EFEK MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN KETERAMPILAN BERPIKIR FORMAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA.
EFEK MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC INQUIRY
DAN KETERAMPILAN BERPIKIR FORMAL
TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA KELAS X SMA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
NOVERI YANTI
NIM : 8136176027
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
ABSTRAK
Noveri Yanti. Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry dan Keterampilan
Berpikir Formal Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA. Tesis. Medan :
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.
Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran scientific inquiry lebih baik
dibandingkan model pembelajaran konvensional; (2) untuk mengetahui apakah
hasil belajar siswa yang memiliki keterampilan berpikir formal tinggi, lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang memiliki keterampilan berpikir formal yang
lebih rendah dan; (3) untuk mengetahui interaksi model pembelajaran scientific
inquiry dan keterampilan berpikir formal dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak
dua kelas, X-1 sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan model
pembelajaran scientific inquiry dan X-2 sebagai kelas kontrol yang diajarkan
dengan model pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes keterampilan berpikir formal dan tes hasil belajar siswa
dalam bentuk pilihan berganda masing-masing sebanyak 15 soal yang dinyatakan
valid dan reliable. Teknik analisis data menggunakan Uji Independent T-Test dan
uji hipotesis Anava dua jalur dengan SPSS 17 for windows pada taraf signifikansi
α = 0,05. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) hasil belajar siswa
yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran scientific inquiry lebih
baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional; (2) Hasil belajar
siswa yang memiliki keterampilan berpikir formal tinggi lebih baik dibandingkan
hasil belajar siswa dengan keterampilan berpikir formal rendah dan; (3) terdapat
interaksi antara model pembelajaran scientific inquiry dan keterampilan berpikir
formal terhadap hasil belajar fisika siswa dimana model ini lebih baik diterapkan
pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir formal tinggi.
Kata Kunci : Scientific Inquiry, Berpikir Formal, Hasil Belajar
ABSTRACT
Noveri Yanti. The Effect of Scientific Inqury Teaching Models and Formal
Thinking Skill for The Students’ Achievement The X Grade Senior High
School. A Thesis. Medan : Post Graduate Program State University of Medan,
2015.
The objectives of this study were to determine whether: (1) the students
achievement taught by using scientific inquiry teaching models is better than that
of taught by using conventional; (2) the students achievement who have a high
formal thinking skill is better than student who have low formal thinking skill
and; (3) there is interaction between scientific inquiry teaching models and formal
thinking skill for the student achievement. The sample was taken using cluster
random sampling consisted of two classes, X-1 as experiment class learnt by
scientific inquiry teaching models and X-2 as control class learnt by conventional.
The instrument used in this study is formal thinking skill and achievement test in
multiple choise as 15 questions have been declared valid and reliable. The data
analyis technique used independent T-test and correlation test with SPSS 17 for
Windows at the significance level α = 0.05. The results of research are; (1) the
students achievement given learning through scientific inquiry teaching models
better than conventional; (2) the students achievement who have a high formal
thinking skill better than students who have low formal thinking skill and; (3)
there was interaction between scientific inquiry teaching models and formal
thinking skill for students achievement which this models better to apply for
student who have a high formal thinking skill.
Keyword : Scientific Inquiry, Formal Thinking, Students’ Achievement
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas
segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul: “Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry dan Keterampilan
Berpikir Formal Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA”. Tesis ini
disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar magister
pendidikan pada program studi pendidikan fisika di Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si. selaku pembimbing I sekaligus Sekretaris Program
Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED dan Ibu Dr. Sondang R.
Manurung, M.Pd.
selaku pembimbing II ditengah-tengah kesibukannya telah
memberikan bimbingan, arahan dengan sabar dan kritis terhadap berbagai
permasalahan, dan selalu mampu memberikan motivasi bagi penulis sehingga
terselesaikannya tesis ini. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M. selaku Ketua
Program Studi Pendidikan Fisika sekaligus narasumber, Ibu Dr. Betty M. Turnip,
M.Pd., dan Bapak Dr. Karya Sinulingga, M.Si juga selaku narasumber yang telah
banyak membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian
tesis ini. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana UNIMED dan seluruh pegawai Pascasarjana UNIMED yang telah
memberikan kemudahan dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pastor Chrispinus (Alboin
Silalahi, Lic.IC) selaku Kepala Sekolah SMA Seminari Menengah Patangsiantar
beserta seluruh dewan guru dan pegawai yang telah memberikan izin dan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. Sahabat seperjuangan
Kelas B-1 Eksekutif angkatan XXIII ( Bang Aleks, Kak Albina, Aplia, Pak Israel,
Kak Erna, Ibu Dewi, Kak Erni, Fitri, Pak Irsan, Meri, Merliana, Nesti,, Ruth,
Ricca, Ibu Siti Aminah, Ibu Sri Mila, Sudirman, Suster Rumentauli, dan Yunisa)
Program Studi Magister Pendidikan Fisika untuk kebersamaan dan semangat kita
bersama dalam penyelesaian tesis ini.
Teristimewa penulis sampaikan kepada Ibunda tercinta R. Sitanggang dan
Ayahanda tercinta J. Hutapea serta kakak-kakak ku Dewi Marlina Hutapea, S.E
(dan abang ipar R. Hutabarat, S.Pd) dan Elpina Hutapea S.Pd, abangku Henry
Hutapea (dan kakak ipar Magdalena br. Pasaribu), adikku Ronald Hutapea, S.Pd,
juga keponakan-keponakanku tersayang Agnes, Eka, Lionel dan Paskah yang
senantiasa memberikan motivasi dan doa. Secara khusus untuk suami tercinta
Laurentius G.T. Harianja, S.E yang telah banyak memberikan dukungan,
semangat juga doa kepada penulis dalam penulisan tesis ini.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam upaya penyelesaian
tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dari segi isi maupun
bahasa. Untuk itu penulis selalu menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun sehingga tesis ini menjadi lebih sempurna. Akhir kata penulis
berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada para pembacanya
dan menambah khasanah ilmu pengetahuan. Amin
Medan, 8 September 2015
Penulis,
Noveri Yanti
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
1.7. Defiisi Operasional
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1.
Pengertian Belajar
2.1.2.
Hasil Belajar
2.1.3.
Keterampilan Berpikir Formal
2.1.4
Teori Pembelajaran
2.1.5.
Model Pembelajaran Scientific Inquiry
2.1.6.
Model Pembelajaran Langsung
2.2. Penelitian yang Relevan
2.3. Kerangka Konseptual
2.3.1.
Pengaruh Model Pembelajaran Scientific Inquiry
Terhadap Hasil Belajar
2.3.2.
Pengaruh Keterampilan Berpikir Formal Terhadap
Hasil Belajar
2.3.3.
Interaksi antara Keterampilan Berpikir Formal dan
Model Pembelajaran Scientific Inquiry Terhadap
Hasil Belajar Siswa
2.4. Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3. Variabel Penelitian
3.4. Jenis dan Desain Penelitian
3.5. Prosedur Penelitian
3.6. Instrumen Penelitian
3.6.1.
Tes Keterampilan Berpikir Formal
3.6.2.
