Pengaruh Kreativitas, Inovasi dan Diferensiasi Produk Terhadap Laba Pengusaha.
Dina Widiastuti, 2015
PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Pengaruh Kreativitas, Inovasi dan Diferensiasi Produk Terhadap Laba Pengusaha (Suatu Kasus pada Pengusaha Kelom Geulis di Kecamatan Tamansari - Kota Tasikmalaya), Dina Widiastuti, NIM 1001230, dibawah bimbingan: Navik Istikomah, S.E, M.Si
Rendahnya laba pengusaha di sentra industri kelom geulis Kecamatan Tamansari beberapa bulan terakhir menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi laba pengusaha adalah kreativitas, inovasi dan diferensiasi produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kreativitas, inovasi dan diferensiasi produk secara simultan maupun parsial terhadap laba pengusaha di sentra industri kelom geulis Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tekhnik sampling jenuh dengan mengambil semua populasi sebanyak 35 pengusaha kelom geulis. Metode penelitian yang digunakan adalah survey
ekplanatori dengan menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data.Teknik
analisis yang digunakan yaitu regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 dan MSI (Metode Succesive Interval) untuk merubah data ordinal menjadi interval. Berdasarkan hasil penelitian, kreativitas, inovasi dan diferensiasi produk secara bersama-sama berpengaruh terhadap laba pengusaha dengan R square sebesar 40,6%, artinya 40,6% laba pengusaha dipengaruhi oleh kreativitas, inovasi dan diferensiasi produk. Secara parsial kreativitas dan diferensiasi produk memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap laba pengusahaan kelom geulis dan inovasi tidak memiliki pengaruh terhadap laba pengusaha kelom geulis.
(2)
Dina Widiastuti, 2015
PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tamansari Tasikmalaya City), Dina Widiastuti, NIM 1001230, Under the guidance of : Navik Istikomah, S.E, M.Si
The low income entrepreneurs in the industrial district Tamansari kelom geulis recent months become a problem in this research. Factors which affect entrepreneurs profit are creativity, innovation and product differentiation. This study aims to determine how the influence of creativity, innovation and product differentiation simultaneously or partially against income entrepreneurs in the industrial center kelom geulis district Tamansari Tasikmalaya City. The samples in this study using saturated sampling technique by taking all the population of 35 businessmen kelom geulis. The method used is explanatory survey by using a questionnaire as a tool collection data.Teknik analysis used is multiple linear regression using SPSS 16.0 and MSI (Method of Successive Interval) to change the ordinal data into interval. Based on the research, creativity, innovation and product differentiation together affect the entrepreneurs profit with R square of 40.6%, means 40.6% returns to owners affected by the creativity, innovation and product differentiation. Partially creativity and product differentiation has a positive and significant effect on profits kelom geulis and innovation does not have influence on the entrepreneurs profit kelom geulis.
(3)
Dina Widiastuti, 2015
PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK...i
KATA PENGANTAR...iii
UCAPAN TERIMA KASIH...iv
DAFTAR ISI...v
DAFTAR TABEL...vii
DAFTAR GAMBAR...ix
BAB IPENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
BAB IITINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 12
2.1 Kajian pustaka ... 12
2.1.1 Konsep UMKM ... 12
2.1.2 Struktur Pasar ... 14
2.1.3 Laba... 16
2.1.4 Konsep Kewirausahaan ... 22
2.1.5 Konsep Kreativitas ... 24
2.1.6 Konsep Inovasi... 27
2.1.7 Konsep Diferensiasi Produk ... 30
2.1.8 Kajian Empirik Beberapa Hasil Penelitian ... 32
2.2 Kerangka Pemikiran ... 34
2.3 Hipotesis ... 39
BAB IIIOBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 40
3.1 Objek Penelitian... 40
3.2 Metode Penelitian ... 40
3.3 Populasi dan Sampel ... 40
3.4 Operasional Variabel ... 41
3.5 Tekhnik Pengumpulan Data ... 43
3.6 Instrumen Penelitian ... 43
3.7 Pengujian Instrumen Penelitian ... 44
3.8 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 47
3.8.1Teknik Analisis Data ... 47
3.8.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 48
3.8.3Pengujian Hipotesis ... 52
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 56
(4)
Dina Widiastuti, 2015
PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vi
Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 59
4.2.4 Gambaran Responden Pengusaha Kelom Geulis di Kecamatan Tamansari Berdasarkan Lama Usaha ... 61
4.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian ... 62
4.3.1 Variabel Laba ... 62
4.3.2 Variabel Kreativitas ... 63
4.3.3 Variabel Inovasi ... 67
4.3.4 Variabel Diferensiasi Produk ... 69
4.4 Analisis Instrumen Penelitian ... 70
4.4.1 Uji Validitas ... 70
4.2.2 Uji Reliabilitas ... 72
4.5 Teknik Analisis Data ... 74
4.6 Uji Asumsi Klasik ... 75
4.6.1 Uji Multikolinearitas ... 75
4.6.2 Uji Heteroskedastisitas... 76
4.6.3 Uji Autokorelasi ... 77
4.7 Pengujian Hipotesis ... 78
4.7.1 Uji t (Uji Hipotesis Parsial)... 78
4.7.2 Uji f (Uji Hipotesis Simultan) ... 81
4.7.3 Uji R2 ... 81
4.8 Pembahasan Hasil Penelitian ... 82
4.8.1 Pengaruh Kreativitas Terhadap Laba ... 82
4.8.2 Pengaruh Inovasi Terhadap Laba ... 83
4.8.3 Pengaruh Diferensiasi Produk Terhadap Laba ... 84
4.9 Implikasi Pendidikan ... 84
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 86
5.1 Kesimpulan ... 86
5.2 Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA
(5)
Dina Widiastuti, 2015
PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1Data Kontribusi UKM terhadap PDB di Inonesia(dalam Rp. Milyar) ... 2
Tabel 1.2Potensi Kerajinan Kota TasikmalayaTahun 2012-2013 ... 4
Tabel 1.3Jenis Perusahaan Alas KakiKota Tasikmalaya ... 4
Tabel 1.4Perkembangan Laba Pengusaha Kelom GeulisKecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya(Periode Januari-September 2014) ... 5
Tabel 1.5Rata-Rata Laba Pengusaha Kelom GeulisDi Kecamatan TamansariKota Tasikmalaya(Periode Januari-September 2014) ... 8
Tabel 2.1Karakteristik dan Watak Kewirausahaan ... 23
Tabel 2.2Penelitian Terdahulu ... 32
Tabel 3.1Operasional Variabel ... 41
Tabel 3.2Uji Statistika Durbin-Waston d ... 51
Tabel 4.1Penyebaran Responden Pengusaha Kelom Geulisdi Kecamatan Tamansari Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57
Tabel 4.2Penyebaran Responden Pengusaha Kelom Geulisdi Kecamatan Tamansari Berdasarkan Usia ... 58
Tabel 4.3Penyebaran RespondenPengusaha Kelom Geulisdi Kecamatan Tamansari Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 60
Tabel 4.4Penyebaran Responden Pengusaha Kelom Geulisdi Kecamatan Tamansari Berdasarkan Lama Usaha ... 61
Tabel 4.5Klasifikasi Laba Pengusaha Kelom Geulisdi Kecamatan Tamansari Bulan Oktober - Desember ... 62
