STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 20

(1)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2011-2012

(Skripsi)

Oleh

DINAR SAPTA PUTRI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2011-2012

Oleh

DINAR SAPTA PUTRI

Penelitian ini mengkaji tentang perbandingan hasil belajar kewirausahaan siswa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heas Together (NHT) dan Think Pair and Share (TPS) dengan memperhatikan motivasi berprestasi siswa kelas X semester genap SMK Negeri 1 Metro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Populasi penelitian berjumlah 334 orang siswa dengan sampel 60 siswa. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik cluster random sampling. Teknik pengambilan data yaitu dengan angket dan teknik tes. Pengujian hipotesis

menggunakan rumus analisis varians dua jalan dan t-test dua sampel independen. Hasil analisis menunjukkan: (1) Terdapat perbedaan antara rata-rata hasil belajar kewirausahaan siswa yang pembelajarannya menggunakan metode kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dibandingkan dengan yang pembelajarannya menggunakan tipe Think Pairs and Share (TPS), yang ditunjukkan dengan perhitungan Fhitung 8,879> Ftabel 4,11, (2) Rata-rata hasil belajar kewirausahaan siswa yang pembelajarannya menggunakan metode kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan yang pembelajarannya menggunakan tipe Think Pair and Share (TPS) pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yang ditunjukkan dengan perhitungan thitung 2,305> ttabel 2,101, (3) Rata-rata hasil belajar kewirausahaan siswa yang pembelajarannya menggunakan metode kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan yang pembelajarannya menggunakan tipe Think Pair and Share (TPS) pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, yang ditunjukan dengan perhitungan thitung 1,921 < ttabel 2,101.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Tipe Think Pair and Share (TPS), serta Motivasi Berprestasi


(3)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 METRO

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2011-2012

Oleh

DINAR SAPTA PUTRI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 METRO

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

Lampung


(4)

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa Program Studi

Jurusan Fakultas

Pembimbing I,

Dr. Hi Eddy Purnomo, M. Pd NIP. 19530330 1983031001

Ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.S NIP. 19560108 1985031002

: STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2011-2012

:

Dinar Sapta Putri

ahasiswa : 0813031020

: Pendidikan Ekonomi : Pendidikan IPS

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing II

Eddy Purnomo, M. Pd. Drs. Hi. Nurdin, M. Si 530330 1983031001 NIP. 19600817 1986031003

2. Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan Ekonomi

Buchori Asyik, M.Si. Drs. Hi. Nurdin, M.Si.

031002 NIP. 19600817 1986031003

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR AND SHARE (TPS) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA KELAS X SMK

METRO TAHUN PELAJARAN

Pembimbing II,

. Hi. Nurdin, M. Si. 19600817 1986031003

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi,

Nurdin, M.Si. 19600817 1986031003


(5)

MENGESAHKAN

1.

Tim Penguji

Ketua : Dr. Hi. Eddy Purnomo, M. Pd. ...

Sekertaris : Drs. Hi. Nurdin, M. Si. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Darwin Bangun, M. Pd. ...

2.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 196003151985031003


(6)

SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah:

1. Nama : Dinar Sapta Putri 2. NPM : 0813031020

3. Program Studi : Pendidikan Ekonomi

4. Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS/ FKIP Unila

5. Alamat : Jl. Komarudin Gang Perintis 2 Sukajaya Raja Basa Jaya Kec. Raja Basa Bandar Lampung Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali disebutkan di dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Juli 2012

Dinar Sapta Putri 0813031020


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Taman Endah pada tanggal 15 Oktober 1989, yang merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan bapak Suradji Purwowiyoto dan Ibu Sri Ngatin

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Taman Endah diselesaikan pada tahun 2001, kemudian dilanjutkan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Purbolinggo diselesaikan pada tahun 2004, selanjutnya pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Metro yang diselesaikan pada tahun 2007.

Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Ekonomi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Pringsewu Kecamatan Ambarawa serta pada tahun yang sama penulis juga melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Pagelaran.


(8)

MOTTO

Tuhan Bersama Mahasiswa Tingkat Akhir. (Anonim)

Yang dibutuhkan dalam mengerjakan skripsi adalah inspirasi , inspirasi adalah ilham, datangnya dari Allah, tidak serta merta datang begitu saja, jadi mendekatlah padaNya,

banyak ibadah, puasa dan shadaqoh misalnya. (Haryo Wicaksono)

Jangan katakan masalahmu besar, tapi katakan Tuhanmu Maha Besar.

(Anonim) Sinau sing rajin nduk... (Suradji Purwowiyoto)

Yang bisa dilakukan seorang makluk bernama manusia terhadap mimpi-mimpi dan keyakinannya adalah mereka hanya tinggal mempercayainya.

(Donny Dhirgantoro)

Jika belum bisa membahagiakan orang lain, minimal jangan menyakitinya. (Nurdin)

Skripsi tidak hanya belajar teori. (Retno Yuni Wicaksono)

Rasa malas dalam mengerjakan skripsi itu semacam variabel pengganggu, seperti semut yang memakan biji Phaseolus radiatus, pada eksperimen pertumbuhan kacang hijau.


(9)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah S.W.T, atas berkat, rahmat, dan hidayah Nyalah skripsi ini dapat diselesaikan.

Shalawat serta salam kepada Rasulullah Nabi Besar Muhammad S.A.W, skripsi ini kupersembahkan kepada:

Keluarga tercinta, bapak (Alm) dan ibu (telapak kaki surgaku), kalau ada balasan untuk setiap baik yang kulakukan saat ini, semuanya untuk bapak dan ibu ...

aku kangen…

Buat masku dan mbakku…terimakasih atas segala kasih sayang dan perhatian yang sangat berarti…terimakasih karena mau direpotin, dan ceritakan apa-apa yang belum

kuketahui ya mas…ya mbak…peluk dan cium juga untuk keponakanku sayang. Terima kasih untuk keluarga besarku Pardiman Merto Dikromo dan Keluraga Besar Suro

Darmo yang selalu memberikan doa, keceriaan, mendukung dan menantikan keberhasilanku.

Terimakasih juga buat sahabat-sahabat ecotion 08 yangmemberi motivasi dan memberi semangat yang kadang “nggak karuan dan nggak jelas” tapi kalian

selalu dihatiku.

Seseorang yang kelak menjadi pendampingku di masa depan. Para pendidik yang kuhormati.


(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Studi Perbandingan Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Dan Think Pair And Share (TPS) dengan Memperhatikan Motivasi Berprestasi Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Metro Tahun Pelajaran 2011-2012" adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, motivasi, saran dan kritik yang telah diberikan oleh semua pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih seluruhnya kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S., selaku pembantu Dekan I FKIP Unila.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku pembantu Dekan II FKIP Unila.


(11)

5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

6. Bapak Dr. Hi. Eddy Purnomo, M.Pd., selaku Pembimbing I dan Pembimbing

Akademik yang telah banyak meluangkan waktu untuk penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas segala ilmu dan pengetahuan yang telah Bapak berikan kepada penulis.

7. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, arahan serta tausiyah yang berarti bagi kehidupan penulis.

8. Bapak Drs. Darwin Bangun, M.Pd., yang telah bersedia menjadi pembahas penulis. Terima kasih atas semua pengorbanan untuk membantu penulis dalam penyelesaian skripsi.

9. Bapak dan Ibu Dosen FKIP Universitas Lampung khususnya Program Studi

Pendidikan Ekonomi terima kasih atas bantuan dan bimbingannya serta tiada henti-hentinya mengingatkan Penulis untuk terus belajar dan belajar.

10. Ayahanda Suradji Purwowiyoto dan Ibunda Sringatin, serta kakak-kakakku,

mas Bambang, mbak Ndari, mbak Niken, mbak Ambar, mas Putut, dan mas Haryo yang telah mendukung dan menyayangi serta berdoa untuk keberhasilanku.

