EFEK MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP.

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN

MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR

Diajukan dan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

EFEK MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC INQUIRY

MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR

FISIKA SISWA SMP

TESIS

Diajukan dan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

KASDEN SILALAHI

NIM. 8146176007

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2016

SCIENTIFIC INQUIRY DAN

MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR


(2)

(3)

(4)

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya,sehingga Peneliti dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini, yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMP”. Dengan segala keterbatasannya.

Dalam penyusunan Tesis ini, Penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menentukan judul, penyusunan proposal hingga menjadi sebuah Tesis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Tesis ini, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, sebagai Rektor Universitas Negeri

Medan.

2. Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, sebagai Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

3. Dr. Rahmatsyah, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

4. Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si, sebagai Pembimbing I. 5. Dr. Karya Sinulingga, M.Si, sebagai Pembimbing II.

6. Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.Si, sebagai Narasumber dan Penguji I.

7. Prof. Dr. Sahyar, M.Si, M.M, sebagai Narasumber dan Penguji II. 8. Dr. H. Ridwan Abdullah Sani, M.Si, sebagai Narasumber dan Penguji III.

9. Ariffuddin, S.Pd sebagai Kepala Sekolah SMP Negeri 6 Medan.

Ucapan terima kasih yang teristimewa Penulis ucapkan kepada kedua orang tua Ayahanda Alm. Asal Silalahi dan Ibunda Kornelia Simanjorang. Secara khusus buat Istri tercinta Esteria Sinaga S.Pd dan kedua Anak saya yang saya sayangi Andri Marwan Tua Silalahi dan Rini Oktavia Silalahi yang tak pernah berhenti memberikan doa, semangat, kasih sayang dan dukungan yang besar


(6)

iv

sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Negeri Medan hingga selesainya Tesis ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ananda Yusuf Ardi yang telah membantu penulis mulai dari proses penelitian sampai terselesainya Tesis ini, serta seluruh keluarga yang telah mengiringi langkah Penulis dengan kekuatan doa dan ketulusan cinta kasih.

Akhirnya terima kasih Penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman dikelas Pendidikan Fisika Dik B 2014 para Magister Narto, Yosua, Rika, Sari Wahyuni, Sartika Sari Rambe, Tetty, dll yang tak tersebut satu persatu.

Secara khusus buat M. Reza Dodi dan Hiba yang memberikan Masukan- Masukan dalam penyelesaian Tesis ini, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tesis ini tepat pada waktunya.

Penulis juga menyadari bahwa Tesis ini masih perlu disempurnakan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan Tesis ini. Semoga Tesis ini dapat memberikan manfaat bagi Pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan Terima kasih.

Medan, A 6 Penel


(7)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 12

1.3 Batasan Masalah 12

1.4 Rumusan Masalah 13

1.5 TujuanPenelitian 13

1.6 ManfaatPenelitian 14

1.7 Defenisi Operasional 15

BAB II KERANGKA TEORITIS 17

2.1 Kerangka Teoritis 17

2.1.1. Model Pembelajaran 17 2.1.2. Model Pembelajaran Scientific Inquiry 19 2.1.3. Hakikat Model Pembelajaran Scientific Inquiry 23 2.1.4. Karakteristik Model Pembelajaran Scientific

Inquiry 24

2.1.5.Teori Belajar yang Melandasi Model

Pembelajaran Scientific Inquiry 30 2.1.5.1 Teori Belajar Piaget 31 2.1.5.2 Teori Belajar Bruner 32

2.1.5.3 Teori Belajar Vygotsky 32

2.1.6. Hasil Belajar 33

2.1.7. Pengertian Motivasi 37 2.1.8. Ciri-Ciri Motivasi 39


(8)

vi

2.1.9. Macam-Macam Motivasi 41 2.1.10. Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah 42 2.1.11. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar 43 2.1.12. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran 44 2.1.13. Model Pembelajaran Konvensional Ceramah 45

2.2 Penelitian yang Relevan 46

2.3. Kerangka Konseptual 51

2.3.1. Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Scientific Inquiry Lebih Baik Dibandingkan Dengan Model Pembelajaran

Langsung 51

2.3.2. Perbedaan Pengaruh hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan kelompok siswa dengan motivasi

belajar rendah 52

2.3.3. Ada Intraksi antara model pembelajaran Scientific Inquiry dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar

Siswa 54

2.4. Hipotesis 55

BAB III METODE PENELITIAN 57

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 57

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 57

3.2.1. Populasi Penelitian 57

3.2.2. Sampel Penelitian 57

3.3. Variabel Penelitian 57

3.4 Jenis dan Desain Penelitian 58

3.5 Prosedur Penelitian 60

3.6. Instrumen Penelitian 63

3.6.1.Instrumen Motivasi Belajar 63

3.6.2.Tes Hasil Belajar Fisika 65


(9)

vii

3.7.1 Validitas Tes 66

3.7.2 Analisis Validitas Butir Soal 67

3.7.3 Reliabilitas Tes 68

3.7.4 Indeks Kesukaran 69

3.7.5 Daya Pembeda 70

3.8 Teknik Analisis Data 71

BAB IVHASIL PENELITIAN 75

4.1 Hasil Penelitian 75

4.1.1. Deskripsi Data 75

4.1.2. Analisis Data Tes Awal Pretes 75

4.1.2.1. Uji Normalitas 77

4.1.2.2. Uji Homogenitas 78

4.1.3 Analisis Data Motivasi Belajar Siswa 79 4.1.4. Analisis Data Keterampilan Proses Sains Kelas

Eksperimen 81

4.1.5. Analisis Data Tes Akhir Postes 86

4.1.6. Analisis Butir Soal 90

4.1.6.1. Butir Soal Pada Model Pembelajaran 90 4.1.6.2. Butir Soal Pada Motivasi 92 4.1.6.3. Butir Soal Pada Model Pembelajaran Terhadap

Model 93

4.1.7. Uji Hipotesis .94

4.2. Pembahasan 99

4.2.1. Hasil Belajar Fisika dapat menggunalan model Pembelajaran Scientificc Inquiry Dibandingkan Dengan Model Pembelajaran Konvensional 99 4.2.2.Hasil Belajar Fisika Siswa kelompok Siswa yang

mempunyai Motivasi Diatas Rata-rata Lebih Baik dibandingkan dengan Kelompok Siswa yang