Tabel 4.6Rata-Rata Laba Pengusaha Kelom Geulisdi Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalayapada bulan Oktober, November dan Desamber tahun 2014 ... 63
Tabel 4.7Nilai Bobot Standar ... 65
Tabel 4.8Klasifikasi Bobot Kreativitas Pengusaha Kelom Geulisdi Kecamatan Tamansari ... 65
Tabel 4.9Klasifikasi Bobot Inovasi Pengusaha Kelom Geulisdi Kecamatan Tamansari ... 67
Tabel 4.10Klasifikasi Bobot Diferensiasi produk Pengusaha Kelom Geulisdi Kecamatan Tamansari ... 69
Tabel 4.11Uji Validitas Variabel Kreativitas (X1) ... 71
Tabel 4.12Uji Validitas Variabel Inovasi (X2) ... 71
(6)
Dina Widiastuti, 2015
PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
viii
Tabel 4.15Hasil Pengujian Regresi Berganda dengan Menggunakan SPSS 16 .. 75
Tabel 4.16Nilai VIF & Tolerance ... 76
Tabel 4.17Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 79
Tabel 4.18Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... 81
(7)
Dina Widiastuti, 2015
PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Rata-Rata Laba Pengusaha Kelom Geulis ... 8
Gambar 2.1Perusahaan Memperoleh Laba ... 19
Gambar 2.2Perusahaan Mengalami Kerugian ... 20
Gambar 2.3Keseimbangan Jangka Panjang ... 22
Gambar 2.4Hubungan Kreativitas Dan Inovasi ... 30
Gambar 2.5Kerangka Pemikiran ... 38
Gambar 3.1Statistika Durbin- Watson ... 52
Gambar 3.2Pengujian Hipotesis ... 53
Gambar 4.1Penyebaran Responden Pengusaha Kelom Geulis di Kecamatan Tamansari Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57
Gambar 4.2 Penyebaran Responden Pengusaha Kelom Geulis di Kecamatan Tamansari Berdasarkan Usia ... 59
Gambar 4.3 Penyebaran Responden Pengusaha Kelom Geulis di Kecamatan TamansariBerdasarkan Tingkat Pendidikan ... 60
Gambar 4.4 Penyebaran Responden Pengusaha Kelom Geulis di Kecamatan Tamansari Berdasarkan Lama Usaha ... 61
Gambar 4.5 Klasifikasi Laba Pengusaha Kelom Geulis di Kecamatan Tamansari ... 63
Gambar: 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Scatter Plot ... 77
Gambar: 4.7 Uji Hasil Autokorelasi... 78
Gambar 4.8 Uji T Variabel Kreativitas ... 79
Gambar 4.9 Uji T Variabel Inovasi ... 80
(8)
Dina Widiastuti, 2015
PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
Berdasarkan perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro kecil dan menengah memberikan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang, tetapi di negara maju usaha mikro kecil dan menengah mempunyai peranan sangat penting terutama dalam meningkatkan kekuatan perekonomian negara dengan penciptaan lapangan kerja baru dibandingkan usaha besar. Seperti halnya di negara sedang berkembang, usaha mikro kecil dan menengah memberikan kontribusi terhadap pembentukan atau pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) paling besar dibandingkan kontribusi dari usaha besar. (Tulus T.H Tambunan, 2009:1)
Saat ini perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi satu fenomena perekonomian tersendiri ketika terjadi kenaikan harga pangan dan bahan bakar, sehingga banyak usaha besar mengalami kesulitan dalam usahanya. Selain itu, Usaha Kecil dan Menengah terbukti relatif lebih mampu bertahan dalam menghadapi berbagai krisis ekonomi dibandingkan dengan usaha besar, hal ini dibuktikan berdasarkan hasil survei dan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS, 2010) menunjukkan bahwa kontribusi Usaha Kecil dan Menengah terhadap Produk Domestik Bruto (tanpa sektor migas) pada tahun 1997 ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi, tercatat sebesar 62,71%. Selain itu, peranan Usaha Kecil dan Menengah juga sering dikaitkan dengan upaya-upaya pemerintah untuk mengurangi pengangguran, mengurangi kemiskinan dan pemerataan pendapatan. Oleh karena itu, kebijakan pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia sering dianggap sebagai kebijakan penciptaan kesempatan kerja. menurut Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia mengatakan bahwa:
“UKM selama ini mampu menampung lebih dari 100 juta angkatan kerja
(9)
Dina Widiastuti, 2015
PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
57 persen, dengan kontribusi tersebut yang perlu dilakukan adalah meningkatkan mutu serta peranan UKM agar mampu memberikan
(10)
kehidupan yang lebih layak kepada tenaga kerja dan dengan adanya UKM diharapkan dapat meningkatkan investasi”.
Selain itu, menurut Menteri Negara Koperasi dan UKM mengatakan:
“kontribusi UKM digarapkan meningkat pada tahun selanjutnya menjadi 60-65 % dan sektor yang diutamakan adalah agribisnis, kelautan dan kerajinan”.
Hal tersebut menujukkan bahwa peningkatan kontribusi Usaha Kecil dan Menengah menjadi harapan bagi pertumbuhan perekonomian nasional, dengan demikian secara tidak langsung juga telah memberikan kontribusi dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Selain untuk memperkuat perekonomian, Usaha Kecil dan Menengah juga dapat mengurangi jumlah pengangguran, mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan pekerjaan, pemerataan pendapatan daerah juga menciptakan kesadaran masyarakat dalam berwirausaha.
Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia pada tahun 1997 dan 2010-2012 telah mengalami perkembangan yang positif jika dibandingkan dengan usaha yang berskala besar dan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan PDB di Indonesia. Untuk mengetahui banyak sedikitnya perkembangan UKM terhadap PDB, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.1
Data Kontribusi UKM terhadap PDB di Inonesia (dalam Rp. Milyar)
No Skala Usaha Tahun
1997
Persentase
(%) 2010
Persentase
(%) 2011
Persentase
(%) 2012
Persentase (%) 1 Usaha Mikro dan Kecil 1.710.491,00 39,48 958.181,60 43,2 1.022.544,60 43,01 1.085.086,30 42,97 2 Usaha Menengah 78.523,70 18,13 324.390,20 14,63 346.781,40 14,59 366.373,90 14,51 3 Usaha Besar 183.673,30 42,39 935.375,20 42,17 1.007.784,00 42,4 1.073.660,10 42,52 Jumlah 1.972.688,00 100 2.217.947,00 100 2.377.110,00 100 2.525.120,30 100
Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa perkembangan UKM terhadap PDB tahun 1997 dan dari 2010 ke tahun 2012 mengalami peningkatan. Pada tahun 1997 Kontribusi UKM terhadap PDB dengan tingkat pertumbuhannya mencapai 57,61%, sedangkan usaha besar hanya 42,39%. Pada tahun 2010 perkembangan UKM mencapai 57,83% sedangkan usaha besar mencapai 42,17%, tahun 2011 kontribusi UKM mencapai 57,60% sedangkan usaha besar 42,40% dan pada tahun
(11)
4
2012 kontribusi UKM mencapai 57,48% sedangkan usaha besar hanya 42,52%. Dari data tersebut telah menggambarkan bahwa UKM dalam empat tahun terakhir memberikan kontribusi terhadap PDB lebih besar dibandingkan dengan kontribusi usaha besar. Sehingga UKM mampu memberikan keuntungan yang cukup bagi golongan ekonomi lemah, maka UKM layak disebut tulang punggung perekonomian Indonesia.