11. Untuk kakak iparku mbak Lis, mas Kicuk, mas Kandar, mas Yusuf, mbak Erna dan mbak Retno, serta keponakan-keponakanku yang telah banyak membantu dan memotivasi ku dalam penyusunan skripsi ini serta membuat hari-hariku semakin berwarna.


(12)

12. Untuk teman-teman seperjuanganku ECOUTION 2008 REGULER dan MANDIRI, terimakasih atas do’a dan dukungannya, serta Sahabat Topsy Turvyku Olips, Yaya, Nesti, Maya, Anggia, Kiki, Dyah, Fadila, Ria, Yuli, dan Metra, terimakasih atas kebersamaan dan kekompakan selama ini, kalian sudah seperti keluargaku sendiri.

13. Seluruh Kakak tingkat serta adik-adik tingkat 2007, 2009, 2010 dan 2011 yang sudah berkarya maupun yang masih berusaha berkarya semoga sukses. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan di atas kertas ini namun

penulis berterimakasih atas semuanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka dan ucapan terimakasih. Namun demikian, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis


(13)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang dan Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagaamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan peserta didik, masyarakat, bangsa dan negara.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003), telah mengamanatkan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggungjawab.

Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab setiap guru. Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan kepada siswa di kelas, tetapi juga dituntut untuk meningkatkan nilai-nilai pendidikan yang berhubungan langsung dengan kehidupan. Guru perlu menganalisis metode


(14)

2 pembelajaran yang paling sesuai untuk diterapkan dibidang ilmu dan level pendidikan tertentu.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai tujuan untuk menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional, menyiapkan siswa agar mampu memilih karier, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri, menyiapkan tenaga tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun masa yang akan datang, dan menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif, serta kreatif. Apapun jenis pendidikan pada sekolah menengah kejuruan tidak lain muara dari lulusannya agar mereka memiliki kemampuan dan keterampilan di dalam bidang keahlian tertentu, selanjutnya mampu dan terampil diaplikasi untuk dunia kerja. Upaya yang dilakukan pihak sekolah menengah kejuruan salah satunya adalah dengan memberikan mata pelajaran Kewirausahaan.

Tujuan mata pelajaran kewirausahaan ialah siswa tidak hanya memahami konsep-konsep tetapi juga agar peserta didik memiliki kemampuan memahami dunia usaha dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan masyarakat. Proses belajar mengajar di sekolah-sekolah khususnya SMK seharusnya berlangsung menarik, aktivitas siswa sebagai pelajar selalu antusias dalam mengikuti setiap mata pelajaran. Namun pada kenyataanya di lapangan menunjukkan lain, kegiatan pembelajaran yang seharusnya menarik, penuh aktivitas, kreativitas dan ide-ide cemerlang belum terwujud.


(15)

Kondisi serupa juga dialami SMK Negeri 1 Metro. Berdasarkan penelitian pendahuluan di SMK Negeri 1 Metro pada tahun pelajaran 2011-2012 yaitu: 1) Pembelajaran masih berpusat pada guru, proses pembelajaran

kewirausahaan masih sering menggunakan metode klasikal, yaitu guru menerangkan kemudian siswa mendengar, mencatat, dan latihan. 2) Pengetahuan guru tentang metode pembelajaran masih kurang. Karena

kurangnya variasi, siswa sering merasa bosan/jenuh sehingga siswa menjadi pasif dan hasil belajarnya pun kurang maksimal. Muara kegiatan pembelajaran adalah pencapaian tujuan pembelajaran yang tercermin pada pencapaian hasil belajar.

Berikut disajikan hasil belajar mata pelajaran kewirausahaan pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Metro.

Tabel 1: Hasil Ujian MID Semester Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Metro TP 20011/2012

No. Kelas

Interval Nilai Jumlah Siswa <67 ≥68

1 X Akuntansi 1 20 10 30

2. X Akuntansi 2 15 16 31

3. X Akuntansi 3 15 15 30

4. X Penjualan 1 9 22 31

5. X Penjualan 2 19 11 30

6. X Penjualan 3 16 14 30

7. X Adm. Perkantoran 1 21 9 30

8. X Adm. Perkantoran 2 14 17 31

9. X Akm. Perhotelan 11 19 30

10. X Jasa Boga 1 24 7 31

11. X Jasa Boga 2 18 12 30

Jumlah Siswa 182 152 334

Persentase 54,49 % 45,51% 100 %


(16)

4 Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa hasil belajar kewirausahaan siswa masih tergolong rendah yaitu siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang berlaku di SMK Negeri 1 Metro yaitu sebesar 68 hanya 152 siswa dari jumlah siswa 334 siswa atau hanya 45,51%. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar kewirausahaan siswa kelas X semester genap SMK Negeri 1 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012 masih

kurang baik. Hal ini didukung oleh pendapat Djamarah, (2000: 18), ”apabila

bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai oleh siswa maka persentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah dan proses pembelajaran kurang efektif.”

Peran guru di dalam proses pembelajaran sangat dominan, guru aktif sedangkan siswa bersikap pasif sehingga proses pembelajaran kurang melibatkan peran siswa. Kondisi ini ditunjukkan dengan jumlah siswa yang bertanya sangat sedikit, kurang adanya keberanian untuk berpendapat yang berbeda dengan pendapat guru, cenderung bersikap pasif dan merasa cukup menerima materi yang telah dipersiapkan oleh guru.

Selain itu, berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran, siswa SMK Negeri 1 Metro masih memiliki motivasi berprestasi yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari sikap siswa yang kurang antusias dalam belajar dan sikap terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Siswa mudah mengeluh bila guru memberikan tugas yang dirasa berat. Rendahnya motivasi berprestasi siswa membuat proses belajar menjadi terhambat, karena motivasi berprestasi merupakan daya penggerak yang ada dalam diri siswa sehingga memberi arah


(17)

pada kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar yang dikehendaki. Motivasi berprestasi siswa dapat dibangun dengan memberikan suatu kepercayaan kepada siswa dalam menyelesaikan permasalahan sendiri, memberikan penghargaan terhadap pencapaian hasil belajar yang baik, dan masih banyak cara lainnya.

Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran kewirausahaan, maka peneliti tertarik meneliti keefektifan pembelajaran kooperatif. Peneliti menerapkan dua macam metode pembelajaran kooperatif yang yaitu Numbered Heads Together (NHT) dan Think Pair and Share (TPS). Salah satu alasan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam penelitian ini karena pembelajaran lebih berpusat kepada peserta didik, dan peserta didik melakukan aktivitas pembelajaran secara maksimal. Sementara penggunaan pembelajaran kooperatif tipeThink Pair Share (TPS)

digunakan dalam penelitian ini karena dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

Numbered Heads Together (NHT) merupakan metode pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan dimana metode pembelajaran ini memberikan kesempatan peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. NHT dapat digunakan untuk

mengecek pemahaman anak terhadap mata pelajaran dengan cara melibatkan lebih banyak peserta didik menelaah materi yang tercakup sehingga dapat meningkatkan penguasaan akademik dan kemampuan berfikir kritis. Tahapan


(18)

6 pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut: 1) Penomoran, 2) Pengajuan Pertanyaan, 3) Berpikir Bersama dan 4) Pemberian Jawaban

Metode pembelajaran Think Pair and Share (TPS) yang dikembangkan oleh Frank Lyman adalah tipe metode pembelajaran kooperatif yang diartikan sebagai Berpikir-Berpasangan-Berbagi. TPS memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain, melatih dalam mengoptimalkan potensi,dan dapat membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dalam diskusi tersebut, TPS dapat memberikan waktu yang lebih banyak ke peserta didik dalam berfikir, merespon, dan saling membantu.

Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah sebagai berikut: 1) Berpikir (Think), 2)Berpasangan (Pair) dan 3) Berbagi (Share).