Tes Hasil Belajar Fisika
Halaman
i
iii
v
vi
vii
1
7
7
8
8
9
9
11
11
12
17
20
24
32
33
36
36
38
40
41
42
42
42
43
45
47
47
48
3.7.
Analisis Butir Tes
3.7.1.
Validitas Isi
3.7.2.
Validasi Butir Soal
3.7.3.
Reliabilitas Tes
3.7.4
Indeks Kesukaran
3.7.5
Daya Pembeda
3.8. Teknik Analisis Data
49
49
49
51
52
53
53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1.
Deskripsi Data
4.1.2.
Analisis Data Tes Awal
4.1.3.
Analisis Data Keterampilan Berpikir Formal Siswa
4.1.4.
Analisis Data Tes Akhir
4.1.5.
Pengujian Hipotesis Penelitian
4.2. Pembahasan
61
61
61
65
67
69
77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
84
84
DAFTAR PUSTAKA
86
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Sintaks Model Pembelajaran Scientific Inquiry
26
Tabel 2.2
Penelitian Yang Relevan
33
Tabel 3.1
Rancangan Desain Penelitian
43
Tabel 3.2
Desain Penelitian ANAVA
44
Tabel 3.3
Tabel Spesifikasi Keterampilan Berpikir Formal
47
Tabel 3.4
Tabel Spesifikasi Materi Pokok Listrik Dinamis
48
Tabel 3.5
Kriteria Koefisien Validitas
50
Tabel 3.6
Derajat Reliabilitas
51
Tabel 3.7
Kriteria Interpretasi Indeks Kesukaran
52
Tabel 3.8
Kriteria Interpretasi Daya Pembeda
53
Tabel 3.9
Analisis Varians Dua Jalur
58
Tabel 4.1
Ringkasan Data Pretes Kelompok Sampel
62
Tabel 4.2
Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov Pretes
63
Tabel 4.3
Uji Homogenitas Data Pretes
63
Tabel 4.4
Uji-t Hasil Belajar
64
Tabel 4.5
Hasil Tes Keterampilan Berpikir Formal Siswa
65
Tabel 4.6
Ringkasan Data Postes Hasil Belajar
67
Tabel 4.7
Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov Postes
68
Tabel 4.8
Uji Homogenitas Data Postes
68
Tabel 4.9
Hasil Uji Anava
69
Tabel 4.10
Uji Scheffe
75
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry
27
Gambar 3.1
Alur Pelaksanaan Penelitian
49
Gambar 4.1
Grafik Hubungan Model Pembelajaran dan Hasil Belajar
71
Gambar 4.2
Grafik Hubungan Model Pembelajaran dan
Berpikir Formal
Gambar 4.3
72
Grafik Interaksi Hasil Belajar Antara Model Pembelajaran
Dengan Berpikir Formal
74
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
RPP 1
87
Lampiran 2
RPP 2
109
Lampiran 3
RPP 3
129
Lampiran 4
Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Formal
146
Lampiran 5
Kisi-Kisi Soal Keterampilan Berpikir Formal
152
Lampiran 6
Instrumen Tes Hasil Belajar
160
Lampiran 7
Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar
167
Lampiran 8
Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
181
Lampiran 9
Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
182
Lampiran 10 Data Tes Keterampilan Berpikir Formal Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
183
Lampiran 11 Hasil Validasi Anates Tes Hasil Belajar
184
Lampiran 12 Hasil Hasil Analisis Data SPSS
192
Lampiran 13 Lembar Kerja Siswa
209
Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian
216
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang
undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional menyatakan bahwa, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.
Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan,
dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Pada
hakikatnya, pendidikan berlangsung pada suatu sistem pendidikan, yang
didalamnya terdapat komponen masukan, proses, dan hasil. Keberhasilan
pendidikan ditentukan oleh sistem dan pelaksanaannya. Sistem akan beroperasi
secara optimal apabila komponen pelaksana memanfaatkan semua komponen
yang ada secara optimal.
Pendidikan di Indonesia semakin hari kualitasnya semakin rendah. Faktor
penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kualitas
secara fisik, rendahnya kompetensi guru, dan mahalnya biaya pendidikan. Selain
itu, prestasi siswa merupakan indikator kualitas pendidikan di Indonesia juga
masih berkategori rendah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data survei TIMSS
(Trend In Mathematics dan Science Study), prestasi sains Indonesia pada tahun
2007 berada di peringkat 35 dari 49 negara dan pada tahun 2011 berada di
peringkat 40 dari 45 negara. (Marthin, 2012: 44).
Selain itu OECD (2013:5) mempublikasikan hasil PISA (Programme for
International Student Assessment) 2012 bahwa dalam bidang sains, Indonesia
menduduki peringkat 64 dari 65 negara. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi
sains siswa di Indonesia masih sangat rendah dan semakin menurun dari tahun ke
tahun dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.
Pada dasarnya sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam
rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif
dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam
sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan
matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
percaya diri. Namun fakta yang ditemukan di lapangan adalah pelajaran sains
yang tidak disukai siswa adalah fisika.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMA Swasta Katolik Seminari
Menengah Pematangsiantar, ditemukan beberapa permasalahan antara lain siswa
kurang menyukai pelajaran fisika karena dianggap sulit dan tidak menyenangkan.
Pada dasarnya, sikap dan keterampilan berpikir formal siswa dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Sikap positif dan keterampilan berpikir formal siswa yang
tinggi terutama pada mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal
yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa dan
keterampilan berpikir formal terhadap mata pelajaran, apalagi jika diiringi
kebencian kepada guru dan mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar
siswa tersebut.
Salah satu penyebab kurang tertariknya siswa pada pelajaran fisika adalah
pembelajaran yang digunakan guru. Model pembelajaran yang cenderung
digunakan guru adalah pembelajaran konvensional yang dilakukan dengan metode
ceramah dan presentasi. Dengan menerapkan pembelajaran ini, guru hanya
menyajikan materi melalui laptop kemudian dijelaskan kepada siswa tanpa ada
pembuktian secara praktek. Padahal, sekolah memiliki laboratorium namun siswa
tidak pernah melakukan praktikum sehingga mereka tidak dapat mengembangkan
ketrampilan mereka.
Pengetahuan konsep fisika yang diperoleh siswa selama pembelajaran
hanya secara teori, belum secara praktek. Artinya teori dan eksperimen belum
terintegrasi, dan pelaksanaan praktikum yang belum optimal. Hal ini diperkuat
dengan hasil observasi terhadap siswa kelas X SMA Swasta Katolik Seminari
Menengah Pematangsiantar bahwa mereka tidak pernah melakukan praktikum
dalam
pembelajaran,
dikarenakan
minimnya
pemanfaatan
media/bahan
praktikum. Siswa selalu berpikir pasif, hanya bersikap sebagai pendengar
sehingga sikap ilmiah mereka juga tidak muncul. Keaktifan siswa hanya terlihat
dalam mengerjakan soal-soal fisika saja. Hal ini membuat siswa kurang
termotivasi dan pembelajaran fisika kurang bermakna. Inilah yang membawa efek
negatif terhadap hasil belajar fisika siswa yaitu masih kurang memuaskan. Hanya
beberapa siswa yang memperoleh hasil yang cukup memuaskan, selebihnya siswa
harus melakukan remedial.