(10)

viii

4.2.3. Intraksi antara Model Pembelajaran dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 109

5.1. Kesimpulan 109

5.2. Saran 110

DAFTAR PUSTAKA 111


(11)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penerapan Model Scientific Inquiry ……….21

Tabel 2.2. Sintaks Model Pembelajaran Scientific Inquiry 25 Tabel 2.3 Penelitian yang Relevan 46 Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 58 Tabel 3.2. Desain Penelitian A N A V A 2 X 2 59

Tabel 3.3. Spesifikasi Angket Motivasi 64

Tabel 3.4. Tebel Spesifikasi Materi Pokok L Getaran dan Gelombang 65

Tabel 3.5. Kriteria Koefisien Validitas 68

Tabel 3.6. Derajat Reliabilitas 69

Tabel 3.7. Kriteria Interprestasi Indeks Kesukaran 70

Tabel 3.8. Kriteria Interprestasi Daya Pembeda 71

Tabel 4.1 Ringkasan Data Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen 76

Tabel 4.2. Uji Normalitas Kolmogorof- Smirnov Pretes 77

Tabel 4.3. Uji Homogenitas Data Pretes 78

Tabel 4.4. Uji –t Hasil Belajar 79

Tabel 4.5. Hasil Tes Motivasi Belajar siswa 80

Tabel 4.6. Deskriptor Keterampilan Proses sains 82

Tabel 4.7. Hasil Pengamatan KPS siswa Kelas Eksperimen 85

Tabel 4.8. Hasil Pengamatan KPS Kelas Eksperimen Terhadap Motivasi 85

Tabel 4.9. Ringkasan data Postes Hasil Belajar Model Pembelajaran 86

Tabel 4.10. Uji Normalitas Kolmogorof Smirnof 87

Tabel 4.11. Ringkasan data Postes Hasil Belajar Kelompok Motivasi 88

Tabel 4.12. Data Postes Hasil Belajar Model Pembelajaran-Motivasi 89

Tabel 4.13. Data Disain Faktorial Model Pembelajaran Terhadap Kelompok Motivasi 90

Tabel 4.14. Analisis Butir Soal Pada Model Pembelajaran 91

Tabel 4.15. Analisis Butir Soal Pada Motivasi Belajar 92

Tabel 4.16. Analisis Butir Soal Pada Model-Motivasi Belajar 93

Tabel 4.17. Jumlah Siswa Model Pembelajaran Terhadap Motivasi 94

Tabel 4.18. Uji Homogenitas Dari Varians 95

Tabel 4.19. Output perhitungan ANAVA Dua Jalur 95


(12)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Efek model pembelajaran scientific inquiry 27

Gambar 3.1. Alur Pelaksanaan Penelitian 62

Gambar 4.1. Rata-rata Pretes Kelas 76 Gambar 4.2. Hasil Postes Kelas Konvensional Dan Scientific Inquiry 87 Gambar 4.3. Hasil Postes Kelas Model Terhadap Motivasi 90 Gambar 4.4. Analisis Butir Soal Pada Model Pembelajaran 91 Gambar 4.5. Analisis Butir Soal Pada Motivasi Belajar 92 Gambar 4.6. Analisis Butir Soal Pada Model Motivasi Belajar 94 Gambar 4.7. Hasil Pretes Dan Postes Kelas 96 Gambar 4.8. Interaksi Model Pembelajaran Dan Motivasi 97


(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 115

Lampiran 2. Bahan Ajar Pertemuan Ke 1 125

Lampiran 3. Lembar Kerja siswa (LKS) Pertemuan 1 129 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 133

Lampiran 5. Bahan Ajar Pertemuan Ke 2 143

Lampiran 6. Lembar Kerja siswa (LKS) Pertemuan 2 148 Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 152

Lampiran 8. Bahan Ajar Pertemuan Ke 3 162

Lampiran 9. Lembar Kerja siswa (LKS) Pertemuan 3 164 Lampiran 10. Instrumen Tes Hasil Belajar 168 Lampiran 11. Angket Motivasi Belajar Siswa 172 Lampiran 12. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar 175 Lampiran 13. Validitas soal Uji Coba Instrumen 187 Lampiran 14. Data Motivasi, Hasil Belajar Pretes dan Postes 191 Lampiran 15. Data Hasil Belajar Kelas Motivasi Tinggi dan Rendah 193 Lampiran 16. Data Hasil Belajar Kelas Kontrol Motivasi

Tinggi dan Rendah 195 Lampiran 17. Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Motivasi

Tinggi dan Rendah 196 Lampiran 18. Rekap Observasi Aktivitas KPS 197 Lampiran 19. Tabulasi Nilai Hasil Belajar KPS 199 Lampiran20. Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 204 Lampiran 21. Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 206 Lampiran 22. Tabulasi Hasil Tes Motivasi Belajar Siswa 208 Lampiran 23. Uji Analistis Statistik Menggunakan SPSS 21 213 Lampiran 24. Dokumentasi Penelitian 220


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah

Kecenderungan pendidikan pembelajaran di Indonesia secara umum dalam kurikulum dan model pembelajaran adalah masih dominan pembelajaran konvensional dan kurang variasinya model pembelajaran yang diterapkan oleh guru sehingga hanya terjadi komunikasi satu arah dan ilmu di transfer secara cepat dari guru kepada siswa secara rill. Hal inilah yang membuat daya serap siswa lemah karena hanya mendengarkan dari guru, Sehingga diperlukan perubahan paradigma pembelajaran dari yang berpusat pada guru ke yang berpusat pada siswa.Hal ini dapat membuat siswa lebih proaktif untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajar dan interaksi dengan lingkungan. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat suatu proses yang menjadi inti kegiatan belajar disebut dengan pembelajaran yang menitikberatkan pada keterlibatan siswa dalam mempelajari sesuatu, tak terkecuali dalam mata pelajaran fisika. Belajar fisika adalah suatu proses psikologis berupa tindakan/upaya seseorang untuk merekonstruksi memahami suatu gejala alam. Tindakan/upaya yang dimaksudkan adalah pengalaman belajar fisika berupa reaksi orang yang belajar terhadap materi fisika sebagai bahan ajar.