Berdasarkan uraian diatas, tampak bahwa kedua metode tersebut menitik beratkan pada aktivitas belajar siswa. Namun, ada yang membedakan yaitu pada metode NHT terdapat tahap penomoran yang memacu siswa termotivasi untuk belajar menguasai materi dan mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh. Para siswa menyadari bahwa adanya nomor siswa yang dipanggil secara acak merupakan sesuatu yang selalu mereka hadapi setiap saat, akan tetapi dengan pembelajaran tipe Numbered Heads Together(NHT), mereka akan membangun ketergantungan atau kepercayaan dalam kelompok sehingga jika nomor ia dipanggil, maka ia telah memiliki kesiapan dan rasa percaya diri untuk tampil di depan kelas. Pembelajaran kooperatif tipe NHT juga

melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.


(19)

Tahap penomoran pada metode pembelajaran NHT tidak terdapat pada metode pembelajaran TPS, Pembelajaran kooperatif tipe TPS melibatkan lebih sedikit siswa dan memberikan waktu yang banyak kepada siswa dan pasangannya untuk berpikir (think dan pair) sebelum berbagi (share) dengan seluruh kelas berdasarkan pasangan masing-masing pada metode ini siswa lebih dituntut untuk berpikir secara mandiri.

Sesuai dengan pemaparan mengenai motivasi berprestasi yang membuat siswa lebih bersemangat dalam belajar, maka perlu diinvestigasi metode

pembelajaran yang paling sesuai untuk mempelajari kewirausahaan di level SMK. Ada dua metode pembelajaran kooperatif yang akan diterapkan yaitu tipe Numbered Heads Together (NHT) dan tipe Think Pair and Share (TPS) pada dua kelas. Pemilihan kedua metode tersebut dianggap mampu

meningkatkan hasil belajar kewirausahaan dengan memperhatikan motivasi berprestasi.

Berkaitan dengan permasalahan yang diuraikan, maka penelitian ini mengambil judul sebagai berikut:

“Studi Perbandingan Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Melalui Metode

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Dan

Think Pairs and Share (TPS) Dengan Memperhatikan Motivasi

Berprestasi Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Metro Tahun Pelajaran


(20)

8

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut. 1. Kebiasaan pembelajaran masih didominasi oleh guru dengan pendekatan

klasikal.

2. Hasil belajar kewirausahaan tergolong rendah, hal ini terlihat dari tidak tercapainya kriteria ketuntasan belajar minimum.

3. Guru kurang memiliki pengetahuan tentang metode-metode pembelajaran kooperatif yang menarik dan dapat disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.

4. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih sangat rendah.

5. Kurangnya semangat berkompetisi siswa dalam proses belajar. 6. Kurangnya motivasi siswa untuk mencapai prestasi yang lebih baik.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, tampak bahwa hasil belajar kewirausahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dalam maupun dari luar individu siswa. Penelitian dibatasi pada kajian membandingkan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan tipe Think Pair and Share (TPS) dengan

memperhatikan pengaruh variabel moderator yaitu motivasi berprestasi. Pokok bahasan Menerapkan Jiwa Kepemimpinan.


(21)

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang masalah, identifikasi, dan pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar kewirausahaan siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran tipe NHT dibandingkan siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS? b. Apakah rata-rata hasil belajar kewirausahaan yang pembelajarannya

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi? c. Apakah rata-rata hasil belajar kewirausahaan yang pembelajarannya

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar

kewirausahaan antara siswa yang diberikan metode pembelajaran tipe NHT dengan siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran tipe TPS.


(22)

10 2. Mengetahui keefektifan metode pembelajaran NHT dibandingkan metode

pembelajaran TPS dalam pencapaian hasil belajar kewirausahaan pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi.

3. Mengetahui keefektifan metode pembelajaran TPS dibandingkan metode pembelajaran NHT dalam pencapaian hasil belajar kewirausahaan pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.

F. Kegunaan Penelitian

Secara teoritis kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sumbangan pemikiran bagi guru mata pelajaran kewirausahaan tentang alternatif strategi pembelajaran yang lebih menarik dan tidak monoton serta menciptakan suasana kerjasama yang kondusif bagi siswa, yaitu metode pembelajaran tipe NHT dan tipe TPS untuk meningkatkan hasil belajar. 2. Memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa tentang strategi dalam

belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar, dan mengatasi suasana belajar yang monoton sehingga membuat jenuh.

Secara praktis:

1. Sebagai acuan dan bahan pertimbangan bagi guru dan calon guru mata pelajaran kewirausahaan tentang penggunaan metode pembelajaran kooperatif yang tepat.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang relevan.


(23)

3. Dapat membantu siswa dalam penguasaan materi dan dapar meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Sebagai sumber informasi bagi peneliti lain dalam bidang pembelajaran.

G.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. objek penelitian ini adalah hasil belajar, metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS serta motivasi berprestasi siswa.

2. subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 1 Metro, semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

3. tempat penelitian ini adalah di SMK Negeri 1 Metro.

4. waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1.Belajar dan Hasil Belajar

Belajar adalah suatu proses memperoleh pengalaman baru yang dapat mempengaruhi atau bahkan mengubah perilaku seseorang menjadi lebih baik. Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan pendidikan. Hal ini didukung oleh pendapat sebagai berikut:

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto, 2003: 2)

Howard L. Kingskey dalam (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 13) mengatakan bahwa:

learning is the process by which behavior (in the brader sense) is originated or changed through practice or training.”

Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.


(25)

Slameto (2003: 3) mengatakan ciri-ciri suatu perubahan tingkah perilaku berupa:

1) Perubahan yang terjadi secara sadar.

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan 6) Perubahan mencakup seluruh aspek perilaku.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang merupakan hasil dari pengalaman dalam interaksi dengan

lingkungannya. Perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, daya pikir, dan kemampuan yang didapat melalui latihan atau pengalaman.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Nasution dan kawan-kawan dalam Djamarah (2002: 142) menyatakan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain sebagai berikut :

1. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa ( intern) yaitu :

a) Fisiologis yang meliputi; kondisi fisiologis dan kondisi panca indra. b)Psikologis yang meliputi; minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan

kemampuan kognitif.

2. faktor yang berasal dari luar diri siswa (ekstern) yaitu:

a) Lingkungan yang meliputi lingkungan alami (lingkungan hidup dan lingkungan sekolah) dan lingkungan sosial budaya.

b)Instrumental yang meliputi kurikulum, program, sarana, dan fasilitas, serta guru.

Menurut A. Suhaenah Suparno (2001:42-49), faktor-faktor yang menjadi masalah belajar yang dihadapi siswa dapat dikategorikan ke dalam dua faktor, yaitu:

1. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar (internal) yang bersifat psikologis diantaranya (a) mereka sukar mencerna karena


(26)

14 nilai yang diperoleh rendah, (c) pembelajar mengakui bahwa sulit untuk mendisiplinkan diri didalam belajar, (d) pembelajar mengeluh tidak bisa konsentrasi, (e) mereka mengakui tidak cukup tekun untuk mengerjakan sesuatu khususnya belajar, (f) konsep diri yang rendah.

2. Faktor-faktor yang bersifat dari luar (eksternal) adalah (a) kemampuan sosial ekonomi atau keadaan sosial ekonomi, (b) kekurangmampuan pengajar menguasai materi dan strategi pembelajaran, (c) tugas-tugas nonakademik, (d) kurang memperoleh dukungan dari orang-orang sekitar, lingkungan fisik, kesulitan belajar yang bersumber dari lembaga pendidikan itu sendiri, (d) kesulitan yang terjadi dimasyarakat.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kingsley (Sudjana, 2001: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yaitu : (a) keterampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; (c) sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.

Hasil belajar ialah adanya perubahan tingkah laku. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2004:30). Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut.