Pada hakikatnya, pembelajaran fisika lebih menekankan proses. Untuk itu,
percobaan merupakan bagian terpenting dalam fisika. Dalam pembelajaran fisika.
siswa berperan seolah-olah sebagai ilmuan. Siswa menggunakan metode ilmiah
untuk mencari jawaban terhadap suatu permasalahan yang sedang dipelajari.
Model pembelajaran menurut Joyce (1980 : 1) adalah pola atau rencana yang
sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum,
mengatur materi pembelajaran dan member petunjuk kepada pengajar dikelasnya.
Penggunaan model pembelajaran yang inovatif dapat membuat pembelajaran
fisika menjadi lebih menyenangkan dan bermakna. Salah satu model
pembelajaran yang inovatif adalah model pembelajaran scientific inquiry. Model
pembelajaran ini dapat digunakan untuk mengembangkan sikap ilmiah dan
meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Model
pembelajaran inkuiri tak hanya mengembangkan kemampuan intelektual teteapi
seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan
ketrampilan. (Gulo, 2002: 93).
Schwab (dalam Joyce, 1980: 10) mengemukakan bahwa Scientific Inquiry
designed to teach the research system of a discipline, but also expected to have
effects in the other domains, sociological methods may be taught in order to
increase social understanding and social problem solving (model pembelajarans
scientific inquiry dirancang untuk pembelajaran system penelitian dari suatu
displin, dan juga memiliki efek dalam domain lainnya, metode sosial dapat
diajarkan untuk meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan masalah sosial).
Dalam model pembelajaran scientific inquiry, siswa dibimbing oleh guru dalam
memahami konsep melalui serangkaian percobaan.
Dhakaa (2012: 81) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa belajar
konsep biologi pada siswa kelas IX melalui model scientific inquiry lebih efektif
dari pada pembelajaran konvensional. Ini berarti model pembelajaran scientific
inquiry memiliki implikasi yang sangat penting bagi pembelajaran di dalam kelas
sehari-hari dan juga kepentingan siswa. Model ini membuat proses pengajaran
menjadi efektif dan lebih menarik.
Siddiqui (2013: 77) juga berpendapat bahwa model pembelajaran scientific
inquiry diterapkan untuk menghadapi emosional yang tinggi, membuat
penyelidikan akademis, membantu semua tingkat kelas, memberikan teknik
penelitian, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan
tingkat penalaran, meningkatkan tingkat berpikir formal, mengembangkan tingkat
pemahaman, menerapkan penyelidikan perilaku manusia dan meningkatkan
tingkat interaksi.
Model pembelajaran inkuiri bertujuan untuk menolong peserta didik dalam
mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan serta
mengajak peserta didik untuk aktif dalam memecahkan satu masalah. Penggunaan
model pembelajaran inkuiri dalam proses pembelajaran dapat mendorong peserta
didik untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat objektif, jujur,
dan terbuka, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar
sendiri dan dapat mengembangkan bakat dan kecakapannya individunya.
Melalui model pembelajaran scientific inquiry, siswa dihadapkan pada
suatu kegiatan ilmiah (eksperimen). Siswa dilatih agar terampil dalam
memperoleh dan mengolah informasi melalui aktifitas berpikir dan mengikuti
prosedur (metode) ilmiah, seperti terampil melakukan pengamatan, pengukuran,
pengklasifikasian, penarikan kesimpulan, dan pengkomunikasian hasil temuan.
Mereka diarahkan untuk mengembangkan keterampilan proses sains yang
dimilikinya dalam memproses dan menemukan sendiri pengetahuan tersebut.
Marwoto (2009: 46) menyatakan bahwa pembelajaran sains dengan
keterampilan proses penting sekali untuk diterapkan karena melibatkan siswa
untuk aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan tuntutan
kurikulum yang dikembangkan. Implementasi LKS inkuiri membantu siswa
dalam mempelajari konsep dan memberikan kesempatan pada siswa untuk
berlaku seperti ilmuan sehingga memberikan pengalaman yang lebih mendalam
tentang konsep sains fisika.
Triwiyono (2011: 82) juga menyimpulkan pada hasil penelitiannya bahwa
pembelajaran dengan eksperimen terbimbing dapat memperbaiki kualitas
pembelajaran fisika pada topik getaran, gelombang, dan bunyi. Pembelajaran
eksperimen terbimbing lebih efektif meningkatkan keterampilan berpikir formal
siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang : “Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry dan
Keterampilan Berpikir Formal Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X
SMA”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah
yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut :
1.
Siswa kurang tertarik pada pelajaran fisika.
2.
Model
pembelajaran
yang
digunakan
guru
yaitu
pembelajaran
konvensional yang terdiri dari metode ceramah dan presentasi.
3.
Hasil belajar fisika siswa masih kurang memuaskan.
4.
Belum terintegrasinya teori dan eksperimen.
5.
Pelaksanaan praktikum belum optimal
6.
Pemanfaatan media ajar dan bahan praktikum yang masih minimum.
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan
mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka perlu
adanya pembatasan masalah sebagai berikut :
1.
Model pembelajaran scientific inquiry belum diterapkan di SMA Swasta
Katolik Seminari Menengah Pematangsiantar.
2.
Pembelajaran belum mempertimbangkan perbedaan keterampilan berpikir
formal terhadap hasil belajar siswa.
3.
Pembelajaran belum melihat adanya interaksi antara model pembelajaran
scientific inquiry dengan keterampilan berpikir formal siswa.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1.
Apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
scientific
inquiry
lebih
baik
dibandingkan
model
pembelajaran
Konvensional ?
2.
Apakah hasil belajar siswa yang memiliki keterampilan berpikir formal
tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki keterampilan
berpikir formal yang lebih rendah ?
3.
Apakah ada interaksi model pembelajaran scientific inquiry dan
keterampilan berpikir formal dalam meningkatkan hasil belajar siswa ?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian adalah :
1.
Untuk menganalisis hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran
scientific
inquiry
lebih
baik
dibandingkan
model
pembelajaran langsung.
2.
Untuk menganalisis hasil belajar siswa yang memiliki keterampilan
berpikir formal tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki
keterampilan berpikir formal rendah.
3.
Untuk menganalisis interaksi model pembelajaran scientific inquiry dan
keterampilan berpikir formal dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat bermanfaat :
1.
Bagi siswa
a. Meningkatkan minat belajar siswa pada pelajaran fisika.
b. Meningkatkan keterampilan berpikir formal siswa.
c. Meningkatkan hasil belajar siswa.
2.
Bagi Guru
a. Menambah wawasan guru tentang model pembelajaran yang inovatif
b. Mengembangkan ketrampilan guru dalam penggunaaan model
pembelajaran.
3.
Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan refrensi dan masukan bagi peneliti selanjutnya.