Pada hakekatnya pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang mencakup kegiatan mendidik, mengajar dan melatih. Dalam serangkaian proses pembelajaran di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling penting. Menurut Wena (2009 : 8) pembelajaran yang selama ini adalah


(15)

2

kurang inovatif, pembelajaran banyak berpusat kepada guru sehingga kurang mengembangkan potensi yang ada di dalam diri siswa.

Belajar fisika pada dasarnya, suatu proses yang diarahkan pada suatu gejala alam yang terjadi. Mata pelajaran fisika pada sekolah diajarkan untuk membekali peserta didikpengetahuan, pemahaman, konsep dan sejumlah kemampuan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Bagi siswa pembelajaran fisika sering membosankan sehingga pelajaran cenderung diabaikan oleh siswa dalam proses belajarnya karena pelajaran yang berlangsung di sekolah ternyata masih sangat teoritis dan kurang menerapkan model pembelajaran yang sudah banyak dikembangkan oleh para ahli sampai saat ini dan proses belajar cenderung sepihak. Seringnya sikap guru yang memberikan pembelajaran fisika dengan konvensional seperti ekspositori, mengajak siswa untuk membaca bahan ajar, menghafal mengakibatkan siswa cenderung merasa bosan, jengkel, dan tidak adanya kemauan dalam benak siswa untuk mendalaminya. Dalam suatu proses belajar mengajar guru berperan sebagai motivator dan fasilitator. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamiskan potensi siswa, aktivitas, kreativitas sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar dan memberikan fasilitas atau memudahkan dalam proses belajar mengajar.

Pada dasarnya sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau pri nsip-prinsip saja


(16)

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. isika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap percaya diri. amun fakta yang ditemukan dilapangan adalah pelajaran sains yang tidak disukai siswa adalah fisika.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada salah satu guru fisika di SMP egeri Medan, menyatakan dalam proses pembelajaran sehari-harinya masih ada guru yang menggunakan metode ceramah, tannya jawab, penugasan, juga model pembelajaran ekspositori sehingga siswa cendrung hannya mengerjakan soal-soal dan menghapalan rumus dan kurang mampu menggunakan konsep yang dikandung dalam rumus, minimnya media pembelajaran dan jarang menggunakan Laboratorium karena alat dan bahan yang tidak lengkap. Hal ini senada dengan observasi awal terhadap fasilitas Laboratorium yang dilakukan peneliti dan untuk hasil belajar siswa kelas III di sekolah tersebut. Dapat dikategorikan rendah mayoritas siswa yang sulit melampaui nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sehingga untuk menuntaskan nilai lulus minimal KKM ini, guru harus mengadakan remedial kepada siswa tersebut. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Medan berjumlah 2 siswa dengan penyebaran angket di dapatkan bahwa guru hannya melakukan pembelajaran langsung dengan persentase nilai


(17)

9 , 8%), latihan soal ( ,1 %), praktikum (0%), Tanya jawab (kuis) ( , 2%). Berdasarkan data yang dapat dilihat bawasannya siswa jarang melakukan praktikum dapat dikatakan tidak perna dilakukan oleh guru karena fasilitas laboratorium yang tidak lengkap.

Proses pemebelajaran yang berpusat pada guru yang kemudian menghambat ketrampilan proses sains siswa, karena siswa tidak difasitasi dalam mengembangkan ketrampilannya dalam proses sains, pada hakekatnya IPA dibagun atas dasar produk , proses dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, produk dan prosedur, maka dari itu untuk membangun hakikat IPA tersebut diperlukan ketrampilan proses sains siswa.

Ketrampilan proses sains penting dimiliki setiap individu sebab ketrampilan tersebut digunakan dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan kemampuan ilmiah, kualitas dan standar hidup. Ketrampilan proses sains juga turut mempengaruhi kehidupan pribadi, sosial, dan individu dalam dunia global. Ketrampilan proses sains berfungsi sebagai kompetensi yang efektif untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi, pemecahan masalah, pengembangamn individu dan sosial. Hilman (201 ).

Rendahnya ketrampilan proses sains siswa dapat dilihat dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan memberikan soal-soal yang indicator komponen ketrampilan proses sains meliputi dalam soal tersebut, maka diperoleh data. Dari data percobaan untuk tes pendahuluan untuk melihat hasil ketrampilan siswa pada SMP Medan dari 2 siswa yang telah diuji coba, diperoleh bahwa untuk indicator paling tinggi terdapat 2 % yang


(18)

menjawab betul, disusul oleh hipotesis terhadap suatu percobaan sebanyak 19%, kemudian mengklasifikasikan suatu data terdapat 1 %, dalam menerapkan konsep ketrampilan sains dalam kehidupan sehari-hari adalah 11%, untuk proses mengamati, merancang percobaan, meramalkan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan sangat rendah yaitu berada dibawah % bahkan ada yang 0%. ntuk hasil belajar dari keseluruhan siswa dari nilai kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diberikan oleh guru bidang studi sebesar %, maka dari hasil observasi diperoleh untuk nilai KKM-nya sangat rendah yaitu 9%. Ini dapat dilihat dari data observasi siswa bahwa cukup memuaskan adalah ,22% (nilai antara 0- 0), 8, 8% untuk kriteria kurang memuaskan (nilai 0- 0), tidak memuaskan adalah 8, 8 % (nilai 20-10). Dari data tersebut tidak ada seorang siswa yang biasa mencapai KKM yang telah diterapkan oleh sekolah. Rendahnya ketrampilan proses sains siswa disebabkan bahwa tidak tertariknya siswa kepada pelajaran materi fisika dan kurangnya motivasi yang diberikan guru kepada siswa.