Adapun aspek-aspek itu adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan

2. Pemahaman 3. Kebiasaan 4. Keterampilan 5. Apresiasi 6. Emosional 7. Hubungan social 8. Jasmani

9. Etis dan budi pekerti 10. Sikap


(27)

Kalau seseorang telah melakukan perbuatan belajar maka akan terlihat perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut (Hamalik: 30). Hasil belajar dalam kelas harus dapat dilaksanakan kedalam situasi-situasi di luar sekolah. Dengan kata lain, murid dapat menstrafer hasil belajar itu kedalam situasi-situasi yang sesungguhnya didalam

masyarakat. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 4) bahwa: “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interksi belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar itu untuk sebagian adalah karena berkat tindak guru, pencapaian tujuan pembelajaran, pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan

mental siswa”.

Berdasarkan pendapat di atas, hasil belajar adalah suatu perubahan ke arah yang lebih baik yang dicapai seseorang setelah menempuh proses belajar. Hasil belajar merupakan suatu hal yang diperoleh siswa melalui proses belajar yang terlihat salah satunya dari nilai yang diperoleh setelah mengikuti tes. Hasil belajar memiliki arti penting dalam proses pembelajaran di sekolah yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan proses tersebut.

2. Metode Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin dalam (Isjoni, 2009: 12), Cooperatif Learning adalah suatu metode pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans dalam (Isjoni, 2009: 12) mengemukakan Cooperatif Learning merupakan suatu cara


(28)

16 pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama dalam proses

pembelajaran.

Cooperatif Learning atau Pembelajaran Kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan pada faham konstruktivisme. Cooperatif Learning merupakan strategi belajar dengan jumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi

pelajaran. Dalam cooperatif learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Joyce dan Will dalam Rusman (2011: 132) metode pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Ia juga mengatakan bahwa metode pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih metode pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk

mencapai tujuannya. Metode pembelajaran juga biasanya disusun berdasarkan prinsip atau teori pengetahuan.

Metode pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengoganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar (Trianto, 2007: 7). Merujuk pada definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran memberikan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam


(29)

Fungsi metode pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik. Beberapa macam metode pembelajaran yang sering digunakan guru dalam mengajar yaitu: pengajaran langsung

(direct instruction), pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah (problem base instruction), dan diskusi.

Beberapa ciri Cooperatif Learning adalah (Isjoni, 2009: 20) yaitu:

a. Setiap anggota memiliki peran.

b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.

c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.

d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.

e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Mengacu pada pendapat tersebut maka dengan Cooperatif Learning, para siswa dapat membuat kemajuan besar ke arah pengembangan sikap, nilai, dan tingkah laku yang memungkinkan mereka berpartisipasi dalam komunitas mereka dengan cara-cara yang sesuai dengan tujuan utama

Cooperatif Learning, yaitu untuk memperoleh pengetahuan dari sesama temannya. Jadi, tidak lagi pengetahuan itu dari gurunya, dengan belajar kelompok seorang teman haruslah memberikan kesempatan kepada teman yang lainnya untuk mengemukakan pendapatnya dengan cara menghargai pendapat orang lain, saling mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan sama lainnya.


(30)

18 Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap efek pencapaian

pembelajaran kooperatif:

1. Tujuan Kelompok dan Tanggung Jawab Individual

Pentingnya tujuan kelompok dan tanggung jawab individu adalah dalam memberikan insentif kepada siswa untuk saling membantu satu sama lain dan untuk saling mendorong untuk melakukan usaha yang maksimal.

2. Interaksi Kelompok Terstruktur

Penghargaan kelompok dan tanggung jawab individu sangat berpengaruh terhadap hasil pencapaian pembelajaran kooperatif, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa dengan menstruktur secara cermat interaksi di antara para siswa kelompok kooperatif juga dapat menjadi efektif,

misalnya dengan siswa diberikan “lembar berfikir” untuk mengingatkan

mereka untuk memperoleh skor tim dan kuis setiap minggu. (Slavin, 2009: 80)

Unsur-unsur Metode Pembelajaran Kooperatif 1) Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha tiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

2) Tanggungjawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Tingkat keberhasilan bergantung pada persiapan guru dalam menyusun tugas untuk siswa.

3) Tatap Muka

Kegiatan interaksi ini akan membentuk kombinasi yang sesuai dan menguntungkan semua anggota. Para anggota kelompok perlu diberi


(31)

kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

4) Komunikasi Antaranggota

Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan meraka untuk mengutarakan pendapat mereka. Namun, tidak semua siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Maka pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi yang baik.

5) Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif yaitu: 1. Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Tingkah Laku Guru:

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2. Fase-2 Menyajikan informasi Tingkah Laku Guru:

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.

3. Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Tingkah Laku Guru:


(32)

20 kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien

4. Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Tingkah Laku Guru:

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

5. Fase-5 Evaluasi Tingkah Laku Guru:

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

6. Fase-6 Memberikan penghargaan Tingkah Laku Guru:

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Bannet dalam (Isjoni, 2009: 41) menyatakan bahwa ada lima unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok yaitu:

1. Positive Interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.

2. Interaction Face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara.

3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena tujuan pembelajaran kooperatif adalah menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat pribadinya.

4. Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja efektif.


(33)

5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar keterampilan

bekerjasama dan berhubungan ini adalaha keterampilan yang penting dan sangat diperlukan di masyarakat.

3. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Number Head Together adalah suatu Metode pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Metode NHT adalah bagian dari Metode pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan.

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural: Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik

2. Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.


(34)

22 3. Pengembangan keterampilan social: Bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran

kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah utama yaitu :

a) Pembentukan kelompok; b) Diskusi masalah;

c) Tukar jawaban antar kelompok

Langkah-langkah tersebut kemudian berkembang menjadi sebagai berikut: 1. Guru mempersiapkan bahan diskusi untuk tiap-tiap kelompok berupa

lembar kerja siswa dan number card untuk setiap siswa.

2. Siswa dibagi dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.

3. Setiap kelompok mengkondisikan posisi duduk kelompoknya sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Kemudian siswa dibagi lembar kerja. 4. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok untuk mengerjakan lembar

kerja siswa. Guru mengawasi jalannya diskusi dan memberikan 5. Pengarahan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. 6. Kemudian, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/

dikerjakan masing-masing. Dalam kegiatan ini siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi satu sama lain. Setiap kelompok memastikan seluruh anggotanya memahami dan mengerjakan soal. 7. Setelah diskusi selesai, guru menyebut salah satu nomor dan para siswa

dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan maju bergiliran di depan kelas untuk menjawab pertanyaan pada lembar kerja dan pertanyaan lain. Kelompok lain meyimak dan menanggapi.

8. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi.

9. Kemudian guru memberikan kuis. Siswa tidak diizinkan untuk bekerjasama.

Isjoni (2009) dituliskan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together (Kepala bernomor) ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling


(35)

tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Maksud dari kepala bernomor yaitu setiap anak mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor mendapatkaan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam menguasai materi.

Metode ini, siswa tidak hanya sekedar paham konsep yang diberikan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, belajar mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman, rasa kepedulian pada teman satu kelompok agar dapat menguasai konsep

tersebut, siswa dapat saling berbagi ilmu dan informasi, suasana kelas yang rileks dan menyenangkan serta tidak terdapatnya siswa yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran karena semua siswa memiliki peluang yang sama untuk tampil menjawab pertanyaan.

Ada beberapa manfaat pada metode pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

5. Konflik antara pribadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi

Kelemahan Metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads together: 1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh gurU. 3. Suasana kelas sulit dikontrol oleh guru.


(36)

24

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share (TPS)

Metode pembelajaran Think-Pair- Share dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Metode pembelajaran Think-Pair-Share dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Hal ini sesuai dengan pengertian dari metode pembelajaran Think-Pair-Share itu sendiri, sebagaimana yang

dikemukakan oleh Lie (2002:57) bahwa, “Think-Pair-Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Metode pembelajaran Think-Pair-Share, siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Sesuai dengan namanya, berikut ini adalah tahapan-tahapan yang diterapkan dalam TPS (Think-Pair-Share):

 Tahap 1: Think (berfikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yan berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawaban pertanyaan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.