1.7 Definisi Operasional
1. Model pembelajaran scientific inquiry adalah model pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam kegiatan ilmiah atau penemuan jawaban dari suatu
masalah. Fase-fase dalam model ini adalah penyajian masalah kepada
siswa; siswa merumuskan masalah; siswa mengidentifikasi masalah; dan
siswa menemukan cara untuk mengatasi kesulitan tersebut. (Joyce & Weil,
2003: 188)
2. Keterampilan berpikir formal mendefinisikan sebagai keterampilan
berpikir benar dalam mencapai kebenaran, dapat membedakan kenyataan
yang diterima dan harapan yang diinginkan. Keterampilan berpikir formal
mengidentifikasi linear operasi logis yaitu : penalaran proporsional,
pengontrolan variabel, penalaran probalistik, penalaran korelasional dan
penalaran kombinatorial. (Tobin dan Capie, 1984 :5)
3. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi akibat pembelajaran.
Hasil belajar terdiri dari tida ranah yaitu : kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Ranah kognitif meliputi : mengingat (C1), memahami (C2),
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan
mencipta (C6). Ranah afektif meliputi : jujur, tanggung jawab, kerjasama,
dan menyampaikan pendapat. Ranah psikomotorik meliputi : mengamati,
menginterpretasi, merumuskan masalah, membuat hipotesis, melaksanakan
percobaan, dan mengkomunikasikan data. (Anderson & David, 2010: 6)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan :
1. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran scientific
inquiry lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran konvensional.
2. Hasil belajar siswa dengan keterampilan berpikir formal tinggi lebih baik
dibandingkan hasil belajar siswa dengan keterampilan berpikir formal
rendah.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran scientific inquiry dan
keterampilan berpikir formal dalam mempengaruhi hasil belajar siswa.
Interaksinya adalah model pembelajaran scientific inquiry tidak baik
diterapkan pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir formal rendah.
Model pembelajaran ini lebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki
keterampilan berpikir formal tinggi.
1.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memiliki beberapa saran dalam
menerapkan model pembelajaran scientific inquiry sebagai berikut :
1. Dalam menerapkan model pembelajaran scientific inquiry, guru sebaiknya
memperhitungkan alokasi waktu yang digunakan terutama dalam
melakukan eksperimen dan menyelesaikan lembar kerja siswa (LKS).
2. Model pembelajaran scientific inquiry mendorong siswa lebih aktif, maka
sebaiknya guru maupun peneliti selanjutnya perlu memperhatikan ruang
kelas yang digunakan agar pergerakan siswa tidak terbatas.
3. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam pengamatan afektif dan
psikomotorik siswa sebaiknya menggunakan observer.
4. Untuk meningkatkan efektifitas penggunaan waktu dalam membelajarkan
materi,
maka
guru
maupun
peneliti
selanjutnya
hendaknya
memberitahukan siswa materi yang akan diajarkan untuk pertemuan
berikutnya pada setiap akhir pelajaran sehingga siswa dapat mempelajari
materi tersebut terlebih dahulu di rumah.
5. Dalam melanjutkan penelitian ini, peneliti selanjutnya hendaknya
menjelaskan fase-fase model pembelajaran scientifif inquiry kepada siswa
pada pertemuan awal agar tidak membingungkan siswa pada saat model
tersebut diterapkan.
6. Bagi guru dan peneliti selanjutnya hendaknya menerapkan model
pembelajaran scientific inquiry pada siswa yang memiliki keterampilan
berpikir formal tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson & David. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran,
dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo.
Astra, I Made. 2008. Fisika Untuk SMA/ MA Kelas X. Jakarta: Piranti.
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Bandung: PT. Gelora Aksara
Pratama.
Demirbag & Gunel. 2014. Integrating Argument-Based Science Inquiry with
Modal Representations, Impact on Science Achievement,
Argumentation, and Writing Skills. Educational Sciences: Theory &
Practice, 14 (1), 121-135
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya
Dhakaa, Amita. 2012. Biological Science Inquiry Model And Biology Teaching.
Bookman International Journal of Accounts, Economics & Business
Management, 1(2), 11 -24
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ergul, Remziye. 2011. The Effects of Inquiry-based Science Teaching on
elementary School Students’ Science process Skills and Science
Attitudes. Bulgarian Journal of Science and Education Policy
(BJSEP), 5(1), 141 -152
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Handayani, Sri, Ari Damari. 2009. Fisika Untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta:
Depdiknas.
Hussain, Azeem, & Shakoor. 2001. Physics Teaching Methods: Scientific Inquiry
Vs Traditional Lecture. International Journal of Humanities and
social Science. 1(19), 18-27
Joyce, Bruce & Marsha Weil. 2009. Model of Teaching (edisi kedelapan).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marthin, O. Michael, Ina, Pierre, Gabrielle. 2012. TIMSS 2011 International
Results in Science. USA: Boston College.
Marwoto, Y. Subagyo, Wiyanto. 2009. Pembelajaran dengan Pendekatan
Ketrampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep
Suhu dan Pemuaian. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 5(1), 42-46.
Mosik. 2010. Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif Dalam Pembelajaran
Fisika Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Smp
Kelas VII, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1), 89-96.
Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
National Institutes of Health. 2005. Doing Science: The Process of Scientific
Inquiry. Colorado Springs: BSCS.
Njoroge. 2014. Effects of Inquiry-based teaching approach on Secondary School
Students’achievement and motivation in physics in Nyeri Country.
Kenya. International Journal of Academic Reseacrh in Education and
Review. 2(1). 1-16.
OECD. 2013. PISA 2012 Result In Focus.
Poedjiadi, Anna. 2005. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya
Praptiwi, Sarwi, L. Handayani. 2012. Efectivitas Model Pembelajaran eksperimen
Inkuiri Terbimbing Berbantuan My Own Dictionary untuk
meningkatkan Penguasaan Konsep untuk Unjuk Kerja Siswa SMP
RSBI. Unnes Science Education Journal, 1(2), 117-129
Sadirman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sani, Ridwan. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: UNIMED
Press
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Santrock. J. W. 2003. Adolescence. Perkembangan Remaja. Jakarta. Erlangga.
Sarwi. 2010. Pengembangan Ketrampilan Kerja Ilmiah Mahasiswa Calon Guru
Fisika Melalui Eksperimen Gelombang Open-Inquiry. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, 6(1), 115-122.
Slavin, Robert. E. 1994. Educational Psychologi Theory. Massachusetts. Allyn
and Bacon Publisher.
Siddqui. 2013. Biological Science Inquiry Model: A Process of Study. Paripex –
Indian Journal Of Research. 2(2), 117-129
Sudjana, M.A. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: AlfaBeta.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta:
Kencana.
Triwiyono.
2011. Program Pembelajaran Fisika Menggunakan Metode
Eksperimen Terbimbing Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berpikir
Kritis. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7(1), 80-83.
Wenning, Carl. 2011. Eksperimental Inquiry in Introductory Physics courses.
Journal Of Physics Teacher Education Online, 2(1), 11-24.
Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Zaelani, A. 2006. 1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Fisika. Bandung:
Yrama Widya.