Keberadaan usaha kecil dan menengah belakangan ini memiliki kontribusi yang sangat penting di dalam perekonomian Indonesia, hal ini dikarenakan sifat usaha usaha kecil dan menengah yang lebih fleksibel dalam menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan pasar. Karena mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak dan investasi kecil maka usaha-usaha usaha kecil dan menengah akan lebih diuntungkan oleh pertumbuhan ekonomi dimana pasar berfungsi secara efektif dalam menyediakan berbagai jasa yang memungkinkan pertumbuhan bisnis, dan banyak memanfaatkan sumber daya lokal.
Dunia bisnis merupakan suatu hal yang banyak diminati orang untuk sekarang ini, terbukti dengan banyaknya bisnis-bisnis baru yang bermunculan. Apalagi dengan kondisi perekonomian Indonesia sekarang ini yaitu sullitnya mencari pekerjaan. Hal ini dikarenakan tidak seimbangnya antara lapangan pekerjaan dengan jumlah orang yang mencari pekerjaan, selain itu juga disebabkan adanya persaingan yang semakin ketat diantara pencari kerja.
Keadaan ini membuat sebagian orang berpikir untuk menciptakan perusahaan atau lapangan kerja sendiri dibandingkan dengan mencari pekerjaan. Dengan banyaknya orang menciptakan lapangan kerja atau membuat bisnis baru akan mengakibatkan semakin banyaknya pelaku bisnis dan secara tidak langsung akan menimbulkan persaingan diantara pelaku bisnis tersebut. Apalagi untuk sekarang ini persaingan antara pelaku bisnis semakin ketat. Persaingan itu merupakan hal yang wajar dalam dunia bisnis, kini tergantung bagaimana cara pelaku bisnis untuk bisa memenangkan persaingan dan juga dapat mempertahankan bisnis tersebut. Karena tidak sedikit perusahaan yang gulung tikar akibat tidak bisa bersaing dengan pesaing.
(12)
Kota Tasikmalaya merupakan salah satu Kota yang memiliki banyak potensi bisnis kerajinan terutama dalam sektor UKM, adapun UKM yang ada di Kota Tasikmalaya yaitu: Industri bordir, industri kerajinan anyaman mendong, Industri alas kaki (kelom dan sandal), industri kerajinan kayu/meubel, batik, industri kerajinan bambu, dan industri payung geulis. Hal ini cukup membuktikan bahwa masyarakat Kota Tasikmalaya sangat kreatif terutama dalam usaha Home
Industry. Berikut ini perkembangan industri kecil yang ada di Kota Tasikmalaya
dapat dilihat dalam tabel 1.2 berikut:
Tabel 1.2
Potensi Kerajinan Kota Tasikmalaya Tahun 2012-2013
No Komoditi Unggulan Unit Usaha Tenaga Kerja
2012 2013 2012 2013
1 Bordir 1.264 1.317 12.245 12.898
2 Kerajinan Anyaman Mendong 176 173 2.361 2.237 3 Alas Kaki (kelom dan sandal) 406 420 5.887 5.969 4 Kerajinan Kayu/Meubeul 246 253 1.656 1.705
5 Batik 41 42 703 475
6 Kerajinan Bambu 76 76 636 636
7 Payung Geulis 4 5 37 50
Sumber: Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya
Salah satu industri kecil yang ada di Kota Tasikmalaya adalah industri alas kaki. Adapun jenis-jenis industri alas kaki adalah sebagai berikut:
Tabel 1.3
Jenis Perusahaan Alas Kaki Kota Tasikmalaya
No Jenis Perusahaan Jumlah perusahaan
1. Sandal Imitasi 135
2. Kelom Geulis 35
3. Sandal Spon 88
4. Sandal Pria dan Wanita 76
5. Sandal Kulit 60
6. Sepatu 26
Total 420
Sumber: Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya
Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk meneliti industri alas kaki jenis Kelom Geulis di Kecamatan Tamansari yang merupakan sentra industri kelom geulis. Kelom geulis adalah salah satu sandal yang menggunakan bahan baku kayu mahoni/albasia. Penduduk di Kecamatan ini rata-rata membuat kelom geulis sebagai lahan usaha dengan mengolahnya menjadi alas kaki yang memiliki nilai
(13)
6
jual. Produk yang dihasilkan oleh para pengrajin kelom geulis itu sendiri dimulai dari pembuatan kelom geulis anak, remaja dan dewasa.
Pada umumnya indikator keberhasilan usaha dapat diukur dengan laba. Laba atau keuntungan adalah nilai penerimaan total perusahaan dikurangi biaya total yang dikeluarkan perusahaan. Apabila laba atau keuntungan perusahaan terus menurun maka keberhasilan usaha tidak akan tercapai, sedangkan apabila laba atau keuntungan terus meningkat maka keberhasiln usaha akan tercapai.
Berdasarkan data yang dikumpulkan secara kumulatif pada industri kelom geulis di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya, laba yang diperoleh pengusaha pada periode Januari-September 2014 mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1.4
Perkembangan Laba Pengusaha Kelom Geulis Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya
(Periode Januari-September 2014)
No Nama Pengusaha Bulan Laba Pertumbuhan
(%)
1 Dede Farhani Januari 12.600.000 -
Februari 12.879.000 2,21
Maret 13.860.000 7,62
April 13.104.000 -5,45
Mei 13.050.000 -0,41
Juni 13.500.000 3,45
Juli 13.950.000 3,33
Agustus 13.392.000 -4
September 13.365.000 -0,2
2 Wawan Rahman Januari 12.240.000 -
Februari 11.594.000 -5,28
Maret 10.948.000 -5,57
April 11.475.000 4,81
Mei 11.730.000 2,22
Juni 11.050.000 -5,8
Juli 12.750.000 15,38
Agustus 12.325.000 -3,33
September 11.985.000 -2,76
3 Dedi Januari 11.040.000 -
Februari 11.160.000 1,09
Maret 11.040.000 -1,08
April 11.040.000 0
Mei 10.320.000 -6,52
Juni 10.752.000 4,19
Juli 11.200.000 4,17
Agustus 11.136.000 -0,57
September 10.080.000 -9,48
(14)
Lanjutan
Tabel 1.4
Perkembangan Laba Pengusaha Kelom Geulis Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya
(Periode Januari-September 2014)
No Nama Pengusaha Bulan Laba Pertumbuhan (%)
4 Daim Januari 8.400.000
-Februari 8.064.000 -4
Maret 8.208.000 1,79
April 8.400.000 2,34
Mei 8.160.000 -2,86
Juni 9.632.000 18,04
Juli 11.520.000 19,6
Agustus 10.032.000 -12,92
September 9.216.000 -8,13
5 Ade Husni Januari 6.960.000
-Februari 6.728.000 -3,33
Maret 7.128.000 5,95
April 7.440.000 4,38
Mei 7.680.000 3,23
Juni 8.960.000 16,67
Juli 10.080.000 12,5
Agustus 9.248.000 -8,25
September 7.680.000 -16,96
6 Ahmad Januari 7.200.000
-Februari 6.307.500 -12,4
Maret 6.525.000 3,45
April 6.300.000 -3,45
Mei 6.750.000 7,14