(37)

 Tahap 2: Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk

mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengijinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Untuk lebih jelasnya disini akan dijelaskan langkah-langkah pada tahap ke-2 ini adalah:

a) Langkah 1 : Bekerja berpasangan. Tim atau kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan. Satu siswa di dalam pasangan itu mengerjakan lembar kegiatan atau masalah, sementara siswa yang lain membantu atau melatih

b) Langkah 2 : Pelatih mengecek. Siswa yang menjadi pelatih

mengecek pekerjaan partnernya. Apabila pelatih dan partnernya itu tidak sependapat terhadap suatu jawaban atau ide, mereka boleh meminta petunjuk dari pasangan lain

c) Langkah 3 : Pelatih memuji. Apabila pelatih dan partner sependapat, pelatih memberikan pujian.

d) Langkah 4 : Bertukar peran. Seluruh partner bertukar peran dan mengulangi langkah 1-3 sampai semuanya setuju dangan jawaban yang dikerjakan.


(38)

26  Tahap 3: Sharing (berbagi).

Pada tahap akhir, guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai yang telah mereka bicarakan. Langkah ini efektif jika guru bekeliling kelas dari pasangan yang satu kepasangan yang lain, sehingga

seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melaporkan.

(ariffadholi.blogspot.com/2010/09/metode-tps-think-pair-share.html)

Ada empat prinsip kerja dari TPS yaitu sebagai berikut:

1. Saling ketergantungan positif diantara siswa sehingga siswa mampu belajar dari siswa lain.

2. Tanggung jawab individual. Setiap siswa bertanggung jawab atas gagasannya karena akan dikemukakan pada pasangannya dan pada seluruh kelas.

3. Partisipasi seimbang. Setiap siswa akan memiliki kesempatan yang sama untuk berbagi (mengungkapkan pendapatnya) baik dengan pasangannya maupun dengan seluruh siswa di kelas.

4. Interaksi sesama. Semua siswa akan aktif dalam mengungkapkan pendapat dan interaksi mengungkapkan pendapat dan mendengarkan sehingga akan menciptakan interaksi yang tinggi.

(http://www.Eazhull.Org.uk/nlc/think_pair_share tps.Htm)

5. Mata Pelajaran Kewirausahaan

Secara umum mata pelajaran kewirausahaan mempunyai karakteristik yang unik dan sedikit berbeda dari mata pelajaran lain. Mata pelajaran

kewirausahaan bertujuan agar peserta didik dapat mengaktualisasikan diri dalam perilaku wirausaha. Isi mata pelajaran kewirausahaan difokuskan pada perilaku wirausaha sebagai fenomena empiris yang terjadi di lingkungan peserta didik. Berkaitan dengan hal tersebut, peserta didik


(39)

dituntut lebih aktif untuk mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Pembelajaran kewirausahaan dapat menghasilkan perilaku wirausaha dan jiwa kepemimpinan, yang sangat terkait dengan cara

mengelola usaha untuk membekali peserta didik agar dapat berusaha secara mandiri.

Mata pelajaran kewirausahaan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami dunia usaha dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan masyarakat.

2. Berwirausaha dalam bidangnya

3. Menerapkan perilaku kerja prestatif dalam kehidupannya 4. Mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha.

Ruang lingkup mata pelajaran kewirausahaan di SMK kelas X meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Sikap dan perilaku wirausaha

2. Kepemimpinan dan perilaku prestatif 3. Solusi masalah

4. Pembuatan keputusan.

(Peraturan Menteri No.22 Tahun 2006 mengenai Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Kewirausahaan)

Menurut Robin kewirausahaan adalah suatu proses seseorang guna mengejar peluang- peluang memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui inovasi, tanpa memperhatikan sumber daya yang mereka kendalikan. Zimmerer mengartikan kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha). (Kasmir, 2007:17)


(40)

28 Tujuan Pendidikan kewirausahaan di SMK ialah bertujuan untuk

meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut. Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan keterampilan, mereka harus memiliki: stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi,dan mampu berkomunikasisesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan mengembangkan diri.

Ruang Lingkup mata pelajaran Kewirausahaan di SMK kelas X semester genap ialah juga tentang menerapkan jiwa kepemimpinan. Dan salah satu kompetensi dasarnya ialah menunjukkan sikap pantang menyerah dan ulet. Sikap pantang menyerah dan ulet dapat ditunjukkan dengan kegiatan usaha yang dilakukan dengan semangat, tidak putus asa, selalu ingin maju, dan selalu mencari sesuatu yang baru sesuai dengan instrumen yg telah ditetapkan.

Berikut ini adalah Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran kewirausahaan kelas X .

Tabel 2 : Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kewirausahaan Kelas X

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Menerapkan Jiwa

Kepemimpinan

2.1 Sikap pantang menyerah dan ulet 2.2 Mengelola Konflik


(41)

Adapun isi program pendidikan kewirausahaan di sekolah menurut Akhmad Sudrajat yang dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek,yaitu.

1. Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran Pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam

pembelajaran sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.

2. Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler

Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.

3. Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri

Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan

pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.

4. Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik

Mata pelajaran kewirausahaan merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut.

5. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan ke dalam Bahan/Buku Ajar Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran

(Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas: 2010)

Fungsi mata pelajaran kewirausahaan ialah untuk memberikan bekal wawasan dan ketrampilan kepada peserta didik tentang konsep- konsep usaha, pengelolaan usaha, dan aspek-aspeknya dalam rangka menyiapkan kemampuan serta pengembangan sikap profesional peserta didik dalam memasuki lapangan kerja serta prinsip pengelolaan usaha agar siswa mampu


(42)

30 berwirausaha di bidang keahliannya masing- masing. Para siswa

mendapatkan bekal pengetahuan yang cukup tentang berwirausaha dengan diterapkannya pendidikan kewirausahaan/entrepreneurship di sekolah-sekolah. Melalui bekal pengetahuan tersebut setelah tamat nanti mereka diharapkan

dapat memanfaatkannya untuk melakukan usaha secara mandiri dan dapat memberikan dorongan yang positif bagi pengembangan minat

berwiraswasta siswa.

6. Motivasi Berprestasi

Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan, sedangkan menurut pendapat Sardiman (2007: 75) motivasi ialah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Motivasi erat kaitannya dengan suatu tujuan. Munculnya motivasi mempengaruhi adanya kegiatan untuk pencapaian suatu tujuan.

Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi menurut Sardiman (2007: 85)

1) Mendorong manusia untuk berbuat. 2) Menentukan arah perbuatan.


(43)

Motivasi menurut Sumadi Suryabarata adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan. Sementara itu Gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu. dalam ( Djaali,2000:130)

Mc. Clelland dalam Hasibuan (2003: 162) mengelompokkan tiga kebutuhan manusia yang dapat memberikan motivasi, yaitu

1. Kebutuhan akan prestasi (need for achievement = n. Ach) merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang yang akan mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan

mengarahkan semua kemampuan yang dimiliki demi mencapai prestasi kerja.

2. Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation = n. Aff.) merupakan daya penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja seseorang.

3. Kebutuhan akan kekuasaan ( need for power = n. Pow.) merupakan daya penggerrak yang memotivasi semangat serta mengarahkan semua

kemampuan demi mencapai kekuasaan yang terbaik dalam organisasi.

Kebutuhan berprestasi (need fo achievement) adalah perilaku atau usaha untuk mencapai keberhasilan dalam suatu ukuran keunggulan (McClelland, 1991:8). Selanjutnya kebutuhan untuk berprestasi didefinisikan menjadi empat kharakter, yaitu:

1. Mempunyai keinginan yang kuat untuk bertanggung jawab pada dirinya dalam menyelesaikan masalah dan tugas-tugas yang dibebankan

padanya.