Tobin, K. G., & Capie, W. 1982. Relationship Between Formal Reasoning
Ability, Loans of Control, Academic Engagement and Integrated
Process Skills Achiement. Journal of Research in Science Teaching,
19(2), 13-121
DAN KETERAMPILAN BERPIKIR FORMAL
TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA KELAS X SMA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
NOVERI YANTI
NIM : 8136176027
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
ABSTRAK
Noveri Yanti. Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry dan Keterampilan
Berpikir Formal Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA. Tesis. Medan :
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.
Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran scientific inquiry lebih baik
dibandingkan model pembelajaran konvensional; (2) untuk mengetahui apakah
hasil belajar siswa yang memiliki keterampilan berpikir formal tinggi, lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang memiliki keterampilan berpikir formal yang
lebih rendah dan; (3) untuk mengetahui interaksi model pembelajaran scientific
inquiry dan keterampilan berpikir formal dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak
dua kelas, X-1 sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan model
pembelajaran scientific inquiry dan X-2 sebagai kelas kontrol yang diajarkan
dengan model pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes keterampilan berpikir formal dan tes hasil belajar siswa
dalam bentuk pilihan berganda masing-masing sebanyak 15 soal yang dinyatakan
valid dan reliable. Teknik analisis data menggunakan Uji Independent T-Test dan
uji hipotesis Anava dua jalur dengan SPSS 17 for windows pada taraf signifikansi
α = 0,05. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) hasil belajar siswa
yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran scientific inquiry lebih
baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional; (2) Hasil belajar
siswa yang memiliki keterampilan berpikir formal tinggi lebih baik dibandingkan
hasil belajar siswa dengan keterampilan berpikir formal rendah dan; (3) terdapat
interaksi antara model pembelajaran scientific inquiry dan keterampilan berpikir
formal terhadap hasil belajar fisika siswa dimana model ini lebih baik diterapkan
pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir formal tinggi.
Kata Kunci : Scientific Inquiry, Berpikir Formal, Hasil Belajar
ABSTRACT
Noveri Yanti. The Effect of Scientific Inqury Teaching Models and Formal
Thinking Skill for The Students’ Achievement The X Grade Senior High
School. A Thesis. Medan : Post Graduate Program State University of Medan,
2015.
The objectives of this study were to determine whether: (1) the students
achievement taught by using scientific inquiry teaching models is better than that
of taught by using conventional; (2) the students achievement who have a high
formal thinking skill is better than student who have low formal thinking skill
and; (3) there is interaction between scientific inquiry teaching models and formal
thinking skill for the student achievement. The sample was taken using cluster
random sampling consisted of two classes, X-1 as experiment class learnt by
scientific inquiry teaching models and X-2 as control class learnt by conventional.
The instrument used in this study is formal thinking skill and achievement test in
multiple choise as 15 questions have been declared valid and reliable. The data
analyis technique used independent T-test and correlation test with SPSS 17 for
Windows at the significance level α = 0.05. The results of research are; (1) the
students achievement given learning through scientific inquiry teaching models
better than conventional; (2) the students achievement who have a high formal
thinking skill better than students who have low formal thinking skill and; (3)
there was interaction between scientific inquiry teaching models and formal
thinking skill for students achievement which this models better to apply for
student who have a high formal thinking skill.
Keyword : Scientific Inquiry, Formal Thinking, Students’ Achievement
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas
segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul: “Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry dan Keterampilan
Berpikir Formal Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA”. Tesis ini
disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar magister
pendidikan pada program studi pendidikan fisika di Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si. selaku pembimbing I sekaligus Sekretaris Program
Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED dan Ibu Dr. Sondang R.
Manurung, M.Pd.
selaku pembimbing II ditengah-tengah kesibukannya telah
memberikan bimbingan, arahan dengan sabar dan kritis terhadap berbagai
permasalahan, dan selalu mampu memberikan motivasi bagi penulis sehingga
terselesaikannya tesis ini. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M. selaku Ketua
Program Studi Pendidikan Fisika sekaligus narasumber, Ibu Dr. Betty M. Turnip,
M.Pd., dan Bapak Dr. Karya Sinulingga, M.Si juga selaku narasumber yang telah
banyak membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian
tesis ini. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana UNIMED dan seluruh pegawai Pascasarjana UNIMED yang telah
memberikan kemudahan dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pastor Chrispinus (Alboin
Silalahi, Lic.IC) selaku Kepala Sekolah SMA Seminari Menengah Patangsiantar
beserta seluruh dewan guru dan pegawai yang telah memberikan izin dan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. Sahabat seperjuangan
Kelas B-1 Eksekutif angkatan XXIII ( Bang Aleks, Kak Albina, Aplia, Pak Israel,
Kak Erna, Ibu Dewi, Kak Erni, Fitri, Pak Irsan, Meri, Merliana, Nesti,, Ruth,
Ricca, Ibu Siti Aminah, Ibu Sri Mila, Sudirman, Suster Rumentauli, dan Yunisa)
Program Studi Magister Pendidikan Fisika untuk kebersamaan dan semangat kita
bersama dalam penyelesaian tesis ini.
Teristimewa penulis sampaikan kepada Ibunda tercinta R. Sitanggang dan
Ayahanda tercinta J. Hutapea serta kakak-kakak ku Dewi Marlina Hutapea, S.E
(dan abang ipar R. Hutabarat, S.Pd) dan Elpina Hutapea S.Pd, abangku Henry
Hutapea (dan kakak ipar Magdalena br. Pasaribu), adikku Ronald Hutapea, S.Pd,
juga keponakan-keponakanku tersayang Agnes, Eka, Lionel dan Paskah yang
senantiasa memberikan motivasi dan doa. Secara khusus untuk suami tercinta
Laurentius G.T. Harianja, S.E yang telah banyak memberikan dukungan,
semangat juga doa kepada penulis dalam penulisan tesis ini.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam upaya penyelesaian
tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dari segi isi maupun
bahasa. Untuk itu penulis selalu menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun sehingga tesis ini menjadi lebih sempurna. Akhir kata penulis
berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada para pembacanya
dan menambah khasanah ilmu pengetahuan. Amin
Medan, 8 September 2015
Penulis,
Noveri Yanti
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
1.7. Defiisi Operasional
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1.
Pengertian Belajar
2.1.2.
Hasil Belajar
2.1.3.
Keterampilan Berpikir Formal
2.1.4
Teori Pembelajaran
2.1.5.
Model Pembelajaran Scientific Inquiry
2.1.6.
Model Pembelajaran Langsung
2.2. Penelitian yang Relevan
2.3. Kerangka Konseptual
2.3.1.
Pengaruh Model Pembelajaran Scientific Inquiry
Terhadap Hasil Belajar
2.3.2.
Pengaruh Keterampilan Berpikir Formal Terhadap
Hasil Belajar
2.3.3.
Interaksi antara Keterampilan Berpikir Formal dan
Model Pembelajaran Scientific Inquiry Terhadap
Hasil Belajar Siswa
2.4. Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3. Variabel Penelitian
3.4. Jenis dan Desain Penelitian
3.5. Prosedur Penelitian
3.6. Instrumen Penelitian
3.6.1.
Tes Keterampilan Berpikir Formal
3.6.2.