Berdasarkan uraian hasil observasi maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa pada awal, proses dan evaluasi pembelajaran sangat kurang. Keterlibatan siswa dalam memecahkan m,asalah akan lebih mudah di hadapi jika siswa diberikan motivasi. Dalam proses belajar mengajar , motivasi merupakan salah satu factor yang di duga besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Siswa yang motivasinya tinggi diduga akan memperoleh hasil belajar yang baik. Pentingnya motivasi belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi perubahan belajar kea rah yang lebih positif. Tella, A (200 ) “ The Impact of


(19)

Motivation on Student’s Academic Achievement and Learning utcomes in School Students in igeria “ menyatakan siswa yang memiliki motivasi tinggi dan rendah akan memiliki prestasi belajar yang berbeda pula. Siswa yang dimotivasi cendrung memiliki prestasi yang berbeda pula. Siwa yang dimotivasi cendrung memiliki prestasi belajar yang lebih baik. Levy (2008) dalam Australian Journal of Teacher ducation yang berjudul menyatakan bahwa kurangnya keterlibnatan siswa dalam belajar karena kurangnya motivasi di dalam diri siswa, motivasi harus dimiliki siswa karena motivasi merupakan kebutuhan, keinginan dan paksaan untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran, hal yang sama juga disimpulkan Peklaj, at. al., (2010) penelitian menunjukkan bahwa motivasi intrinsic berhubungan positif dengan prestasi belajar siswa. Penelitian Rafigah, at. al., (201 ) menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa dengan diberikannya motivasi terhadap siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memperbaiki hasil belajar fisika siswa khususnya pada ketrampilan proses sains siswa yang rendah serta meningkatkan motivasi seharusnya guru memilih model pembelajaran yang sesuai dan untuk mengatasi hal tersebut salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah menggunakan model pembelajaran yang tepat sasaran ketika menyampaikan materi pembelajaran. Belajar harus sesuatu yang menyenangkan, simple, fun dan efektif bagi diri siswa. Dengan demikian hasil belajar siswa akan meningkat , dan akan semakin memberikan konstribusi yang besar baik kegiatan proses belajar-mengajar.


(20)

. Dalam menerima informasi, ada kemungkinan siswa lebih cendrung menghafalkan informasi yang didapat tanpa mencoba mengaitkan dengan konsep yang pernah dimiliki sebelumnya (Dahar, 1991 : 9 ). Kurang terlatihnya kemampuan pemecahan masalah akan membuat siswa merasa kesulitan untuk memahami konsep fisika. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hasil belajar siswa.

Rendahnya pemahaman berpikir kritis siswa dan ketrampilan proses sains teresebut justru hal yang wajar dimana fakta di lapangan menunjukkan proses pembelajaran yang terjadi masih konvensional. Siswa lebih sering hannya diberi rumus-rumus yang siap pakai tanpa memahami makna dari rumus-rumus tersebut.Siswa sudah terbiasa menjawab pertanyaan dengan prosedur rutin, sehingga ketika diberikan masalah yang sedikit berbeda maka siswa langsung kebingungan. Seharusnya pembelajaran fisika yang baik adalah pembelajaran pembelajaran yang dilandaskan pada prinsip ketrampilan proses sains, dimana siswa didik untuk menemukan dan mengembang sendiri fakta. Menurut Arends (2008)”it is strange we expect students to learn yet seldom teach then about learning, expect students seldom teach abaut problem solving”, Yang berarti dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tetapi jarang mengarahkan bagaimana siswa seharusnya menyelasaikan masalah.Salah satu strategi untuk mendeskripsikan praktik pengelolaan belajar yang menggantikan pola konvensional dikembangkan pengelolaan pembelajaran inquiry Scientific.


(21)

Menurut Masaaki (2012), yang mengamati perilaku para siswa akhir-akhir ini yang cendrung tertutup dan kurang percaya diri, antara lain mudah putus asa untuk belajar, tidak dapat menyimak pendapat orang lain, kurang pandai berkomunikasi dengan pihak lain, tidak acuh pada orang lain, tidak suka meniru orang lain, mudah marah, tidak ada ekspresi di raut muka, merasa rendah diri dan sebagainya. Hal ini menunjukkan adannya kebosanan siswa belajar fisika. Guru hendaknya kreatif memulai pembelajaran, dan untuk melakukan kreatifitas tersebut guru tidak Harus mengubah segala cara yang telah dilakukan selama ini dan memulai cara yang baru dari nol. Dan pada proses , pembelajaran konvensional yang diprakarsai guru, melibatkan semua siswa agak sulit, maka untuk memperbaiki kondisis tersebut, perlu adannya dialog dan kolaborasi. Guru dapat memulai kreativitas pembelajaran dengan menerapkan (tiga) kegiatan yang kurang mendapatkan perhatian selama ini dalam kegiatan pembelajaran, untuk menyelesaikan masalah yaitu : 1)Menerapkan kegiatan berpikir untuk menyelasaikan masalahdengan menggunakan media bahan atau benda, 2) Menerapkan kegiatan kolaborasi dengan pihak lain (secara berpasangan atau kelompok kecil, ) Menerapkan kegiatan ungkapan dan berbagi (expression and sharing), dimana setiap pendapat yang disampaikan oleh siswa harus dihargai semua warga di ruang kelas tersebut.

Pada hakekatnya, pembelajaran fisika lebih menekankan proses. ntuk itu, percobaan merupakan bagian terpenting dalam fisika. Dalam pembelajaran fisika, siswa berperan seolah-olah sebagai ilmuan. Siswa menggunakan metode Ilmiah untuk mencari jawaban terhadap suatu permasalahan yang sedang


(22)

dipelajari. Model pembelajaran menurut Joyce (1980 : 1 ) adalah pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyususn kurikulum, mengatur materi pembelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Penggunaan model pembelajaran yang inovatif adalah model pembelajaran scientific inquiry. Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk mengembangkan sikap ilmiah dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Schwab (dalam Joyce, 1980 : 10) mengemukakan bahwa Scientific Inquiry designed to teach the research system of a discipline, but also expected to have effects in the understanding and social problem solving (model pembelajaran Scientific inquiry dirancang untuk pembelajaran system penelitian dari suatu disiplin, dan juga memiliki efek dalam domain lainya., metode sosial dapat diajarkan untuk meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan masalah social). Dalam model pembelajaran Scientific inquiry, siswa dibimbing oleh guru dalam memahami konsep melalui serangkain percobaan.

Sidiquide (20: : ) juga berpendapat bahwa model pembelajaran

scientific inquiry diterapkan untuk menghadapi emosional yang tinggi, membuat penyelidikan akademis, membantu semua tingkat kelas, memberikan teknik penelitian, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan tingkat penalaran, meningkatkan tingkat berpikir kritis, formal, mengembangkan tingkat pemahaman, menerapkan penyelidikan perilakun manusia dan meningkatkan tingkat interaksi.