2. Mempunyai kecenderungan menetapkan tujuan-tujuan dan prestasi yang lebih sulit dan menghitung risikonya.

3. Mempunyai keinginan kuat untuk berkonsentrasi dalam tugas-tugas dan 4. Berfikir dalam menyelesaikan tugas. (Steers dan Porter, 1991: 8)

Menurut McClelland yang dikutip oleh Djaali (2000: 132) motivasi


(44)

32 berprestasi) yang terdapat dalam diri siswa yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu

(berprestasi setinggi mungkin). Bila kemauan itu terkait dengan masalah belajar, dimana dalam diri seseorang munbutuhan akan keberhasilan dalam belajar, maka akan timbul energi dalam dirinya untuk bergerak melakukan pekerjaan-pekerjaan yang mengarah pada pencapaian tujuan belajar. Bila kemauannya besar, maka akan menimbulkan dorongan yang kuat. Dalam kondisi inilah maka seseorang dikatakan memiliki motivasi berprestasi tinggi.

McClelland dalam “The Encyclopedia Dictionary of Psychology” yang disusun oleh Hare dan Lamb dalam ( Djaali, 2000: 133) mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu motivasi yang berhubungan dengan pencapaian standar kepandaian atau standar keahlian. Sedangkan menurut Heckhausen dalam (Djaali,2000: 133), motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa sehingga ia selalu berusaha dan berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan.

Standar keunggulan ini, menurut Heckhausen terbagi atas tiga komponen yaitu standar keunggulan tugas, standar keunggulan diri, dan standar keunggulan siswa lain. Standar keunggulan tugas adalah standar yang berhubungan dengan pencapaian tugas sebaik-baiknya. Standar keunggulan diri adalah standar yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang pernah dicapai selama ini.


(45)

Sedangkan standar keunggulan siswa lain adalah standar keunggulan yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang dicapai siswa lain (misalnya teman sekelas)

Djaali (2008: 150) juga berpendapat bahwa motivasi berprestasi adalah motivasi seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat atau diraih orang lain. Orang-orang yang memiliki dorongan ini akan berkembang dan tumbuh, serta ingin maju menelusuri tangga keberhasilan. Karakteristik individu yang motivasi berprestasinya tinggi menurut Johnson, Schwitzgebel dan Kalb dalam ( Djaali, 2000: 141) yaitu:

1. Menyukai situasi atau tugas-tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan.

2. Memilih tujuan yang realistik tapi menantang, daripada tujuan-tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar risikonya.

3. Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaanya.

4. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain. 5. Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan yang

lebih baik.

6. Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya, ia akan mencarinya apabila hal-hal tersebut merupakan lambang suatu prestasi, suatu ukuran keberhasilan.

Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung pada intensitasnya. Klausmeier dalam ( Djaali: 2000: 142) menyatakan bahwa perbedaan dalam intensitas motivasi berprestasi (need to achieve) ditinjukan dalam berbagai tingkatan prestasi yang dicapai oleh berbagai individu. Pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar, tergantung


(46)

34 kondisi lingkungan misalnya guru, orang tua dan kondisi murid itu sendiri. Dalam hubungan ini yang dikutip oleh Djaali mengatakan sebagai berikut: “The theory of achievement motivation....does not say that there should be

a general relationship between achievement motivation and academic performance. On the contrary, it states that under certain conditions, there will be a strong relationship, under other conditions there will be no

relationship”.

Memperhatikan pendapat di atas bahwa siswa yang motivasi berprestasinya tinggi hanya akan mencapai prestasi akademis yang tinggi apabila:

1. Rasa takutnya akan kegagalan lebih rendah daripada keingintahuannya untuk berhasil.

2. Tugas-tugas di dalam kelas cukup memberikan tantangan, tidak terlalu mudah tapi juga tidak terlalu sukar, sehingga memberikan kesempatan untuk berhasil.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah daya keadaan yang ada dalam diri seseorang yang timbul karena adanya suatu kebutuhan yang ada dalam diri seseorang karena adanya suatu kebutuhan untuk mencapai kesuksesan dan kebutuhan untuk menghindari kegagalan yang ditandai oleh antusiasme belajar, tekun dan kemauan keras untuk belajar, gemar belajar materi pelajaran, mempunyai gairah untuk belajar, mempunyai rasa senang dalam belajar, adanya suka kerja sama, dan selalu ingin tahu terhadap sesuatu.


(47)

B. Penelitian yang Relevan

Tabel 3. Penelitian yang Relevan

No. Penulis Judul Hasil Penelitian

1 Diah Rizki Pratiwi (2007) (Jurnal Online) Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Number Head Together (NHT) Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Metode pembelajaran kooperatif Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan nilai rata-rata pada siklus kesatu 79,1% dan siklus kedua 81,1%. Sedangkan Ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan dimana siklus pertama rata-rata sebesar 76,1% dan pada siklus kedua menjadi sebesar 97,8%. (Studi Pada Siswa Kelas X Pemasaran 1 SMK Kartini Jember) 2. Renny Agustiani

(2009) Studi Perbandingan Hasil Belajar Akuntansi Siswa melalui Metode pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Student Team Achievement Division (STAD) dengan

memeperhatikan Kemampuan awal

Ada perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar Akuntansi siswa yang pembelajarannya menggunakan Metode pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Student Team

Achievement Division (STAD) dengan memperhatikan

kemampuan awal siswa (Studi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2008/2009) dengan rata-rata 82,62 pada kelas eksperimen dan 78,31 pada kelas kontrol

3. Rafika Mahfud Ramadani (2011)

Implementasi Metode

Pembelajaran Kooperatif Metode Numbered Heads Together (NHT) mampu


(48)

36 (Jurnal Online) Pembelajaran Kooperatif Metode Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan

meningkatkan aktivitas belajar siswa dari siklus ke siklus. Pada siklus I skor yang diperoleh adalah 15 dan skor maksimalnya 24, dengan persentase nilai rata-rata 62,5% dan termasuk dalam kategori kurang baik. Pada siklus II skor yang diperoleh adalah18 dan skor maksimalnya 24, dengan persentase nilai rata-rata 74,5% dan (studi pada siswa kelas XI penjualan SMK Wisnuwardhana Malang

C. Kerangka Pikir

Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran kooperatif, yaitu kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS). Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah hasil belajar kewirausahaan siswa melalui kedua metode pembelajaran tersebut. Hasil belajar dengan menerapkan kooperatif tipe NHT dan hasil belajar kewirausahaan dengan menerapkan kooperatif tipe TPS. Variabel moderator dalam penelitian ini adalaha motivasi berprestasi dalam mata pelajaran kewirausahaan.

1. Terdapat Perbedaan Rata-Rata Hasil belajar Kewirausahaan Melalui

Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dibandingkan Tipe TPS

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan


(49)

diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tipe, dua diantaranya ialah tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Tipe Think Pair and Share (TPS). Kedua metode tersebut mempunyai langkah-langkah yang sedikit berbeda namun tetap berada dalam satu jalur yaitu pembelajaran dalam kelompok yang berpusat pada siswa (Student Centered), bukan seperti metode belajar

konvensional yang berpusat pada guru (Teacher Centered). Dalam metode pembelajaran kooperatif guru hanya bertugas sebagai fasilitator.

Metode pembelajaran NHT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Metode pembelajaran kooperatif ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Adanya tukar jawaban antar kelompok, mengakibatkan semakin banyak ide-ide yang muncul, sehingga pemahaman siswa semakin mendalam.

Langkah- langkah dalam metode pembelajaran tipe NHT yaitu, guru

membentuk kelompok yang anggotanya heterogen, kemudian guru mengajukan pertanyaan dalam bentuk lembaran soal yang dibagikan pada tiap kelompok,


(50)

38 guru juga memberikan nomor urut masing-masing siswa dalam satu kelompok, kemudian siswa berinteraksi dengan teman satu kelompok untuk

menyelesaikan tugas, lalu guru memanggil salah satu nomor untuk mempresentasikan jawaban di depan kelas, langkah terakhir adalah guru bersama siswa menyimpulkan jawaban yang tepat dan menyimpulkan materi yang sedang dibahas.