Tes Hasil Belajar Fisika
Halaman
i
iii
v
vi
vii
1
7
7
8
8
9
9
11
11
12
17
20
24
32
33
36
36
38
40
41
42
42
42
43
45
47
47
48
3.7.
Analisis Butir Tes
3.7.1.
Validitas Isi
3.7.2.
Validasi Butir Soal
3.7.3.
Reliabilitas Tes
3.7.4
Indeks Kesukaran
3.7.5
Daya Pembeda
3.8. Teknik Analisis Data
49
49
49
51
52
53
53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1.
Deskripsi Data
4.1.2.
Analisis Data Tes Awal
4.1.3.
Analisis Data Keterampilan Berpikir Formal Siswa
4.1.4.
Analisis Data Tes Akhir
4.1.5.
Pengujian Hipotesis Penelitian
4.2. Pembahasan
61
61
61
65
67
69
77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
84
84
DAFTAR PUSTAKA
86
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Sintaks Model Pembelajaran Scientific Inquiry
26
Tabel 2.2
Penelitian Yang Relevan
33
Tabel 3.1
Rancangan Desain Penelitian
43
Tabel 3.2
Desain Penelitian ANAVA
44
Tabel 3.3
Tabel Spesifikasi Keterampilan Berpikir Formal
47
Tabel 3.4
Tabel Spesifikasi Materi Pokok Listrik Dinamis
48
Tabel 3.5
Kriteria Koefisien Validitas
50
Tabel 3.6
Derajat Reliabilitas
51
Tabel 3.7
Kriteria Interpretasi Indeks Kesukaran
52
Tabel 3.8
Kriteria Interpretasi Daya Pembeda
53
Tabel 3.9
Analisis Varians Dua Jalur
58
Tabel 4.1
Ringkasan Data Pretes Kelompok Sampel
62
Tabel 4.2
Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov Pretes
63
Tabel 4.3
Uji Homogenitas Data Pretes
63
Tabel 4.4
Uji-t Hasil Belajar
64
Tabel 4.5
Hasil Tes Keterampilan Berpikir Formal Siswa
65
Tabel 4.6
Ringkasan Data Postes Hasil Belajar
67
Tabel 4.7
Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov Postes
68
Tabel 4.8
Uji Homogenitas Data Postes
68
Tabel 4.9
Hasil Uji Anava
69
Tabel 4.10
Uji Scheffe
75
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry
27
Gambar 3.1
Alur Pelaksanaan Penelitian
49
Gambar 4.1
Grafik Hubungan Model Pembelajaran dan Hasil Belajar
71
Gambar 4.2
Grafik Hubungan Model Pembelajaran dan
Berpikir Formal
Gambar 4.3
72
Grafik Interaksi Hasil Belajar Antara Model Pembelajaran
Dengan Berpikir Formal
74
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
RPP 1
87
Lampiran 2
RPP 2
109
Lampiran 3
RPP 3
129
Lampiran 4
Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Formal
146
Lampiran 5
Kisi-Kisi Soal Keterampilan Berpikir Formal
152
Lampiran 6
Instrumen Tes Hasil Belajar
160
Lampiran 7
Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar
167
Lampiran 8
Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
181
Lampiran 9
Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
182
Lampiran 10 Data Tes Keterampilan Berpikir Formal Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
183
Lampiran 11 Hasil Validasi Anates Tes Hasil Belajar
184
Lampiran 12 Hasil Hasil Analisis Data SPSS
192
Lampiran 13 Lembar Kerja Siswa
209
Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian
216
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang
undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional menyatakan bahwa, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.
Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan,
dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Pada
hakikatnya, pendidikan berlangsung pada suatu sistem pendidikan, yang
didalamnya terdapat komponen masukan, proses, dan hasil. Keberhasilan
pendidikan ditentukan oleh sistem dan pelaksanaannya. Sistem akan beroperasi
secara optimal apabila komponen pelaksana memanfaatkan semua komponen
yang ada secara optimal.
Pendidikan di Indonesia semakin hari kualitasnya semakin rendah. Faktor
penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kualitas
secara fisik, rendahnya kompetensi guru, dan mahalnya biaya pendidikan. Selain
itu, prestasi siswa merupakan indikator kualitas pendidikan di Indonesia juga
masih berkategori rendah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data survei TIMSS
(Trend In Mathematics dan Science Study), prestasi sains Indonesia pada tahun
2007 berada di peringkat 35 dari 49 negara dan pada tahun 2011 berada di
peringkat 40 dari 45 negara. (Marthin, 2012: 44).
Selain itu OECD (2013:5) mempublikasikan hasil PISA (Programme for
International Student Assessment) 2012 bahwa dalam bidang sains, Indonesia
menduduki peringkat 64 dari 65 negara. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi
sains siswa di Indonesia masih sangat rendah dan semakin menurun dari tahun ke
tahun dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.
Pada dasarnya sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam
rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif
dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam
sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan
matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
percaya diri. Namun fakta yang ditemukan di lapangan adalah pelajaran sains
yang tidak disukai siswa adalah fisika.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMA Swasta Katolik Seminari
Menengah Pematangsiantar, ditemukan beberapa permasalahan antara lain siswa
kurang menyukai pelajaran fisika karena dianggap sulit dan tidak menyenangkan.
Pada dasarnya, sikap dan keterampilan berpikir formal siswa dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Sikap positif dan keterampilan berpikir formal siswa yang
tinggi terutama pada mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal
yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa dan
keterampilan berpikir formal terhadap mata pelajaran, apalagi jika diiringi
kebencian kepada guru dan mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar
siswa tersebut.
Salah satu penyebab kurang tertariknya siswa pada pelajaran fisika adalah
pembelajaran yang digunakan guru. Model pembelajaran yang cenderung
digunakan guru adalah pembelajaran konvensional yang dilakukan dengan metode
ceramah dan presentasi. Dengan menerapkan pembelajaran ini, guru hanya
menyajikan materi melalui laptop kemudian dijelaskan kepada siswa tanpa ada
pembuktian secara praktek. Padahal, sekolah memiliki laboratorium namun siswa
tidak pernah melakukan praktikum sehingga mereka tidak dapat mengembangkan
ketrampilan mereka.
Pengetahuan konsep fisika yang diperoleh siswa selama pembelajaran
hanya secara teori, belum secara praktek. Artinya teori dan eksperimen belum
terintegrasi, dan pelaksanaan praktikum yang belum optimal. Hal ini diperkuat
dengan hasil observasi terhadap siswa kelas X SMA Swasta Katolik Seminari
Menengah Pematangsiantar bahwa mereka tidak pernah melakukan praktikum
dalam
pembelajaran,
dikarenakan
minimnya
pemanfaatan
media/bahan
praktikum. Siswa selalu berpikir pasif, hanya bersikap sebagai pendengar
sehingga sikap ilmiah mereka juga tidak muncul. Keaktifan siswa hanya terlihat
dalam mengerjakan soal-soal fisika saja. Hal ini membuat siswa kurang
termotivasi dan pembelajaran fisika kurang bermakna. Inilah yang membawa efek
negatif terhadap hasil belajar fisika siswa yaitu masih kurang memuaskan. Hanya
beberapa siswa yang memperoleh hasil yang cukup memuaskan, selebihnya siswa
harus melakukan remedial.