Juni 7.350.000 8,89
Juli 9.000.000 22,45
Agustus 8.160.000 -9,33
September 7.425.000 -9,01
7 Imud Januari 6.750.000
-Februari 6.525.000 -3,33
Maret 6.930.000 6,21
April 6.075.000 -12,34
Mei 6.300.000 3,7
(15)
8
Lanjutan
Tabel 1.4
Perkembangan Laba Pengusaha Kelom Geulis Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya
(Periode Januari-September 2014)
No Nama Pengusaha Bulan Laba Pertumbuhan (%)
Juni 6.930.000 10
Juli 7.897.500 13,96
Agustus 7.672.500 -2,85
September 7.680.000 0,1
8 Abidin Januari 6.525.000
-Februari 6.930.000 6,21
Maret 6.720.000 -3,03
April 6.525.000 -2,9
Mei 7.200.000 10,34
Juni 8.325.000 15,63
Juli 9.135.000 9,73
Agustus 8.925.000 -2,3
September 7.177.500 -19,58
9 Romli Januari 6.090.000
-Februari 5.481.000 -10
Maret 6.468.000 18,01
April 6.090.000 -5,84
Mei 6.930.000 13,79
Juni 7.770.000 12,12
Juli 7.980.000 2,7
Agustus 7.105.000 -10,96
September 6.699.000 -5,71
10 Iim Januari 5.880.000
-Februari 5.684.000 -3,33
Maret 5.859.000 3,08
April 5.460.000 -6,81
Mei 5.880.000 7,69
Juni 7.140.000 21,43
Juli 7.840.000 9,8
Agustus 7.392.000 -5,71
September 6.615.000 -10,51
Sumber: Pengusaha Kelom Geulis Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya, data diolah
Adapun rata-rata laba pengusaha kelom geulis di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya sebagai berikut:
(16)
Tabel 1.5
Rata-Rata Laba Pengusaha Kelom Geulis Di Kecamatan TamansariKota Tasikmalaya
(Periode Januari-September 2014)
Bulan Rata-Rata
Laba/Bulan (Rupiah)
Pertumbuhan (%)
Januari 8.368.500
-Februari 8.135.250 -3
Maret 8.368.600 3
April 8.190.900 -2
Mei 8.400.000 3
Juni 9.140.900 9
Juli 10.135.250 11
Agustus 9.538.750 -6
September 8.792.250 -8
Sumber: Pengusaha Kelom Geulis Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya, data diolah
Berdasarkan tabel 1.5 dapat dilihat dengan jelas bahwa pada umumnya pengusaha kelom geulis menyatakan adanya fluktuatif pada laba atau keuntungan yang mereka peroleh. Dari tabel diatas dapat di gambarkan grafiknya, yaitu:
Gambar 1.1 Rata-Rata Laba Pengusaha Kelom Geulis
(Pengusaha Kelom Geulis Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya)
Dari gambar 1.1 terlihat bahwa dari bulan Januari sampai September 2014 laba pengusaha kelom geulis mengalami naik-turun (Fluktuatif). Pada bulan Februari diketahui laba pengusaha menurun dengan tingkat pertumbuhan -3%, bulan Maret laba pengusaha mengalami kenaikan sebesar 3%, bulan April laba pengusaha mengalami penurunan kembali dengan pertumbuhan -2%, bulan Mei sampai Juli lana yang diperoleh pengusaha megalami peningkatan dengan pertumbuhan 3%, 9% dan 11 %, akan tetapi pada bulan Agustus dan September laba pengusaha mengalami penurunan sebesar -6% dan -8%. Menurut hasil
-3% 3%
-2% 3%
9% 11%
-6% -8% -10%
-5% 0% 5% 10% 15%
(17)
10
wawancara dengan para pengusaha kelom geulis yang mempengaruhi naik-turunnya laba pengusaha disebabkan oleh waktu-waktu tertentu, keniakan laba pengusaha cukup tinggi karena banyaknya pesanan kelom geulis untuk dibawa sebagai oleh-oleh pada saat tahun baru, liburan dan lebaran. Sedangkan penurunan laba tersebut disebabkan oleh sulitnya memperoleh bahan baku, terjadinya pergantian musim menjadi musim hujan, adanya penurunan ekspor dari kenaikan harga dolar dan adannya kenaikan harga barang-barang pokok lainnya. Selain itu juga, pengusaha dihadapkan dengan tantangan pasar yang terus mengalami perkembangan dan kualitas sumber daya yang kurang memadai. Jika hal tersebut dibiarkan, maka akan banyak pengusaha yang gulung tikar.
Pada dasarnya semua pengusaha ingin meningkatkan keuntungan atau laba maksimum yang biasanya dilakukan melalui penjualan produknya. Banyak faktor yang menyebabkan turunnya laba usaha diantaranya menurut Indra Budi (2010:2) faktor yang mempengaruhi laba diantaranya biaya promosi, persaingan, lokasi usaha, kurangnya kreativitas dan diferensiasi.
Dalam teori dinamis Schumpeter mengemukakan bahwa untuk memperoleh keuntungan yang maksimal terdapat pada perekonomian yang dinamis.Pengusaha yang dinamis disebut juga sebagai captain of entrepreneur yaitu pengusaha-pengusahayang berani menempuh jalan baru. Seorang pengusaha bisa mendapatkan laba yang besar apabila pengusaha tersebut bisa menjadi yang terdepan diantara pesaingnya. (T. Gilarso, 2004:398).
Selain itu menurut hasil wawancara dengan pengusaha Home Industry kelom geulis tersebut faktor yang mempengaruhi penurunan laba adalah jiwa kewirausahaan dari pengusaha-pengusaha kelom geulis yang kurang kreatif dan inovasi merupakan faktor yang menyebabkan rendahnya laba, karena keberhasilan usaha diperoleh dari para pengusaha yang dinamis dan memiliki jiwa kewirausahaan. Sebagian besar para pengusaha tidak menyadari bahwa hal yang mendasar untuk mencapai laba adalah berasal dari diri pengusaha itu sendiri yang dalam hal ini kreativitas dan inovasi sebagai penentu keberhasilan suatu usaha, terlebih melihat kondisi saat ini tentu diperlukan wirausaha yang modern, yang
(18)
lebih memiliki wawasan, berpikir jauh kedepan, senantiasa mengikuti perkembangan dan terbuka terhadap konsep dan ide baru.
Menurut Masruroh dan Winda, 2010 “faktor lain yang mempengaruhi laba suatu usaha yaitu diferensiasi produk dengan cara mengubah karakter produk dan memiliki perbedaan yang bersifat khusus terhadap produk yang dihasilkan dan ditawarkan”.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil topik mengenai kreativitas, inovasi dan diferensiasi produk terhadap laba pengusaha terutama pada pengusaha kelom gaulis. Maka, penulis mengambil judul penellitian “Pengaruh Kreativitas, Inovasi Dan Diferensiasi Produk Terhadap Laba Pengusaha (Suatu Kasus pada Pengusaha Kelom Geulis di Kecamatan Tamansari - Kota Tasikmalaya)”.
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah. Maka dirumuskanlah perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh kreativitas terhadap laba pengusaha kelom geulis di Kecamatan Tamansari?