Pembelajaran kooperatif tipe TPS memberikan waktu yang banyak kepada siswa dan pasangannya untuk berpikir (think dan pair) sebelum berbagi (share) dengan seluruh kelas berdasarkan pasangan masing-masing. Metode

Pembelajaran kooperatif tipe ini menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan metode pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran. Langkah-langkah metode pembelajaran tipe TPS dimulai dengan guru

menyampaikan isi materi dan kompetensi yang ingin dicapai setelah itu siswa diberikan waktu untuk berfikir (Think) tentang materi yang disampaikan guru. Kemudian siswa diminta berpasangan dengan pasangannya (pair) dan

mengutarakan hasil pemikiran masing-masing. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Kemudian guru bersama-sama siswa memberi kesimpulan.

Berbeda dengan NHT yang melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut, TPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas selama proses


(51)

pembelajaran secara bersama dengan pasangan kelompoknya. Termasuk ketika siswa diberikan kesempatan untuk presentasi di depan kelas juga tetap dengan pasangannya.

Metode pembelajaran kooperatif tipe NHT juga mampu menciptakan suasana yang lebih kompetitif, karena dalam metode ini siswa dituntut untuk selalu dalam keadaan siap ketika nomornya dipanggil dan mempresentasikannya di depan kelas. Adanya penomoran yang berbeda-beda dalam satu kelompok membuat siswa lebih termotivasi untuk berdiskusi secara sungguh-sungguh dan melatih kecepatan berpikir siswa. Pada tipe TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberikan siswa waktu yang banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu. Meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena merasa leluasa dalam

mengungkapkan pendapatnya, sehingga TPS menciptakan suasana yang lebih santai. Sehingga hasil belajar kewirausahaan melalui metode pembelajaran NHT diduga berbeda daripada metode pembelajaran kooperatif tipe TPS.

2. Rata-Rata Hasil belajar Kewirausahaan Melalui Pembelajaran Tipe NHT

lebih tinggi Dibandingkan Tipe TPS Pada Siswa Motivasi Berprestasi Tinggi.

Metode pembelajaran kooperatif tipe NHT mampu menciptakan suasana yang lebih kompetitif, karena dalam metode ini siswa dituntut untuk selalu dalam keadaan siap ketika nomornya dipanggil dan mempresentasikannya di depan kelas. Adanya penomoran yang berbeda-beda dalam satu kelompok ini

membuat siswa lebih termotivasi untuk berdiskusi secara sungguh-sungguh dan melatih kecepatan berpikir siswa. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi


(52)

40 tinggi tidak ingin mengalami kegagalan ketika nomornya dipanggil namun ia tidak dalam keadaan siap, ia akan berusaha sebaik mungkin dalam diskusi, cenderung aktif bertanya ketika ada materi yang belum ia pahami.

Adanya tukar jawaban antar kelompok pada metode pembelajaran NHT memacu siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dapat

mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik. Ia akan dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide secara leluasa dan membandingkannya dengan ide-ide siswa lain. Karena siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memang akan mencari pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya.

Berbeda dengan adanya penomoran pada NHT, TPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas secara bersama-sama dengan

kelompoknya. Termasuk ketika siswa diberikan kesempatan menyampaikan hasil diskusi ke depan kelas juga tetap dengan pasangannya. Kondisi ini akan membuat siswa yang memiliki motivasi berprestasi kurang tertantang, karena siswa yang memiliki motivasi berprestasi menyukai situasi yang menuntut tanggung jawab pribadi.

Metode pembelajaran apapun lebih mudah diterapkan pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi karena siswa memiliki semangat yang tinggi untuk berjuang mencapai prestasi sehingga tidak mudah putus asa. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh McClelland yang dikutip oleh Djaali (2000:


(53)

132) motivasi berprestasi adalah suatu kondisi fisologis dan psikologis (kebutuhan untuk berprestasi) yang terdapat dalam diri siswa yang

mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu (berprestasi setinggi mungkin). Meskipun pada dasarnya siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih mudah diajar dengan metode pembelajaran apapun karena sudah memiliki semangat yang tinggi untuk mencapai prestasi belajar, namun metode pembelajaran NHT dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya diduga lebih dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan metode pembelajaran TPS.

3. Hasil Belajar Kewirausahaan Melalui Pembelajaran Tipe NHT Lebih

Rendah Dibanding Tipe TPS Pada Siswa Motivasi berprestasi Rendah

Metode pembelajaran Think-Pair- Share dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Metode pembelajaran Think-Pair-Share dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.

Langkah-langkah metode pembelajaran TPS dimulai dengan guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai setelah itu siswa diberikan waktu untuk berfikir tentang masalah yang disampaikan guru. Kemudian siswa diminta berpasangan dengan pasangannya dan

mengutarakan hasil diskusinya di depan kelas. Dari kegiatan tersebut guru kemudian mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan


(54)

42 menambah materi yang belum diungkapkan siswa selanjutnya guru bersama-sama siswa memberikan kesimpulan.

Tahapan Think Pair and Share (TPS) memberikan waktu kepada siswa untuk lebih banyak berfikir, menjawab dan saling bekerjasama dengan

pasangannya. Berbeda dengan metode Numbered Heads Together (NHT) yang melibatkan lebih banyak siswa, TPS meskipun belajar kelompok tetapi cukup dengan teman disampingnya, artinya satu kelompok berpasangan terdiri dari dua orang. TPS memberikan suasana yang lebih santai

dibandingkan dengan NHT, hal ini karena diskusi dilakukan dengan teman sebangku yang mungkin sering dilakukan siswa dalam proses pembelajaran.

Adanya tukar peran dalam metode Think Pair and Share, membuat semakin banyak materi yang tergali, serta membuat siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah untuk lebih aktif yaitu dengan mengoreksi materi dan meniliai apa yang telah ia ungkapkan, dan membandingkan dengan

pasangannya. Peran guru dalam metode ini adalah untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan memberikan waktu lebih banyak berfikir dan berdiskusi dengan pasangannya diharapkan hasil belajar siswa akan lebih baik terutama pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan belajar dari apa yang telah diungkapkan pasangannya.

Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pikir penelitian ini dapat divisualisasikan sebagai berikut.


(55)

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Metode Kooperatif

Motivasi Berprestasi

Kooperatif tipe NHT

Kooperatif tipe TPS

Tinggi Hasil belajar kewirausahaan > Hasil belajar kewirausahaan

Rendah Hasil belajar kewirausahaan < Hasil belajar kewirausahaan

D. Anggapan Dasar Hipotesis

Peneliti memiliki anggapan dasar dalam pelaksanaan penelitian ini, yaitu: 1. Seluruh siswa kelas X semester genap tahun pelajaran 2011/2012 yang

menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan akademis yang relatif sama dalam mata pelajaran kewirausahaan.

2. Kelas yang diberi pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dan kelas yang diberi metode pembelajaran kooperatif tipe TPS, diajar oleh guru yang sama.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar

kewirausahaan siswa selain motivasi berprestasi dalam memahami konsep kewirausahaan dan Metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS, diabaikan.


(56)

44

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan antara rata-rata hasil belajar kewirausahaan siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan metode

kooperatif tipe TPS.

2. Rata-rata hasil belajar kewirausahaan yang pembelajarannya

menggunakan metode kooperatif tipe NHT lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan metode kooperatif tipe TPS pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi.

3. Rata-rata hasil belajar kewirausahaan yang pembelajarannya

mengggunakan metode pembelajaran tipe NHT lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan metode kooperatif tipe TPS pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.


(57)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksparimen dengan pendekatan komparatif. Penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan, variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen dapat dikontrol secara ketat (Sugiyono, 2008: 107). Penelitian eksperimen menurut Arikunto (2006: 3) adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan klausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.

Penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadan suatu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda (Sugiyono, 2008:57). Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas. (Sugiyono, 2008:93).