Pada hakikatnya, pembelajaran fisika lebih menekankan proses. Untuk itu,
percobaan merupakan bagian terpenting dalam fisika. Dalam pembelajaran fisika.
siswa berperan seolah-olah sebagai ilmuan. Siswa menggunakan metode ilmiah
untuk mencari jawaban terhadap suatu permasalahan yang sedang dipelajari.
Model pembelajaran menurut Joyce (1980 : 1) adalah pola atau rencana yang
sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum,
mengatur materi pembelajaran dan member petunjuk kepada pengajar dikelasnya.
Penggunaan model pembelajaran yang inovatif dapat membuat pembelajaran
fisika menjadi lebih menyenangkan dan bermakna. Salah satu model
pembelajaran yang inovatif adalah model pembelajaran scientific inquiry. Model
pembelajaran ini dapat digunakan untuk mengembangkan sikap ilmiah dan
meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Model
pembelajaran inkuiri tak hanya mengembangkan kemampuan intelektual teteapi
seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan
ketrampilan. (Gulo, 2002: 93).
Schwab (dalam Joyce, 1980: 10) mengemukakan bahwa Scientific Inquiry
designed to teach the research system of a discipline, but also expected to have
effects in the other domains, sociological methods may be taught in order to
increase social understanding and social problem solving (model pembelajarans
scientific inquiry dirancang untuk pembelajaran system penelitian dari suatu
displin, dan juga memiliki efek dalam domain lainnya, metode sosial dapat
diajarkan untuk meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan masalah sosial).
Dalam model pembelajaran scientific inquiry, siswa dibimbing oleh guru dalam
memahami konsep melalui serangkaian percobaan.
Dhakaa (2012: 81) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa belajar
konsep biologi pada siswa kelas IX melalui model scientific inquiry lebih efektif
dari pada pembelajaran konvensional. Ini berarti model pembelajaran scientific
inquiry memiliki implikasi yang sangat penting bagi pembelajaran di dalam kelas
sehari-hari dan juga kepentingan siswa. Model ini membuat proses pengajaran
menjadi efektif dan lebih menarik.
Siddiqui (2013: 77) juga berpendapat bahwa model pembelajaran scientific
inquiry diterapkan untuk menghadapi emosional yang tinggi, membuat
penyelidikan akademis, membantu semua tingkat kelas, memberikan teknik
penelitian, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan
tingkat penalaran, meningkatkan tingkat berpikir formal, mengembangkan tingkat
pemahaman, menerapkan penyelidikan perilaku manusia dan meningkatkan
tingkat interaksi.
Model pembelajaran inkuiri bertujuan untuk menolong peserta didik dalam
mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan serta
mengajak peserta didik untuk aktif dalam memecahkan satu masalah. Penggunaan
model pembelajaran inkuiri dalam proses pembelajaran dapat mendorong peserta
didik untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat objektif, jujur,
dan terbuka, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar
sendiri dan dapat mengembangkan bakat dan kecakapannya individunya.
Melalui model pembelajaran scientific inquiry, siswa dihadapkan pada
suatu kegiatan ilmiah (eksperimen). Siswa dilatih agar terampil dalam
memperoleh dan mengolah informasi melalui aktifitas berpikir dan mengikuti
prosedur (metode) ilmiah, seperti terampil melakukan pengamatan, pengukuran,
pengklasifikasian, penarikan kesimpulan, dan pengkomunikasian hasil temuan.
Mereka diarahkan untuk mengembangkan keterampilan proses sains yang
dimilikinya dalam memproses dan menemukan sendiri pengetahuan tersebut.
Marwoto (2009: 46) menyatakan bahwa pembelajaran sains dengan
keterampilan proses penting sekali untuk diterapkan karena melibatkan siswa
untuk aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan tuntutan
kurikulum yang dikembangkan. Implementasi LKS inkuiri membantu siswa
dalam mempelajari konsep dan memberikan kesempatan pada siswa untuk
berlaku seperti ilmuan sehingga memberikan pengalaman yang lebih mendalam
tentang konsep sains fisika.
Triwiyono (2011: 82) juga menyimpulkan pada hasil penelitiannya bahwa
pembelajaran dengan eksperimen terbimbing dapat memperbaiki kualitas
pembelajaran fisika pada topik getaran, gelombang, dan bunyi. Pembelajaran
eksperimen terbimbing lebih efektif meningkatkan keterampilan berpikir formal
siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang : “Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry dan
Keterampilan Berpikir Formal Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X
SMA”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah
yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut :
1.
Siswa kurang tertarik pada pelajaran fisika.
2.
Model
pembelajaran
yang
digunakan
guru
yaitu
pembelajaran
konvensional yang terdiri dari metode ceramah dan presentasi.
3.
Hasil belajar fisika siswa masih kurang memuaskan.
4.
Belum terintegrasinya teori dan eksperimen.
5.
Pelaksanaan praktikum belum optimal
6.
Pemanfaatan media ajar dan bahan praktikum yang masih minimum.
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan
mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka perlu
adanya pembatasan masalah sebagai berikut :
1.
Model pembelajaran scientific inquiry belum diterapkan di SMA Swasta
Katolik Seminari Menengah Pematangsiantar.
2.
Pembelajaran belum mempertimbangkan perbedaan keterampilan berpikir
formal terhadap hasil belajar siswa.
3.
Pembelajaran belum melihat adanya interaksi antara model pembelajaran
scientific inquiry dengan keterampilan berpikir formal siswa.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1.
Apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
scientific
inquiry
lebih
baik
dibandingkan
model
pembelajaran
Konvensional ?
2.
Apakah hasil belajar siswa yang memiliki keterampilan berpikir formal
tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki keterampilan
berpikir formal yang lebih rendah ?
3.
Apakah ada interaksi model pembelajaran scientific inquiry dan
keterampilan berpikir formal dalam meningkatkan hasil belajar siswa ?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian adalah :
1.
Untuk menganalisis hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran
scientific
inquiry
lebih
baik
dibandingkan
model
pembelajaran langsung.
2.
Untuk menganalisis hasil belajar siswa yang memiliki keterampilan
berpikir formal tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki
keterampilan berpikir formal rendah.
3.
Untuk menganalisis interaksi model pembelajaran scientific inquiry dan
keterampilan berpikir formal dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat bermanfaat :
1.
Bagi siswa
a. Meningkatkan minat belajar siswa pada pelajaran fisika.
b. Meningkatkan keterampilan berpikir formal siswa.
c. Meningkatkan hasil belajar siswa.
2.
Bagi Guru
a. Menambah wawasan guru tentang model pembelajaran yang inovatif
b. Mengembangkan ketrampilan guru dalam penggunaaan model
pembelajaran.
3.
Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan refrensi dan masukan bagi peneliti selanjutnya.
