PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN THINK PAIR SHARE (TPS) PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 STABAT T.A 2014/2015.

(1)

i

Judul Skripsi : Perbedaan Hasil Belajar Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dengan TPS Pada Materi Aritmatika Sosial Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Stabat

Nama Mahasiswa : Nicky Miyarna Putri

NIM : 4101111038

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Matematika

Menyetujui : Dosen Pembimbing Skripsi,

Drs. W.L Sihombing, M.Pd NIP. 19610713 198703 1 001

Mengetahui :

FMIPA UNIMED Jurusan Matematika

Dekan, Ketua,

Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D Dr. Edy Surya, M.Si

NIP. 19590805 198601 1 001 NIP. 19671019 199203 1 003


(2)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik serta Shalawat penulis sampaikan untuk Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Antara Model Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) dengan Think Pair Share (TPS) Pada Materi Aritmatika Sosial Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Stabat T.A 2014/2015”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs. W.L Sihombing, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini, Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd, Ibu Dra. Nerli Khairani, M.Si, dan Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini, Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Negeri Medan.

Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Pembantu Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Gito, S.Pd, M.Pd selaku Kepala Sekolah dan Ibu Hj. Marliah, S.Pd selaku guru matematika SMP Negeri 1 Stabat yang telah memberikan izin kepada penulis untuk


(3)

v

melaksanakan penelitian di sekolah serta telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ayahanda tercinta (Agus Ediar) dan Ibunda tercinta (Sulasmi, S.Pd) yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberi semangat kepada penulis hingga skripsi ini selesai. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Adik-adikku tersayang Ilman Pangeran dan Agung Febrian Bugis yang selalu memberikan dukungan dan doa.

Ucapan terima kasih untuk sahabat-sahabat tersayang Himma, Nisa, Nikmah, Bebey, Ita, Namora, Riska, Fany dan semua teman-teman DIK-B 2010 yang telah memberikan dukungan, masukan dan saran kepada penulis.

Kemudian penulis juga mengucapkan terima kasih terkhusus kepada Muhammad Irfan Haromain Lubis yang selalu setia memberikan semangat, motivasi, waktu, serta perhatiannya kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, Maret 2015 Penulis,

Nicky Miyarna Putri NIM. 4101111038


(4)

iii

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN TPS PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 STABAT TAHUN AJARAN 2014 / 2015

NICKY MIYARNA PUTRI (4101111038) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dengan tipe Think Pair Share (TPS) pada materi Aritmatika di kelas VII SMP Negeri 1 Stabat T.A 2014/2015. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 1 Stabat, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII-A yang berjumlah 30 siswa diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Number Head Together (NHT) yang disebut sebagai kelas eksperimen A, kelas VII-D yang berjumlah 30 siswa diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang disebut sebagai kelas eksperimen B. Instrumen penelitian ini menggunakan tes pilihan berganda sebanyak 20 soal. Nilai rata-rata hasil postest siswa pada kelas eksperimen A adalah 79.5 dengan standar deviasi adalah 8.0247. Nilai rata-rata hasil postest siswa pada kelas eksperimen B adalah 73.333 dengan standar deviasi adalah 7.1115. Dari hasil analisis data berupa uji normalitas data pretest hasil belajar kelas eksperimen A diperoleh Lhitung (0,153117) < Ltabel (0,161) dan data pretest hasil belajar kelas

eksperimen B diperoleh Lhitung (0,155245) < Ltabel (0,161). Data postest hasil

belajar kelas eksperimen A diperoleh Lhitung (0,120115) < Ltabel (0,161) dan data

postest hasil belajar kelas eksperimen B diperoleh Lhitung (0,12598) < Ltabel (0,161).

Dengan demikian dapat disimpulkan kedua kelas berdistribusi normal. Dari hasil analisis data berupa uji homogenitas data postest diperoleh nilai Fhitung =

1,273295. Pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh harga Ftabel = 1,8608. Fhitung <

Ftabel maka data pretest dan data postest kedua sampel homogen. Dari uji hipotesis

posttest diperoleh thitung = 3,150 > ttabel = 2,0017 sehingga Ho ditolak dan Ha

diterima. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) tipe Think Pair Share (TPS) pada materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A 2014/2015.


