam bentuk lembar “happy sheet”, kuesioner, dan wawancara

b. Evaluasi pada level pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah ukuran dari peningkatan dalam pengetahuan, sebelum dan sesudah pelatihan. Alat pengungkap data untuk memperoleh data mengenai pembelajaran, dikembangkan instrumen dalam bentuk tes tertulis dan tes unjuk kerja, serta observasi dan wawancara

c. Evaluasi pada level tingkah laku

Evaluasi tingkah laku adalah tingkat penerapan kembali dan implementasi pada pekerjaan. Alat pengungkap data untuk memperoleh data mengenai tingkah laku, dikembangkan instrumen dalam bentuk observasi dan


(1)

a. Model pelatihan in-service berbasis kompetensi ini dapat diterapkan dengan efektif, apabila standar kompetensi, khususnya unit kompetensi yang menjadi acuan telah tersusun. Standar kompetensi dan elemen kompetensi yang ada sekaligus menjadi patokan dalam penilaian.

b. Model pelatihan ini dapat diterapkan bagi tenaga kerja baby sitter yang sudah bekerja dan memiliki pengalaman, bahkan juga bagi penyiapan tenaga baby sitter/pengasuh yang baru direkrut, dengan beberapa penyesuaian.

c. Model pelatihan ini pun memungkinkan untuk diterapkan bagi tenaga pengasuh di luar rumah dan keluarga seperti tenaga pengasuh di TPA (Tempat Penitipan Anak) ataupun Lembaga PAUD, dengan beberapa penyesuaian. Adapun sebagai penyelenggara pelatihan dapat dilakukan oleh lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah/swasta.

d. Model pelatihan ini pun dengan berbagai penyesuaian dapat diterapkan pada keluarga-keluarga melalui program parenting yang sifatnya individual dari rumah ke rumah., untuk membantu orang tua memberikan pengasuhan pada anak-anaknya.

e. Peneliti pun menyarankan setiap lembaga pelatihan yang telah menyalurkan tenaga baby sitter, menggunakan model ini untuk dapat menjadi layanan service bagi pengguna jasa, yang setiap berkala memberikan pelatihan untuk mengingatkan dan menambah kompetensi baby sitter yang disalurkannya. f. Peneliti merekomendasikan pada lembaga pemerintah yang mengatur standar

kompetensi kerja nasional seperti Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dapat mempertimbangkan standar kompetensi mix yang dikembangkan untuk


(2)

304

menjadi bahan diskusi dan kajian lebih dalam, khususnya untuk memperbaiki Standar Kompetensi Kerja Nasional untuk bidang kerja baby sitter, yang saat ini masih perlu dikaji lebih lanjut.

2. Rekomendasi untuk penelitian lanjutan

a. Keterbatasan peneliti dalam mengembangkan model pelatihan ini memunculkan harapan peneliti lanjutan untuk dapat mengembangkan lebih lanjut model pelatihan ini khususnya dalam mengembangkan unit kompetensi yang lain.

b. Temuan penelitian dalam model pelatihan ini, bahwa ada peran penting dari tenaga fasilitator di masyarakat, maka peneliti berharap ke depan akan ada kajian lebih lanjut yang fokus pada tenaga fasilitator yang dapat secara efektif merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi berbagai program pendidikan di masyarakat.


(3)

305

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Agus, (2011). Peran Ayah dan Ibu Berbeda untuk Pengasuhan Anak (Psikolog Roslina Verauli, MPsi, dari Klinik Empati dan RS Cengkareng). Jakarta : Wordpress

Akdon. (2009). Strategic Management for Educational Management (Manajemen Strategik untuk Manajemen Pendidikan). Bandung: Alfabeta

Anak, D. P. P. d. P. (2009). Data Partisipasi Angkatan Kerja. Arif, Zainudin. (1994). Andragogi. Bandung : Angkasa

Barbazette, J. (2006). Training Needs Assesment Methods, Tools and Techniques, Publish by Pfeiffer

Berger, E H. (1991). Parents as Partners in Education, Third Ed. USA: Macmillan Publishing Company

Blanchard, P. N., & Thacker, J. W. (2007). Effective training : systems, strategies, and practices (3rd ed.). Upper Saddle River, N.J: Pearson Prentice Hall. Bloom, B. (1968). Learning for mastery. Evaluation Comment, 1(2), 1-5. ________. (1981). All Our Children Learning. McGraw-Hill. New York.

Bowes, J M & Hayes, A. (Ed). (1999). Children, Families, and Communities, Contexts and Consequences. Oxford: Oxford University Press

Bramley, P. (1996). Evaluating Training Effectiveness (Second ed.). London, England: Mc-Graw Hill Publishing Company.

Burke, J. W. (1989). Competency based education and training. London; New York: Falmer Press.

Carroll, J. B. (1963). A model of school learning. Teachers College Record, 64(8), 723-733.

Elliott, A (2006a). Rethinking and reshaping early chifdhood care and education policy: Visions and directions for the future. Paper presented at the National Education Forum Conference at 24 June 2006.

________. (2006b). Early childhood education: Pathways to quality and equity for all children. Australian Education Review. Sydney: Australian Council for Educational Research (ACER)

Foley, G. (Ed.). (2000). Understanding Adult Education and Training (Second ed.). NSW Australia: Allen & Unwin.

Gay, L. R., Mills, G. E., & Airasian, P. W. (2009). Educational research : competencies for analysis and applications (9th ed.). Upper Saddle River, N.J.: Merrill/Pearson.