(23)

10

Melalui model pembelajaran Scientific inquiry, siswa diharapakan pada suatu kegiatan ilmiah (eksperimen). Siswa dilatih agar trampil dalam memperoleh dan mengolah informasi melalui aktifitas berpikir dan mengikuti prosedur (metode)ilmiah, seperti terampil melakukan pengamatan, pengukuran, pengklasifikasian, penarikan kesimpulan dan pengkomunikasian hasil temuan. Mereka diarahkan untuk mengembangkan ketrampilan proses sains yang dimilikinya dalam memproses dan menemukan sendiri pengetahuan tersebut.

Marwoto (2009: ) menyatakan bahwa pembelajaraqn sains dengan ketrampilan proses penting sekali untuk diterapkan karena melibatkan siswa untuk aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum yang dikembangkan. Implementasi LKS inkuiri membantu siswa dalam mempelajari konsep dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlaku seperti ilmuan sehingga memberikan pengalaman yang lebih mendalam tentang konsep sains fisika.

Triwiyono 92011 : 82) juga menyimpulkan pada hasil penelitiannya bahwa pembelajaran dengan eksperimen terbimbing dapat memperbaiki kualitas pembelajaran fisika pada topic getaran, geolmbang dan bunyi. Pembelajaran eksperimen terbimbing lebih efektif meningkatkan ketrampilan berpikir formal siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian Suriyani dkk, (20112) pada siswa kelas X SMA egeri 1 Tinoma Sulawesi Tengah menunjukkan ketrampilan proses sains siswa kelas eksperimen yang di ajarkan dengan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi secara signifikan dibanding kelas kontrol yang dibelajarkan dengan model


(24)

11

pembelajaran langsung. Penelitian lain Ambarsari dkk (2012) terhadap siswa kelas III SMP egeri Surakarta menunjukkan Model pembelajaran Inkuiri training berpengaruh positip terhadap ketrampilan proses sains siswa.

Menyikapi masalah di atas diperlukan model pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan melibatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang terkait dengan hal terebut adalah model pembelajaran Scientific Inquiry. Menurut Sanjayan (2008:1 1), Model pembelajaran inquiri merupakan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakkan. Proses berpikir ini dilakukan mengenai tanya jawab antara guru dengan siswa. Intisari dari pembelajaran inkuiri adalah memberi pembelajaran siswa untuk menangani permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata.Tuntutan yang tercantumdalam kurikulum pelajaran fisika yaitu pembelajaran dilaksanakan secara inkuiri ilmiah, yang diperlukan untuk berpartisispasi aktif dalam kegiatan belajar di kelas. Maka Model pembelajaran

inkuiry Scientific dijadikan salah satu model yang digunakan dalam pembelajaran fisika.Wirtha dan Rapi dalam jurnalnya mengatakan bahwa pembelajaran inkuiri memberikan pengaruh yang cukup baik terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan meodel pembelajaran Konvensional.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengajukan sebuah penelitian yang berjudul “Efek M del Pembela aran Scientificinquiry dan M t as terhada Has l Bela ar F s ka S s a SMP “ .


(25)

12

1. Ident f kas Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, beberapa masalah identifikasi sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran fisika sebagian besar masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang tidak melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar

2. Kemampuan hasil belajar siswa pada mata pelajaran isika masih rendah.

. Rendahnya kemampuan Motivasi siswa dalam pembelajaran fisiska

. Belum terintegrasinya teori dan eksperimen

. Pelaksanaan praktikum belum optimal

. Pemanfaatan media ajar dan bahan praktikum yang masih minim

1. BatasanMasalah

Banyak masalah yang berkaitan dengan rendahnya hasil belajar siswa. ntuk itu perlu dibatasi permasalahan yang akan diteliti agar penelitian mencapai tujuan yang diharapkan.

1. Perbedaan model pembelajaran Scientific inquiry dan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa.

2. Pembelajaran belum mempertimbangkan perbedaan Motivasi terhadap hasil belajar siswa

. Pembelajaran belum melihat adanya intraksi antara model pembelajaran Scientific inquiry dengan motivasi belajar siswa.


(26)

1

1. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dibuat rumusan masalah :

1. Apakah hasil belajar siswa yang diberikan perlakuan dengan menggunakan

model pembelajaran Scientific inquiry lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional?

2. Apakah hasil belajar siswa pada kelompok yang memiliki motivasi di atas

rata-rata lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi dibawah rata-rata ?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaranScientific inquiry dan motivasi terhadap hasil belajar siswa ?

1. Tu uanPenel t an

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Scientific inquiry lebih baik dibandingkan dengan model Direct Instructional (konvensional)

2. Hasil belajar siswa yang memiliki motivasi di atas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi siswa di bawah rata-rata

3. interaksi antara model pembelajaran Scientific inquiry dan motivasi terhadap hasil belajar siswa


(27)

1

1. ManfaatPenel t an

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi para pengajar fisika tentang bagaimana cara penggunaan Model Pembelajaran Scientific inquiry untukpengajaran fisika di SMP .

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini secara umum dijabarkan sebagai berikut:

a. Manfaat Prakt s

Penelitian ini bermanfaat untuk :

Pembelajaran model Scientific inquirydapat dijadikan sebagai

alternativ salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika.

1. Sebagai alternativ pembelajaran yang diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif dalam penemuan sendiri kemampuan berpikir kritis siswa 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru

dalam proses belajar mengajar dalam meggunakan model Scientific inquiry untuk melihat intraksi dengan tingkat kemampuan konsep fisika siswa

3. Sebagai sumber informasi bagi guru fisika dalam merancang system model pembelajaran sebagai upaya mengatasi kesulitan belajar siswa guna meningkatkan hasil belajar siswa


(28)

1

b. Manfaat Te r t s

Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam usaha penelitian lanjutan dengan melibatkan lebih lengkap komponen-komponen model-model pembelajaran yang lain untuk mengungkap dan membuktikan secara empiris model pembelajaran Scientificinquiry masih lebih ungguljika dibandingkan dengan pembelajaran lain. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan refrensi bagi para peneliti berikutnya yang melakukan penelitian yang sejenis.

1. Defen s O eras nal

Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dibuat suatu defenisi operasional sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Scientific inquiry.adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan ilmiah atau penemuan jawaban dari suatu masalah. Fase-fase dalam model ini adalah penyajian masalah, kepada siswa; siswa merumuskan masalah ; siswa mengidentifikasi masalah; dan siswa menemukan cara untuk mengatasi kesulitann tersebut. (Joyce & Weil, 2003: 188)

2. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana,2010) ).