1.7 Definisi Operasional
1. Model pembelajaran scientific inquiry adalah model pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam kegiatan ilmiah atau penemuan jawaban dari suatu
masalah. Fase-fase dalam model ini adalah penyajian masalah kepada
siswa; siswa merumuskan masalah; siswa mengidentifikasi masalah; dan
siswa menemukan cara untuk mengatasi kesulitan tersebut. (Joyce & Weil,
2003: 188)
2. Keterampilan berpikir formal mendefinisikan sebagai keterampilan
berpikir benar dalam mencapai kebenaran, dapat membedakan kenyataan
yang diterima dan harapan yang diinginkan. Keterampilan berpikir formal
mengidentifikasi linear operasi logis yaitu : penalaran proporsional,
pengontrolan variabel, penalaran probalistik, penalaran korelasional dan
penalaran kombinatorial. (Tobin dan Capie, 1984 :5)
3. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi akibat pembelajaran.
Hasil belajar terdiri dari tida ranah yaitu : kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Ranah kognitif meliputi : mengingat (C1), memahami (C2),
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan
mencipta (C6). Ranah afektif meliputi : jujur, tanggung jawab, kerjasama,
dan menyampaikan pendapat. Ranah psikomotorik meliputi : mengamati,
menginterpretasi, merumuskan masalah, membuat hipotesis, melaksanakan
percobaan, dan mengkomunikasikan data. (Anderson & David, 2010: 6)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan :
1. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran scientific
inquiry lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran konvensional.
2. Hasil belajar siswa dengan keterampilan berpikir formal tinggi lebih baik
dibandingkan hasil belajar siswa dengan keterampilan berpikir formal
rendah.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran scientific inquiry dan
keterampilan berpikir formal dalam mempengaruhi hasil belajar siswa.
Interaksinya adalah model pembelajaran scientific inquiry tidak baik
diterapkan pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir formal rendah.
Model pembelajaran ini lebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki
keterampilan berpikir formal tinggi.
1.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memiliki beberapa saran dalam
menerapkan model pembelajaran scientific inquiry sebagai berikut :
1. Dalam menerapkan model pembelajaran scientific inquiry, guru sebaiknya
memperhitungkan alokasi waktu yang digunakan terutama dalam
melakukan eksperimen dan menyelesaikan lembar kerja siswa (LKS).
2. Model pembelajaran scientific inquiry mendorong siswa lebih aktif, maka
sebaiknya guru maupun peneliti selanjutnya perlu memperhatikan ruang
kelas yang digunakan agar pergerakan siswa tidak terbatas.
3. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam pengamatan afektif dan
psikomotorik siswa sebaiknya menggunakan observer.
4. Untuk meningkatkan efektifitas penggunaan waktu dalam membelajarkan
materi,
maka
guru
maupun
peneliti
selanjutnya
hendaknya
memberitahukan siswa materi yang akan diajarkan untuk pertemuan
berikutnya pada setiap akhir pelajaran sehingga siswa dapat mempelajari
materi tersebut terlebih dahulu di rumah.
5. Dalam melanjutkan penelitian ini, peneliti selanjutnya hendaknya
menjelaskan fase-fase model pembelajaran scientifif inquiry kepada siswa
pada pertemuan awal agar tidak membingungkan siswa pada saat model
tersebut diterapkan.
6. Bagi guru dan peneliti selanjutnya hendaknya menerapkan model
pembelajaran scientific inquiry pada siswa yang memiliki keterampilan
berpikir formal tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson & David. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran,
dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo.
Astra, I Made. 2008. Fisika Untuk SMA/ MA Kelas X. Jakarta: Piranti.
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Bandung: PT. Gelora Aksara
Pratama.
Demirbag & Gunel. 2014. Integrating Argument-Based Science Inquiry with
Modal Representations, Impact on Science Achievement,
Argumentation, and Writing Skills. Educational Sciences: Theory &
Practice, 14 (1), 121-135
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya
Dhakaa, Amita. 2012. Biological Science Inquiry Model And Biology Teaching.
Bookman International Journal of Accounts, Economics & Business
Management, 1(2), 11 -24
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ergul, Remziye. 2011. The Effects of Inquiry-based Science Teaching on
elementary School Students’ Science process Skills and Science
Attitudes. Bulgarian Journal of Science and Education Policy
(BJSEP), 5(1), 141 -152
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Handayani, Sri, Ari Damari. 2009. Fisika Untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta:
Depdiknas.
Hussain, Azeem, & Shakoor. 2001. Physics Teaching Methods: Scientific Inquiry
Vs Traditional Lecture. International Journal of Humanities and
social Science. 1(19), 18-27
Joyce, Bruce & Marsha Weil. 2009. Model of Teaching (edisi kedelapan).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marthin, O. Michael, Ina, Pierre, Gabrielle. 2012. TIMSS 2011 International
Results in Science. USA: Boston College.
Marwoto, Y. Subagyo, Wiyanto. 2009. Pembelajaran dengan Pendekatan
Ketrampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep
Suhu dan Pemuaian. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 5(1), 42-46.
Mosik. 2010. Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif Dalam Pembelajaran
Fisika Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Smp
Kelas VII, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1), 89-96.
Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
National Institutes of Health. 2005. Doing Science: The Process of Scientific
Inquiry. Colorado Springs: BSCS.
Njoroge. 2014. Effects of Inquiry-based teaching approach on Secondary School
Students’achievement and motivation in physics in Nyeri Country.
Kenya. International Journal of Academic Reseacrh in Education and
Review. 2(1). 1-16.
OECD. 2013. PISA 2012 Result In Focus.
Poedjiadi, Anna. 2005. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya
Praptiwi, Sarwi, L. Handayani. 2012. Efectivitas Model Pembelajaran eksperimen
Inkuiri Terbimbing Berbantuan My Own Dictionary untuk
meningkatkan Penguasaan Konsep untuk Unjuk Kerja Siswa SMP
RSBI. Unnes Science Education Journal, 1(2), 117-129
Sadirman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sani, Ridwan. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: UNIMED
Press
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Santrock. J. W. 2003. Adolescence. Perkembangan Remaja. Jakarta. Erlangga.
Sarwi. 2010. Pengembangan Ketrampilan Kerja Ilmiah Mahasiswa Calon Guru
Fisika Melalui Eksperimen Gelombang Open-Inquiry. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, 6(1), 115-122.
Slavin, Robert. E. 1994. Educational Psychologi Theory. Massachusetts. Allyn
and Bacon Publisher.
Siddqui. 2013. Biological Science Inquiry Model: A Process of Study. Paripex –
Indian Journal Of Research. 2(2), 117-129
Sudjana, M.A. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: AlfaBeta.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta:
Kencana.
Triwiyono.
2011. Program Pembelajaran Fisika Menggunakan Metode
Eksperimen Terbimbing Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berpikir
Kritis. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7(1), 80-83.
Wenning, Carl. 2011. Eksperimental Inquiry in Introductory Physics courses.
Journal Of Physics Teacher Education Online, 2(1), 11-24.
Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Zaelani, A. 2006. 1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Fisika. Bandung:
Yrama Widya.
Tobin, K. G., & Capie, W. 1982. Relationship Between Formal Reasoning
Ability, Loans of Control, Academic Engagement and Integrated
Process Skills Achiement. Journal of Research in Science Teaching,
19(2), 13-121