2. Bagaimana pengaruh inovasi terhadap laba pengusaha kelom geulis di Kecamatan Tamansari?
3. Bagaimana pengaruh diferensiasi produk terhadap laba pengusaha kelom geulis di Kecamatan Tamansari?
4. Bagaimana pengaruh kreativitas, inovasi dan diferensiasi produk terhadap laba pengusaha kelom geulis di Kecamatan Tamansari?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan beberapa permasalahan tadi, maka ada hal yang menjadi tujuan dibuatnya penelitian ini yaitu untuk:
1. Mengetahui pengaruh kreativitas terhadap laba pengusaha kelom geulis di Kecamatan Tamansari.
2. Mengetahui pengaruh inovasi terhadap laba pengusaha kelom geulis di Kecamatan Tamansari.
(19)
12
3. Mengetahui pengaruh diferensiasi produk terhadap laba pengusaha kelom geulis di Kecamatan Tamansari.
4. Mengetahui pengaruh kreativitas, inovasi dan diferensiasi produk terhadap laba pengusaha kelom geulis di Kecamatan Tamansari.
1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang Pengaruh Kreativitas, Inovasi dan Diferensiasi Produk terhadap laba pengusaha kelom geulis
b. Dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pengusaha, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi laba pengusaha industri.
b. Bagi pemerintah, dapat pula sebagai pertimbangan untuk lebih mendorong usaha kecil rakyat.
c. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laba pengusaha industri.
d. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat menambah dan mengembangkan wawasan pembaca terkait masalah laba dan faktor apa saja yang mempengaruhinya. Selain itu sebagai referensi bagi pembaca yang tertarik dan ingin mengkaji lebih dalam tentang penelitian ini.
(20)
Dina Widiastuti, 2015
PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Dimana laba pengusaha kelom geulis sebagai variabel terikat, sedangkan kreativitas, inovasi dan diferensiasi produk sebagai variabel bebas. Variabel tersebut merupakan objek dari penelitian ini. Adapun subjek dari penelitian ini yaitu pengusaha kelom geulis di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya.
3.2 Metode Penelitian
Menurut Sukmadinata (2006) metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Oleh karena itu metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah atau menguji hipotesis.
Berangkat dari permasalahan dan tujuan yang diajukan dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
eksplanatory yaitu suatu metode yang menjelaskan hubungan kausal antara
variabel-variabel yang diteliti melalui pengujian hipotesis (Suryana, 2000:8). Dengan kata lain penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Menurut Riduwan (2012:54) “Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian”. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
(21)
Dina Widiastuti, 2015
PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
populasi adalah keseluruhan unit analisia yang akan dijadikan suatu objek yang berkaitan dengan masalah penelitian.
(22)
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh pengusaha kelom geulis yang ada di sentra industri kelom geulis Kecamatan Tamansari yang berjumlah 35pengusaha.
3.3.2 Sampel
Riduwan (2012 : 56 ) menyebutkan bahwa “Sempel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti”. Dalam penelitian ini menggunakan pengambilan sampel dengan tekhnik sampling jenuh. Menurut Riduwan (2007:248), sampling jenuh adalah tekhnik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel. Karena populasi kurang dari 100 maka tekhnik sampling yang diambil adalah semua anggota populasi sebanyak 35 pengusaha dan bisa disebut dengan sampling jenuh.
3.4 Operasional Variabel
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Variabel Konsep Teoritis Indikator Sumber Data Skala
Laba (Y) Laba/ keuntungan total adalah
penerimaan total (TR) dikurangi biaya total (TC). Jadi
keuntungan total mencapai maksimum apabila didapat selisih yang positif antara TR dengan TC mencapai angka besar. Eeng Ahman dan Yana Rohmana (2007:179)
Jumlah laba yang diperoleh pengusaha kelom geulis
Data diperoleh dari jawaban responden mengenai jumlah laba yang diperoleh selama 3 bulan dihitung dalam rupiah
π = TR – TC
Rasio Kreativitas (X1) Kreativitas adalah kemampuan menciptakan gagasan dan menemukan cara baru dalam melihat permasalahan dan peluang yang ada. Suryana (2006:2)
Untuk mengukur seseorang yang berperilaku kreativitas dilihat dari:
1. Ingin tahu
(Suryana, 2006:42)
2. Optimis
(Suryana, 2006:42)
Jawaban responden mengenai perilaku kreativitas, diukur dengan :
1. Tingkat rasa ingin tahu tentang cara yang lebih baik untuk mengembangkan perusahaan 2. Tingkat keyakinan
bahwa usaha yang dijalankan akan berhasil
Ordinal
(23)
43
Lanjutan
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Variabel Konsep Teoritis Indikator Sumber Data Skala
Kreativitas (X1)
Kreativitas adalah kemampuan
menciptakan gagasan dan menemukan cara baru dalam melihat permasalahan dan peluang yang ada. Suryana (2006:2)
3. Fleksibel
(Suryana, 2006:42)
4. Mencari solusi dari masalah
(Suryana, 2006:42)
5. Suka berimajinasi
(Suryana, 2006:42)
3. Tingkat kemampuan untuk mengemukakan berbagai pemecahan atau pendekatan terhadap masalah
4. Tingkat kemampuan untuk mengkorelasikan ide-ide yang masih samar terhadap masalah untuk
mennghasilkan pemecahan yanng inovatif
5. Tingkat kemempuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli
Ordinal Inovasi (X2) kemampuan untuk menerapakan solusi kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau memperkaya kehidupan orang-orang.
Zahra dan Das (1993)
Indikator utama inovasi pada sebuah
perusahaan yaitu: 1. Inovasi produk
Zahra dan Das (1993)
2. Inovasi proses Zahra dan Das (1993)
3. Inovasi pemasaran Zahra dan Das (1993)
Data diperoleh dari responden mengenai:
a. Tingkat kebaruan produk b. Tingkat inovasi dilihat dari
harga
a. Tingkat inovasi proses dilihat dari cara pembaharuan produk b. Tingkat perbaikan mesin c. Tingkat persediaan produk
a. Tingkat inovasi pemasaran dillihat dari segmen pasar b. Tingkat inovasi pemasaran
dillihat dari sisi promosi produk
c. Tingkat inovasi pemasaran dillihat tingkat kekuatan merek Ordinal Diferensiasi Produk (X3) Diferensiasi produk adalah
diferensiasi salah satu strategi perusahaan untuk membedakan produknya terhadap produk pesaing. Kotler (2007 : 385)
Menurut Kotler (2007 : 385), Usaha untuk membedakan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang dilihat dari segi:
1. Bentuk/ model 2. Kualitas 3. Corak
Data diperoleh dari responden mengenai jenis produk (variasi produk) dilihat dari
bentuk,kualitas dan corak selama satu 3 bulan terakhir
(24)
3.5 Tekhnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan teknik tertentu sangat diperlukan dalam analisis anggapan dasar dan hipotesis karena teknik-teknik tersebut dapat menentukan lancar tidaknya suatu proses penelitian. Pengumpulan data diperlukan untuk menguji anggapan dasar dan hipotesis. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
Adapun pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara:
a. Wawancara, dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung dengan tanya jawab lisan kepada para responden yang digunakan sebagai pelengkap data.
b. Angket, yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden yang menjadi sampel dalam penelitian.
3.6 Instrumen Penelitian
Menurut Mardalis (2009:60) “instumen penelitian adalah alat ukur atau alat untuk menyatakan besaran atau persentase serta lebih kurangnya dalam bentuk kuantitatif atau kualitatif”. Dalam suatu penelitian alat pengumpul data atau instrumen penelitian akan menentukan data yang dikumpulkan danmenentukan kualitas penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket.