(4)

306

Haris, R. (1995). Competency-based Education and Training: Between a Rock and a Whirpool. South Melbourne: Macmillan Education Australia.

Hatton, M. (1997). A Pure Theory Of Lifelong Learning. Lifelong learning: Policies, practices and programs. Toronto: School of Media Studies at Humber College.

Health Service Executive. (2011). Child Pretection and Welfare Practice Handbook. Ireland National Director, Children and Family Services. Idi, A. (2007), Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktik. Jogyakarta: Ar-Ruzz

Media,

Inklusif, S. P. d. P. (2005). Laporan Review Kebijakan: Pendidikan dan Perawatan Anak Usia Dini di Indonesia. Jakarta: Sektor Pendidikan UNESCO.

Judith S. Rycus, P. D. e. a. (2000). What is Competency-Based Inservice Training?. Washington DC : Institute for Human Services.

Khairudin, H. (2008). Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Libe

Kirkpatriks. (2006). Evaluating Training Programs, (Third ed.), The four Level. San Francisco: Berret-Koehler Publishers Inc

Mulyasa, E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Inplementasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Munandar, Utami & Freeman, J (1996), Cerdas dan Cemerlang. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia

Piskurich, George M. P. B., Brandon Hall (Ed.). (2000). The ASTD Handbook of Training Design and Delivery. New York: McGraw-Hill.

Rae, L. (1997). How to Train The Trainer. USA: McGraw-Hill.

Rita C. Richey, J. D. K., Wayne A. Nelson. (2009). Developmental Research : Studies of Instructional Design and Development.

Robandi. (2007). Orang Tua dan Keluarga. Yogyakarta : Andi

Sever, S. (1997). Turkish Teaching and Mastery Learning, Ani Yayincilik: Ankara.

Simarmata, DJ. A. (1983). Operations Research Sebuah Pengantar Teknik-teknik Optimasi Dari Sistem Operasional. Jakarta: PT. Gramedia

Smidt, S., & Smidt, S. E. Y. (2010). Key issues in early years education : a guide for students and practitioners (2nd ed.). Milton Park, Abingdon, Oxon ; New York: Routledge.

Soekamto, S. (1990). Sosiologi Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta


(5)

Soelaeman, M.I. (1994). Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung : CV Alfabeta. Sudjana, D. (2000). Manajemen Program Pendidikan. Bandung : Falah

Production

__________. (2000). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung : Falah Production.

__________. (2004). Pendidikan Nonformal (Wawasan Sejarah Perkembangan Filsafah dan Teori Pendukung Azaz). Bandung : Falah Production.

Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta

Tennant, M. (2006). Psychology and Adult Learning. USA and Canada: Routledge.

UNESCO. (2002). Panduan Perencanaan Pendidikan Untuk Semua (PUS), Asia Timur dan Tenggara. Bangkok, Thailand: UNESCO Principal Regional Office for Asia and The Pasific

UNICEF, (2004), Child Protection, A Handbook for Parliamentarians, SRO-Kundig, Switzerland

Wong, K., (2002). A Basic Introduction to Mastery Learning. The Newsletter Learning and Teaching Support, 2 (3)

W.R Borg & Gall, M. D. (1989). Educational Research: An Introduction (5th Ed). New York & London: Longman Inc.

Weatherman, R. (1976). Competency-Based Inservice Training for Coordinators of Special Needs in Vocational Education. Washington DC: Minnesota University,

Wolf, A. (1995). Competence-Based Assessment. Buckingham, Philadelphia: Open University Press.

Penelitian :

Harkness, Eva Beth (1999), The Transference of Values Within the Family by a Non-Familial Member: A Foundational Study of the Professional Nanny in the United States. Early Childhood Developmental Psychology. Graduate College of the Union Institute. United States

Hudson, K P. (2010), In-home Child Care Providers, Training, and Social Emotional Development of Young Children, Saybrook Graduate School and Research Center.

Kamil, M (2002). Model Pembelajaran Magang Bagi Peningkatan Kemandirian Warga Belajar. Disertasi Program Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan Katz, J R. (2004). The relationship between early childhood caregivers’ beliefs

about child-rearing and young children’s development: A Secondary analysis of data from National Institute of Child Health and Human Development Study of Early Child Care and Youth Development. Faculty of The Graduate School of Education of Harvard University.


(6)

308

Jurnal :

Harris, Roger and Hodge, Steven. (2009). “Quarter of a Century of CBT : The Vicissitudes of an Idea”, International Journal of Training Research, Volume 7, Issue 2, December 2009

Kirkpatrik, Jim .(2007). “The Hidden Power of Kirkpatrik’s Four Level”, ProQuest Education Journals, August 2007

Noble, Karen, University of Southern Queensland. (2007). “Parent choice of early childhood education and care services”, Australian Journal of Early Childhood Volume 32 No 2 June 2007

Ruth Smith, Svetlana Speight and Ivana La Valle. (2010). “Fitting It All Together How Families Arrange their Childcare and the Influence on Children’s Home Learning”, Research Report DCSF-RR090, National Centre for Social Research, Department for Children, Schools and Families, Journal EPPE Studies, UK

Smith, Ann. B, Children's Issues Centre, University of Otago. (2007). “Children's rights and early childhood education, links to theory and advocacy”, Australian Journal of Education, Volume 32 Number 3 September 2007