(5)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Diagram xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 7

1.3.Batasan Masalah 8

1.4.Rumusan Masalah 8

1.5.Tujuan Penelitian 8

1.6.Manfaat Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Pengertian Belajar 10

2.1.2. Hasil Belajar 11

2.1.3. Pembelajaran Matematika 13

2.1.4. Pembelajaran Kooperatif 15

2.1.4.1. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT 18

2.1.4.1.1. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran

Kooperatif Tipe NHT 20


(6)

vii

2.1.4.2.1. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran

Kooperatif Tipe TPS 23

2.1.4.3. Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe NHT dan TPS 23

2.1.5. Aritmatika Sosial 24

2.1.5.1. Nilai Keseluruhan dan Nilai Per Unit 24

2.1.5.2. Harga Jual, Harga Beli, Untung, dan Rugi 25 2.1.5.3. Rabat (Diskon), Bruto, Tara, dan Neto 28

2.1.5.4. Bunga Tabungan dan Pajak 28

2.2. Penelitian yang Relevan 29

2.3. Kerangka Konseptual 31

2.4. Hipotesis Penelitian 32

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 33

3.1.1. Lokasi Penelitian 33

3.1.2. Waktu Penelitian 33

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 33

3.2.1. Populasi Penelitian 33

3.2.2. Sampel Penelitian 33

3.3. Variabel Penelitian 34

3.4. Definisi Operasional Variabel 34

3.5. Jenis dan Desain Penelitian 35

3.5.1. Jenis Penelitian 35

3.5.2. Desain Penelitian 36

3.6. Prosedur Penelitian 37

3.7.Validitas Internal Penelitian 40

3.8.Instrumen Penelitian 42


(7)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Validasi 49

4.2. Uji Reliabilitas 49

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian 49

4.3.1. Nilai Pretest Kelas Eksperimen A dan Eksperimen B 50 4.3.2. Nilai Posttest Kelas Eksperimen A dan Eksperimen B 51

4.4. Analisis Data Hasil Penelitian 52

4.4.1. Uji Normalitas Data 53

4.4.2. Uji Homogenitas 53

4.4.3. Pengujian Hipotesis Hasil Belajar Siswa 54

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian 55

4.5.1. Kegiatan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran

NHT dan TPS 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 58

5.2. Saran 58


(8)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 16 Tabel 2.2 Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kemampuan

Akademik 17

Tabel 2.3 Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Dan TPS 24

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 36

Tabel 4.1 Data Pretest Kelas Eksperimen A dan Eksperimen B 50 Tabel 4.2 Data Posttest Kelas Eksperimen A dan Kelas

Eksperimen B 50

Tabel 4.3 Ringkasan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest

Kedua Kelas 51

Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Hasil

Belajar Siswa 52

Tabel 4.5 Data Hasil Uji Homogenitas 53

Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Hasil


(9)

ix

DAFTAR GAMBAR


(10)

xi

DAFTAR DIAGRAM


(11)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I NHT I 61 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II NHT II 67 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III NHT III 72 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I TPS I 77 Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II TPS II 84 Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III TPS III 89

Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa I 94

Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa II 98

Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa III 102

Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian LAS I 106

Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian LAS II 109 Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian LAS III 111

Lampiran 13. Kisi-Kisi Instrument Test 113

Lampiran 14. Soal Instrument Test (sebelum divalidasi) 119 Lampiran 15. Kunci Jawaban Instrument Test (sebelum divalidasi) 125 Lampiran 16. Soal Instrument Test (setelah divalidasi) 126 Lampiran 17. Kunci Jawaban Instrument Test (setelah divalidasi) 131

Lampiran 18. Tes Validasi Instrument Soal 132

Lampiran 19. Reliabilitas Instrument Test 133

Lampiran 20. Tingkat Kesukaran Soal 134

Lampiran 21. Daya Pembeda Soal 135

Lampiran 22. Uji Normalitas Kelas Eksperimen A dan Eksperimen B 136

Lampiran 23. Uji Homogenitas 142

Lampiran 24. Uji Hipotesis 144

Lampiran 25. Lembar Validasi Pre-Test 145

Lampiran 28. Dokumentasi Penelitian 154

Lampiran 29. Tabel Liliefors 159

Lampiran 30. Tabel Distribusi (F) 160


(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat dilihat dari isi Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Suatu bangsa dikatakan cerdas apabila penduduk dalam suatu bangsa tersebut mampu memajukan negaranya dan ikut berpartisipasi aktif dalam dunia pendidikan. Pendidikan memegang peranan yang paling penting untuk kemajuan dan perkembangan berkualitas suatu bangsa, karena dengan pendidikan manusia dapat memaksimalkan kemampuan maupun potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1) (dalam Prayitno, 2010:51) yang menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Matematika adalah salah satu pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari oleh siswa dalam dunia pendidikan. Matematika diberikan pada setiap jenjang pendidikan untuk menyiapkan siswa dalam menghadapi perkembangan dunia yang semakin maju dan berkembang pesat. Cockrof (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan bahwa:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir


(13)

2

logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa selain mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar, mengkomunikasikan gagasan, matematika juga dapat menjadi modal atau alat untuk mempelajari mata pelajaran lainnya, seperti fisika, kimia, biologi dan bahkan ilmu sosial. Penguasaan matematika akan memberikan dasar pengetahuan untuk bidang-bidang yang sangat penting, seperti penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Oleh karena peranan matematika yang sangat besar, seharusnya matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik, sehingga dapat meningkatkan keinginan dan semangat siswa dalam mempelajarinya. Keinginan dan semangat yang meningkat ini akan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan berbagai aspek yang perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran matematika.

Akan tetapi, kenyataan yang sering ditemukan di lapangan adalah bahwa hasil belajar siswa pada bidang studi matematika masih rendah. Rendahnya prestasi belajar pada matematika dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari matematika. Kesulitan dalam belajar matematika mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah siswa rendah. Seperti diungkapkan oleh Widianti (http://newspaper.pikiran-rakyat.com, diakses pada 04 Februari 2014):

Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada substansi pemecahan masalah. Kebanyakan mengajarkan prosedur atau langkah pengerjaan soal. Bahkan, siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika dan sering dengan mengulang-ulang menyebutkan definisi yang diberikan guru atau yang tertulis dalam buku yang dipelajari, tanpa memahami maksud isinya. Kecenderungan semacam ini tentu saja dapat dikatakan mengabaikan kebermaknaan dari konsep-konsep matematika yang dipelajari siswa, sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang.

Kebanyakan guru mengajar dengan model yang kurang sesuai dengan materi yang diajarkan karena masih didominasi oleh pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional yang dilakukan tidak mampu menolongnya keluar dari masalah karena siswa hanya dapat memecahkan masalah apabila informasi


(14)

3

yang dimiliki dapat secara langsung dimanfaatkan untuk menjawab soal. Dalam menjawab suatu persoalan siswa sering tertuju pada satu jawaban yang paling benar dan menyelesaikan soal dengan tertuju pada contoh soal tanpa mampu memikirkan kemungkinan jawaban dalam memecahkan masalah tersebut.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang merupakan mata pelajaran yang sangat berguna dan banyak memberi bantuan dalam berbagai aspek kehidupan. Matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuh kembangkan pola pikir yang logis, sistematis, objektif, kritis dan rasional yang harus dibina sejak dini.

Namun banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit dan merupakan momok yang menakutkan bagi siswa. Kesulitan yang dirasakan pada siswa terhadap matematika disebabkan ilmunya yang dianggap abstrak dan kompleks terutama pada materi yang memerlukan keterampilan pemahaman berbahasa seperti yang dikemukakan oleh Bambang (dalam http://rbaryans.wordpress.com/2008) bahwa :

Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi. Rendahnya hasil pembelajaran matematika disebabkan oleh banyak faktor. Di antara faktor penyebab rendahnya hasil belajar, selain faktor internal yang berhubungan dengan kondisi fisik, kecerdasan, motivasi, minat, sikap dan bakat siswa juga disebabkan oleh faktor eksternal yaitu guru dan proses pembelajaran di sekolah. Banyak guru masih menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah. pembelajaran kebanyakan berpusat pada guru serta dalam pelaksanaannya guru memegang kendali sedangkan siswa cenderung pasif dalam menerima informasi, pengetahuan dan keterampilan yang diberikan oleh guru. Tidak jarang pula aktivitas tanya jawab yang terjadi terkesan dipaksakan misalnya siswa baru menjawab sebuah pertanyaan apabila sudah mendapat perintah atau ditunjuk oleh gurunya. Hal tersebut mengakibatkan


(15)

4

aktivitas belajar siswa rendah karena mereka hanya dijadikan objek pembelajaran bukan subjek dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Stabat, kelemahan belajar matematika diantaranya adalah sebagai berikut : (1) Masih banyak siswa kurang memperhatikan materi yang diberikan guru. (2) Masih banyak siswa kurang dalam mengerjakan latihan-latihan soal. (3) Masih banyak siswa malu bertanya tentang materi yang belum dimengerti. (4) Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru. Masih banyak siswa tidak diberi dukungan penuh dari orang tua. (6) Ketika diberikan tes mayoritas siswa memperoleh nilai yang rendah.