. Model Direct Instructional DI pada pembelajaran yang digunakan untuk menjelaskan konsep atau kemampuan baru kepada kelompok besar siswa, memberikan ujian pemahaman materi dengan berlatih dibawah pengarahan


(29)

1

guru (latihan control) dan mendorong mereka melanjutkan latihan dibawah pengawasan guru (latihan terbimbing).

. Motivasi adalah suat dorongan siswa untuk tidak mau mengerjakan tugas yang dibebankan kepadannya. Dorongan sesorang untuk belajar dikarenakan karena dannya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki sesuatu hal yang lebih luas, karena adanya sifat kreatif pada orang yang belajar dengan keinginan ingin selalu maju kemudian diodorong juga oleh keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua, guru dan teman.

5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada guru dan menjadikan guru satu -satunya sumber informasi dalam memperoleh suatu pengetahuan dalam kegiatan belajar pembelajaran.


(30)

9 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan :

1. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Sientific

Inquiry lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Siswa yang di ajarkan dengan model

pembelajaran Sientific Inquiry memperoleh rata-rata hasil belajar 78,28 dan

siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional memperoleh rata-rata nilai hasil belajar 70,13. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa nilai signifikasi model pembelajaran sebesar 0,001 <α = 0,05 sehingga hipotesis

menerima Ha . Terdapat efek dari model pembelajaran Scientific Inquiry

terhadap hasil belajar siswa.

2. Hasil belajar pada kelompok siswa yang memiliki motivasi di atas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki motivasi dibawah rata-rata. Hasil belajar motivasi siswa di atas rata-rata sebesar 75,56 dan hasil belaja motivasi siswa dibawah rata-rata 72,12. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa nilai signifikan 0,026<α = 0,05 sehingga hipotesis menerima Ha . Terdapat Efek motivasi siswa terhadap hasil belajar.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Scientific Inquirydengan

motivasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa nilai signifikansi model terhadap motivasi di atas


(31)

rata-rata sebesar 0,009 < α = 0,05 sehingga hipotesis menerima Ha. Motivasi

meningkatkan hasil belajar siswa pada model pembelajaran Scientific

Inquiry sedangkan model konvensional tidak berpengaruh. 1.2. Saran

Setelah melakukan penelitian, peneliti menyatakan :

1. Dalam menerapkan model pembelajaran Scientific Inquiry, guru sebaiknya

memperhitungkan alokasi waktu yang digunakan terutama dalam melakukan

eksperimen dan menyelasaikan lembar kerja siswa S .

2. Model pembelajaran Scientific Inquiry mendorong siswa lebih aktif, maka

sebaiknya guru maupun peneliti selanjutnya perlu memperhatikan ruang kelas yang digunakan agar pergerakan siswa tidak terbatas.

3. Untuk meningkatkan efektifitas penggunaan waktu dalam pembelajaran materi, maka guru maupun peneliti selanjutnya hendaknya memberitahukan siswa materi yang akan di ajarkan untuk pertemuan berikutnya pada setiap akhir pelajaran sehingga siswa dapat mempelajari materi tersebut terlebih dahulu di rumah.

. Untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik, maka setiap siswa harus

mempunyai motivasi diatas rata-rata sehingga menjadi siswa yang tekun belajar, tanggap dalam menghadapi kesulitan, perhatian lebih fokus pada materi yang diajarkan.

. Bagi guru dan peneliti selanjutnya hendaknya menerapkan model

pembelajaran ScientificInquiry karena dapat mendorong siswa menjadi lebih


(32)

111

DAFTAR PUSTAKA

Paull Eggen Don Kauchak, 2012. Strategi dan Model Pembelajaran, Jakarta : PT.Indeks

Bruce Joyce, 2009. Models of Teaching. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Richard I.Arends, 2013. Belajar untuk mengajar, Jakarta :Salemba Humanika Daryanto, 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, Yogyakarta

: Gava Media

Ridwan.A.Sani, 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta : Bumi Aksara

Hamzah B. Uno, 2014. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara

M. Ngalim Purwanto, 2014. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Sardiman, 2014. Intraksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Rusman, 2014.Model-Model Pembelajaran, Jakarta : Raja Grafindo Persada Muhammad Surya, 2015.Strategi Kognitif dalam Pembelajaran, Bandung :

Alfabeta

Trianto Ibnu Badar al-Tabany, 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual.Jakarta : Prenadamedia Group

Uus Toharudin , 2011. Membangun Literasi Sains Peserta didik, Bandung :Humaniora

Jumanta Hamdayama, 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, Bogor : Ghalia Indonesia

Wahab Jufri, 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains, Bandung : Pustaka Reka Cipta

Wartono. 1996. Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Akrab Lingkungan Untuk Mengembangkan Ketrampilan berpikir dan Meningkatkan


(33)

11

Prestasi Belajar Siswa dalam Bidang Sains di Sekolah asar.Disertasi: PPS IKIP Bandung.

Sumaji.199 . Pendidikan Sains yang Humanistik.Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

Soewarso, Peranan Metode InkuiriTerhadap Peningkatan Kwalitas Pendidikan i Sekolah Semarang : Jurnal lembaran ilmu pendidikan no.2 tahun XXIX

Anderson, L.W. & Krathwohl, D. R. 2001.Kerangka Landasarn Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan asesmen.Terjemahan oleh Agung Prihanto. . Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Dahar, R. W. 19 9. Teori-Teori Belajar.Jakarta : Erlangga.

Hamid, A. 2014.Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: Unimed.

Kemdikbud. 2014. Program Mata Pelajaran isika _Minat SMA. Jakarta: Kemdikbud

Rahman, R. & Maarif, S. 2014. Pengaruh Penggunaan Metode iscovery Tehadap Kemampuan Analogi Matematis Siswa SMK AL-Ikhsan Pamarican Kabupaten iamis Jawa Barat.Infinity jurnal ilmiah program studi matematika STKIP siliwangi bandung.vol 3. No 1. Hal. 3 -3

Rosepda, S. 2015. fek Model Pembelajaran iscovery dan Pemahaman Konsep Awal Terrhadap Hasil Belajar fisika SMA.Unimed.Tidak diterbitkan. Sudjana, N. 2014.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung

Rosepda, S. 2015. fek Model Pembelajaran iscovery dan Pemahaman Konsep Awal Terrhadap Hasil Belajar fisika SMA.Unimed.Tidak diterbitkan. Ridwan, A. S.2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Sudjana, N. 2014.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

M.Hosnan, 2014.Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad ke


(34)

11

M.Thobroni. 2015.Belajar dan pembelajaran, Jakarta :Ar-Ruzz Media.