Skala likertmenurut Riduwan (2012:87) digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk keperluan analisis kuantitatif maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:
1. Setuju/ selalu/ sangat positif diberi skor 5
2. Setuju/ sering/ positif diberi skor 4
(25)
45
4. Tidak setuju/ hampir tidak pernah/ negatif diberi skor 2 5. Sangat tidak setuju/ tidak pernah/ diberi skor 1
3.7 Pengujian Instrumen Penelitian
Kualitas penelitian dapat dilihat dari jawaban responden dengan instrumen yang diberikan. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuesioner tentang kreativitas, inovasi, diferensiasi produk dan laba .Skala yang digunakan dalam instrumen penelitian ini adalah skala likert.
Skala likertmenurut Riduwan (2012:87) digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Adapun langkah – langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan pembuatan angket yaitu mengetahui pengaruh
kreativitas, inovasi dan diferensiasi produk terhadap laba pengusah 2. Menjadikan objek yang menjadi responden yaitu pengusaha kelom geulis
di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmlaya.
3. Menyusun pertanyaan – pertanyaan dalam bentuk pernyataan yang harus dijawab oleh responden.
4. Memperbanyak dan menyebarkan angket. 5. Mengolah hasil angket.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda (multiple regression). Tujuannya untuk mengetahui variabel-variabel yang dapat mempengaruhi laba pengusaha kelom geulis. Sedangkan alat bantu analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0. Dengan demikian, maka data yang bersifat ordinal pada penelitian ini yaitu variabel kreativitas, inovasi dan diferensiasi produk harus diubah dan ditingkatkan menjadi data interval melalui MSI (Methods of Succesive Interval). Menurut Riduwan dan Engkos Kuncoro (2011:58), salah satu kegunaan dari MSI dalam pengukuran adalah untuk menaikkan pengukuran dari ordinal ke interval lalu langsung diolah dengan persamaan regresi linier berganda.
(26)
Langkah kerja MSI (Methods of Succesive Interval) adalah sebagai berikut:
a. Perhatikan tiap butir pernyataan, misalnya dalam angket
b. Untuk butir tersebut, tentukan berapa banyak orang yang mendapatkan (menjawab) skor 1,2,3,4,5 yang disebut frekuensi
c. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut Proporsi (P)
d. Tentukan Proporsi Kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi yang ada dengan proporsi sebelumnya
e. Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, temukan nilai Z untuk setiap kategori
f. Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan menggunakan tabel ordinat distribusi normal baku
g. Hitung SV ( Scale Value) = nilai skala dengan rumus sebagai berikut:
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah statistik parametrik yaitu regresi linier berganda. Tujuan analisis regresi linier berganda adalah untuk mempelajari bagaimana eratnya pengaruh antara satu atau beberapa variabel bebas dengan satu variabel terikat dengan model persamaan sebagai berikut:
Dimana :
LnY = Laba pengusaha kelom geulis β0 = konstanta regresi
β1 = koefisien regresi X1 β2 = koefisien regresi X2 β3 = koefisien regresi X3 LnX1 = Kreativitas
LnX2 = Inovasi LnX3 = Diferensiasi produk e = faktor pengganggu
(27)
47
3.7.1 Uji Instrumen Penelitian
Agar hasil penelitian tidak bias dan diragukan kebenarannya maka alat ukur tersebut harus valid dan reliable. Untuk itulah angket yang diberikan kepada responden dilakukan dua macam tes yaitu tes validitas dan tes reliabilitas.
1. Tes Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2010:211). Untuk menguji validitas instrumen, digunakan teknik korelasi product moment dari pearson dengan rumus dibawah ini:
√
(Suharsimi Arikunto, 2010:213) Keterangan:
rxy = koefisien validitas yang dicari
X = skor yang diperoleh dari subjek tiap item Y = skor total item instrumen
∑ = jumlah skor dalam distribusi X ∑ = jumlah skor dalam distribusi Y
∑ = jumlah kuadrat pada masing - masing skor X ∑ = jumlah kuadrat pada masing-masing skor Y
N = Jumlah responden
Dalam hal ini kriterianya adalah sebagai berikut : rxy< 0,20 = validitas sangat rendah
0,20 – 0,39 = validitas rendah 0,40 – 0,59 = validitas sedang/cukup 0,60 – 0,89 = validitas tinggi
0,90 – 1,00 = validitas sangat tinggi
Dengan menggunakan taraf signifikan α = 0,05 koefisian korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan, dibandingkan dengan tabel korelasi tabel nilai r
(28)
dengan derajat kebebesan (N-2) dimana N menyatakan jumlah baris atau banyak responden.
“Jika ryx> r 0,05 maka valid, dan jika rxy< r 0,05maka tidak valid”
2. Tes Reliabilitas
Reabilitas menunjukan pada satu pengertian bahwa suatu istrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2010:221).
Rumus untuk menghitung reliabilitas angket adalah : ⁄ ⁄
⁄ ⁄
(Suharsimi Arikunto, 2010:224) Dengan keterangan:
= reliabilitas instrumen
⁄ ⁄ = rxy yang disebutkan sebgai indeks korelasi antara dua belahan instrumen
Selanjutnya dengan taraf signifikansi α = 0,05, nilai reliabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (N-2) dimana N menyatakan jumlah baris atau banyak responden.
“Jika r11> rtabel maka reliabel, dan jika r11< rtabelmaka tidak reliabel.”
3.8 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.8.1 Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, maka dilakukan pengolahan data. Jenis pengolahan data yang terkumpul dalam penelitian ini yaitu data interval dan ordinal.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda (multiple regression). Tujuannya untuk mengetahui variabel-variabel yang dapat mempengaruhi laba pengusaha kelom geulis. Sedangkan alat bantu analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0. Dengan demikian, maka data yang bersifat ordinal pada penelitian ini yaitu variabel kreativitas, inovasi dan
(29)
49
diferensiasi produk harus diubah dan ditingkatkan menjadi data interval melalui MSI (Methods of Succesive Interval).
Model analisa data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat dan untuk menguji kebenaran dari dugaan sementara digunakan model persamaan regresi linier berganda, sebagai berikut:
LnY = β0 + β1LnX1 + β2LnX2 + β3LnX3 + e Dimana :
LnY = Laba pengusaha kelom geulis LnX1 = Kreativitas
β0 = konstanta regresi LnX2 = Inovasi
β1 = koefisien regresi X1 LnX3 = Diferensiasi produk
β2 = koefisien regresi X e = faktor pengganggu
β3 = koefisien regresi X3
3.8.2 Pengujian Asumsi Klasik 3.8.2.1 Multikolinearitas
Menurut D Gujarati (2008:157) Multikolinearitas adalah hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa variabel atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Sedangkan menurut Yana Rohmana (2010:141) “Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linear antar variabel independen”. Karena melibatkan bebrapa variabel independen, maka multikolinearitas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana (yang terdiri atas satu veriabel dependen dan satu veriabel independen).
Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan Multikolinearitas dalam model regresi OLS (Gujarati, 2008 :166), yaitu:
1. Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi (biasanya berkisar 0,8 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas. 2. Melakukan uji kolerasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi,
perlu dicurigai adanya masalah multikolinieritas. Akan tetapi tingginya koefisien korelasi tersebut tidak menjamin terjadi multikolinieritas.
3. Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap Xi terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2 dan F. Jika
(30)
nilai Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat kepercayaan tertentu, maka terdapat multikolinieritas variabel bebas.
4. Regresi Auxiliary. Kita menguji multikolinearitas hanya dengan melihat hubungan secara individual antara satu variabel independen dengan satu variabel independen lainnya.
5. Variance inflation factor dan tolerance. (VIF)
Dalam penelitian ini akan mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dengan menguji korelasi parsial antar variabel bebas dengan menggunakan bantuan software SPSS 16.0. Untuk melihat gejala multikolinearitas dapat dilihat dari Variance inflation factor dan tolerance. (VIF).
Apabila terjadi multikolinearitas menurut Yana Rohmana (2010:149) dapat disembuhkan dengan cara sebagai berikut:
1) Tanpa adanya perbaikan, 2) Dengan Perbaikan
a. Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori). b. Menghilangkan satu atau lebih variabel indevenden. c. Mengabungkan data Cross-Section dan data Time-Series. d. Transformasi variabel
e. Penambahan data.
3.8.2.2 Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi pokok lain dalam model regresi linier klasik ialah bahwa varian-varian setiap disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabelvariabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan
-2
. Inilah yang disebut sebagai asumsi homoskedatisitas, (Gujarati, 2008:177). Konsekuensi logis dari adanya heteroskedastisitas adalah menjadi tidak efisiennya estimator OLS akibat variansnya tidak lagi minimum. Pada akhirnya dapat menyesatkan kesimpulan, apalagi bila dilanjutkan untuk meramalkan.
Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas, yaitu sebagai berikut :
1. Metode grafik, kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :
Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.
(31)
51
Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).
3. Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk, diantaranya: 1 i 2 1 i 1 i 2 1
i X atau û X
û
4. Uji rank korelasi Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :
1 n n d 6 -1 rs 2 2 1 Dimana :d1= perbedaan setiap pasangan rank n = jumlah pasangan rank
5. Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.
1.8.2.3Autokorelasi
Asumsi penting lainnya yang akan diuji dalam penelitian ini adalah uji autokorelasi atau serial korelasi. Menurut Damodar Gujarati (2008:201) autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar anggita yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Sedangkan, menurut Yana Rohmana (2010:215), autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya.Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu (time series), karena berdasarkan sifatnya data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya.
(32)
Adanya gejala autokorelasi dalam model regresi OLS dapat menimbulkan: 1) Estimator OLS menjadi tidak efisien karena selang keyakinan melebar
2) Variance populasi 2 diestimasi terlalu rendah (underestimated) oleh varians residual taksiran ( ^2).
3) Akibat butir b, R2 bisa ditaksir terlalu tinggi (overestimated)
4) Jika 2 tidak diestimasi terlalu rendah, maka varians estimator OLS ( ^i). 5) Pengujian signifikansi (t dan F) menjadi lemah.
Ada beberapa cara untuk mendeteksi autokorelasi pada model regresi antara lain dengan metode Grafik, uji loncatan (Runs Test) atau uji Geary (Geary Test), uji Durbion Watson (Durbin Watson d test), uji Breusch-Godfrey
(Breusch-Godfrey test) untuk autokorelasi berorde tinggi.
Dalam penelitian ini pengujian autokorelasi menggunakan Pengujian Hipotesisuji Durbin Watson (Durbin Watson d test)dengan menggunakan bantuan software SPSS. Uji Durbin Watson (DW) untuk mendeteksi autokorelasi dengan cara membandingkan DW statistik dengan DW tabel. Adapun uji Durbin Watson adalah sebagai berikut:
1. Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual e1 2. Hitung nilai d (Durbin-Waston)
3. Dapatkan nilai kritis dl-du 4. Pengambilan keputusan
Jika H0 adalah dua ujung, yaitu tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.2
Uji Statistika Durbin-Waston d
Nilai Statistik d Hasil
0 ≤ d ≤ dL dL ≤ d ≤ du du ≤ d ≤ 4 - du 4 –du ≤ d ≤ 4 - dL
4 - dL ≤ d ≤ 4
Menolak hipotesis nol / ada autokorelasi positif Daerah keragu-raguan / tidak ada keputusan
Menerima hipotesis nol / tidak ada autokorelasi positif atau negatif Daerah keragu-raguan / tidak ada kepeutusan
Menolah hipotesis nol / ada autokorelasi negatif
(33)
53
2
1 2
r n r t
Nilai Durbin-Waston menunjukkan ada tidaknya autokorelasi baik positif atau negatif. Uji Durbin Watson bisa digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Statistika Durbin- Watson (Sumber: Yana Rohmana, 2010: 195)
Keterangan: dL = Durbin Tabel Lower dU = Durbin Tabel Up
H0 = Tidak ada autkorelasi positif H*0 = Tidak ada autkorelasi negatif
3.8.3 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis maka penulis menggunakan uji statistik berupa uji parsial (uji t), uji simultan (uji F) dan uji koefisien determinasi majemuk (R2).
3.8.3.1 Uji t (Uji Hipotesis Parsial)
Uji t dilakukan guna mengetahui tingkat signifikasi secara statistik dari pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain konstan/tetap.
Uji t dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebgai berikut:
1. Membuat hipotesis melalui uji satu arah (one tile test)
Menolak H0
Bukti autokorelasi
positif
Menolak H0*Bukti
autokorelasi negatif
Daerah keragu-raguan
Daerah keragu-raguan Menerima H0 atau
H*0 atau
kedua-duanya
d
0 dL du 2 4-du 4-dL 4
(34)
H0 : β1 ≤ 0, artinya masing-masing variabel X1, X2, X3 tidak memiliki pengaruh terhadap variabel Y
H1: β1≥ 0, artinya masing-masing variabel X1, X2, X3 memiliki pengaruh terhadap variabel Y. Berikut dapat dilihat uji hipotesis 1 arah:
Daerah Penolakan H0
Daerah Penerima H0
α
t tabel
Gambar 3.2 Pengujian Hipotesis (Riduwan, 2010:46)
2. Menghitung nilai statistik t (t hitung) dan mencari nilai-nilai t kritis dari tabel distribusi t pada α dan degree of fredom tertentu. Adapun nilai t
hitung dapat dicari dengan formula sebagai berikut :
(Yana Rohmana, 2010:74) Dimana merupakan nilai dari hipotesis nul.
Atau, secara sederhana t hitung dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
3. Membandingkan nilai t hitung dengan t kritisnya (t tabel) dengan α = 0,05. Keputusannya menerima atau menolak H0, sebagai berikut :
Jika t hitung > nilai t kritis maka H0 ditolak atau menerima H1, artinya variabel itu signifikan.
Jika t hitung < nilai t kritisnya maka H0 diterima atau menolak H1, artinya variabel itu tidak signifikan.