Hal yang sama seperti yang diungkapkan oleh Trianto (2009:5):

Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari hasil rerataan hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa inni masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.

Padahal belajar itu adalah berbuat, seperti yang diungkapkan Slameto (2010:2) bahwa, “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Jadi, rendahnya hasil belajar dan aktivitas siswa juga dipengaruhi oleh kurangnya variasi metode dalam mengajar yang digunakan guru dalam proses belajar dan mengajar dan cenderung tidak mengajak siswa untuk berperan secara aktif di dalam pembelajaran yang berlangsung.

Seiring dengan hal tersebut, hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti guru matematika di kelas VII SMP Negeri 1 Stabat mengemukakan bahwa ”Aktivitas belajar matematika siswa di kelas masih kurang, kebanyakan siswa hanya memperhatikan saja tanpa mau bertanya. Kemampuan memecahkan


(16)

5

masalah dari soal yang diberikan masih kurang, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa kelas VII juga masih rendah, bahkan masih banyak siswa kelas VII yang memperoleh nilai di bawah rata–rata dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) matematika 65, masih banyak siswa yang tidak mencapai KKM.Hal ini terlihat dari ulangan harian bulanan siswa, bahwa ada sekitar 36 % siswa (18 orang) yang hanya mencapai KKM. Demikian juga halnya dengan nilai semester bahwa ada sekitar 44 % siswa yang hanya mencapai KKM (22 orang).”

Rendahnya hasil belajar matematika juga dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 1 Stabat menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah tersebut masih menggunakan metode pembelajaran ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas, artinya metode pembelajaran yang digunakan masih banyak didominasi oleh guru, sementara siswa duduk secara pasif menerima informasi pengetahuan dan keterampilan. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan masih kurang bervariasi.

Rendahnya kemampuan siswa pada pembelajaran matematika tidak terlepas dari kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan metode yang tepat dan melibatkan siswa, sehingga siswa lebih mudah untuk memahami dan tidak merasa bosan. Seperti yang dikatakan Arends (dalam Trianto, 2009 : 7) bahwa :

Dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori kontruktivisme. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Penggunaan kelompok menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Sesuai dengan pendapat Artzt & Newman (dalam Trianto 2009 : 56) menyebutkan bahwa: “dalam belajar kooperatif, siswa belajar bersama sebagai


(17)

6

suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi setiap anggota kelompok memliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.”

Slavin dalam penelitiannya mengemukakan “bahwa hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tehnik-tehnik pengajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar“, (Ibrahim dkk, 2000:16). Sehingga model pengajaran kooperatif sangat baik digunakan untuk siswa yang berkemampuan rendah, sedang, maupun tinggi. (http://nitanurtafita.blogspot.com/2011/10/pembelajaran-metode-nht.html diakses pada 21 Nopember 2014)

Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif, di antaranya adalah model kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dan tipe TPS (Think Pair Share). Model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. (Dalam Trianto 2009 : 81)

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren (dalam Ibrahim, 2000: 18), antara lain adalah :

a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi b. Memperbaiki kehadiran

c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

e. Konflik antara pribadi berkurang f. Pemahaman yang lebih mendalam

g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi h. Hasil belajar lebih tinggi

Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagaimana dijelaskan oleh Hill (1993) dalam Tryana (2008) bahwa model NHT dapat


(18)

7

meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan. (http://www.tuanguru.com/2011/12/pembelajaran-kooperatif-tipe-nht.html diakses pada tanggal 21 Nopember 2014)

Berbeda dengan NHT (Numbered Head Together), model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutif Arends (1997), menyatakan bahwa think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. “Dengan asusmsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu”. (Dalam Trianto 2009 : 81)

Kedua model ini sama-sama baik dalam proses pembelajaran kooperatif, namun di sini akan diteliti apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa apabila diajarkan oleh kedua kelas yang berbeda.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai: “Perbedaan Hasil Belajar Pembelajaran Kooperatif tipe NHT dengan TPS pada Materi Aritmatika Sosial Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Stabat Tahun Pelajaran 2014/2015”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar yang diperoleh siswa kelas VII masih rendah.