A. Setyowati, B.Subali, Mosik, 2011. Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif dalam Pembelajaran isika untuk Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMP Kelas III.Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol. 0 No.1Hal. 9-96000 Yogyakarta FKIE IKIP

Muhammad Rizal, 2014.Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Multi Representasi Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Sains 2 2 : 159 – 165.

Hilman, 2014.Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Mind Map Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar IPA, ol.

No. Hal. - .

U.A.Deta, Suparmi, S.Widha, 2013.Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing dan Proyek, Kreativitas, serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa.Jurnal Pendidikan Indonesia Vol.09 No.01 Hal.2 -34.

P.I.Wijayanti, Mosik, N.Hudarto, 2010 : ksplorasi Kesulitan Belajar Siswa pada Pokok Bahasa ahaya dan Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol.06 No.011-5.

S.Sopiah, Wiyanto, Sugianto, 2009 :Pembiasaan Bekerja Ilmiah pada Pembelajaran Sains isika Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol.05 No.1 Hal.14-19.

Lutfi Eko Wahyudi, ZA, Imam Supardi, 2013. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Kalor untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar i SMA N Sumenep. Jurnal Pendidikan Fisika Inovasi Vol.02 No.02 2013 : 62-65.

E.Rahayu, H.Susanto, D.Yulianti, 2011.Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol.0 No.01Hal.106-110.


(35)

11

Nur Qomariah, Madewi Muliyan Ratna, dan Beni Setiawan, 2014. Penerapan

Model Pembelajaran Gnided iscovery untuk Meningkatkan

Keterampilan Proses Sains Siswa SMP Kelas II. Jurnal Pendidikan Sains. Vol.02 No.01 Hal. - .

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik disi Revisi .Jakarta Rineka Dipta.

Pengaruh Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Pada Model Latihan Inkuiri F. Bayu Nirwana 1 , I Dewa Putu Nyeneng 2 , Nengah

Maharta 2 . online http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JPF/article/vi

ew/4635/2 63,diakses 2 Des 2015 kps 1 Ridwan A.Sani, 2012. Pengembangan Laboratorium isika. Medan : UNIMED

Press

Ridwan Abdullah Jani, 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum . Jakarta : Bumi Aksara

Khoirul Anam, M.A, 2015. Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Asep Jihad, Abdul Haris, 2012. valuasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo

Sahyar, H, 2015. Konsep dan Teori Sains isika.Medan : UNIMED Press Lorin.W. Anderson, David. R.Krathwohl, 2010.Yogyakarta : Pustaka Pelajar Uyyala Naga Kuwari, Digmarti Bhaskoro Rao, 200 . Science Process Skills of

School Students. New Delhi : Discovery Publishing House. Trianto, 2013.Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta : PT. Bumi Aksara

Richard. I. Arends, 2013. Belajar Untuk Mengajar. Jakarta : Salemba Humanika Marthin Kanginan, 2006. IPA Fisika untuk SMP kelas VIII. Jakarta : Erlangga.


(1)

9 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan : 1. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Sientific

Inquiry lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Siswa yang di ajarkan dengan model pembelajaran Sientific Inquiry memperoleh rata-rata hasil belajar 78,28 dan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional memperoleh rata-rata nilai hasil belajar 70,13. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa nilai signifikasi model pembelajaran sebesar 0,001 <α = 0,05 sehingga hipotesis menerima Ha . Terdapat efek dari model pembelajaran Scientific Inquiry terhadap hasil belajar siswa.

2. Hasil belajar pada kelompok siswa yang memiliki motivasi di atas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki motivasi dibawah rata-rata. Hasil belajar motivasi siswa di atas rata-rata sebesar 75,56 dan hasil belaja motivasi siswa dibawah rata-rata 72,12. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa nilai signifikan 0,026<α = 0,05 sehingga hipotesis menerima Ha . Terdapat Efek motivasi siswa terhadap hasil belajar. 3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Scientific Inquirydengan

motivasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa nilai signifikansi model terhadap motivasi di atas


(2)

rata-rata sebesar 0,009 < α = 0,05 sehingga hipotesis menerima Ha. Motivasi meningkatkan hasil belajar siswa pada model pembelajaran Scientific Inquiry sedangkan model konvensional tidak berpengaruh.

1.2. Saran

Setelah melakukan penelitian, peneliti menyatakan :

1. Dalam menerapkan model pembelajaran Scientific Inquiry, guru sebaiknya memperhitungkan alokasi waktu yang digunakan terutama dalam melakukan eksperimen dan menyelasaikan lembar kerja siswa S .

2. Model pembelajaran Scientific Inquiry mendorong siswa lebih aktif, maka sebaiknya guru maupun peneliti selanjutnya perlu memperhatikan ruang kelas yang digunakan agar pergerakan siswa tidak terbatas.

3. Untuk meningkatkan efektifitas penggunaan waktu dalam pembelajaran materi, maka guru maupun peneliti selanjutnya hendaknya memberitahukan siswa materi yang akan di ajarkan untuk pertemuan berikutnya pada setiap akhir pelajaran sehingga siswa dapat mempelajari materi tersebut terlebih dahulu di rumah.

. Untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik, maka setiap siswa harus mempunyai motivasi diatas rata-rata sehingga menjadi siswa yang tekun belajar, tanggap dalam menghadapi kesulitan, perhatian lebih fokus pada materi yang diajarkan.

. Bagi guru dan peneliti selanjutnya hendaknya menerapkan model pembelajaran ScientificInquiry karena dapat mendorong siswa menjadi lebih aktif, sehingga hasil belajar siswa semakin meningkat.