(35)
55
1.8.3.2Uji F (Uji Hipotesis Simultan)
Pada regresi berganda dimana kita mempunyai lebih dari satu variabel independen, kita perlu mengevaluasi pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen dengan uji F. Uji F dalam regresi berganda dapat digunakan untuk menguji signifikasi koefisien determinasi R2. Nilai F statistik dengandemikian dapat digunakan untuk mengevaluasi hipotesis apakah tidak ada variabel independen yang menjelaskan variasi Y disekitar nilai rata-ratanya dengan derajat kepercayaan (degree of fredoom) k-1 dan n-k tertentu. Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel X terhadap variabel terikat Y untuk diketahui seberapa besar pengaruhnya. Pengujian dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut (Yana Rohmana, 2010:78):
Mencari F hitung dengan formula
∑ ∑ ∑
Kriteria Uji F adalah:
Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (keseluruhan variabel bebas X tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y)
Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (keseluruhan variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y)
3.8.3.3 Uji R2 (koefisien determinasi)
Koefisien determinasi R2 adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan variabel independent (X1, X2, X3) terhadap variabel dependen (Y), dengan rumus sebagai berikut (Yana Rohmana, 2010:76):
Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1 ), dengan ketentuan sebagai berikut:
(36)
1. Jika nilai R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat atau baik, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.
2. Jika nilai R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel kurang erat atau baik, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.
(1)
Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai taksiran
variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).
3. Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk,
diantaranya: 1 i 2 1 i 1 i 2 1
i X atau û X
û
4. Uji rank korelasi Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :
1 n n d 6 -1 rs 2 2 1 Dimana :d1= perbedaan setiap pasangan rank
n = jumlah pasangan rank
5. Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.
1.8.2.3Autokorelasi
Asumsi penting lainnya yang akan diuji dalam penelitian ini adalah uji autokorelasi atau serial korelasi. Menurut Damodar Gujarati (2008:201) autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar anggita yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Sedangkan, menurut Yana Rohmana (2010:215), autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya.Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu (time series), karena berdasarkan sifatnya data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya.
(2)
Adanya gejala autokorelasi dalam model regresi OLS dapat menimbulkan: 1) Estimator OLS menjadi tidak efisien karena selang keyakinan melebar
2) Variance populasi 2 diestimasi terlalu rendah (underestimated) oleh varians residual taksiran ( ^2).
3) Akibat butir b, R2 bisa ditaksir terlalu tinggi (overestimated)
4) Jika 2 tidak diestimasi terlalu rendah, maka varians estimator OLS ( ^i).
5) Pengujian signifikansi (t dan F) menjadi lemah.
Ada beberapa cara untuk mendeteksi autokorelasi pada model regresi antara lain dengan metode Grafik, uji loncatan (Runs Test) atau uji Geary (Geary Test), uji Durbion Watson (Durbin Watson d test), uji Breusch-Godfrey (Breusch-Godfrey test) untuk autokorelasi berorde tinggi.
Dalam penelitian ini pengujian autokorelasi menggunakan Pengujian Hipotesisuji Durbin Watson (Durbin Watson d test)dengan menggunakan bantuan software SPSS. Uji Durbin Watson (DW) untuk mendeteksi autokorelasi dengan cara membandingkan DW statistik dengan DW tabel. Adapun uji Durbin Watson adalah sebagai berikut:
1. Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual e1
2. Hitung nilai d (Durbin-Waston) 3. Dapatkan nilai kritis dl-du 4. Pengambilan keputusan
Jika H0 adalah dua ujung, yaitu tidak ada serial autokorelasi baik positif
maupun negatif dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.2
Uji Statistika Durbin-Waston d
Nilai Statistik d Hasil
0 ≤ d ≤ dL
dL ≤ d ≤ du
du ≤ d ≤ 4 - du 4 –du ≤ d ≤ 4 - dL
4 - dL ≤ d ≤ 4
Menolak hipotesis nol / ada autokorelasi positif Daerah keragu-raguan / tidak ada keputusan
Menerima hipotesis nol / tidak ada autokorelasi positif atau negatif Daerah keragu-raguan / tidak ada kepeutusan
Menolah hipotesis nol / ada autokorelasi negatif Sumber: Yana Rohmana, 2010: 195
(3)
2 1
2 r n r t
Nilai Durbin-Waston menunjukkan ada tidaknya autokorelasi baik positif atau negatif. Uji Durbin Watson bisa digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Statistika Durbin- Watson (Sumber: Yana Rohmana, 2010: 195)
Keterangan: dL = Durbin Tabel Lower dU = Durbin Tabel Up
H0 = Tidak ada autkorelasi positif
H*0 = Tidak ada autkorelasi negatif
3.8.3 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis maka penulis menggunakan uji statistik berupa uji parsial (uji t), uji simultan (uji F) dan uji koefisien determinasi majemuk (R2). 3.8.3.1 Uji t (Uji Hipotesis Parsial)
Uji t dilakukan guna mengetahui tingkat signifikasi secara statistik dari pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain konstan/tetap.
Uji t dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebgai berikut:
1. Membuat hipotesis melalui uji satu arah (one tile test)
Menolak H0
Bukti autokorelasi
positif
Menolak H0*Bukti
autokorelasi negatif
Daerah keragu-raguan
Daerah keragu-raguan Menerima H0 atau
H*0 atau
kedua-duanya
d
0 dL du 2 4-du 4-dL 4
(4)
H0 : β1 ≤ 0, artinya masing-masing variabel X1, X2, X3 tidak memiliki
pengaruh terhadap variabel Y
H1: β1≥ 0, artinya masing-masing variabel X1, X2, X3 memiliki pengaruh
terhadap variabel Y. Berikut dapat dilihat uji hipotesis 1 arah:
Daerah Penolakan H0
Daerah Penerima H0
α
t tabel
Gambar 3.2 Pengujian Hipotesis (Riduwan, 2010:46)
2. Menghitung nilai statistik t (t hitung) dan mencari nilai-nilai t kritis dari tabel distribusi t pada α dan degree of fredom tertentu. Adapun nilai t hitung dapat dicari dengan formula sebagai berikut :
(Yana Rohmana, 2010:74) Dimana merupakan nilai dari hipotesis nul.
Atau, secara sederhana t hitung dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
3. Membandingkan nilai t hitung dengan t kritisnya (t tabel) dengan α = 0,05. Keputusannya menerima atau menolak H0, sebagai berikut :
Jika t hitung > nilai t kritis maka H0 ditolak atau menerima H1, artinya
variabel itu signifikan.
Jika t hitung < nilai t kritisnya maka H0 diterima atau menolak H1, artinya
(5)
1.8.3.2Uji F (Uji Hipotesis Simultan)
Pada regresi berganda dimana kita mempunyai lebih dari satu variabel independen, kita perlu mengevaluasi pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen dengan uji F. Uji F dalam regresi berganda dapat digunakan untuk menguji signifikasi koefisien determinasi R2. Nilai F statistik dengandemikian dapat digunakan untuk mengevaluasi hipotesis apakah tidak ada variabel independen yang menjelaskan variasi Y disekitar nilai rata-ratanya dengan derajat kepercayaan (degree of fredoom) k-1 dan n-k tertentu. Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel X terhadap variabel terikat Y untuk diketahui seberapa besar pengaruhnya. Pengujian dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut (Yana Rohmana, 2010:78):
Mencari F hitung dengan formula
∑ ∑ ∑
Kriteria Uji F adalah:
Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak (keseluruhan variabel
bebas X tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y)
Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima (keseluruhan variabel
bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y) 3.8.3.3 Uji R2 (koefisien determinasi)
Koefisien determinasi R2 adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan variabel independent (X1, X2, X3) terhadap variabel dependen (Y), dengan rumus sebagai berikut (Yana Rohmana, 2010:76):
Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1 ), dengan ketentuan sebagai berikut:
(6)
1. Jika nilai R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat atau baik, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.
2. Jika nilai R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel kurang erat atau baik, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.