(58)

46

Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan pola Treatmen by Level Design . Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu, namun pada variable moderator (motivasi berprestasi siswa) digunakan pola Treatmen by Level Design karena dalam hal ini hanya metode pembelajaran yang diberi perlakuan terhadap hasil belajar siswa. Bentuk penelitian ini banyak digunakan di bidang ilmu pendidikan atau

penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia (Sukardi, 2003: 16).

Kelompok sampel ditentukan secara random. Kelas I (X Penjualan 2)

melaksanakan metode pembelajaran tipe NHT sebagai kelas eksperimen dan kelas II (X Penjualan 3) melaksanakan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai kelas kontrol. Dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol terdapat siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah. Desain penelitian digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2. Desain Penelitian Eksperimen MetodePembelajaran

Motivasi

Berprestasi

Kooperatif Tipe NHT Kooperatif Tipe TPS

Tinggi Hasil Belajar

Kewirausahaan

Hasil Belajar Kewirausahaan

Rendah Hasil Belajar

Kewirausahaan

Hasil Belajar Kewirausahaan

Prosedur dalam penelitian ini adalah:

1. Melakukan observasi pendahuluan ke sekolah untuk mengetahui yang akan digunakan sebagai populasi dan pengambilan sampel dalam


(1)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Kegunaan Penelitian... 10

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS 12

A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Belajar dan Hasil belajar ... 12

2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

3. Numbered Heads Together (NHT) ... 21

4. Think Pair and Share (TPS) ... 24

5. Mata Pelajaran Kewirausahaan ... 26

6. Motivasi Berprestasi ... 30

B. Penelitian Relevan ... 35

C. Kerangka Pikir ... 36

D. Anggapan Dasar Hipotesis ... 43

E. Hipotesis ... ... 44

III. METODELOGI PENELITIAN ... 45

A. Metode Penelitian... 45

B. Populasi dan Sampel ... 49

C. Variabel Penelitian ... 51

D. Definisi Konseptuanl dan Operasional Variabel ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 56


(2)

1. Uji Validitas Instrumen ... 59

2. Uji Reliabilitas ... 61

3. Taraf Kesukaran ... 63

4. Daya Beda . ... 64

G. Uji Persyaratan Analisis Data ... 65

1. Uji Normalitas ... 65

2. Uji Homogenitas ... 66

I . Teknik Analisis Data ... 66

1. T-test Dua Sampel Independen ... 66

2. Analisis Varians Dua Jalan ... 68

3. Pengujian Hipotesis ... 70

IV. HASIL PENELITIAN ... 73

A . Gambaran Umum Lokasi SMK N 1Metro ... 73

1. Sejarah Berdirinya SMK N 1 Metro ... 75

2. Visi dan Misi SMK N 1 Metro ... 76

3. Situasi dan Kondisi ... 76

4. Situasi dan Pengelolaan ... 77

5. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 78

B. Deskripsi Data ... 78

1. Data Hasil Angket Motivasi Berprestasi ... 79

2. Data hasil Angket Motivasi Berprestasi pada Siswa yang memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi dan Rendah di Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 83

3. Data Tes Hasil Belajar ... 91

4. Data Tes Hasil Belajar pada Siswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi dan Rendah di Kelas Eksperimen dan Kontrol 95

C. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 104

1. Uji Normalitas ... 104

2. Uji Homogenitas ... 104

D. Hasil Belajar Kewirausahaan di Kelas Eksperimen dan Kontrol . 105

E. Pengujian Hipotesis ... 110

D. Pembahasan ... 112

1. Hasil Belajar Kewirausahaan Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Lebih Tinggi dibandingkan Tipe TPS ... 112

2. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Motivasi Berprestasi Tinggi Melalui Pembelajaran NHT Lebih Tinggi Dibandingkan Tipe TPS 118

3. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Motivasi Berprestasi Rendah Melalui Pembelajaran Tipe NHT lebih Tinggi dibandingkan Tipe TPS ... 123

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 128

A. Kesimpulan .... ... 128

B. Saran ... ... 129 DAFTAR PUSTAKA


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Ulangan Ujian Semester Kewirausahaan Siswa

Kelas X SMK N 1 Metro ... 3

2. SK dan KD Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas X ... 29

3. Penelitian Relevan ... 35

4. Persebaran Siswa SMK N 1 Metro ... 50

5. Kisi-Kisi Angket Motivasi Berprestasi ... 57

6. Kisi-kisi Post Test ... 58

7. Tingkat Besarnya Reliabilitas ... 62

8. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan ... 69

9. Keadaan Jumlah Siswa SMK N 1 Metro ... 77

10. Kegiatan Ekstrakurikuler SMK N 1 Metro ... 78

11. Distribusi Frekuensi Hasil Angket Motivasi Berprestasi Kelas Eksperimen ... 80

12. Distribusi Frekuensi Hasil Angket Motivasi Berprestasi Kelas Kontrol ... 82

13. Distribusi Hasil Angket Motivasi Berprestasi Tinggi Kelas Eksperimen ... 84

14. Distribusi Hasil Angket Motivasi Berprestasi Rendah Kelas Eksperimen ... 86

15. Distribusi Hasil Angket Motivasi Berprestasi Tinggi Kelas Kontrol ... 88


(4)

16. Distribusi Hasil Angket Motivasi Berprestasi Rendah Kelas

Kontrol ... 90 17. Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 92 18. Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Kelas Kontrol ... 94 19. Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Siswa yang Memiliki

Motivasi Berprestasi Tinggi di Kelas Eksperimen ... 97 20. Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Siswa yang Memiliki

Motivasi Berprestasi Tinggi di Kelas Eksperimen ... 99 21. Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Siswa yang Memiliki

Motivasi Berprestasi Rendah di Kelas Kontrol ... 101 22. Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Siswa yang Memiliki

Motivasi Berprestasi Rendah di Kelas Kontrol ... 103 23. Hasil Uji Normalitas Sampel Hasil Belajar Kewirausahaan

Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 104 24. Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 105 25. Peningkatan Hasil Belajar Kewirausahaan di Kelas Eksperimen


(5)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

1. Kerangka Pikir ... 43 2. Desain Penelitian ... 46


(6)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

1. Hasil Tes Angket Motivasi Berprestasi Kelas Eksperimen ... 80

2. Hasil Tes Angket Motivasi Berprestasi Kelas Kontrol ... 82

3. Hasil Tes Angket Motivasi Berprestasi Tinggi Kelas Eksperimen . 84

4. Hasil Tes Angket Motivasi Berprestasi Rendah Kelas Eksperimen 86

5. Hasil Tes Angket Motivasi Berprestasi Tinggi Kelas Kontrol ... 88

6. Hasil Tes Angket Motivasi Berprestasi Rendah Kelas Kontrol ... 90

7. Hasil Belajar Kewirausahaan Kelas Eksperimen ... 92

8. Hasil Belajar Kewirausahaan Kelas Kontrol ... 94

9. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Motivasi Berprestasi Tinggi Kelas Eksperimen ... 97

10. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Motivasi Berprestasi Rendah Kelas Eksperimen ... 99

11. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Motivasi Berprestasi Tinggi Kelas Kontrol ... 101

12. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Motivasi Berprestasi Rendah Kelas Kontrol ... 103

13. Peningkatan Hasil Belajar Kewirausahaan Kelas Eksperimen ... 106

14. Peningkatan Hasil Belajar Kewirausahaan Kelas Kontrol ... 107

15. Peningkatan Hasil Belajar Kewirausahaan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 107


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Perbandingan hasil belajar biologi dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe group investigation (GI) dan think pair share (TPS)

1 5 152

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP

0 5 93

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN NUMBERED HEADS TOGETHER(NHT) DAN THINK PAIR SHARE(TPS) DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN GAYA BELAJAR SISWA

0 3 90

STUDI KOMPARASI ANTARA STRATEGI THINK-PAIR-SHARE (TPS) DENGAN STRATEGI NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) STUDI KOMPARASI ANTARA STRATEGI THINK-PAIR-SHARE (TPS) DENGAN STRATEGI NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD

0 0 16