2. Hasil belajar siswa pada bidang studi matematika masih rendah khususnya pada materi Aritmatika Sosial.


(19)

8

3. Matematika dianggap sebagai bidang studi yang paling sulit dan beberapa siswa tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi.

4. Proses pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru (Ekspositori), meskipun model pembelajaran telah berkembang salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses belajar dan meningkatkan hasil belajarnya.

1.3. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, perlu adanya pembatasan masalah agar masalah dalam penelitian ini terarah dan jelas. Penelitian ini dibatasi pada perbedaan hasil belajar pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A. 2014/2015.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A. 2014/2015.

1.5. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A. 2014/2015.


(20)

9

1.6. Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian diharapkan hasil penelitian dapat memberikan manfaat yang berarti yaitu :

1. Bagi Guru

a. Memberikan gambaran bagaimana cara mengajarkan matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered-head-together (NHT) dan tipe think-pair-share (TPS).

b. Dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam proses belajar mengajar khususnya dalam pemilihan model pembelajaran efektif yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi Peserta Didik

a. Menumbuhkan sikap positif (minat dan respon belajar) peserta didik serta dapat mengatasi kesulitan belajar matematika yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Menumbuhkan kemampuan bekerjasama, berkomunikasi dan mendengarkan pendapat orang lain, melatih rasa peduli dan kerelaan untuk berbagi dan meningkatkan rasa penghargaan terhadap orang lain.

c. Dapat dijadikan sebagai sarana untuk belajar mengaktifkan diri dalam proses belajar mengajar.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan positif dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam mata pelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan sekaligus dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan.

4. Bagi Peneliti

a. Sebagai bekal peneliti sebagai calon guru matematika agar siap melaksanakan tugas di lapangan.

b. Sebagai bahan masukan dan pembanding kepada peneliti lain yang ingin meneliti permasalahan yang sama di masa yang akan datang.


(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka diperoleh kesimpulan, yaitu : secara statistik dengan menggunakan uji t disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) tidak sama dengan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A 2014/2015.

Artinya, ada perbedaan yang signifikan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A 2014/2015.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Kepada guru-guru atau calon guru salah satu model pembelajaran yang baik adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD cenderung lebih menarik perhatian siswa karena dalam model pembelajaran ini siswa diajak untuk dapat berpikir atau menyelidiki suatu kajian materi secara lebih detail.

2. Kepada siswa disarankan untuk saling bekerjasama dalam diskusi kelompok terutama untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajari serta melakukan persiapan belajar dan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.

3. Kepada calon peneliti berikutnya, disarankan untuk mengembangkan penelitian ini sehingga hasil penelitian dapat berguna bagi kemajuan pendidikan khususnya pendidikan matematika kedepannya.


(22)

61

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Arikunto, S, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri, dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. 2012. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan. Medan: FMIPA UNIMED

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Penerbit Media Persada Kunandar. 2011. Guru Profesional Implemantasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada

Sanjaya, Wina. 2008 Strategi Pembelajaran, Penerbit Kencana, Bandung.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada

Sihombing, W.L. 2012. Bahan Ajar Kapita Selekta II. Medan: FMIPA UNIMED Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Penerbit

Rineka Cipta


(23)

62

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya

Sulistyo, dkk. 2010. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Wedatama Widya Sastra (WWS)

Trianto. 2009. Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Penerbit Prenada Media

Uno, Hamzah. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara


(24)

ii

RIWAYAT HIDUP

Nicky Miyarna Putri lahir pada 08 Februari 1993 dan dibesarkan di Kelurahan Stabat Baru, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Ayah bernama Agus Ediar dan Ibu bernama Sulasmi, S.Pd. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Adik-adik bernama Ilman Pangeran dan Agung Febrian Bugis. Pada tahun 1998, penulis masuk SD Negeri 050656 Stabat, dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan studinya di SMP Negeri 1 Stabat, dan selesai pada tahun 2007. Penulis masuk SMA Negeri 1 Stabat pada tahun 2007 dan selesai tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Negeri Medan.


(1)

3. Matematika dianggap sebagai bidang studi yang paling sulit dan beberapa siswa tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi.