(3)

111

DAFTAR PUSTAKA

Paull Eggen Don Kauchak, 2012. Strategi dan Model Pembelajaran, Jakarta : PT.Indeks

Bruce Joyce, 2009. Models of Teaching. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Richard I.Arends, 2013. Belajar untuk mengajar, Jakarta :Salemba Humanika Daryanto, 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, Yogyakarta

: Gava Media

Ridwan.A.Sani, 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta : Bumi Aksara

Hamzah B. Uno, 2014. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara

M. Ngalim Purwanto, 2014. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Sardiman, 2014. Intraksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Rusman, 2014.Model-Model Pembelajaran, Jakarta : Raja Grafindo Persada

Muhammad Surya, 2015.Strategi Kognitif dalam Pembelajaran, Bandung : Alfabeta

Trianto Ibnu Badar al-Tabany, 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,

Progresif, dan Kontekstual.Jakarta : Prenadamedia Group

Uus Toharudin , 2011. Membangun Literasi Sains Peserta didik, Bandung

:Humaniora

Jumanta Hamdayama, 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan

Berkarakter, Bogor : Ghalia Indonesia

Wahab Jufri, 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains, Bandung : Pustaka Reka Cipta

Wartono. 1996. Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Akrab Lingkungan


(4)

Prestasi Belajar Siswa dalam Bidang Sains di Sekolah asar.Disertasi: PPS IKIP Bandung.

Sumaji.199 . Pendidikan Sains yang Humanistik.Yogyakarta : Universitas Sanata

Dharma.

Soewarso, Peranan Metode InkuiriTerhadap Peningkatan Kwalitas Pendidikan

i Sekolah Semarang : Jurnal lembaran ilmu pendidikan no.2 tahun

XXIX

Anderson, L.W. & Krathwohl, D. R. 2001.Kerangka Landasarn Untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan asesmen.Terjemahan oleh Agung

Prihanto. . Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Dahar, R. W. 19 9. Teori-Teori Belajar.Jakarta : Erlangga.

Hamid, A. 2014.Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: Unimed.

Kemdikbud. 2014. Program Mata Pelajaran isika _Minat SMA. Jakarta:

Kemdikbud

Rahman, R. & Maarif, S. 2014. Pengaruh Penggunaan Metode iscovery

Tehadap Kemampuan Analogi Matematis Siswa SMK AL-Ikhsan

Pamarican Kabupaten iamis Jawa Barat.Infinity jurnal ilmiah

program studi matematika STKIP siliwangi bandung.vol 3. No 1. Hal. 3 -3

Rosepda, S. 2015. fek Model Pembelajaran iscovery dan Pemahaman Konsep

Awal Terrhadap Hasil Belajar fisika SMA.Unimed.Tidak diterbitkan.

Sudjana, N. 2014.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung

Rosepda, S. 2015. fek Model Pembelajaran iscovery dan Pemahaman Konsep

Awal Terrhadap Hasil Belajar fisika SMA.Unimed.Tidak diterbitkan.

Ridwan, A. S.2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Sudjana, N. 2014.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

M.Hosnan, 2014.Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran


(5)

11

M.Thobroni. 2015.Belajar dan pembelajaran, Jakarta :Ar-Ruzz Media.

A. Setyowati, B.Subali, Mosik, 2011. Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif

dalam Pembelajaran isika untuk Menumbuhkan Kemampuan Berfikir

Kritis Siswa SMP Kelas III.Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol.

0 No.1Hal. 9-96000 Yogyakarta FKIE IKIP

Muhammad Rizal, 2014.Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan

Multi Representasi Terhadap Keterampilan Proses Sains dan

Penguasaan Konsep IPA Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Sains 2 2 :

159 – 165.

Hilman, 2014.Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Mind Map

Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar IPA, ol.

No. Hal. - .

U.A.Deta, Suparmi, S.Widha, 2013.Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing dan

Proyek, Kreativitas, serta Keterampilan Proses Sains Terhadap

Prestasi Belajar Siswa.Jurnal Pendidikan Indonesia Vol.09 No.01

Hal.2 -34.

P.I.Wijayanti, Mosik, N.Hudarto, 2010 : ksplorasi Kesulitan Belajar Siswa pada

Pokok Bahasa ahaya dan Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui

Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurnal Pendidikan Fisika

Indonesia Vol.06 No.011-5.

S.Sopiah, Wiyanto, Sugianto, 2009 :Pembiasaan Bekerja Ilmiah pada

Pembelajaran Sains isika Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika

Indonesia Vol.05 No.1 Hal.14-19.

Lutfi Eko Wahyudi, ZA, Imam Supardi, 2013. Penerapan Model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Kalor untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar i SMA N

Sumenep. Jurnal Pendidikan Fisika Inovasi Vol.02 No.02 2013 :

62-65.

E.Rahayu, H.Susanto, D.Yulianti, 2011.Pembelajaran Sains dengan Pendekatan

Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan

Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia


(6)

Nur Qomariah, Madewi Muliyan Ratna, dan Beni Setiawan, 2014. Penerapan

Model Pembelajaran Gnided iscovery untuk Meningkatkan

Keterampilan Proses Sains Siswa SMP Kelas II. Jurnal Pendidikan

Sains. Vol.02 No.01 Hal. - .

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik disi

Revisi .Jakarta Rineka Dipta.

Pengaruh Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Pada Model Latihan Inkuiri F. Bayu Nirwana 1 , I Dewa Putu Nyeneng 2 , Nengah

Maharta 2 . online http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JPF/article/vi

ew/4635/2 63,diakses 2 Des 2015 kps 1

Ridwan A.Sani, 2012. Pengembangan Laboratorium isika. Medan : UNIMED

Press

Ridwan Abdullah Jani, 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi

Kurikulum . Jakarta : Bumi Aksara

Khoirul Anam, M.A, 2015. Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Asep Jihad, Abdul Haris, 2012. valuasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo

Sahyar, H, 2015. Konsep dan Teori Sains isika.Medan : UNIMED Press

Lorin.W. Anderson, David. R.Krathwohl, 2010.Yogyakarta : Pustaka Pelajar Uyyala Naga Kuwari, Digmarti Bhaskoro Rao, 200 . Science Process Skills of

School Students. New Delhi : Discovery Publishing House.

Trianto, 2013.Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta : PT. Bumi Aksara

Richard. I. Arends, 2013. Belajar Untuk Mengajar. Jakarta : Salemba Humanika Marthin Kanginan, 2006. IPA Fisika untuk SMP kelas VIII. Jakarta : Erlangga.