4. Proses pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru (Ekspositori), meskipun model pembelajaran telah berkembang salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses belajar dan meningkatkan hasil belajarnya.

1.3. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, perlu adanya pembatasan masalah agar masalah dalam penelitian ini terarah dan jelas. Penelitian ini dibatasi pada perbedaan hasil belajar pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A. 2014/2015.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A. 2014/2015.

1.5. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A. 2014/2015.


(2)

1.6. Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian diharapkan hasil penelitian dapat memberikan manfaat yang berarti yaitu :

1. Bagi Guru

a. Memberikan gambaran bagaimana cara mengajarkan matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered-head-together (NHT) dan tipe think-pair-share (TPS).

b. Dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam proses belajar mengajar khususnya dalam pemilihan model pembelajaran efektif yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi Peserta Didik

a. Menumbuhkan sikap positif (minat dan respon belajar) peserta didik serta dapat mengatasi kesulitan belajar matematika yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Menumbuhkan kemampuan bekerjasama, berkomunikasi dan mendengarkan pendapat orang lain, melatih rasa peduli dan kerelaan untuk berbagi dan meningkatkan rasa penghargaan terhadap orang lain.

c. Dapat dijadikan sebagai sarana untuk belajar mengaktifkan diri dalam proses belajar mengajar.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan positif dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam mata pelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan sekaligus dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan.

4. Bagi Peneliti

a. Sebagai bekal peneliti sebagai calon guru matematika agar siap melaksanakan tugas di lapangan.

b. Sebagai bahan masukan dan pembanding kepada peneliti lain yang ingin meneliti permasalahan yang sama di masa yang akan datang.


(3)

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka diperoleh kesimpulan, yaitu : secara statistik dengan menggunakan uji t disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) tidak sama dengan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A 2014/2015.

Artinya, ada perbedaan yang signifikan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Stabat T.A 2014/2015.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Kepada guru-guru atau calon guru salah satu model pembelajaran yang baik adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD cenderung lebih menarik perhatian siswa karena dalam model pembelajaran ini siswa diajak untuk dapat berpikir atau menyelidiki suatu kajian materi secara lebih detail.

2. Kepada siswa disarankan untuk saling bekerjasama dalam diskusi kelompok terutama untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajari serta melakukan persiapan belajar dan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.

3. Kepada calon peneliti berikutnya, disarankan untuk mengembangkan penelitian ini sehingga hasil penelitian dapat berguna bagi kemajuan pendidikan khususnya pendidikan matematika kedepannya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Arikunto, S, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri, dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. 2012. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan. Medan: FMIPA UNIMED

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Penerbit Media Persada Kunandar. 2011. Guru Profesional Implemantasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada

Sanjaya, Wina. 2008 Strategi Pembelajaran, Penerbit Kencana, Bandung.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada

Sihombing, W.L. 2012. Bahan Ajar Kapita Selekta II. Medan: FMIPA UNIMED Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Penerbit

Rineka Cipta


(5)

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya

Sulistyo, dkk. 2010. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Wedatama Widya Sastra (WWS)

Trianto. 2009. Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Penerbit Prenada Media

Uno, Hamzah. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara


(6)

RIWAYAT HIDUP

Nicky Miyarna Putri lahir pada 08 Februari 1993 dan dibesarkan di Kelurahan Stabat Baru, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Ayah bernama Agus Ediar dan Ibu bernama Sulasmi, S.Pd. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Adik-adik bernama Ilman Pangeran dan Agung Febrian Bugis. Pada tahun 1998, penulis masuk SD Negeri 050656 Stabat, dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan studinya di SMP Negeri 1 Stabat, dan selesai pada tahun 2007. Penulis masuk SMA Negeri 1 Stabat pada tahun 2007 dan selesai tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Negeri Medan.


Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 20

1 11 92

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 2 KAMPUNG BARU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 29 147

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP

0 5 93

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 RUKTI HARJO

1 12 61

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DENGAN TIPE THINK PAIR SHARE

4 14 55

PERBANDINGAN MODEL JIGSAW DENGAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN

6 17 204

PERBANDINGAN MODEL NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERTAHANAN TUBUH (Studi Eksperimental pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 2 Gadingrejo Kabupate

6 22 62

PERBEDAAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ANTARA TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) BERDASARKAN GAYA KOGNITIF SISWA

0 0 13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

0 0 16